• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Survio Dilla, : Analisis Komunikasi Antarpribadi dalam Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Survio Dilla, : Analisis Komunikasi Antarpribadi dalam Program"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Survio Dilla, 4315016 : ” Analisis Komunikasi Antarpribadi dalam Program Titian Iman di Pro 2 LPP RRI Bukittinggi ”. Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi 2019.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Studi Aristoteles berkisar tentang retorika dalam lingkungan kecil. Abad ke 20, ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan sebagainya, yang menyadarkan cendekiawan akan pentingnya meningkatkan komunikasi yang sekedar pengetahuan menjadi ilmu.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan kejadian yang terjadi di lapangan sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh atau penelitian yang berusaha untuk mengumpulkan data-data, menyajikan data dan menganalisis data, menggambarkan pemecahan masalah yang ada.

Hasil penelitian menyimpulkan komunikasi antarpribadi dalam program Titian Iman di Pro 2 LPP RRI Bukittinggi ini, dapat memberikan pencerahan bagi kaula muda dan sahabat kreatif selaku pendengar siaran pro 2 LPP RRI Bukittinggi. Secara pelaksanaannya dapat memberi motivasi dan ilmu agama bagi seluruh kaula muda dan pendengar yang di sebut sahabat kreatif dan sudah banyak respon positif dari seluruh pendengar siaran Pro 2 LPP RRI Bukittinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat diketahui bahwa sebuah komunikasi akan berjalan dengan baik ketika penyiar dan narasumber bisa memasukkan cemistry dengan pendengar. Pada penelitian ini dilakukan komunikasi antarpribadi dalam program Titian Iman.

Kata kunci: Komunikasi, Program Titian Iman

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Studi Aristoteles berkisar tentang retorika dalam lingkungan kecil. Abad ke 20, ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan

sebagainya, yang menyadarkan cendekiawan akan pentingnya

meningkatkan komunikasi yang sekedar pengetahuan menjadi ilmu.

Laswell dalam Onong Uchjana, berpendapat komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Harapannya komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Pada hakikatnya proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain, bisa berupa gagasan, informasi, opini serta perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,

keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan kegairahan.1

Kelompok sarjana komunikasi berpendapat komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku

1Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),hal. 9-11

(4)

orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika berpendapat komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Yang berkembang definisi baru bersama D. Lawrence Kincaid, menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam.2

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlakal-karimahberartikomunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis.

Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat qouliyah (perkataan), fi’iliyah (perbuatan), taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga

2Hafied Cangara, Pengantar Ilmu KomunikasiEdisi kedua.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) Hal. 21-22

(5)

melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir. Di istilahkan dalam al Qur’an qaulan baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti)

QS. AnNisaayat 63

لا ْوَق ْمِهِسُفْنَأ يِف ْمُهَل ْلُق َو ْمُهْظِع َو ْمُهْنَع ْض ِرْعَأَف ْمِهِبوُلُق يِف اَم ُ َّاللَّ ُمَلْعَي َنيِذَّلا َكِئَلوُأ اًغيِلَب

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. Dapat dipahami bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, melalui media dan mengharapkan efek tertentu atau perubahan sikap dari si penerima pesan. Dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk dialog, maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Mengertinya bahasa saja belum tentu menimbulkan kesamaan makna.

Dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang di percakapkan. Komunikasi disini sifatnya dasariah, komunikasi minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif tetapi juga persuasif. Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang memberi dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise),

(6)

terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada

kesempatan untuk melakukan respons atau umpan balik.3

Komunikasi antarpribadi terjadi apabila seseorang mendasarkan prediksinya tentang reaksi orang lain dengan data psikologis. Hubungan antar pribadi memerlukan paling sedikit dua orang berkomunikasi secara antar pribadi.4

QS. AnNisa ayat 9

اوُلوُقَيْل َو َ َّاللَّ اوُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع اوُفاَخ اًفاَع ِض ًةَّي ِِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُك َرَت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْل َو اًديِدَس لا ْوَق

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya

mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Olehsebabitu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.

Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kultural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non antar pribadi. Pilihan pribadi dapat dapat secara bebas

dilaksanakan dalam pengembangan hubungan. 5

3Hamdan Daulay, Jurnalistik dan Kebebasan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016) Hal.3

4Muhammad Budyatna-Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi AntarPribadi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011) Hal. 7

(7)

Richard L. Weaver II menyebutkan karakteristik-karakteristik komunikasi antarpribadi, yakni melibatkan paling sedikit dua orang, adanya umpan balik atau feedback, tidak harus tatap muka, tidak harus bertujuan, menghasilkan beberapa pengaruh atau effect, tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata, dipengaruhi oleh konteks (jasmaniah, sosial, historis, psikologis, keadaan kultural yang mengelilingi peristiwa komunikasi) serta dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise (kegaduhan/ kebisingan eksternal, kegaduhan internal dan kegaduhan semantik).6

Salah satu praktik komunikasi dalam bentuk pers yang masif digunakan oleh masyarakat adalah penggunaan radio. Di Bukittinggi, ada beberapa radio FM yang masih banyak digandrungi masyarakat. Antara lain Jam Gadang FM, Elsi FM, Suara Kencana dan Jelita FM serta RRI Bukittinggi. RRI Bukittinggi salah satu radio yang menjadi sumber informasi bagi masyarakat. RRI Bukittinggi memiliki programa 1, 2 dan 3. Programa 1 dengan segmentasi segala usia, programa 2 segmentasinya remaja usia 13 sampai 25 tahun dan programa 3 jaringan berita nasional. 7

Pada programa 2, sesuai dengan segmentasinya, banyak mengangkat program acara khusus anak muda. Salah satunya program yang menjadi program unggulan programa 2 adalah program “Titian Iman”. Program titian iman adalah program kajian keagamaan yang diisi oleh para dai yang memiliki kapabilitas keilmuan yang mumpuni. Acara

6Ibid,. hal. 15-20

7Wawancara dilakukan dengan Ibu Tulastri, staf Siaran RRI Bukittinggi, Hari Selasa tanggal 30Januari 2019, pukul 14:00WIB

(8)

Titian Iman berdurasi 60 menit yang di bagi 2 (dua) segmen, segmen pertama, narasumber memaparkan materi tausiyah, dan pada segmen

kedua tanya jawab dengan pendengar via telepon, SMS dan sosial media.8

Selama program titian iman berlangsung, komunikasi antara Narasumber dengan Penyiar, dilakukan secara intens. Penyiar memandu acara sekaligus mengarahkanpendengar untuk berinteraksi, sehingga acara tidak monoton dan kaku. Akan tetapi dalam beberapa keadaan, penyiar tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan narasumber pada Hari Jum’at tanggal 25 Januari 2019, sehingga menyulitkan narasumber untuk menjelaskan materi, kadangkala juga penyiar tidak bisa membangun acara lebih hidup. Narasumberpun dalam beberapa keadaanterlihat tidak mampu menguasai materi dengan baik, sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar.

Komunikasi antara penyiar dan narasumber memiliki peran penting dalam penyampaian pesan melalui radio sebagai salah satu media komunikasi. Ketika komunikasi antara penyiar dan narasumber tidak berjalan sebagaimana mestinya tentu akan memiliki pengaruh yang buruk bagi kelangsungan program atau pesan yang disampaikan.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pelaksanaan Komunikasi Antarpribadi dalam Program Titian Iman Di Pro 2 LPP RRI Bukittinggi”.

8Wawancara dilakukan dengan Annisa Permanasari, Penyiar Produa RRI Bukittinggi, Hari Senin tanggal 05 Februari2019, pukul 11.00 WIB

(9)

B. Identifikasi masalah penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti dapat merinci pokok permasalahan :

1. Penyiar kurang mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan narasumber

2. Narasumber kurang menguasai materi dengan sempurna dan kurang mampu berinteraksi dengan penyiar secara efektif

3. Narasumber kurang percaya diri disaat memberikan materi

4. Kurang terbangunnya chemistry antara penyiar dan narasumber dalam program titian iman

C. Batasan/ Fokus Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan, maka peneliti membatasi masalah yang akan di bahas yakni Analisis komunikasi antarpribadi dalam acara Titian Iman di Programa 2 LPP RRI Bukittinggi

D. Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya yaitu :

1. Bagaimana Pelaksanaan komunikasi antarpribadi dalam program Titian Iman di Program 2 LPP RRI Bukittinggi?

2. Bagaimana analisis komunikasi dalam program Titian Iman di Program 2 LPP RRI Bukittinggi?

(10)

E. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan Komunikasi antarpribadi dalam program Titian Iman di Programa 2 LPP RRI Bukittinggi

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan analisis Komunikasi

antarpribadi dalam program Titian Iman di Programa 2 LPP RRI Bukittinggi

3. Untuk mengetahui sejauh mana efek dari isi program Titian Iman kepada pendengar bagian dari LPP RRI menjamin hak warga negara terhadap pendidikan melalui siaran yang mencerdaskan dan menghibur

F. Manfaat penelitian 1. Penulis

a. Menambah pengetahuan peneliti mengenai wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmiah

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di IAIN Bukittinggi

c. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam berkomunikasi antarpribadi

2. LPP RRI Bukittinggi

a. Menjadi referensi bagi penyiar di LPP RRI Bukittinggi dalam membentuk komunikasi antarpribadi

b. Sebagai bahan masukan bagi narasumber dalam membentuk komunikasi antarpribadi

(11)

c. Sebagai bahan evaluasi untuk kemajuan acara secara umum kedepannya

d. Menjadi referensi bagi LPP RRI Bukittinggi terkait program acara Tiatian Iman

3. Untuk Program Studi KPI

a. Menjadi referensi terkait komunikasi antarpribadi

b. Menjadi bahan tambahan dalam penulisan- penulisan karya ilmiah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

4. Untuk peneliti selanjutnya

a. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya berkenaan dengan komunikasi antarpribadi.

G. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami judul penelitian ini, peneliti perlu menjelaskan maksud dari judul tersebut. Maksud dari judul penelitian ini adalah:

Pelaksanaan : Proses, cara, perbuatan melaksanakan

(rancangan, keputusan dan sebagainya)

Komunikasi : Proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan atau tanpa media dan mengakibatkan suatu efek tertentu

(12)

individu atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik seketika

Program Titian Iman : Salah satu program unggulan yang diminati

pendengar

Pro 2 LPP RRI Bukittinggi : Salah satu programa yang ada di LPP RRI

Bukittinggi

Jadi maksud dari penelitian ini adalah Penyelidikan terkait komunikasi antarpribadi penyiar dengan narasumber acara Titian Iman yang ada di Programa 2 LPP RRI Bukittinggi

(13)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, peneliti membagi pembahasan ke dalam 5 bab, yakni sebagai berikut:

BAB I : Berisi tentang pendahuluan meliputi Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat, Penjelasan Judul danSistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka mengemukakan pembahasan mengenai

Komunikasi, dan Penelitian Relevan

BAB III : Memaparkan tentang metode penelitian yang meliputi

tentang jenis penelitian, lokasi peneltian dan waktu penelitian, Informan penelitian, Teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan triangulasi data

BAB IV : Merupakan hasil penelitian yang penulisdapatkan dari

penelitian ini yang meliputi Program Titian Iman dan Komunikasi Antarpribadi dalam Program Titian Iman

BAB V : Merupakan kesimpulan dan saran dalam penelitian yang

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi menurut Hafied Cangara merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling

mempengaruhi diantara keduanya, umumnya dilakukan dengan

menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Disini penulis melihat, komunikasi menjadi suatu proses, yang menjadikan pesan sebagai objek ataupun konten yang disampaikan oleh komunikan selaku pembicara kepada komunikator selaku pendengar atau lawan bicara dengan harapan tentu saja untuk di mengerti oleh kedua belah pihak.

Dalam proses penyampaian pesan ini, dapat dipastikan memerlukan umpan balik atau tanggapan dari lawan bicara, sebagai aplikasi dari dimengerti atau tidaknya pesan yang disampaikan dan efektif atau tidaknya komunikasi yang terjadi.

Jika tidak ada umpan balik, bisa di pastikan dan dicari tahu, apa penyebab yang membuat demikian, sehingga komunikasi bisa dilakukan kembali atau mencoba cara lain yang lebih efektif, apalagi yang dikomunikasikan merupakan sesuatu hal atau pesan yang bersifat urgen.

(15)

Umpan balik yang dilakukan oleh komunikan ini harus di iringi pergerakan atau kegiatan atau tingkah laku yang berubah setelahnya. Sebagai bukti komunikan paham dan mengerti apa yang diharapkan oleh si komunikan.

Kelompok sarjana komunikasi dalam Hafied Cangara

mengungkapkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain , serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Kata kunci yang penulis lihat disini, mengatur lingkungan. Dalam artian efek yang diharapkan oleh si pembicara adalah lawan bicara selaku dianggap sebagai lingkungan yang bisa di atur sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh si pembicara. Selanjutnya berkaitan dengan informasi yang saling di bagi atau membuat jadi paham satu sama lain, berperan untuk hal sikap serta tingkah laku juga.

Adapun menurut Everett M. Rogers menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Selanjutnya definisi ini dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk pertukaran informasi dengan satu sama

(16)

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.9

Pada wacana ini, hampir sejalan dengan teori oleh ilmuwan yang

sebelumnya penulis sampaikan, dan dilengkapi dengan target

sempurnanya yaitu adanya saling pengertian yang mendalam diantara pembicara dengan lawan bicara.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan.

Adapun pengertian Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis”. Communis atau dalam bahasa Inggris “commun” yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi (to communicate) ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan.10 Komunikasi dapat diartikan sebagai penyampai hasrat atau pesan kepada orang lain, yang mana orang lain memahami apa yang dihasratkan dan diinginkan.11

9 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Indonesia, 2014), hal 21-22

10 Suwardi. Sistem Komunikasi Indonesia. (Medan: Bartong Jaya. 2005) Hal 13 11 Silfia Hanani. Komunikasi Antarpribadi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2017). Hal.12

(17)

Menurut Sutoyo bahwa seseorang dikatakan sedang berkomunikasi dengan orang lain, apabila keduanya selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang menjadi topik dalam komunikasi. Sebab mengerti bahasa saja belum cukup, yang tak kalah penting mengerti makna yang terkandung dalam bahasa itu, agar terjadi komunikasi yang berlangsung baik dan komunikatip.jadi dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat komunikasi12.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan pikiran seseorang untuk menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. Pertukaran pikiran atau penyampaian ide atau berita mempunyai kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, apabila tidak terjadi kesamaan makna dan tidak saling mengerti, maka komunikasi tidak akan berjalan efektif. Dengan demikian komunikasi dapat berlangsung apabila lawan bicara mengerti dan memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan.

12 A. Sutoyo, Kesehatan Mental. (Semarang: Bimbingan Konseling Unnes. 2006). Hal. 56.

(18)

2. Komunikasi antarpribadi

Menurut De Vito, komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik.

Penulis melihat disini, komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar diri seseorang yang dalam bentuk kecil saja tidak berjumlah banyak atau massa. Dan pendengarnya pun tidak banyak, sehingga dampak dan umpan baliknya langsung terlihat disaat itu juga.

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Sedangkan menurut Effendi, penulis melihat, efek positif dari komunikasi interpersonal, karena dalam jumlah kecil dalm melihat perubahan lawan bicara baik secara sikap, pendapat dan juga perilaku seseorang. Tanggapan yang diberikan oleh lawan bicara juga langsung

(19)

terlihat di waktu yang sama. Berhasil atau tidaknya komunikasi dapat dinilai dari hal demikian.

Konsep komunikasi antarpribadi, jarang sekali kalau ada, interaksi awal bersifat antarpribadi. Pada pertama kali orang bertemu jarang sekali mereka membuat prediksi terhadap satu sama lain dengan data psikologis. Bukan hanya mereka segan untuk membuat prediksi semacam itu, tetapi juga sering kali sebagai hal yang tidak mungkin. Kebanyakan orang tidak bersedia melakukan komunikasi antarpribadi selama pertemuan awal. Alasan lainnya mengapa orang memilih mendasarkan prediksi awalnya pada data kultural dan sosiologis, karena pada tingkat analisis ini seringkali tersedia informasi yang diperlukan atau dibutuhkan.

Setiap orang berbeda dalam kemampuannya untuk berkomunikasi secara antarpribadi. Komunikasi antarpribadi terjadi apabila seseorang mendasarkan prediksinya tentang reaksi orang lain dengan data psikologis.

Hubungan antarpribadi memerlukan paling sedikit dua orang

berkomunikasi secara antarpribadi. 13

Komunikasi antarpribadi sesuai wacana ini penulis melihat, lain lubuk lain ikannya, lain orang lain juga ilmunya. Disaat itulah komunikasi terasa hidup, karena ada dua pandangan antar pembicara dengan lawan bicara, ini kalau lawan bicara hanya satu orang, jika lebih, tentunya akan memiliki pendapat yang lebih banyak lagi. Semakin sedikit lawan bicara, dianggap semakin efektiflah komunikasi nya, karena tidak adanya

13 Muhammad Budyatna&Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group., 2011) hal. 7

(20)

kesulitan dalam menyatukan satu pesan menjadi satu pemahaman yang sama.

Komunikasi antarpribadi yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam lingkungan keluarga, komunikasi antar anggota keluarga juga merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau sebagai media yang menjembatani dalam hubungan antar sesama anggota keluarga.14

Disini penulis melihat, Maria dkk, lebih mengacu ke komunikasi antar keluarga, yang memang juga selalu terjadi komunikasi Interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Mengingat komunikasi sebagai alat atau media yang merupakan jembatan dalam hubungan antar anggota keluarga, yang biasanya jumlahnya juga tidak terlalu banyak.

Menurut Joseph Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang- orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika ( the process of sending and receiving messages between two person, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

14 Maria Victoria Awi, dkk. Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga di Desa Kimaam Kabupaten Merauke (E-Jurnal Acta Diurna. 2016) Hal 1

(21)

Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing- masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu. 15

Dalam hal ini, penulis menilai psikologis juga menjadi perhatian khusus, sukses atau tidaknya komunikasi yang disampaikan, sampai atau tidaknya pesan yang ingin dilakukan oleh lawan bicara, karena seperti kita ketahui keadaan psikologis sangat mempengaruhi mood, pikiran dan perasaan seseorang. Jika ketiga point itu dalam keadaan baik, maka akan mudahlah penerimaannya, jika dalam kondisi kurang baik, bisa dipastikan selain penerimaan yang kurang baik, umpan balik dan efek setelahnya juga tidak akan seperti yang di harapkan.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah pesan yang dikirim oleh seseorang kepada orang lain dengan efek pesannya secara langsung, komunikasi yang selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.16

Deddy Mulyana dalam bukunya mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang- orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dari

15 Ibid., hal. 10

(22)

komunikasi ini adalah satu pihak yang terlibat terhadap pihak lain seperti dua sejawat, suami istri, dua sahabat dan seterusnya. 17

Sementara Effendi mengatakan komunikasi antarpribadi atau disebut pula diadic communication adalah komunikasi antar dua orang yang mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Kontak bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, seperti melalui telepon, sifatnya dua arah atau timbal balik (two way traffic communication). 18

Sedangkan Silfia Hanani menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan dengan akrab dan sangat mengenal antara orang- orang yang di dalamnya terbatas dan kecil, yang mana diantaranya lebih saling kenal mengenal. Oleh sebab itulah, komunikasi antarpribadi dianggap yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia.19

Dari pemahaman atas prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam berbagai pengertian tersebut, dapat dikemukakan pengertian yang sederhana, bahwa proses komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (komunikator) dengan penerima (komunikan) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi

17 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Rosdakarya. 2009) Hal 81

18 Effendi. Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Rosda Karya. 2012) Hal. 14 19 Silfia Hanani. Komunikasi Antarpribadi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2017). Hal.16

(23)

informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.

3. Ciri- ciri dari Komunikasi Antarpribadi yang efektif

Dalam buku Komunikasi Antar pribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A. Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu20:

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk

membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan, aslakan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang

komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan

20 Maria Victoria Awi, dkk. Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam menciptakan harmonisasi keluarga di Desa Kimaam Kabupaten Merauke (E-Jurnal Acta Diurna,2016) Hal 2-3

(24)

keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana

komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang

diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya. Jadi dapat digaris bawahi keterbukaan ini sangat berkaitan dengan ilmu, perasaan dan hubungan antar dua individu atau lebih.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non verbal.

Jadi dengan rasa ini, bisa dipastikan komunikasi akan berjalan dengan baik karena adanya rasa satu rasa, dan ini akan menunjang ke kesamaaan pesan yang disampaikan.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.

(25)

Disinilah akan sangat terlihat bagaimana dan seperti apa dukungan yang bisa saling dilakukan untuk komunikasi yang efektif, dengan ketentuan- ketentuan tertentu pastinya.

d. Rasa positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

Dalam hal ini nggak salah ada yang bilang seluruh diri tergantung hati, baik hati baik semuanya, bisa kita simpulkan positif diri seseorang, positif untuk segala hal dalam dirinya.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan

penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang- orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proseses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi.

Disini penulis melihat, disaat berkomunikasi, ini juga akan sangat dipengaruhi oleh kesetaraan dua individu tersebut, baik secara

(26)

pendidikan, secara pengetahuan ataupun pengalaman, dan lain sebagainya.

4. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan manusia memiliki tujuan, tak terkecuali komunikasi antarpribadi. Menurut Supratiknya komunikasi interpersonal

memiliki lima tujuan utama dalam pelaksanaanya, yang meliputi: 21

a. Belajar maksudnya dengan komunikasi individu dapat mengetahui dunia luar, luas wawasanya.

b. Berhubungan menjalin relasi dengan individu lain dan optimalisasi dalam menilai diri dan individu lain secara positif

c. Memepengaruhi mempengaruhi orang lain untuk mengikuti apa yang dikemukakan komunikator berpartisipasi dalam kegiatan bersama. d. Bermain. Mencapai tujuan kesenangan dan mencapai kesejahteraan

bersama.

e. Membantu membantu orang lain yang memiliki masalah.

Sementara Sugiyo menyatakan bahwa dalam komunikasi antar pribadi terdapat Sembilan tujuan, antara lain: 22

a. Menemukan diri sendiri. b. Menemukan dunia luar.

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna. d. Mengubah sikap dan perilaku sendri dan orang lain.

21 A. Supratiknya. Komunikasi Antar Pribadi : Tinjauan Psikologis. (Yogyakarta: kanisius, 1995). Hal. 30

(27)

e. Barmain dan hiburan. f. Belajar.

g. Mempengaruhi orang lain. h. Merubah pendapat orang lain.

i. Membantu orang lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi antarpribadi memiliki tujuan yang sangat banyak. Akan tetapi secara garis besar komunikasi antarpribadi dilakukan dengan tujuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan sosiopsikologis manusia, Berdasarkan hal itu dapat mengatakan bahwa kita terlihat komunikasi interpersonal. berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa kita terlihat komunikasi interpersonal untuk mendapatkan kesenagan, untuk membantu, dan mengubah tingkah laku seseorang. Kedua, tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal, diantaranya belajar, mempengaruhi, mengubah sikap, bermain, dan menemukan diri dan dunia luar, serta membentuk dan memelihara hubungan.

5. Proses Komunikasi Antarpribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi Antarpribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses

(28)

tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan.

Komunikasi Antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antarpribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan melalui tatap muka langsung dalam pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengar mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa.

Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan, hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

Jika tidak ada keinginan untuk berkomunikasi, tidak mungkin si pembicara memulai bicara ataupun ada pkiran untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara.

2. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.

(29)

Maksudnya disini, sangat mudah dicontohkan pada seorang sales atau marketing disaat menjajakan barang dagangannya. Bagaimana handalnya mereka selaku komunikator menyusun kata- kata, yang membuat pembeli selaku lawan bicara untuk terayu membeli barang dagangan mereka, dan tentu ini ada ilmunya juga pelatihan khusus bagi mereka.

3. Pengiriman pesan. Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS, e-mail, surat, ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan.

Dan untuk era saat sekarang ini, sosial media berperan paling maksimal, terutama whats app, mengingat begitu mudahnya mengirim pesan, photo, cideo bahkan dokumen dalam satu aplikasi. Ditunjang dengan populer nya aplikasi ini, sehingga nyaris setiap individu memilikinya.

4. Penerimaan pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima dengan komunikan.

Bisa juga disebut sebaga lawan bicara, penerima pesan dan komunikan. Tanpa adanya komunikan tentunya komunikasi tidak dapat terjadi dengan baik.

(30)

5. Decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pegalaman yang mengandung makna. Dengan demikian, decoding adalah proses memahami pesan. Disini adalah hal intern yang terjadi pada diri lawan bicara. Karena saat penerimaan semua masih mentah tanpa ada pertimbangan dan perubahan ke dalam bentuk yang lebih sederhana, di fase inilah, hasil akhirnya atau umpan balik dan efek akan menjadi seperti apa, dapat terlihat dengan baik.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis kali ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Laksita Mayangsari, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, Bandar Lampung, tahun 2017, dengan judul “Analisis Komunikasi AntarPribadi dalam Proses Pembelajaran Life Skill antara Pengajar dan Peserta Didik Tunanetra”. Hasil dari penelitian ini menarik beberapa kesimpulan: Proses komunikasi antarpribadi antara pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran lifeskill berlangsung secara verbal dan nonverbal. Komunikasi antarpribadi secara verbal dilakukan oleh pengajar dengan cara memberikan pengarahan atau pendeskripsian yang

(31)

mendetail. Sedangkan pada komunikasi antarpribadi secara nonverbal antara pengajar dan peserta didik dilakukan melalui intonasi suara pengajar kepada peserta didik serta sentuhan dengan pemberian contoh secara langsung dimana pada umumnya pengajar memberi contoh dengan menggerakkan tangan peserta didik ke objek yang ingin diajarkan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Prahasty, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2009, yang berjudul “Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-Sekolah di Play Group Caterpillar Super Kids Lebak Bulus”. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan, sebagai berikut:

a. Cara pengendalian emosi (marah, sedih, gembira, takut, dan cemburu) berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan obsevasi di lapangan yaitu: menunjukkan kasih sayang pada anak disertai pelukan yang hangat, melalui pendekatan individual pada anak, membiarkan anak berjelajah ke dunianya, mengajarkan disiplin pada anak yang disesuaikan dengan situasi, dan terakhir yaitu mengajarkan pada anak untuk hidup rukun dan tidak saling bermusuhan. Kemudian ditambahkan memberikan bujukan pada anak agar mereka menurut pada kita, dan diupayakan memberikan bujukkan yang mendidik.

b. Berdasarkan analisis antara teori Sri Esti dengan hasil temuan data peneliti yaitu: terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam mengendalikan emosi anak antara lain persamaannya, sama-sama menghargai perasaan

(32)

dan pikiran anak, mendengarkan emosi yang diungkapkan anak (mereka sedang menceritakan sesuatu kepada anda), menjadi pribadi yang baik untuk anak, mendorong anak untuk menjelajahi dunianya, meluangkan waktu hanya untuk anak ketika sedang bersama mereka, menunjukkan kasih sayang, sama-sama memberitahu anak tidak menyetujui agresi yang bermusuhan dan menghentikan dengan yang tegas, dan pendekatan yang bijaksana dan luwes terhadap tingkah laku anak yang bekerja dengan baik. c. Perbedaan antara keduanya yaitu, mengendalikan emosi anak, dengan cara mengandalkan peran orang tua dalam memecahkan masalah ini, jadi orang tua disini memiliki pengaruh besar karena teori Sri Esti menganggap orang tua biasanya lebih didengarkan oleh anak dan pasti mereka akan patuh dan menurut dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan sedangkan pada temuan data yang didapat, mereka menggunakan jasa orang tua hanya sebagai pendamping saja; menurut Teori Si Esti menghindari hukuman fisik pada anak sedangkan berdasarkan hasil penelitian saya menggunakan sedikit hukuman fisik namun bertujuan agar anak menjadi disiplin; pada hasil penelitian memberi teguran secara halus pada anak jika terlihat si anak memang bersalah sedangkan pada Teori Sri Esti tidak; dan terakhir pada hasil penelitian saya ditemukan menggunakan intropeksi diri pada anak agar menyadari perbuatan mereka salah atau benar dan mengusahakan agar anak tidak merasa tervonis sedangkan pada Teori Sri Esti tidak.

(33)

3. Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Puspita Sari, Departemen Agama Republik Indonesia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syeckh Nurjati Cirebon, tahun 2013, yang berjudul “Peran Gaya Penyiar Radio Sindangkasih FM dalam Meningkatkan Jumlah Pendengar”, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan gaya penyiar Radio Sindangkasih FM cukup baik. Rata-rata 51,5%. Responden menilai penerapan gaya penyiar telah sesuai dengan format program, format acara serta gaya bicara dari setiap penyiar. Adapun peran gaya penyiar Radio Sindangkasih FM cukup dapat meningkatkan jumlah pendengar. Hal ini dapat dilihat dari grafik sms serta telephon yang terus meningkat setiap bulannya.

Maka dapat disimpulkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian

No Nama Judul Penelitian

Perbedaan Penelitian Perbedaan Penelitian Penelitian Terdahulu Penelitian Penulis 1 Laksita Mayangsari Analisis Komunikasi antarpribadi dalam proses pembelajaran lifeskill antara pengajar dan peserta didik Proses komunikasi antarpribadi antara pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran Proses komunikasi antarpribadi antara penyiar dan narasumber dalam proses Perbedaan objek pada peneliti antara penyiar dan narasunber Radio beserta komunikasinya secara

(34)

tuna netra lifeskill berlangsung secara verbal dan nonverbal. pemberian materi Titian Iman. mengudara atau on air. 2 Dina Prahasty Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi dalam Mengendalikan Emosi Anak Pra-Sekolah di Play Group Caterpillar Super Kids Lebak Bulus Cara pengendalian emosi (marah, sedih, gembira, takut, dan cemburu) berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan obsevasi di lapangan yaitu: menunjukkan kasih sayang pada anak Cara mengupaya kan materi siaran bisa di pahami dengan baik oleh pendengar serta mengharapk an feedback Perbedaan target penelitian.

(35)

disertai pelukan yang hangat, melalui pendekatan individual pada anak, membiarkan anak berjelajah ke dunianya, mengajarkan disiplin pada anak yang disesuaikan dengan situasi, dan terakhir yaitu mengajarkan pada anak untuk hidup rukun dan tidak saling

(36)

bermusuhan. 3 Anggraini Puspita Sari Peran Gaya Penyiar Radio Sindangkasih FM dalam Meningkatkan Jumlah Pendengar Penerapan gaya penyiar Radio Sindangkasih FM cukup baik. Rata-rata 51,5%. Responden menilai penerapan gaya penyiar telah sesuai dengan format program, format acara serta gaya bicara dari setiap penyiar. Analisa kominakasi antar penyiar dan narasumber Titian Iman di Pro 2 LPP RRI Bukittinggi sudah sangat baik. Penelitian terdahulu hanya terkait gaya penyiar saja, sedangkan bagi peneliti terkait dengan penyiar dan narasumber Titian Iman.

(37)

Dari tabel penelitian yang relevan sebelumnya di atas, penulis hanya mengambil dari beberapa penelitian yang penulis temukan ada kemiripan atau sedikit persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yang bertujuan sebagai pemberi pandangan terkait identifikasi masalah yang penulis lakukan di lapangan. Dan penulis dapat melihat cukup banyak peneliti yang tertarik melakukan penelitian terkait komunikasi. Perbedaan yang paling sangat mencolok adalah objek yang diteliti. Beberapa meneliti komunikasi pendidik dan yang dididik, psikolog dengan pasien dan lain sebagainya, serta ada juga antara penyiar dengan pendengar.

Sedangkan bagi peneliti saat ini, melakukan penelitian antara penyiar dan narasumber karena penulis melihat, perlu dilakukan analisis dan kajian, karena ini akan memberikan pengaruh serta dampak yang luar biasa, mengingat radio sebagai salah satu komunikasi massa yakni komunikasi yang komunikannya jamak alias banyak. Tentunya di tuntut kesempurnaan dalam berkomunikasi untuk hal ini.

BAB III

(38)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam pembuatan skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan kejadian yang terjadi di lapangan sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh atau penelitian yang berusaha untuk mengumpulkan data-data, menyajikan data

dan menganalisis data, menggambarkan pemecahan masalah yang ada.23

Adapun yang dimaksud adalah gambaran tentang komunikasi antarpribadi tentang penyiar dan narasumber Program acara Titian Iman di Pro2 LPP RRI Bukittinggi.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di LPP RRI Bukittinggi Jl. Prof M. Yamin SH No.199 Aur Kuning Bukittinggi Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena penulis memahami dan melihat secara langsung tentang Komunikasi Antarpribadi dalam Program Titian Iman di lokasi tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari 23 Januari 2019 sampai disetujui untuk sidang munaqasah.

C. InformanPenelitian

Informan penelitian yaitu orang-orang yang member informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Ia berkewajiban

(39)

secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Cara memperoleh informan penelitian dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu prosedur purposive, prosedur kuota, dan prosedur snowball.24

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur Snowball dalam menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian. Dengan demikian informan dalam penelitian ini adalah penyiar dan narasumber pada program Titian Iman di Pro 2 LPP RRI Bukittinggi berjumlah 7 orang.

Informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus

dipertimbangkan, yaitu:

1. Subjek yang telah lama intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneltian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

(40)

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akurat untuk mengungkapkan permasalahan di atas, maka peneliti menggunakan instrument diantaranya: 1. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung maupun tidak langsung terhadap gejala-gejala yang diteliti.25

Dalam melakukan observasi ini, pengamat harus selalu ingat dan memahami betul apa yang hendak diamati. Agar tidak mengganggu objek pengamatan, maka pencatatan merupakan hal yang amat dilematis dilakukan. Pencatatan langsung jika diterapkan akan mengganggu objek pengamatan, tetapi apabila tidak dilakukan biasanya pengamat dihadapkan dengan keterbatasan daya ingat. Menghadapi hal ini, maka seni mencatat hasil observasi harus terus diciptakan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga merupakan prestasi tersendiri.26

25SuharsimiArikunto. PengantarStatistikPendidikan. (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1997) hlm. 107.

(41)

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati kegiatan produksi program Titian Iman, serta proses komunikasi antar penyiar dan narasumber dalam bentuk visual dan audio..

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam.27 Wawancara bertujuan menggali

fokus penelitian secara mendalam, karena itu dilakukan secara berkelanjutan dan pada partisipan tertentu mungkin dilakukan secara berulang-ulang.28

Proses wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang respon dengan minimum bisa dan maksimum efisiensi. Sementara Steward & Cash (1982) mendefinisikan wawancara sebagai sebuah proses komunikasi dyad (interpersonal), dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, bersifat serius, yang dirancang agar tercipta

27Sugiyono. MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2011).cetke- 12, hlm. 231.

28Nusa Putra. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012). Cet ke-1, hlm. 225.

(42)

interaksi yang melibatkan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan.

Wawancara dilakukan dengan penyiar programa 2 dan narasumber acara Titian Iman, serta pihak yang dianggap memiliki kapabilitas dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.

Disini penulis, mengumpulkan dokumen berupa rekaman dialog on air, transkrip/ rundown wawancara, dokumen-dokumen tertulis, photo-photo serta list-list point penting saat penyiar melakukan wawancara dengan narasumber Titian Iman.

4. Studi Kepustakaan (Studi Literatur)

Pengumpulan data dari berbagai literature pendukung terkait dengan komunikasi antar pemateri dan pendengar sekaligus penyiar dari Pro 2 LPP RRI Bukittinggi

(43)

Dalam pengolahan data dari penelitian ini yang peneliti lakukan untuk melihat hasil dari data yang akan diolah adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2. Display data

Display data adalah menyajikan dengan kegiatan menampilkan informasi yang terdapat melalui reduksi data, kemudian informasi yang diperoleh baik melalui observasi maupun wawancara dihimpun dan diorganisasikan berdasarkan focus masalah penelitian, yang nantinya akan ditampilkan dalam bentuk tabel, agar mudah dipahami dan mudah direncanakan kerja selanjutnya.

Selain itu, display data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang terus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian data bias dilakukan dalam sebuah matrik.29

3. Verifikasi data

29Anis Fuad, Kandung Sapto Nugroho. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014). Cet ke-1, hlm. 64.

(44)

Verifikasi data adalah kesimpulan awal yang bersifat sementara dan akan dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.

F. Triangulasi Data

Pengecekan dengan cara pemeriksaan ulang. Pemeriksaan ulang

bisa dan biasa dilakukan sebelum dan/atau sesudah data dianalisis. Pemeriksaan dengan cara triangulasi dilakukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan dan akurasi data. Dapat dilakukan dengan membandingkan hasil dari satu instrument dengan instrument lainnya

Gambar 3. 1 Triangulasi Data 30

30Danu Eko Gustinova. Memahami Metode Penelitian Kualitatif.(Yogyakarta:Calpulis 2015) Hal. 50

(45)

Jika dibuat dalam bahasa Indonesia menjadi seperti berikut: Gambar 3.2 Triangulasi Data Indonesia

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multi metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang

(46)

yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Menurut Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi di gunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu31:

1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Dalam penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survey. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi, bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, wawancara dan obervasi, pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan

31Moleong J. Lexy.2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

(47)

jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Jika data itu sudah jelas, berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi dari subjek penelitian. Perlu diperhatikan bahwa yang diajak menggali data harus yang memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi. 3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi melalui metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain wawancara dan observasi, bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar/ foto. Masing-masing cara akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang memberikan pandangan (insight) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk

(48)

menghindari bias individual peneliti atas temuan/ kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

Triangulasi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif.

(49)

Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang jauh berbeda.

Hal ini dapat dicapai dengan jalan :32

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan lain sebagainya.

Tabel 3.1 Triangulasi Data

32Ibid Hal 48

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program Titian Iman

Titian Iman bermula sejak tahun 2000-an, semenjak Programa 2 hadir beberapa tahun di LPP RRI Bukittinggi. Acara Titian Iman menghadirkan narasumber dari praktisi agama yang aktif dalam kegiatan dakwah. Pada awal mula acara Titian Iman di isi oleh Ustadz Imam Zaidallah, dan hingga kini baru dua kali pergantian dikarenakan refreshing acara dan pembugaran materi yang lebih ke remaja. Tema-tema yang dibahas merupakan hal-hal yang dianggap penting untuk mempertebal keimanan dan ketaqwaan dikalangan remaja yang dirasa semakin memudar di era globalisasi ini. Baik

(51)

secara materi dan cara penyampaian dengan style anak muda,

sehingga tidak membosankan dan terkesan menggurui.33

Gambar 4. 1 Pola Siaran Programa 234

Ket: Selengkapnya di halaman lampiran

33 Wawancara dengan Elfi Yerni Staff Seksi Perencanaan RRI Bukittinggi, , Jum’at tanggal 22 Maret 2019, Pukul 10.00 WIB

(52)

Dari gambar diatas dapat kita lihat spesifikasi dari pola siaran programa dua, warna merah muda untuk acara yang bermuatan berita dan informasi sebanyak 30 persen, warna kuning muda untuk pendidikan sebanyak 10 persen, hijau muda untuk kebudayaan 10 persen, hiburan dan lain- lain sebanyak 40 persen dan iklan/ pelayanan masyarakat.

Acara titian iman dikualifikasikan ke pendidikan yang 10 persen, ketetapan ini langsung berdasarkan juknis secara terpusat dan sama untuk RRI Pro 2 se Indonesia. Materi- materi yang disampaikan di acara Titian Iman, mengandung unsur pendidikan yang terfokus ke pendidikan agama.

Titian iman merupakan salah satu acara unggulan di Pro 2 RRI Bukittinggi, yang telah bertahan selama lebih kurang 15 tahun. Disiarkan setiap hari Jum’at pukul 10.00 sampai 11.00 WIB. Selama perjalanan acara Titian Iman, terjadi beberapa kali pergantian narasumber dari Uztadz Imam Zaidallah ke beberapa ustadz dari Ponpes V Jurai dan Ustadz Harmen, Lc, MA sebagai koordinator, dan di 2019, beralih ke dua orang ustadz saja yakni Ustadz M. Yusuf, Lc dan Ustadz M. Habibie, Lc, MA sebagai upaya Produa dalam memfokuskan segementasinya untuk generasi muda dari SMP hingga kuliah, serta untuk menyegarkan suasana penyajian acara. Begitupun jadwal acara yang berubah dari pukul 10.00 WIB sampai 11.00WIB menjadi 17.00 sampai 18.00WIB, sesuai juklak refresh programa dari

(53)

RRI pusat sejak Januari 2019. Namun dalam beberapa edisi, sumber informasi dikutip penyiar dari website yang akurat dan terpercaya. Hal ini dilakukan agar acara Titian Iman tetap terlaksana, meskipun narasumber berhalangan hadir. Disisi lain juga demi bervariasinya penyajian acara, dari yang berbentuk interaktif menjadi satu arah.35

Berikut pola acara siaran Programa Dua 36 Gambar 4.2 Pola acara siaran Programa Dua

35 Wawancara dengan Mutia Utami,Pemyiar Produa RRI Bukittinggi. Rabu tanggal 27 Maret 2019, Pukul 11.00 WIB

(54)
(55)
(56)
(57)

Dari gambar pola acara siaran diatas, dapat kita lihat gambaran secara keseluruhan. Dan untuk klasifikasi ini 100 persen mengacu dari juklak secara terpusat. Jika kita mendengarkan programa dua se Indonesia di jam yang sama, acaranya nyaris sama. Hanya berbeda dari judul nya saja. Target dan konten acara nyaris sama.

Penetapan acara yang disamakan seperti ini mulai berjalan tepatnya dari Januari 2019. Dari hampir 7 bulan berjalan, Sub seksi perencanaan selalu melakukan evaluasi, bagaimana jalannya acara, bagaimana peminat nya, apa ada feedback dari sahabat kreatif dan seterusnya. Semua laporan monitoring dan evaluasi selalu dilaporkan ke pusat.

Di beberapa SPBU, Programa 2 menjadi channel radio pilihan mereka, dan acara Titian Iman adalah salah satu yang mereka tunggu. Begitupun go car dan angkutan umum lain, mereka mengaku menikmati perjalanan, dengan mendengarkan acara Titian Iman, pekerjaan tidak terganggu, ilmu agama tetap di dapat. Hal yang sama juga penulis dapatkan dari pengakuan banyak pedagang dipasar atas, pasar lereng, pasar bawah, pasar banto, pasar Aur Kuning dan pusat perbelanjaan lain.

Titian Iman, sebuah program yang menghadirkan praktisi agama yang aktif dalam kegiatan dakwah. Tema yang dibahas merupakan hal-hal yang dianggap penting untuk mempertebal

(58)

keimanan dan ketaqwaan dikalangan remaja yang dirasa semakin memudar di era globalisasi ini. Baik secara materi dan cara penyampaian dengan gaya anak muda, sehingga tidak membosankan dan berkesan menggurui.

a. Jadwal Penyiar dan Pemateri

Dalam penelitian di jadwal yang telah penulis tuliskan, yakni selama bulan Januari dan Februari tahun 2019, berikut rinciannya:

Tabel 4.1 Tabel Jadwal Titian Iman37

No. Hari/ tanggal Narasumber Topik Penyiar

1. Jum’at/

4 Januari 2019

Ust. M. Yusuf Masalah remaja Muthia Utami

2. Jum’at/

11 Januari 2019

Internet Kisah keislaman

Bilal Bin Rabbah

Annisa Permanasari

3. Jum’at/

18 Januari 2019

i-Net Syukurilah nikmat Muthia Utami

4. Jum’at/

25 Januari 2019

Ust. M. Yusuf Mahabbah Rahmat Romi

5. Jum’at/

1 Februari 2019

Ust. M. Yusuf Pemuda- pemuda

tangguh Islami

Dedi Putra

(59)

6. Jum’at/

8 Februari 2019

Ust. M. Yusuf Kewajiban

orangtua terhadap anak

Rahmat Romi

7. Jum’at/

15 Februari 2019

Ust. M. Yusuf Anak yang

durhaka

Andini Miza Putri

8. Jum’at/

22 Februari 2019

Ust. M. Yusuf Akhlak Andini Miza Putri

Pada tabel diatas dapat kita lihat, acara Titian Iman yang dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 17.00 sampai 18.00WIB. Narasumber sesuai dengan yang ditetapkan oleh RRI Produa Bukittinggi, di isi oleh Ustadz Muhammad Yusuf, Lc, MA. Sedangkan untuk materi, bisa kita lihat, mengarah ke remaja secara full, karena memang sesuai dengan segmentasi programa dua remaja (SMP sederajat sampai kuliah).

Acara Titian Iman memiliki durasi selama 60 menit, dengan 2 segmen. Diawali dengan penyajian materi dakwah oleh narasumber yang temanya ditentukan oleh narasumber. Temanya biasanya berkaitan dengan keseharian remaja dan pendidikan-pendidikan agama. Dilanjutkan di segmen kedua, sesi tanya jawab, oleh pendengar kepada narasumber, melalui SMS/ Telp. ke 081374526962, phone (0752) 33188 dan sosial media facebook “produa bkt”, twitter dan instagram “pro2 bukittinggi”.

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian
Gambar 3.2 Triangulasi Data Indonesia
Gambar 4. 1 Pola Siaran Programa 2 34
Tabel 4.1 Tabel Jadwal Titian Iman 37
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan persentase dari masing ± masing tingkat pendidikan, tingkat kepercayaan yang tinggi paling banyak dimiliki oleh pasien dengan pendidikan terakhir perguruan

Pengguna- an kalsium polisulfida yang merupakan pestisida ramah lingkungan dapat menjadi alternatif untuk mengenda- likan penyakit yang diakibatkan kedua jamur tersebut..

Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk menentukan ditaati

Hipertiroidisme pada penyakit Graves’ disebabkan oleh aktivasi reseptor tiroid oleh thyroid stimulating hormone receptor antibodies yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid

Nilai transmissibility yang bernilai negatif menunjukkan superposisi destruktif misalkan pada pompa misalignment 2mm (yang dioperasikan dengan pompa unbalance 27

gual. .. 3) Pala adaptasi yang berlaku pada kontak kedua elnis yang berbeda bahasa ini adalah berpala dua arah. 4} Seperti hal pada kontak bahasa di tempat lain,

Karena itu, konsinyasi hanya bisa diterapkan untuk pembayaran ganti rugi untuk pengadaan tanah dilakukan oleh Instansi Pemerintah untuk kepentingan umum, dengan

Hasil pengujian kekuatan tarik dari tiga perlakuan konsentrasi penggunaan asam klorida sebagai bahan pengasaman pada kulit ikan nila samak tersaji pada gambar 1.. Pengujian