• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM DISKUSI KELOMPOK: SEBUAH KAJIAN PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Rosmania Rima, M.Hum 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI DALAM DISKUSI KELOMPOK: SEBUAH KAJIAN PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Rosmania Rima, M.Hum 1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 64 STRATEGI KOMUNIKASI DALAM DISKUSI KELOMPOK: SEBUAH KAJIAN

PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Rosmania Rima, M.Hum1)

1

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email : rosmania86@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji jenis dan alasan penggunaan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok pada mahamahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada mata kuliah psikolinguistik. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, mengamati jenis dan alasan dari strategi komunikasi. Catatan lapangan, rekaman video, dan pedoman wawancara digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mahamahasiswa menggunakan dua belas Klasifikasi Strategi Komunikasi Dornyei (1995). Alasan untuk menggunakan strategi komunikasi yang digunakan adalah: menghindari berbicara tentang topik yang kurang familiar; menghindari perangkap di beberapa kesulitan linguistik; mengekspresikan ide dengan cepat dan lebih mudah; merespon spontan terhadap alur diskusi; memberi penekanan pada apa yang diungkapkan secara lisan; meminta item kosakata yang dimengerti dan mengkonfirmasi ide; mengungkapkan makna yang dimaksudkan; mengisi kesenjangan sementara waktu mereka berpikir tentang apa yang harus dikatakan berikutnya; dan membantu berbicara secara efektif ketika salah satu strategi tampaknya tidak bekerja dengan baik dalam mengatasi masalah komunikasi.

Kata kunci: Strategi Komunikas;, Diskusi Kelompok; Klasifikasi Dornyei

Abstract

This study investigated the types and reasons for employing communication strategies in group discussion at the third year students of English Department of FKIP Sultan Ageng Tirtayasa University joining psycholinguistics subject. It was descriptive qualitative research, observing the types and reasons of communication strategies. Field notes, video recording, and interview guide were used as the instruments to collect the data. The findings of the study show that the students employed twelve Dornyei's Classification of Communication Strategy (1995). The reasons for employing communication strategies employed are: to avoid talking about topic the subjects are not familiar with; to avoid being trap in some linguistic difficulties; to express the idea quickly and more easily; to spontaneously response to the flow of discussion; to emphasis what is expressed orally; to ask for incomprehensible vocabulary items and to confirm idea as well; to express the intended meaning; to fill in the gap while the speaker gains time thinking about what to say next; and to support the speech effectively when one strategy seems not to work well in overcoming the communication problem.

(2)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 65 1. PENDAHULUAN

Alasan utama mengapa komunikasi telah menarik perhatian seluruh disiplin ilmu adalah bahwa komunikasi menembus hampir semua kegiatan interaksi manusia. Apa yang membuat manusia unik adalah bahwa komunikasi manusia melibatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial yang kompleks. Untuk memudahkan komunikasi, mahasiswa perlu mahasiswa menemukan cara yang efisien untuk dapat menyampaikan ide-ide mereka. Strategi komunikasi sangat penting dalam membantu pembelajar bahasa kedua atau asing agar dapat berkomunikasi dengan baik ketika mereka dihadapkan dengan masalah produksi bahasa karena kurangnya pengetahuan linguistik (Rababah, 2003: 77). Ranah penelitian utama dalam akuisisi bahasa kedua adalah klarifikasi dan penjelasan dari strategi pembelajaran yang diterapkan oleh pembelajar bahasa dan hubungan strategi ini dengan variabel mahasiswa lainnya seperti motivasi, jenis kelamin, usia, tingkat kemampuan, dan sejenisnya (Chamot & El- Dinary 1999; El-Dib, 2004; Green & Oxford, 1995). Penelitian kontemporer juga mempelajari dampak dari pilihan dan penerapan strategi pembelajaran, seperti efek dari bahasa sasaran (Chamot & Keatley, 2004; Oxford, Cho, Leung & Kim, 2004).

Strategi komunikasi merupakan teknik mengatasi kesulitan dalam berkomunikasi dalam bahasa kedua yang tidak dikuasai secara utuh (Stern, 1983: 411). Tiga karakteristik yang terkait dengan banyak strategi tersebut adalah berbasis masalah (digunakan ketika masalah komunikasi muncul), sadar dan disengaja. Tipologi Tarone (1977) untuk strategi komunikasi adalah salah satu yang berpengaruh dan awal, kemudian diikuti oleh Faerch dan Kasper (1983) dan Bialystok (1990). Kebanyakan penelitian telah perfokus pada strategi leksikal, dan berusaha untuk menghubungkan variabel strategi komunikasi dengan variabel

seperti kemampuan mahasiswa, jenis tugas dan kepribadian mahasiswa, sedangkan ada upaya (terutama di Bialystok, 1990) untuk menghubungkan secara paralel dengan penggunaan strategi pembelajaran bahasa pertama, terutama oleh anak-anak. Beberapa peneliti telah mengkaji peran strategi komunikasi dalam proses pembelajaran, tetapi kesimpulan yang jelas belum tersedia.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada keyakinan bahwa mahasiswa harus dibuat sadar akan penggunaan strategi komunikasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa jenis strategi komunikasi yang digunakan dalam diskusi kelompok oleh mahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa?

2. Apa alasan penggunaan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok oleh mahasiswa tingkat tiga Jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa?

2. KAJIAN LITERATUR Strategi Komunikasi

Komunikasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses di mana pesan dikirim dari pengirim ke penerima. Secara teknis, dikatakan bahwa pengirim mengkodekan pesan dan penerima mendekode (Thao, 2005). Istilah Strategi komunikasi ini diciptakan oleh Selinker (1972); yaitu mengacu pada pendekatan bahwa seorang mahasiswa menggunakan strategi untuk komunikasi dengan penutur asli. Menurut Surapa dan Channarong (2011), tipologi dan klasifikasi strategi komunikasi telah diklasifikasikan secara berbeda mengikuti prinsip-prinsip terminologi dan kategorisasi peneliti yang berbeda. Sampai saat ini, belum ada kesepakatan tentang klasifikasi ini.

(3)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 66 Bialystok (1990) menganalisis

secara komprehensif strategi komunikasi yang digunakan pada bahasa kedua dan Dornyei (1995) mengklasifikasikan berbagai jenis strategi komunikasi. Perspektif psikolinguistik Faerch dan Kasper (1983, 1984) dan pandangan interaksional dari Tarone (1980) telah banyak digunakan untuk mengkaji penerapan strategi komunikasi. Dalam rangka pemecahan masalah psikologis yang diusulkan oleh Faerch dan Kasper ini (1983; 1984), ketika penutur kekurangan pengetahuan linguistik, mereka menggunakan strategi komunikasi untuk memecahkan masalah komunikatif mereka. Dengan restrukturisasi ucapan, mereka berhasil mengimbangi kurangnya pengetahuan linguistik tertentu. Berdasarkan kerangka pemecahan masalah psikologis, strategi diklasifikasikan ke dalam reduction strategy dan achievement

strategy. Reduction strategy seperti

meaning replacement, message

abandonment dan topic avoidance yang

digunakan dengan tujuan memberikan sebuah fragmen dari tujuan komunikasi. Di sisi lain, strategi pencapaian seperti

appeal, literal translation, code-switching, restructuring, word coinage, paraphrasing

dan strategi nonlinguistik digunakan untuk mempertahankan tujuan asli dari pengguna bahasa. Penggunaan strategi pencapaian dapat membantu menjembatani kesenjangan komunikasi dengan lawan bicara.

Dalam pandangan interaksional yang dikemukan oleh Tarone (1980; 1981), perhatian utama diarahkan untuk negosiasi bersama makna antara penutur. Ini berarti bahwa mitra sadar dapat membuat keputusan berdasarkan niat komunikatif mereka dan ketika mereka tidak memiliki sumber daya linguistik yang cukup dalam percakapan, mereka dapat menerapkan strategi komunikasi dengan meminta bantuan atau menawarkan bantuan untuk mengisi kesenjangan dalam komunikasi. Dalam klasifikasi Tarone ada strategi komunikatif

termasuk transfer (misalnya,

language-switch dan literal translation), paraphrase

(misalnya, word coinage, approximation dan circumlocution), appeal for mime,

assistance, avoidance (misalnya, message abandonement dan topic avoidance).

Strategi ini menyerupai kerangka Kasper dan Faerch(1984), tetapi penekanannya adalah bahwa baik penyampai dan penerima pesan aktif memanfaatkan strategi komunikasi untuk membantu satu sama lain ketika mereka menghadapi masalah komunikasi.

Kerangka Tarone mendukung kerangka yang disarankan oleh Paribakht (1985) dan Labarca dan Khanji (1986). Banyak peneitian (misalnya, Bialystok, 1983; Bialystok dan Frohlich, 1980; Haastrup dan Phillipson, 1983; Lafford PT, 2004; Kellerman, Ammerlaan, Bongaerts dan Poulisse, 1990; Poulisse dan Schils, 1989) telah mengacu pada kerangka psikolinguistik Faerch dan Kasper (1984). Untuk mendukung dua kerangka kerja ini, Clennell (1995) memperkenalkan perspektif wacana strategi komunikasi yang, pada kenyataannya, berdasarkan gagasan perencanaan strategi Faerch dan Kasper (1984). Meskipun dikenal karena adanya aspek psikologis dalam melihat pemecahan masalah strategi komunikasi, Faerch dan Kasper percaya bahwa mahasiswa tingkat lanjut dapat memprediksi masalah komunikasi sebelum terjadi dan menyiapkan strategi komunikasi terkait dengan kelancaran dan kefasihan komunikasi.

Dornyei (1995) mengemukakan dua cabang dari strategi komunikasi yang jauh berbeda satu sama lain: avoidance dan compensation. Yang pertama mengacu pada kecenderungan mahasiswa untuk tidak menggunakan unsur-unsur linguistik tertentu karena kendala fonologi, sintaksis, atau leksikal. Hal ini juga dapat terkait dengan topik diskusi (Brown, 2000). menghindari topik mungkin cara yang paling sering digunakan mahasiswa. Misalnya, ketika ditanya pertanyaan

(4)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 67 tertentu, mahasiswa yang tidak tahu

jawabannya hanya akan diam tentang topik itu, maka, meskipun berguna untuk interaksi sehari-hari, strategi penghindaran bukanlah cara terbaik bagi mahasiswa EFL dalam proses pembelajaran asing bahasa.

Cabang kedua dari strategi komunikasi adalah strategi compensation yang melibatkan kompensasi untuk pengetahuan yang hilang. Menurut klasifikasi Dornyei (1995) ini, ada sebelas strategi kompensasi dengan berbagai tingkat aplikasi, misalnya, circumlocution,

word coinage, prefabricated patterns, appealing for help and stalling, time-gaining strategies, dan lain-lain. Strategi

komunikasi Tarone (1980) mengacu pada upaya antara dua lawan bicara untuk menyepakati makna dalam situasi di mana struktur makna yang diperlukan tampaknya tidak tercapai. Konsep sentralnya adalah negosiasi makna bersama.

Taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei

Taksonomi ini merupakan salah satu taksonomi yang paling banyak dirujuk sebagai strategi komunikasi dalam penelitian yang terkait di bidang ini. Taksonomi Dornyei (1995) ini diuraikan berdasarkan strategi yang paling umum dan penting yang secara konsisten muncul dalam taksonomi sebelumnya. Gambar berikut mengilustrasikan taksonomi dan strategi tersebut.

Avoidance or Reduction Strategies 1. Message abandonment

2. Topic avoidance

Achievement or Compensatory Strategies 3. Circumlocution

4. Approximation

5. Use of all-purpose words 6. Word-coinage

7. Use of non-linguistic means 8. Literal translation

9. Foreignizing 10. Code switching

11. Appeal for help Stalling

Stalling or Time-gaining Strategies 12. Use of fillers/hesitation devices

Tabel 1. Taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei (1995)

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Data meliputi Strategi Komunikasi yang digunakan dalam diskusi kelompok pada mahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Subyek yang digunakan sebanyak dua puluh (20) mahasiswa dari kelas psikolinguistik. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengamatan, catatan lapangan, wawancara dengan mahasiswa, rekaman video dan foto. Data dari penelitian ini berasal dari transkripsi dari mahasiswa ketika melakukan diskusi kelompok dan wawancara untuk mengetahui alasan mahasiswa menggunakan beberapa strategi komunikasi dalam diskusi mereka.

Peneliti mengembangkan informasi dengan menggunakan kredibilitas data menggunakan triangulasi. Untuk analisis data dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification. Data reduction

adalah proses pembuatan ringkasan dari poin utama, menyusun dan mengkategorikan data berdasarkan klasifikasinya (Moloeng, 2000: 190). Oleh karena itu, sangat penting bagi penulis untuk mereduksi data untuk mendapatkan

(5)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 68 gambaran yang jelas dan untuk

memudahkan dalam menganalisis data karena ada banyak data yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti berfokus pada data yang terkait dengan penggunaan strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa berdasarkan klasifikasi taksonomi Dornyei dan Scott. Langkah kedua adalah, data display untuk mengklasifikasikan data berdasarkan taksonomi Dornyei dan Scott, termasuk jenis strategi komunikasi, jenis yang dominan, dan alasan mahasiswa menggunakan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dimana peneliti menulis kesimpulan berdasarkan temuan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti akan menganalisis hasil penelitian berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di bagian sebelumnya. Peneliti juga membahas hasil berdasarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam diskusi ini, peneliti memberikan gambaran strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa dalam kegiatan diskusi kelompok yang dikemukanan oleh Dornyei (1995).

Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa dalam diskusi kelompok, mahasiswa selalu menggunakan strategi komunikasi untuk membantu mereka untuk mengekspresikan

ide-ide mereka. Mereka menggunakan strategi ini karena kesulitan yang mereka sering dihadapi ketika mereka sedang mendiskusikan topik tertentu yang sulit atau asing bagi mereka. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi, ada dua belas strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam berbicara; Message

Abandonment, Topic Avoidance,

Circumlocution, Approximation, Use of All-Purpose Words, Word Coinage, Use of Non-Linguistic Means, Literal Translation, Foreignizing, Code Switching, Appeal for Help dan Filler atau Hesitation.

Peneliti telah menemukan dua ratus tujuh puluh sembilan (279) ungkapan dari dua puluh (20) mahasiswa yang bergabung dalam diskusi kelompok. Para mahasiswa menggunakan semua strategi dalam diskusi kelompok dan bahkan mahasiswa bisa menggunakan lebih dari satu strategi komunikasi. Peneliti telah menemukan tiga puluh tujuh (37) message abandonment, sepuluh (10) topic avoidance, lima (5)

circumlocution, empat (4) approximation,

tujuh (7) all purpose word, satu (1) word

coinage, empat belas (14) non-linguistic means, satu (1) literal translation, dua

belas (12) untuk foreignizing, enam (6)

code-switching, tiga puluh sembilan (39) appeal for help, dan satu ratus empat

puluh tiga (143) filler atau hesitation

utterence yang mewakili appeal for assistance dari jenis strategi komunikasi.

(6)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 69 Strategi approximation digunakan

oleh mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi karena benar-benar bisa membantu mereka ketika mereka tidak tahu atau lupa tentang pola atau struktur yang sesuai dalam bahasa target, sehingga mereka bisa tetap berbicara menggunakan kata-kata serupa atau istilah terhadap ide-ide yang ingin mereka ungungkapkan. Strategi

approximation digunakan ketika

mahasiswa menggunakan kata yang tidak tepat, tetapi yang mengacu pada objek atau peristiwa yang sama (Tarone dalam Saville dan Troike, 2006: 169). Strategi ini sering digunakan oleh mahasiswa karena ketika berbicara hal utama, mereka tidak hanya harus memperhatikan aturan tata bahasa, tetapi juga konten yang mereka bicarakan. Oleh karena itu, dalam berbicara mahasiswa mencoba untuk memperhatikan tata bahasa mereka, tapi kadang-kadang diabaikan karena pembicara berfokus pada konten topik yang sedang didiskusikan.

Strategi stalling atau time- gaining juga sering digunakan oleh mahasiswa dalam diskusi. Para mahasiswa menggunakan strategi ini dengan berhenti sejenak atau bergumam dan mencoba untuk berpikir tentang pernyataan yang akan mereka bicarakan. Mereka menggunakan strategi ini untuk membantu mereka ketika mereka lupa dan mencoba mengingat materi yang akan diungkapkan

dalam diskusi. Strategi ini menggunakan

filler atau hesitation device untuk mengisi

jeda dan mengulur waktu untuk berpikir, misalnya; baik, sekarang, eh, um (Dornyei dalam Nugroho, 2011: 20).

Strategi message abandonment

digunakan oleh mahasiswa ketika mereka menemukan beberapa topik yang asing atau sulit dalam diskusi. Hampir semua mahasiswa mengatakan bahwa ketika mereka sedang mendiskusikan tentang topik yang mereka tidak tahu, mereka akan memberikan argumen atau pendapat yang berbasis pada pengetahuan mereka meskipun itu tidak ada hubungannya dengan pernyataan sebelumnya. strategi ini digunakan karena mahasiswa menyerah pada topik yang didiskusikan karena terlalu sulit untuk dibicarakan (Tarone, 1977). Oleh karena itu, dengan menggunakan strategi ini, mahasiswa dapat mempertahankan atau melanjutkan berbicara mereka meskipun topik tersebut sulit bagi mereka. Literal translation,

circumlocution, dan mime digunakan oleh

mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide ketika mereka tidak bisa mengungkapkannya dengan menggunakan kata-kata atau istilah yang tepat dalam bahasa target. Sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa mereka mencoba untuk mengekspresikan ide-ide mereka menggunakan kata-kata atau istilah lain ketika mereka tidak tahu kata-kata, istilah, NO Jenis Srategi Komunikasi Frekuensi Persentase

1 Message Abandonment 37 13.26 %

2 Topic Avoidance 10 3.58 %

3 Circumlocution 5 1.79 %

4 Approximation 4 1.43 %

5 Use of All-Purpose Words 7 2.51 %

6 Word Coinage 1 0.36 %

7 Use of Non-Linguistic Means 14 5.02 %

8 Literal Translation 1 0.36 %

9 Foreignizing 12 4.30 %

10 Code Switching 6 2.15 %

11 Appeal for Help 39 13.98 %

12 Filler or Hesitation 143 51.25 %

Jumlah 279 100 %

(7)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 70 atau peristiwa tertentu dalam bahasa target

dan menghindari penggunaan bahasa sumber. Penggunaan strategi ini ialah dengan menggambarkan suatu objek atau peristiwa melalui kosakata lain dan menggunakan gesture untuk merujuk pada suatu objek atau peristiwa (Tarone, 1977). Strategi terakhir yang digunakan oleh mahasiswa berdasarkan wawancara adalah appeal for help. Hampir semua mahasiswa menggunakan strategi ini untuk membantu mereka untuk mengekspresikan ide dalam berdiskusi. Para mahasiswa mengatakan bahwa dalam diskusi, mereka mendiskusikan dengan teman-teman dan dosen mereka. Karena ketika mereka benar-benar tidak tahu bagaimana mengungkapkan objek atau peristiwa tertentu dalam bahasa target, mereka bisa langsung meminta teman-teman mereka atau dosen dengan mengatakan “what is

it?” atau “how do you call it?".

Penggunaan strategi ini bisa membuat interaksi antara interlocutor (pembicara dan pendengar) ketika ada kesenjangan dalam pengetahuan bahasa target seseorang ketika berbicara (Dornyei 1995).

Approximation, literal translation,

dan circumlocution yang digunakan oleh mahasiswa bisa membantu mereka untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi. Dengan menggunakan strategi ini, mereka bisa menyampaikan beberapa kata-kata sulit dalam bahasa target. Strategi ini adalah strategi berdasarkan bahasa target yang bisa membuat mahasiswa menghindari penggunaan bahasa sumber. Meskipun strategi message abandonment bisa membantu mahasiswa untuk tetap berbicara dalam diskusi tapi tidak memberikan manfaat bagi mereka karena dengan menggunakan strategi ini, mereka tidak bisa memberikan argumen yang lebih untuk mendukung pembicaraan.

Sementara itu, strategi code-switching membantu mahasiswa ketika

mereka tidak bisa mengungkapkan beberapa istilah dalam bahasa target, namun jika mereka terlalu sering menggunakan strategi ini berarti

menunjukkan bahwa mereka memiliki kekurangan kosa kata. Strategi stalling benar-benar bisa membantu mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide dalam diskusi. Dengan menggunakan strategi ini mahasiswa bisa mengingat dan berpikir tentng argumen berikutnya yang akan mereka jelaskan. Namun, jika mahasiswa berhenti lama, itu akan membuat performa mereka menjadi lebih buruk karena mereka akan tampak bingung dan tidak mengetahui topik dengan baik.

Strategi appeal for help jarang digunakan oleh mahasiswa karena mereka mencoba untuk mandiri dalam menyampaikan ide-ide mereka. Ini adalah strategi terakhir yang dipilih oleh mahasiswa ketika mereka menemukan beberapa hal sulit dalam bahasa target dan tidak tahu bagaimana mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi, mereka akan langsung bertanya pada teman-teman atau dosen. Strategi terakhir yang digunakan adalah penggunaan all purpose

word. Strategi ini jarang digunakan oleh

mahasiswa karena kata yang mereka katakan tidak terkait dengan topik atau argumen dan itu semacam kata tidak penting seperti "ya". Oleh karena itu, strategi ini tidak memberikan dampak yang baik bagi mereka.

5. KESIMPULAN

Strategi komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran bahasa asing karena dapat membantu mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide dalam berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana mahasiswa menggunakan strategi komunikasi berdasarkan taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi kelompok. Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan. Pertama, semua subjek penelitian menggunakan semua jenis strategi komunikasi sesuai dengan taksonomi yang dikemukakan oleh

(8)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 71 Dornyei yaitu: message abandonment,

topic avoidance, circumlocution, approximation, use of all purpose words, word coinage, use of non-linguistic means, literal translation, foreignizing, code switching, appeal for help, dan filler atau hesitation. Mereka menggunakan jenis

strategi komunikasi berdasarkan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.

Filler atau hesitation merupakan jenis

strategi komunikasi dominan yang digunakan sebanyak 143 ungkapan atau 51,25% sedangkan yang terendah adalah

literal traslation sebanyak 1 ungkapan

atau 0,36%.

Kedua, alasan menggunakan strategi komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Message abandonment (13,26%) digunakan untuk menghindari terperangkap dalam kesulitan linguistik karena subjek penguasaan bahasa tidak dapat mengatasi masalah komunikasi. (2)

Topic avoidance (3,58%) digunakan untuk

menghindari berbicara tentang topik yang tidak familiar. (3) Circumlocution (1,79%) digunakan untuk menyatakan makna yang dimaksud dengan kata atau frasa yang berbeda. (4) Approximation (1,43%) digunakan untuk mengekspresikan ide secara cepat dan dianggap dapat lebih mudah dipahami. (5) all purpose word (2,51%) digunakan untuk mengisi kesenjangan sementara waktu ketika si pembicara berpikir tentang apa yang harus dikatakan selanjutnya. (6) Word coinage (0,36%) digunakan untuk mengkomunikasiakan konsep yang diinginkan dengan membuat kata atau frasa baru(7) Non-Linguistic means

(5,02%) digunakan sebagai penekanan apa yang diungkapkan secara lisan dan untuk membantu orang lain lebih memahami pernyataan lisan. (8) Literal translation (0.36%) digunakan untuk mengungkapkan makna yang dimaksudkan ketika istilah yang tepat tidak diketahui. (9)

Foreignizing (4,30%) digunakan untuk

memodifikasi bahasa sumber kedalam bahasa target (10) Kode-Switching (2,15%) digunakan untuk memberikan respon

spontan terhadap alur diskusi. (11) appeal

for help (13,98%) digunakan untuk

bertanya mengenai item kosakata yang tidak dimengerti dan mengkonfirmasi ide. (12) filler atau hesitation device (51,25%) digunakan untuk memberikan tanda bahwa pembicara masih memiliki niat untuk melanjutkan pernyataan meskipun mereka memerlukan jeda. Kombinasi dari beberapa strategi digunakan untuk mendukung berbicara secara efektif ketika salah satu strategi tampaknya tidak bekerja dengan baik dalam mengatasi masalah komunikasi.

Hal ini mengarah pada saran bahwa guru atau dosen bahasa Inggris harus memberikan penjelasan mengenai strategi komunikasi dalam mengajar mereka karena selain mengatasi masalah komunikasi, hal tersebut juga dapat mengembangkan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa. Mahasiswa disarankan untuk menggunakan strategi komunikasi yang dapat membantu mereka mengatasi hambatan komunikasi serta meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih lanjut tentang strategi komunikasi dan dampaknya terhadap perkembangan bahasa mahasiswa..

6. REFERENSI

Bialystok, E. & Frohlich, M. (1980). Oral

communication strategies for lexical difficulties. Interlanguage Studies

Bulletin, 5, 3-30.

Bialystok, E. (1990). Communication

strategies: A psychological analysis of second language use. London:

Blackwell.

Brown, H.D. (2000). Principles of language learning and teaching. (4th

ed.). NY: Longman.

Chamot, A. U., & El-Dinary, P. B. (1999).

(9)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 72

immersion classrooms. The Modern

Language Journal, 83(3), 319-341 Clennell, C. (1995). Communication

strategies of adult ESL learners: A discourse perspective. Prospect,

10(3), 4-20.

El-Dib, M.A.B. (2004). Language learning

strategies in Kuwait: Links to gender, language level, and culture in a hybrid context. Foreign Language Annals, 37, 85-95.

Faerch, C. & Kasper, G. (1983). Plans and

strategies in foreign language communication. In C. Faerch and G.

Kasper (Eds.), Strategies in interlanguage communication (pp. 20-60). London: Longman.

Faerch, C., & Kasper, G. (1984). Two

ways of defining communication strategies. Language Learning, 34(1), 45-63.

Green, J. M., & Oxford, R. L. 1995. A

closer look at learning strategies, L2 proficiency, and gender. TESOL

Quarterly, 29(2), 261-297.

Haastrup, K., & Phillipson, R. 1983.

Achievement strategies in

learner/native speaker interaction.

In C. Faérch & G. Kasper (Eds.), Strategies in interlanguage communication London: Longman, 140-158.

Kellerman, E., Ammerlaan, T., Bongaerts, T. & Poulisse, N. 1990. System and

hierarchy in L2 compensatory strategies. In R. C. Scarcella, E. S.

Andersen, & S. D. Krashen (Eds.) Developing communicative competence in second language (pp. 163-178). New York

Labarca, A., & Khanji, R. 1986. On

communication strategies: Focus on

interaction. Studies in Second Language Acquisition, 8, 68-79. Lafford, B. A. 2004. The effect of the

context of learning on the use of communication strategies by learners of Spanish as a second language. Studies in Second Language Acquisition, 26, 201-223. Nugroho, H. A. 2011. The Student’s

Communication Strategies in Speaking Class at the English Department of State University of Surabaya. Universitas Negeri Malang

Oxford, R., Cho, Y., Leung, S., & Kim, H-J. 2004. Effect of the presence and

difficulty of task on strategy use: An exploratory study. International Review of Applied Linguistics, 42, 1-47.

Paribakht, T. 1985. Strategic competence

and language proficiency. Applied

Linguistics, 6, 132-146.

Rababah, G. 2005. Communication problems facing Arab learners of English. King Saud University,

Riyadh, Saudi Arabia. Journals of language and learning, 3(1), 180-197 Savile, Troike. 2006. Introducing Second

Language Acquisition. New York:

Cambridge University Press.

Selinker, L. 1972. Interlanguage. IRAL, 10(3), 209-231.

Stern H. H. 1983. Fundamental concepts

of language teaching. Oxford: Oxford University Press.

Surapa, S. & Channarong, I. 2011.

Strategies for coping with face-to-face oral communication problems employed by Thai university students

(10)

Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016 73 OnlineTM Journal of Language

Studies, 11(3), 83-96

Tarone, E. 1977. Conscious communication in interlanguage. A

progress report. In H. D. Brown,C.A. Yorio & R.C. Crymes (Eds), On TESOL ’77. Washington DC: TESOL.

Tarone, E. 1980. Communication strategies, foreigner talk and repair

in interlanguage. Language

Learning (30) , 417-431.

Thao, L. 2005. Communicative strategies

in interlanguage. Australian Association for Research in Education. Faculty of Education, University of Tasmania: Australia.

Gambar

Tabel  1.  Taksonomi  Strategi  Komunikasi Dornyei (1995)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai seorang desainer sangat dituntut untuk selalu memberikan inovasi pada setiap produknya, dalam hal ini terfokus pada layout undangan, dengan memiliki lebih

Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam

Diena (2009) dalam Hadi (2012), menyatakan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman ideal bagi manusia Indonesia berada pada kisaran THI 20-26. Setiap jalan raya di kawasan

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut. a) Menuliskan

Penelitian yang dilakukan oleh Reivich & Shatte (2002, hlm. 11) selama kurang lebih 15 tahun pada Universitas Pennsylvania mengungkapkan bahwa resiliensi memegang

quasi eksperimen tentang Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) banyak memberikan pengalaman bagi mahasiswa didik. Mahasiswa didik dapat terjun langsung ke dalam dunia pendidikan

Karya genius dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep dasar sains dalam sebuah percobaan sederhana meskipun produk yang dihasilkan dalam percobaan sederhana tersebut