• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MURID KELAS IV SD NEGERI SUNGGUMINASA 3 KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MURID KELAS IV SD NEGERI SUNGGUMINASA 3 KABUPATEN GOWA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MURID

KELAS IV SD NEGERI SUNGGUMINASA 3 KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Riskayanti NIM 10540 9687 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Be your self And love your self

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.

(Qs. Al-Insyirah:6-8)

Kupersembahkan karya ini untuk: Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

ABSTRAK

Riskayanti. 2019. Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru terhadap Hasil Belajar Ilmu Penetahuan Sosial Murid Kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hj. Hidayah Quraisy, dan pembimbing II Hj. Rawiyah Tompo.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah dalam pembelajaran, masih sering dijumpai adanya kecendrungan murid yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Di sekolah SD Negeri Sungguminasa 3 kabupaten Gowa, guru harus memiliki kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran yang meliputi 3 indikator yaitu kemampuan komunikasi satu arah, dua arah dan multi arah.

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan komunikasi guru dengan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode ex-post facto yang bersifat korelasional. Disebut ex-post facto karena fakta yang dikumpulkan sudah ada sebelumnya, dan bersifat korelasional karena yang akan diselidiki adalah pengaruh antara variabel.Metode kuantitatif ini peneliti gunakan karena obyek yang diteliti penggalian datanya menggunakanangket dan dokumentasi..

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil : Hasil penelitian pada hubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa, hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil angket dan dokumentasi, diketahui bahwa rhasillebih tinggi daripada rtabel pada taraf kepercayaan yaitu rxy >rt (0,626 >0,312). Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara kemampuan komunikasi guru denganhasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa.

(8)

KATAPENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „Alamin puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan kepada penulis, salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad Saw, keluarga, sahabat dan seluruh ummat muslim yang tetap istiqomah pada ajarannya. Pada kesempatan ini penulis mendapat nikmat yang luar biasa karena dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan tetapi atas berkat pertolongan sang Khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini mulai dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan teristimewa untuk orangtua yang penulis cintai dan mencintai penulis dengan

(9)

sepenuh hati Ramli,S.Pd.,SD dan Titi Nurjannah atas pengorbanannya yang tak akan pernah bisa penulis balas walaupun sampai titik peluh yang terakhir. Dr.Hj. Hidayah Quraisy,M.Pd., Pembimbing I dan Dra.Hj. Rawiyah Tompo,M.Pd Pembimbing II, yang ditengah kesibukannya masih dapat meluangkan waktunya membantu dan membimbing penulis.

Demikian juga ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd., Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan.

Ibu Ramlah, S.Pd., M.M., Kepala SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. Bapak dan Ibu guru serta staf SD Negeri Sungguminasa 3 terkhusus Bapak Herman, S.Pd selaku wali kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa.

Sahabat-sahabattercintayaitu teman seperjuangankuangkatan Revability 2015 khususnya kelas Dterima kasih atas keikhlasan dan kerja samanya selama menggeluti perkuliahan, terkhususnya sahabat-sahabatku Nina Ayurisna, Nur Ariska, Nur Suci Ramadhani, Syahreza Ramdhani, Muh. Ilham Hasan Hamid, serta Ahmad Reski yang senantiasa memberikan semangat dan selalu mendampingiku selama proses bimbingan. Pihak-pihak lain yang telah banyak

(10)

membantu penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah Swt penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai ibadah disisi-Nya Amin.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi pembaca, terutama diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, 2019

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 05

C. Tujuan Penelitian ... 05

D. Manfaat Penelitian ... 05

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS ... 07

A. Kajian Pustaka ... 07 1. Kemampuan ... 07 2. Komunikasi ... 08 3. Model-model Komunikasi ... 11 4. Komunikasi Pembelajaran ... 14 5. Hasil Belajar ... 18

6. Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru dan Hasil Belajar ... 19

7. Pembelajaran IPS di SD ... 21

8. Penelitian yang Relevan ... 23

B. Kerangka Pikir ... 24

C. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

(12)

D. Definisi Operasional Variabel ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Hasil Analisis Deskriptif ... 33

2. Analisis Korelasi ... 38

3. Pengujian Hipotesis ... 40

B. Pembahasan ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 49

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sampel Penelitian: MuridKelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 ... 28

3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... 32

4.1Respon Murid terhadap Angket Kemampuan Komunikasi Guru... 34

4.2 Hasil belajar murid kelas IV ... 36

4.3 Perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara kemampuan komunikasi guru dengan hasil belajar murid ... 39

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidikan dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehinggan timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara terus-menerus.

Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti penting baik bagi individu maupun masyarakat, sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan.

Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Oleh karena itu, guru selalu berharap agar ilmu yang diberikan dapat diserap oleh murid, artinya setiap guru ingin berhasil di dalam mengajar dan mendidik setiap muridnya.

Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya, maka setiap guru harus memiliki kemampuan dengan tugas dan tanggung jawab

(15)

tersebut. Jadi, seorang guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat rencana pembelajaran, mampu mengajar dikelas, mampu memahami kurikulum dengan baik dan lain-lain.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari sejak kita mengenal dunia dan tidak akan pernah berakhir untuk dipelajari, karena IPS merupakan ilmu yang sangat dekat dengan keseharian kita sehingga baik secara formal maupun informal kita akan tetap mempelajarinya. Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education“ dan “Social Studies“. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Pembelajaran IPS, murid belajar menggunakan keterampilan dan alat–alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial serta merumuskan kesimpulan.

Adapun hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Tak lepas dari kehidupan manusia, ternyata kehidupan itu banyak aspeknya. Antara lain aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, dan sebagainya.

(16)

sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para murid sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempelajari tentang masyarakat dan lingkungan yang memerlukan keaktifan murid dalam proses pembelajaran.Pembelajaran efektif selalu mengandalkan komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah proses pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator (guru) dapat diterima dengan sempurna oleh komunikan (murid) melalui saluran (chanel) yang bervariasi dan mengakibatkan terjadinya kepuasan diantara kedua belah pihak. Dalam proses pembelajaran, komunikasi efektif sering diidentifikasi sebagai proses pembelajaran yang ramah. Pembelajaran yang ramah terjadi dimana semua murid memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin dalam lingkungan yang nyaman dan terbuka.

Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator (guru) kepada komunikan (murid). Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

(17)

Pembelajaran merupakan suatu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara murid dengan guru. Dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator (pendidik, guru) kepada komunikan (subyek didik, murid) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan komunikasi pembelajaran guru tersebut dapat dilihat dalam interaksi yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai interaksi edukatif.Dalam interaksi edukatif unsur guru dan murid harus aktif, tidak mungkin terjadi interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. Dalam sistempengajaran dengan pendekatan keterampilan proses, murid harus lebih aktif dari pada guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di SDNegeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowapada proses pembelajaran IPS masih sering dijumpai adanya kecenderungan murid yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Selain itu, di tengah proses pembelajaran terdapat beberapa murid yang kurang memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, namun hasil belajar yang diperoleh murid di atas rata-rata dari standar nilai yang ditentukan. Padahal kita pahami bersama bahwa komunikasi guru dalam proses pembelajaran itu sangatlah penting dan hal inilah yang dapat memengaruhi hasil belajar murid.

(18)

Fenomena yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah “Bagaimanahubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk menjelaskanhubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat diantara lain :

1. Manfaat teoretis

a. Sebagai wahana penambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pendidikan.

b. Khasanah bacaan sekaligus sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya

(19)

a. Bagi peneliti, memberikan masukan sebagai bekal untuk menjadi tenaga pengajar

b. Bagi guru, memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki pola komunikasinya dalam proses pembelajaran untuk menunjang hasil belajar murid.

c. Bagi murid, diharapkan murid senantiasa meningkatkan keinginannya dan kefokusannya dalam belajar.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kemampuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup.Kata kemampuan dalam bahasa Indonesia kontemporer adalah kesanggupan, kekuatan, kekuasaan, dan kebolehan untuk melakukan sesuatu.Dalam hal ini kemampuan lebih dititikberatkan kepada kemampuan guru dalam melaksanakan intraksi belajar mengajar.

Menurut Sardiman (2005: 164-165)menyatakan bahwa kemampuan guru dapat dibagi dalam sepuluh bidang, yakni:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar – mengajar c. Mengelola kelas

d. Menguasai landasan - landasan kependidikan e. Mengelola intraksi belajar – mengajar

f. Mengunakan media / sumber.

g. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah i. Mengenal dan menyelenggarakan admistrasi sekolah

j. Memahami prinsip - prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajarnya.

(21)

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional,pemerintah telah merumuskan empat jenis kemampuan guru sebagaimanatercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan, yaitu :

a. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan murid.

b. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian

c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam Undang-undang tersebut secara teoritis dapat dipisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis tidak dapat dipisahkan. Diantara empat jenis kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri guru.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.

2. Komunikasi

Menurut Tommy (2006: 5) komunikasi berasal dari kata (bahasa). Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu

(22)

kebersamaan (communness) dengan seseorang, yaitu kita berusaha sebagai informasi, ide atau sikap. Sebenarnya hakikat komunikasi adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.

Nurudin (2016: 37-40) dalam bukunya Ilmu Komunikasi menyebutkan definisi komunikasi menurut para ahli yakni sebagai berikut :

a. Carl I. Hovland menyatakan komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan ransangan untuk mengubah perilaku orang lain.

b. William J. Seller menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

c. Joseph A. Devito menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

d. Claude Shannon dan Warren Weaver menyatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya baik sengaja ataupun tidak sengaja.

Komunikasi secara umum adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal dalam hubungan sosial.

Pengertian komunikasi dapat kita juga pahami melalui unsur atau komponennya, Nurudin (2016: 41-58) menjelaskan unsur-unsur komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

(23)

a. Komunikator, yang biasa sering disebut dengan pengirim pesan, sumber dan pembuat atau pengirim informasi.

b. Pesan dapat didefiniskan sebagai segala sesuatu baik verbal maupun nonverbal yang disampaikan komunikator kepada penerima pesan. Dengan kata lain pesan itu adalah informasi atau isi yang disampaikan komunikator kepada penerima pesan.

c. Media adalah alat bantu untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada penerima pesan.

d. Komunikan adalah orang yang menjadi sasaran pesan yang dikirim, biasa disebut juga sebagai khalayak, sasaran, audience, receiver (penerima). e. Efek/Pengaruh merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.

f. Umpan balik atau feedback berasal dari penerima pesan, dalam artian ada balasan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

g. Lingkungan merupakan wilayah atau tempat terjadinya komunikasi yang akan memengaruhi proses komunikasi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi antar manusia satu dengan yang lainnya yang saling memengaruhi. Komunikasi dapat terjadi jika terjadi interaksi baik secara verbal maupun non verbal antara yang memberi pesan dan yang menerima pesan.

(24)

Menurut Nurudin (2016: 219-240) terdapat banyak model-model komunikasi, namun demikian dari sekian puluh model komunikasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis besar, yaitu :

a. Komunikasi Satu Arah ( Komunikasi Linear)

Menurut Nurudin (2016: 219) salah satu asumsi model komunikasi linear bahwa komunikan itu pasif dan menerima pesan apa adanya dan apa saja dari komunikator. Sementara itu, komunikator sangat aktif dalam mengirimkan pesan. Dalam proses pembelajaran, komunikasi satu arah ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan murid sebagai penerima aksi, guru aktif murid pasif. Pola interaksi jenis satu arah ini kebanyakan di dominasi oleh metode ceramah saja, sehingga guru, merupakan agen yang menyampaikan sejumlah pengetahuan kepada subyek belajar. Oleh karena itu, figur guru yang tampak adalah sumber semua ilmu pengetahuan, sedangkan subyek didik tidak tau apa-apa.

Menurut Abdorrahman (2008:124) dalam belajar dan pembelajaran yang bernuansa komunikasi satu arah, penyampaian pesan atau informasi atau gagasan berlangsung hanya satu arah dari guru ke murid. Dalam iklim komunikasi seperti ini guru mendikte dan murid pasif menerima pelajaran dari guru. Murid tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasannya. Guru juga tidak berusaha mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh murid. Hasilnya akan tercipta suasana belajar dan pembelajaran yang bernuansa “teacher centered” atau berpusat kepada guru sebagai obyek belajar dan pembelajaran. Dengan gaya komunikasi ini, guru juga tidak akan memperoleh masukan atau gambaran tentang tingkat pemahaman murid dalam mata

(25)

pelajaran yang diampunya. Dampak yang lebih negatif adalah bahwa keterbatasan guru akan membatasi proses dan tingkat keberhasilan beajar murid. Metode ceramah sangat kental dengan suasana komunikasi satu arah.

Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja, yaitu hanya dari pihak komunikator dengan tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberikan respon atau tanggapan.

b. Komunikasi Dua Arah (Komunikasi Sirkuler)

Nurudin (2016: 224) dalam bukunya mengatakan bahwa “model komunikasi sirkuler itu dibangun dari pengamatan komunikasi antar pribadi dimana kedudukan komunikator dan komunikan itu sama”.

Menurut Deddy Mulyana (2013: 72) komunikasi dua arah atau komunikasi sirkuler disebut sebagai interaksi. Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian.Pada komunikasi ini guru dan murid dapat berperan sama, yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang satu arah, sebab kegiatan guru dan kegiatan murid relatif sama.

Menurut Nurul dan Agus (2013: 40) dalam bukunya Komunikasi Pendidikan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dua arah perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:

a. Keterbukaan (Openess). Keterbukaan adalah kesediaan membuka diri, mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain.

(26)

b. Empati (Empathy). Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (merasakan apa yang dirasakan orang lain).

c. Dukungan (Supportiveness). Dukungan adalah kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang mendukung.

d. Sikap positif (Positiveness). Sikap positif adalah menyatakan sikap positif terhadap orang lain

e. Kesetaraan (Equality). Kesetaraan yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama sehingga pertukaran komunikasi secara seimbang.

c. Komunikasi Multi Arah (Komunikasi Spiral)

Menurut Burhan (2007: 252) komunikasi multi arah atau Komunikasi sebagai transaksiyakni “komunikasi yang tidak hanya melibakan interaksi dinamis antara guru dan murid tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara murid yang satu dengan murid lainnya". Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada kepada proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan murid yang optimal, sehingga menumbuhkan murid belajar aktif.

Menurut Nurudin (2016: 238) model spiral ini mencoba menggambarkan bagaimana aspek komunikasi yang berbeda dari suatu proses komunikasi selalu berubah dari waktu ke waktu. Intinya bahwa proses komunikasi itu bergerak secara dinamis menuju suatu titik yang tidak ada ujungnya, sama persis dengan perkembangan teknologi komunikasi yang tidak bisa diprediksi perkembangannya di masa mendatang.

(27)

Menurut Abdorrahman (2008: 125) dalam model komunikasi ini, dapat terjadi dua hubungan antara murid dengan murid yaitu kolaborasi dan kooperasi. Kolaborasi adalah berbagi (sharing) pengalaman dan gagasan diantara sesama murid dengan kemampuan yang setara untuk mencapai keberhasilan bersama. Kooperasi adalah kerjasama antarmurid yang berbeda tingkat kemmpuannya dengan murid yang memiliki kemampuan lebih baik menularkan kepada murid yang memiliki kemampuan lebih rendah.

4. Komunikasi Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, yaitu “instruction”. Instruction diartikan sebagai proses interaktif antara guru dengan murid yang berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan istilah teaching yang berarti mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah dari guru ke murid. Dalam hal ini hanya guru yang berperan aktif mengajar, sedangkan murid bersifat pasif.

Bahasa yang digunakan dan proses berfikir yang sedang dilakukan oleh seorang guru sangat berkaitan erat dengan kejelasannya dalam berkomunikasi dengan murid-muridnya. Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif.

Menurut Lestari (2003) dalam jurnal Ilmiah Prodi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, NO.1 menyatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif yaitu :

(28)

a. Kejelasan, hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

b. Ketepatan, dalam hal tepat atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

c. Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d. Alur yaitu bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

e. Budaya yakni aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Junita (2008: 13) ada beberapa prinsip komunikasi yang sangat penting dalam hubungannya meningkatkan minat belajar murid, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menjaga konsentrasi murid, murid menjadi efektif dalam menjalani materi b. Guru melibatkan murid secara aktif dalam belajar, murid merasa memiliki

dan tumbuh minat belajarnya

c. Guru menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, murid terpacu rasa ingin tahunya.

(29)

d. Guru menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga murid menyenangi materi dan memiliki kepuasan pribadi dalam berkreasi

e. Guru mengaitkan materi dengan fenomena yang pernah bahkan seringdilihat anak, dalam hal ini anak belajar berfikir mengingatkan satu haldengan hal yang lain

f. Guru menerangkan materi dengan menggunakan eksperimen, anak terpacurasa ingin tahunya dan belajar mengamati terjadinya suatu fenomena.

g. Guru menggunakan ekspresi mimik dan gerak, murid dapatmenghayati pekerjaannya.

h. Guru menciptakan suasana bersemangat dalam belajar agar murid menjadi termotivasi

i. Guru melibatkan diri dalam kegiatan murid, sehingga murid termotivasidalam berkreasi Guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya dan memberitanggapan, anak belajar mengungkapkan apa yang dipikirkan danmengungkapkan gagasan secara lebih terstruktur

j. Guru memberikan penghargaan (reward) yang bervariasi, anak menjaditermotifasi untuk menghasilkan karya terbaik.

Dalam buku Ilmu Komunikasi Nurudin (2016: 134) Ronald B. Adler dan George Rodman mengemukakan bahwa komunikasi terbagi menjadi dua bagian yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa lisan sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan gerak isyarat, penampilan, ekspresi wajah, jarak, warna dan sentuhan.

(30)

Dalam pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan murid. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi.

Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan murid, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.

5. Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003: 2) pengajaran yang baik adalah “pengajaran yang membuahkan hasil belajar yang diharapkan, yang identik dengan bersatu raga pada diri seseorang dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan”.

(31)

Kemudahan dalam mempelajari pengetahuan itu tercapai apabila pengajarannya disesuaikan dengan minat, perhatian dan kebutuhan murid. Sebelum kita melihat defenisi hasil belajar, kita harus mengetahui makna dari belajar. Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang sedang belajar.

Menurut Muhibbin (2000: 132) dalam proses pembelajaran banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri murid itusendiri, seperti aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspekfisiologis adalah aspek yang menyangkut tentang keberadaankondisi murid, dan aspek psikologis adalah aspek yang meliputiminat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif murid;

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri murid yangmeliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial(instrumental). Faktor lingkungan sosial adalah faktor yang meliputikecerdasan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas.Faktor lingkungan non sosial adalah faktor yang keberadaannya danpenggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yangdiharapkan, meliputi gedung sekolah, tempat tinggal murid, alat-alat pratikum.

(32)

c. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya murid meliputi strategidan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatanpembelajaran seperti faktor lingkungan, kurikulum, program,fasilitas dan guru.

Penjelasan di atas disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, untuk meningkatkan hasil belajar guru hendaknya mampu membangun komunikasi yang efektif dalam pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan dapat menarik perhatian murid sehingga membuahkan hasil belajar sesuai yang diharapkan.

6. Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru dengan Hasil Belajar

Menurut Ngainun Naim (2011: 53) untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyakdipengaruhi komponen-komponen belajar mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, mediayang digunakan, dan lain-lain. Tetapi di samping komponen-komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar murid, yaitu soal hubungan antara guru dan murid.Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan komunikasi. Guru dan murid terlibat dalam proses penyampaian pesan,penggunaan media, dan penerimaan pesan. Komunikasi dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses komunikasi yang berjalan lancar antara guru dan murid akan membawa hasil pembelajaran yang baik. Persoalan kekurangpahaman dan persoalan lain yang berkaitan dengan materi dapat diselesaikan. Sebaliknya, komunikasi yang terhambat, bisa karena guru tidak membuka ruang komunikasi, guru kurang mampu menggali

(33)

kemauan bertanya murid, murid takut bertanya, dan sebab lainnya akan berimplikasi terhadap hasil pembelajaran.

Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator kepada muridsebagai komunikan, dimana murid mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan hasil belajar murid dapat tercapai secara optimal.

7. Pembelajaran IPS di SD

a. Pengertian Pembelajaran IPS di SD

Menurut Sapriya (2015: 19) istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah studi sosial atau “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya seperti Amerika Serikat dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Sapriya (2009: 7) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah”. Mata Pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada

(34)

jenjang pendidikan dasar adalah sifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi murid sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan murid. Tentunya dalam hal ini komunikasi guru sangatlah berperan penting agar tercipta pembelajaran yang bermakna bagi murid di kelas maupun dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran IPS murid diharapkan murid memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya ataupun dipelajarinya agar mata pelajaran IPS menjadi lebih bermakna bagi murid. Dengan demikian Pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial di SD merupakan perpaduan yang utuh antara beberapa cabang ilmusosial yang lebih banyak mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena

sosial yang ada di masyarakat.

b. Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Dalam sebuah jurnal ilmiah kreatif Tadulako Vol. 3, No. 5 dipaparkan beberapa pendapat bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD menurut Trianto (2010:173) menyebutkan bahwa“tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan murid menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di

masyarakat”. Tujuan lain dari pendidikan IPS dalah untuk mengembangkan

(35)

setiap persoalan yang dihadapinya. Menurut Zulkipli (2006:19) tujuan IPS adalah

“agar murid mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS terseut diharapkan melalui IPS, murid diharapkan menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial, pemahaman tentang perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga masa kini sehingga murid memiliki kebanggan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air serta negara.

c. Ruang Lingkup IPS di SD

Ruang lingkup IPS di SD berdasarkan pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Menurut Permendiknas tersebut, ruang lingkup dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu “manusia, tempat dan lingkunganya; waktu, keberlanjutan dan perubahan; sistem sosial dan budaya; perilaku ekonomi dan kesejahteraan”.

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memanfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

8. Penelitian yang Relevan

(36)

a. Hasil penelitian Murtiah (2012), yang berjudul “Hubungan Kemampuan Komunikasi Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu”, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Persamaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi guru dengan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian ini adalah mata pelajarannya, penelitian Murtiah menggunakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan penulis mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Hasil penelitian Atiqah Rahmi Amnur (2017), yang berjudul “Hubungan Komunikasi Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Fiqih Kelas VIII Di MTS Al-Fajar Sei Mencirim” menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi guru dengan motivasi belajar siswa dalam bidang studi fiqih. Persamaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah meneliti tentang komunikasi guru. Perbedaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah variabel terikatnya, penelitian Atiqah variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa sedangkan penulis adalah hasil belajar murid di Sekolah Dasar.

B. Kerangka Pikir

Sugiyono (2014: 93) kerangka berfikir adalah “model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Dalam penelitian yang berjudul hubungan

(37)

kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowaterdapat dua variabel yaitu kemampuan komunikasi guru sebagai variabel X dan hasil belajar sebagai variabel Y.

Dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran, salah satu hal yang paling intern yaitu komunikasi yang dilakukan antara guru dan murid. Jika komunikasi terjalin secara baik dan saling menerima umpan balik, maka kelas akan terasa hidup. Murid juga akan berperan aktif mengikuti pembelajaran. Komunikasi yang dapat berlangsung secara aktif dan melibatkan murid dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan aktifitas muriddan pastinya akan berpengaruh pada hasil belajar murid.

Ilmu Pengetahuan Sosial di SD merupakan mata pelajaran dari perpaduan yang utuh antara beberapa cabang ilmu sosial yang lebih banyak mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena sosial yang ada di masyarakat disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya. Dalam pembelajaran IPS ini, banyak materi yang berisikan teori-teori tanpa praktek. Dan kebanyakan murid bosan dan kurang aktif dalam pembelajaran dengan mendengar gaya komunikasi yang itu-itu saja. Dari gaya komunikasi tersebut murid menjadi kurang aktif dalam pembelajaran, bahkan saat dalam proses pembelajaran ketika guru bertanya mengenai materi yang diajarkan murid hanya diam dan ketika tidak tau tetap saja murid tidak ada keberanian untuk bertanya, hal inilah perlunya komunikasi yang baik dilakukan oleh guru. Jadi, komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam hal ini, sebab untuk melatih keaktifan murid dalam menanggapi permasalahan yang dibahas, berani menyampaikan pendapatnya, mampu bertukar pikiran

(38)

dengan teman yang lain dan terjadi hubungan erat dan harmonis antara guru dengan murid.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis mempunyai anggapan dasar bahwa kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS sebab untuk melatih keaktifan murid dalam menanggapi permasalahan yang dibahas, berani menyampaikan pendapatnya, mampu bertukar pikiran dengan teman yang lain, terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid dari hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar murid. Peneliti membuat gambar dan kerangka berfikirnya agar mudah dipahami oleh pembaca, yaitu sebagai berikut: Kerangka Pikir Pembelajaran IPS Kemampuan Komunikasi Guru Kurikulum 2013 PBM

Hasil Belajar Murid

Ananlisis

(39)

C. Hipotesis

Berdasarkan dari uraian kajian teoritis dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Rumusan masalah dan hipotesis yang telah ditentukan dalam judul “Hubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa” peneliti mengambil jenis penelitian ex-post facto, karena data yang diperoleh adalah hasil peristiwa yang sudah berlangsung. Penelitian ini menggunakan penelitian ex-post facto dengan jenis penelitian korelasional.

Jenis penelitian korelasional dipilih karena disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan, dilanjutkan menghitung pengaruh variabel bebas kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar murid. Jadi penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-post facto karena peneliti tidak memanipulasikan keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

(40)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:297)populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan total keseluruhan yaitu 40 murid.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 297) sampel adalah “sebagian dari populasi itu. Sehingga sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti menggunakan teknik sampling jenuhyaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 yang berjumlah 40 murid. Berikut rinciannya.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian: MuridKelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

1. IV 25 15 40

Sumber : Dokumen profil kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3

C. Prosedur Penelitian

Tahap – tahap penelitian ex-post facto korelasi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

(41)

1. Memilih subjek penelitian yaitu guru kelas dan murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa dan subjek uji coba instrument kuisioner (angket) pada murid .

2. Menyusun kisi-kisi dan instrument pengumpulan data yang berupa angket 3. Menguji cobakan instrument pengumpul data pada subjek uji coba

instrument.

4. Menganalisa data dan dari hasil uji coba instrument untuk mengetahui apakah instrument yang disusun telah valid dan reliabel.

5. Melaksanakan penelitian dengan membagikan instrument angket kepada sampel penelitian.

6. Menghitung data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan dan tingkat keterhubungan antara komunikasi guru dengan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. 7. Interpretasi hasil analisis data.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2014: 63) variabel penelitian pada dasarnya adalah “segala sesuatu yang berbentuk apa aja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, demikian ditarik kesimpulannya”.

Pada penelitian ini, penulis mengambil dua variabel yaitu : 1. Variabel Independen (bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi guru. Kemampuan komunikasi guru yang dimaksud merupakan kemampuan guru dalam memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan

(42)

saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran sehingga murid mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh murid setelah belajar yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

E. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument yang disiapkan adalah sebagai berikut. 1. Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan ini dimuat dalam bentuk angket tertutup, yakni tiap-tiap item (soal/pertanyaan) tersedia alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih. Adapun alternatif jawaban yang disediakan yaitu:

a. Sangat setuju, dalam artian bahwa apa yang dilakukan guru dalan proses pembelajaran dikerjakan secara terus menerus, tidak pernah tidak dikerjakan dengan diberikan skor 4.

b. Setuju, dalam artian bahwa apa yang dilakukan guru selama proses pembelajaran kerap dikerjakan dengan diberikan skor 3.

c. Tidak setuju, maksudnya adalah adakalanya dikerjakan atau sekali-kali dikerjakan oleh guru dengan skor 2.

d. Sangat tidak setuju, dalam artian pernah dilakukan diberikan skor 1.

(43)

Untuk dokumentasi alat yang digunakan yaitu kamera, peneliti menggunakannya untuk mengambil foto atau gambar dalam proses penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Angket atau Kuisioner

Menurut Sugiyono (2014:193) angket/kuisioner adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket ini akan diberikan kepada murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa sebanyak 1 kali untuk mengetahui pendapat murid mengenai kemampuan komunikasi guru dalam proses pembelajaran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat data penelitian, yang berupa data hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 dan gambar/foto yang menggambarkan kegiatan penelitian.

(44)

Menurut Sugiyono (2014: 333) teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh. Hasil yang dimaksud adalah wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam poladan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun maupun orang lain.

Untuk mencari signifikasi korelasi antara dua variabel bisa menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus yang digunakan adalah :

rxy= n ∑xy- ∑x ∑y n ∑x2

- ∑x 2. n ∑y2- ∑y 2

Keterangan :

rxy = angka indeks korelasi product moment N = sampel

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y ∑ x = jumlah seluruh skor x

∑ y = jumlah seluruh skor y

Tabel 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(45)

Pada langkah terakhir dalam pengolahan data adalah menghitung Koefisien Determinasi (KD) dengan rumus :

KD=r²x 100%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif menunjukkan tentang hubungan antara komunikasi guru dengan hasil belajar muridSD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. Analisis deskriptif yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini tidak terbatas dengan menganalisis data-data baik dari hasil angket, namun juga dengan cara dokumentasi langsung di kelas. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang mewakili populasi diambil dari kelas IV sebanyak 40 murid.Dalam proses pembelajaran di kelas menunjukkan guru memaparkan materi pembelajaran dengan jelas dan mudah dipahami murid, guru juga melakukan penguatan dengan cara mengulanginya ketika murid terlihat bingung dan memberikan apresiasi berupa tepuk tangan pada murid yang mampu menjawab pertanyaan dari guru selama proses pembelajaran. Selain itu guru di kelas memanfaatkan media pembelajaran yang ada di kelas serta mengaitkan materi fenomena atau peristiwa yang sering dialami oleh murid.

(46)

a. Data Komunikasi Guru

Langkah pertama yang peneliti lakukan sebelum menganalisis data, terlebih dahulu peneliti menentukan data yang akan dianalisis.

Untuk datanya diperoleh dari angket yang diberikan pada murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 dan untuk hasil angket yang diisi oleh murid dapat dilihat pada lampiran. Untuk analisis data,peneliti menguraikan terlebih dahulu rekapitulasi nilai hasil pengisian angket tentang kemampuan komunikasi guru yang terdiri dari beberapa tabel yang berhubungan dengan analisis data sebagai berikut :

Table 4.1 Respon Murid terhadap Angket Kemampuan Komunikasi Guru

Nomor Respo nden A(4 ) B(3 ) C(2 ) D(1 ) Jumla h As pe k Jumla h Sk or R 1 9 3 5 3 20 58 R 2 8 6 6 0 20 62 R 3 10 8 2 0 20 68 R 4 8 3 3 6 20 53 R 5 11 8 1 0 20 70 R 6 17 2 1 0 20 76 R 7 10 3 7 0 20 63 R 8 16 3 1 0 20 75 R 9 13 7 0 0 20 73 R 10 13 7 0 0 20 73 R 11 13 7 0 0 20 73 R 12 13 7 0 0 20 73 R 13 12 8 0 0 20 72

(47)

R 14 15 5 0 0 20 75 R 15 11 5 4 0 20 67 R 16 11 8 1 0 20 70 R 17 12 8 0 0 20 72 R 18 11 8 1 0 20 69 R 19 14 6 0 0 20 74 R 20 12 7 1 0 20 71 R 21 16 4 0 0 20 76 R 22 14 6 0 0 20 74 R 23 19 1 0 0 20 79 R 24 18 2 0 0 20 78 R 25 19 10 0 0 20 70 R 26 11 7 2 0 20 69 R 27 10 9 1 0 20 69 R 28 11 9 0 0 20 71 R 29 20 0 0 0 20 80 R 30 20 0 0 0 20 80 R 31 12 7 1 0 20 71 R 32 14 4 0 2 20 70 R 33 11 8 1 0 20 70 R 34 13 6 1 0 20 72 R 35 13 6 1 0 20 72 R 36 9 10 1 0 20 68 R 37 14 6 0 0 20 74 R 38 17 3 0 0 20 77 R 39 13 7 0 0 20 72 R 40 15 4 1 0 20 74 Jumlah 2853 Rata-Rata 71,325

(48)

Untuk mengetahui skor rata-rata kemampuan komunikasi guru, maka peneliti menggunakan rumus :

𝑀𝑥 = 𝑥 n 𝑀𝑥 =2853 40 = 71,325 Keterangan : Mx =Mean ∑x = Jumlah nilai X N =Jumlah Sampel

b. Data Hasil Belajar Murid

Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai-nilai yang diperoleh murid selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Nilai yang diambil peneliti adalah nilai harian murid atau tugas yang diberikan oleh guru yang bersangkutan kemudian di rata-ratakan.

Adapun nilai yang diperoleh peneliti dari nilai rata-rata hasil belajar muridyang diajar oleh guru A sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil belajar murid kelas IV No Nama Guru / Kemampuan

Komunikasi Guru Responden ke Nilai Rata-Rata Murid Kategori 1 Guru A / Sangat baik R 1 75 Baik 2 R 2 75 Baik 3 R 3 85 Sangat baik 4 R 4 75 Baik 5 R 5 80 Sangat baik

(49)

6 R 6 90 Sangat baik 7 R 7 75 Baik 8 R 8 85 Sangat baik 9 R 9 90 Sangat baik 10 R 10 90 Sangat baik 11 R 11 85 Sangat baik 12 R 12 80 Sangat baik 13 R 13 90 Sangat baik 14 R 14 85 Sangat baik 15 R 15 80 Sangat baik 16 R 16 90 Sangat baik 17 R 17 90 Sangat baik 18 R 18 90 Sangat baik 19 R 19 70 Baik 20 R 20 85 Sangat baik 21 R 21 80 Sangat baik 22 R 22 90 Sangat baik 23 R 23 90 Sangat baik 24 R 24 90 Sangat baik 25 R 25 85 Sangat baik 26 R 26 80 Sangat baik 27 R 27 90 Sangat baik 28 R 28 85 Sangat baik 29 R 29 95 Sangat baik 30 R 30 95 Sangat baik 31 R 31 90 Sangat baik 32 R 32 85 Sangat baik 33 R 33 85 Sangat baik 34 R 34 85 Sangat baik 35 R 35 85 Sangat baik 36 R 36 75 Baik

(50)

37 R 37 85 Sangat baik

38 R 38 85 Sangat baik

39 R 39 80 Sangat baik

40 R 40 85 Sangat baik

Sumber : Daftar Nilai Kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3

Berdasarkan tabel 4.2hasil belajar murid dapat dikualifikasi. Data mengenai hasil belajar murid semester I tahun ajaran 2019/2020 dapat dilihat pada nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑀𝑥 = 𝑥 n 𝑀𝑥 =3385 40 = 84,625 Keterangan : Mx=Mean ∑x= Jumlah nilai X N =Jumlah Sampel

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa kemampuan komunikasi guru berpengaruh pada hasil belajar murid. Murid yang memiliki nilai yang sangat baik sebanyak 34 orang (85%) dan yang memiliki nilai baik sebanyak 6 orang (15%).

2. Analisis Korelasi

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan perhitungan koefisien. Untuk menghitung koefisien korelasi antara lain kemampuan komunikasi guru (Variabel X) dengan hasil belajar murid (Variabel

(51)

Y) digunakan Person Product Moment. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara kemampuan komunikasi guru dengan hasil belajar murid

No Responden X Y XY 𝐗𝟐 𝐘𝟐 1 R 1 58 75 4350 3364 5625 2 R 2 62 75 4650 3844 5625 3 R 3 68 85 5780 4624 7225 4 R 4 53 75 3975 2809 5625 5 R 5 70 80 5600 4900 6400 6 R 6 76 90 6840 5776 8100 7 R 7 63 75 4725 3969 5625 8 R 8 75 85 6375 5625 7225 9 R 9 73 90 6570 5329 8100 10 R 10 73 90 6570 5329 8100 11 R 11 73 85 6205 5329 7225 12 R 12 73 80 5840 5329 6400 13 R 13 72 90 6480 5184 8100 14 R 14 75 85 6375 5625 7225 15 R 15 67 80 5360 4489 6400 16 R 16 70 90 6300 4900 8100 17 R 17 72 90 6480 5184 8100 18 R 18 69 90 6210 4761 8100 19 R 19 74 70 5180 5476 4900 20 R 20 71 85 6035 5041 7225 21 R 21 76 80 6080 5776 6400 22 R 22 74 90 6660 5476 8100 23 R 23 79 90 7110 6241 8100 24 R 24 78 90 7020 6084 8100 25 R 25 70 85 5950 4900 7225 26 R 26 69 80 5520 4761 6400 27 R 27 69 90 6210 4761 8100 28 R 28 71 85 6035 5041 7225 29 R 29 80 95 7600 6400 9025 30 R 30 80 95 7600 6400 9025

(52)

31 R 31 71 90 6390 5041 8100 32 R 32 70 85 5950 4900 7225 33 R 33 70 85 5950 4900 7225 34 R 34 72 85 6120 5184 7225 35 R 35 72 85 6120 5184 7225 36 R 36 68 75 5100 4624 5625 37 R 37 74 85 6290 5476 7225 38 R 38 77 85 6545 5929 7225 39 R 39 72 80 5760 5184 6400 40 R 40 74 85 6290 5476 7225 ∑ 2853 3385 242200 204625 287825

Sumber : Data variabel kemampuan komunikasi guru dan hasil belajar murid Presentasi perhitungan diatas menunjukkan bahwa :

∑x = 2853 ∑y = 3385

∑x² = 204625 ∑y² = 287825 ∑xy =242200 N = 40

3. Pengujian hipotesis

Perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan rumus korelasi product moment :

r

xy=

n ∑XY- ∑X ∑Y

n ∑X

2

- ∑X

2

x n ∑Y

2

- ∑Y

2 = 40 242200 − 2853 3385 40 204625 − 2853 2x 40(287825) − (3385)2 = 9688000 − 9657405 8185000− 8138609) x (11513000 − 11458225) = 30595 43591 (54775)

(53)

= 30595 2387697025 = 30595

48864,067 = 0,626

Berdasarkan hasil perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif dengan memperhatikan besarnya r xy yang diperoleh yaitu 0,626. Berikut pedoman interpretasi koefisien korelasi:

Tabel 4.4 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2014:242) dalam bukunya metode penelitian kombinasi

Tabel tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara 2 variabel yaitu variabelkemampuan komunikasi guru dan hasil belajar murid yang bernilai 0,626 termasuk kuat. Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak maka

r

Hitung perhitungan dibandingkan

r

Tabel. Uji signifikansi korelasi product moment secara praktis, yang tidak perlu dihitung tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel dapat dilihat bahwa, untuk n = 40, taraf kesalahan 5% maka harga r tabel = 0,312. Selanjutnya analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan.

(54)

Setelah diperoleh r Hitung = 0,626 dan r Tabel = 0,312 maka diperoleh r Hitung> rTabel atau 0,626>0,312. Ketentuannya bila r Hitung lebih kecil dari r Tabelmaka tidak ada hubungan, tetapi sebaliknya bila r Hitung lebih besar dari r Tabel maka terdapat hubungan yang berarti hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi guru dengan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

Berdasarkan prestasi data nilai rxy maka peneliti memberikan nilai interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment, melalui cara yaitu :

a. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar rxy dari perhitungan tersebut, ternyata angka korelasi antara variabel x dan y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).

b. Uji hipotesis untuk mengetahui apakah variable bebas (x) memiliki hubungan yang signifikan atau tidak dengan variable terikat (Y) dapat diketahui dengan menguji r signifikan dengan kriteria pengujian :

Jika rhit> rtab= terdapat hubungan Jika rhit< rtab= tidak terdapat hubungan

Berdasarkan perhitungan pengujian signifikan dapat diketahui nilai rhit (0,626) ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan nilai tabel yaitu signifikan sebesar (0,312). Ternyata nilai hitung lebih besar dari rtab, maka hipotesis

(55)

diterima.Berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara variable X dan variable Y.

Selanjutnya peneliti menghitung koefisien determinasasi untuk mengetahui seberapa besar komunikasi guru (X) dengan hasil belajar murid (Y), adapun perhitugan Koefisien Determinasi (KD) yang peneliti manfaatkan untuk mengetahui hubungan kreativitas guru (X) dengan prestasi belajar murid (Y) sebagai berikut dengan (r=0,626):

KD=r²x 100% =(0,626)²x 100% =0,391876 x 100% = 39,1876 = 39,2%

Jadi, kontribusi kemampuan komunikasi guru (X) terhadap hasil belajar murid (Y) sebesar 39,2% memperhatikan nilai KD sebesar 39,2% dan nilai rxy=(0,626) (kuat) maka hipotesis yang menyatakan jika rhit> rtab= terdapat hubungan diterima. Jadi hipotesis diterima. Dengan presentasi penelitian tersebut yang menunjukkan nilai rxy, maka hipotesis yang diterima menyatakan bahwa ada hubunganyang kuat antara kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa.

Semakin tinggi tingkat kemampuan komunikasi guru dalam proses pembelajaran di kelas maka hasil belajar murid pun meningkat, begitupun sebaliknya. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi guru merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan memiliki hubungan yang kuat terhadaphasil belajar murid.

(56)

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Muhibbin (2000: 132) dalam proses pembelajaran menyatkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan salah satunya adalah guru. Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, untuk meningkatkan hasil belajar guru hendaknya mampu membangun komunikasi yang efektif dalam pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan dapat menarik perhatian murid sehingga membuahkan hasil belajar sesuai yang diharapkan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada hubungan kemampuan komunikasi guru terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa, dapat dilihat berdasarkan hasilangket, diketahui bahwa rhasil lebih tinggi daripada rtabelpada taraf kepercayaan yaitu rxy >rt (0,626 >0,312). Kemudian hasil belajar murid kelas IV di SD Negeri Sungguminasa 3 secara umum berlangsung dengan sangat baik yakni berdasarkan perhitungan rata-rata yang diperoleh sebesar 84,625. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan komunikasi guru denganhasil belajar murid.Artinya semakin tinggi kemampuan komunikasi guru, maka semakin tinggi pula hasil belajar murid, dan sebaliknya

(57)

semakin rendah kemampuan komunikasi guru, maka semakin rendah pula hasil belajar murid.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi dari kesimpulan tersebut dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah hendaknya lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada guru agar tetap konsisten membimbing murid dalam meningkatkan hasil belajar murid dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru, diharapkan agar meningkatkan kemampuan komunikasinya dalam mengajaragarhasil belajar murid meningkat.

3. Diharapkan kepada murid agar dapat menerima segala jenis pelajaran yang diberikan oleh guru karena ini dilakukan guru semata-mata untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar bukan untuk menyiksa atau menyusahkan murid.

4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti indikator kemampuan komunikasi yang lain seperti komunikasi verbal dan non verbal guru dan lain sebagainya.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus. Jakarta: Kencana

Elida, Nunun. 2013. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write. (online). Vol.2, No. 1.

Gintings, Abdorrahman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Junita, Ike. 2008. Prinsip Ekonomi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.

Mana‟a, Sriwinda & Anthonios. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Type Number Head Together di Kelas IV SDN Lalong Kabupaten Banggai Kepulauan. (online) Vol.3. No.5.

Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.1 Sampel Penelitian: MuridKelas IV  SD Negeri Sungguminasa 3
Tabel 3.2  Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi  Interval Koefisien  Tingkat Hubungan
Table 4.1 Respon Murid terhadap Angket Kemampuan Komunikasi Guru  Nomor  Respo nden  A(4 )  B(3 )  C(2 )  D(1 )  Jumlah Aspe k  Jumlah Sk or  R 1   9  3  5  3  20  58  R 2  8  6  6  0  20  62  R 3  10  8  2  0  20  68  R 4  8  3  3  6  20  53  R 5  11  8
Tabel  4.2 Hasil belajar murid kelas IV  No  Nama Guru / Kemampuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk men- dukung program peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan karena sudah tersedia berbagai inovasi teknologi (Suriadikarta

memenagkan medali. Kutipan tersebut menunjukan kekecewaan yang ia rasakan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk meredam rasa kecewanya ia selalu mengunjungi

Topik-topik bimbingan untuk meningkatkan kebermaknaan hidup suster yunior Kongregasi FSE antara lain: peranan kebermaknaan hidup; sikap kerja; cara kerja; berpikir kreatif;

Selanjutnya dari hasil analisa struktur mikro dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope (Gambar 4), diketahui membran memiliki pori-pori, sehingga memungkinkan

Selanjutnya sebelum membuat gulungan kumparan terlebih dahulu dibuat rancangan sesuai kondisi motor yang telah dibongkar sehingga akan diperoleh kebutuhan material,

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan perhitungan rencana pemberian air irigasi dan hasil perhitungan dibandingkan dengan pemberian air

Struktur komunitas laba-laba menunjukkkan bahwa kelimpahan, kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan spesies tertinggi ditemukan pada lahan perkebunan, sedangkan yang

UMKM Tahu di Kelurahan Tinalan Gang IV Kota Kediri juga bekerja keras untuk mendapatkan modal awal, dengan tidak meminjam pihak manapun dan lebih memilih