5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Terdahulu
Dari review beberapa penelitian terdahulu terdapat penelitian dengan hasil penelitian yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmah (2018), Azmi (2019), Afkarina (2019), Firmansyah (2019), dan Santi (2019) menyatakan bahwa pondok pesantren yang digunakan sebagai objek penelitian belum menerapkan akuntansi pesantren berdasarkan Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP), hal ini ditunjukan dengan tidak adanya laporan keuangan yang lengkap. Pondok pesantren hanya membuat laporan pemasukan dan pengeluaran kas. Dalampenelitian Firmansyah (2019) objek penelitian mencatat pemasukan dan pengeluaran kas dengan sistem single entry.
Yang menjadi kendala penerapan akuantansi pesantren ini karena minimnya informasi dan sosialisasi tentang pelaporan keuangan yang sesuai pedoman akuntansi pesantrem (Firmansyah, 2019). Beberapa penelitian tersebut memiliki objek yang berbeda, diantaranya penelitian Rohmah (2018) pada Yanabi’ul ‘Ulum Warrahmah, Azmi (2019) pada Pesantren Al-urwatul Wutsqo Indramayu, Firmansyah (2019) padaPondok Pesantren Al-Qur’an Zaenuddin dan Santi (2019) melakukan penelitian di Az-Zahra Islamic Boarding School Kabupaten Lampung Selatan menggunakan Pondok Pesantran sebagai objek penelitian. Menurut Peraturan Mentri Agama Nomor 3 Tahun 1979 seluruh pondok pesantren tersebut merupakan pondok pesantren tipe D, akan tetapi dalam penelitiannya tidak menujukan adanya unit usaha yang dimiliki oleh pondok pesantren. Berbeda dengan penelitian Afkarina (2019) yang melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-Anwari Kabupaten Banyuwangi, pondok pesantren ini Menurut Peraturan Mentri Agama Nomor 3 Tahun 1979 termasuk dalam pondok pesantren tipe B.
Sementara itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Warsono, et al (2018) menghasilkan dua jenis akuntansi yang tidak terdapat pada pedoman. Akuntansi tersebut adalah akuntansi khidmah (pengabdian) dan akuntansi aset
biologis yang mana akuntansi aset biologis telah memiliki standar akuntansinya di Indonesia. Objek penelitian Warsono, dkk (2018) adalah pondok pesantren tipe E yang berada di Indonesia.
Jika ditinjau kembali, penelitian diatas seluruhnya merupakan studi kasus. Penelitian yang berjudul “Penerapan Akuntansi Pondok Pesantren berdasarkan Pedoman Akuntansi Pesantren” ini memiliki beberapa persamaan diantaranya metode penelitian yang digunakan oleh Rohmah (2018), Warsono, dkk (2018), Azmi (2019), Afkarina (2019), dan Santi (2019) yaitu metode kualitatif. Berbeda dengan Ivan Ade Firmansyah (2019) yang mengunakan pendekatan Mixed methods dengan mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif.
Penelitian ini juga memiliki topik yang tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian diatas, mengenai evaluasi penerapan akuntansi berdasarkan Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP), hanya saja mengunakan objek yang berbeda. Permasalahan yang dimiliki setiap penelitian memiliki persamaan yaitu penerapan pedoman akuntansi pesantren pada pondok pesantren yang belum menerapkan PAP dalam pencatatan laporan keuangannya. Belum banyak Pondok Pesantren yang telah menerapkan PAP, hanya pondok pesantren yang besar dan menjadi pilihan. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah juga belum menyeluruh hingga daerah-daerah.
B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi seperti yang telah diyatakan oleh Komite Terminologi dari American Institute Of Certified Public Accountans (AICPA) dalam Riahi-Belkaoui(2006), yaitu:
“Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian yang, paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginpretasikan hasilnya”.
Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 dalam Muhammad
“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif”.
Bahri (2017), menjelaskan dalam bukunya bahwa “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui umum”.
2. Laporan keuangan a. Pengertian
Berdasarkan GAAP (generally accepted accounting principles) laporan keuangan merupakan suatu produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan akan menjadi informasi bagi penggunanya sebagai bahan untuk pengambilan keputusan sekaligus laporan pertanggung-jawaban bagi manajerial atas kinerja dalam pengelolaan perusahaan (Syam, Akuntansi Pengantar, 2016)
Menurut Mursyidi (2010), laporan keuangan adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang kinerja dan posisi keungan suatu lembaga/ organisasi/ perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dari pengertian-pengertian diatas mengenai laporan keuangan dapat kita simpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan pertanggung-jawaban suatu organisasi atau badan berisi tentang kinerja dan posisi keuangan disusun secara sistematis yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh para penggunanya. Laporan keuangan menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan.
b. Tujuan laporan keuangan
Rudianto (2012), menyatakan dalam bukunya tujuan laporan keuangan secara umum adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan keuangan dari suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi atau siapapun yang tidak memiliki posisi dapat meminta laporan keuangan khusus dalam memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dengan kata lain laporan keuangan dapat digunakan oleh banyak pengguna yang memiliki berbagai kepentingan berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
c. Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan. Tiga jenis laporan keuangan tersebut dilaporakan masing-masing pada tiga laporan keuangan yaitu neraca laporan posisi keuangan, laporan laba rugi melaporkan kinerja, dan laporan perubahan posisi keuangan untuk melaporkan sumber, penggunaan, dan perubahan dana yang berdampak atas posisi keuangan (Kartikahadi, Sinaga, Syamsul, & Siregar, 2012) 1) Posisi Keuangan
i. Aset
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
ii. Liabilitas
Merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
iii. Ekuitas
Adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas.
2) Kinerja (laba/rugi)
Pengahsilan bersih atau laba (profit) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja (permance), perhitungan imbalan investasi (return on
Penghasilan dan beban adalah dua unsur yang menentukan perhitungan laba rugi suatu unit usaha.
1. Penghasilan (income)
Kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal meningkat.
2. Beban (expenses)
Penurunan manfaat selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanan modal.
3) Penyesuaian Pemeliharaan Modal (Perubahan Ekuitas)
Kenaikan atau penurunan ekuitas yang disebabkan karena revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) harus dilaporkan dineraca sebagai penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi dan tidak dapat dilaporakan sebagai unsur laporan laba rugi.
d. Karakteristik kualitas laporang keuangan
Setiap perusahaan memiliki rincian laporan keuangan yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan bidang usaha dan karakteristik yang berbeda anatara satu perusahaan dengan yang lainya (Rudianto, 2012). Laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas harus memenuhi dasar kualitas laporan keuangan agar dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Kualitas suatu laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik kualitatifnya (Mursyidi, 2010). Dasar kualitas laporan keuangan telah dijelaskan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yaitu:
1) Dapat Dipahami
Kemudahahan untuk segera dipahami sebuah Informasi penting yang disajikan dalam laporan keuangan menunjukan kualitas dari informasi
tersebut. Namun, informasi yang dapat dengan mudah dipahami akan tetapi tidak sesuai dengan informasi yang relvan harus diabaikan karena informasi tersebut terlalu sulit dipahami oleh pengguna tertentu.
2) Relevan
Untuk menjadi bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan informasi pengguna dalam pengambilan keputusan. Suatu informasi dikatakan berkualitas jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna.
3) Materialitas
Informasi dapat dikatakan material jika kesalahan dalam atau kelalaian pencatatan dalam mencantumkan informasi tersebut dapat memberikan pengaruh pada keputusan ekonomi yang diambil atas dasar laporan keuangan tersebut.
4) Keandalan/Reabilitas
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Jika informasi bebas dari kesalahan material dan bias, serta menyajikan secara jujur sesuai apa yang harus disajikan dan wajar maka informasi tersebut akan memiliki kualitas keandalan.
5) Substansi Mengungguli Bentuk
Peristiwa, transaksi, dan kondisi lain disajikan serta dicatat sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya bentuk hukum. Hal ini akan dapat meningkatkan keandalan laporan keuangan yang disajikan.
6) Pertimbangan yang Sehat
Pertimbangan yang sehat dalam menyusun laporan keuangan mengandung unsur kehati-hatian ketika memberikan pertimbangan yang diperlukan dalan kondisi ketidak pastian. Namun, pertimbangan yang sehat tidak boleh bias.
7) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengakap menurut batasan materialitas dan biaya agar dapat diandalkan. Kesengajaan untuk tidak mengungkaphan informasi penting akan menyesatkan pengguna dan dianggap tidak relevan.
8) Dapat Dikembangkan atau Komparabilitas
Pengukuran dan penyajian keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten, agar dapat dibandingkan antar periode untuk entitas tersebut dan dengan entitas lain.
9) Tepat Waktu
Informasi laporan keuangan harus disajikan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terjadi penundaan maka informasi tersebut telah tidak lagi relevan.
10) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi yang diperoleh harus lebih besar dari biaya penyediaannya. Akan tetapi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.
3. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Dalam pedoman akuntansi pesantren (PAP) per 2018 menjelaskan mengenai pondok pesantren, yaitu;
“Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, yang mana kyai menjadi figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatanutamanya.” Pondok pesantren dapat juga diartikan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi danaspeknya.
b. Unit Usaha
Tidak sedikit pondok pesantren yang memiliki unit usaha yang dikelola sendiri secara mandiri oleh pesantren dan masih bagian dari dadan hukum yayasan pondok pesantren. Dimana pelaporannya masuk dalam entitas pelaporan pondok pesantren
c. Pedoman Akuntansi Pesantren
Pedoman akuntansi pesantren ini agar pondok pesanten mampu mengmenyususn laporan keuangan berdasarkan standart keuangan yang berlaku umum di Indonesia dan merupakan upaya pemberdayaan keuangan atau perekonomian pondok pesnatren. Pedoman ini bersifat tidak mengikat bagi seluruh pondok pesantren dalan melakukan pelaporan keuangannya. Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP) diterbitkan pada hari Rabu 08 November 2017 dan mulai efektif per Mei 2018 bertepatan dengan kegiatan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) ke-4 di Grand City Convention Center Surabaya (Bashori, 2018). Dalam pembuatannya PAP mengacu pada standar Akuntasi Keuagan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dalam PAP per 2018 menjelaskan bahwa pedoman akunatnsi pesantren disusun dengan menggunakan acuan sebagi berikut:
1) SAK ETAP yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI
2) PSAK dan ISAK syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah IAI
Laporan keuangan pondok pesnatren dibuat konsisten secara tahuan dan apabila pondok pesantren baru berdiri laporan keuanganya dapat dibuat pengan periode yang lebih pendek. Hal ini sesuai dengan yang telah dimaksudkan dalam PAP per 2018. (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI); Bank Indonesia (BI), 2017)
d. Kebijakan akuntansi pesantren
Menurut pedoman akuntansi pesantren (PAP) per 2018 “Kebijakan akuntansi yayasan pondok pesantren harus mencerminkan prinsip
kehati-hatian dan mencakup semua hal yangmaterialsertasesuaidenganketentuandalamSAKETAP.”
1) Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk pengambilankeputusan
2) Dapat diandalkan, denganpengertian:
a) Menyajikansecarajujurposisikeuangan,kinerja keuangan, dan arus kas dari yayasan pondok pesantren
b) Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya
c) Netral, yaitubebasdarikeberpihakan d) Mencerminkan kehati-hatian e) Mencakupsemuahalyangmaterial.
e. Konsistensi Penyajian dan Elemen-Elemnen Laporan Keuangan Pondok Pesnatren
Dalam Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP) 2018 telah dijelaskan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari yayasan pondok pesantren. Disertai pengungkapan yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Elemen-elemen lengkap laporan keuangan pondok pesantren berdasarkan PAP per 2018 adalah meliputi sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan
Laporan posisi keuangan memberikan informasi mengenai aset, liabilitas, dan aset neto dari yayasan pondok pesantren, serta hubungan antar unsur-unsur tersebut pada waktutertentu
a) Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya dan dikelompokan menjadi aset lancar dan aset tidaklancar;
b) Liabilitas disajikan menurut urutan jatuh temponya dan dikelompokanmenjadiliabilitasjangkapendekdanliabilitas jangkapanjang.
c) Asetnetodisajikanmenjadiasetnetotidakterikat,asetneto terikat temporer, dan aset neto terikatpermanen.
b. Laporan aktivitas
Laporan aktivitas memberikan informasi mengenai kinerja keuangan yayasan pondok pesantren selama suatu periode laporan tertentu. Laporan aktivitas menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yangmengubah jumlah dan sifat aset neto, hubungan antar transaksi dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program ataujasa.
c. Laporan arus kas
Laporan arus kas memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari yayasan pondok pesantren selama periode laporan tertentu. Kas dan setara kas diklasifikasikan menjadi arus kas dari operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari operasi disajikan dengan metode tidaklangsung.
d. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen utama laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan dengan pos-pos dalam laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
f. Siklus akuntansi pesantren
Idealnya siklus akuntansi pesantren untuk menghasilkan laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan PAP adalah sebagai berikut;
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi Pesantren
Sumber: Data diolah penulis. Bukti
Transaksi
Laporan Keuangan:
1. Laporan posisi keuangan 2. Laporan aktivitas
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan posisi keuangan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian Jurnal Penyesuaian Buku Besar Jurnal Umum Neraca Lajur