• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemrograman Bilangan Bulat (Integer Programming)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemrograman Bilangan Bulat (Integer Programming)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LOGO

Pemrograman Bilangan Bulat

(Integer Programming)

Amelia Kurniawati ST., MT.

(2)

2

Outline

Konsep

Bilangan

Bulat

Metode

pemecahan

bilangan bulat

• Pengantar

pemrograman bilangan bulat

• Contoh model

pemrograman

• Metode branch

(3)

GOAL

Memahami permasalahan dan solusi

variabel integer

Memahami metode Branch and Bound

(4)

LOGO

Konsep Bilangan Bulat

(5)

LOGO

Pengantar Pemrograman

(6)

6

Pemrograman Bilangan Bulat

Pemrograman bilangan bulat (integer

programming) mensyaratkan bahwa

beberapa variabel keputusan harus mempunyai nilai yang bulat (bukan pecahan)

Disini, pembahasan hanya ditujukan

untuk masalah pemrograman linier

bilangan bulat (integer linear

(7)

Jenis Pemrograman Linier

Bilangan Bulat

Pemrograman linier bilangan bulat

murni (pure integer linear

programming, PILP)

Pemrograman linier bilangan bulat

campuran (mixed integer linear

programming, MILP)

Pemrograman linier bilangan bulat

biner (binary integer linear

(8)

8

Pembatas Either-Or

18

LP format:

 

0,1

i

y

(9)

Fungsi dengan N Nilai yang Mungkin

x x xn

d d dN

f 1, 2,, 1 atau 2 atau atau

N

i

i i

n d y

x x

x f

1 2

1, ,,

Perumusan ILP:

1

1

N

i

i

y

 

i N yi 0,1 , 1,2,,

(10)

10

Contoh Kasus:

18 atau 12

atau 6

2

3x1 x2

3 2

1 2

1 2 6 12 18

3x x y y y

Perumusan ILP:

1

3 2

1  yyy

 

0,1 , 1,2,3

i

yi

(11)

Representasi Biner untuk Variabel Bilangan Bulat

u

x

0

dimana

2

2

1

N

N

u

Representasi biner:

N

i

i i

y

x

0

2

 

i

N

y

i

0

,

1

,

1

,

2

,

,

Batas-batas untuk variabel x:

(12)

12

Contoh Kasus:

5

1

x

Representasi biner:

5

4

2

1 2

0

y

y

y

 

0

,

1

,

0

,

1

,

2

i

y

i

30

3

2

x

1

x

2

2

4

 

3

2

4

8

30

2

y

0

y

1

y

2

w

0

w

1

w

2

3

u untuk x1 = 5  22  5  23

u untuk x2 = 10  23  10  24

 

0

,

1

,

0

,

1

,

2

,

3

i

w

i

(13)

LOGO

Beberapa Contoh Model

(14)

14

Beberapa Contoh Model-model

Pemrograman Bilangan Bulat

Fixed charge problemKnapsack problem

Set covering problem

Set Partitioning Problem

Traveling salesman problem

(15)

Fixed Charge Problem

(1)

Misalkan terdapat n jenis produk pj = harga satuan produk j

Kj = biaya tetap untuk memproduksi produk j (independen terhadap jumlah produksi) cj = biaya variabel untuk memproduksi

produk j (proporsional terhadap jumlah produksi)

bi = kapasitas sumber i (i = 1, …m)

(16)

16

Fixed Charge Problem

(2)

Permasalahan :

Menentukan produk mana yang perlu diproduksi dan jumlah produksinya masing-masing agar diperoleh profit (selisih penjualan dengan biaya tetap dan variabel) total yang maksimum dengan memperhatikan kondisi:

ketersediaan kapasitas

jika suatu produk diputuskan untuk tidak diproduk maka jumlah produksinya nol.

Variabel keputusan :

xj = jumlah produk j yang diproduksi

yj = keputusan untuk memproduksi atau tidak produk j;

yj = 1 jika produk j diproduksi

(17)

Fixed Charge Problem

(3)

dengan pembatas-pembatas:

(18)

18

Knapsack Problem

(1)

Misalkan terdapat n item.

wj = berat item j vj = nilai item j

W = kapasitas muatan (berat) dari kantong Permasalahan :

Menentukan jumlah item yang perlu dimasukkan ke dalam kantong agar diperoleh nilai total yang

maksimum dengan memperhatikan kondisi kapasitas muatan (berat) dari kantong

Variabel keputusan :

(19)

Knapsack Problem

(2)

n

j

j j

x

v

Z

1

Maksimasi

dengan pembatas-pembatas:

W

x

w

n

j

j j

1

bulat

bilangan

dan

0

j

(20)

20

Set Covering Problem

(1)

Jalan C

Jalan D Jalan B Jalan A

Jalan E

Jalan F

Ja

la

n

G Jala

n

K

Ja

la

n

J

Ja

la

n

I

Ja

la

n

H

1 2

6 7

4

8 5 3

(21)

Set Covering Problem

(2)

Misalkan terdapat n lokasi pendirian pos dan m jalan.

cj = biaya mendirikan pos di lokasi j aij = konstanta biner (0-1)

aij = 1 jika jalan i dilayani oleh pos yang berlokasi di j aij = 0 jika sebaliknya

Pertanyaan:

Menentukan lokasi pendirian pos dimana tiap jalan dapat

dilayani minimal oleh satu pos sehingga diperoleh biaya total pendirian yang minimum

Variabel keputusan

xj = variabel biner (0-1) yang menentukan keputusan untuk mendirikan pos di lokasi j (xj = 1 jika pos

(22)

22

Set covering problem

(3)

n

j

j j

x

c

Z

1

Minimasi

dengan pembatas-pembatas:

m

i

x

a

n

j

j

ij

1

,

1

,...,

1

 

j

n

(23)

Set Partitioning Problem

n

j

j j

x

c

Z

1

Minimasi

dengan pembatas-pembatas:

m

i

x

a

n

j

j

ij

1

,

1

,...,

1

 

j

n

x

j

0

,

1

,

1

,...,

Tiap jalan

tepat dilayani

(24)

24

Traveling Salesman Problem

(1)

1

2

3

4 5

5

6

3 4

3 8

2 6

1 7

(25)

Traveling Salesman Problem

(2)

Misalkan terdapat n titik.

cij = jarak antara titik i ke titik j (cij = untuk i = j) Permasalahan

Menentukan rute salesman yang berangkat dari suatu titik dan mengunjungi setiap titik yang lain paling

banyak sekali, serta kembali ke titik asal agar diperoleh jarak total yang minimum

Variabel keputusan

Xij = keputusan untuk melintasi atau tidak busur (i, j) xij = 1 jika busur (i, j) dilintasi

(26)

26

Traveling Salesman Problem

(3)

 

dengan pembatas-pembatas:

n

(27)

Traveling Salesman Problem

(4)

1

2

3

4 5

Subtour

(28)

28

Traveling Salesman Problem

(5)

1

2

3

4 5

Tour

(29)

Job Scheduling Problem

(1)

Misalkan

terdapat n job dengan operasi-tunggal

terdapat satu mesin tunggal

pj = waktu pengerjaan job j wj = bobot kepentingan job j

Permasalahan:

(30)

30

Job Scheduling Problem

(2)

Variabel keputusan:

Bj = saat awal pengerjaan job j Cj = saat akhir pengerjaan job j

yij = keputusan apakah job i mendahului job i yij = 1 jika job i mendahului job j

yij = 0 jika sebaliknya

0

3 1 4 5 2

p3 p1 p4 p5 p2

(31)

Job Scheduling Problem

(3)

dengan pembatas-pembatas:

n

Disjunctive constraint

(32)

LOGO

32

(33)

Metode Pemecahan

Metode pemecahan kasus pemrograman bilangan bulat:

Cutting method

Cutting Plane

Search method

(34)

LOGO

Metode Cutting Plane

(35)

Algoritma

Cutting Plane

Dikembangkan oleh R.E. Gomory

Algoritma

Fractional algorithm untuk masalah

pemrograman bilangan bulat murni (PILP)

Mixed algorithm untuk masalah pemrograman

(36)

36

Ilustrasi Suatu Masalah

ILP

Maximasi Z = 7x1 + 9x2

dengan pembatas-pembatas: –x1 + 3x2  6

7x1 + x2  35

(37)

Daerah layak

x2

(38)

38 Solusi Optimal Kontinyu

(dengan mengabaikan kondisi integralitas) x2

x1

63

3 , 4 )

,

( 12

2 1 2

1

Z

(39)

Ide Dasar dari

Cutting Plane

Mengubah convex set dari daerah

ruang pemecahan (solution space)

sehingga titik ekstrem menjadi bilangan bulat

Perubahan dibuat tanpa men-slicing

off daerah layak dari masalah awal.

Perubahan dilakukan dengan

penambahan beberapa secondary

(40)

40

Penambahan pembatas sekunder

x2

x1 secondary constraint

 

55

3 , 4 )

, ( 1 2

Z

(41)

Fractional Algorithm

(1)

Digunakan untuk memecahkan masalah pemrograman linier bilangan bulat murni

(PILP).

Mensyaratkan bahwa semua koefisien

teknologi dan konstanta ruas kanan adalah bilangan bulat.

Pada awalnya, masalah PILP dipecahkan sebagai LP reguler, yaitu dengan

mengabaikan kondisi integralitas.

2 13 3

1

2

1  x

(42)

42

Fractional Algorithm

(2)

Basis x1 xi xm w1 wj wn Solusi

x1 1 0 0 11

1j 1n 1

xi 0 1 0 i1

ijinn

xm 0 0 1m1

mjmnm

0 0 0 0

j

c c1 cj cn

(43)

Fractional Algorithm

(3)

Variabel xi (i = 1, …, m) menunjukkan variabel basis

Variabel wj (j = 1, …, n) menunjukkan variabel non basis

Misalkan persamaan ke-i dimana variabel xi diasumsikan bernilai bilangan bulat

bulat bilangan

bukan

, i

1

 

 

n

j

j j i i

i w

x

(44)

44

Fractional Algorithm

(4)

Misal:

i

 

i

f

i

 

ij j

i j

i

f

dimana

N = [a] adalah bilangan bulat terbesar sehingga N a

(45)

Fractional Algorithm

(5)

Dari baris sumber diperoleh:

 

 

 

 

 

n

j

j j i i

i n

j

i ij

i f w x w

f

1 1

 

Agar semua xi dan wj adalah bilangan bulat,

maka ruas kanan dari persamaan harus bilangan bulat

(46)

46

Fractional Algorithm

(6)

Untuk fij  0 dan wj  0 untuk semua i dan j maka

0

1

n

j

j ij

w

f

Akibatnya

i n

j

j ij

i

f

w

f

f

(47)

Fractional Algorithm

(7)

1

1

n

j

j ij

i

f

w

f

Karena fi < 1 maka

Karena ruas kiri harus bilangan bulat, maka syarat perlu untuk memenuhi integralitas adalah:

0

1

n

j

j ij

i

f

w

(48)

48

Fractional Algorithm

(8)

Pertidaksamaan terakhir dapat dijadikan sebagai pembatas dalam bentuk:

i n

j

j ij

i

f

w

f

S

1

(49)

Fractional Algorithm

(9)

Basis x1 xi xm w1 wj wn Si Solusi

x1 1 0 0 11

1j 1n 0 1

xi 0 1 0 i1

ijin 0 n

xm 0 0 1 m1

mjmn 0 m

Si 0 0 0 -fi1 -f

ij -fim 1 -fi

0 0 0 0 0

j

c c1 cj cn

(50)

50

Fractional Algorithm

(10)

Dengan penambahan fractional cut,

tabel terakhir menjadi tidak layak walaupun optimal sehingga metode

dual simplex diterapkan untuk meniadakan ketidaklayakan.

Algoritma berhenti jika solusi optimal

(51)

Fractional Algorithm

(11)

i n

j

j

ij

w

f

f

1

k n

j

j

kj

w

f

f

1

Cut (1) dikatakan lebih kuat dari cut (2) jika

fifk dan fijfkj untuk semua j dengan strict inequality

(52)

52

Fractional Algorithm

(12)

Aturan :

 

i i

f

max

n

j

ij i i

f

f

(53)

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(1)

Maximasi Z = 7x1 + 9x2

dengan pembatas-pembatas: –x1 + 3x2  6

7x1 + x2  35

(54)

54

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(2)

Basis x1 x2 x3 x4 Solusi

x2 0 1 7/22 1/22 3 1/

2

x1 1 0 -1/22 3/22 4 1/ 2

(55)

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(3)

2

Fractional cut:

(56)

56

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(4)

Basis x1 x2 x3 x4 S1 Solusi

x2 0 1 7/22 1/22 0 7/2

x1 1 0 -1/22 3/22 0 9/2

S1 0 0 -7/22 -1/22 1 -1/2 cjzj 0 0 -28/11 -15/11 0

(57)

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(5)

Basis x1 x2 x3 x4 S1 Solusi

x2 0 1 0 0 1 3

x1 1 0 0 1/7 -1/7 4 4/

7

x3 0 0 1 1/7 -22/7 1 4/ 7

cjzj 0 0 0 -1 -8 Z = 59

(58)

58

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(6)

7

Fractional cut:

(59)

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(7)

Basis x1 x2 x3 x4 S1 S2 Solusi

x2 0 1 0 0 1 0 3

x1 1 0 0 1/7 -1/7 0 4 4/

7

x3 0 0 1 1/7 -22/7 0 1 4/ 7

S2 0 0 0 -1/7 -6/7 1 -4/7

cjzj 0 0 0 -1 -8 0

(60)

60

Ilustrasi Penerapan

Fractional Algorithm

(8)

Basis x1 x2 x3 x4 S1 S2 Solusi

x2 0 1 0 0 1 0 3

x1 1 0 0 0 -1 1 4

x3 0 0 1 0 -4 1 1

x4 0 0 0 1 6 -7 4

cjzj 0 0 0 -2 -7 0 Z = 55

(61)

2

Ilustrasi

Fractional Cut

secara grafis (1)

(62)

62

Ilustrasi

Fractional Cut

secara grafis (2)

x2

x1

3

2 

(63)

7

Ilustrasi

Fractional Cut

secara grafis (3)

(64)

64

Ilustrasi

Fractional Cut

secara grafis (4)

x2

x1

3

2 

x

7

2 1  x

(65)

Mixed Algorithm

(1)

Digunakan untuk memecahkan

masalah pemrograman linier bilangan

bulat campuran (MILP)

Pada awalnya, masalah MILP

dipecahkan sebagai LP reguler, yaitu

(66)

66

Mixed Algorithm

(3)

Maximasi Z = 7x1 + 9x2

dengan pembatas-pembatas: –x1 + 3x2  6

7x1 + x2  35

x1 ≥ 0 dan bilangan bulat

(67)

Mixed Algorithm

(3)

Misal xk adalah variabel bilangan bulat dari masalah MILP.

Persamaan-xk dalam solusi kontinyu optimal:

 

(68)

68

Mixed Algorithm

(4)

Untuk xk adalah bilangan bulat, maka

 

atau

 

1

k k k

k

x

x

harus dipenuhi

k n

j

k j

k

w

f

1

Dari baris sumber, kondisi ini ekivalen dengan

1

1

k n

j

k j

k

w

f

(1)

(69)

Mixed Algorithm

(5)

Misal

J+ = himpunan subscripts j untuk

kj  0

J- = himpunan subscripts j untuk

kj < 0

Dari (1) dan (2) diperoleh

k n

J j

k j

k

w

f

k n

J j

k j k k

k

w

f

f

f

1

(1)

(70)

70

Mixed Algorithm

(6)

Karena (1) dan (2), tidak dapat terjadi secara simultan, maka (3) dan (4) dapat digabungkan menjadi satu

pembatas dalam bentuk

(71)

Ilustrasi Penerapan

Mixed Algorithm

(1)

Maximasi Z = 7x1 + 9x2

dengan pembatas-pembatas: –x1 + 3x2  6

7x1 + x2  35

x1 ≥ 0 dan bilangan bulat

(72)

72

Ilustrasi Penerapan

Mixed Algorithm

(2)

Basis x1 x2 x3 x4 Solusi

x2 0 1 7/22 1/22 7/2

x1 1 0 -1/22 3/22 9/2

(73)

Ilustrasi Penerapan

Mixed Algorithm

(3)

(74)

74

Basis x1 x2 x3 x4 S1 Solusi

x2 0 1 7/22 1/22 0 7/2

x1 1 0 -1/22 3/22 0 9/2

S1 0 0 -1/22 -3/22 1 -1/2 cjzj 0 0 -28/11 -15/11 0

(75)

Basis x1 x2 x3 x4 S1 Solusi

x2 0 1 10/33 0 -1/3 10/3

x1 1 0 -1/11 0 1 4

x4 0 0 1/3 1 -22/3 11/3 cjzj 0 0 -23/11 -10 0 Z= 58 Tabel yang diperoleh dengan dual simplex:

(76)

LOGO

Metode

Branch and Bound

(77)

Algoritma

Branch-and-Bound

(1)

Metode yang paling banyak digunakan

dalam praktek untuk memecahkan

masalah pemrograman bilangan bulat baik murni maupun campuran.

Digunakan sebagian besar software

komersial

Pada dasarnya merupakan prosedur

enumerasi yang efisien untuk

(78)

78

Algoritma

Branch-and-Bound

(2)

Algoritma BB untuk ILP

(PILP & MILP)

(79)

Algoritma BB untuk ILP (1)

Misalkan diberikan suatu masalah pemrograman bilangan bulat sebagai berikut:

Maksimasi Z = cx dengan pembatas

Ax = b x  0

xj bilangan bulat untuk j  I

(80)

80

Algoritma BB untuk ILP (2)

Langkah pertama adalah memecahkan masalah ILP sebagai LP dengan mengabaikan pembatas bilangan bulat (bounding)

Misalkan masalah LP dinyatakan sebagai LP-1 yang mempunyai nilai optimal dari fungsi

tujuan Z1.

PL-1

Maksimasi Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

x 0

(81)

Algoritma BB untuk ILP (3)

Asumsikan bahwa solusi optimal dari LP-1 mengandung beberapa variabel bilangan bulat yang mempunyai nilai pecahan.

Oleh karena itu, solusi optimal bilangan bulat untuk ILP belum diperoleh dan Z1

menjadi batas atas (upper bound) dari nilai maksimum Z untuk ILP.

Langkah berikutnya adalah mempartisi daerah layak dari LP-1 dengan

(82)

82

Algoritma BB untuk ILP (4)

Misalkan variabel xj dipilih untuk

dicabangkan dengan nilai pecahan j dalam

LP-1.

Misalkan dibuat dua masalah pemrograman linier baru, LP-2 dan LP-3 dengan

(83)

Algoritma BB untuk ILP (5)

Maksimasi Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

xj  []

x 0

Maksimasi Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

xj  []+1

x 0

(84)

84

Algoritma BB untuk ILP (6)

LP-1

LP-2 LP-2

Solusi pecahan

Z1

Solusi pecahan

Z2

] [ j

j

x

xj [j ]1

Solusi pecahan

(85)

Algoritma BB untuk ILP (7)

Memecahkan (bounding) LP-2 dan LP-3

Asumsikan solusi LP-2 dan LP-3 masih pecahan

Langkah berikutnya adalah memilih node

(86)

86

Algoritma BB untuk ILP (8)

Setelah masalah LP dipilih untuk

dicabangkan lebih lanjut, langkahnya selanjutnya adalah

 memilih variabel bilangan bulat dengan nilai pecahan yang akan dicabangkan untuk membentuk dua masalah LP baru (proses branching)

 memecahkan masalah LP yang baru (proses bounding)

Jika solusi bilangan bulat diperoleh dari

suatu masalah LP maka nilai Z-nya menjadi batas bawah (lower bound) dari nilai

(87)

Algoritma BB untuk ILP (9)

Proses branching dan bounding

berlanjut hingga semua node dalam

kondisi fathomed.

Fathoming suatu node (masalah LP):

 Solusi optimal LP merupakan bilangan bulat

 Masalah LP adalah tak layak

 Nilai optimal Z dari masalah LP tidak lebih baik

(88)

88

Algoritma BB untuk ILP (10)

LP-1

LP-2 LP-3

Solusi pecahan

Z0 = Z1

Solusi pecahan

Z2

] [ j

j

x xj [j]1

Solusi pecahan

Z5

LP-3 LP-4

Tidak layak Solusi bulat

Z4

] [ i

i

(89)

Algoritma BB untuk ILP (11)

LP-1

LP-2

LP-3 LP-4

LP-5

LP-6 LP-7

Solusi pecahan

Z0 = Z1

Solusi pecahan

Z2

Tidak layak Solusi bulat

Z4

Solusi pecahan

Z6 < Z4

] [ j

j

x xj [j]1

] [ i

i

x xi [i]1 xk [k] xk [k ]1 Solusi pecahan

Z5

Solusi pecahan

(90)

90

Algoritma BB untuk ILP (12)

Esensi dari algoritma BB

(91)

Ilustrasi Penerapan Algoritma BB (1)

Maximasi Z = 2x1 + 3x2

dengan pembatas-pembatas:

5x1 + 7x2  35

4x1 + 9x2  36

(92)

92

LP-1

178

176 2

17 12 1

14

2 ,

3

 

Z

(93)

LP-1

LP-2 LP-3

(94)

94

LP-1

LP-2 LP-3

178

(95)

LP-1

LP-2 LP-3

178

(96)

96

LP-1

LP-2 LP-3

178

(97)

LP-1

LP-2 LP-3

178

LP-4 LP-5 4

Fathomed karena perbedaan nilai Z dengan lower bound < 1 dan semua koefisien fungsi tujuan adalah bulat

Solusi bilangan bulat optimal

x1 = 4, x2 = 2

(98)

98

LP-1

178

176 2

17 12 1

14

2 ,

3

 

Z

x x

(99)

LP-1

LP-2 LP-3

(100)

100

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

(101)

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

(102)

102

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

(103)

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

(104)

104

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

(105)

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

13

(106)

106

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

13

(107)

LP-1

LP-2 LP-3

178

Tidak layak

3

LP-6 LP-7

13

LP-8 LP-9 4

(108)

108

Aturan Pencabangan (1)

Aturan-aturan pencabangan variabel

adalah sebagai berikut:

 Pilih variabel bilangan bulat yang mempunyai

nilai pecahan terbesar dalam solusi LP.

 Pilih variabel bilangan bulat yang mempunyai

prioritas paling tinggi.

 Menunjukkan keputusan yang terpenting dalam

model

 Mempunyai koefisien profit/biaya paling besar  Mempunyai nilai yang kritis yang didasarkan

pengalaman pengguna

 Aturan pemilihan bebas, misal, pilih variabel

(109)

Aturan Pencabangan (2)

Aturan penentuan masalah LP yang

hendak dicabangkan:

 Nilai optimal dari fungsi tujuan

 LIFO (Last-In First-Out), yaitu masalah LP

(110)

110

Algoritma BB untuk BILP

Maximasi Z = 9x1 + 5x2 + 6x3 + 4x4

dengan pembatas-pembatas:

6x1 + 3x2 + 5x3 + 2x4  10 x3 + x4  1

-x1 + x3 +  0 -x2 + x4  0

(111)

LP-1

) ; , , ,

(112)

112

LP-1

LP-2 LP-3

) ; , , ,

(x1 x2 x3 x4 Z

65 ,1,0,1;16 12

0

1 

x

1

1 

x

0,1,0,1;9

51

54 5

4 ,0, ;16

(113)

LP-1

LP-2 LP-3

) ; , , ,

(x1 x2 x3 x4 Z

65 ,1,0,1;16 12

0

1 

x

1

1 

x

0,1,0,1;9

51

54 5

4 ,0, ;16

(114)

114

LP-1

LP-2 LP-3

) ; , , ,

(x1 x2 x3 x4 Z

65 ,1,0,1;16 12

0

1 

x

1

1 

x

0,1,0,1;9

51

54 5

4 ,0, ;16

, 1

LP-4 LP-5 0

2 

x x2 1

1,0, 54 ,0;13 54

(115)

LP-1

LP-2 LP-3

) ; , , ,

(x1 x2 x3 x4 Z

65 ,1,0,1;16 12

0

1 

x

1

1 

x

0,1,0,1;9

51

54 5

4 ,0, ;16

, 1

LP-4 LP-5 0

2 

x x2 1

1,0, 54 ,0;13 54

1,1,0, 21 ;16

LP-6 LP-7 0

3 

x x3 1

1,1,0, 12 ;16

(116)

116

LP-1

LP-2 LP-3

)

LP-4 LP-5 0

2 

x x2 1

1,0, 54 ,0;13 54

1,1,0, 21 ;16

LP-6 LP-7 0

3 

x x3 1

1,1,0, 12 ;16

Tidak layak

LP-8 LP-9

1,1,0,0;14

0

4 

x x4 1

(117)

117

LP-1

LP-2 LP-3

)

LP-4 LP-5 0

2 

x x2 1

1,0, 54 ,0;13 54

1,1,0, 21 ;16

LP-6 LP-7 0

3 

x x3 1

1,1,0, 12 ;16

Tidak layak

LP-8 LP-9

1,1,0,0;14

0

4 

x x4 1

(118)

118

LP-1

LP-2 LP-3

)

LP-4 LP-5 0

2 

x x2 1

1,0, 54 ,0;13 54

1,1,0, 21 ;16

LP-6 LP-7 0

3 

x x3 1

1,1,0, 12 ;16

Tidak layak

LP-8 LP-9

1,1,0,0;14

0

4 

x x4 1

(119)

LOGO

Thank you!

ADD YOUR COMPANY SLOGAN

Gambar

Tabel akhir optimal untuk LP
Tabel setelah penambahan fractional cut
tabel terakhir menjadi tidak layak walaupun optimal sehingga metode dual simplex diterapkan untuk
Tabel optimal kontinyu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan diskusi cara menggunakan operasi hitung tambah, kurang, kali atau bagi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan bulat. 

Untuk menyelesaikan masalah operasi perkalian pada barisan bilangan bulat, maka permasalahan ini dapat diselesaikan melalui struktur aljabar, yaitu teori grup dengan cara

Kegiatan Belajar 2: Menggunakan Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat dan Pecahan dalam Pemecahan Masalah

Mencari cara baru yang lebih mudah dan cepat untuk menyelesaikan masalah pemrograman bilangan bulat (integer programming), khususnya masalah pengambilan keputusan

Untuk menyelesaikan Masalah program linear bilangan bulat Dengan solver prinsipnya sama dengan penyelesaian program linear, hanya ditambah syarat (constrain) yaitu

Dengan percaya diri Peserta didik (A) dapat memecahkan (B) permasalahan yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat melalui diskusi (C)

Pada penelitian ini dibahas mengenai masalah optimasi tak linear pada kasus pemrograman kuadratik konveks bilangan bulat murni menggunakan metode kombinasi

Modul endomorfisma pada himpunan bilangan bulat Z atas Gaussian Integer yang dinotasikan dengan [ ] Z merupakan modul yang dibentuk dari ring Gaussian