• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA HIDUP REMAJA TERHADAP INFEKSI HIV DAN HBV DI WILAYAH CIMAHI SELATAN. Patricia Gita Naully 1, Sitti Romlah 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GAYA HIDUP REMAJA TERHADAP INFEKSI HIV DAN HBV DI WILAYAH CIMAHI SELATAN. Patricia Gita Naully 1, Sitti Romlah 2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA HIDUP REMAJA TERHADAP INFEKSI HIV DAN HBV DI

WILAYAH CIMAHI SELATAN

Patricia Gita Naully

1

, Sitti

Romlah2 1

Program Studi D4 Teknologi Laboratorium Medik, Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Program Studi D3 Analis Kesehatan, Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Hepatitis B Virus (HBV) termasuk virus yang dapat menyebabkan penyakit mematikan. Infeksi kedua virus tersebut masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia, khususnya pada kalangan remaja. Gaya hidup remaja masa kini seperti hubungan seksual pra nikah, narkoba, tato, dan tindik merupakan penyebab meningkatkan kasus infeksi HIV dan HBV pada remaja. Gaya hidup seperti itu diterapkan pula oleh remaja di kota Cimahi. Penelitian sebelumnya berhasil membuktikan adanya kasus infeksi HIV dan HBV pada remaja di Cimahi Selatan. Maka, penelitian lanjutan ini bertujuan untuk menentukan gaya hidup remaja yang dapat memberikan pengaruh secara signifikan terhadap infeksi HIV dan HBV di wilayah Cimahi Selatan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Usia sampel antara 15-19 tahun. Spesimen darah diambil dari sampel penelitian yang telah mengisi kuesioner dan menandatangani informed consent. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang pemeriksaan HIV dan infeksi oportunistik. Keberadaan anti-HIV 1/2 dan HBsAg di dalam darah dideteksi menggunakan imunokromatografi dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hasil pengolahan dan analisis data dengan metode regresi logistik menunjukkan bahwa gaya hidup remaja yang sering berganti-ganti pasangan seksual dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada infeksi HIV (p = 0,0167). Pembuatan tato (p = 0,0475) dan tindik (p = 0,0343) menggunakan jarum yang tidak steril juga dapat memberikan pengaruh pada infeksi HBV secara signifikan. Vaksinasi juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap infeksi HBV dengan nilai p sebesar 0,0421.

Kata kunci: anti-HIV, Cimahi, HBsAg, remaja

ABSTRACT

Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Hepatitis B Virus (HBV) are among the leading cause of death by infectious diseases. HIV and HBV infections remain a health problem in Indonesia, especially among teenagers. Today's teenage lifestyles such as premarital sexual intercourse, drug abuse, tattoos, and piercing are causes of increasing cases of HIV and HBV infection in adolescents. Such lifestyle is also applied by teenagers in the city of Cimahi. Previous studies have proven occurrences of HIV and HBV infection in adolescents in South Cimahi. Thus, this follow-up study aims to determine lifestyle of adolescents that can have significant influence on HIV and HBV infection in the South Cimahi region.There are 100 people acting as sample in this study. Sample age is between 15-19 years. Blood specimens were taken from study samples that had filled out questionnaires and signed informed consent. Laboratory tests are carried out in accordance with the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 15/2015 regarding HIV and opportunistic infections testing. The presence of anti-HIV 1/2 and HBsAg in the blood was detected by immunochromatography with high sensitivity and specificity. Data was analyzed with logistic regression methods show that the teen lifestyle that often changes sexual partners can have a significant effect on HIV infection (p = 0.0167). Tattooing (p = 0.0475) and piercing (p = 0.0343) using unsterile needles can also significantly affect HBV infection. Vaccination can also have a significant effect on HBV infection with a p value of 0.0421.

Keywords: anti-HIV, Cimahi, HBsAg, Teenagers PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Hepatitis B Virus (HBV) adalah dua jenis

virus yang berbeda. HIV memiliki material genetik berupa RNA sedangkan material

genetik HBV berupa DNA (Kudesia dan Wreghitt, 2009). HIV menyerang sel-sel yang

terlibat dalam sistem kekebalan tubuh

(2)

(Murphy, 2012). Akibat yang ditimbulkan dari infeksi kedua virus tersebut pun berbeda. Infeksi HIV dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh secara signifikan sehingga memungkinkan terjadinya infeksi oportunistik seperti candidiasis, tuberculosis, dan lain-lain (Madigan et al., 2012). HBV umumnya menyebabkan sirosis, kanker hati, dan kematian (Mohammadi et al., 2009). Walaupun banyak perbedaan, kedua virus ini memiliki kesamaan cara penularan atau jalur transmisi. Keduanya dapat ditularkan melalui beberapa cara, antara lain hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, pembuatan tato, tindik, penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril, dan melalui proses kehamilan, kelahiran, serta menyusui (Kudesia dan Wreghitt, 2009).

Infeksi HIV dan HBV merupakan masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan data Global AIDS update yang diterbitkan oleh UNAID, pada tahun 2015 diperkirakan ada 36,7 juta orang yang terinfeksi HIV. Jumlah ini meningkat sebanyak 3,4 juta dibandingkan tahun 2010 dan 2,1 juta diantaranya

merupakan kasus baru (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Kasus infeksi HBV pun tiap tahun semakin meningkat, bahkan jumlah kasusnya jauh lebih banyak dibandingkan HIV. Diperkirakan ada 257 juta orang yang hidup dengan HBV kronis (WHO, 2017). Masalah tersebut terjadi pula di Indonesia. Hingga tahun 2017, dilaporkan ada 242.699 orang yang terinfeksi HIV dan 33.660 orang diantaranya merupakan kasus yang baru. Data

Riskesdas juga membuktikan bahwa

prevalensi HBV di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 7,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Banyak orang beranggapan bahwa kasus infeksi HIV dan HBV hanya terjadi pada orang dewasa dengan rentang usia 20 - 49 tahun, ternyata kasus tersebut terjadi pula pada remaja usia 15 – 19 tahun. Bahkan jumlah remaja yang terinfeksi HIV di Indonesia semakin meningkat, dengan

prevalensi sekitar 3,2 – 3,8% setiap tahunnya. Hingga bulan April 2017, tercatat ada 7.329 remaja yang terinfeksi HIV dan 2.355 orang diantaranya menderita Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS) (Kementerian

Kesehatan RI, 2017).

Maraknya kasus infeksi HIV dan HBV pada kalangan remaja usia 15-19 tahun dapat disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan (Viegas et al., 2015), usia inisiasi seks di Indonesia yang relatif muda (Sudikno

et al., 2011), hingga gaya hidup remaja masa

kini yang cukup memprihatinkan. Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19 tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya sehingga sering kali melakukan hubungan seksual atau hal lain hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka (Pratiwi dan Basuki, 2011). Selain itu, usia remaja merupakan masa pencarian jati diri dan sering kali orang tua tidak mengawasi proses tersebut. Kondisi ini menyebabkan anak dapat melakukan hal-hal yang membahayakan kesehatan dan masa depannya (Naully dan Romlah, 2018).

Remaja masa kini sering kali mengikuti tren terbaru agar tidak disebut ketinggalan jaman, contohnya seperti tato dan tindik. Sudah banyak anak muda yang menjadikan tato dan tindik sebagai gaya hidup. Dahulu tato biasa digunakan oleh laki-laki dan dilukis pada bagian tubuh seperti tangan, kaki, atau punggung, namun kini tato sudah menjadi tren

make up perempuan (Heywood et al., 2012).

Tindik biasanya dilakukan pada telinga wanita agar dapat menggunakan anting, namun sekarang tindik banyak dilakukan pada bagian tubuh lain seperti lidah, hidung, pusar, dan alis (Bone et al., 2008). Bukan hanya itu, remaja masa kini juga banyak yang melakukan penyalahgunaan obat-obat telarang dengan alasan stres dan lain sebagainya.

(3)

Gaya hidup seperti itu dilakukan juga oleh remaja yang ada di kota Cimahi. Hal ini perlu diwaspadai mengingat gaya hidup tersebut termasuk gaya hidup yang beresiko tinggi terinfeksi HIV atau HBV. Dinas Kesehatan Kota Cimahi melaporkan bahwa dari 290 orang yang terinfeksi HIV, mayoritas berada dalam rentang usia 15-25 tahun (Dinas Kesehatan Kota Cimahi, 2017).

Hingga saat ini belum ada data Dinas Kesehatan atau penelitian yang membuktikan gaya hidup apa saja yang berpengaruh terhadap infeksi kedua virus tersebut di kota Cimahi. Pada penelitian sebelumnya, Naully

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 100 orang yang terdiri dari remaja dengan rentang usia 15 – 19 tahun. Jumlah

sampel tersebut ditentukan melalui

perhitungan dengan rumus Slovin (Dahlan, 2016). Seluruh sampel bertempat tinggal di Kecamatan Cimahi Selatan. Spesimen yang digunakan adalah darah yang diambil dari pembuluh darah vena. Pada pemeriksaan HIV digunakan tiga jenis kit imunnokromatografi, yaitu SD Bioline anti-HIV 1/2 dengan

Prosedur Penelitian

Seluruh rangkaian prosedur yang

dilakukan dalam penelitian ini sudah

mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi dengan nomor etik

10/KEPK/VII/2018. Berikut prosedur

penelitian yang digunakan: 1. Pengumpulan Sampel

Sampel penelitian diseleksi berdasarkan umur, tempat tinggal, dan kesediaan untuk terlibat dalam penelitian ini. Semua sampel penelitian diminta mengisi kuesioner yang terdiri dari delapan pertanyaan terbuka dan menandatangani informed consent. Khusus sampel penelitian yang berusia dibawah 18 tahun, informed consent ditandatangani

dan Romlah (2018) berhasil membuktikan bahwa dari 100 orang remaja yang berdomisili di Kecamatan Cimahi Selatan, terdapat 1 orang remaja terinfeksi HIV dan 2 orang remaja terinfeksi HBV. Kecamatan Cimahi Selatan merupakan wilayah yang memiliki penduduk remaja usia 15-19 tahun paling banyak, yaitu 22.500 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Cimahi, 2017). Oleh karena itu, penelitian lanjutan ini bertujuan untuk menentukan gaya hidup remaja yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap infeksi HIV dan HBV di wilayah Cimahi Selatan.

sensitivitas 100%, Oncoprobe anti-HIV 1/2 dengan spesifisitas 99,43%, dan Indec anti-HIV 1/2 dengan spesifisitas 100%. Semua imunokromatografi yang digunakan dapat mendeteksi keberadaan antibodi anti-HIV tipe 1 dan 2. Pada pemeriksaan HBV digunakan dua jenis kit imunokromatografi, yaitu Wondfo HBsAg dengan sensitivitas 99% dan Right Sign HBsAg dengan spesifisitas 98,30%.

oleh orang tua atau wali yang

bersangkutan. 2. Pemeriksaan HIV

Rangkaian pemeriksaan HIV dilakukan sesuai dengan strategi pemeriksaan HIV dan infeksi oportunistik yang tercantum

dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015. Pada tahap awal, spesimen diperiksa dengan imunokromatografi yang sangat sensitif. Spesimen yang menunjukkan hasil reaktif yaitu mengandung antibodi anti-HIV 1/2 pada strategi pertama, diperiksa kembali menggunakan imunokromatografi yang lebih spesifik. Spesimen yang dinyatakan positif terinfeksi HIV adalah

(4)

spesimen yang menunjukkan hasil reaktif pada ketiga strategi tersebut.

3. Pemeriksaan HBV

Hampir sama dengan pemeriksaan HIV, pemeriksaan HBV dilakukan sebanyak dua tahap. Spesimen yang positif mengandung HBsAg pada pemeriksaan pertama

Analisis Data

Data kuesioner dan hasil pemeriksaan laboratorium diolah dan dianalisis dengan metode regresi logistik. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui gaya hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 62 orang remaja laki-laki dan 38 orang remaja perempuan. Data yang didapatkan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data kuesioner dan laboratorium. Data kuesioner membuktikan bahwa sebagian

remaja di Kecamatan Cimahi Selatan

menganut gaya hidup remaja masa kini yang cukup memprihatinkan (Tabel I).

Berdasarkan data kuesioner terdapat 32

orang remaja yang pernah melakukan

hubungan seksual pra nikah, 17 orang diantaranya berganti-ganti pasangan dan 6 orang tidak pernah menggunakan kondom. Selain itu, terdapat pula 25 orang bertato dan 37 orang yang melakukan tindik di bagian tubuhnya. Mayoritas remaja tersebut memiliki lebih dari 1 tato/tindik dan sering berpindah-pindah studio tato/tindik, bahkan tidak sedikit yang menato atau menindik tubuhnya dengan bantuan teman dan alat seadanya. Meskipun banyak remaja yang menganut gaya hidup bebas, tidak ada seorang pun yang mengakui pernah mengonsumsi narkoba khususnya narkoba jarum suntik. Dari data kuesioner juga terlihat bahwa masih banyak remaja yang tidak melakukan vaksinasi hepatitis B, yaitu 55 orang. Data laboratorium menunjukkan bahwa terdapat satu orang (1%) yang

diperiksa kembali menggunakan

imunokromatografi yang lebih sensitif.

Spesimen yang dinyatakan positif

terinfeksi HBV adalah spesimen yang menunjukkan hasil positif pada kedua tahap tersebut.

remaja yang dapat mempengaruhi infeksi HIV dan HBV secara signifikan. Perangkat lunak yang digunakan adalah MINITAB versi 18.

terinfeksi HIV dan dua orang (2%) yang terinfeksi HBV.

Hasil pengolahan dan analisis data

menunjukkan bahwa ada beberapa gaya hidup remaja di Cimahi Selatan yang mempengaruhi infeksi HIV dan HBV. Gaya hidup yang berpengaruh signifikan terhadap infeksi kedua virus tersebut dinyatakan dengan nilai p <

0,05. Seluruh sampel penelitian yang

dinyatakan positif terinfeksi HIV atau HBV pernah melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak aman yaitu sering berganti pasangan dan tidak menggunakan kondom. Namun berdasarkan analisis statistik perilaku yang sering berganti-ganti pasangan seksual memberikan pengaruh yang signifikan hanya terhadap infeksi HIV dengan nilai p sebesar 0,0167. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual (Kudesia dan Wreghitt, 2009).

Beberapa penelitian lain juga

membuktikan hal yang sama. Kasus infeksi HIV lebih sering terjadi pada orang yang berganti-ganti pasangan seksual (Kambu,

2012; Viegas et al., 2015). Dalam

penelitiannya, Kalichman et al. (2007) menyatakan bahwa berganti-ganti pasangan seksual memiliki potensi untuk mempercepat penyebaran HIV. Gaya hidup seperti itu

(5)

memiliki hubungan dengan gaya hidup beresiko lainnya seperti penggunaan kondom yang tidak konsisten dan ketidakjujuran terhadap pasangan terkait status HIV. Pada penelitian tersebut dibuktikan pula bahwa

penggunaan kondom ternyata tidak dapat memberikan proteksi yang signifikan pada kelompok orang yang memiliki lebih dari satu

pasangan seksual.

Tabel I. Infeksi Human Immunodeficiency Virus dan Hepatitis B Virus Akibat Gaya Hidup Remaja di Wilayah Cimahi Selatan

Total Terinfeksi HIV Terinfeksi HBV

Variabel

n % % Koefisien p-value % Koefisien p-value

regresi regresi Jumlah Subjek 100 100 1,0 2,0 Hubungan Seksual 0,0324 0,2778 0,0924 0,0865 Pernah 32 32 3,1 6,3 Tidak Pernah 68 68 0,0 0,0 Berganti-ganti pasangan 0,0499 0,0167 0,0512 0,1065 Ya 17 17 5,9 11,8 Tidak 83 83 0,0 0,0 Penggunaan kondom 0,0445 0,3768 0,0098 0,7125 Ya 6 6 0,0 0,0 Tidak 94 94 1,1 2,1 Transfusi Darah 0,0067 0,5510 0,0187 0,2088 Pernah 3 3 0,0 0,0 Tidak Pernah 97 97 1,0 2,0

Narkoba Jarum Suntik 0,0139 0,6288 0,0978 0,7178

Ya 0 0 0,0 0,0

Tidak 100 100 1,0 2,0

Tato 0,0127 0,1347 0,0652 0,0475

Ya 25 25 4,0 4,0

1 tato 9 9 0,0 0,0

Lebih dari 1 tato 16 10 6,2 6,2

Tidak 75 75 0,0 1,3

Tindik 0,0087 0,1119 0,0099 0,0343

Ya 37 37 2,7 2,0

1 tindik 13 13 0,0 0,0

Lebih dari 1 tindik 24 24 5,8 8,3

Tidak 63 63 0,0 0,0

Vaksinasi Hepatitis B -0,0398 0.2084 -0,0041 0,0421

Pernah 45 45 0,0 0,0

Tidak Pernah 55 55 1,8 3,6

Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa tato merupakan salah satu gaya hidup remaja yang berpengaruh signifikan terhadap infeksi HBV dengan nilai p sebesar 0,0475. Penelitian sebelumnya berhasil membuktikan bahwa pada kelompok orang bertato di Cimahi terdapat kasus infeksi HIV, HBV, dan

Hepatitis C Virus (HCV) (Naully et al., 2017),

bahkan ditemukan pula kasus koinfeksi HIV-HBV pada kelompok tersebut (Naully, 2018). Beberapa penelitian lain juga membuktikan

hal yang serupa (Jafari et al., 2012; Shahri et

al., 2016). Tato banyak digemari oleh anak

muda karena dianggap sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan diri (Makkai dan McAlliester, 2001).

Penggunaan jarum yang terkontaminasi pada pembuatan tato dapat menjadi faktor resiko penularan HIV dan Virus Hepatitis seperti Hepatitis B dan C (Samuel et al., 2001). Jumlah tato (Jafari et al., 2012; Shahri

(6)

2010) juga dapat berpengaruh pada penularan patogen. Semakin banyak dan semakin luas suatu tato akan meningkatkan resiko tertular penyakit karena dalam proses pembuatannya membutuhkan penginjeksian warna yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan semakin

tingginya frekuensi jarum yang

terkontaminasi terpapar ke dalam darah. Selain tato, tindik juga merupakan gaya hidup remaja di Cimahi Selatan yang memberikan pengaruh signifikan pada infeksi HBV. Sama halnya dengan tato, prinsip penularan patogen seperti HBV pada proses tindik adalah melalui jarum yang digunakan. Kebersihan jarum yang digunakan pada proses tersebut sangat penting. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yang et al. (2015). Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa tindik dapat meningkatkan resiko infeksi HBV dan

HCV. Selain itu, Yang et al. (2015) menyebutkan bahwa infeksi HBV lebih sering terjadi pada orang yang melakukan aktivitas menindik tubuh dibandingkan dengan tato. Tindik merupakan aktivitas seni tubuh yang lebih sering dilakukan dengan tujuan untuk pengunaan perhiasan. Prosedur tindik pun lebih mudah dari pada tato sehingga dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Hal

tersebut yang menyebabkan sulitnya

pengendalian penyebaran patogen melalui proses tindik.

Selain tato dan tindik, ternyata vaksinasi hepatitis B juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap infeksi HBV di Cimahi Selatan. Data statistik menunjukkan bahwa vaksinasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,0041. Hal ini menunjukkan bahwa

vaksinasi hepatitis B dapat mencegah

terjadinya infeksi HBV. Hasil serupa

dilaporkan oleh Batista et al. (2006) dan Brook (2006). Kedua penelitian tersebut menjelaskan bahwa vaksin hepatitis B dapat mencegah terjadinya infeksi HBV bahkan koinfeksi HBV pada pasien pengidap HIV.

Vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi HBV karena mengandung antigen permukaan HBV atau yang disebut HBsAg. Keberadaan

antigen tersebut dalam darah akan

merangsang tubuh untuk menghasilkan

antibodi anti-HBs yang berperan untuk menghambat penempelan HBV ke permukaan sel hati (Kudesia dan Wreghitt, 2009). Seseorang dikatakan kebal terhadap HBV jika memiliki antibodi anti-HBs sebanyak 10 IU/ml (Hammitt et al., 2007). Vaksin hepatitis B merupakan vaksin paling pertama yang memiliki daya proteksi palng lama. Seseorang yang melakukan vaksinasi hepatitis B ketika usia anak-anak akan mengalami penurunan jumlah antibodi sekitar 15-50% dalam jangka waktu 5-15 tahun. Jika vaksinasi dilakukan ketika dewasa maka jumlah anti-HBs akan berkurang 7-50% dalam 5 tahun atau 30-60% dalam 9-11 tahun (Damme, 2016).

Hasil penelitian ini memberikan informasi

kepada masyarakat khususnya kalangan

remaja bahwa ada beberapa gaya hidup yang mereka pikir gaya hidup modern namun memberikan pengaruh signifikan terhadap infeksi HIV dan HBV. Melalui penelitian ini diharapkan para remaja dapat mengubah gaya hidupnya menjadi lebih baik dan peduli

terhadap kesehatan. Selain itu, Dinas

Kesehatan dan Dinas Sosial dapat mengambil tindakan preventif dengan cara memberikan penyuluhan atau kegiatan konseling bagi

remaja agar tidak mudah terpengaruh

lingkungan dan menghindari gaya hidup seperti melakukan hubungan seksual pra nikah dengan lebih dari satu pasangan dan melakukan pembuatan tato atau tindik dengan cara yang tidak tepat. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan juga perlu menggalakkan kembali program vaksinasi khususnya vaksin hepatitis B.

(7)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa beberapa gaya hidup remaja di wilayah Cimahi Selatan dapat memberikan pengaruh terhadap infeksi HIV dan HBV. Infeksi HIV dapat dipengaruhi secara signifikan oleh gaya hidup remaja yang sering berganti-ganti pasangan seksual dengan

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dana

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Cimahi, 2017,

Cimahi dalam angka. Cimahi, Badan

Pusat Statistik Kota Cimahi.

Batista, S.M., Andreasi, M.S., Borges, A.M., Lindenberg, A.S., Silva, A.L., Fernandes, T.D., Pereira, E.F., Basmage, E.A., Cardoso, D.D., 2006, Seropositivity for hepatitis B virus, vaccination coverage, and vaccine response in dentists from Campo Grande, Mato Grosso do Sul, Brazil, Mem Inst Oswaldo Cruz, 101, 263-7.

Bone, A., Ncube, F., Noah, N.D, 2008, Body piercing in England: a survey of piercing at sites other than earlobe, BMJ, 1-7. Brook, G, 2006, Prevention of viral hepatitis

in HIV co-infection, Journal of

Hepatology, 44, 104-107.

Dahlan, M.S., 2016, Statistik untuk

Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Edisi 6.

Jakarta, Epidemiologi Indonesia.

Damme, P.V., 2016, Long-term protection

after hepatitis B vaccine, The Journal of

Infectious Disease, 214, 1-3.

Dinas Kesehatan Kota Cimahi, 2017, Profil

kesehatan kota Cimahi tahun 2017.

Cimahi, Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Cimahi.

Hammitt, L.L., Hennessy, T.W., Fiore, A.E, Zanis, C., Hummel, K.B., Dunaway, E., Bulkow, L., McMahon, B.J., 2007, Hepatitis B immunity in children

nilai p sebesar 0,0167. Infeksi HBV dapat dipengaruhi secara signifikan oleh tiga gaya hidup, yaitu melakukan pembuatan tato (p = 0,0475) dan menindik bagian tubuh dengan alat yang tidak steril (p = 0,0343) serta tidak melakukan vaksinasi hepatitis B (p = 0,0421).

penelitian melalui skema Penelitian Dosen Pemula tahun 2018.

vaccinated with recombinant hepatitis B vaccine beginning at birth: a followup study at 15 years, Vaccine, 25(39-40), 6958-6964.

Heywood, W., Patrick, K., Smith, A.M.A., Simpson, J.M., Pitts, M.K., Richters, J., Shelley, J.M., 2012, Who gets tattoos? demographic and behavioral correlates of ever being tattooed in a representative sample of men and women, Ann

Epidemiol, 22, 51-56.

Jafari, S., Copes, R., Bahalou, S., Etminan, M., Buxton, J., 2010, Tattooing and The Risk of Transmission of Hepatitis C: A Systematic Review and Meta-analysis,

International Journal of Infectious Diseases, 14, 928-940.

Jafari, S., Buxton, J.A., Afshar, K., Copes, R., &Baharlou, S., 2012, Tattooing and risk of Hepatitis B: a systematic review and meta-analysis, Canadian Journal of

Public Health, 103(3), 207-212.

Kalichman, S.C., Ntseane, D., Nthomang, K., Segwabe, M., Phorano, O., Simbayi, L.C., 2007, Recent multiple sexual partners and HIV transmission risks among people living with HIV/AIDS in Botswana, Sex Transm Infect, 83, 371-375.

Kambu, Y., 2012, Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tindakan pencegahan

penularan HIV oleh ODHA di Sorong,

(8)

Kementerian Kesehatan RI, 2015, Situasi

kesehatan reproduksi remaja. Jakarta,

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2016, Laporan

situasi perkembangan HIV-AIDS & PIMS di Indonesia. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2017, Laporan

situasi perkembangan HIV-AIDS & PIMS di Indonesia. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.

Kudesia, G., Wreghitt, 2009, Clinical and

diagnostic virology. Cambridge, Cambridge University Press.

Madigan, M., Martinko, J.M., Stahl, D.A.,

Clark, D.P., 2012, Biology of

microorganisms, 13th Ed. San Fransisco,

Pearcon Education, Inc.

Makkai, T. McAllister, I., 2001, Prevalence of tattooing and body piercing in the Australian community, Commun Dis

Intell, 25(2), 67-72.

Mohammadi, M., Talei, G., Sheikhian, A., Ebrahimzade, F., Pournia, Y., Ghasemi, E., Boroun, H., 2009, Survey of both Hepatitis B Virus (HBsAg) and Hepatitis

Virus (HCV-Ab) coinfection among HIV positive patients, Virol J., 6, 202. Murphy, K., 2012, Immunobiology, 8th Ed.

New York, Garland Science, Taylor & Francis Group.

Naully, P.G., Hilmi, D., Homis, M.M.,

Permata, O.I., Soviyani, R.N. 2017. An Overview of HIV, HBV, and HCV Infections among Tattooed People in

Cimahi, Proceeding, International

Seminar on Global Health, Bandung,

337-342.

Naully, P.G., 2018, Koinfeksi Human

Immunodeficiency Virus dan Hepatitis B

Virus pada orang bertato di Cimahi,

Jurnal Nusantara Medika, 2(2), 1-9.

Naully, P.G. Romlah, S., 2018, Prevalensi

HIV dan HBV pada Kalangan Remaja,

Jurnal Kesehatan, 9(2), 280-288.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang

Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik

Pratiwi, N.L. Basuki, H., 2011, Hubungan

karakteristik remaja terkait risiko

penularan HIV-AIDS dan perilaku seks

tidak aman di Indonesia, Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4),

346-357.

Samuel, M.C., Doherty, P.M., Bulterys, M.,

Jenison, S.A., 2001, Association

betweenheroin use, needle sharing and tattoos received in prison with Hepatitis B and C positivity among street-recruited injecting drug users in New Mexico, USA, Epidemiol. Infect, 127, 475-484.

Shahri, S.M.H., Mood, B.S., Metanat, M.,

Salehi, M., Sharifi, R., 2016,

Blood-borne infections intattooed people,

International Journal Infections, 3(2),

944-948.

Sudikno., Simanungkalit, B., Siswanto., 2011, Pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010), Jurnal Kesehatan Reproduksi, 1(3), 145-154.

Viegas, E.O., Tembe, N., Macovela, E.,

Goncalves, E., Augusto, O., Ismael, N., Sitoe, N., Schacht, C.D., Bhatt, N., Meggi, B., Araujo, C., Sandstrom, E., Biberfeld, G., Nilsson, C., Andersson, S., Jani, I., Osman, N., 2015, Incidence of HIV and the prevalence of HIV, hepatitis B and syphilis among youths in Maputo, Mozambique: a cohort study, PLoS ONE, 10(3), 1-15.

WHO., 2017, Global hepatitis report 2017. Genewa, World Health Organization. Yang, S., Wang, D., Zhang, Y., Yu, C., Ren,

J., Xu, K., Deng, M., Tian, G., Ding, C., Cao, Q., Li, Y., Chen, P., Xie, T., Wang, C., Wang, B., Yao, J., Threapleton, D., Mao, C., Ruan, B., Li, L., 2015, Transmission of Hepatitis B and C Virus infection through body piercing: a systematic review and meta-analysis,

Medicine, 94(47), 1-14.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Soon after the AWA Amendments were enacted, federal prosecutors used them to try to impose stricter pretrial release conditions than the judicial officer had determined was

[r]

Kriteria Permukiman Kumuh Bangunan Gedung Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Jalan Lingkungan Penyediaan Air Minum Penyediaan Air Minum Drainase Lingkungan Drainase

keputusan pembelian atau tidaknya seorang pengguna jasa, karena melalui kualitas pelayanan akan dapat menilai suatu kinerja dan merasakan puas atau tidaknya mereka

terhadap kesuksesan proyek dalam suatu organisasi, hanya ada sedikit orang yang mampu menjelaskan mekanisme hubungan antara Kepemimpinan.. Transformasional dan Kesuksesan proyek

Tabel 4.10 Kemasan yang Dibuat Menarik Sesuai Harga 48 Tabel 4.11 Harga yang Diberikan Efektif terhadap Konsumen 48 Tabel 4.12 Fungsi yang Diberikan Cocok dengan Harga 49

Tanpa bermaksud melakukan apologia, sebenarnya eksistensi PMII dalam punggung Tanpa bermaksud melakukan apologia, sebenarnya eksistensi PMII dalam punggung gerakan

Baik ayah dan ibu di SD dan SMP, serta kota dan luar kota termasuk ke dalam kategori puas, namun ayah dan ibu yang lebih banyak merasa puas terhadap pelayanan pendidikan