• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI SOLUSI INTERAKTIF PENYEMBUHAN ISLAMI BERDASARKAN DIAGNOSA TIGA INDERA DENGAN STRATEGI FORWARD CHAINING MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI SOLUSI INTERAKTIF PENYEMBUHAN ISLAMI BERDASARKAN DIAGNOSA TIGA INDERA DENGAN STRATEGI FORWARD CHAINING MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI SOLUSI INTERAKTIF PENYEMBUHAN ISLAMI

BERDASARKAN DIAGNOSA TIGA INDERA DENGAN STRATEGI

FORWARD CHAINING MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY

OPTIMIZATION OF INTERACTIVE SOLUTIONS BASED DIAGNOSIS

ISLAMIC HEALING THREE SENSES WITH FORWARD CHAINING

STRATEGY USING FUZZY ALGORITHM

Ita Fitriati

1)

, Rhiza S. Sadjad

2)

, Andani Achmad

2)

1

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Muslim Indonesia

2

Jurusan Elektro, Prodi Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:

Ita Fitriati, S.Kom

Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Muslim Indonesia

Makassar. Sulawesi Selatan.

HP: 085239664789

(2)

ABSTRAK

Sistem pakar merupakan sistem yang mempekerjakan pengetahuan manusia yang ditangkap komputer untuk memecahkan suatu masalah yang biasanya membutuhkan keahlian manusia. Penelitian ini bertujuan (1) menghasilkan suatu system cerdas sebagai wadah untuk dokter dalam mengambil keputusan terhadap hasil pemeriksaan pasien, (2) mengoptimalisasi keakuratan hasil diagnosa penyakit pasien serta urutan solusi obat berdasarkan penyakit. Aplikasi ini menggunakan gabungan dua metode antara Forward Chaining dan Metode

Fuzzy. Metode Forward Chaining digunakan untuk menentukan rule berdasarkan gejala kasus, sedangkan

metode Fuzzy dipilih karena kemampuannya yang memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat sehingga mampu mengetahui cara memetakan permasalahan yang ambigu. Hasil uji konsultasi dari sistem ini mampu menampilkan nama jenis penyakit sebagai nilai hasil dari pemecahan masalah, serta mampu memberikan solusi penyembuhan dari tiap-tiap penyakit. Pada kasus yang diujikan pada satu orang pasien dengan memasukkan 7 gejala menunjukan bahwa terdapat satu penyakit yang memiliki nilai kemungkinan paling tinggi yaitu penyakit Jantung dengan 47,54%. Pengujian aplikasi yang dilakukan oleh dua dokter pada 10 orang pasien didapatkan bahwa watu pemeriksaan dapat dipercepat dengan rata-rata selisih waktu 82.22%.

Kata Kunci : Diagnosa, Forward Chaining, Algoritma Fuzzy.

ABSTRACT

Expert System is System which employ human knowledge which detect by computer to solve many problem which it’s using a human expertise. This study aims to (1) produce an intelligent system as a forum for clinicians in making decisions on the results of the examination of patients, (2) optimize the accuracy of the diagnosis of the patient's disease and the medicine solution based on the disease sequence. This application use combination of the two methods between Forward Chaining and Fuzzy Methods. Method Forward Chaining be use for specify rule base on the symptoms case.While Fuzzy method select because it’s ability that can tolerate data that is not exactly until it know how to map the ambiguous problems. The Test results of the consultation system is able to show the name of the value type of the disease as a result of solving the problem, and able to provide a cure of every disease. In the case of a person who was tested on patient with include 7 symptoms shows that there is a disease that has the highest possible value, which it is name is Heart disease is by 47.54%. Application testing conducted by two doctors in 10 patients showed that the inspection time can be accelerated with an average gap of 82.22%.

(3)

PENDAHULUAN

Berbagai macam metode penyembuhan Islami kini menjadi pilihan bagi pasien,

diantaranya adalah Bekam (Al-Hijamah) yaitu proses mengeluarkan darah kotor yang tidak

diperlukan oleh tubuh penyebab dari munculnya penyakit (Ummar, 2012).

Metode dengan mengkonsumsi beberapa obat herbal yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan alami yang mengandung khasiat untuk penyembuhan (Lanjar, 2010).

Dengan semakin maraknya bermunculan obat-obat medis yang kebanyakan memiliki

pengaruh negatif terhadap tubuh membuat banyak pasien kurang percaya lagi terhadap

penggunaan obat-obat tersebut, selain itu kinerja obat medis yang hanya mampu memperbaiki

beberapa sistem tubuh dan kurang efektif untuk penyakit kronis membuat pasien mencoba

mencari alternatif lain sebagai obat untuk penyembuhan terhadap suatu penyakit yang

diderita. (Amborowati, 2010).

Selain dengan mengkonsumsi beberapa obat herbal yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan alami, cara penyembuhan metode Islami lainnya adalah dengan melakukan bekam.

(Effendy, 2010)

Kebanyakan di rumah sakit atau klinik-klinik herbal yang diminati oleh masyarakat

selalu dipenuhi oleh banyak pasien, seiring dengan banyaknya jenis penyakit yang

bermunculan dengan banyaknya jenis obat-obatan yang mengakibatkan selalu terjadinya

keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam menentukan jenis-jenis obat serta urutan

pengobatan untuk pasien sebagai solusinya, sehingga dianggap perlu untuk merancang sebuah

Klinik Penyembuhan Islami.

Pada penelitian yang sebelumnya banyak didapatkan sistem pakar yang mendiagnosa

pada hanya satu jenis penyakit yang ditentukan, dan belum dijumpai adanya sistem pakar

yang menawarkan deteksi penyakit berdasarkan indera mata, lidah dan telapak tangan.

Pada beberapa klinik yang kami pilih untuk dijadikan lokasi penelitian menunjukan

bahwa klinik tersebut masih bersifat manual (belum komputerisasi) dan belum ada suatu

metode yang digunakan untuk menarik kesimpulan. Selama ini tindakan yang diberikan

kepada pasien hanya berdasar pada perkiraan dokter untuk menarik kesimpulan atas semua

kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin banyak gejala yang ditimbulkan

maka semakin banyak pula muncul prediksi-prediksi penyakit. Karena banyaknya prediksi

pernyakit yang berbeda-beda maka akan semakin banyak pula solusi penyembuhan yang

dilakukan. Setelah dilakukan memantauan dan penelitian beberapa yang dapat disimpulkan

bahwa: (a) setelah pasien melakukan konsultasi, dokter sulit menentukan bobot nilai penyakit

(4)

pada masing-masing pasien sehingga mengakibatkan penyamarataan pemberian solusi pada

masing-masing gejala. (b) rata-rata dalam pengambilan keputusan tiap satu orang pasien

adalah berlangsung selama 30-60 menit. (c) tidak ada tampilan hasil yang berikan oleh dokter

untuk meyakinkan pasien.

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya: (a) Menghasilkan suatu sistem yang cerdas

sebagai wadah untuk dokter dalam mengambil keputusan terhadap hasil pemeriksaan pasien.

(b) Menampilkan hasil diagnosa penyakit serta urutan solusi obat. (c) Menampikan solusi

terbaik dari hasil pemanfaatan strategi forward chaining dan algoritma Fuzzy.

BAHAN DAN METODE

Desain Penelitian

Ada dua bentuk strategi pencarian dalam system pakar: (1) Runut Maju, merupakan

strategi pencarian yang memulai proses pencarian dari sekumpulan data atau fakta, dari

data-data tersebut dicari suatu kesimpulan yang menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi.

(2) Runut Balik, merupakan strategi proses pencarian dimulai dari tujuan, yaitu kesimpulan

yang menjadi solusi permasalahan yang dihadapi. Jika informasi atau nilai dari atribut-atribut

yang mengarah ke kesimpulan tersebut sesuai dengan data yang diberikan maka kesimpulan

tersebut merupakan solusi yang dicari, jika tidak sesuai maka kesimpulan tersebut bukan

merupakan solusi yang dicari. Runut balik memulai proses pencarian dengan suatu tujuan

sehingga strategi ini disebut juga goal-driven. (Wawan, 2007)

Forward Chaining

Forward chaining adalah strategi penarikan kesimpulan yang dimulai dari sejumlah

fakta-fakta yang telah diketahui, untuk mendapatkan suatu fakta baru dengan memakai

rule-rule yang memiliki premis yang cocok dengan fakta dan terus dilanjutkan sampai

mendapatkan tujuan atau sampai tidak ada rules yang punya premis yang cocok atau sampai

mendapatkan fakta (Yunus, 2010).

Pada system pakar berbasis rule, domain pengetahuan direpresentasikan dalam

sebuah kumpulan rule berbentuk IF-THEN, sedangkan data direpresentasikan dalam sebuah

kumpulan fakta-fakta tentang kejadian saat ini. Mesin Inferensi membandingkan

masing-masing rule yang tersimpan dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang terdapat dalam

database. Jika bagian IF (kondisi) dari rule cocok dengan fakta, maka rule dieksekusi dan

bagian THEN (aksi) diletakkan dalam database sebagai fakta baru yang ditambahkan.

(Hamdani, 2010)

(5)

Teori Certainty Factor (CF) diusulkan oleh Shortliffe dan Buchanan pada 1975 untuk

mengakomodasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang pakar. Seorang pakar

(misalnya dokter) seringkali menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan seperti

“mungkin”, “kemungkinan besar”, “hampir pasti”. Untuk mengakomodasi hal ini kita

menggunakan Certainty Factor (CF) guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap

masalah yang sedangn dihadapi (Mulyanto, 2011)

Certainty Factor dari sebuah rule didapat dengan cara menghitung probabilitas

kemunculan fakta - fakta (premise values) pada semua rule yang memiliki set hipotesa (Budhi

dkk, 2005).

Dalam suatu pengukuran yang tidak pasti, dibutuhkan suatu certainty factor yang

menyatakan tingkat keyakinan sang pakar dalam suatu pernyataan. CF dinilai dengan angka

dalam rentang 0 (tidak pasti) sampai 1 (pasti). Tabel kondisi dan nilai CF dapat dilihat pada

Tabel 1. (Setiawan dkk, 2010)

Logika Fuzzy

Logika Fuzzy adalah metodologi sistem kontrol pemecahan masalah, dalam logika

klasik dinyatakan bahwa segala sesuatu bersifat biner, yang artinya adalah hanya mempunyai

dua kemungkinan, “Ya atau Tidak”, “Benar atau Salah”, Baik atau Buruk”, dan lain-lain. Oleh

karena itu, semua ini dapat mempunyai nilai keanggotaan 0 dan 1. Akan tetapi, dalam logika

fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan berada diatara 0 dan 1. Artinya, bisa saja suatu

keadaan mempunyai dua nilai “Ya dan Tidak” secara bersamaan, namun besar nilainya

bergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. (Malik dkk, 2012)

Bila dibandingkan dengan logika konvensional, kelebihan logika fuzzy adalah

kemampuannya dalam proses penalaran secara bahasa sehingga dalam perancangannya tidak

memerlukan persamaan matematik yang rumit. Beberapa alasan menggapa menggunakan

logika fuzzy diantaranya mudah dimengerti, memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak

tepat, mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks, dapat membangun

dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui

proses pelatihan, dan didasarkan pada bahasa alami. (Kusumadewi, 2010)

Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan pendekatan metode studi literature (library research) dan

studi lapangan (field search) untuk perancangan sistem. Pengembangannya dilakukan

beberapa tahap, diantaranya, identifikasi masalah, kajian pustaka, perancangan system,

implementasi system, dan pengujian sistem.

(6)

Data yang dikumpulkan dari hasil studi lapangan dan literature kemudian diolah melaui

tahap analisis data dengan menggunakan metode Forward Chaining sehingga terbentuk

beberapa rule, dan memasukkan nilai CF pada masing-masing rule.

HASIL PENELITIAN

Strategi Forward Chaining

Langkah dalam Algoritma Forward Chaining adalah mengumpulkan semua data

informasi yang berkaitan dengan penelitian, diataranya adalah data tentang jenis penyakit,

data gejala penyakit pada tiga indera dan data langkah-langkah penyembuhan pada

masing-masing penyakit.

Data jenis penyakit pada Tabel 2 adalah data yang diambil berdasarkan pengalaman

penyakit yang biasa disimpulkan dari hasil diagnosa lewat tiga indera, diantaranya telapak

tangan, lidah, dan mata. Lokasi penelitian bertempat di klinik Herbal & Bekam Islamic Healt

Care Center, dan ditunjang dari data peneletian pada Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan

Wihdatul Ummah (RBBP) Bagian Poli Bekam, Makassar. Waktu Pengambilan data

berlangsung selama 7 bulan terhitung sejak Januari 2013.

Data penyakit dan gejala yang ditampilkan ini bukanlah keseluruhan dari semua data

jenis penyakit dan gejala yang pernah ada, data ini merupakan data sebagian besar yang

didapatkan pada pasien-pasien yang pernah melakukan konsultasi pada klinik tempat lokasi

penelitian.

Perhitungan Certainty Factor

Untuk mendapatkan nilai CF ini adalah didapat dari hasil mewawancarai dokter pakar.

Penulis memberikan suatu nilai kondisi selanjutnya pakar yang akan menentukan nilai bobot

pada tiap tipa gejala yang telah diketahui berdasarkan pengalaman dari penyakit dan gejala

pasien-pasien sebelumnya. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan kedalam dependency

diagram, seperti pada tabel 2.

Fuzzy Expert Sistem

Suatu sistem pakar yang menggunakan perhitungan fuzzy dalam mengolah knowledge

untuk menghasilkan premis dan konklusi, sehingga menghasilkan informasi yang memiliki

keakuratan kepada user.

Jenis Penyakit =

jumlah CF tiap penyakit

Total Gejala

x 100%

Pengujian kasus terhadap satu orang pasien mengeluhkan beberapa gejala, diantaranya

seperti terlihat pada tabel 3. Dari beberapa gejala yang telah disebutkan diatas maka

(7)

disimpulkan bahwa ada 5 jenis penyakit yang berkemungkinan dihasilkan, seperti terlihat

pada tabel 3.

Tabel Pemeriksaan Pasien tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk fuzzy set

untuk masing-masing penyakit sebagai berikut :

P4 = {0.2/L9}

P5 = {0.8/T3}

P8 = {0.4/L9 , 0.2/L8 , 0.8/M8 , 0.6/M9}

P9 = {0.9/T3 , 0.8/T5 , 0.8/T6 , 0.4/L9}

P16 = {0.2/L9}

Berdasarkan banyak gejala yang dimasukkan maka nilai total CF Gejala adalah

Total CF Gejala = 0.9 + 0.8 + 0.8 + 0.8 + 0.4 + 0.2 + 0.2 + 0.4 + 0.2 + 0.8 + 0.6

= 6.1

Selanjutnya adalah menghitung nilai persentasi pada masing-masing penyakit yang

telah diketahui.

Contoh perhitungan Persentase P9 (Masalah Jantung)

Jenis Penyakit =

jumlah CF tiap penyakit

Total Gejala

x 100%

P9 (Masalah Jantung) =

0.9 + 0.8 + 0.8 + 0.4

6.1

x 100%

P9 (Masalah Jantung) =

2.9

6.1

100%

P9 (Masalah Jantung) = 47.54 %

Dari kasus ini tampak bahwa diagnosa penyakit yang dihasilkan adalah

berkemungkinan ada 5 jenis penyakit diantaranya: Hipertensi, Hipertiroid, Kolesterol tinggi,

Masalah Jantung, dan Stroke. Dan dihasilkan satu jenis penyakit yang nilainya lebih dominan

adalah ada pada penyakit Jantung dengan 47,54 % dari seluruh gejala yang diinput, sesuai

gambar 1. Dengan hasil tersebut maka selanjutnya akan diberikan solusi penyembuhan

berdasarkan penyakit yang memiliki presentase terbesar. Hasil pengujian terlihat pada tabel 4.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukan bahwa perancangan sistem yang haruslah dibuat 3 aktor

yang memiliki fungsi kerja masing-masing, diantaranya : a) Dokter Pakar, bertindak sebagai

dokter pakar yang menginput semua data nama penyakit, jenis penyakit, gejala penyakit,

langkah pengobatan, serta memberikan nilai bobot Certainty Factor pada masing-masing

gejala. b) Dokter, memilih data-data yang ada pada sistem sehingga dengan ini bisa dilakukan

(8)

perhitungan untuk mendapatkan satu hasil pada seorang pasien. c) Sistem, sebagai tempat

menampung semua informasi data dan tempat pengolahan data sehingga menghasilkan suatu

hasil dari proses algoritma Forward chaining dan Fuzzy Logic.

Alur kerja yang diawali oleh Dokter Pakar yang menginput data identitas dokter,

berupa: nama lengkap dokter, alamat, email, dan Password. Kemudian Dokter Pakar

memasukan semua data sebagai knowledge base. Dokter melakukan konsultasi terhadap

sistem berdasarkan keluhan pasien. Sistem mengolah data inputan konsultasi dengan

menggunakan strategi Forward Chaining dan Algoritma Fuzzy.

Pada pemeriksaan 10 orang pasien yang dilakukan oleh dua orang dokter maka dapat

dilihat bahwa menggunakan sistem aplikasi ini mampu memudahkan dokter untuk

memberikan akurasi jawaban, yang sebelumnya pemeriksaan manual diprediksi berdasarkan

gejala yang paling banyak memungkinkan diagnosa penyakit.

Rata-rata selisih waktu pada tiap konsultasi per satu orang pasien adalah 82.2 %,

dengan mempersingkat waktu masing-masing 20 menit. Pengujian aplikasi ini dilakukan pada

beberapa lokasi klinik yang memungkinkan untuk mendapatkan pasien. Pasien dipilih dari

yang berumur 15 tahun sampai 75 tahun. Data yang dimasukkan hanya berupa keluhan yang

sesuai pada objek penelitian, yaitu mengambil data keluhan pada 3 indera. Waktu ditentukan

dari pemeriksaan diagonsa hingga ditentukan kesimpulan untuk solusi penyembuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan dapat disimpulkan

bahwa: a) Menggunakan beberapa metode Forward Chaining dan algoritma fuzzy sistem ini

meungkinkan dapat memberikan hasil kesimpulan yang lebih cepat dan lebih akurat. b) Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pakar ini mampu membantu dokter dalam

memberikan diagnosa hasil penyakit. c) Rata-rata selisih waktu pada tiap konsultasi per satu

orang pasien adalah 82.2 %.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan aplikasi ini sebagai bahan

acuan untuk mengembangkan dan membangun aplikasi untuk informasi klinis dengan

menggunakan metode dan algoritma yang lebih baik. Selanjutnya diharapkan mampu

mengembangkan sistem dengan memadukannya dengan alat-alat pendeteksi pada tiap-tiap

indera (mata, telapak tangan, dan lidah) sehingga siapapun bisa mengerti dan paham dalam

penggunaannya dan mampu mendeteksi sendiri penyakit yang diderita.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amborowati, Armadyah. (2010). Membangun Sistem Untuk Membantu Diagnosa Penyakit

Dalam Pada Manusia Dengan Solusi Penggunaan Herbal Sebagai Obat, Yogyakarta.

Budhi, Gregorius S., Alexander Setiawan, and Henry Octaviano. (2005). Prototipe Sistem

Pakar Untuk Mendeteksi Penyakit Umum Menggunakan Gabungan Metode Fuzzy Dan

Non-Fuzzy, Surabaya.

Effendy, Zanuar Dahlan. (2010). Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit pada Manusia

dengan Pengobatan Bekam. Jurusan Sistem Informasi - STMIK AMIKOM

Yogyakarta

Hamdani. (2010). Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata Pada Manusia. Program

Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman. Samarinda.

Kusumadewi, Sri. (2010). Penentuan Tingkat Resiko Penyakit Menggunakan TsukamotoFuzzy

Inference System. Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta

Lanjar, FX. (2010), Sembuh Total denga Obat Herbal, Madhara Pustaka : Yogyakarta.

Malik, Nugrah Susdaryanto, dan Hendri Sopryadi. (2012). Penerapan Logika Fuzzy pada

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit Neurologi pada Manusia

Berbasis WEB. Teknik informatika STMIK GI MDP. Palembang

Mulyanto, Sutojo T, Edy. (2011). Kecerdasan Buatan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Setiawan, Alexander., Rolly Intan,. Debora Indriati,. (2010). Implementasi Fuzzy Expert

System untuk Analisis Penyakit Kulit pada Hewan. Jurusan Teknik Informatikan

Fakultas Teknologi Industri - Universitas Kristen Petra.

Umar, Wadda’ A. (2012), Sembuh dengan Satu Titik, Al-Qowam : Solo.

Wawan, Yunanto. (2007). Algoritma Backward Chaining pada Rule-Based Expert System.

Yunus, Mahmud. dan sigit setyowibowo. (2010). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan

Diagnosa Penyakit Paru-paru dengan Metode Forward Chaining. STMIK PPKIA

Pradnya Paramita Malang.

(10)

Tabel 1 Kondisi dan Nilai CF

Uncertain Term /Kondisi Tidak Pasti

CF

Unknown / Tidak pasti

0 - 0.2

Maybe / Kemungkinan

0.4

Probably / Kemungkinan besar

0.6

Almost certainly / Hampir pasti

0.8

Definitely / Pasti

1.0

Tabel 2 Gejala dan penyakit beserta Nilai CF

No

Gejala (kode)

Penyakit (kode)

CF

Pak ar

CF Dok ter

1

If

Kuku dan Telapak tangan terlihat sangat pucat

(T1)

Then Anemia (P1)

1.0

0.4

2

If

Lidah Pucat (L1)

Then Anemia (P1)

1.0

0.6

3

If

Bentuk mata yang cenderung lebih cekung

(M1)

Then Anemia (P1)

0.4

0.4

4

If

Kantung mata bagian dalam bawah akan

tampak warna merah agak keputihan (M2)

Then Anemia (P1)

1.0

1.0

5

If

Mata sering merasa perih dan

berkunang-kunang (M3)

Then Anemia (P1)

1.0

0.8

6

If

Semua jari menipis (T16)

Then Diabetes Militus (P2)

0.2

0.2

7

If

Lensa mata cembung &penglihatan kabur (M4)

Then Diabetes Militus (P2)

0.4

0.4

8

If

Lidah tampak besar dan Tebal (L2)

Then Diabetes Militus (P2)

0.2

0.2

9

If

Katarak pada usia dini(dibawah usia 61tahun).

(M5)

Then Diabetes Militus (P2)

0.2

0.8

10

If

Kelopak mata menurun (bukan karena Usia).

(M6)

Then Diabetes Militus (P2)

0.2

0.1

11

If

Pembengkakan Tangan (pergelangan tangan)

dibarengi dengan rasa gatal. (T2)

Then Ginjal (P3)

0.2

0.4

12

If

Pembengkakan pada pangkal jari (T12)

Then Ginjal (P3)

0.8

0.8

13

If

Penciutan pada Pangkal jari (T13)

Then Ginjal (P3)

0.8

0.2

14

If

Ada kerutan Memanjang dari buku jari hingga

buku jari kedua (T14)

Then Ginjal (P3)

0.5

0.2

15

If

Lidah Kering (L3)

Then Ginjal (P3)

0.2

0.2

16

If

Lidah Berparit (L4)

Then Ginjal (P3)

0.2

0.2

17

If

Bengkak disekeliling mata (M7)

Then Ginjal (P3)

0.5

0.9

18

If

Keringat berlebihan pada telapak tangan (T3)

Then Hipertiroid (P5)

0.9

0.9

19

If

Lidah tampak besar dan Tebal (L2)

Then Hipertiroid (P5)

0.1

0.1

20

If

Mata yang bengkak. (M15)

Then Hipertiroid (P5)

0.1

0.1

21

If

Lidah Berparit (L4)

Then Kelebihan Toxin (P6)

1.0

0.2

22

If

Lidah kering (L3)

Then Kelebihan Toxin (P6)

1.0

0.2

(11)

23

If

Selaput lidah tebal, kuning bercampur hitam

(L5)

Then Kelebihan Toxin (P6)

1.0

0.4

24

If

Pinggirnya tidak rata seolah-olah bekas tergigit.

(L6)

Then Keseimbangan (P7)

0.4

0.4

25

If

Lidah nampak agak melebar. (L7)

Then Keseimbangan (P7)

1.0

0.8

26

If

Pada bagian telapak tangan bagian ujung

jari-jari terlihat berwarna lebih merah dari tapak

tangan. (T4)

Then Kolestrol tinggi (P8)

0.8

0.1

27

If

Selaput tebal ditengah Lidah (L9)

Then Kolesterol tinggi (P8)

0.5

0.1

28

If

Timbul seperti cahaya cincin di sekitar kornea

mata. (M8)

Then Kolesterol tinggi (P8)

1.0

0.1

29

If

Lingkaran putih disekeliling kornea pada usia

muda. (M9)

Then Kolesterol tinggi (P8)

1.0

0.1

30

If

Tangan berkeringat (T3)

Then Masalah Jantung (P9)

1.0

0.4

31

If

Kuku bergelombang (T5)

Then Masalah Jantung (P9)

0.8

0.9

32

If

Telapak tangan berwarna putih pucat dan

disertai dengan bintik-bintik merah (T17)

Then Masalah Jantung (P9)

0.8

0.8

33

If

Pada jari ada gurat-gurat biru dan Hijau (T18)

Then Masalah Jantung (P9)

0.2

0.2

34

If

Jari tengah abnormal (sebelah kiri bengkok ke

kanan,sebelah kanan bengkok ke kiri) (T6)

Then Masalah jantung (P9)

0.5

0.1

35

If

Ujung lidah berwarna merah terang (L8)

Then Masalah Jantung (P9)

0.8

0.2

36

If

Selaput tebal ditengah Lidah (L9)

Then Masalah Jantung (P9)

0.2

0.2

37

If

Lidah berwarna kebiruan (L10)

Then Masalah Jantung (P9)

0.5

0.8

38

If

Ibu Jari Bengkok (T7)

Then Masalah

Kesuburan

rendah (P10)

0.8

0.2

39

If

Mata Abu-abu seperti cincin disekitar kornea

mata

Then Masalah Jantung (P9)

0.2

0.2

40

If

Jari Kelingking meruncing atau bengkok (T8)

Then Masalah Rahim (P10)

0.5

0.2

41

If

Bagian mata yang putih berubah jadi kuning.

(M10)

Then Penyakit kuning (P11) 1.0

1.0

42

If

Mata merah dengan nyeri hebat. (M11)

Then Rematik (P12)

0.2

0.1

43

If

Bagian belakang Telapak Tangan: terlihat garis

kulit sendi berwarna gelap (T9)

Then Sembelit (P13)

0.2

0.1

44

If

Ruas jari hitam (lebih gelap dari telapak tangan)

(T19)

Then Sembelit (P13)

0.5

0.1

45

If

Jari telunjuk Bengkok atau melengkung. (T10)

Then Sembelit (P13)

0.5

0.1

46

If

Mata merah dengan nyeri hebat. (M11)

Then Sifilis (P14)

0.2

0.2

47

If

Terlihat warna biru pada bagian paling bawah

telapak tangan yang terletak dibawah jempol.

(T11)

Then Sinusitis (P15)

0.5

0.1

48

If

Lidah kaku tidak dapat dikeluarkan daripada

mulut (L11)

Then Stroke (P16)

0.8

0.4

49

If

Selaput putih yang amat tebal. (L9)

Then Stroke (P16)

0.2

0.1

(12)

50

If

Ukuran pupil berbeda. (M12)

Then Stroke (P16)

0.8

0.8

51

If

Selaput tebal ditengah Lidah (L9)

Then Hipertensi (P19)

0.2

0.2

52

If

Pendarahan pada retina (M13)

Then Hipertensi (P19)

0.8

0.8

53

If

Mata berkunang-kunang (M3)

Then Hipertensi (P19)

0.5

0.4

54

If

Jari Manis Bengkok (T20)

Then Perut,usus halus (P20) 0.1

0.1

55

If

Jari Telunjuk Bengkok (T10)

Then Perut,saraf usus (P20)

0.1

0.1

56

If

Ruas jari hitam (lebih gelap dari telapak tangan)

(T21)

Then Sakit pada Persendian

(P21)

0.4

0.4

57

If

Ruas ujung jari-jari bengkok kedalam, (T15)

Then Asam urat (P18)

0.4

0.4

58

If

Pembengkakan pada pangkal jari (T12)

Then Asam Urat (P18)

1.0

1.0

59

If

Benjolan kecil terhadap kelopak mata(M14)

Then Asam urat (P18)

0.5

0.4

Tabel 3 Keluhan Pasien

Gejala pada Pasien

Kemungkinan Penyakit >> Nilai CF

Keringat berlebihan pada telapak tangan

(T3)

Hipertiroid (P5) >> 0.8

Masalah Jantung (P9) >> 0.9

Kuku bergelombang (T5)

Masalah Jantung (P9) >> 0.8

Jari tengah abnormal (sebelah kiri bengkok

ke kanan,sebelah kanan bengkok ke kiri)

(T6)

Masalah Jantung (P9) >> 0.8

Ujung lidah berwarna merah terang (L8)

Kolesterol Tinggi (P8) >> 0.2

Selaput tebal ditengah Lidah (L9)

Masalah Jantung (P9) >> 0.4

Stoke (P16) >> 0.2

Hipertensi (P4) >> 0.2

Kolesterol Tinggi (P8) >> 0.4

Timbul seperti cahaya cincin di sekitar

kornea mata. (M8)

Kolesterol Tinggi (P8) >> 0.8

Lingkaran putih disekeliling kornea pada

usia muda. (M9)

Kolesterol Tinggi (P8) >> 0.6

Gambar 1 Bagan Hasil Konsultasi

Hipertensi 3% Hipertiroid 13% Koletrerol Tinggi 33% Masalah Jantung 48% Stroke 3%

(13)

Tabel 4 Pengujian pada 10 orang Pasien

No (pasien)

Keluhan Akurasi Hasil Waktu Diagnosa (menit) Manual Sistem Menurut

Pakar

Sistem Menurut

Dokter

Manual Sistem Selisih

1 T3 T5 T6 L8 L9 M8 M9 P9 = 6 P8 = 3 P6 = 1 P5 = 1 P4 = 1 P16 = 1 P9 = 46,67 % P8 = 22,657% P6 = 13,33 % P5 = 12 % P4 = 2,67% P16 = 2,67 % P9 = 50 % P8 = 10% P5 = 10% P6 = 22,5% P4 = 5 % P16 = 2,5 % 60 10 50 (83%) 2 T12, T15, M14 P18 = 3 P18 = 100% P18 = 100% 20 3 17 (85%) 3 T7, T8, P10 = 2 P10 = 100% P10 = 100% 10 2 8 (80%) 4 T11, L9, M3 P1= 1 P6 =1 P4= 2 P15= 1 P8 = 1 P9 = 1 P16 = 1 P1= 24,39 % P6 =24,39 % P4= 17,07% P15= 12,2% P8 = 12.2% P9 = 4.88 % P16 = 4,88 % P1= 34,78% P6 =17,39 % P4= 26,09% P15= 4,35% P8 = 4,35% P9 = 8,7 % P16 = 4,35 % 15 3 12 (80%) 5 T11, L9, P8 = 1 P15 = 1 P8 = 1 P9 = 1 P4 = 1 P16 = 1 P8 = 38,46% P15 = 19,23% P8 = 19,23% P9 = 7,69% P4 = 7,69% P16 = 7,69 % P8 = 42,86% P15 = 9 P8 = 9.09% P9 = 18,18% P4 = 18,18% P16 = 9,09% 14 3 11 (78%) 6 T6, T11, L9, M3 P1 = 1 P6 = 1 P9 = 2 P4 = 2 P15 = 1 P8 = 1 P16 = 1 P1 = 21.74% P6 = 21.74% P9 = 15,22% P4 = 15,22% P15 = 10.87% P8 = 10,87% P16 = 4,35% P1 = 33,33% P6 = 16,67% P9 = 12,5% P4 = 25% P15 = 4,17% P8 = 4,17% P16 = 4,17% 18 3 15 (83%) 7 T4, L9, M9, M10 P8 = 3 P6 = 1 P11= 1 P9 = 1 P4 = 1 P16 = 1 P8 = 46,94% P6 = 20,41% P11= 20,41% P9 = 4,08% P4 = 4,08% P16 = 4,08% P8 = 13,64% P6 = 18,18% P11= 45,45% P9 = 9,09% P4 = 9,09% P16 = 4,55% 30 4 26 (86%) 8 T12, T15,M14 P18 = 3 P18 = 100% P18 = 100% 20 3 17 (85%) 9 T12, T15,M14 P18 = 3 P18 = 100% P18 = 100% 17 3 14 (82%) 10 L4 L5 P6 = 2 P8 = 1 P9= 1 P4 = 1 P3 = 1 P16 = 1 P6 = 60,61% P8 = 15,15% P9= 6,06% P4 = 6,06% P3 = 6,06% P16 = 6,06% P6 = 42,86% P8 = 7,14% P9= 14,29% P4 = 14,29% P3 = 14,29% P16 = 7,14% 10 2 8 (80%)

Gambar

Tabel 2 Gejala dan penyakit beserta Nilai CF
Tabel 3 Keluhan Pasien
Tabel 4 Pengujian pada 10 orang Pasien  No

Referensi

Dokumen terkait

Media video yang dirancang telah memenuhi unsur efektif dan efisien dan telah memberikan promosi dan informasi mengenai produksi, hingga keunggulan dari perusahaan yang

Historia, Volume 10 Februari 2016 Page 79 Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu

Hasil kajian mendapati nilai ketabilan agreagat sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah, penambahan bahan organik dapat meningkatkan proses flokulasi

Theodorson dalam buku yang sama mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga

Sendo o pedido aceite, este é interpretado pelo servidor web , o Apache HTTP Server: no caso de ser uma página estática o Apache vai ler o ficheiro HTML presente no servidor

Proses belajar gonrang sidua-dua dilakukan dengan cara lisan yaitu dengan melihat dan mendengarkan, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bisa memainkan alat

Berdasarkan analisis data berupa kalimat-kalimat dalam karangan pembelajar BIPA, ditemukan kalimat- kalimat dengan identifikasi struktur kalimat tunggal yang tidak

Perintah save untuk menyimpan satu atau lebih variabel dalam file format yang sesuai dengan pilihan anda..