• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA KELOLA INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN PEMBIAYAAN: Kasus Indonesia v.s. Malaysia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATA KELOLA INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN PEMBIAYAAN: Kasus Indonesia v.s. Malaysia"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

TATA KELOLA INDUSTRI KELAPA SAWIT

DAN PEMBIAYAAN:

Kasus Indonesia v.s. Malaysia

WIKO SAPUTRA

Peneliti Kebijakan Ekonomi – Perkumpulan Prakarsa

(2)

DISKUSI HARI INI

1 Latar Belakang

2 Summary – Perbandingan Industri Kelapa Sawit Indonesia - Malaysia

3 Tata Kelola dan Struktur Industri Kelapa Sawit di Indonesia

4 Tata Kelola dan Struktur Industri Kelapa Sawit di Malaysia

5 Model Pembiayaan dan Investasi Kelapa Sawit di Indonesia

6 Model Pembiayaan dan Investasi Kelapa Sawit di Malaysia

(3)

PENDAHULUAN

1. Pesatnya perkembangan industry kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia 2. Industri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat

dan mampu mengalahkan industry kelapa sawit Malaysia, APA BENAR ADANYA?

3. Upstream Industri versus Downstream Industri – Regulasi Tata Kelola Industri Kelapa Sawit – INDONESIA v.s MALAYSIA

4. Ekspansi besar – besaran perusahaan kelapa sawit di Malaysia, ADA APA SEBENARNYA?

5. Regulasi dan Tata Kelola berkaitan dengan ASPEK PEMBIAYAAN

6. Kenapa Perbankan di Indonesia mendukung PEMBIAYAAN untuk Upstream Industri di Indonesia, KENAPA DENGAN DOWNSTREAM INDUSTRI?

(4)

PERBANDINGAN LUAS LAHAN (Juta Ha)

(5)

PERBANDINGAN PRODUKSI CPO (Juta MT)

(6)

PERBANDINGAN YIELD (FFB/Ha)

(7)

PERBANDINGAN YIELD (CPO MT/Ha)

(8)

OIL EXTRACTION RATE (%)

(9)

TATA KELOLA DAN STRUKTUR

INDUSTRI KELAPA SAWIT DI

(10)

• Tidak ada Roadmap Industri sejak awal.

• Pengembangan industry di dorong ke Upstream

Industri; nilai tambah rendah.

• UU Perkebunan menciptakan penguasaan korporasi

besar dalam industry.

• Industri bersifat oligopli – Kartel Usaha.

• Tidak kompetetifnya industry di sector Downstream.

• MP3EI dan arah industry kelapa sawit (Biofuel).

• Isu Lingkungan RSPO v.s. ISPO

(11)

STRUKTUR INDUSTRI KELAPA SAWIT DI INDONESIA

Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

(12)

Perusahaan

Status Perusahaan (Pemilik)

Luas Lahan (Ha)

Astra Agro Lestari Indonesia 272,994

Sinar Mas Group Indonesia 278,400

IndoAgri Indonesia 230,919

Wilmar Group Singapura 186,623

PP London Sumatera Plantation Indonesia 106,407

PTPN III BUMN – Indonesia 105,290

PTPN IV BUMN – Indonesia 136,737

PTPN V BUMN – Indonesia 77,064

Bakrie Sumatera Plantation Indonesia 103,288

Sampoerna Agro Indonesia 114,827

Bumitama Agri Singapura 113,383

Guthrie Berhad Malaysia 221,685

Sime Darby Malaysia 289,422

Tabung Haji Plantation Malaysia 82,147 Kuala Lumpur Kepong Malaysia 98,792 Golden Hope Plantation Malaysia 12,883

Total 2,430,861

BIGGEST COMPANY

(13)

PALM OIL PRODUCTION

YEARS CPO (000 MT) 2009 19.324 2010 19.632 2011 21.101 2012 23,917 2013 27,130 2014F 29,941 2015F 33,067

YEARS COOKING OIL (BASED PALM OIL)

MARGARINE & SHORTENING OLEOCHEMICHAL FATTY ACID FATTY ALCOHOL GLYCEROL 2012 6,742 2,474 809 303 120 2013 6,861 2,598 822 318 133 2014F 6,983 2,728 834 334 148 2015F 7,107 2,864 846 351 164 2016F 7,234 3,008 876 368 175

(14)

PALM OIL EXPORTS

YEARS UPSTREAM PRODUCT (000 MT) DOWNSTREAM PRODUCT (000 MT) TOTAL (000 MT)

CPO CPKO COOKING

OIL (Based Palm Oil) MARGARINE & SHORTENING OLEOCHEMICAL FATTY ACIDS FATTY ALCOHOL GLYCEROL 2009 14.870 2.027 3.274 585 580 180 71 21.591 2010 15.183 2.070 3.312 673 589 184 80 22.095 2011 15.885 2.119 3.379 707 598 188 90 22.969 2012 18,334 2,005 3.446 742 607 192 101 25.427 2013 18,591 2,168 3.515 779 616 196 113 25.978 2014F 19,262 2,373 3.585 818 625 199 126 26.988 2015F 20,060 2,619 3.657 859 635 202 141 28.173 2016F 21,493 2,893 3.730 902 658 211 150 30.037

(15)

SUPPLY CHAIN (BIG COMPANY)

(16)

SUPPLY CHAIN (SMALL COMPANY)

Plantation

Palm Oil Mill

Basic Product

CPO CPKO

Plant Location :

Nucleas : Desa Adowia, Tapuwatu, Laronanga, Wangkudu (Kab. Konawe )

Plasma : Paka Indah, Kota Maju, Langgikima (Kab. Konawe)

Planted Area Inti : 5.000 Ha Plasma : 2.000 Ha Palm Age: Inti 1 years : 918 Ha 2 years : 647 Ha 3 years : 1.198 Ha Plasma 1 years :1.005 Ha 2 years : 995 Ha Total Capacity : 60-80 MT FFB (Reconstruction – Finnish December 2012)

(17)

TATA KELOLA DAN STRUKTUR

INDUSTRI KELAPA SAWIT DI

(18)

• Wawasan Malaysia 2020 dan Visi Pengembangan Industri

Kelapa Sawit di Malaysia.

• Tahun, 2010 Pemerintah Malaysia membatasi pembukaan lahan

perkebunan baru.

• Opersional dengan makanisme pasar (korporasi) tapi control

negara kuat sebagai pemegang saham pengendali.

• Private Estate, Smallholder dan Government Agencies

• Fokus pada Downstream Industri – di dukung oleh regulasi yang

integrasi dan efisien.

• MPOA, MPOB, MPOC – Integraty Supply Chain Management

• Isu lingkunagn dan RSPO – Diterimanya Product Palm Oil

Malaysia di Eropa dan Amerika Serikat.

• Support Pembiayaan di Sektor Downstream Industri.

(19)

LUAS AREA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2.546.760 1.431.762 1.021.587 2.558.103 1.442.588 1.076.238

P. MALAYSIA SABAH SARAWAK 2011 2012 2.185.963 1.292.757 874.152 372.140 149.831 202.086

P. MALAYSIA SABAH SARAWAK Mature Immature

(20)

PENGUASAAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

62% 14% 3% 1% 6% 14% Private Estates FELDA FELCRA RISDA State Agencies Independent Smallholder

(21)

YIELD (FFB/Ha)

(22)

YIELD CPO (MT/Ha)

(23)

OIL EXTRACTION RATE (%)

(24)

Palm Oil Products 2012 2013

Upstream Products

Crude Palm Oil 18,785,030 19,214,794

Palm Kernel 4,705,900 4,859,020

Crude Palm Kernel Oil 2,164,024 2,269,822

Palm Kernel Cake 2,399,204 2,516,664

Downstream Products CP Stearin 49,753 86,733 CP Olein 207,828 274,469 RBD Palm Oil 13,255,277 14,817,770 RBD Palm Olein 9,538,403 10,577,107 RBD Palm Stearin 2,540,904 2,830,126 PFAD 659,083 734,269 Cooking Oil 566,352 644,396

MALAYSIA PALM OIL PRODUCTION

(25)

MALAYSIA PALM OIL EXSPORT

Export of Oil

Palm Products

2013

(MT)

• CPO

3,975,910

• PPO

14,146,224

• Palm Oil

18,122,134

• CPKO

245,173

• PPKO

925,659

• PKO

1,170,831

• Palm Kernel Cake

2,665,083

• Oleochemicals

2,725,755

• Finished Products

365,637

• Biodiesel

175,032

• Others

436,804

(26)

SUPPLY CHAIN (KGB)

(27)

SUPPLY CHAIN (THP)

(28)

PEMBIAYAAN INVESTASI DI INDONESIA

1. Prospek pembiayaan di sector Upstream Industri lebih menjanjikan dibandingkan pembiayaan investasi di sector Downstream (NPV, IRR, Payback Period).

2. Kendala di Downstream karena tidak ada regulasi yang terintegrated – Pembiayaan, Insentif Fiskal, Perizinan, Infrastruktur dan SDM

3. Tata kelola industry berbasis mekanisme pasar sehingga korporasi cenderung bergerak mengikuti value chain yang lebih tinggi –

Prinsip Bisnis

4. Desain program revitalisasi yang membuka peluang perbankan untuk meningkatkan pembiayaan di sector perkebunan

5. Aturan kepemilikan asing dalam perbankan nasional

(29)

FINANCIAL ANALYSIS UPSTREAM INDUSTRI

FINANCIAL ANALYSIS VALUE

Based Rate 5,50

Inflation 6,00

Discounted Factor (DF) 11,50

Net Present Value (NPV) IDR. 1.042.759.615.059 Internal Rate of Return (IRR) 18,95 %

Payback Period 5,1 years* Sumber: Saputra, 2012 (diolah)

(30)

FINANCIAL ANALYSIS VALUE

Based Rate 5,50

Inflation 6,00

Discounted Factor (DF) 11,50

Net Present Value (NPV) IDR. 42.621.015.059 Internal Rate of Return (IRR) 12,4 %

Payback Period 16 years*

FINANCIAL ANALYSIS DOWNSTREAM INDUSTRI

(31)

PEMBIAYAAN INVESTASI DI MALAYSIA

1. Pemberlakuan larangan pembukaan lahan baru berdampak terhadap larangan ekspansi perbankan di sector Upstream 2. Industri strategis nasional dikontrol oleh negara

3. Sistem yang terintegrasi antara industry kelapa sawit dan perbankan 4. Insentif terhadap ekspor refinery products yang berimplikasi

terhadap daya saing di sector Downstream

5. Penguatan isu lingkungan (Green Banking) di aspek pembiayaan perbankan pada sector industry kelapa sawit.

6. Mendorong ekspansi perbankan Malaysia (CIMB Niaga, BII

Maybank) di Indonesia untuk memperkuat support pembiayaan terhadap perusahaan kelapa sawit Malaysia

(32)

STRUKTUR YANG TERINTEGRASI

AMANAH RAYA BERHAD

KGB

CIMB

MPOC (KONSULTAN

PEMERINTAH)

KEMENTERIAN KEUANGAN & PESURUH JAYA TANAH PERSEKUTUAN

(33)

PRAKTEKNYA DI INDONESIA

AMANAH RAYA BERHAD

KGB

CIMB

MPOC (KONSULTAN

PEMERINTAH)

KEMENTERIAN KEUANGAN & PESURUH JAYA TANAH PERSEKUTUAN

PEMBIAYAAN

CIMB - NIAGA

PT. X (RIAU)

(34)

REKOMENDASI TERHADAP KEBIJAKAN DAN

STRATEGI ADVOKASI

1. Perlu regulasi perubahan tata kelola industry kelapa sawit berbasis peningkatan nilai tambah (value added) menuju penguatan

Downstream industry. Peluang ada dalam RPJMN 2015 – 2019. 2. Mendorong OJK untuk mengeluarkan aturan mengenai Green

Banking.

3. Memperkuat peranan negara dengan cara menjadi pemegang

saham kendali (minimal 30%) di perusahaan kelapa sawit (Biggest Company), mendorong Holding Company di BUMN.

4. OMS mengarahkan basis advokasi pada aspek pembiayaan dan isu – isu tax avoidance dan tax evasion di industry kelapa sawit.

5. Bila Biofuel menjadi target jangka panjang, orientasinya harus diperjelas bukan taat terhadap aturan.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu serat rami dengan kandungan selulosa yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan baku rayon (Umar S.Tarmansyah, 2007) Morfologi serat rami : panjang serat rata-rata 11,23

Utama dalam NovelSupernova Episode Akar Karya DewiLestari:.

[r]

Suatu relasi rekursif dapat diaplikasikan dalam beberapa bentuk formula dikarena menggunakan tahapan-tahapan dalam menyelesaikannya. Tahapan yang dimaksud adalah dengan

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat peningkatan penggunaan bahan bakar oleh BRT hingga tahun 2030. Peningkatan penggunaan bahan bakar BRT terjadi sampai tahun

Memberikan informasi atau gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan, manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana pajak, mekanisme bonus, dan

Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 43 dengan nilai SDR gulma setelah pengendalian diketahui jenis gulma yang

Pada sistem tenaga listrik, diperlukan media penghantar untuk menyalurkan energi listrik dari pembangkit atau gardu induk menuju beban. Untuk menyalurkan energi