• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1 Persyaratan Mutu Tepung Jagung (SNI )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1 Persyaratan Mutu Tepung Jagung (SNI )"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Persyaratan Mutu Tepung Jagung (SNI 01-3727-1995)

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Keadaan: a. Bau b. Rasa c. Warna

Benda-benda asing

Serangga dalam bentuk stadia dan potongan-potongan Jenis pati lain selain pati jagung

Kehalusan

Lolos ayakan 80 mesh Lolos ayakan 60 mesh Air (b/b) Abu (b/b) Silikat (b/b) Serat kasar (b/b) Derajat asam Cemaran logam: a. Timbal (Pb) b. Tembaga (Cu) c. Seng (Zn) d. Raksa (Hg) Cemaran arsen (As) Cemaran mikroba: a. Angka lempeng total b. E. coli c. Kapang – – – – – – % % % % % % ml N NaOH/100 g mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg koloni/g APM/g koloni/g Normal Normal Normal

Tidak boleh ada Tidak boleh ada Tidak boleh ada

Min. 70 Min. 99 Maks. 10 Maks. 1.5 Maks. 0.1 Maks. 1.5 Maks. 4.0 Maks. 1.0 Maks. 10.0 Maks. 40.0 Maks. 0.05 Maks. 0.5 Maks. 5 x 106 Maks. 10 Maks. 104 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1995)

(2)

Lampiran 2 Persyaratan Mutu Tepung Terigu SNI No. 3751-2009

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Keadaan: a. Bentuk b. Rasa c. Warna - - - Serbuk

Normal (bebas dr bau asing) Putih, khas terigu

Benda-benda asing - Tidak ada

Serangga dalam semua bentuk-bentuk stadia dan potongan-potongannya yang tampak

- Tidak ada

Kehalusan, lolos ayakan 212

µm (mesh no.70)(b/b) % Min. 95

Kadar Air (b/b) % Maks. 14,5

Kadar Abu (b/b) % Maks. 0,70

Kadar Protein (b/b) % Min. 7,0

Keasaman ml N NaOH/100g Maks. 50

Falling number (atas dasar

kadar air 14%) detik Min. 300

Besi (Fe) mg/kg Min. 50

Seng (Zn) mg/kg Min. 30

Vitamin B1 (thiamin) mg/kg Min. 2,5

Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Min. 4

Asam folat mg/kg Min. 2

Cemaran logam : a. Timbal (Pb) b. Raksa (Hg) c. Kadmium (Cd) mg/kg mg/kg mg/kg Maks. 1,0 Maks. 0,05 Maks. 0,1

Cemaran Arsen mg/kg Maks. 0,5

Cemaran mikroba: a. Angka lempeng total b. E. coli c. Kapang d. Bacillus cereus koloni/g APM/g koloni.g koloni/g Maks. 1 x 106 Maks. 10 Maks. 1 x 104 Maks. 1 x 104 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009)

(3)

Lampiran 3 Persyaratan Mutu Tepung Beras SNI N0. 3549-2009

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Keadaan:

a. Bentuk - Serbuk halus

b. Bau - Normal

c. Warna - Putih, khas tepung beras

Benda-benda asing - Tidak boleh ada

Serangga dalam semua bentuk stadia

dan potongannya yang tampak - Tidak boleh ada Jenis pati lain selain pati beras - Tidak boleh ada Kehalusan, lolos ayakan 80 mesh (b/b) % Min. 90

Kadar Air (b/b) % Maks. 13

Kadar Abu (b/b) % Maks. 1,0

Belerang dioksida (SO2) % Tidak boleh ada

Silikat (b/b) % Maks. 0,1 pH - 5-7 Cemaran logam a. Cadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,4 b. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3 c. Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05

Cemaran Arsen mg/kg Maks. 0,5

Cemaran mikroba

a. Angka lempeng total koloni/g Maks. 1 x 106

b. Escherichia coli APM/g Maks. 10

c. Bacillus cereus koloni/g Maks. 1 x 104

d. Kapang koloni/g Maks. 1 x 104

(4)

Lampiran 4 Prosedur Pelaksanaan Analisis Komponen Proksimat dan Aktivitas Papain

a. Kadar Air, metode oven (SNI 01-2891-1992)

Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan ditimbang menggunakan neraca analitik. Contoh sebanyak 1-2 g dimasukkan ke dalam cawan, kemudian cawan serta contoh ditimbang dengan neraca analitik. Cawan berisi contoh dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Selanjutnya cawan berisi contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Setelah itu, cawan berisi contoh dikeringkan kembali dalam oven selama 15-30 menit, lalu ditimbang kembali. Pengeringan diulangi hingga diperoleh bobot konstan (selisih bobot  0.0003 g).

Perhitungan :

Keterangan :

x = Bobot contoh awal (g)

y = Bobot contoh dan cawan setelah dikeringkan a = Bobot cawan kosong

b. Kadar Abu (Apriyantono et al, 1989)

Cawan pengabuan dibakar dalam tanur, kemudian didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Contoh sebanyak 3-5 g ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian cawan yang berisi contoh dibakar sampai didapatkan abu berwarna abu-abu atau sampai bobotnya konstan. Pengabuan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pertama pada suhu sekitar 400oC dan kedua pada suhu 550oC. Cawan yang berisi contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang dengan neraca analitik.

Catatan : sebelum masuk tanur, contoh yang ada dalam cawan dibakar dulu pada pembakar sampai asapnya habis.

Perhitungan :

Kadar abu (% c. Kadar Lemak, Metode Soxhlet (AOAC 1995)

Labu lemak yang telah bebas lemak dikeringkan di dalam oven bersuhu 105oC selama 15 menit kemudian ditimbang setelah dingin. Contoh sebanyak 5 g dibungkus dalam kertas saring kemudian ditutup kapas yang bebas lemak. Contoh dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian pasang kondensor dan labu pada ujung-ujungnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam alat lalu contoh direfluks selama 6 jam. Setelah itu pelarut didestilasi dan ditampung pada wadah lain. Labu lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC sampai diperoleh

(5)

berat tetap. Kemudian labu lemak dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan dan ditimbang. Perhitungan : Kadar lemak (%b/b) = 100% 1 2 x W W

Keterangan : W1 = Bobot contoh (g)

W2 = Bobot lemak (g)

d. Kandungan Protein Grits

Analisis kandungan protein dilakukan menggunakan metoda Kjeldahl (AOAC 960.52) Analisis protein dilakukan terhadap contoh biji jagung dan grits jagung setelah diinkubasi dengan papain pada berbagai kondisi, sehingga dapat diketahui perubahan kandungan protein grits jagungnya. Terdapat 3 (tiga) tahapan pada analisis protein dengan metode tersebut, yaitu tahap penghancuran (digestion), tahap destilasi, dan tahap titrasi.

Pada tahap Penghancuran, sejumlah 100 hingga 200 mg contoh ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Kemudian ditambahkan 1.0 + 0.1 g K2SO4, 40 + 10 mg HGO dan 2 + 0.1 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya ditambahkan

2-3 butir batu didih dan dididihkan selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan menjadi jernih, dan terakhir didinginkan sebelum dilakukan destilasi.

Pada tahap destilasi, ditambahkan sejumlah kecil air destilat secara perlahan lewat dinding labu kjeldahl dan digoyang pelan agar kristal yang terbentuk larut kembali. Kemudian, dipindahkan ke dalam alat destilasi, dan labu kjeldahl dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air destilat. Selanjutnya, air bilasan dipindahkan ke dalam labu destilasi dan ditanbahkan 8–10 ml larutan 60% NaOH dan 5% Na2S2O3.

Erlenmeyer 250 ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 jenuh dan 2-4 tetes indikator

metilen red-metilen blue diletakkan di bawah kondensor, dimana ujung kondensor harus terendam dalam larutan H3BO3 jenuh. Selanjutnya dilakukan destilasi

hingga diperoleh sekitar 15 ml destilat.

Pada tahap akhir, destilat yang diperoleh selanjutnya diencerkan dalam erlenmeyer hingga kira-kira 50 ml. Kemudian, titrasi dengan HCl 0.02 N ter standar sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Volume HCL 0.02 N terstandar yang diperlukan untuk titrasi dicatat. Selanjutnya dilakukan penetapan blangko dengan prosedur yang sama pada contoh, dilakukan analisis untuk blanko (tanpa contoh) dan dicatat volume HCL 0.02 N terstandar yang digunakan untuk titrasi blanko. Untuk standarisasi larutan HCl 0.02 N dilakukan dengan memasukkan 25 ml larutan HCl 0.02 N ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein 1%. Dititrasi dengan larutan NaOH 0.02 N yang telah distandarisasi hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Dilakukan pencatatan volume NaOH yang diperlukan. Normalitas HCl adalah sama dengan jumlah volume NaOH dikalikan dengan normalitas NaOH dan dibagi dengan volume HCl.

(6)

e. Kadar Serat Kasar (Apriyantono et al. 1989)

Uji kadar serat kasar diawali dengan menggiling contoh sampai halus sehingga dapat melewati saringan berdiameter 1 mm. Sebanyak 2 g contoh diambil dan lemak yang terkandung di dalamnya diekstrak dengan menggunakan sokhlet dengan pelarut petroleum eter, kemudian contoh yang sudah bebas lemak tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam enlenmeyer 600 ml. Tambahkan 0,5 g asbes yang telah dipijarkan dan dua tetes zat anti buih. Setelah itu, ditambahkan ke dalam erlenmeyer 200 ml larutan H2SO4 mendidih.

Kemudian, erlenmeyer tersebut diletakkan ke dalam pendingan balik dalam keadaan yang tertutup dan dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit dan sesekali digoyang-goyangkan. Setelah selesai, suspensi tersebut disaring dan residu yang tertinggal dicuci dengan air mendidih. Pencucian dilakukan hingga air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus). Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali dengan menggunakan spatula.

Pencucian sisa residu di kertas saring kembali dilakukan dengan menggunakan 200 ml larutan NaOH mendidih sampai samua residu masuk ke dalam erlenmeyer dan didihkan kembali contoh tersebut selama 30 menit dengan pendingin balik sambil sesekali digoyang-goyangkan. Kemudian dilakukan penyaringan kembali contoh tersebut dengan menggunakan kertas saring yang diketahui beratnya sambil dicuci dengan K2SO4 10%. Lalu, residu di kertas saring

dicuci kembali dengan air mendidih, kemudian dengan alkohol 95%. Setelah itu, kertas saring tersebut dikeringkan dalam oven 110oC sampai berat konstan (1-2 jam). Setelah didinginkan dalam desikator contoh ditimbang.

Perhitungan :

Kadar serat kasar (g/100g contoh) = 2 1x100

W W

W

Keterangan:

W2 = Bobot residu dan kertas saring yang telah dikeringkan (g)

W1 = Bobot kertas saring (g)

W = Bobot contoh yang dianalisis (g) f. Kadar Karbohidrat By Difference (AOAC 1995)

Pengukuran kadar karbohidrat menggunakan metode by difference dilakukan dengan cara :

Kadar karbohidrat (%b/b) = 100% - (kadar air + kadar protein + kadar lemak + kadar abu)

g. Kadar Pati, Metode Luff Schoorl (Sudarmadji et al. 1997)

Ditimbang 2,5-25 g contoh, dipindahkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan 20 ml akuades, bubur Al(OH)3 dan larutan Pb asetat. Penambahan

bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi, kemudian tambahkan air destilat sampai tanda tera dan disaring.

Filtrat ditampung dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan Na2CO3

(7)

menghilangkan kelebihan Pb. Dilakukan pengambilan 50 ml filtrat bebas Pb, dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 25 ml air destilat dan 10 ml HCl 30%. Dilakukan pemanasan di atas penangas air pada suhu 67-70oC selama 10 menit lalu didinginkan secepatnya sampai suhu 20oC. Dilakukan penetralan dengan NaOH 45%, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml air mengandung 15-60 mg gula pereduksi.

Sebanyak 25 ml larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schrool. Blanko dibuat dari 25 ml larutan Luff Schrool ditambah 25 ml akuades. Kemudian erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik lalu dididihkan (usahakan 2 menit sudah mendidih). Pendidihan dipertahankan 10 menit, kemudian didinginkan dan ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 26,5%.

Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N menggunakan indikator pati 2-3 ml. Penetapan berat glukosa dilakukan dengan membandingkan volume Na-thiosulfat yang diperlukan dengan tabel Luff Schrool

Kadar Gula (%) = Bobot glukosa x FP x 100% Bobot contoh

Kadar Pati (%) = kadar gula x 0.9

Tabel Luff Schrool Volume 0.1 N Na-thiosulfat Bobot Glukosa, fruktosa, gula invert Selisih Bobot Glukosa, fruktosa, gula invert (ml) (mg) (mg) 1 2.4 2.4 2 4.8 2.4 3 7.2 2.5 4 9.7 2.5 5 12.2 2.5 6 14.7 2.5 7 17.2 2.6 8 19.8 2.6 9 22.4 2.6 10 25.0 2.6 11 27.6 2.7 12 30.3 2.7

h. Kadar Amilosa (Apriyantono et al. 1989) Pembuatan Kurva Standar

Ditimbang 40 mg amilosa murni, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Kemudian, dipanaskan dalam air mendidih selama lebih kurang 10 menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan. Dilakan pemindahan seluruh campuran ke dalam labu takar 100 ml, dan tambahkan sampai tanda tera dengan air destilat. Dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan di atas dan dimasukkan masing-masing

(8)

ke dalam labu takar 100 ml. Ke dalam masing-masing labu takar tersebut tambahkan asam asetat 1N masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml, kemudian tambahkan masing-masing 2 ml larutan Iod dan tambahkan air destilat pada masing-masing campuran dalam labu takar sampai tanda tera. Didiamkan selama 20 menit. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Setelah itu, dibuat kurva standar, konsentrasi amilosa vs absorbansi.

Selanjutnya, ditimbang 100 mg contoh dalam bentuk tepung, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Dipanaskan dalam air mendidih selama lebih kurang 10 menit sampai terbentuk gel. Seluruh gel dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, dikocok, dan ditambahkan air destilat sampai tanda tera. 5 ml larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod. Ditambahkan air destilat sampai tanda tera, dikocok, didiamkan selama 20 menit. Dilakukan pengukuran intensitas warna yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Kadar amilosa dalam contoh dihitung dengan membuat kurva standar terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan rumus :

Kadar amilosa (%) =

W CxVxFPx100

Keterangan :

C = Konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar (mg/ml) V = Volume akhir contoh (ml)

FP = Faktor pengenceran i. Pengujian Aktivitas Papain

Prinsip pengujian adalah mengukur besarnya aktivitas protease yang terdapat di dalam contoh. Besarnya aktivitas protease dinyatakan dalam satuan unit aktivitas yang didefinisikan sebagai jumlah enzim yang menghasilkan 1 (satu) mol tirosin per menit. Metode yang digunakan adalah kolorimetri menggunakan alat spektrofotometer (Walter 1984).

Preparasi Contoh

Dilakukan penimbangan contoh papain sebanyak 1 mg masukan ke dalam labu ukur 100 ml, selanjutnya ditambahkan 1 ml buffer pH 6 dan 25 ml air destilat. Larutan dikocok sampai sampai benar-benar larut, dan ditambahkan air destilat sampai tanda tera.

Penetapan Aktivitas Enzim

Dibuat tiga jenis larutan, yaitu larutan contoh, larutan standar, dan blangko. Penyiapan larutan contoh dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat hingga pada suhu optimum enzim (65oC) dan ditambahkan 0,2 ml contoh papain, kemudian diinkubasi pada suhu optimumnya selama 10 menit. Larutan substrat adalah larutan substrat casein 2% dalam bufer fosfat 0,1 mol/L, pH 7,5. Larutan substrat dibuat dengan cara mensuspensikan 1 g casein dengan 5 ml H2O,

kemudian ditambahkan larutan NaOH 1mol/l dan 30 ml air dan dicampur dengan pengaduk magnet hingga casein terlarut sempurna. Setelah itu, ditambahkan 5 ml

(9)

buffer fosfat 1 mol/l, diatur pH nya sampai 7,5 dengan larutan HCl 1 mol/l dan diencerkan sampai 50 ml dengan air destilat. Larutan substrat telah siap digunakan. Setelah diinkubasi selama 10 menit, selanjutnya ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml HCl 0,05M. Campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm.

Penyiapan larutan standar dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat dan 0,2 ml 5 mmol/l larutan standar tirosin hingga pada suhu optimum enzim (65oC). Larutan kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu optimum enzim, kemudian ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml contoh papain. Setelah itu, campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm.

Adapun penyiapan blanko dilakukan dengan memanaskan 2,5 ml larutan substrat dan 0,2 ml HCl 0,05M hingga pada suhu optimum enzim (65oC). Larutan kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu optimum enzim, kemudian ditambahkan 5 ml 0,3 M tri chloro acetic acid dan 0,2 ml contoh papain. Setelah itu, campuran larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang, dibuang endapannya dengan cara disentrifuse selama 20 menit pada 4000 rpm.

Setelah ketiga larutan telah siap dibuat, selanjutnya dilakukan reaksi pewarnaan dengan menambahkan masing-masing 2,5 ml supernatan, 5 ml NaOH 0,5M, dan 1,5 ml reagen folin-ciocalteu phenol. Setelah penambahan pewarna, larutan contoh, standar dan blanko didiamkan selama 15 menit dan dilakukan pengukuran absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm menggunakan cuvvette yang sama. Besarnya aktivitas papain dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Aktivitas protease (U/ml) = {(Asmp-Ablk)/(Astd-Ablk)}*(F/t)

Keterangan : Asmp : Absorbansi contoh (contoh)

Ablk : Absorbansi blanko

Astd : Absorbansi standar

F : Faktor pengenceran t : Waktu inkubasi

j. Pengukuran Densitas Kamba Biji dan Grits Jagung

Pengukuran densitas kamba biji dan grits jagung dilakukan dengan memasukkan sejumlah tertentu biji atau grits jagung ke dalam labu ukur 100 ml sampai batas tera 100 ml. Selanjutnya biji atau grits jagung tersebut ditimbang bobotnya dengan timbangan elektrik. Bobot biji atau grits jagung yang diperoleh per satuan volume, yaitu g/100 ml yang selanjutnya dikonversi ke dalam g/cm3 adalah densitas kamba untuk biji maupun grits jagung. Pengukuran dilakukan masing-masing 3 (tiga) kali. Sebelum dilakukan pengukuran densitas kamba, masing-masing biji atau grits jagung diukur terlebih dahulu kadar airnya.

k. Pengukuran Dimensi Biji Jagung

Pengukuran dimensi biji jagung kedua varietas dilakukan dengan menggunakan mistar (penggaris). Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) bagian biji

(10)

jagung, yaitu panjang (tinggi), lebar, dan ketebalan biji. Pengukuran dilakukan secara acak terhadap masing-masing 20 contoh biji jagung untuk kedua varietas. Hasil pengukuran kemudian ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya untuk 20 contoh yang diukur.

l. Pengukuran Kekerasan Biji dan Grits Jagung

Pengukuran kekerasan biji maupun grits jagung dilakukan dengan menggunakan texture analysis dengan merujuk pada pengukuran yang dilakukan oleh Martinez et al. (2006). Pengukuran dilakukan pada terhadap 6 (enam) contoh biji atau grits jagung kedua varietas yang diambil secara acak. Pengukuran dilakukan untuk setiap contoh. Pengukuran dilakukan pada rentang beban : 1–100 N dan rentang jarak : 0,1–1000 mm dengan kecepatan probe disetting pada : 50 mm/min. Beban yang digunakan disetting sebesar 50 N dan jarak deformasi disetting hingga 0,5 mm. Hasil dari masing-masing pengukuran selanjutnya ditabulasikan dan dihitung rata-ratanya.

(11)

Lampiran 5 Prosedur Analisis Menggunakan CPI (Composite Performance Index)

Pengertian CPI

Merupakan indeks gabungan (Composite Index) yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j).

Formula yang digunakan dalam teknik CPI Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min) A(i + 1.j) = (X(I + 1.j) )/ Xij (min) x 100 Iij = Aij x Pj n Ii =  (Iij) j =1 Keterangan:

Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke – j

Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j

A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke – j

X(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke – j

Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j

Iij = indeks alternatif ke-i

Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke –i

i = 1, 2, 3,…, n

j = 1, 2, 3,…, m

Prosedur analisis CPI

• Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilaianya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik)

• Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi secara proporsional lebih tinggi.

• Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditranspormasi secara proporsional lebih rendah.

a. Perhitungan CPI untuk pemilihan jenis peralatan degerminator Kriteria :

1. Kandungan lemak grits, semakin rendah kandungan lemak semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3.

2. Kebersihan grits, semakin bersih semakin baik. Dihitung berdasarkan persentase produk samping (ampok dan kulit ari). Semakin rendah

(12)

persentase produk samping setelah pengayakan ulang maka semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3.

3. Rendemen grits, semakin tinggi nilai rendemen semakin baik (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,2.

4. Losses selama proses degerminasi, semakin rendah persentase losses semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1.

5. Persentase grits kasar (tidak lolos ayakan 5 mesh), semakin besar persentase grits kasar semakin baik karena dapat mengurangi risiko pada tahap selanjutnya (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1.

Data nilai kriteria :

Tabel L.1 Nilai kriteria untuk pemilihan jenis peralatan degerminator Varietas Tipe Peralatan Rendemen Awal Produk Samping* Losses Grits Kasar** Kadar Lemak (%) (%) (%) (%) (%) Lokal Kodok A 65,45 26,47 8,08 14,65 3,30 B 73,1 22,44 4,46 60,87 1,44 C 63,08 31,84 5,08 19,34 0,97 Hibrida P21 A 70,55 24,44 5,01 30,11 5,96 B 72,54 25,56 1,9 68,42 5,48 C 61,65 34,62 3,73 48.54 0,75 * Persentase produk samping dihitung sebagai parameter kebersihan grits ** Grits kasar adalah grits yang tidak lolos ayakan ukuran 5 mesh (+5 mesh)

Berdasarkan data pada Tabel L.1, selanjutnya dilakukan transformasi nilai dari masing-masing kriteria dalam matriks perbandingan indeks kinerja (CPI) berdasarkan formula di atas. Matriks transformasi disajikan pada Tabel 4.7 untuk jagung lokal Kodok dan Tabel 4.8 untuk jagung hibrida P21. Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa peralatan tipe C mendapat peringkat tertinggi, yaitu peringkat pertama untuk kedua varietas jagung yang digunakan. Dengan demikian, peralatan tipe C dipilih sebagai peralatan yang memberikan hasil terbaik.

b. Perhitungan CPI untuk penentuan lama waktu perendaman awal Kriteria :

1. Kandungan lemak grits, semakin rendah kandungan lemak semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,4.

2. Rendemen grits, semakin tinggi nilai rendemen semakin baik (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan sebesar 0,3.

3. Losses selama proses degerminasi, semakin rendah persentase losses semakin baik (tren negatif). Bobot kriteria ditetapkan 0,2.

4. Persentase grits kasar (tidak lolos ayakan 5 mesh), semakin besar persentase grits kasar semakin baik karena dapat mengurangi risiko pada tahap selanjutnya (tren positif). Bobot kriteria ditetapkan 0,1.

(13)

Data nilai kriteria :

Tabel L.2 Nilai kriteria lama waktu perendaman awal biji jagung Varietas Waktu Rendemen Kadar Lemak Grits Kasar* Losses

(menit) (%) (%) (%) (%) Lokal Kodok 10 65,76 0,9970 30,66 6,28 20 65,54 0,9653 28,41 3,82 30 60,72 1,0206 19,53 4,38 40 58,70 1,0154 13,36 4,62 50 55,22 1,5602 11,41 4,16 Hibrida P21 10 61,86 0,7530 47,95 4,60 20 61,66 0,7472 48,85 3,72 30 58,24 0,7648 44,99 4,92 40 57,50 0,7724 46,26 5,32 50 58,10 0,7730 40,31 4,50 * Grits kasar adalah grits yang tidak lolos ayakan 5 mesh (+5 mesh)

Berdasarkan data pada Tabel L.2, selanjutnya dilakukan transformasi nilai dari masing-masing kriteria dalam matriks perbandingan indeks kinerja (CPI) berdasarkan formula di atas. Matriks transformasi disajikan pada Tabel 4.10 untuk jagung lokal Kodok dan Tabel 4.11 untuk jagung hibrida P21. Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa perendaman selama 20 menit untuk kedua varietas jagung mempunyai peringkat tertinggi, yaitu peringkat pertama. Dengan demikian, perendaman selama 20 menit dipilih sebagai waktu perendaman awal biji jagung yang memberikan hasil terbaik sebelum proses degerminasi.

(14)

Lampiran 6 Data Pengukuran pH selama Inkubasi Grits Jagung a. Rata-Rata pH Selama Inkubasi Grits Jagung Lokal Kodok

Inkubasi

Perlakuan Jam ke-

(Jam) 0 1,5 3 4,5 6 9 12 16 24 3 Blanko 6 5,9 5,4 0,1 4,2 3,8 4,5 0,5 4,4 3,9 4,9 1,0 4,6 4,6 5,5 6 Blanko 5,9 5,8 5,9 6,4 7 0,1 4,7 3,7 4,9 5,7 6,3 0,5 4,8 4,5 5,1 5,9 6,5 1,0 4,8 4,8 5,4 6,1 6,3 12 Blanko 5,6 5,4 5,9 6,5 7,1 7 6,6 0,1 4,7 4 5 5,9 6,3 6,5 6 0,5 4,5 4,7 5,2 5,9 6,4 6,2 6,2 1,0 4,7 4,9 5,4 6,1 6,5 6,4 6,2 24 Blanko 5,9 5,4 6 6,5 7,2 6,9 6,6 4,4 4,7 0,1 4,2 3,8 4,9 5,8 6,1 6,1 5,8 4,8 4,8 0,5 4,4 4,5 5,2 5,9 6,4 6,1 6 4,8 5,2 1,0 4,7 4,7 5,4 6 6,6 6,5 6,1 5 5,1

b. Rata-Rata pH Selama Inkubasi Grits Jagung Hibrida P21

Inkubasi Perlakuan Jam ke-

(Jam) 0 1,5 3 4,5 6 9 12 16 24 3 Blanko 6 5,9 5,4 0,1 4,2 3,8 4,5 0,5 4,4 3,9 4,9 1,0 4,6 4,6 5,5 6 Blanko 5,9 5,8 5,9 6,4 7 0,1 4,7 3,7 4,9 5,7 6,3 0,5 4,8 4,5 5,1 5,9 6,5 1,0 4,8 4,8 5,4 6,1 6,3 12 Blanko 5,6 5,4 5,9 6,5 7,1 7 6,6 0,1 4,7 4 5 5,9 6,3 6,5 6 0,5 4,5 4,7 5,2 5,9 6,4 6,2 6,2 1,0 4,7 4,9 5,4 6,1 6,5 6,4 6,2 24 Blanko 5,9 5,4 6 6,5 7,2 6,9 6,6 4,4 4,7 0,1 4,2 3,8 4,9 5,8 6,1 6,1 5,8 4,8 4,8 0,5 4,4 4,5 5,2 5,9 6,4 6,1 6 4,8 5,2 1,0 4,7 4,7 5,4 6 6,6 6,5 6,1 5 5,1

(15)

Lampiran 7 Data Hasil Pengukuran Kekerasan Biji dan Grits Jagung a. Grits Jagung Lokal Kodok

Waktu Konsentrasi Kekerasan pada Jarak Deformasi 0.5 mm Penurunan Kekerasan Jam % N N 0 0,0 78,30 0,00 3 0,0 68,93 9,37 3 0,1 58,63 19,67 3 0,5 57,73 20,57 3 1,0 45,07 33,23 6 0,0 66,15 12,15 6 0,1 55,21 23,10 6 0,5 55,33 22,97 6 1,0 41,88 36,43 12 0,0 64,82 13,48 12 0,1 50,78 27,52 12 0,5 44,38 33,92 12 1,0 31,17 47,13 24 0,0 63,16 15,14 24 0,1 49,85 28,45 24 0,5 43,08 35,22 24 1,0 25,07 53,23

b. Grits Jagung Hibrida P21

Waktu Konsentrasi Kekerasan pada Jarak Deformasi 0.5 mm Penurunan Kekerasan Jam % N N 0 0,0 83,61 0,00 3 0,0 78,32 5,29 3 0,1 74,40 9,21 3 0,5 67,55 16,06 3 1,0 58,43 25,19 6 0,0 74,22 9,39 6 0,1 72,30 11,31 6 0,5 71,40 12,21 6 1,0 53,55 30,06 12 0,0 71,13 12,48 12 0,1 69,22 14,39 12 0,5 65,93 17,68 12 1,0 51,88 31,73 24 0,0 65,15 18,46 24 0,1 64,52 19,09 24 0,5 58,54 25,07 24 1,0 37,68 45,94

(16)

Lampiran 8 Grafik distribusi ukuran partikel tepung jagung

a. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 3, 6, 12, dan 24 Jam

Waktu Konsentrasi Papain Bobot Contoh Bobot Hasil uji Selisih Bobot Tidak Lolos 60 mesh Lolos 60 mesh tidak lolos 80 mesh Lolos 80 mesh tidak lolos 100 mesh Lolos 100 mesh Jam % g g g g % g % g % g % 3 0,0 15,1750 14,5319 0,6431 6,3443 43,65 2,1844 15,03 0,9805 6,75 5,0227 34,57 3 0,1 15,1590 14,3923 0,7668 6,3781 44,31 1,4098 9,80 0,5274 3,66 6,0770 42,23 3 0,5 15,0774 14,6903 0,3871 5,8469 39,80 1,2846 8,75 0,3498 2,38 7,2090 49,08 3 1,0 15,0064 14,7655 0,2409 3,9711 26,89 1,3205 8,94 0,4399 2,98 9,0340 61,19 6 0,0 15,1157 14,4811 0,6346 6,1945 42,80 2,1446 14,83 0,8857 6,17 5,2563 36,20 6 0,1 15,0544 14,7465 0,3079 7,1594 48,55 1,3566 9,20 0,3694 2,51 5,8611 39,75 6 0,5 15,0471 14,4915 0,5556 4,4892 30,97 0,9870 6,81 0,3184 2,20 8,6969 60,02 6 1,0 15,1042 14,4126 0,6916 2,1743 15,10 0,8983 6,23 0,7470 5,21 10,5931 73,46 12 0,0 14,0605 13,7044 0,3562 5,6146 40,74 1,6290 12,03 0,4507 3,33 6,0102 43,91 12 0,1 15,0534 14,7019 0,3516 6,1669 41,95 1,7550 11,94 0,4066 2,77 6,3735 43,35 12 0,5 15,0238 14,6539 0,3700 3,2598 22,25 1,0275 7,01 0,3075 2,10 10,0592 68,64 12 1,0 15,0930 14,4301 0,6629 0,9558 6,63 0,4802 3,32 0,2316 1,60 12,7625 88,44 24 0,0 15,0554 14,5210 0,5345 6,7585 46,60 1,9783 13,58 0,4801 3,29 5,3042 36,53 24 0,1 15,0356 14,6371 0,3985 5,0043 34,18 1,5874 10,83 0,4398 3,00 7,6057 51,99 24 0,5 15,0437 14,5464 0,4974 2,1081 14,48 0,8345 5,73 0,2952 2,03 11,3086 77,77 24 1,0 15,0790 14,5031 0,5759 0,6610 4,56 0,4668 3,22 0,2150 1,48 13,1604 90,74

(17)

b. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Pada Waktu Inkubasi Selama 3, 6, 12, dan 24 Jam Waktu Konsentrasi Papain Bobot Contoh Bobot Hasil uji Selisih Bobot Tidak Lolos 60 mesh Lolos 60 mesh tidak lolos 80 mesh Lolos 80 mesh tidak lolos 100 mesh Lolos 100 mesh Jam % g g g g % g % g % g % 3 0,0 15,0569 14,7447 0,3122 6,7621 45,86 2,0601 13,97 0,5668 3,84 5,3557 36,32 3 0,1 15,0730 14,8845 0,1886 6,3783 42,87 2,2699 15,24 0,5945 3,99 5,6419 37,91 3 0,5 15,0481 14,8079 0,2402 6,2585 42,26 1,8308 12,37 0,4627 3,13 6,2560 42,24 3 1,0 15,0120 14,7194 0,2925 5,1592 35,05 1,7125 11,64 0,4449 3,02 7,4029 50,29 6 0,0 15,0262 14,7791 0,2470 7,3564 49,77 2,0414 13,82 0,5673 3,84 4,8141 32,57 6 0,1 15,0976 14,9187 0,1789 7,2949 48,90 2,1157 14,18 0,5280 3,54 4,9801 33,38 6 0,5 15,0288 14,7651 0,2637 6,1031 41,32 1,9373 13,13 0,4352 2,95 6,2895 42,59 6 1,0 15,0230 14,6849 0,3381 3,6686 24,96 1,4203 9,68 0,4080 2,78 9,1880 62,58 12 0,0 15,0949 14,8357 0,2593 7,2119 48,62 2,1156 14,25 0,5287 3,56 4,9796 33,57 12 0,1 14,8833 14,6783 0,2050 5,6968 38,76 1,8767 12,82 0,5924 4,04 6,5125 44,39 12 0,5 15,0067 14,6549 0,3518 3,9314 26,81 1,3351 9,12 0,3705 2,53 9,0180 61,54 12 1,0 15,0858 14,6093 0,4766 1,3048 8,93 0,6571 4,50 0,2494 1,71 12,3981 84,86 24 0,0 15,0813 14,8755 0,2058 7,8651 52,88 1,9523 13,12 0,4510 3,03 4,6072 30,97 24 0,1 15,0617 14,8954 0,1663 7,0629 47,40 1,8087 12,15 0,4732 3,18 5,5506 37,27 24 0,5 15,0364 14,7041 0,3324 3,4319 23,34 1,3729 9,34 0,3688 2,51 9,5306 64,81 24 1,0 15,0406 14,5337 0,5069 0,7772 5,35 0,5706 3,93 0,2760 1,90 12,9099 88,83

(18)

c. Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi Konsentrasi Papain Bobot Contoh Bobot Hasil uji Selisih Bobot Tidak Lolos 60 mesh Lolos 60, tidak lolos 80 mesh Lolos 80, tidak

lolos 100 mesh Lolos 100 mesh

Jam % g g g g % g % g % g % 15 0,6 15,0060 14,8409 0,1651 2,3779 16,02 1,6556 11,15 0,6830 4,60 10,1245 68,23 15 0,7 15,0069 14,7013 0,3056 2,3530 16,00 1,5566 10,59 0,5277 3,59 10,2641 69,83 15 0,8 15,0082 14,7439 0,2644 1,6710 11,33 0,4793 3,25 0,2226 1,51 12,3711 83,91 15 0,9 11,5670 11,2943 0,2727 0,3795 3,15 0,4898 4,50 0,2519 2,33 10,1733 90,02 15 1,0 15,0060 14,6694 0,3367 0,2337 1,59 0,4757 1,86 0,2725 1,86 13,4812 91,90 18 0,6 14,1413 13,9347 0,2066 2,2821 16,33 1,3896 9,92 0,4916 3,54 9,7715 70,22 18 0,7 15,0074 14,6720 0,3354 2,2531 15,35 1,5625 10,64 0,4635 3,16 10,3929 70,85 18 0,8 15,0070 14,7298 0,2772 1,2748 8,65 0,4944 3,36 0,1821 1,23 12,7785 86,75 18 0,9 11,8732 11,5173 0,3560 0,4740 3,92 0,6419 5,82 0,3742 3,30 10,0273 86,96 18 1,0 15,0050 14,6057 0,3994 0,5203 3,56 0,5610 3,84 0,4575 3,13 13,0637 89,44 21 0,6 15,0061 14,7303 0,2758 2,4040 16,32 1,5955 10,82 0,3712 2,52 10,3597 70,34 21 0,7 15,0057 14,4961 0,5096 1,4909 10,27 0,6450 4,45 0,1331 0,93 12,2271 84,35 21 0,8 15,0062 14,7397 0,2666 1,0197 6,92 0,6009 4,08 0,0840 0,57 13,0351 88,44 21 0,9 15,0058 14,7951 0,2107 0,7868 5,32 0,5457 3,69 0,1331 0,90 13,3296 90,09 21 1,0 15,0061 14,8278 0,1783 0,2913 1,96 0,4361 2,94 0,1103 0,74 13,8429 93,36 24 0,6 15,0076 14,7246 0,2830 0,7947 5,39 0,5705 3,87 0,3500 2,37 13,0095 88,36 24 0,7 15,0068 14,6476 0,3592 0,5941 4,05 0,6101 4,16 0,1577 1,08 13,2857 90,70 24 0,8 15,0054 14,7273 0,2782 1,0849 7,37 0,5855 3,98 0,1457 0,99 12,9113 87,67 24 0,9 14,5576 14,2229 0,3348 0,4866 3,41 0,5212 3,67 0,1583 1,14 13,0568 91,78 24 1,0 15,0790 14,5031 0,5759 0,6610 4,56 0,4668 3,22 0,2150 1,48 13,1604 90,74

(19)

Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung Varietas Hibrida Lokal Pada Waktu Inkubasi Selama 15, 18, 21, dan 24 Jam (Optimasi) Waktu Inkubasi Konsentrasi Papain Bobot Contoh Bobot Hasil uji Selisih Bobot Tidak Lolos 60 mesh Lolos 60, tidak lolos 80 mesh Lolos 80, tidak

lolos 100 mesh Lolos 100 mesh

Jam % g g g g % g % g % g % 15 0,6 15,0081 14,4918 0,5163 2,6506 18,30 1,1767 8,11 0,3500 2,41 10,3146 71,17 15 0,7 15,0069 14,6630 0,3440 2,1701 14,80 0,9104 6,21 0,2756 1,88 11,3069 77,11 15 0,8 15,0110 14,5309 0,4802 2,7366 18,84 0,9443 6,51 0,2680 1,84 10,5820 72,80 15 0,9 15,0063 14,6502 0,3561 1,1278 7,69 0,7687 5,25 0,2970 2,03 12,4568 85,03 15 1,0 15,0061 14,6326 0,3736 0,6067 4,14 0,7516 5,14 0,2796 1,91 12,9623 88,59 18 0,6 15,0065 14,5296 0,4770 1,4551 10,02 0,8588 5,91 0,3352 2,31 11,8805 81,77 18 0,7 15,0062 14,6491 0,3571 1,4676 10,02 0,6810 4,65 0,3157 2,16 12,1850 83,18 18 0,8 15,0085 14,6822 0,3263 2,0998 14,30 0,7589 5,17 0,2431 1,66 11,5805 78,87 18 0,9 15,0079 14,7354 0,2725 1,0478 7,10 0,8070 5,48 0,3299 2,24 12,5508 85,19 18 1,0 15,0054 14,6600 0,3455 0,7217 4,92 0,5970 4,07 0,3172 2,16 13,0324 88,90 21 0,6 15,0082 14,6779 0,3304 1,9270 13,11 0,8599 5,87 0,2955 2,01 11,5955 79,01 21 0,7 15,0066 14,5017 0,5049 2,0344 14,03 0,8469 5,84 0,2650 1,83 11,3554 78,30 21 0,8 15,0082 14,6079 0,4003 1,4393 9,85 0,6944 4,75 0,2513 1,72 12,2229 83,67 21 0,9 15,0068 14,5677 0,4391 0,9961 6,84 0,6187 4,25 0,2696 1,85 12,6834 87,06 21 1,0 15,0078 14,5722 0,4356 0,6005 4,12 0,5372 3,69 0,2460 1,69 13,0419 89,50 24 0,6 15,0072 14,5964 0,4107 2,2280 15,26 0,9311 6,38 0,2685 1,84 11,1689 76,52 24 0,7 15,0085 14,6861 0,3224 2,0584 14,02 0,8807 6,00 0,2959 2,01 11,4512 77,97 24 0,8 15,0065 14,6628 0,3437 1,3470 9,19 0,6372 4,35 0,2448 1,67 12,4338 84,80 24 0,9 15,0078 14,5885 0,4193 1,1647 7,98 0,6745 4,62 0,2989 2,05 12,4505 85,34 24 1,0 15,0406 14,5337 0,5069 0,7772 5,35 0,5706 3,93 0,2760 1,90 12,9099 88,83

(20)

Lampiran 9 Hasil Analisis statistik menggunakan software Minitab 16

a. Hubungan antara konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi dengan kekerasan grits jagung hibrida P21

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.995 P-Value = 0.005

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.923 P-Value = 0.077

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.968 P-Value = 0.032

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0.965 P-Value = 0.035

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.982 P-Value = 0.018

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.994 P-Value = 0.006

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.908 P-Value = 0.092

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0.982 P-Value = 0.018

b. Hubungan antara konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi dengan kekerasan grits jagung lokal Kodok

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,926 P-Value = 0,074

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,912 P-Value = 0,088

(21)

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,945 P-Value = 0,055

Hasil untuk : Konsentrasi-Kekerasan 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Kekerasan = -0,965 P-Value = 0,035

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,913 P-Value = 0,087

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,879 P-Value = 0,121

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,885 P-Value = 0,115

Hasil untuk : Waktu-Kekerasan 1%.MTW Korelasi : Waktu, Kekerasan

Korelasi Pearson antara Waktu dan Kekerasan = -0,960 P-Value = 0,040

c. Hubungan konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi terhadap kandungan protein grits jagung hibrida P21

Hasil untuk : Protein Hibrida 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.722 P-Value = 0.278

Hasil untuk : Protein Hibrida 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.306 P-Value = 0.694

Hasil untuk : Protein Hibrida 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.915 P-Value = 0.085

Hasil untuk : Protein Hibrida 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.949 P-Value = 0.051

Hasil untuk : Protein Hibrida 0%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.926 P-Value = 0.074

(22)

Hasil untuk : Protein Hibrida 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.938 P-Value = 0.062

Hasil untuk : Protein Hibrida 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.889 P-Value = 0.111

Hasil untuk : Protein Hibrida 1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.984 P-Value = 0.016

d. Hubungan konsentrasi papain dan lama waktu inkubasi terhadap kandungan protein grits jagung lokal Kodok

Hasil untuk : Protein Kodok 3 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.997 P-Value = 0.003

Hasil untuk : Protein Kodok 6 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.909 P-Value = 0.091

Hasil untuk : Protein Kodok 12 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.898 P-Value = 0.102

Hasil untuk : Protein Kodok 24 jam.MTW Korelasi : Konsentrasi, Protein

Korelasi Pearson antara Konsentrasi dan Protein = -0.898 P-Value = 0.102

Hasil untuk : Protein Kodok 0%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = 0.347 P-Value = 0.653

Hasil untuk : Protein Kodok 0,1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.708 P-Value = 0.292

Hasil untuk : Protein Kodok 0,5%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.982 P-Value = 0.018

Hasil untuk : Protein Kodok 1%.MTW Korelasi : Waktu, Protein

Korelasi Pearson antara Waktu dan Protein = -0.983 P-Value = 0.017

(23)

e. Uji beda pengaruh inkubasi terhadap penurunan kandungan protein antara jagung lokal Kodok (L) dengan jagung hibrida P21 (H)

Protein grits pada Konsentrasi 0.0 % Uji T Dua-Sample dan CI: L, H

Uji T Dua-sample untuk L vs H N Mean StDev SE Mean L 10 7.130 0.572 0.18 H 10 7.267 0.517 0.16 Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -0.137

Perbedaan pada CI 95%: (-0.651, 0.377)

Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -0.56 P-Value = 0.581 DF = 17 Protein grits pada Konsentrasi 0.1 %

Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H N Mean StDev SE Mean L 8 6.28 1.90 0.67 H 8 7.12 1.42 0.50 Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -0.835

Perbedaan pada CI 95%: (-2.667, 0.996)

Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -0.99 P-Value = 0.340 DF = 12 Protein grits pada Konsentrasi 0.5 %

Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H N Mean StDev SE Mean L 8 5.279 0.834 0.30 H 8 6.49 1.53 0.54 Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -1.207

Perbedaan pada CI 95%: (-2.581, 0.167)

Perbedaan uji T = 0 (vs not =): T-Value = -1.96 P-Value = 0.079 DF = 10 Protein grits pada Konsentrasi 1.0 %

Uji T Dua-Sample dan CI: L, H Uji T Dua-sample untuk L vs H N Mean StDev SE Mean L 8 4.781 0.998 0.35 H 8 6.14 1.21 0.43 Perbedaan = mu (L) - mu (H) Estimasi perbedaan: -1.356

Perbedaan pada CI 95%: (-2.556, -0.155)

(24)

f. Hasil analisis optimasi proses inkubasi grits jagung lokal Kodok Hasil untuk : RSM Kodok Optimasi.MTW

Regresi Response Surface : Kekerasan Grits terhadap Konsentrasi Enzim dan Waktu Inkubasi

Estimasi Koefisien Regresi untuk Kekerasan Grits (N)

Term Coef SE Coef T P Konstanta 57.6079 0.9859 30.112 0.000 Konsentrasi Enzim (%) -18.3427 0.6979 -8.079 0.000 Waktu Inkubasi (Jam) -0.326828 0.6621 -4.265 0.001 Konsentrasi Enzim (%)* -35.9524 1.1797 -1.219 0.243 Konsentrasi Enzim (%)

Waktu Inkubasi (Jam)* -0.0578611 1.1104 -1.055 0.309 Waktu Inkubasi (Jam)

Konsentrasi Enzim (%)* 2.44478 0.9364 2.350 0.034 Waktu Inkubasi (Jam)

S = 2.20702 PRESS = 148.751

R-Sq = 86.74% R-Sq(pred) = 71.08% R-Sq(adj) = 82.01% Analisis Varian untuk Kekerasan Grits (N)

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS Regresi 5 446.124 446.124 89.225 Linear 2 406.566 406.566 203.283 Konsentrasi Enzim (%) 1 317.946 317.946 317.946 Waktu Inkubasi (Jam) 1 88.620 88.620 88.620 Square 2 12.662 12.662 6.331 Konsentrasi Enzim (%)*Konsentrasi Enzim (%) 1 7.238 7.238 7.238 Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) 1 5.424 5.424 5.424 Interaction 1 26.896 26.896 26.896 Konsentrasi Enzim (%)*Waktu Inkubasi (Jam) 1 26.896 26.896 26.896 Residual Error 14 68.193 68.193 4.871 Total 19 514.317 Source F P Regresi 18.32 0.000 Linear 41.73 0.000 Konsentrasi Enzim (%) 65.27 0.000 Waktu Inkubasi (Jam) 18.19 0.001 Square 1.30 0.304 Konsentrasi Enzim (%)*Konsentrasi Enzim (%) 1.49 0.243 Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) 1.11 0.309 Interaction 5.52 0.034 Konsentrasi Enzim (%)*Waktu Inkubasi (Jam) 5.52 0.034 Residual Error

Total

Optimasi Respon

Parameter

Goal Lower Target Upper Weight Import Kekerasan Grits Target 23.02 31.34 37.13 1 1 Titik awal

Konsentrasi = 0.6 Waktu Inkubasi = 15

(25)

Titik Optimum

Konsentrasi = 0.647939 Waktu Inkubasi = 21.1477 Prediksi Nilai Respon

Kekerasan Grits = 31.3400 , desirability = 1.000000 Composite Desirability = 1.000000

g. Hasil analisis optimasi proses inkubasi grits jagung hibrida P21 Hasil untuk : RSM Hibrida Optimasi.MTW

Regresi Response Surface : Kekerasan Grits terhadap Konsentrasi Enzim dan Waktu Inkubasi

Estimasi Koefisien Regresi untuk Kekerasan Grits (N)

Term Coef SE Coef T P Konstanta 79.2401 1.3213 34.344 0.000 Konsentrasi Papain (%) -16.0485 0.9353 -6.619 0.000 Waktu Inkubasi (Jam) -1.02529 0.8873 -2.634 0.020 Konsentrasi Papain (%)* 5.61905 1.5810 0.142 0.889 Konsentrasi Papain (%)

Waktu Inkubasi (Jam)* 0.0381111 1.4881 0.519 0.612 Waktu Inkubasi (Jam)

Konsentrasi Papain (%)* -1.22544 1.2549 -0.879 0.394 Waktu Inkubasi (Jam)

S = 2.95782 PRESS = 232.600

R-Sq = 78.73% R-Sq(pred) = 59.60% R-Sq(adj) = 71.13% Analisis Varian untuk Kekerasan Grits (N)

Source DF Seq SS Adj SS Regresi 5 453.231 453.231 Linear 2 443.943 443.943 Konsentrasi Papain (%) 1 383.264 383.264 Waktu Inkubasi (Jam) 1 60.679 60.679 Square 2 2.530 2.530 Konsentrasi Papain (%)*Konsentrasi Papain (%) 1 0.177 0.177 Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) 1 2.353 2.353 Interaction 1 6.758 6.758 Konsentrasi Papain (%)*Waktu Inkubasi (Jam) 1 6.758 6.758 Residual Error 14 122.482 122.482 Total 19 575.713 Source Adj MS F P Regresi 90.646 10.36 0.000 Linear 221.972 25.37 0.000 Konsentrasi Papain (%) 383.264 43.81 0.000 Waktu Inkubasi (Jam) 60.679 6.94 0.020 Square 1.265 0.14 0.867 Konsentrasi Papain (%)*Konsentrasi Papain (%) 0.177 0.02 0.889 Waktu Inkubasi (Jam)*Waktu Inkubasi (Jam) 2.353 0.27 0.612 Interaction 6.758 0.77 0.394 Konsentrasi Papain (%)*Waktu Inkubasi (Jam) 6.758 0.77 0.394 Residual Error 8.749

(26)

Pengamatan yang menyimpang untuk Kekerasan Grits (N) Kekerasan

Obs StdOrder Grits (N) Fit SE Fit Residual St Resid 2 2 44.475 51.088 1.559 -6.613 -2.63 R

Hasil untuk : RSM Hibrida Optimasi.MTW

Optimasi Respon

Parameter

Goal Lower Target Upper Weight Import Kekerasan Gr Target 39.44 44.4 55.37 1 1 Titik awal Konsentrasi = 0.6 Waktu Inkubasi = 15 Titik Optimum Konsentrasi = 0.939394 Waktu Inkubasi = 15.6364 Prediksi Nilai Respon

Kekerasan Grits = 44.4089 , desirability = 0.999190 Composite Desirability = 0.999190

(27)

Lampiran 10 Foto permukaan grits jagung hasil pengamatan dengan SEM

a. Foto SEM Grits Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%

Waktu inkubasi 3 jam Waktu inkubasi 6 jam

(28)

b. Foto SEM Grits Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam

Konsentrasi papain 0% Konsentrasi papain 0,1%

(29)

c. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%

Waktu inkubasi 3 jam Waktu inkubasi 6 jam

(30)

d. Foto SEM Grits Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam

Konsentrasi papain 0% Konsentrasi papain 0,1%

(31)

Lampiran 11 Foto granula pati tepung jagung hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi a. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%

Waktu inkubasi 3 jam Waktu inkubasi 6 jam

(32)

b. Sifat Birefringence Tepung Jagung Lokal Setelah Diinkubasi Selama 24

Konsentrasi papain 0% Konsentrasi papain 0,1%

(33)

C. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Pada Konsentrasi Papain 1%

Waktu inkubasi 3 jam Waktu inkubasi 6 jam

(34)

d. Sifat Birefringence Tepung Jagung Hibrida Setelah Diinkubasi Selama 24 Jam

Konsentrasi papain 0% Konsentrasi papain 0,1%

(35)

Lampiran 12 Foto peralatan produksi tepung jagung di UPT Pengolahan Jagung Terpadu di Grobogan, Jawa Tengah

Pneumatic conveyor Degerminator Disk mill

Hammer mill Cyclone Siever Tangki Perendaman

(36)

Lampiran 13 Perincian biaya investasi produksi tepung jagung

a. Perincian Biaya Investasi Produksi Tepung Jagung Secara Konvensional Kapasitas 500 Kg/Hari (2 Batch)

b. Perincian Biaya Investasi Produksi Tepung Jagung Secara Enzimatis Kapasitas 500 Kg/Hari (2 Batch)

Uraian Jumlah Satuan Total Nilai

(RP.)

Indeks Harga (%) Modal Tetap

A. Penyiapan lahan 1 Paket 25.000.000 8,61%

1. Pembebasan lahan 2. Pematangan tanah

B. Bangunan dan Pekerjaan sipil 100.000.000 34,42%

1. Bangunan Kantor 1 Paket

2. Bangunan Pabrik 1 Paket

C. Mesin dan Peralatan 145.500.000 50,09%

1. Pneumatic conveyor 1 Unit 10.000.000

2. Sortasi (siever ) 1 Unit 5.000.000

3. Mixing tank 1 Unit 20.000.000

4. Degerminator 1 Unit 20.000.000

5. Hammer mill 1 unit 35.000.000

6. Disk mill 1 unit 10.000.000

7. Cyclone (2 unit) 1 paket 30.000.000

8. Panel control 1 paket 10.000.000

9. Pedal sealer 1 unit 1.500.000

10. Pompa air 1 unit 1.500.000

11. Timbangan, alat ukur kadar air, dll 1 paket 2.500.000

D. Kegiatan Pembangunan 20.000.000 6,88%

1. Pengiriman Alat dan Mesin 1 Paket 5.000.000 2. Pendirian/installation peralatan 1 Paket 5.000.000 3. Ujicoba dan pelatihan 1 Paket 10.000.000

Jumlah Investasi 290.500.000 100%

Uraian Jumlah Satuan Total Nilai

(RP.)

Indeks Harga (%) Modal Tetap

A. Penyiapan lahan 1 Paket 25.000.000 8,35%

1. Pembebasan lahan 2. Pematangan tanah

B. Bangunan dan Pekerjaan sipil 100.000.000 33,39%

1. Bangunan Kantor 1 Paket

2. Bangunan Pabrik 1 Paket

C. Mesin dan Peralatan 154.500.000 51,59%

1. Pneumatic conveyor 1 Unit 10.000.000

2. Sortasi (siever) 1 Unit 5.000.000

3. Pretreatment tank 1 Unit 20.000.000

4. Degerminator 1 Unit 20.000.000

5. Incubation tank (2 unit) 1 paket 3.000.000 6. Bak pencucian dan penirisan (6 unit) 1 paket 9.000.000

7. Disk mill 1 unit 10.000.000

8. Cyclone (4 unit) 1 paket 60.000.000

9. Panel control 1 unit 10.000.000

10. Pedal sealer 1 unit 1.500.000

11. Lemari es 1 unit 2.000.000

12. Pompa air 1 unit 1.500.000

13. Timbangan, alat ukur kadar air, tray dll 1 paket 2.500.000

D. Kegiatan Pembangunan 20.000.000 6,68%

1. Pengiriman Alat dan Mesin 1 Paket 5.000.000 2. Pendirian/installation peralatan 1 Paket 5.000.000 3. Ujicoba dan pelatihan 1 Paket 10.000.000

Gambar

Tabel L.2 Nilai kriteria lama waktu perendaman awal biji jagung  Varietas  Waktu  Rendemen  Kadar  Lemak  Grits Kasar*  Losses

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi hasil penelitian ini menekankan pada manfaat nyata dari hasil penelitian untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Banyumas Tahun 2017 disusun berdasarkan

Standar akuntansi untuk penggabungan dua atau lebih BHPT disusun atas dasar prinsip akuntansi ekonomi atau peristiwa yang lebih penting daripada formalitas

Manakala, berdasarkan kajian Fatmi Talib, Abd Halim, dan Mohd Shafie (2018) terhadap tahap pengetahuan pendidikan Islam dan penghayatan akhlak pelajar semester satu

Yang dimaksud dengan kondisi yang sama adalah untuk setiap posisi player , posisi agen cerdas dan posisi node pada graph berada dalam posisi yang sama namun algoritma dari

14) Amplop kosong yang telah dibubuhi perangko kilat dimasukan dalam berkas lamaran yang ditujukan kepada alamat lengkap pelamar disertai Nomor Telepon/HP yang mudah

Nilai perdagangan merupakan nilai rupiah dari saham suatu emiten yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu, sedangkan nilai kapitalisasi pasar adalah jumlah

Pengalaman berlalu-lintas di Kota Bandung masih terdapat pelanggaran seperti pelanggaran marka jalan, tidak menggunakan helm, modifikasi kenalpot, pelepasan spion,