• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DALAM PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN

(Penelitian Kualitatif Pada SMK Bhakti Kencana, SMK PGRI, dan SMK

Al-Ghifari di Kabupaten Garut)

oleh Entis Suntara, Sutaryat Trisnamsyah, Sofyan Saori, Daeng Arifin

School is an educational institution which is able to produce qualified graduates will be highly

affected by the extent of the effectiveness of learning in improving quality.The effectiveness

of the school is also very determined by the extent of the institution is able to set the rules or

professional management (MBS). The theory foundation this research is management theory,

based on educational theory study of behaviuor, theory cognitive, and constructivism learning

theory. The aims of this study are to describe and analyze the School Based Management in

Improvement the Quality of Learning in the private SMK in Garut regency. The methods are

descriptive with qualitative approach, in with collected through 1) observations, 2) interview, 3)

documentation of study. The results showed that the application of quality management of the

education in schools through management functions look good in the learning process.

Key Words:

MBS in Improvement The Quality of Learning.

ABSTRACT

INTRODUCTION

Salah satu komponen pendidikan adalah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan terlihat secara langsung di dalam setiap kegiatan pendidikan, dan pendidikan tidak dapat berlangsung tanpa tujuan tertentu yang menentukan isi pengajaran,

langkah-langkah pengajaran, dan evaluasi. Tujuan pendidikan diartikan sebagai rumusan dari kualitas (mutu) pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran di sekolah.

(2)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebuah sistem pengelolaan yang memberikan kewenangan yang luas kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri. Pemberian kewenangan yang luas tersebut merupakan realisasi pelaksanaan konsep desentralisasi dibidang pendidikan pada tingkat terdepan yaitu sekolah. Kewenangan yang luas ini diberikan tetap dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional yang ada, sehingga sekolah tidak berkembang semaunya sendiri. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menekankan agar pihak sekolah mengikut sertakan masyarakat secara intensif dan ekstensif sesuai dengan peran dan potensi masing-masing.

Permasalahan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dalam satu sistem yang saling mempengaruhi. Mutu keluaran dipengaruhi oleh mutu masukkan dan mutu proses. Secara eksternal, komponen masukan pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah adanya intervensi kebijakan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Proses pencapaian mutu satuan pendidikan melalui pemenuhan SNP tersebut meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kenpendidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pencapaian mutu secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program secara terus menerus dan berkelanjutan merupakan upaya penjaminan mutu satuan pendidikan yang bersangkutan.

Proses belajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memiliki strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling effektif, sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di

sekolah. Secara umum starategi/metode/ teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada siswa (student centre) lebih mamapu memperdayakan pemebelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan belajar guru. Oleh karena itu cara-cara belajar siswa aktif seperti misalnya active learning, cooperative learning dan quantum learning perlu diterapkan.

Dalam penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dibutuhkan kesinambungan antara perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Kegiatan perencanaan merupakan langkah awal dalam memulai suatu kegiatan, dengan perencanaan segala kegiatan telah terkonsep dengan baik. Begitu juga kegiatan pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian tugas. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kegiatan ini merupakan implikasi dari kegiatan perencanaan dan pengorganisasian, kegiatan pelaksanaan mengacu kepada apa-apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan. Pada kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur sampai sejauhmana keberhasilan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pada kegiatan evaluasi tergambar keberhasilan dan kegagalan program yang telah dijalankan, sehingga dengan kegagalan dijadikan perbaikan untuk ke depannya.

Diantara lembaga pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang penulis amati adalah SMK Bhakti Kencana Limbangan, SMK PGRI Garut, dan SMK Al-Ghifari Banyuresmi. Salah satu alasan peneliti memilih sekolah-sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah sebab sekolah-sekola tersebut banyak diminati pserta didik dari tahun ke tahun dan sekolah ini memiliki beberapa keunggulan dalam prestasi akademik dan non akademik. Walaupun

(3)

demikian, dalam penyelenggaraan proses pembelajarannya terdapat sisi kelebihan dan kekurangannya. Kekurangan sekolah tersebutlah yang menjadi permasalahan yang perlu dicari solusi pemecahan masalahnya secara jelas.

Salah satu masalah yang unik dari sekolah-sekolah ini bahwa ketiga SMK Swasta ini merupakan sekolah kejuruan yang berorientasi ke depan bahwa peserta didiknya disiapkan untuk bekerja dan berwirausaha. Tetapi pada kenyataanya setiap tahun lulusannya ada yang memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, demikian pula ada kebanyakan siswa yang menganggur. Berdasarkan penuturan dari salah satu alumni terkait hal tersebut, bahwa ijazah SMK yang didapatkan belum sepenuhnya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan yang layak sesuai dengan jurusannya sewaktu bersekolah di tempat tersebut, sebab skill yang dimiliki belum mumpuni. Sehingga untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan keinginannya, harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi yakni D3 ataupun S1.

Melalui MBS ini, ketiga SMK Swasta di kabupaten Garut telah menerapkan kurikulum 2013 untuk semua level kelas namun dari segi materi, masih memberikan sebagian materi di konten KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 sebab materi-materi tersebut masih dianggap penting dan harus diketahui oleh siswa (Curriculum Filtering). Namun, dalam penggalian konten kurikulum 2013 ini terdapat perbedaan persepsi per jurusan dan juga per guru mata pelajaran untuk mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam berbagai model pembelajaran yang berbeda-beda pula, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap daya serap dan kemampuan peserta didik yang akan berpengaruh pula terhadap mutu lulusan (output). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai implementasi MBS

di sekolah tersebut, dalam mewujudkan tamatan yang berkualitas tinggi seperti apa yang tertuang dalam visi dan misi sekolah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan, menggambarkan, atau menguraikan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu yang datanya bersifat faktual secara sistematis dan akurat yang diambil melalui pengamatan, wawancara dan analisis dokumen yang bersangkutan. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui implementasi MBS dan strategi sekolah dalam mengelola peserta didik sehingga menjadi berkualitas tinggi yang diakui oleh lembaga lain.

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga SMK swasta di kabupaten Garut, yaitu Bhakti Kencana Limbangan, SMK PGRI Garut, dan SMK Al-Ghifari Banyuresmi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018.

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah, ketua komite sekolah, ketua jurusan, guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, dan Pembantu Kepala Sekolah Urusan Humas.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini adalah proses manajemen di SMK Bhakti Kencana Limbangan, SMK PGRI Garut, dan SMK Al-Ghifari Banyuresmi yang meliputi; a) perencanaan program sekolah, perencanaan program pembelajaran, b) pelaksanaan program berdasarkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan program ini terdapat strategi untuk memperbaiki

(4)

mutu sekolah; (1) pembinaan guru, (2) pengoptimalan KBM dan layanan khusus, (3) pendanaan pendidikan, (4) memperluas mitra kerja, melalui; (a) prakerin, (b) Bursa Kerja Khusus (BKK), (c) job fair,d) evaluasi program, pada akhir semester untuk melihat keberhasilan program dan pada tiap 3 (tiga) bulan sekali untuk memeriksa keuangan sekolah.

Kemudian proses pembelajaran, terdiri atas: a) penggunaan kurikulum, dengan kurikulum 2013 dan sebagian guru mengintegrasikannya dengan KTSP 2006, b) metode dan strategi guru, terdiri atas; (1)

discovery learning, (2) learning by association,

(3) problem solving learning. c) PAKEM; d) fasilitas pendukung pembelajaran; e) layanan khusus, terdiri atas; (1) pendampingan khusus, (2) les Bahasa Inggris, (3) les 4 mapel, (4) praktikum kewirausahaan, (5) ekstrakurikuler.

Pembahasan dimulai dari proses Manajemen Berbasis Sekolah pada SMK Bhakti Kencana Limbangan, SMK PGRI Garut, dan SMK Al-Ghifari Banyuresmi yang meliputi perencanaan program, pelaksanaan program, pengawasan, dan evaluasi. Dalam perencanaan program sekolah dan program khusus jurusan dibuat oleh Tim Manajemen sekolah yang terdiri atas Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Pengawas Sekolah, Kepala Tata Usaha, Ketua Jurusan, Litbang (Penelitian dan Pengembangan) dan Ketua QMR (Quality Manajemen Representatif) yang mana untuk program jurusan diserahkan sepenuhnya kepada Ketua Jurusan untuk merencanakan, mengatur, dan mengelola.

Dalam pelaksanaan program sekolah, ketiga SMK Swasta di kabupaten Garut tersebut secara umum mengacu pada program-program kegiatan yang akan dilakukan untuk 1 tahun ke depan. Ketika terdapat program dadakan seperti try out dari PEMDA sekolah memprioritaskan program yang dibuat oleh PEMDA. Dalam kegiatan evaluasi program, ketiga SMK

Swasta tersebut selau rutin melakukan evaluasi terhadap program kerja yang telah dilaksanakan secara sumatif pada akhir semester.

1. Perencanaan Sekolah dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran untuk meningkatan mutu pembelajaran, di 3 SMK tersebut, secara umum telah melakukan perencanaan pendidikan dan pengajaran dengan mengutamakan nilai-nilai manusiawi, memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi anak didik seoptimal mungkin, memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi setiap peserta didik, komprehensif dan sistematis serta menyeluruh yang disusun secara logis dan rasional, berorientasi pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang ditujukan kepada mempersiapkan peserta didik yang memiliki keahlian sesuai dengan jurusannya, dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis, berorientasi ke masa mendatang, rensponsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

2. Pelaksanaan Manajemen Berbasis

Sekolah

Poin pertama, dari proses pembelajaran

adalah penggunaan kurikulum 2013. Kualitas ketiga SMK swasta dibuktikan oleh prestasi siswa untuk hasil UN di tiga SMK tersebut tidak menurun, bahkan mengalami kenaikan.

Poin kedua, adalah metode dan strategi

guru dalam mengajar yang berbeda-beda, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris lebih banyak menggunakan metode ceramah dan diskusi. Sedangkan untuk matematika lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Lalu untuk mata pelajaran produktif lebih banyak menggunakan metode diskusi dan tanya jawab. Setiap guru sama-sama menggunakan pendekatan

(5)

saintifik (scientific approach). Namun strategi penyampaian berbeda, untuk guru Matematika menggunakan discovery

learning, guru bahasa Inggris menggunakan

learning by association, dan guru Produktif menggunakan problem solving learning.

Discovery learning adalah memahami

konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Strategi belajar ini dilakukan dengan melatih peserta didik secara mandiri menemukan penyelesaian masalah dengan menghubung-hubungkan satu konsep dengan konsep lainnya.

Problem Solving Learning, merupakan

suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Strategi ini menuntut peserta didik untuk berpikir bagaimana mencari jalan keluar/solusi terhadap kasus yang disodorkan oleh guru.

Learning by Association, menurut Suyono

dan Hariyanto (2014 : 130), menyatakan bahwa: “Belajar asosiasi adalah suatu proses dimana suatu materi pembelajaran dipelajari melalui asosiasi dengan bahan-bahan pembelajaran yang terpisah yang sudah dipelajari sebelumnya. Belajar asosiasi akan lebih mudah jika ada keterkaitan antara materi pembelajaran yang baru dengan yang sebelumnya.”

Melalui pengamatan lapangan, dan dokumen RPP yang telah dirancang sebagai pedoman pembelajaran, setiap gru melakukan langkah tersebut dengan tujuan agar anak mampu mengingat setiap poin penting materi yang akan terus digunakan dengan harapan mampu mencapai kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu reading skill, listening skill, writing

skill, dan speaking skill.

Poin ketiga, adalah PAKEM. Ketiga SMK

swasta tersebut telah berupaya menerapkan strategi pembelajaran baik itu aktif, kreatif, efektif, maupun menyenangkan. Meskipun di RPP guru dan sekolah tidak menyertakan

strategi pembelajaran yang PAKEM, namun dalam implementasinya guru secara tidak langsung sudah menerapkan PAKEM walaupun setiap harinya porsinya tidak sama.

Poin keempat, adalah fasilitas pendukung

pembelajaran, fasilitas ini telah banyak yang rusak karena kurangnya perawatan terhadap fasilitas, terutama pada proyektor yang terpasang disetiap kelas. Selain itu, pada saat ini kegiatan belajar mengajar ketiga SMK Swasta tersebut secara umum belum bisa dikatakan optimal. Hal ini disebabkan fasilitas pendukung pembelajaran yang paling utama belum tersedia secara maksimal.

Poin kelima, adalah layanan khusus yang

disediakan oleh sekolah, yang terdiri atas: pendampingan khusus untuk setiap kelas berupa les bahasa Inggris, les 4 (empat) mapel untuk siswa kelas XII; praktikum kewirausahaan; dan ekstrakurikuler. Penyediaan layanan khusus ini juga memperhatikan kebutuhan di lapangan dan trend yang sedang terjadi pada saat ini. Dalam hal ini yang disoroti adalah jumlah jenis ektrakurikuler sekolah yang disediakan. Tiga tahun sebelumnya hanya ada 3 (tiga) jenis ektrakurikuler tapi sekarang sudah ada 4 (empat) jenis ekstrakurikuler.

Berarti selama tiga tahun ini, sekolah sudah mampu mengembangkan ketersediaan ekstrakurikuler sebesar 35%. Jadi sekolah ini tergolong sedang dalam menghadapi pergeseran minat bakat siswa setiap tahun.Selain itu juga dari hasil kegiatan ekstrakurikuler ini belum banyak prestasi yang ditorehkan oleh siswa dari 4 (empat) jenis ekstrakurikuler setiap tahun. Jadi ektrakurikuler ini benar-benar memberikan dampak dan manfaat yang besar terhadap kompetensi siswa yang menjadikannya semakin berdaya dan berkualitas.

3. Pengawasan Sekolah dalam

(6)

Pelaksanaan pengawasan sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan di ketiga SMK swasta, bahwa pelaksanaan pengawasan dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan, hambatan yang dihadapi dan penyimpangan yang mungkin terjadi. Selain itu, juga dilakukan evaluasi dalam rangka mendapatkan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang telah tercapai berdasarkan pertimbangan tertentu secara objektif. Pengawasan dan evaluasi dilakukan sebagai bahan masukan perbaikan program yang sedang berlangsung. Pengawasan dan evaluasi yang dilakukan meliputi: Kurikulum, Peserta didik, Ketenagaan, Sarana dan prasarana, Organisasi, Pembiayaan, Manajemen sekolah, Peran serta masyarakat, Komponen proses manajerial, Proses belajar mengajar, Komponen output, Prestasi akademik, Prestasi non akademik.

4. Faktor-faktor penunjang dan

penghambat

1) Faktor-faktor Pendukung

(a) Kondisi Sarana Prasarana. Kondisi sarana prasarana di sekolah telah lengkap, cukup memadai sebagai tempat proses pembelajaran para peserta didik. (b) Siswa

(c) Kualitas Pendidik. Guru sudah membuat silabus, RPP, menyusun perencanaan hasil pembelajaran, memiliki kemampuan dalam memahami prinsif perancangan pembelajaran, mengembangkan komponen rancangan pembelajaran. Dalam melaksanakan hasil pembelajaran diawali dengan membuat administrasi guru yang meliputi: 1) mempersiapkan kalender akademik; 2) program tahunan dan program semester; 3) membuat RPP yang meliputi identiutas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, remedial, pengayaan, dan sumber belajar.

2) Faktor-faktor Penghambat

(a) Mutu Tenaga Pendidik. Di sekolah telah memiliki tenaga pendidik yang cukup, tetapi masih ada guru yang kurang kompeten, kurangnya tingkat profesionalisme, gaya pembelajaran yang masih monoton, kualifikasi, pembinaan karir, perlindungan profesi, dan administrasi.

(b) Orang Tua Siswa. Orang tua kurang memberikan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, adanya orang tua yang tidak peduli dan tidak mau ikut serta dalam proses pembelajaran di sekolah.

(c) Tingkah Laku Siswa.Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada kedisiplinan, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkadang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di dalam kelas.

5. Cara meningkatkan faktor

penunjang dan mengurangi faktor

penghambat

Untuk meningkatkan faktor pendukung dan mengurangi faktor penghambat dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di ketiga SMK swasta kabupaten Garut, adalah deangan melakukan kepemimpinan dan manajemen sekolah yang professional, berkesinambungan, serta menambah wawasan, baik melalui studi banding maupun work shop atau pelatihan kepemimpinan. Pendayagunaan masyarakat dalam hal kondisi sosial ekonomi melalui sosialisasi program sekolah dan melakukan

(7)

sebuah usaha kerja sama dengan alumni, dunia usaha, dan industri.

Selanjutnya, untuk mengurangi faktor penghambat dalam penerapan Manajemen Berbaisis Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di tiga SMK swasta kabupaten Garut, adalah dengan cara:

1. Memahami Manajemen Berbasis Sekolah,

2. Mencari sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas,

3. Meningkatkan kualiutas dan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan

4. Mencari sumber dana selain dari pemerintah pusat dan daerah

5. Transparansi dalam pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Sekolah

6. Mencari informasi untuk mendapat bantuan dari pemerintah

7. Mensosialisasikan Manajemen Berbasis Sekolah kepada semua warga sekolah 8. Mengoptimalkan dukungan masyarakat

dan orang tua siswa

9. Tersusunnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baik.

Pendayagunaan Lingkungan

(Masyarakat)

Peran Serta Masyarakat, terdiri atas; peran Pemerintah Pusat, PEMDA, DUDI, Perguruan Tingi, masyarakat sekitar, wali murid, supervisor dan sponsor. Secara umum di 3 SMK swasta tersebut telah memiliki Team work yang bagus dan kompak. Pendayagunaan lingkungan atau Peran Serta Masyarakat (PSM) yang berupa dukungan moral dan finansial merupakan tanggungjawab dari adanya peran Komite Sekolah.

Peran Waka Humas di tiga SMK swasta tersebut tidak hanya membangun kerjasama dengan masyarakat sekitar, namun juga masyarakat pada lembaga/instansi tertentu dan DUDI. Ada hubungan timbal balik sekolah dengan masyarakat sekitar, di antaranya pemberian bantuan beasiswa bagi masyarakat miskin dan berprestasi,

pemberian jatah daging kurban saat Hari Raya Idul Adha, dan lainnya.

Iklim sekolah yang kondusif di tiga SMK tersebut secara umum faktor penentu keberhasilan sekolah dalam mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah. Budaya di tiga SMK Swasta tersebut, dipengaruhi oleh pembawaan diri pribadi dan lingkungan di luar sekolah, serta oleh slogan-slogan yang tertempel di setiap sudut dinding sekolah yang berisikan pesan moral, running text yang berisikan pesan untuk melestarikan budaya dan figur guru yang dapat memberikan teladan yang baik bagi peserta didik.

Perencanaan program sekolah ketiga SMK swasta tersebut ditangani oleh Tim Manajemen sekolah yang terdiri atas Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala TU, dan Ketua Jurusan dan untuk program jurusan ditangani oleh Ketua Jurusan masing-masing. Namun proses perencanaan program yang berkaitan dengan rancangan kurikulum yang relevan belum melibatkan DUDI dan sedang dalam proses perencanaan untuk tahun depan.

Pelaksanaan program di ketiga SMK Swasta tersebut antara lain: menyelenggarakan pembinaan guru, mengoptimalkan KBM dan layanan khusus, mengoptimalkan pemanfaatan sumber dana pendidikan, memperluas mitra/kerjasama sekolah, dan memasarkan lulusan ke DUDI dan Perguruan Tinggi.

Untuk melihat tingkat ketercapaian program, menerapkan jenis evaluasi sumatif. Hasilnya, Nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) belum semuanya mencapai KKM atau dinyatakan belum lulus; tingkat keberhasilan peserta didik yang belum 100% menguasai materi pelajaran Sejauh ini peningkatan kompetensi guru di tiga SMK swasta tersebut secara umum dilakukan melalui program diklat dan pelatihan.

Meski telah menerapkan Kurikulum 2013, namun beberapa guru masih mengintegrasikannya dengan KTSP 2006.

(8)

Metode dan strategi mengajar dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab yang memuat; discovery learning, problem solving

learning, learning by association yang berpusat

pada peserta didik (student learning centered). Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan ketiga SMK Swasta, meliputi:

1) Upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

2) Upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik

3) Upaya mempersiapkan peserta didik memiliki keahlian sesuai dengan kejuruan.

4) Upaya mempersiapkan peserta didik mampu menemukan dunia kerja sesuai dengan tujuan jurusan yang dipilih. 5) Upaya membantu peserta didik dalam

menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam pelaksanaan pembelajaran juga didapatkan data, bahwa guru melaksanakan kegiatan pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap Review. Review merupakan bagian awal dari pelaksanaan pembelajaran. Tahap review digunakan guru untuk menjajaki kemampuan yang dimiliki siswa dan mengingat kembali materi sebelumnya. Pada tahap ini tujuannya agar guru dapat mengetahui tingkat pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman siswa.

2. Tahap Overview. Overview merupakan langkah dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan program pembelajaran yang akan dipelajari hari itu. Guru menjelaskan garis besar isi yang akan dipelajari dan menjelaskan strategi pembelajaran yang akan digunakan. 3. Tahap Presentasi. Presentasi adalah tahap

menyampaikan materi pembelajaran. Dalam tahap ini, guru menjelaskan

materi-materi penting yang terkait dengan tujuan pembelajaran. Secara sederhana, dalam penyampaian materi guru perlu berpegangan pada tiga aktivitas yang meliputi telling (bercerita),

showing (menunjukkan), dan doing

(berbuat).

4. Tahap Exercise. Exercise merupakan tahap untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan latihan-latihan.

5. Tahap Summary. Summary merupakan tahap pelaksnaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyimpulkan dari materi-materi yang telah dipelajari pada hari itu.

SIMPULAN DAN

REKOMENDASI

Simpulan

1. Kinerja kepala sekolah berada pada taraf kuat. Hal ini berarti bahwa tingkat kemampuan konseptual, kematangan kepribadian, dan kemampuan teknis sebagian besar kepala sekolah dalam taraf kuat, artinya sangat solid dalam pelaksanaannya yang dipengaruhi latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai.

2. Kinerja mengajar guru berada pada taraf kuat. Hal ini berarti bahwa sebagian besar guru dapat melaksanakan tugas dan peranannya sebagai demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, mediator, dan sebagai evaluator.

3. Kinerja kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap tinggi rendahnya keefektifan sekolah.

4. Kinerja mengajar guru berpengaruh secara signifikan terhadap keefektifan sekolah.

5. Kinerja kepala sekolah dan kinerja mengajar guru berpengaruh secara signifikan terhadap keefektifan sekolah

(9)

Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui berbagai hal yang mempengaruhi keefektifan sekolah dan menghasilkan pemahaman yang mendalam hendaknya dilakukan penelitian sejenis dengan mengkaji berbagai variabel penelitian lainnya seperti lingkungan, budaya organisasi, iklim organisasi, perubahan lingkungan dan lain-lain.

3. Kepala Sekolah sebaiknya lebih meningkatkan kemampuan Conceptual

Skill, memiliki Kepekaan Individual yang

tinggi, Memiliki Stimulasi intelektual,

dan memposisikan sebagai Pendidik, mengembangkan dan mempelajari pola kepemimpinan yang ideal.

4. Stakeholders mampu menciptakan kondisi yang dapat memicu dan memacu para guru agar dapat bersikap, berbuat serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sesuai dengan bidang ke-ilmuannya masing-masing.

5. Selain harus memiliki kemampuan dasar bidang studi dan kurikulum, guru pun memahami prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Daftar Pustaka:

Afifudin dan Irfan Ahmad Zain. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UIN.

Ali, M. (2000). Sistem Penjamin Mutu dan Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal Mimbar Pendidikan No. 1 Tahun XIX. Ali, M. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Pedagigianan Press: Bandung.

Arifin, Daeng dan Pipin Arifin. (2010). Sekolah Mandiri PemebrdayaanKomite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Pustaka Al-Kasyaf.

Arifin, Daeng. (2010). Sekolah Mandiri Pemebrdayaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Pustaka Al Kasyaf.

Arifin, Daeng. (2014). Peningkatan Wawasan Kependidikan Komite Sekolah. Bandung: Pustaka Al-Kasyaf. Bahri. (2002). Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Barlian, Cepi. (2016). Manajemen Strategik. Bandung: Khlalifa Insan Cendikia Press. Besterfiled, Dede H, et.al. (1999). Total

quality Management. Prentice Hal. Internation Inc: New Jersey.

Danim, S. (2006). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme

Setia.

Fandy, T dan Anastasia D. (2003), Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Hadari. (2005). Manajemen Strategi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Moleong, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mudjiharjo, R. (2002). Pengantar Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhibbin, Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2004), Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelentasi, Rosda Karya: Bandung. Mulyasa, E. (2014). Guru dalam

Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rowntree. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2006). Total Quality Management In Education. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Ircosid.

Sanusi, Achmad. (2015). Sistem Nilai. Bandung: Nuansa Cendikia.

Sauri, Sofyan. (2013). Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Ganesindo.

(10)

Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugyono. (2006). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S,, Jami’at, A.N, Ahman. (2008). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen). Refika Aditama.

Sukmadinata, N.Sy. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.Sy. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suparman. (1997). Model-model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA-LAN.

Suparno, Paul. (2008), Teori Intelegensia Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Surakhmad, Winarno. (1985). Dasar-dasar Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suyono dan haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Surabaya: Remaja Rosda Karya.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus Media.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

Uno, HB. (2008), Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, A. (2008), Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Wahab, A. (2008). Epistemologi dan

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Lembaga Penelitian Syarif Hidayat: Jakarta.

Zaini, Hisyam, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri.

Jurnal

Abdulloh, Hadziq. (2016) Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) Dalam

Kasus Di Mts Nu Sabilul Muttaqin Jepang Mejobo Kudus), Iain Surakarta, H a d z i q . a b d u l l o h @ G m a i l . c o m Quality Vol. 4, No. 2, 2016: 351-371. P-Issn:2355-0333,E-Issn: 2502-8324. Ahmad, Zaini Aziz (2015) Manajemen

Berbasis Sekolah Alternatif Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah (Program Magister Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Email: ahmadzainiaziz@gmsil.com)

DOI: http://dx.doi.org/10.20885/ tarbawi.vol8.iss1.art5

Asbin Pasaribu. (2017). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Pencapaian Tujuan Perndidikan Nasional Di Madrasah (Jurnal EduTech Vol. 3 No. 1 Maret 2017) ISSN : 2442-6024 e-ISSN : 2442-7063

Edi Setiawan. (2016). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Mbs) Di Smk Negeri 1 Bantul (The Implementation Of School Based Management At Vocational School 1 Bantul) Universitas Negeri Yogyakarta, setiawan.edi27@yahoo.com

Husni Sabil. (2014). Jurnal Sainmatika Vol 8 No 1 2014 ISSN 1979-0910 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jambi e-mail: sabilmath@ gmail.com Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMPN 11 Kota Jambi.

Murkan Sutarto, Darmansyah, dan Sri Warsono. (2012). Manajemen Berbasis Sekolah. Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu Jln W.R Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38371A

Nana Suraiya. (2014) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Syiah Kuala: e-mail: nana_suraiya@ yahoo.com Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Sri Nurabdiah Pratiwi. (2016). Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Semkolah (Dosen Tetap FKIP-UMSU, Wiwikpratiwi20@yahoo.com), Jurnal Jurnal EduTech Vol. 3 No. 1 Maret 2016) ISSN : 2442-6024 e-ISSN : 2442-7063

Referensi

Dokumen terkait

[r]

41 Pengurusan Badan Beruniform dan Kelab/Persatuan MBK  Tiada perancangan  Murid berkeperluan khas tidak terlibat dalam aktiviti kokurikulum  Jawatankuasa Program

[r]

Model kandang yang digunakan untuk ayam petelur adalah kandang tipe.. battrey.Kandang tipe battery sangat cocok untuk

1) Secara ilmiah dapat mengetahui pengaruh pemberian dosis solid pada berbagai media tanam galian C terhadap pertumbuhan kelapa sawit varietas tenera di pre nursery. 2)

The aim of this study was to test the attenuated priors theory of perception in ASC in a visual social perception task by determining: (1) whether the influence of a prior on

 Orang yang menerima pembayaran – Menerima tamu dan menerima pembayaran,Membuat kuitansi untuk tamu dan menulis lunas pada faktur,kemudian kuitansi diberikan ke tamu dan

32 Presiden Bourguiba secara terang-terangan menyatakan bahwa “ide-ide yang berlaku di masa lampau, pada saat sekarang ternyata bertentangan dengan hati nurani