• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA KINERJA DENGAN KESAMAAN VISI ANTARKARYAWAN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL PADA KINERJA DENGAN KESAMAAN VISI ANTARKARYAWAN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

49

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

PADA KINERJA DENGAN KESAMAAN VISI

ANTARKARYAWAN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

Wisnu Prajogo

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Email: wisnuprajogostieykpn@gmail.com

ABSTRACT

This research examines the direct and indirect influence of transformational leadership to performance, with employee’s shared vision as the mediating variable. 504 respondents taken from a purposive sampling based on their occupational characteristics participated in this research. The results reveal that transformational leadership has no influence to employee performance, meanwhile transformasional leadership has positive influence to shared vision among employees, and shared vision among employees has positive influence to employee performance. This research also found that shared vision among employees has a full mediation role in the relationship of transformasional leadership and employee performance.

Keywords: transformational leadership, shared vision among employees, employee

performance

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh langsung dan tidak langsung kepemimpinan transformasional pada kinerja dengan kesamaan visi antarkaryawan sebagai variabel pemediasi. 504 responden yang diambil dengan purposive sampling berbasis karakteristik pekerjaan mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Riset ini menemukan bahwa kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh pada kinerja karyawan, sementara itu kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan, dan kesamaan visi antarkaryawan berpengaruh positif pada kinerja. Penelitian ini juga menemukan bahwa kesamaan visi antarkaryawan berperan sebagai pemediasi sempurna dalam pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja.

Kata kunci: kepemimpinan transformasional, kesamaan visi antarkaryawan, kinerja

karyawan

PENDAHULUAN

Banyak peneliti menguji adanya pengaruh langsung kepemimpinan pada kinerja. Meskipun demikian, kadang hasil

penelitian itu tidak konsisten. Ada peneliti yang menemukan adanya pengaruh lang-sung kepemimpinan pada kinerja, ada yang menemukan kepemimpinan tidak mempe-ngaruhi kinerja, ada yang menemukan

(2)

50

adanya pengaruh kuat kepemimpinan pada kinerja, dan ada yang menemukan adanya pengaruh lemah kepemimpinan pada kinerja. Oleh karena itu, hubungan antara kepemimpinan dan kinerja dikatakan masih ada dalam suatu “kotak hitam ”/”black box” (Jung dan Avolio, 2000).

Istilah kotak hitam tersebut memberi makna implisit bahwa belum ada gambaran yang jelas tentang proses pengaruh kepemimpinan pada kinerja yaitu apakah yang terjadi adalah pengaruh langsung kepemimpinan pada kinerja, pengaruh yang termoderasi, atau pengaruh yang termediasi. Penelitian kemudian berkembang dengan pengujian terhadap variabel pemoderasi dan variabel pemediasi dalam pengaruh kepemimpinan pada kinerja. Penelitian-penelitian tersebut juga memberi dukungan pada beberapa variabel pemoderasi dan pemediasi dalam pengaruh kepemimpinan pada kinerja. Terkait hal itu, penelitian ini akan menguji pengaruh langsung dan tidak langsung kepemimpinan transformasional pada kinerja dengan kesamaan visi antar karyawan sebagai variabel pemediasi. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Yukl (1989, 2010) mengemukakan bahwa para periset di bidang kepemimpinan seringkali mendefinisikan kepemimpinan sesuai perspektif individual mereka dan sesuai dengan fenomena riset yang menarik untuk mereka, sehingga kepemimpinan memiliki banyak arti tergantung sudut pandang yang diambil. Dalam perkembangannya, para periset kepemimpinan kemudian mengelompok-kan riset kepemimpinan atas dasar pende-katan trait, behavior, power-influence,

situational, dan integrative.

Pendekatan trait yang muncul pada tahun 1930 dan 1940-an menekankan adanya atribut personal seorang pemimpin. Asumsi yang mendasari pendekatan ini

adalah beberapa orang merupakan natural

leaders yang memiliki trait khusus yang

tidak dimiliki orang lain. Pada tahun 1950-an, mulai muncul pendekatan

behavior yang menekankan pada hal-hal

yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Pendekatan ini terbagi dua yaitu pendekatan yang menekankan pada sifat pekerjaan manajerial dan pendekatan yang menekankan pada pembedaan perilaku pemimpin yang efektif dan perilaku pemimpin yang tidak efektif.

Pendekatan power-influence mene-kankan pada pengaruh kekuasaan oleh pemimpin pada yang dipimpin. Perspektif ini berorientasi pada hal-hal yang dilakukan pemimpin dan bagaimana reaksi bawahan atas perilaku pemimpin tersebut. Perspektif ini mencoba menjelaskan keefektifan seorang pemimpin dalam artian intensitas dan jenis kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin, serta bagaimana seorang pemimpin menerapkan kekuasaannya.

Pendekatan situasional menekankan pentingnya faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dijalankan pemimpin, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik bawahan sebagai hal-hal yang akan mempengaruhi keefektifan kepemimpinan. Ada dua aliran dalam pendekatan ini. Aliran pertama menempatkan perilaku pemimpin sebagai variabel yang dijelaskan oleh faktor-faktor kontekstual yang dihadapi seorang pemimpin. Aliran kedua menganggap faktor-faktor kontekstual sebagai variabel yang memoderasi pengaruh perilaku pemimpin pada keefektifan pemimpin. Pendekatan yang terakhir, pendekatan integratif, mencoba menjelaskan mengapa bawahan mau berusaha keras dan mengorbankan diri untuk mencapai tujuan kelompok. Dengan demikian, selain mengidentifikasi perilaku dan trait seorang pemimpin, pendekatan ini juga mempertimbangkan karakteristik bawahan dalam menunjang keefektifan pemimpin.

(3)

51 Tipologi kepemimpinan yang banyak

digunakan dalam riset adalah tipologi kepemimpinan transformasional-transaksi-onal. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh Burn (1978), yang kemudian dikembangkan oleh Bass (1985). Burn (1978) mengemukakan konsep awal kepemimpinan transformasional sebagai

transforming leadership yaitu proses saat

pemimpin (leader) dan bawahan (follower) saling mendukung untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih baik. Burn menekankan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses, dan bukan merupakan kesatuan tindakan pada waktu tertentu. Transforming leadership dapat dipandang sebagai proses mempengaruhi skala mikro antar individu dan sebagai proses mempengaruhi skala makro untuk memobilisasi kekuasaan dalam mengubah sistem sosial dan mereformasi institusi (Yukl, 2010).

Burn (1978) membedakan

transfor-ming leadership dengan kepemimpinan

transaksional. Ia mengemukakan bahwa pemimpin transaksional (transactional

leader) akan memotivasi bawahan dengan

menangani minat (self interest) bawahan-nya. Jika seorang pemimpin bisa memenu-hi kebutuhan bawahannya, bawahan akan mematuhi pemimpinnya, sehingga yang terjadi dalam kepemimpinan transaksional adalah hubungan timbal balik pemimpin dan bawahan.

Bass (1985) mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional berdasar-kan konsep yang dikemukaberdasar-kan oleh Burn, tetapi Bass tidak menggunakan istilah

transforming leadership melainkan transformational leadership. Dengan

demikian, orientasi kepemimpinan yang dikemukakan Bass bukan pada proses kepemimpinan seperti yang diungkapkan Burn, tetapi pada kondisi kepemimpinan pada saat tertentu (Couto, 1997). Selain kepemimpinan transformasional, Bass juga menekankan adanya konsep

kepemim-pinan transaksional dengan makna sama seperti yang dikemukakan Burn.

Pada formulasi awalnya, Bass menyatakan kepemimpinan transformasi-onal mencakup tiga unsur: karisma (charisma), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan perhatian individual (individualized consideration). Bass juga mengemukakan kepemimpinan transaksional mencakup contingent reward dan passive management by exception. Bass merevisi konsep kepemimpinan pada tahun 1990 dengan menambahkan unsur motivasi inspirasional (inspirational

motivation) pada kepemimpinan

transfor-masional, dan active management by

exception dan laizzes faire leadership pada

kepemimpinan transaksional (Yukl, 2010). Kepemimpinan transformasional merupakan perilaku pemimpin yang membuat bawahan mencapai tingkat motivasi yang lebih baik, yang kemudian menyebabkan mereka bekerja melampaui ekspektasi pemimpin (Bass, 1985). Karyawan yang berusaha melampaui ekspektasi pemimpinnya, akan bekerja keras untuk meningkatkan kinerjanya (Bass, et al., 2003; Mc Kenzie, et al., 2001). Dengan demikian, dapat dirumus-kan hipotesis pertama:

H1: Kepemimpinan transformasional

berpengaruh positif pada kinerja Selain itu, kepemimpinan transfor-masional juga memiliki pengaruh tidak langsung pada kinerja (Kirkpatrick dan Locke, 1996). Hampir semua praktisi bisnis mengakui bahwa kinerja karyawan yang baik akan terjadi jika setiap karyawan memiliki visi yang sama tentang organisasi mereka, sehingga memungkinkan kerjasama yang baik antar karyawan. Kesamaan visi itu tidak mungkin bisa terbentuk dengan sendirinya tetapi dapat dipengaruhi beberapa hal, antara lain adalah kepemimpinan transformasional.

Stimulasi intelektual merupakan unsur perilaku kepemimpinan

(4)

transforma-52

sional yang memunculkan kesadaran karyawan atas masalah yang terjadi dan mempengaruhi karyawan untuk meman-dang masalah dengan perspektif baru. Dalam hal ini, seorang pemimpin memberikan banyak gagasan, memperta-nyakan asumsi-asumsi yang ada, mencipta-kan cara baru untuk pemecahan masalah, dan membuat karyawan tertantang untuk menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi (Bass, 1985). Perhatian individual merupakan unsur perilaku kepemimpinan transformasional yang mencakup pemberian dukungan, pengu-atan, dan bimbingan untuk seluruh karyawan (Bass, 1985).

Motivasi inspirasional merupakan bagian kepemimpinan transformasional yang mencakup pengkomunikasian visi yang menarik, penggunaan simbol untuk memfokuskan upaya karyawan, dan upaya pemimpin memberi contoh perilaku yang harus dilakukan dalam organisasi (Bass, 1985). Hal ini sangat terkait dengan terbentuknya kesamaan visi antarkarya-wan. Jika kesamaan visi antarkaryawan terkait dengan shared languages (codes),

shared narratives dan shared vision yang

memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam suatu sistem sosial (Nahapiet dan Ghoshal, 1998), maka perilaku pemimpin transfor-masional yang menekankan motivasi inspirasional akan mempengaruhi kesama-an visi kesama-antarkaryawkesama-an.

Dari sudut pandang karyawan, motivasi inspirasional terlihat dari tin-dakan pemimpin transformasional dalam memberi contoh perilaku yang tepat dengan cara-cara yang menarik, sehingga karyawan mengikuti perilaku pemimpin-nya. Perilaku yang tepat dapat meliputi keinginan pemimpin agar karyawan menerima shared languages (codes),

shared narratives dan shared vision yang

berlaku dalam organisasi. Jika kesamaan visi antarkaryawan terbentuk, karyawan akan memiliki pemahaman yang sama

tentang organisasi, sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih lancar dan terfokus (Kirkpatrick dan Locke, 1996). Oleh karena itu, semakin tinggi intensitas motivasi inspirasional oleh pemimpin, kesamaan visi antarkaryawan akan sema-kin terbentuk.

Unsur lain dalam kepemimpinan transformasional, karisma (idealized

influence), akan mempengaruhi

penerima-an karyawpenerima-an jika pemimpin menpenerima-anamkpenerima-an kesamaan visi antarkaryawan yang berlaku dalam organisasi. Karyawan akan mema-tuhi dan bahkan meniru pemimpin yang berkarisma. Jika pemimpin menetapkan adanya kesamaan visi antarkaryawan dalam organisasi, karyawan akan meneri-ma hal ini karena seorang pemimpin berkarisma sangat dipercaya bawahannya (Bass, 1985; Pillai, et al., 2003).

Uraian di atas menggambarkan bahwa, unsur-unsur dalam kepemimpinan transformasional atasan akan mempenga-ruhi kesamaan visi antarkaryawan. Semakin tinggi intensitas kepemimpinan transformasional, kesamaan visi antar-karyawan akan semakin terbentuk. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis:

H2: Kepemimpinan transformasional

atasan berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan.

Kesamaan visi antarkaryawan ber-kaitan dengan keberadaaan suatu hal yang dipahami bersama dan memfasilitasi tindakan bersama dalam organisasi. kesamaan visi antarkaryawan akan memberikan representasi dan interpretasi bersama, serta menjadi sistem makna (system of meaning) antar pihak dalam organisasi. hal ini akan memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam suatu sistem sosial (Nahapiet dan Ghoshal, 1998). Kesamaan visi antarkaryawan menciptakan persepsi yang sama antar karyawan yang kemudian akan memperlancar proses komunikasi yang diperlukan untuk menunjang kinerja.

(5)

53

Shared vision membuat setiap orang

memahami apa yang ingin dicapai organi-sasi, yang kemudian akan memfasilitasi terciptanya kerjasama antar karyawan. Dengan demikian, jika karyawan memiliki kesamaan visi antarkaryawan, dia akan memiliki kinerja yang semakin baik, sehingga dirumuskan hipotesis:

H3: Kesamaan visi antarkaryawan

karyawan berpengaruh positif pada kinerja karyawan.

Selain ketiga hipotesis tersebut, juga dirumuskan hipotesis keempat terkait pengaruh tidak langsung kepemimpinan transformasional pada kinerja dengan kesamaan visi antarkaryawan sebagai variabel pemediasi sebagai berikut:

H4: Kesamaan visi antarkaryawan

memediasi pengaruh kepemimpi-nan transformasional pada kinerja. METODA PENELITIAN

Responden penelitian ini merupakan staf administrasi pada perusahaan manu-faktur besar di Yogyakarta, Semarang, dan

Solo. Sesuai definisi Biro Pusat Statistik, perusahaan manufaktur besar adalah perusahaan dengan jumlah karyawan 100 orang atau lebih. Pemilihan staf administrasi dilakukan dengan pertimba-ngan sifat pekerjaan mereka memungkin-kan mereka untuk saling berinteraksi dan saling mendukung dengan rekan kerja, sehingga sesuai untuk riset tentang ini.

Sejumlah 705 kuesioner diedarkan ke karyawan dari 9 perusahaan yang bersedia disurvey dan kuesioner yang kembali sejumlah 554 kuesioner, sehingga diperoleh tingkat kembalian (response

rate) sebesar 78,6%. Peneliti melakukan

cek atas seluruh data yang sudah diinput ke komputer dari 554 kuesioner yang kembali. Dari kuesioner yang kembali, sejumlah 28 kuesioner tidak diikutkan dalam analisis berikutnya karena data tidak terisi lengkap, dan 22 kuesioner tidak diikutkan dalam analisis berikutnya karena terlalu banyak data yang sama dengan kuesioner lain. Data demografi responden disajikan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Data Demografi Responden

Uraian Jumlah %

Jenis Kelamin Pria 296 58.7 Wanita 208 41.3 Umur Sd 25 Th 66 13.1 26 – 30 TH 131 26 31 – 35 TH 106 21.2 36 – 40 TH 88 17.5 41 – 45 TH 71 14.1 46 – 50 TH 29 5.8 >50 TH 12 2.4 Status pernikahan Menikah 371 73.6

(6)

54 Tabel 1 (Lanjutan) Uraian Jumlah % Pendidikan SMA 251 49.8 D1 32 6.3 D3 73 14.5 S1 147 29.2 S2 1 0.2

Masa Kerja SD 5 tahun 157 31.2 6 – 10 tahun 135 26.8 11 – 15 tahun 108 21.4 16 – 20 tahun 54 10.7 21 – 25 tahun 34 6.7 26 – 30 tahun 14 2.8 >30 tahun 2 0.4 Kepemimpinan transformasional

me-rupakan perilaku atasan yang membuat karyawan mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih baik, yang kemudian akan menyebabkan mereka bekerja melampaui ekspektasi atasan (Bass, 1985). 20 item pernyataan dari Multifactor

Leadership Questionnaire (MLQ) versi 5X

yang dikembangkan oleh Bass (1985) digunakan untuk mengukur kepemimpinan transformasional. Contoh item pernyataan untuk mengukur kepemimpinan transfor-masional adalah “atasan saya membica-rakan nilai-nilai dan keyakinannya yang paling penting”

Kinerja karyawan merupakan ukuran kinerja yang terkait dengan seberapa baik seorang karyawan menjalankan tugas sesuai dengan deskripsi kerjanya. Variabel ini diukur dengan item-item pernyataan yang dikembangkan oleh Williams dan Anderson (1991). Contoh item pernyataan untuk variabel ini adalah “saya menyelesaikan tugas-tugas yang dibeban-kan kepada saya dengan baik”.

Kesamaan visi antarkaryawan merupakan adanya kesamaan pemahaman karyawan tentang perusahaan tempat dia bekerja yang meliputi adanya shared

vision, shared languages, dan shared cognitives (Nahapiet dan Ghoshal, 1998).

Variabel ini diukur dengan mengadaptasi item-item pernyataan yang dikembangkan oleh Tsai dan Ghoshal (1998) serta Chua (2002). Contoh item pernyataan untuk variabel ini adalah “saya memiliki pemahaman yang sama dengan rekan kerja saya tentang visi perusahaan tempat kami bekerja”.

Seluruh variabel diukur dengan menggunakan skala 1 sampai 5 yang menunjukkan setuju atau tidaknya respon-den respon-dengan pernyataan tertentu. Skor 1 menunjukkan bahwa responden sangat tidak setuju dengan pernyataan tertentu; skor 2 menunjukkan bahwa responden tidak setuju dengan pernyataan tertentu; skor 3 menunjukkan bahwa responden bersikap netral terhadap pernyataan tertentu; skor 4 menunjukkan bahwa responden setuju dengan pernyataan tertentu; dan skor 5 menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan pernyataan tertentu.

HASIL PENELITIAN

Uji Validitas dilakukan dengan analisis faktor. Analisis faktor dilakukan dengan menggabungkan seluruh data yang mencakup seluruh variabel kemudian dibagi menjadi 3 faktor (karena ada 3

(7)

55 variabel) dengan menggunakan rotasi

varimax. Suatu item pernyatakaan akan dinyatakan valid jika nilai muatan faktor (factor loading) untuk item pernyataan

tersebut > 0,5. Hasil analisis faktor disajikan dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Analisis Faktor

Pernyataan 1 2 3

Atasan saya membicarakan nilai-nilai dan

keyakinan-keyakinannya yang paling penting. 0,506

Atasan saya menanamkan kebanggaan dalam diri saya karena

terkait dengan dirinya. 0,555

Atasan saya menjabarkan pentingnya rasa memiliki tujuan yang

kuat. 0,7

Atasan saya lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada

kepentingannya sendiri. 0,614

Atasan saya bertindak dengan cara-cara yang membuat saya

hormat. 0,555

Atasan saya mempertimbangkan konsekuensi moral dan etis atas

berbagai keputusan. 0,653

Atasan saya menampakkan kuasa dan dan rasa percaya diri. <0,5 Atasan saya menekankan pentingnya memiliki rasa kebersamaan

atas misi. 0,661

Atasan saya mengkaji kembali asumsi yang dipakai untuk dasar

prediksi untuk melakukan revisi yang diperlukan. 0,508 Atasan saya mencari sudut pandang yang berbeda saat

memecahkan masalah. 0,6

Atasan saya membuat saya memandang masalah dari berbagai

sudut pandang yang berbeda. 0,531

Atasan saya menganjurkan untuk menemukan cara-cara baru

dalam menyelesaikan tugas. 0,728

Atasan saya membicarakan masa depan secara optimis. 0,709 Atasan saya membicarakan apa yang perlu dicapai secara antusias. 0,643 Atasan saya menjabarkan visi yang sangat menarik tentang masa

depan. 0,741

Atasan saya menunjukkan keyakinan bahwa tujuan akan bisa

dicapai. 0,681

Atasan saya meluangkan waktu untuk mengajar dan membimbing. 0,713 Atasan saya memperlakukan saya lebih sebagai seorang individu

daripada sekedar sebagai anggota kelompok. <0,5 Atasan saya menganggap saya memiliki kebutuhan, kemampuan,

dan aspirasi yang berbeda dengan orang lain. 0,521 Atasan saya membantu saya untuk mengembangkan

(8)

56

Tabel 2 (Lanjutan)

Pernyataan 1 2 3

Saya memiliki pemahaman yang sama dengan rekan kerja saya

tentang visi perusahaan tempat kami bekerja. 0,62 Saya memiliki pemahaman yang sama dengan rekan kerja saya

tentang cerita-cerita yang terkait dengan sejarah perusahaan tempat kami bekerja.

0,769 Saya memiliki pemahaman yang sama dengan rekan kerja saya

tentang cerita-cerita yang terkait dengan figur-figur (tokoh-tokoh) perusahaan tempat kami bekerja.

0,772 Saya memiliki pemahaman yang sama dengan rekan kerja saya

tentang cerita-cerita yang terkait dengan bagaimana perusahaan tempat kami bekerja mengatasi kendala-kendala yang dihadapi.

0,679 Saya menggunakan bahasa-bahasa plesetan, bahasa prokem, atau

bahasa gaul ketika ngobrol santai dengan rekan kerja. <0,5 Saya menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepada saya

dengan baik. 0,771

Saya memenuhi tanggung jawab yang dijabarkan dalam deskripsi

kerja. 0,762

Saya melaksanakan tugas-tugas yang seharusnya saya lakukan. 0,756 Saya memenuhi tuntutan kinerja yang ditentukan dalam

pekerjaan. 0,682

Saya terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang secara langsung akan

mempengaruhi evaluasi kinerja saya. <0,5 Saya melalaikan unsur-unsur pekerjaan yang wajib saya lakukan. <0,5 Saya gagal melaksanakan tugas-tugas penting. 0,546

Setelah dilakukan analisis faktor untuk menguji validitas setiap item dalam kuesioner, dilakukan penghitungan nilai reliabilitas (alpha) untuk tiap variabel. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan hasil statistik deskriptif dan hasil penghitungan

cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas.

Dari tabel tersebut tampak bahwa seluruh variabel memenuhi kriteria reliabilitas yang baik karena seluruh nilai reliabilitas di atas 0,7. Seluruh korelasi antar variabel juga menunjukkan adanya korelasi yang signifikan.

Tabel 3 Statistik Deskriptif

Nama Variabel Alpha Mean SD (1) (2) (3)

Kepemimpinan Transformasional (1) 0,914 3,108 0,786 1 0,236 ** 0,144** Kesamaan visi antarkaryawan (2) 0,779 3,558 0,623 - - 0,324 ** Kinerja (3) 0,784 4,280 0,615 - - 1

(9)

57 Sebelum pengujian hipotesis

dilakukan, dilakukan terlebih dahulu pengujian fit model. Model yang fit meng-gambarkan kecocokan model dengan data. Hasil pengujian fit model digambarkan

dalam tabel 4 berikut. Hasil pengujian model fit menunjukkan bahwa secara umum model memenuhi kriteria fit yang ada sehingga dapat dikatakan model memiliki kecocokan dengan data.

Tabel 4 Pengujian Fit Model

Absolute Fit Kriteria Nilai Fit Keterangan

Chi square; df; probability

tidak signifikan (Hair et al.,

1998) 1020; p< 0,01 Kurang baik GFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,857 Cukup RMR <0,08; upper limit <0,1

(Arbuckle, 2005) 0,07 Baik RMSEA <0,08; upper limit <0,1

Arbuckle, 2005) 0,066 Baik Incremental Fit

AGFI >0,8 (Sharma, 1996) 0,832 Baik NFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,816 Cukup CFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,866 Cukup TLI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,853 Cukup Parsimonious Fit

CMIN/DF (subject to sample

size)

1 – 2 over fit

2-5 liberal limit (Arbuckle, 2005)

3,178 Baik

Pengujian hipotesis 1 sampai dengan 3 dilakukan dengan pengujian path atas model yang melibatkan seluruh variabel (lihat bagan 2 di bawah). Jika ada

signi-ficant path maka hipotesis akan didukung.

Tabel 5 berikut menggambarkan hasil pengujian hipotesis.

Tabel 5

Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Standar-dized Estimate Standard Error Critical Ratio Prob Keteranga n H1: Kepemimpinan transformasional

berpengaruh positif pada kinerja 0,085 0,03687 1,675 0,094

Tidak didukung H2: Kepemimpinan transformasional

berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan.

0,267 0,029 4,915 <0,01 Didukung H3: Kesamaan visi antarkaryawan

(10)

58

Β=0,131, p<0,01

Β=0,062, p>0,05 Berdasarkan pada tabel 3, dapat

dilihat bahwa hipotesis 1 yang menyatakan kepemimpinan transformasional berpenga-ruh positif pada kinerja tidak didukung (β=0,083, p>0,05). Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kepemimpinan trans-formasional berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan didukung (β=0,267, p<0,01). Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kesamaan visi

antarkaryawan berpengaruh positif pada kinerja didukung (β=0,358, p<0,01).

Pengujian hipotesis ke-4 dilakukan dengan pendekatan berikut. Pertama, dila-kukan pengujian pengaruh langsung kepemimpinan ke kinerja tanpa melibatkan variabel lain seperti digambarkan bagan 1. Kedua, dilakukan pengujian pengaruh langsung kepemimpinan ke kinerja pada model yang melibatkan variabel lain seperti digambarkan bagan 2.

Gambar 1

Model Teoretis tentang Pengaruh Langsung

Gambar 2

Model Teoretis tentang Pengaruh Termediasi Pengujian mediasi dilakukan dengan

membandingkan nilai beta untuk pengaruh kepemimpinan pada kinerja pada bagan 1 (pengaruh langsung tanpa variabel lain) dan nilai beta untuk pengaruh kepemim-pinan pada kinerja pada bagan 2 (ada variabel pemediasi). Jika nilai beta pada model 1 signifikan, tetapi pada model 2 tidak signifikan, maka yang terjadi adalah adanya mediasi sempurna. Jika nilai beta pada kedua model signifikan, tapi nilai

beta pada model kedua lebih kecil, yang terjadi adalah mediasi parsial. Syarat lain yang ada adalah seluruh pengaruh lain pada model 2 selain pengaruh langsung yang diuji haruslah signifikan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai beta pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja pada model 1 signifikan dan nilai beta pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja pada model 2 tidak signifikan, Kepemimpinan Transformasional Kinerja Kesamaan visi antarkaryawan Kepemimpinan Transformasional Kinerja

(11)

59 selain itu pengaruh yang lain semua

signifikan (lihat tabel 5). Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa kesamaan visi antarkaryawan merupakan pemediasi sempurna pada pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja. Dengan demikian hipotesis keempat yang menya-takan bahwa kesamaan visi antarkaryawan akan memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja didukung. PEMBAHASAN

Penelitian ini tidak mendukung temuan Podsakoff, et al. (1982) dengan menemukan bahwa kepemimpinan trans-formasional tidak berpengaruh lagnsung pada kinerja (lihat tabel 5). Hal ini diduga karena adanya variabel lain yang muncul (kesamaan visi antarkaryawan) sehingga pengaruh kepemimpinan transformasional pada kinerja melemah bahkan hilang. Variabel inilah yang muncul sebagai pemediasi sempurna pada pengaruh kepe-mimpinan transformasional pada kinerja. Dengan demikian, kepemimpinan tidak berpengaruh langsung pada kinerja, tetapi kepemimpinan transformasional akan membentuk kesamaan visi antarkaryawan yang kemudian variabel ini yang akan berpengaruh pada kinerja.

Kesamaan visi antarkaryawan dipengaruhi oleh kepemimpinan sebagai faktor situasional yang melingkupi seorang karyawan. Penelitian ini menemukan bahwa, kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan. Beberapa unsur kepe-mimpinan transformasional seperti: komunikasian visi yang menarik, peng-gunaan simbol untuk memfokuskan usaha karyawan, dan upaya pemimpin memberi contoh perilaku yang harus dilakukan dalam organisasi akan sangat mempe-ngaruhi keberadaaan kesamaan visi antarkaryawan dan memfasilitasi tindakan bersama dalam organisasi (Bass, 1985). Dengan demikian, jika pemimpin

menginginkan adanya kesamaan visi antarkaryawan dalam organisasi, pemim-pin dapat berperilaku transformasional untuk mewujudkan hal itu.

Keberadaan kesamaan visi antar-karyawan yang kuat ditandai dengan adanya kesamaan pemahaman karyawan tentang organisasi tempat dia bekerja. Kesamaan pemahaman ini akan membe-ntuk solidaritas yang akan menciptakan kerjasama yang lebih baik antar karyawan (Adler dan Kwon, 2002). Dengan adanya kerjasama yang baik, setiap karyawan dapat saling mendukung, sehingga dia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Dengan demikian, kesamaan visi antarkaryawan akan berpengaruh positif pada kinerja.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini menemukan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh langsung pada kinerja. Kepemimpinan transfor-masional akan berpengaruh positif pada kesamaan visi antarkaryawan dan kemu-dian kesamaan visi antarkaryawan yang akan berpengaruh positif pada kinerja. Dengan demikian kesamaan visi antar-karyawan menjadi pemediasi sempurna pada pengaruh kepemimpinan transforma-sional pada kinerja.

Keterbatasan dan Saran Penelitian Kedepan

Penelitian ini menggunakan ukuran kinerja persepsi yang dilakukan dengan meminta karyawan mengukur kinerjanya sendiri. Ukuran kinerja ini sangat rentan dengan bias yang muncul karena seseorang tidak akan menilai kinerjanya sendiri rendah. Hal ini juga rentan dengan munculnya common method variance. Bagaimanapun, hal ini tetap dilakukan

(12)

60

untuk menjaga anonimitas dalam kuesioner yang akan menjamin pengisian variabel yang lain secara obyektif. Jika penelitian mendatang bisa menggunakan ukuran kinerja yang lebih riil (bukan kinerja persepsian yang dinilai sendiri) atau ukuran kinerja yang merupakan penilaian dari atasan atau rekan sekerja, pasti akan membuka wawasan baru bagi penelitian di bidang ini.

DAFTAR REFERENSI

Adler, P.S., dan Kwon, S.W. 2002. Social Capital: Prospects for A New Concept. Academy of Management

Review, 27(1):17- 40.

Bass, B.M. 1985. Leadership and

Performance Beyond Expectation.

New York: The Free Press.

Bass, B.M., Avolio, B.J., Jung, D.I., dan Berson, Y. 2003. Predicting Unit Performance by Assessing Transformational and Transactional Leadership. Journal of Applied

Psychology, 2: 207-218.

Burn, J. Mc. G. 1978. Leadership. New York: Harper & Row Publisher. Couto, R.A. 1997. Social Capital and

Leadership. Working Paper at the

Academy of Leadership Press. Jung, D.I. dan Avolio, B.J. 2000. Opening

the Black Box: An Experimental Investigation of the Mediating Effect of Trust and Value Congruence on Transformational and Transactional Leadership.

Journal of Organization Behavior,

21: 949-964.

Kirkpatrick, S.A., dan Locke, E.A. 1996. Direct and Indirect Effects of Three

Core Charismatic Leadership Components on Performance and Attitudes. Journal of Applied Psychology, 81(1): 36-51.

Nahapiet, J., dan Ghoshal, S. 1998. Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage.

Academy of Management Review,

23(2): 242-266.

Pillai, R., Williams, E.A., Lowe, K.B., dan Jung, D.I. 2003. Personality and Transformational Leadership, Trust, and the 2000 U.S. The

Leadership Quarterly, 14:161-192.

Podsakoff, P.M., Todor, W.D., dan Skov, R. 1982. Effecfts of Leader Contingent and Noncontingent Reward and Punishment Behaviors on Subordinate Performance and Satisfaction. Academy of Management Journal, 25: 810-821.

Tsai, W., dan Ghoshal, S. 1998. Social Capital and Value Creation: The Role of Intrafirm Network.

Academy of Management Journal,

44(4): 464-476.

Williams, L.J. dan Anderson, S.E. 1991. Job Satisfaction and Organizational Commitment as Predictors of Organizational Citizenship and In-Role Behaviors. Journal of

Management, 17(3):601-617.

Yukl, G. 1989. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research.

Journal of Management, 15(2):

251-289.

Yukl, G. 2010. Leadership in

Organizations. Fourth Edition.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

1. Kekayaan sumber daya alam yang ada pada masyarakat pesisir di Kecamatan Triengggadeng Kabupaten Pidide Jaya berbeda dengan pesisir pada umumnya karena

Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup  (prone) di atas meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan secara

Pengujian ini dilakukan agar dapat menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan ukuran cluster yang optimal dengan memililki nilai kohesi paket yang tinggi serta

Muanas (1984:34- 35) menyebutkan bahwa pad a peletakkan pintu bangunan rumah adat Sunda terdapat dua tipe yaitu, salah satunya buka pa/ayu, dengan ciri yang

Tidak terdapat hubungan yang linear antara peningkatan dosis fraksi air ekstrak etanol daun teh hijau [Camellia sinensis (L.) O.K.] dengan peningkatan efek penurunan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan bakteri asam laktat berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap kecernaan lemak kasar pada ayam kedu

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) pengaruh secara parsial kualitas produk terhadap minat beli produk kosmetik online pada mahasiswa Jurusan