DAN SARANA PENYELAMATAN KEBAKARAN PADA
PT.PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Lingkungan Industri
ROSITA LINDA PERTIWI
NIM D11.2011.01294
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
ii © 2015
vi
Kedua orang tuaku tersayang, ibu dan bapakku
Tiada kata yang bisa kuucapkan lagi, sungguh kalian orang tua terhebat bagiku
Terimakasih ibu, terimakasih bapak
Mungkinaku belum bisa memenuhi semua keinginanmu, namun aku akan selalu berusaha & berdoa agar kelak Allah SWT memberikan rumah cahaya di surga-Nya untuk kalian berdua
Kepada GS ( Nana, Lesli, Alin, danEgi) terimakasih atas bantuan, nasehat dan semangat yang kalian berikan. BuatRica Agustiningrum, Dwi Ernawatidanteman-teman lain terimakasih atas suport kalian, semoga keakraban kita
selalu terjaga
KepadabDosenbpembimbingbSupriyono Asfawi, SE, M.Kes terimakasihsudahdinasehati, sudahdiajari, sayatidaklupaatasbantuandankesabarandaribapak
Penulismenyadaribahwadalampenyusunan skripsi masihjauhdarikesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Harapan penulis skripsi ini mampu memberikan manfaat untuk penulis dan pembaca yang masih
vii
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 20April 1993 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : JL.Ronggowarsito no 167A Semarang
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Kemijen 01 Semarang tahun 1999 – 2005 2. SMP Negeri 06 Semarang tahun 2005 – 2008 3. SMK Ibu Kartini Semarang, tahun 2008 – 2011
4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011
viii
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi dan Sarana Penyelamatan Kebakaran Pada PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang Tahun 2015”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.
Skripsi ini banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :
1. Dr. Ir. Edi Nursasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Suharyo, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.
4. Eni Mahawati, M.Kes selaku Ketua Peminatan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI) dan selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Supriyono Asfawi, SE, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang sudah memberikan dukungan selama ini.
ix
8. Sahabat-sahabatku, teman – teman yang seperjuangan dalam membuat skripsi ini Nana, Lesli, Alin, Egi, Rica Agustiningrum, Dwi Ernawati.
9. Semuapihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis berharap untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar skripsi ini dapat diterima.
Penulis memohon dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi dunia pengetahuan, masyarakat dan memberikan inspirasi bagi penulis lainnya.
Semarang, Oktober 2015
x
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 ABSTRAK
Rosita Linda Pertiwi
Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi dan Sarana Penyelamatan Kebakaran Pada PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang Tahun 2015
XXI + 70 Hal +11Tabel + 10Lampiran
Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Sumber penyebab kebakaran kebanyakan berawal dari kelalaian manusia, namun faktor alampun juga dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik di perkotaan, tempat umum, hutan, pemukiman, maupun di kawasan industri. Mengelola kebakaran bukan sekedar menyediakan alat-alat pemadam, atau melakukan pelatihan pemadaman setiap setahun sekali, namun memerlukan progam dalam suatu sistem manajemen kebakaran.Tujuanpenelitianuntukmenganalisatingkatpemenuhansaranaproteksidans aranapenyalamatanjiwapada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
Jenis penelitian adalah diskriptifanalisis, dimana mendiskripsikan tentang sistem sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa.Sedangkan metode penelitian adalah observasi, dimana peneliti menggunakan pengambilan data checklist sebagai alat pengumpul data. Analisis data yang digunakan bersifat terbuka dan pengujian dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Datayang diperoleh dinilai berdasarkan peraturan Kepmen PU No 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Hasil penelitian menunjukan tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran detektor, sprinkler, dan hidran tidak ada, sedangkan tingkat pemenuhan alarm sebesar 0% dan APAR sebesar 84.8%. Tingkat pemenuhan sistem penyelamatan jiwa jalan keluar, pintu darurat, lampu darurat sebesar 100%, sedangkan tingkat pemenuhan tempat berhimpun sebesar 40%, dan tingkat pemenuhan pengendalian asap tidak ada.
Disarankan bagi PT Pelabuhan Indonesia III perlupemasangan alarm disetiap area, menerapkan sistem detektor untuk mendeteksi dan menangani dengan cepat apabila terjadi kebakaran. Pemasangan rambu petunjuk penggunaan APAR agar mempermudah penggunaan untuk menggunakan APAR, tempat berhimpun perlu di tinjau ulang sebagai tempat berlindung, sistem pengendalian asap perlu di pasang dan ditinjau ulang.
Kata kunci :kebakaran, sistem proteksi aktif dan sistem penyelamatan jiwa Kepustakaan : 25 (1980-2001)
xi
Undergraduate Program of Public Health Faculty of Health Sciences Dian Nuswantoro University Semarang 2015
ABSTRACT
Rosita Linda Pertiwi
ANALYSIS OF FULLFILLMENT FIRE PROTECTION FACILITY AND RESCUE FACILITY IN INDONESIA PT. PELABUHAN III (PERSERO) SEMARANG 2015 XXI+ 70 Pages + 11 Tables + 10 Appendices
Fire is a threat of human safety, property and environment. The fire source mostly originated from human negligence, but also nature can be causes fires. Fires can occur anywhere in urban, public places, forests, settlements, as well as in industrial areas. Managing fire is not just provided extinguisher or training blackouts once a year, but programs are requires for fire management system. The purposed of the study was to analyze the level of fulfillment fire protection facility and rescue facility in Indonesia PT. Pelabuhan iii (persero) Semarang 2015.
The study was descriptive analysis, which describe of active protection tools and rescue. Data has been collected and analyze by compare to Kepmen PU No. 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983 and Indonesia National Standart.
Result showed that level of fulfillment of fire protection detector, sprinkler and hydrant was empty. Alarm fulfillment was also 0% and APAR 84.8%. Level fulfillment of rescue system as exit door, emergency door, emergency lamp were 100%, while gathering place were 40% and smoke control was no exist.
Suggested to PT Pelabuhan Indonesia III needed to alarm installation in every area, applied detector system to detected and quickly handle if any fire. Installation of APAR’s uses rechecking of gathering place and smoke control.
Keywords: Fire, active protection system, rescue system References: 21, 1980-2001
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ... vii
PRATAKA ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ……… xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Keaslian Penelitian ... 6 F. Ruang Lingkup ... 7
xiii BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kebakaran ... 9
B. Penyebab Kebakaran ... 9
C. Klasifikasi Kebakaran ... 11
D. Sistem Proteksi Kebakaran ... 12
E. Sarana Penyelamatan ... 23
F. Pencegahan dan Pengendalian... 29
G. Kerangka Teori ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian ... 32
B. Jenis Penelitian ... 33
C. Variabel Penelitian ... 33
D. Definisi Operasional... 33
E. Populasi Dan Sampel . ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 47
G. Pengumpulan Data ... 47
H. Analisa Data ... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN .………. 49
A. Gambaran Lokasi ……… 49
B. Observasi Sarana Proteksi dan Penyelamatan ………... 53
C. Evaluasi Sarana Proteksi dan Penyelamatan ……… 62
BAB V. PEMBAHASAN ………. 65
xiv
DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN ………..
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1 Keaslian Penelitian ... 6 2.1 TabelJenisDetektor ……… 18 4.1 Checklist Alarm ………. 53 4.2 Checklist APAR ……….. 564.3 Checklist Jalan Keluar ……….………….. 58
4.4 Checklist Pintu Darurat ………...…. 59
4.5 Checklist Tangga Darurat ………...……….. 60
4.6 Checklist Tempat Berhimpun ………..……….. 61
4.7 Checklist Lampu Darurat ………. 62
4.8 Evaluasi Sarana Proteksi ………. 62
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Kerangka Teori... ... 31 3.1 Alur Penelitian ... 32 3.2 Lokasi Kantor ………... 443.3 Lokasi Terminal Penumpang ………...…………. 45
3.4 Lokasi Dermaga 01&02 ………....………. 46
3.5 Lokasi Pelabuhan Dalam ………...……….. 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Sumber penyebab kebakaran kebanyakan berawal dari kelalaian manusia, namun faktor alampun juga dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik di perkotaan, tempat umum, hutan, pemukiman, maupun di kawasan industri1.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa berbagai perubahan diberbagai sektor kehidupan. Hal ini memicu manusia untuk bersifat lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan penemuan-penemuan baru yang lebih bermanfaat, hal ini nantinya akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu bangsa salah satunyadi bidang industri2.
Kebakaran tersebut terkait erat dengan kondisi bangunan dan kinerja pusat layanan kebakaran dalam melakukan tindakan pencegahan kebakaran3. Dilihat dari kasus kebakaran kota semarang termasuk kota yang rawan terjadinya kebakaran. Kebakaran membutuhkan penanganan khusus dan perlu adanya kerjasama dengan pihak-pihak lain4
Bahaya kebakaran harus dikelola dengan baik dan dikelola secara terencana dengan menerapkan sistem manajemen dengan baik. Mengelola kebakaran bukan sekedar menyediakan alat-alat pemadam, atau melakukan pelatihan pemadaman setiap setahun sekali, namun memerlukan progam dalam suatu sistem manajemen kebakaran. Manajemen kebakaran merupakan suatu upaya terpadu untuk mengelola resiko kebakaran melalui perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan5.
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat, reaksi eksotermis dimana bagian dari energi yang dilepaskan menyokong proses tersebut. Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomer 03-3985-2000, Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan efek lainnya Badan Standar Nasional, 20006.
Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 62,8% disebabkan oleh listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik4. Penataan ruang dan minimnya prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap timbulnya kebakaran, kususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman7.
Kerugian yang dialami apabila kebakaran yang terjadi di suatu industri sangat besar karena menyangkut aset yang tinggi, proses produksi
dan peluang kerja. Besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran menuntut berbagai pihak terutama pihak pengelola untuk melakukan usaha pencegahan dan penanggulangan untuk mengurangi kerugian tersebut. Penyuluhan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kesadaran melakukan pencegahan, memperoleh peningkatan kerugian akibat kebakaran serta menentukan polapencegahan kebakaran dengan karyawan8.
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang sebagai Badan Usaha Milik Negara Pelabuhan, maka bidang-bidang usaha yang dijalankan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang meliputi : penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk bertambat, pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih, fasilitas naik turun penumpang atau kendaraan, jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas, jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkat muat, serta peralatan pelabuhan, jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro, jasa bongkar muat barang, pusat distribusi dan konsolidasi barang, penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal. Berdasarkan hasil observasi saat magang diketahui bahwa PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang pernah terjadi kebakaran pada
area terminal penumpang dan terdapat beberapa Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tidak terawatt dengan baik. Penyebab kebakaran yang ada
pada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) tersebut diakibatkan karenaadanya hubungan arus listrik.
Beberapa masalah yang harus dihadapi oleh PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang diantaranya yaitu masih adanya kabel yang berserakan. Sebagai perusahaan yang besar PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) akan berusaha mencegah terjadinya kebakaran, sebab kebakaran merupakan bagian dari kecelakaan yang harus bisa dicegah oleh para pekerjanya sendiri, jika terjadi kebakaran akan menimbulkan kerugian dalam jumlah yang cukup besar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang “Analisis tingkat pemenuhan sarana proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran berdasarkan peraturan Kepmen PU No 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang tahun 2015.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pemenuhan sarana proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran berdasarkan Peraturan Kepmen PU No 10/KPTS/2000,Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang Tahun 2015"?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisa tingkat pemenuhan sarana proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran berdasarkan Peraturan Kepmen PU No 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan dan mengetahui tingkat pemenuhan sarana proteksi kebakaran yang meliputi (Alarm, Detektor, Sprinkler, APAR, dan Hidran)
b. Mendiskripsikan dan mengetahui tingkat pemenuhan sarana penyelamatan yang meliputi (Sarana penyelamatan Jalur Keluar, Tangga Darurat, Tempat Berhimpun, Lampu Darurat, dan Pengendalian Asap)
c. Menganalisis berdasarkan tingkat sarana proteksi kebakaran berdasarkan PU No 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1980, Permenaker No 02/MEN/1983
d. Menganalisis tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa berdasarkan Kepmen PU No 10/KPTS/2000, SNI 03-1746 tahun 2000, SNI 03-6571 tahun 2001, SNI 03-6574 tahun 2001
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi KeilmuanSebagai bahan masukan dan pengembangan yang dapat dijadikan mutu pendidikan bagi bidang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya mengenai kebakaran.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk evakuasi progam keselamatan dan kesehatan kerja khususnya progam alat proteksi kebakaran.
3. Bagi Masyarakat/Pekerja
Menambahpengetahuan tentang proteksi kebakaran dansarana penyelamatan jiwa di PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Judul Metode penelitian Hasil Penelitian
Islach Dani Waskito Analisis sistem manajemen pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT Surya Eka Perkasa Tbk Palembang tahun 2013
Kualitatif Kebijakan
managemen sudah dibuat dan sudah disosialisasikan kepada seluruh karyawan namun belum ada strutur organisasi khusus penanggulangan kebakaran karena seluruh karyawan terlibat dalam penanggulangan kebakaran
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Acep Akbar, Sumardi, Ris Hadi, Purwanto dan M.Sambas Studi sumber penyebab terjadinya kebakaran dan respon masyarakat dalam rangka pengendalian kebakaran hutan gambut di area Mawas Kalimantan Tengah
Kualitatif Sumber api lahan di lima desa sekitar kawasan hutan mawar berdasarkan pengalaman responden cukup bervariasi
Arif Setyawan Studi eksploratif tingkat kesadaran penghuni gedung bertingkat terhadap bahaya kebakaran Kualitatif Pemahaman respon tehadap bahaya yang ditimbulkan oleh bencana kebakaran, pemahaman respon terhadap penggunaan Alat Api Ringan
Berdasarkan penelitian di atas yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode penelitian yang saya ambil adalah observasi dimana peneliti melakukan survei awal, lokasi yang ada pada bagunan gedung, gudang dan bangunan yang terbuka seperti pada pelabuhan dalam.
F. Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat khususnya dibidang kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Lingkup Masalah
Masalah dibatasi tentang hubungan tingkat pemenuhan sarana proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
3. Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini adalah tingkat pemenuhan sarana Proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
4. Lingkup Metode
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan observasional. 5. Lingkup Sasaran
Ruang lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah supervisor, pelaksana k3 atau karyawan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
6. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penelitian yaitu di PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
7. Lingkup Waktu
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 Kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia2.
Menurut Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomer 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal kebakaran hingga penjalaran api, asap, gas yang ditimbulkan9.
Menurut Standar Nasional Indonesia, Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dan oksigen sebagai contoh yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya , asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan efek lainnya10.
B. Penyebab Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya : 1. Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh manusia yang kurang peduli terhadap bahaya kebakaran dan keselamatan terhadap kebakaran.
10 2. Faktor teknis
Faktor teknis terdapat pada kondisi yang tidak aman dan membahayakan sekitarnya.
Kebakaran dapat lebih mudah dicegah jika kita mengetahui dasar-dasarnya. Kebakaran terjadi apabila tiga unsurterdapat bersama-sama. Unsurtersebut adalah zat asam, bahan mudah terbakar, tak mungkin terjadi kebakaran dan tanpa panas tidak mungkin akan terjadi kebakaran10.
Sumber bahaya menurut ILO (1987) adalah: 1. Api Terbuka
Penggunaan api terbuka didaerah berbahaya atau terdapat bahan-bahan yang mudah menyala sering dapat terjadi sumber penyebab terjadinya kebakaran antarlain pengelasan, pemotongan dengan gas. 2. Permukaan panas
Pesawat atau instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak terkendali atau kontak dengan bahan hinggasuhu penyalaan dapat menyebabkan kebakaran.
3. Peralatan listrik
Peralatan listrik juga mempunyai potensi bahaya kebakaran apabila tidak mempunyai standar keamanan dalam pemakaian misalnya: pembebanan berlebihan, tegangan melebihi kapasitas dan bisa pada motor listrik.
11 4. Reaksi exothermal
Panas akibat reaksi bahan kimia terutama akibat reaksi yang terjadi disamping mengeluarkan panas juga menghasilkan gas yang mudah terbakar seperti reaksi batu karbit, reaksi bahan kimia yang peka terhadap asam.
5. Gesekan mekanis
Akibat gerakan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak bila tidak diberi pemulasan secara teratur dapat menimbulkan panas. Bunga api mekanis atau bram bubutan garindra dapat menjadi sumber nyala bila kontak dengan bahan yang mudah terbakar.
6. Loncatan bunga alir listrik statis
Akibat pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat terjadi penimbunan elektron (akumulasi listrik statis). Misalnya minyak adalah bahan non konduktor, bila minyak dialirkan melalui selang dengan tekanan tinggi maka elektron akan bertimbun pada minyak tersebut dan pada keadaan tertentu dapat terjadi loncatan elektron dan dapat menjadi sumber penyebab kebakaran.
C. Klasifikasi kebakaran
Klasifisifikasi kebakaran menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomer PER 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat
12
pemasangan dan pemeliharaan api ringan (APAR), kebakaran dapat digolongkan11:
1. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
2. Kebakaran bahan cair atau gas yang udah terbakar (Golongan B) 3. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C)
4. Kebakaran logam (golongan D)
D. Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran untuk mengantisipasi bahaya kebakaran yang direncanakan sesuai dengan tingkat bahaya. Perencanaan sistem proteksi kebakaran ada dua sistem strategi antara lain9:
1. Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau instalasi yangdipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti alarm kebakaran, sprinkler, hidran, APAR, dan detektor.
2. Sarana penyelamatan jiwa yaitu sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, lampu darurat, dan sistem pengendalian asap.
Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual5.
Tujuan umum sarana proteksi aktif yaitu:
a. Melindungi penghuni dari kecelakaan atau luka dengan memperingati penghuni akan adanya suatu kebakaran
13
b. Melindungi penghuni dari kecelakan atau luka pada waktu melakukan evakuasi
1. Alarm Kebakaran
Menurut dinas kebakaran alarm kebakaran adalah suatu cara untuk memberi peringatan secara dini kepada penghuni gedung atau petugas yang ditunjuk tentang adanya kejadian kebakaran disuatu bagian gedung4. Komponen alarm gedung yang dirangkai dengan instalasi kabel yaitu:
a. manual call box ( titik panggilan manual ) b. alat pengindra kebakaran ( fire detector ) c. panel control ( main control panel )
Menurut Permenaker No 02/MEN/198312dan SNI 03-6574 tahun 200013persyaratan teknis alarm kebakaran meliputi :
a) Terdapat alarm kebakaran automatik. b) Alarm mudah dijangkau.
c) Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai.
d) Alarm dipasang di setiap bagian kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik.
e) Setiap alarm dalam tembok memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detector.
14
f) Setiap lantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurangnya satu detektor asap.
g) Setiap sistem kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan detektor dan kelompok alarm. Ada beberapa macam alarm kebakaran diantaranya :
a. Bel
Bel merupakan alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran, dapat digerakan sesuai manual atau dikoneksi dengan sistem deteksi kebakaran.Suara bel terbatas, sehingga sesuai ditempatkan dalam ruang terbatas seperti kantor.
b. Sirene
Fungsi sama dengan bel, namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirine. Ada yang digerakan secara manual dan ada yang bekerja secara otomatis.Sirine mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat kerja yang lebih luas seperti di pabrik.
c. Horn
Horn juga berupa suara yang cukup luas namun begitu rendah dibanding sirene.
d. Pengeras suara
Dalam suatu bangunan yang luas dimanapenghuni tidak dapat mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang
15
jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya sebagai pengganti sistem bel, dan horn.Sistem ini memungkinkan digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi.
2. Sistem Deteksi (Detektor)
Menurut SNI-03-6574 tahun 2000 Detektor adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal14. Terdapat 3 macam detektor yaitu Detektor panas (heat detector), detektor nyala api (flame detector), dan detektor asap (smoke
detector).Persyaratan detektor menurut Permenker
No.02/Men/1983 adalah15:
a. Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik.
b. Setiap almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai isi lebih dari 3 m harus dipasang detektor.
Jenis-jenis detektor berdasarkancara kerjanya antara lain: a) Detektor Panas
Detektor yang berkerja berdasarkan pengaruh panas (temperatur) tertentu penghindaran panas. Syarat untuk detektor panas menurut Permenaker No 02/MEN/1983 adalah:
b) Jarak antara detektor dengan detektor lebih tinggi dari 7 m keseluruhan ruang
16
c) Jarak antara detektor dengan detektor lebih dari 10 m dari koridor d) Jarak detektor panas dengan tembok atau dinding pembatas
paling jauh 3 m pada ruang biasa dan 6 m dalam koridor serta paling dekat 30 m
e) Detektor disusun dalam jarak tidak boleh lebih dari 3m dari dinding
f) Sekurang-kurangnya tiap sisi dinding memiliki satu detector 1. Detektor nyala api
Detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api, ada dua tipe detektor nyala api yaitu Detektor nyala api ultraviolet dan Detektor nyala api infra merah.
Menurut Permenaker No 02/MEN/1983tentang instalasi alarm kebakaran otomatis persyaratan untuk detektor nyala api yaitu: a. Detektor nyala api harus mempunyai sifat yang stabil dan
kepekaannya tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tegangan dalam batas kurang lebih 10% dari tegangan nominalnya.
b. Kepekaan dan kestabilan nyala api harus sedemikian rupa sehingga bekerjanya tidak terganggu oleh adanya cahaya dan radiasi yang berlebihan
c. Pemasangan detektor nyala api dalam gardu listrikatau derah lain yang sering mendapat sambaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan alarm palsu
17 2. Detektor asap
Detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Deteksi asap dapat mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detektor panas. Syarat untuk detektor asap menurut Permenaker 02/MEN/1983 yaitu:
a. Bila detektor asap dipasang secara terbelam, maka asap dari elemen pengindraannya harus berada sekurang-kurangnya 40 mm dibawah permukaan langit-langit
b. Bila detektor asap dipasang dalam saluran udara yang mengalir dengan kecepatan lebih dari 1m/detik perlu dilengkapi dengan alat penangkap asap
c. Bila disuatu tempat dekat langit-langit atau atap dimungkinkan dapat timbul suhu tinggi, maka detektor dapat bereaksi sedini mungkin
d. Apabila detektor asap dipasang dekat saluran udara atau dalam ruang berair conditioning harus diperhatikan alur pengaliran udara serta gerakan asapnya
e. Untuk setiap 92 m luas lantai harus dipasang sekurang-kurangnya satu detektor asap
f. Gerak antar detektor asap tidak boleh lebih dari 12 m dalam ruangan biasa dan 18 m dalam koridor
18
g. Jarak dan titik pusat detektor asap yang terdekat didinding atau memisah tidak boleh melebihi dari 6 m dalam ruang biasa dan 12 m ke dalam koridor
h. Desain sistem penangkap asap harus sedemikin rupa sehinga bila asap memasuki titik tangkap yang terjauh untuk mencapai elemen pengindran harus dapat mencapai waktu 80 detik.
Tabel 2.1
Pemilahan Jenis Detektor Sesuai dengan Fungsi Ruangan
Jenis Detektor Fugsi Ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunan,
ruangan recepsionis, ruangan tamu, ruang mesin, ruang lift, ruang pompa, ruang ac, tangga, koridor, lobby, aula, perpustakaan dan gedung
Gas Ruang diesel, ruang yang berisibahan yang mudah menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala Api Gudang material yang mudah terbakar, ruang kontrol instalasi peralatan vital Sumber : SNI 03-6574 tahun 200014
19
3. Sprinkler
Menurut SNI-03-3989 tahun 2000 sprinkler adalah alat pemancar untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk Deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata16.
Menurut Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah sehingga merata.
Persyaratan untuk sprinkler menurut KepmenPU No 10/ KPTS/ 2000 sebagai berikut:
a. Setiap lantai bangunan dilindungi dengan sarana sprinkler penuh b. Sprinkler minimal dapat menyemburkan air selama 30 menit c. Instalasi pemimpaan sprinkler dicat warna merah
d. Terdapat prosedur pemeriksaan dan uji coba
e. Kepala sprinkler dalam keadaan baik dan tidak dicat f. Kepala sprinkler menghalangi benda lain
g. Terdapat instalasi sprinkler
h. Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5inc
i. Sumber daya sprinkler minimal berasal dari 2 sumber j. Kapasitas aliran pompa 375 liter
20
l. Kapasitas tanki atau reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12m
Komponen utama sprinkler terdiri dari : a) Persediaan air
b) Pompa
c) Siamese conection d) Jaringan pimpa e) Kepala sprinkler
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010, sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung penyemprot (discharge nozzle)yang kecil dan ditempatkan dalam satu bangunan. Jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau memecahkan bulb, kemudian sprinkler akan mengeluarkan air2.
4. Alat Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010, alat api ringan adalah alat pemadam yang bisa diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh satu orang2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per/04/Men/1980 Alat Api Ringan (APAR) direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran, desain kontruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang. Adapun syarat pemasangan APAR menurut Permenaker No 04/Men/1980 sebagai berikut16:
21
a. Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebutuhan.
b. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas. c. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dicapai.
d. APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. e. Tinggi pemberian tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai. f. Gambar tanda pemasangan yaitu segitiga sama sisi dengan
ukuran 35cm.
g. Warna dasar pemasangan APAR yaitu merah. h. Tinggi harus 3 cm dan berwarna putih.
i. Tinggi tanda panah 7,5 cm dan berwarna putih.
j. Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh dari 15m kecuali ditetapkan oleh ahli keselamatan kerja atau pegawai pengawas.
k. APAR tidak berlubang dan tidak cacat karena karat.
l. APAR dipasang menggantung pada dinding dengan menggunakan selang atau ditempatkan dalam atau peti (box) yang tidak dikunci.
m. Selang tidak boleh dikunci.
n. Bagian paling atas APAR berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai.
o. APAR tidak dipasang dalam ruangan dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C .
22
q. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh dicat dan tabel harus selalu dalam keadaan baik.
r. Mulut mancar tidak oleh tersumbat dan pipa pancar tidak boleh retak.
s. Terdapat keterangan petunjuk penggunaan APAR yang dapat dibaca dengan jelas.
t. Terdapat label catatan pemeriksaan Tabel 4
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
KELAS BAHAN YANG TERBAKAR APAR
A Kayu, kertas, teks, plastik. Karet, busa, styrofom, file
Tepung kimia serba guna, air, CO2
B Bahan bakar minyak oli, aspal, cat, alkohol, elpiji, gemuk, karbit
Tepung kimia biasa, CO2 C Pembangkit listrik, travo, panel
listrik, sentral telephone
Tepung kimia biasa
D Logam, magnesium, sodium, titanum, potasium, aluminium
Tepung kimia khusus liogam
23
5. Hidran
Menurut Kepmen PU no.10/KPTS/2000 Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran17. Komponen terutama sistem hidran kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Persediaan air yang cukup.
b. Sistem pompa yang handal pada umumnya terdiri dari 3 macam pompayaitu pompa jocky, pompa utama dan pompa cadangan c. Siamase connection atau sambungan untuk mensuplai air dari
mobil cadangan.
d. Jaringan pipa yang cukup
e. Selang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan Perencanaan instalasi hidran harus memenuhi ketentuan standar yang berlaku dan perhitungannya hidrolik kebutuhan debit air dan tekanan ideal sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau obyek yang dilindungi.
E. Sarana Penyelamatan
Menurut Kepmen PU No 10 tahun 2000 Sarana penyelamatan jiwa adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisiksaat terjadi kebakaran.
24
Menurut PU No. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bagunan gedung dan lingkungan5.
Sarana penyelamatan jiwa adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa maunusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung atau lingkungan.
1. Sarana Jalan Keluar
Menurut Kepmen PU No 10 tahun 2000 adalah salah satu sarana penyelamatan jiwa (evekuasi) pada saat terjadi kebakaran18. Sedangkan menurut Depnaker adalah hunian , lama waktu keluar, panjang, jarak tempuh, dan lebar pintu keluar.
Sarana jalan keluar dibagi menjadi tiga tipe, yaitu langsung menuju tempat terbuka, melalui koridor atau gang, dan melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api19.
Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengaman terhadap bahaya kebakaran pada bagunan gedung dan lingkungan persyaratan jalan landai yaitu5:
a. Jalan Landai terbuat dari bahan yang tidak licin. b. Diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip. c. Kemiringan tidak lebih dari 2:1
d. Lebar jalan tidak kurang dari 1 m.
25
2. Pintu Darurat
Menurut SNI03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat harus diukur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah diterapkan. Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60, dan dilengapi dengan tanda atau sinyal yang tertuliskan keluar yang menghadap koridor, mudah dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh penghunidalam waktu 2,5 menit20.
Menurut Kepmen PU No 10 tahun 2000 SNI 03-1746 (2000), persyaratan pintu darurat yaitu:
a. Lebar pintu minimal 90 cm, maksimal 120 cm b. Tinggi pintu 210 cm
c. Pintu dalam keadaan tidakterkunci d. Pintu dapat menutup secara otomatis e. Dilengkapi push bar sistem
f. Jumlah pintu untuk satu lantai yang > 60 penghuni minimal 2 buah
g. Terdapat petunjuk pintu (exit)
Menurut Kepmen PU No 10 tahun 2000 pintu kebakaran adalah pintu yag langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran, pintu darurat tidak
26
bolehdikunci dan dapat menutup secara otomatis sehingga dapat menghalangi masuknya asap21.
3. Tangga Darurat Kebakaran
Menurut SNI 03-1735 tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Pada koridor tiap jalan keluar menuju tanggga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai pegangan sehingga mudah dibuka dari sebuah tangga (luar) untuk mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat22.
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 tangga darurat yaitu bentuk tangga tidak spiral, lebar untuk 45 penghuni minimal 110cm, lebar injakan minimal 30cm, tinggi pegangan dari lantai 110cm, tinggi maksimal injakan 17,5 cm, jumlah anak tangga antar bordes minimal 8 buah dan maksimal 18buah, permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang, ada ventilasi berupa pengendali asap dan tangga lampu minimal 10 lux19.
Persyaratan Tangga Darurat menurut SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 adalah bentuk tangga tidak spiral.
a. Lebar untuk <45 penghuni minimal 110 cm. b. Lebar injakan minimal 30 cm.
c. Tinggi pegangan dari lantai 110 cm. d. Tinggi maksimal injakan 17,5 cm
27
e. Jumlah anak tangga dari bordes minimal 8 buah dan maksimal 18 buah.
f. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang. g. Ada ventilasi berupa pengendali asap
4. Tempat Berhimpun
Menurut SNI03-6571 (2001) persyaratan tempat berhimpun, yatu23: a. Tersedia tempat berhimpun setelah di evakuasi
b. Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu
c. Luas minimum 0,3 m per orang
Menurut SNI03-1746 tahun 2000 tempat berhimpun atau daerah berlindung adalah suatu tempat berlindung yang pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku19.
Menurut SNI 03-6571 (2001) daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain oleh penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran23.
5. Lampu Darurat
Menurut SNI 03-6574 tahun 2001 lampu darurat adalah sebuah lampu yang dirancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat. Persyaratan lampu darurat menurut SNI 03-6574 tahun 2001 adalah13:
28
a. Sumber listrik berasal dari genset dan baterai b. Kemampuan baterai minimal 60 menit c. Waktu peralihan minimal 10 detik d. Warna lampu kuning
e. Kemampuan bertahan minimal 1jam f. Penempatan genset terpisah
g. Penerangan darurat terdiri dari minimal 2 sumber listrik yang berbeda
6. Sistem Pengendalian Asap
Sistem pengendali asap khusus kebakaran yang diatur dalam Kepmen 10/KPTS/2000, karena ventilasi biasa tidak dapat memberikan pelindungan optimal dari bahaya asap5. Menurut Depnaker UNDP ILO (1987) ada empat metode pengendalian asap yang dapat melemahkan yaitu:
a. Melemahkan (delution) yaitu dengan cara memberikan ventilasi untuk memasukan udara segar dari luar dan memberi saluran asap.
b. Menghabiskan (exhaust) yaitu dengan cara memberikan peralatan mekanis untuk mengendorkan atau menyedot asap.
c. Membatasi yaitu dengan cara memasang sarana penghambat asap untuk mencegah jalannya asap ke suatu daerah.
d. Tekanan udara yaitu tempat-tempat jalur peraliran koridor dan ruangan tangga harus dijamin aman sementara dari serangan
29
asap dan gas dengan cara memberikan tekanan udara sedikit lebih tinggi.
Menurut kepmen PU No.10 tahun 2000 adalah pola atau sistem baik secara manual atau otomatis dalam upanya membebaskan ruangan penyelamatan dari asap akibat kebakaran dengan penyediaan tekanan udara positif. Menurut kepmen PU No.10 tahun 2000 ketentuan sistem pengendalian asap harus:
a) Dipasang pada jalur penyelamatan
b) Pengendalian menggunakan ventilasi harus atau mekanis untuk mengendalikan asap
c) Dapat dikendalikan secara otomatis maupun dari ruangan kontrol.
F. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdapat lima
prinsip pokok sebagai berikut7 :
1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaaan panik
2. Pembuatan bangunan tahan api 3. Pengawasan yang teratur dan berkala
4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamnya
5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran
30
Penanggulangan kebakaran adalah sebagaimana oleh Undang-Undang No 1 tahun 1970 beberapa halyang mendasar khususnya yang berkaitan langsung dengan penanggulangan kebakaran adalah24:
a. Tujuan K3 pada umumnya termasuk masalah penanggulangan kebakaran adalah tersirat dalan UU No 1 tahun 1970 yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain, aset dan lingkungan masyarakat.
b. Syarat k3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal3 ayat (1) adalah merupakan sasaran yag ingin diwujudkan di setiap tempat kerja yang berbunyi
a) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
b) Memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
c) Mengendalikan kebakaran asap dan gas
c. Pasal 9 ayat 3 mengatur kewajiban pengurus penyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran.
31
G. Karangka Teori
.
Bagan 2.1 Karangka Teori Api Tidak dapat dikendalikan Dapat dikendalikan Kebakaran penanggulangan Pencegahan Kerugian kebakaran : Kerugian materi Kerugian sosial Kerugian jiwa Penurunan produktivitas Sarana penyelamatan jiwa : saran jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, tempat behimpun, lampu darurat dan pengendalian asap Sistem proteksi aktif yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti : Alarm kebakaran, sprinkler, hidran, APAR dan detektor
Kesesuaian terhadap Peraturan dan Standar Nasional Indonesia
32
BAB III
Metode Penelitian
A. Alur Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan diperiksa adalah elemen yang sesuai dengan standar yang meliputi sarana proteksi kebakaran : Alarm kebakaran, Detektor, sprinkler, APAR, Hidran, dan Sarana penyelamatan jiwa : Jalan Keluar, Pintu Darurat, Tangga Darurat, tempan Berhimpun, dan pengendalian asap
.
Bagan 3.1 Alur Penelitian Sarana proteksi
kebakaran meliputi : alarm, sprinkler, apar,
hidran dan detektor Kesesuaian berdasarkan peraturan: Kepmen PUNo10/KPTS/2000 Permenaker No 04/MEN/1980 Permenaker No 02/MEN/1983 Standar Nasional Indonesia Sarana penyelamatan
meliputi: jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, lampu darurat, dan sistem pengendalian asap
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif analisis. Deskriptif analisis adalah mendiskripsikan studi analisis tentang pemenuhan sistem proteksi dan sarana penyelamatan. Sedangkan metode penelitian adalah observasi, dimana peneliti menggunakan pengambilan data checklist sebagai alat pengumpul data.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah sarana proteksi kebakaran meliputi (alarm, detector, sprinkler, APAR dan hidran) dan sarana penyelamatan meliputi (sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat kebakaran, tempat berhimpun, lampu darurat, dan pengendalian asap) kebakaran, dan kesesuaian terhadap peraturan Kepmen PU No 10/KPTS/2000, Permenaker No 04/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
D. Definisi Operasional
1. Saranaproteksikebakaran
a. Alarm
Alarm adalah suatu cara untuk memberi peringatan secara dini kepada penghuni gedung atau petugas yang ditunjuk tentang adanya kejadian kebakaran disuatu bagian gedung.
Kriterianya :
2. Alarm mudah dijangkau.
3. Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai.
4. Alarm dipasang di setiap bagian kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic.
5. Setiap alarm dalam tembok memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detector.
6. Setiap lantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurangnya satu detectorasap.
7. Setiap sistem kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan detector dan kelompok alarm
Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi criteria peraturan Permenaker 02/MEN/1983
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi criteria peraturan Permenaker 02/MEN/1983
b. Detektor
Detektor adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal.
1. Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic.
2. Setiap almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai isi lebih dari 3 m harus dipasang detektor
Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Permenaker 02/MEN/1983 2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Permenaker
02/MEN/1983 c. Sprinkler
Sprinkler adalahalat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah sehingga merata.
Kriterianya :
1. Setiap lantai bangunan dilindungi dengan sarana sprinkler penuh 2. Instalasi pemimpaan sprinkler dicat warna merah
3. Terdapat prosedur pemeriksaan dan uji coba
4. Kepala sprinkler dalam keadaan baik dan tidak dicat 5. Kepala sprinkler menghalangi benda lain
6. Terdapat instalasi sprinkler
7. Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5 in
9. Kapasitas aliran pompa 375 liter
10. Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
11. Kapasitas tangki atau reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12m
Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Kepmen PU 10/KPTS/2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Kepmen PU 10/KPTS/2000
d. Alat Api Ringan (APAR)
Alat Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh satu orang.
Kriterianya :
1. Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebutuhan.
2. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas. 3. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dicapai.
4. APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 5. Tinggi pemberian tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai. 6. Gambar tanda pemasangan yaitu segitiga sama sisi dengan
ukuran 35cm.
7. Warna dasar pemasangan APAR yaitu merah. 8. Tinggi harus 3 cm dan berwarna putih.
10. Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh dari 15m kecuali ditetapkan oleh ahli keselamatan kerja atau pegawai pengawas.
11. APAR tidak berlubang dan tidak cacat karena karat.
12. APAR dipasang menggantung pada dinding dengan menggunakan selang atau ditempatkan dalam atau peti (box) yang tidak dikunci.
13. Selang tidak boleh dikunci.
14. Bagian paling atas APAR berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai.
15. APAR tidak dipasang dalam ruangan dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C .
16. APAR diperiksa 2x dalam setahun.
17. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh dicat dan tabel harus selalu dalam keadaan baik.
18. Mulut mancar tidak oleh tersumbat dan pipa pancar tidak boleh retak.
19. Terdapat keterangan petunjuk penggunaan APAR yang dapat dibaca dengan jelas.
20. Terdapat label catatan pemeriksaan Indikatornya :
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi criteria Permen 04/MEN/1980
e. Hidran
Hidranadalahalat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran
Kriterianya:
1. Persediaan air yang cukup.
2. Sistem pompa yang handal pada umumnya terdiri dari 3 macam pompayaitu pompa jocky, pompa utama dan pompa cadangan 3. Siamase connection atau sambungan untuk mensuplai air dari
mobil cadangan.
4. Jaringan pipa yang cukup.
5. Selang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Kepmen PU 10/KPTS/2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Permen 04/MEN/1980
3. Sarana Penyelamatan a. Sarana jalan keluar
Sarana jalan keluar adalah salah satu sarana penyelamatan jiwa (evekuasi) pada saat terjadi kebakaran.
Kriterianya :
1. Jalan Landai terbuat dari bahan yang tidak licin. 2. Diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip. 3. Kemiringan tidak lebih dari 2:1
4. Lebar jalan tidak kurang dari 1 m
5. Ujung jalan langsung menuju pintu keluar Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Kepmen PU No 10/KPTS/2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Kepmen PU No 10/KPTS/2000
b. Pintu darurat
Pintu darurat adalah pintu yag langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran, pintu darurat tidak bolehdikunci dan dapat menutup secara otomatis sehingga dapat menghalangi masuknya asap.
Kriterianya :
1. Lebar pintu minimal 90 cm, maksial 120 cm 2. Tinggi pintu 210 cm
3. Pintu dalam keadaan tidakterkunci 4. Pintu dapat menutup secara otomatis 5. Dilengkapi push bar sistem
7. Terdapat petunjuk pintu (exit) Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Kepmen PU 10/KPTS/2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Permen 04/MEN/1980
c. Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Kriterianya :
1. Lebar untuk <45 penghuni minimal 110 cm. 2. Lebar injakan minimal 30 cm.
3. Tinggi pegangan dari lantai 110 cm. 4. Tinggi maksimal injakan 17,5 cm
5. Jumlah anak tangga dari bordes minimal 8 buah dan maksimal 18 buah.
6. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang. 7. Ada ventilasi berupa pengendali asap
Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000
d. Tempat Berhimpun
Tempat berhimpun adalah suatu tempat berlindung yang pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku.
Kriterianya :
1. Tersedia tempat berhimpun setelah di evakuasi
2. Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu
3. Luas minimum 0,3 m per orang Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria SNI 03-6571 tahun 2001 2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria SNI 03-6571
tahun 2001 e. Lampu Darurat
Lampu darurat adalah sebuah lampu yang dirancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat
Kriterianya:
1. Sumber listrik berasal dari genset dan baterai 2. Kemampuan baterai minimal 60 menit 3. Waktu peralihan minimal 10 detik 4. Warna lampu kuning
6. Penempatan genset terpisah
7. Penerangan darurat terdiri dari minimal 2 sumber listrik yang berbeda
Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria SNI 03-6574 tahun 2001 2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria SNI 03-6574
tahun 2001 f. PengendalianAsap
Pengendalian asap adalah pola atau sistem baik secara manual atau otomatis dalam upanya membebaskan ruangan penyelamatan dari asap akibat kebakaran dengan penyediaan tekanan udara positif Kriterianya :
1. Dipasang pada jalur penyelamatan
2. Pengendalian menggunakan ventilasi harus atau mekanis untuk mengendalikan asap
3. Dapat dikendalikan secara otomatis maupun dari ruangan kontrol Indikatornya :
1. Dikatakan layak jika memenuhi kriteria Kepmen PU No 10/KPTS/2000
2. Dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi kriteria Kepmen PU No 10/KPTS/2000
E. Populasi dan Sampel
Objek penelitian ini meliputi sarana proteksi kebakaran yang meliputi (alarm, detector, sprinkler, apar, hidran) dan sarana penyelamatan yaitu (sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, lampu darurat dan pengendalian asap) yang ada pada area PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.Subyek penelitian dua orang responden yaitu petugas bagian K3 yang ada pada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang.
Gambar 3.2 Lokasi Kantor
Kantor merupakan pusat aktivitas dari semua unit yang ada pada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang, didalam kantor terdiri dari beberapa ruangan yaitu Ruang Server, S.Manajemen & Informasi, Koridor Devisi Operasional, Post Security, Security (Penerima Tamu), Koridor Divisi Komersial, PPSA, Divisi Keuangan, Divisi Operasi, Koridor Divisi Umum, Divisi Umum, Divisi TeknikRuang, Rapat Lantai 2, Ruang GM, Koridor Ruang Rapat & GM, Ruang Laktasi, Genset, Ruang Trafo, Ruang Perispindo, Gedung Arsip Baru.
Gambar 3.3 Lokasi Terminal Penumpang (TP)
Terminal Penumpang merupakan salah satu fasilitas pokok yang dimiliki PT Pelabuhan Indonesia III Semarang. Dalam ruang penumpang terdapat beberapa fasilitas yang terdiri dari Musholla, Ruang Informasi, Koridor Ruang Informasi, Ruang Keberangkatan bawah tangga, Ruang Tunggu Domestik, Ruang Tunggu, Ruang VIP (Ruang tunggu, Kedatangan, Arah Pintu Keluar), Terminal Penumpang Lantai 2, Ruang Merokok, Terminal Penumpang Lantai 2. Tujuannya untuk melayani kegiatan penumpang Pelabuhan Tanjung Emas dibedakan menjadi dua wilayah, yakni Terminal Dalam Negeri dan Terminal Luar Negeri.
Dermaga 1 yaitu Dermaga Nusantara sedangkan yang dermaga 2 yaitu Dermaga Samudra, dermaga 1 dan 2 digunakan untuk gudang penyimpanan barang seperti pupuk.
Gambar 3.5 Lokasi Pelabuhan Dalam (Peldam)
Pelabuhan dalam adalah tempat untuk bongkar muat log kayu dari luar Jawa ke Jawa untuk di produksi kembali.Pelabuhan dalam terdapat dua area yaitu Container Office dan Rumah Pompa.
Gambar 3.6 Lokasi Semarang Pilot
Semarang pilot adalah tempat untuk penundaan kapal, dan di sana terdapat penampungan limbah cair (oli).
F. InstrumenPenelitian
Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian sarana proteksi dan sarana penyelamatan jiwa berupa checklist untuk pengambilan data.
G. Pengumulan Data
1. Data primer berupa kondisi dan kelengkapan sarana atau fasilitas tanggap darurat kebakaran melalui dua cara yaitu :
a. Wawancara
Wawancara mendalam dengan pihak-pihak PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang diantaranya Pelaksana K3 pada unit kantor yang dapat memberikan informasi terkait sarana sistem proteksi dan sarana penyelamatan kebakaran. Sebagai upaya untuk memperjelas temuan yang di dapat ketika melakukan observasi.
b. Pencatatan Langsung
Pencatatan langsung terhadap daftar pemeriksaan terhadap sarana tanggap darurat kebakaran berdasarkan observasi lapangan dengan bantuan lembar observasi, spidol, meteran, penggaris yang diperlukan pada saat pengukuran APAR.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang mencangkup data umumsepertijumlahsaranaproteksi dan arsip perusahaan yang mendukung terhadap progam pencegahan dan kebijakan
penanggulangan bahaya kebakaran yang dipeoleh dari laporan kebakaran.
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif yang bersifat terbuka dan pengujiandari data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Pengumpulan data secara deskriptif kemudian ditulis dalam laporan, kemudian data diperoleh berupa kata-kata, gambar. Metode pengolahan analisa deskriptif yaitu data disimpulkan dari observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya ditulis dalam bentuk catatan lapangan yang berbentuk lembar pengamatan.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GambaranLokasi
PT Pelabuhan Indonesia, Pelindo III (Persero) – Cabang Tanjung Emas Semarang, terletak di Pantai Utara Jawa Tengah padaposisi :
a. Lintang 06° 53’oo”S s/d 06° 57’00”S b. Bujur 110° 24’00”T s/d 110° 26’02”T
Pelabuhan Tanjung Emas dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III Semarang. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota Semarang. Berada di dekat beberapa aktifitas Pabrik Lami Citra, Glory, Terminal Peti Kemas, Sriboga Semarang, dan Indonesia Power.
Sesuai dengan Keputusan Menteri (Kepmen) Perhubungan Nomor: KP 88 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Usaha kepada PT Pelabuhan Indonesia III Semarang sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pelabuhan, maka bidang-bidang usaha yang dijalankan PT Pelabuhan Indonesia III Semarang meliputi:
a. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat, b. Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan
c. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro,
d. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang,
e. Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang,
f. Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan,
g. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas,
h. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkat muat, serta peralatan pelabuhan, i. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.
Fasilitas yang dimiliki PT.Pelabuhan Indonesia III Semarang sebagaiberikut :
1. Terminal Penumpang
Terminal penumpang adalah salah satu fasilitas pokok yang dimiliki PT Pelabuhan Indonesia III Semarang. Dalam terminal penumpang terdapat ruang tunggu penumpang, tempat beribadah, ruang ibu hamil dan lansia, toko souvenir, posko kesehatan, dan fasilitas lainnya. Tujuannya untuk melayani kegiatan penumpang Pelabuhan Tanjung Emas dibedakan menjadi dua wilayah, yakni Terminal Dalam Negeri dan Terminal Luar Negeri.
2. Dermaga 1 dan 2
Dermaga 1 yaitu Dermaga Nusantara sedangkan yang dermaga 2 yaitu Dermaga Samudra, dermaga 1 dan 2 digunakan untuk gudang penyimpanan barang seperti pupuk.
3. Terminal PetiKemas
Terminal peti kemas adalah terminal dimana dilakukan
pengumpulan petikemas dari hinterland ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ketempat tujuan ataupun terminal petikemas (Unit Terminal Container disingkat secara umum "UTC") yang lebih besar lagi.Terminal Peti KemasTerdiri:
a. Dermaga untuk sandar.
b. Lapangan penumpukan
c. Derek raksasa
4. Pelabuhan Dalam
Pelabuhan dalam adalah tempat untuk bongkar muat log kayu dari luarJawa ke Jawa untuk di produksi kembali.
5. Semarang Pilot (Tempat Kepanduan)
Semarang pilot adalah tempat untuk penundaan kapal, dan di sana terdapat penampungan limbah cair (oli).
Dalam memenuhi faktor keselamatan dan keamanana dalam bekerja yang beresiko tinggi dalam pekerjaan PT. Pelabuhan Indonesia III
Semarang membuat prosedur mengenai Prosedur kerja dan safety sign kerja meliputi :
1) Ijin kerja pada pekerjaan ketinggian
2) Ijin kerja pada pekerjaan bertegangan listrik
3) Ijin kerja pada pekerjaan yang menyebabkan panas tinggi atau api 4) Investigasi kecelakaan kerjadan pelaporannya
5) Sistem proteksi kebakaran 6) Keselamatan kerja listrik 7) Keselamatan kerja kimia 8) Komunikasi K3
9) Safety sign
Safety sign merupakan papan informasi yang menunjukkan
petunjuk/perintah/larangan keselamatan kerja di berbagai area.
PT. Pelabuhan Indonesia III Semarang telah menetapkan keadaan darurat yang potensial (di dalamdan di luar perusahaan) dan sudah ditentukan prosedur penanganannya. Yang termasuk dalam keadaan darurat antara lain kecelakaan kerja, kebakaran alam skala besar, ledakan, ancaman bom dan bencana alam. Untuk mengatasi apabila terjadi keadaan darurat tersebut, maka PT. Pelabuhan Indonesia III Semarang telah menetapkan Standart Operational Procedure (SOP) yang bertujuan mencegah, menanggulangi keadaan darurat, evakuasi keadaan darurat, dan pertolongan pertama pada korban keadaan darurat. Selain
itu, SOP tersebut juga menginstrusikan mengenai prosedur untuk penanggulangan dan pemadaman kebakaran.
Tim tanggap darurat dan tim pemadam kebakaran yang dibentuk PT. Pelabuhan Indonesia III Semarang telah mendapatkan pelatihan dan simulasi mengenai penanganan keadaan darurat yang dilakukan secara periodik. Perwakilan pekerja yang ada di setiap area kerja pada tiap bidang diikut sertakan menjadi anggota tim tanggap darurat dan dijadikan kordinator masing-masing bidang apabila terjadi keadaan darurat, hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam evaluasi pekerja maupun peralatan jika terjadi keadaan darurat.
B. Observasi Sarana proteksi dan Penyelamatan kebakaran
1. Sarana Proteksi Kebakaran a. Alarm kebakaran
Tabel 4.1
Checklist Alarm di PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang tahun 2015
No Ketentuan permenaker No 02/MEN/1983
Kondisi
Sesuai Tidak sesuai 1 Terdapat alarm kebakaran automatic
2 Alarm mudah dijangkau
3 Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
4 Alarm dipasang di setiap bagian
kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic
5 Setiap alarm dalam tembok memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang
Tabel 4.1
Checklist Alarm di PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang tahun 2015
No Ketentuanpermenaker No 02/MEN/1983
Kondisi
Sesuai Tidaksesuai 6 Setiap lantai gedung yang secara
khusus dipasang saluran pembuangan udara yang harus dilindungi sekurangnya satu detector asap
7 Setiap sistem kebakaran mempunyai gambaran instalasi secara lengkap dan mencantumkan detector dan kelompok alarm
Dari hasil observasi di lapangan ditemukan bahwa pemasangan alarm hanya ada satu saja pada bagian kantor, dan pada bagian terminal penumpang masih dalam proses pemasangan alarm. Pada lokasi lain alarm tidak dipasang karena membutuhkan dana yang cukup besar sehingga tidak bisa disediakan secara serentak.
b. Detektor, Sprinkler, Hidran
Dari hasil observasi lapangan di PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang tidak ditemukan adanya detektor, sprinkler dan hidran.