• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK JAWA TIMUR DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK JAWA TIMUR DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH

BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK – JAWA TIMUR

DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA)

APRILIA SUFIYATI SAFITRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Aprilia Sufiyati Safitri

(4)

ABSTRAK

APRILIA SUFIYATI SAFITRI. Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode

Stochastic Frontier Analysis (SFA). Dibimbing oleh INDAHWATI dan BUDI

WARYANTO.

Tuntutan praktek pertanian berkelanjutan semakin dibutuhkan, terutama terkait dengan kontinuitas produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki peran di dalam praktek pertanian berkelanjutan ini. Produksi bawang merah tidak terlepas dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah pupuk Nitrogen. Penggunaan pupuk Nitrogen sangat baik untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil buah, namun penggunaan pupuk Nitrogen yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif salah satunya adalah pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi bawang merah dan analisis efisiensi lingkungan terhadap penggunaan pupuk Nitrogen. Metode yang digunakan adalah analisis stokastik frontier (Stochastic Frontier Analysis/SFA) dengan fungsi produksi translog. Hasil analisis menunjukkan interaksi antara bibit dan pestisida, interaksi antara pemberian pupuk P dengan surplus Nitrogen, dan interaksi antara pemberian pupuk K dengan surplus Nitrogen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur. Rata-rata nilai efisiensi lingkungan petani yang diperoleh sangat kecil yaitu sebesar 0.2765. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Nitrogen oleh petani tidak sesuai dosis yang dianjurkan sehingga menghasilkan surplus Nitrogen yang diduga dapat mencemari lingkungan.

Kata kunci: efisiensi lingkungan, fungsi produksi translog, pupuk Nitrogen,

Stochastic Frontier Analysis (SFA)

ABSTRACT

APRILIA SUFIYATI SAFITRI. Analysis of Environmental Efficiency for Sustainable Shallots Farming in Nganjuk District-East Java Province with Stochastic Frontier Analysis (SFA) Method. Supervised by INDAHWATI and BUDI WARYANTO.

Demands for sustainable agriculture are needed, especially related to the continuity of agricultural products to fulfill needs of current and future days. Shallots is one of the agricultural products that has a role in this sustainable farming practices. Shallots production is cannot be separated from the production of factors which influence it. One of the factors is production of Nitrogen fertilizers. Utilization of Nitrogen fertilizer is very good to stimulate vegetative growth and to increase the yield of fruit, however excessive use of Nitrogen fertilizers can give bad impacts, one of them is environmental pollution. This study aims to analyze the factors that influence the production of shallots

(5)

production levels and environmental efficiency of the use of Nitrogen fertilizers. The method used is Stochastic Frontier Analysis (SFA) with translog production function. Results of the analysis shows that interaction between seeds and pesticides, the interaction between P fertilizer with Nitrogen surplus, and the interaction between K fertilizer with Nitrogen surpluses are factors that influence shallots production in Nganjuk, East Java. The average value of environmental efficiency obtained is very small that is equal to 0.2765. This value indicates that the Nitrogen fertilizer used by the farmers is not the recommended dosage so it results surplus of Nitrogen that can pollute the environment.

Keywords: environmental efficiency, translog production function, Nitrogen fertilizer, Stochastic Frontier Analysis (SFA)

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada

Departemen Statistika

APRILIA SUFIYATI SAFITRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH

BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK – JAWA TIMUR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode

Stochastic Frontier Analysis (SFA)

Nama : Aprilia Sufiyati Safitri

NIM : G14100033

Disetujui oleh

Dr Ir Indahwati, MSi Pembimbing I

Ir Budi Waryanto, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan didapat sejak penulis melaksanakan praktek lapang di Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian pada tahun 2013. Tema yang dipilih yaitu mengenai efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Indahwati, MSi dan Bapak Ir Budi Waryanto, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Budi Waryanto, MSi yang telah memberikan topik karya ilmiah ini sampai pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua dan teman-teman Statistika 47 atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Fungsi Produksi 2

Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk Mengukur Tingkat Efisiensi

Lingkungan 3

Efisiensi Lingkungan 5

METODE 5

Data 5

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Perhitungan Surplus Nitrogen 7

Deskripsi Data 7

Pengujian Asumsi 8

Analisis Stochastic Frontier dengan Fungsi Produksi Translog 8 Hubungan antara Efisiensi Teknis dengan Efek Inefisiensi Teknis Petani 10

Efisiensi Lingkungan 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi 7

2 Nilai elastisitas faktor produksi 9

3 Efek inefisiensi teknis petani 10

4 Nilai efisiensi lingkungan petani 11

5 Nilai faktor produksi dan efek inefisiensi dari petani dengan

efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Tiga fase produksi 3

2 Fungsi Stochastic Frontier 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai korelasi antar peubah bebas 15

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tuntutan praktek pertanian berkelanjutan dalam era saat ini semakin dibutuhkan, terutama terkait dengan kontinuitas produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan berorientasi pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. Konsep dasar sistem pertanian berkelanjutan adalah mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian yang sehat, bebas dari bahan-bahan kimia yang mencemari lingkungan (Novitasari 2012). Faktor-faktor produksi dalam dunia pertanian seperti lahan, pupuk, pestisida dan sebagainya dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan jika digunakan sesuai kebutuhannya agar efisien. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis untuk mengukur tingkat efisiensi yang salah satunya adalah dengan model ekonometrika.

Ekonometrika merupakan alat analisis yang menggabungkan antara teori ekonomi, matematika, dan metodologi statistika. Fungsi produksi menjadi salah satu bagian dari ekonometrika yang digunakan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang dihasilkan (Juanda 2009). Metode pengukuran efisiensi dengan Stochastic Frontier Analysis (SFA) menggunakan fungsi produksi telah digunakan secara luas untuk analisis usaha tani, yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas atau fungsi produksi translog. Fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki keterbatasan yaitu salah satunya tidak memasukkan kontribusi interaksi antar faktor, sedangkan dalam fungsi produksi translog kontribusi interaksi antar faktor diperhitungkan. Penelitian menggunakan SFA dengan fungsi produksi translog untuk mengukur tingkat efisiensi, diantaranya dilakukan oleh Mkhabela (2011) dalam bidang peternakan serta penelitian yang dilakukan oleh Guo dan Marchand (2012) dalam bidang pertanian organik.

Penelitian ini menggunakan aplikasi SFA dengan fungsi produksi translog untuk komoditas bawang merah. Komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya (Putrasamedja dan Suwandi 1996). Pendekatan SFA dengan fungsi produksi translog ini bertujuan untuk menganalisis faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat produksi bawang merah. Selain itu, salah satu faktor produksi yang digunakan adalah penggunaan pupuk Nitrogen. Pupuk Nitrogen merupakan salah satu komponen yang dapat mencemari lingkungan. Masalah lingkungan yang disebabkan oleh Nitrogen antara lain adalah eutrofikasi permukaan air yang dapat membahayakan kehidupan tumbuhan dan hewan, pelepasan nitrat ke dalam molekul air yang terkandung di dalam tanah yang akan mencemari air untuk minum ternak dan penguapan amonia yang menyebabkan hujan asam (Reinhard 1999). Sumber Nitrogen yang petani gunakan tidak hanya berasal dari pupuk anorganik tetapi juga pupuk organik. Salah satu kasus adalah petani sayuran di daerah Buntu Kejajar-Wonosobo memupuk dengan pupuk Nitrogen hingga lebih

(14)

2

dari 500 kg setiap musimnya. Jumlah tersebut sangat berlebihan karena total serapan Nitrogen tanaman adalah sekitar 150 hingga 250 kg N/ha sehingga terdapat kelebihan Nitrogen di lahan pertanian tersebut atau disebut sebagai surplus Nitrogen. Surplus Nitrogen inilah yang berpotensi mencemari lingkungan (Ladiyani et al. 2007). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis juga tingkat efisiensi lingkungan terhadap penggunaan pupuk Nitrogen agar pencemaran lingkungan akibat surplus Nitrogen dapat dikurangi. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh informasi tentang keberlanjutan usaha tani bawang merah khususnya dari aspek keberlanjutan lingkungan.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil produksi bawang merah 2. Tingkat efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah dari pengaruh pupuk

Nitrogen.

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Produksi

Secara umum produksi dalam usahatani ditentukan oleh faktor-faktor produksi seperti tanah, tanaga kerja, modal dan manajemen. Hubungan teknis antara input dan output dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi menerangkan hubungan teknis yang mentransformasi input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas. Bentuk umum fungsi produksi dapat dinyatakan seperti di bawah ini (Agung et al. 2008):

Q = f (X1, X2,..., Xk)

dengan Q adalah output yang merupakan fungsi dari k-buah input Xi > 0, i = 1,2,...k.

Gambar 1 menjelaskan bahwa terdapat tiga fase dari produksi. Fase pertama adalah fase increasing returns, yaitu faktor produksi yang digunakan masih dapat meningkatkan total produksi dan penggunaan input produksi masih dapat ditingkatkan. Pada fase kedua, pada saat input produksi ditambah, total produksi akan konstan namun cenderung mengalami penurunan. Penurunan ini menjadi awal fase ketiga atau fase decreasing, yaitu total produksi akan mengalami penurunan jika input produksi terus ditambah atau ditingkatkan (Mkhabela 2011).

(15)

3

Gambar 1 Tiga fase produksi

Fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi translog merupakan contoh dari fungsi produksi. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi yang sering digunakan sebagai model analisis produksi usaha tani, karena penggunaannya yang lebih sederhana dan mudah untuk melihat hubungan input-output. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dituliskan sebagai berikut (Agung et al. 2008):

Ln Yi = β0 + βj ln (Xij) + , i = 1,2,...n; j = 1,2,...p

dengan Y adalah output, β0 adalah intersep fungsi produksi, βj adalah parameter

dari setiap faktor produksi, i adalah indeks untuk individu petani, dan j adalah indeks untuk faktor produksi yang digunakan serta  adalah galat acak.

Fungsi produksi translog pertama kali diperkenalkan oleh Berndt dan Christensen pada tahun 1993. Secara matematis fungsi produksi translog dituliskan sebagai berikut (Agung et al. 2008):

Ln Yi = β0 + βj ln(Xij) + 0.5 jk βjk ln(Xij) ln(Xik) +

Pada fungsi produksi translog interaksi antar faktor produksi diperhitungkan pengaruhnya terhadap hasil produksi. Interaksi ini berfungsi untuk melihat pengaruh secara bersama-sama antar faktor produksi terhadap tingkat produksi yang dihasilkan. Hal ini yang menjadi salah satu kelebihan dari fungsi produksi translog dibandingkan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas.

Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk Mengukur Tingkat Efisiensi Lingkungan

Stochastic Frontier Analysis (SFA) pertama kali diperkenalkan oleh Aigner,

Lovell dan Smchmidt pada tahun 1977 (Reinhard 1999). SFA merupakan sebuah metode ekonometrika yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi penggunaan input tertentu. Produksi petani dikatakan efisien jika tingkat produksi dari seorang petani lebih tinggi dari batas tingkat produksi terbaiknya. Pada fungsi ini ditambahkan peubah acak tak negatif (ui) untuk menangkap faktor inefisiensi

(16)

4

seperti tingkat pendidikan petani, usia petani, dan seberapa lama menjadi petani, sehingga bentuk umum SFA untuk satu peubah input dapat dituliskan sebagai berikut:

Yi = f (Xi ; β) x exp { Vi – Ui } (1) dengan Yi adalah tingkat produksi (output), Xi adalah peubah input yang digunakan, β adalah parameter yang akan diduga, Vi adalah peubah acak yang berkaitan dengan faktor -faktor eksternal seperti iklim dan hama serta sebarannya simetris dan menyebar normal, dan Ui adalah peubah acak tak negatif yang mempengaruhi tingkat inefisiensi dan berkaitan dengan faktor-faktor internal serta diasumsikan menyebar setengah normal.

Gambar 2 Fungsi Stochastic Frontier

Gambar 2 menjelaskan bahwa terdapat dua petani yaitu petani i dan j. Petani i menggunakan input sebesar Xi dan menghasilkan output batas atau frontier yang melampaui nilai dari fungsi produksi f(Xi;β). Hal ini dapat terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana Vi bernilai positif. Petani j menggunakan input sebesar Xj dan menghasilkan output batas atau frontier di bawah dari fungsi produksi f(Xi;β). Hal ini dapat terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan dimana Vj bernilai negatif.

Reinhard (1999) menerapkan SFA dengan menambahkan satu peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai dari efisiensi lingkungan. Peubah tersebut adalah surplus Nitrogen. Bentuk umum SFA dalam Reinhard (1999) dituliskan sebagai berikut:

(17)

5 Persamaan (2) sama dengan persamaan (1) kecuali ada tambahan faktor Zi yaitu peubah input yang dinilai dapat merusak lingkungan (surplus Nitrogen). Dengan fungsi produksi translog, model lengkapnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Reinhard 1999):

Ln Yi = β0 + j βj ln(Xij) + βz ln(Zi) + 0.5 jk βjk ln(Xij) ln(Xik) + j βjz ln(Xij)

ln(Zi) + 0.5 βzz(lnZi)2 – ui + vi (3) dimana i = 1,...,n adalah petani ke-1 sampai petani ke-n, j,k = 1,2,...,p adalah peubah input yang digunakan, ln(Yi) adalah logaritma dari output petani ke i, ln (Xij) adalah logaritma dari peubah input ke j yang digunakan oleh petani ke i, ln (Zi) adalah logaritma dari peubah input yang dinilai dapat merusak lingkungan (surplus Nitrogen) oleh petani ke i, ui adalah peubah acak tak negatif, dan mempengaruhi tingkat inefisiensi dan berkaitan dengan faktor-faktor internal serta diasumsikan menyebar setengah normal (u

i ~ | N(u,σu 2

|), vi adalah peubah acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim, hama) sebarannya simetris dan menyebar normal (v

i~N(0,σv 2

)) serta βj,βz,βjk,βjz, βzz adalah paramater yang akan diduga.

Efisiensi Lingkungan

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah hasil produksi. Efisiensi lingkungan adalah ukuran yang memenuhi kombinasi antara tekanan faktor produksi yang digunakan dengan kemampuan penggunaannya (Mkhabela 2011). Efisiensi Lingkungan dalam Mkhabela (2011), Reinhard (1999), Guo dan Marchand (2012) dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

ln EEi = [-(βz+∑βjzlnXij+ βzzlnZi) ± {(βz+ ∑βjzlnXij+ βzzlnZi)2 –2βzzUi}0.5]/βzz (4) dengan ln EEi adalah efisiensi lingkungan petani ke-i, Xij adalah peubah input petani, Zi adalah surplus Nitrogen pada petani ke-i, Ui adalah faktor inefisiensi, dan βz,βjz,βzz adalah parameter yang akan diduga.

METODE

Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang berasal dari hasil survei petani bawang merah di daerah Nganjuk, Jawa Timur dengan menggunakan metode wawancara kepada responden menggunakan kuesioner. Survei dilakukan pada bulan November 2013. Responden pada penelitian ini sebanyak 192 petani yang melakukan usaha tani bawang merah. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini ialah peubah bebas sebanyak enam peubah (X) dan

(18)

6

satu peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan (Z). Peubah Z atau surplus Nitrogen didefinisikan sebagai selisih antara penggunaan pupuk Nitrogen riil dengan anjuran penggunaan pupuk Nitrogen. Dosis anjuran pupuk Nitrogen untuk menanam bawang merah yang dijadikan acuan perhitungan surplus Nitrogen pada penelitian ini adalah sebesar 200kg/ha (Dewi 2012). Peubah-peubah yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

X1 : Luas lahan (m2) X2 : Bibit (kg)

X3 : Pupuk P (Pkg/luas lahan) X4 : Pupuk K (Kkg/luas lahan) X5 : Pestisida (ml/luas lahan)

X6 : Tenaga kerja (Hari Kerja Setara Pria) Z : Surplus Nitrogen (kg/ha)

Y : Hasil produksi bawang merah (kg/luas lahan).

Prosedur Analisis Data Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan eksplorasi data dan melakukan pemeriksaan asumsi, yaitu asumsi kenormalan, kehomogenan ragam, multikolinearitas dan autokorelasi (Draper dan Smith 1992). Jika terjadi pelanggaran asumsi maka akan ditangani

2. Menduga keseluruhan parameter faktor produksi (βj) dan intersep (β0) serta menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi bawang merah. Hasil dugaan diperoleh dengan metode pendugaan Maximum Likelihood Estimation (MLE) berdasarkan model fungsi produksi translog pada persamaan (3) dan diperoleh persamaan operasional sebagai berikut:

Ln Yi = β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5 + β6 ln X6 + βz ln Z + β11 0.5 * (ln X1)2 + β22 0.5 * (ln X2)2 + β33 0.5 * (ln X3)2 + β44 0.5 * (ln X4)2 + β55 0.5 * (ln X5)2 + β66 0.5 * (ln X6)2 + βzz 0.5 * (ln Z)2 + β12 0.5 * (ln X1 ln X2) + β13 0.5 * (ln X1 ln X3) + β14 0.5 * (ln X1 ln X4) + β15 0.5 * (ln X1 ln X5) + β16 0.5 * (ln X1 ln X6) + β1z (ln X1 ln Z) + β23 0.5 * (ln X2 ln X3) + β24 0.5 * (ln X2 ln X4) + β25 0.5 * (ln X2 ln X5) + β26 0.5 * (ln X2 ln X6) + β2z (ln X2 ln Z)+ β34 0.5 * (ln X3 ln X4) + β35 0.5 * (ln X3 ln X5) + β36 0.5 * (ln X3 ln X6) + β3z (ln X3 ln Z) + β45 0.5 * (ln X4 ln X5) + β46 0.5 * (ln X4 ln X6) + β4z (ln X4 ln Z) + β56 0.5 * (ln X5 ln X6) + β5z (ln X5 ln Z) + β6z (ln X6 ln Z) + vi - ui

3. Menghitung nilai elastisitas faktor-faktor produksi dengan menggunakan rumus (Guo dan Marchand 2012):

(19)

7 4. Menggunakan persamaan (4) untuk mencari nilai efisiensi lingkungan masing-masing petani dan diperoleh persamaan operasional sebagai berikut:

Ln EEi = [-(βz + β1z ln X1 + β2z ln X2 + β3z ln X3 + β4z ln X4 + β5z ln X5 + β6z ln X6 + βzz ln Z)– {( βz + β1z ln X1 + β2z ln X2 + β3z ln X3 + β4z ln X4

+ β5z ln X5 + β6z ln X6 + βzz ln Z)2 – 2*βzz*Ui}0.5]/ βzz

5. Interpretasi hasil efisiensi lingkungan yang dihasilkan para petani dan memberikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Surplus Nitrogen

Dosis anjuran pupuk Nitrogen untuk menanam bawang merah menurut Dewi (2012) adalah 200kg/ha. Perhitungan surplus Nitrogen pada penelitian ini dilakukan dengan mengurangkan dosis riil yang digunakan oleh petani dengan dosis yang dianjurkan. Satuan surplus Nitrogen yang digunakan adalah kg/ha. Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat 106 atau 55.21% petani yang mengalami surplus Nitrogen. Petani sisanya yaitu 86 atau 44.79% petani tidak mengalami surplus Nitrogen, sehingga hanya 106 petani saja yang akan dianalisis tingkat efisiensi lingkungannya.

Deskripsi Data

Deskripsi data dilakukan terhadap peubah respon dan tujuh peubah penjelas. Ringkasan data peubah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi

Rata-rata produksi bawang merah sebesar 3.39 ton yang dihasilkan dari lahan dengan luas rata-rata 0.23 hektar atau untuk 1 hektar lahan, petani rata-rata mendapatkan produksi bawang merah sebesar 14.74 ton. Rata-rata jumlah input

Peubah Simbol Rata-rata Simpangan baku Minimun Maksimum

Produksi bawang merah (Kg) Y 3388.05 2776.05 500 18000 Luas lahan (m2) X1 2254.25 1267.88 300 7000 Bibit (Kg) X2 264.33 179.83 15 900 Pupuk P (Pkg/luas lahan) X3 60.50 50.8 0 345 Pupuk K (Kkg/luas lahan) X4 80.73 50.39 8 219 Pestisida (ml/luas lahan) X5 3854.97 3604.55 500 15975

Tenaga kerja (Hari

Kerja Setara Pria) X6 32 27.97 3 157

Surplus Nitrogen

(20)

8

produksi pada rata-rata luas lahan 0.23 hektar, yaitu untuk input bibit adalah 264.33 kg, pupuk P sebesar 60.5 Pkg/luas lahan, pupuk K sebesar 80.73 Kkg/luas lahan, pestisida 3.9 liter, penggunaan tenaga kerja 32 HKSP, dan surplus Nitrogen sebesar 72.07 kg/ha. Keragaman produksi dan penguasaan lahan cukup tinggi, sedangkan keragaman terendah adalah penggunaan tenaga kerja.

Rata-rata surplus Nitrogen dari 106 petani bawang merah adalah sebesar 72.07 kg/ha atau terjadi surplus sekitar 64 persen dari dosis yang dianjurkan (200kg/ha). Kelebihan atau surplus Nitrogen yang dihasilkan ini cukup besar, sehingga akan berpengaruh terhadap produksi bawang merah dan dapat mencemari lingkungan.

Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi yang dilakukan yaitu asumsi normalitas, kehomogenan ragam, kebebasan sisaan dan multikolinearitas. Taraf nyata yang digunakan adalah 5%. Pengujian asumsi kenormalan dilakukan dengan uji formal

Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian asumsi kenormalan untuk data awal

menghasilkan p-value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, sehingga dilakukan transformasi terhadap nilai Y. Transformasi yang dilakukan ialah √ . Setelah dilakukan transformasi, dihasilkan p-value yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.059, maka sisaan menyebar normal. Pengujian asumsi kehomogenan ragam dilakukan dengan uji formal Gletser dan didapatkan

p-value sebesar 0.307, sehingga sisaan dikatakan homogen. Uji formal Runs Test

dilakukan untuk melakukan pengujian asumsi selanjutnya yaitu kebebasan sisaan. Berdasarkan uji ini diperoleh p-value sebesar 0.969 sehingga sisaan saling bebas. Masalah multikolinearitas dalam fungsi produksi translog tidak dapat dihindarkan (Pavelescu 2010). Hal ini disebabkan, pada model terdapat faktor interaksi antara dua peubah bebas, sehingga menyebabkan nilai korelasi yang tinggi. Oleh karena itu, korelasi antara satu peubah bebas dan interaksinya dapat diabaikan. Pada penelitian ini, didapat hasil bahwa nilai korelasi peubah bebas dan interaksinya sangat tinggi. Peneliti kemudian melakukan pengujian korelasi dengan melihat nilai korelasi peubah bebas satu dengan lainnya, dengan mengabaikan nilai korelasi terhadap interaksinya. Berdasarkan hasil pengujian ini, nilai korelasi yang didapat tidak lebih dari 0.8 sehingga tidak terdapat multikolinearitas antar peubah (Lampiran 1).

Analisis Stochastic Frontier dengan Fungsi Produksi Translog

Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya tiga peubah bebas yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah. Hal ini dilihat dari nilai t hitung yang didapat lebih kecil daripada nilai t tabel dengan derajat bebas 70 dan taraf nyata 0.05. Peubah yang berpengaruh tersebut yaitu interaksi antara bibit dan pestisida, interaksi antara pupuk P dengan surplus Nitrogen, dan interaksi antara pupuk K dengan surplus Nitrogen. Berdasarkan hasil ini, tingkat produksi bawang merah dipengaruhi oleh adanya interaksi antara bibit dan pestisida yang secara bersama-sama mempengaruhi tingkat produksi bawang merah. Selain itu,

(21)

9 interaksi antara pupuk P dengan surplus Nitrogen serta interaksi antara pupuk K dengan surplus Nitrogen juga secara bersama-sama mempengaruhi tingkat produksi bawang merah. Besarnya pengaruh diantara faktor produksi dapat dilihat dari nilai elastisitas yang dimiliki oleh masing-masing faktor produksi.

Elastisitas menyatakan seberapa besar perubahan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi. Koefisien parameter dugaan β pada fungsi produksi translog bukan merupakan nilai elastisitas inputnya (Lampiran 2). Nilai elastisitas pada fungsi produksi translog dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (5) dan hasilnya disajikan pada Tabel 2. Nilai elastisitas ini, didasarkan pada peubah Y yang ditransformasi.

Tabel 2 Nilai elastisitas faktor produksi Faktor produksi Nilai elastisitas

Luas lahan -0.2671 Bibit 0.1687 Pupuk P -0.0895 Pupuk K -0.1239 Pestisida -0.0664 Tenaga kerja -0.0112 Surplus Nitrogen -0.0063

Berdasarkan Tabel 2, nilai elastisitas bibit merupakan yang tertinggi yaitu 0.1687, artinya setiap kenaikan penggunaan bibit sebesar 10 persen akan menaikkan hasil produksi sebesar 1.69 persen. Selain bibit, nilai elastisitas surplus Nitrogen juga cukup besar jika dibandingkan dengan peubah pupuk P, pupuk K, pestisida, luas lahan, dan tenaga kerja yaitu -0.0063. Nilai ini berarti bahwa setiap kenaikan surplus Nitrogen akibat penggunaan dosis pupuk Nitrogen yang berlebihan sebesar 10 persen akan menurunkan produksi bawang merah sebesar 0.063 persen. Penurunan produksi akibat surplus Nitrogen ini tidak terlalu besar, namun jika terus dilakukan penggunaan pupuk Nitrogen yang tidak sesuai dosis akan membuat produksi bawang merah semakin menurun bahkan akan menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu pencemaran lingkungan (Reinhard 1999).

Nilai dugaan parameter sigma-squared (σ2) yang merupakan total keragaman yang disumbangkan oleh efek inefisiensi dan efek eksternal diperoleh sebesar 0.0033. Nilai dugaan parameter sigma-squared (σ2) ini nyata pada taraf nyata 0.05 atau keragaman produksi bawang merah yang disumbangkan oleh efek inefisiensi (ui) maupun efek eksternal (vi) sebesar 0.0033 atau sebesar 0.33 persen. Parameter kedua adalah gamma (γ) yang merupakan rasio dari keragaman efek inefisiensi (ui) terhadap keragaman total produksi (σ2) diperoleh nilai dugaan sebesar 0.0044 atau keragaman yang disumbangkan oleh efek inefisiensi terhadap total keragaman (σ2) adalah sebesar 0.0044 atau 0.44 persen. Nilai dugaan parameter kedua ini tidak nyata pada taraf nyata 0.05, artinya total keragaman (σ2) lebih banyak disumbangkan oleh efek eksternal daripada efek inefisiensi. Efek eksternal yang mempengaruhi produksi misalnya pengaruh iklim, cuaca, serangan hama penyakit serta kesalahan pemodelan.

(22)

10

Tabel 3 Efek inefisiensi teknis petani

Efek Inefisiensi Koefisien t hitung

Usia petani (δ1) -0.0004 -0.5133

Lama pendidikan formal petani (δ2)

-0.0031 -1.2516

Lama menjadi petani (δ3) -0.0006 -0.6451

Hubungan antara Efisiensi Teknis dengan Efek Inefisiensi Teknis Petani Efisiensi teknis berkaitan dengan cara pengolahan faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani. Nilai efisiensi teknis berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, maka secara teknis petani sudah efisien. Rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh dari 106 petani adalah 0.9475. Nilai efisiensi ini cukup besar, maka petani bawang merah di Nganjuk secara teknis dalam penggunaan faktor-faktor produksi sudah efisien. Perhitungan efisiensi teknis pada penelitian ini dilakukan melalui bantuan program komputer Frontier 4.1.

Efek inefisiensi teknis mencerminkan kondisi sosial ekonomi petani atau sebagai akibat faktor internal petani. Efek inefisiensi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga peubah, yaitu usia petani, lama pendidikan formal petani, dan lama menjadi petani. Efek inefisiensi ini menjelaskan pengaruh kinerja petani di lapangan terhadap tingkat efisiensinya secara teknis.

Hubungan antara efisiensi teknis dengan efek inefisiensi teknis petani dapat dilihat melalui model sebagai berikut:

ui = δ0 + δ1I1 + δ2I2 + δ3I3 + 

dimana I1 adalah usia petani (tahun), I2 adalah lama pendidikan formal petani (tahun), dan I3 adalah lama menjadi petani (tahun) serta  adalah galat acak. Nilai yang diharapkan yaitu δ0>0, δ1>0, δ2<0, δ3<0. Hasil dugaan efek inefisiensi teknis petani berdasarkan model di atas disajikan pada Tabel 3.

Kurniawan (2008) menjelaskan dalam tesisnya bahwa nilai dugaan yang diharapkan untuk usia petani adalah bertanda positif, artinya semakin tua usia petani maka semakin tidak efisien secara teknis, sedangkan untuk nilai dugaan efek inefisiensi lama pendidikan formal petani dan lama menjadi petani adalah bertanda negatif yang artinya semakin lama petani menjalani pendidikan formal dan semakin lama menjadi petani maka akan semakin efisien secara teknis. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 3, nilai dugaan efek inefisiensi usia petani bertanda negatif dan tidak nyata pada taraf nyata 0.05. Ini berarti semakin tua usia petani maka semakin efisien secara teknis dan tidak memberikan kontribusi positif terhadap efek efisiensi teknis. Hasil analisis untuk efek inefisiensi lainnya yaitu lama pendidikan formal petani dan lamanya menjadi petani sudah sesuai harapan atau nilai koefisien bertanda negatif, artinya semakin lama pendidikan formal petani dan semakin lama menjadi petani akan semakin efisien secara teknis. Namun, kedua nilai ini juga tidak nyata pada taraf nyata 0.05 sehingga tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap efek efisiensi teknis.

(23)

11

Tabel 5 Nilai faktor produksi dan efek inefisiensi dari petani dengan efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi Faktor produksi dan efek inefisiensi Efisiensi lingkungan

Minimum Maksimum Hasil produksi (kg/luas lahan) 2500 7000

Luas lahan (m2) 2500 1400

Bibit (kg/luas lahan) 200 100

Pupuk P (Pkg/luas lahan) 4.8 24

Pupuk K (Kkg/luas lahan) 4.8 69

Pestisida (ml/luas lahan) 1960 678

Tenaga kerja (HKSP) 13 14

Surplus Nitrogen (kg/luas lahan) 104.9 8.6

Usia petani (tahun) 65 38

Lama pendidikan formal petani

(tahun) 9 12

Lama menjadi petani (tahun) 9 28

Tabel 4 Nilai efisiensi lingkungan petani

Efisiensi Lingkungan Jumlah petani Persentase (%)

0.0 ≤ EE < 0.1 5 4.72 0.1 ≤ EE < 0.2 18 16.98 0.2 ≤ EE < 0.3 28 26.41 0.3 ≤ EE < 0.4 52 49.06 0.4 ≤ EE < 0.5 3 2.83 Efisiensi Lingkungan

Perhitungan efisiensi lingkungan dilakukan dengan menggunakan nilai β duga yang sudah diperoleh dari persamaan fungsi produksi translog. Nilai beta yang digunakan hanya yang berinteraksi dengan Z atau surplus Nitrogen. Beta tersebut yaitu βz βzz β1z β2z β3z β4z β5z dan β6z. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata nilai efisiensi lingkungan dari 106 petani bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur adalah sebesar 0.2765, artinya secara umum petani belum efisien secara lingkungan atau penggunaan pupuk Nitrogen belum sesuai dosis anjuran. Nilai maksimum efisiensi lingkungan yang diperoleh sebesar 0.4242, sedangkan nilai minimum efisiensi lingkungannya sebesar 0.0347. Ragam dari efek inefisiensi teknis petani diperoleh sebesar 0.00012. Nilai ini sangat kecil, sehingga sesuai dengan nilai dugaan parameter gamma yang menyatakan bahwa keragaman yang disumbangkan oleh efek inefisiensi terhadap keragaman total hanya sebesar 0.44 persen. Menurut Kurniawan (2008), batas pencapaian efisiensi yang baik yaitu sebesar 0.8. Persentase nilai efisiensi lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase petani yang nilai efisiensi lingkungannya paling besar yaitu berada diantara nilai 0.3-0.4 yaitu sebesar 49.06 persen, sedangkan persentase terkecil terletak antara 0.4-0.5 yaitu sebesar 2.83 persen.

(24)

12

Karakteristik faktor produksi dari petani yang memiliki nilai efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi berdasarkan faktor-faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan petani yang memperoleh nilai efisiensi lingkungan terkecil atau minimum yaitu 0.0347 memiliki tingkat surplus Nitrogen yang tinggi sebesar 104.9 kg/ha, sedangkan petani dengan efisiensi lingkungan terbesar atau maksimum yaitu sebesar 0.4242 memiliki tingkat surplus Nitrogen yang rendah sebesar 8.6 kg/ha. Hasil produksi juga menunjukkan bahwa petani yang memiliki nilai efisiensi lingkungan maksimum memperoleh hasil produksi yang lebih besar yaitu 7000 kg/ha dibandingkan dengan petani yang memiliki efisiensi lingkungan minimum yaitu 2500 kg/ha.

Efek inefisiensi seperti usia petani, lama pendidikan formal petani dan lama menjadi petani menunjukkan bahwa petani dengan usia yang semakin tua, menjalani pendidikan formal yang tidak lama dan belum lama menjadi petani memperoleh nilai efisiensi lingkungan yang minimum. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh petani dengan usia yang lebih muda, menjalani pendidikan formal yang lebih lama dan sudah lama menjadi petani memperoleh nilai efisiensi lingkungan yang lebih baik atau maksimum. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa usia petani yang lebih muda, semakin lama menjalani pendidikan formal dan lebih lama berpengalaman menjadi petani akan semakin efisien secara lingkungan maupun teknis. Hal ini disebabkan, karena petani yang semakin tua akan semakin tidak produktif untuk bertani sehingga hasil produksi akan menurun. Pendidikan formal juga dinilai penting untuk memberikan pengetahuan kepada petani mengenai cara bertani yang baik atau menggunakan dosis sesuai anjuran, sehingga semakin lama petani menjalani pendidikan formal akan membuat efisiensi secara teknis maupun lingkungan dapat tercapai. Pengalaman juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan nilai efisiensi lingkungan ataupun teknis, karena semakin petani berpengalaman akan membuat usaha tani menjadi lebih baik dalam hal penggunaan input-input produksi sehingga nilai efisiensi lingkungan dan teknis akan meningkatkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis stochastic frontier dengan fungsi produksi translog dalam penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa produksi bawang merah dipengaruhi oleh interaksi antara bibit dengan pestisida, interaksi antara pupuk P dengan surplus Nitrogen, dan interaksi antara pupuk K dengan surplus Nitrogen. Kontribusi terbesar terhadap hasil produksi bawang merah dapat dilihat dari nilai elastisitasnya. Nilai elastisitas bibit merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0.1687.

Rata-rata tingkat efisiensi lingkungan petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk yang diperoleh sebesar 0.2765. Hasil ini masih dikatakan rendah. Namun, secara teknis petani bawang merah di Nganjuk sudah efisien dengan rata-rata nilai efisiensi teknisnya sebesar 0.9475. Hal ini berarti petani bawang merah di Nganjuk sangat baik dalam penggunaan faktor-faktor produksi, tetapi penggunaan faktor-faktor produksi yang sesuai dosis masih rendah terutama pupuk Nitrogen.

(25)

13 Rata-rata tingkat efisiensi lingkungan yang diukur berdasarkan surplus Nitrogen petani masih sangat rendah, sehingga dikhawatirkan dampak negatif dari kelebihan Nitrogen ini mencemari lingkungan dan hasil produksi bawang merah akan semakin buruk.

.

Saran

Model regresi yang dibangun pada penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi program pemerintah pada usaha tani bawang merah yang melibatkan petani, karena dapat mengukur tingkat efisiensi petani secara teknis dan terhadap lingkungan. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan terhadap para petani agar petani dapat dengan mudah mendapatkan informasi khususnya mengenai dosis penggunaan pupuk. Pelatihan dan bimbingan juga dirasa dapat membantu menaikkan tingkat efisiensi lingkungan petani bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur sehingga pertanian berkelanjutan dapat dicapai. Selain itu, analisis stochastic frontier dengan fungsi produksi translog dalam penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan dua peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan dan diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih informatif.

DAFTAR PUSTAKA

Agung I, Pasay N, Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisis

Produksi Terapan. Jakarta(ID): PT Raja Grafindo Persada.

Dewi N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Pres.

Draper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:

Applied Regression Analysis. Ed ke-2.

Guo H, Marchand S. 2012. The Environmental Efficiency of Organic Farming in Developing Countries: A Case Study From China. Etudes et Documents. 13. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB

Press.

Kurniawan AY. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usaha Tani Jagung Pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ladiyani. 2007. Pengelolaan Hara Nitrogen untuk Komoditas Sayuran Dataran Tinggi pada Aquandic Dystrudepts Karang Anyar, Jawa Tengah. Badan

Litbang Pertanian. 258.

Mkhabela TS. 2011. An Econometric Analysis of the Economic and Environmental Efficiency of Dairy Farms in the KwaZulu-Natal Midlands [disertasi]. Afirika Selatan (ZA): Stellenbosch University.

Novitasari T. 2012. Sistem Pertanian Berkelanjutan [Internet]. [diunduh 2014 Maret 6]. Tersedia pada: www.slideshare.net/tivadyahnovitasari/sistem-pertanian-berkelanjutan.

(26)

14

Pavelescu FM. 2010. Some Aspects of The Translog Production Function Estimation [disertasi]. Rumania (RO): Institute of National Economy Romanian Academy.

Putrasamedja S, Suwandi. 1996. Varietas Bawang Merah di Indonesia. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Reinhard S. 1999. Econometric Analysis of Economic and Environmental Efficiency of Dutch Dairy Farms [disertasi]. Belanda: Agricultural

(27)

15 Lampiran 1 Nilai korelasi antar peubah bebas

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X1 X2 0.536 X3 -0.007 0.002 X4 -0.015 0.049 0.072 X5 0.620 0.545 -0.137 -0.057 X6 0.298 0.337 0.171 -0.034 0.348 Z 0.184 0.089 -0.098 0.162 0.152 0.127

(28)

16

Parameter regresi Koefisien regresi Galat

baku t hitung t tabel

Intersep (β0) 1.1529 0.9930 1.1610 1.9944 lnX1 (β1) 0.5200 0.3783 1.3745 lnX2 (β2) -0.2932 0.1940 -1.5111 lnX3 (β3) -0.0754 0.0625 -1.2068 lnX4 (β4) 0.2567 0.1907 1.3467 lnX5 (β5) -0.1161 0.2074 -0.5598 lnX6 (β6) 0.1745 0.1776 0.9828 lnZ (βz) -0.1120 0.1092 -1.0264 lnX1 lnX1 (β11) -0.0025 0.0688 -0.0359 lnX2 lnX2 (β22) 0.0408 0.0348 1.1730 lnX3 lnX3 (β33) 0.0006 0.0017 0.3317 lnX4 lnX4 (β44) 0.0018 0.0031 0.5736 lnX5 lnX5 (β55) -0.0284 0.0346 -0.8194 lnX6 lnX6 (β66) 0.0073 0.0278 0.2630 lnZ lnZ (βzz) 0.0090 0.0092 0.9741 lnX1 lnX2 (β12) -0.1107 0.0579 -1.9119 lnX1 lnX3 (β13) -0.0416 0.0451 -0.9232 lnX1 lnX4 (β14) -0.0169 0.0650 -0.2592 lnX1 lnX5 (β15) -0.0211 0.0565 -0.3727 lnX1 lnX6 (β16) 0.0587 0.0678 0.8667 lnX1 lnZ (β1z) -0.0164 0.0166 -0.9857 lnX2 lnX3 (β23) 0.0402 0.0298 1.3499 lnX2 lnX4 (β24) -0.0284 0.0594 -0.4785 lnX2 lnX5 (β25) 0.1644*) 0.0528 3.1109 lnX2 lnX6 (β26) -0.0705 0.0515 -1.3676 lnX2 lnZ (β2z) 0.0129 0.0168 0.7675 lnX3 lnX4 (β34) 0.0036 0.0159 0.2289 lnX3 lnX5 (β35) 0.0089 0.0196 0.4550 lnX3 lnX6 (β36) -0.0008 0.0134 -0.0605 lnX3 lnZ (β3z) 0.0156*) 0.0074 2.1150 lnX4 lnX5 (β45) -0.0254 0.0501 -0.5073 lnX4 lnX6 (β46) 0.0442 0.0411 1.0754 lnX4 lnZ (β4z) -0.0194*) 0.0086 -2.2489 lnX5 lnX6 (β56) -0.0573 0.0443 -1.2921 lnX5 lnZ (β5z) 0.0249 0.0150 1.6664 lnX6 lnZ (β6z) -0.0113 0.0099 -1.1344 Sigma-squared (σ2) 0.0033*) 0.0004 7.4194 Gamma (γ) 0.0044 1.3572 0.0032

Keterangan: *) nyata pada taraf nyata 0.05 Lampiran 2 Koefisien nilai beta duga (β)

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 04 April 1992 dari ayah bernama Ahmad Iqbal dan ibu bernama Sunarti. Penulis merupakan anak Sulung dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Paseban 18 Pagi pada tahun 2004. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 76 Jakarta dan tamat pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Jakarta dan lulus pada tahun 2010. Setelah tamat SMA, penulis diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur masuk USMI.

Selama kuliah, penulis aktif mengikuti kegiatan himpunan keprofesian Gamma Sigma Beta Statistika IPB sebagai staf Human Resource Development (HRD) pada tahun 2012. Setelah itu penulis menjadi bagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA IPB Departemen Minat Bakat dan Pengembangan Diri Mahasiswa dan diamanahkan sebagai bendahara departemen. Kegiatan lain yang diikuti penulis yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis dan sering menjuarai pertandingan antar departemen di FMIPA maupun antar fakultas di IPB. Kegiatan kepanitiaan juga pernah diikuti oleh penulis, seperti kepanitiaan Statistika Ria, Pesta Sains IPB, Gebyar Nusantara IPB, Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru, Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen.

Gambar

Gambar 1  Tiga fase produksi
Gambar 2  Fungsi Stochastic Frontier
Tabel 1  Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi
Tabel 3  Efek inefisiensi teknis petani

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya, maka penulis membuat analisa usulan untuk memberikan kinerja internet atau manajemen bandwidth yang

Mereka tidak mau lagi membayar zakat karena berbagai sebab, ada diantaranya karena kekikiran semata. Ada juga yang berpendapat bahwa hanya Nabi SAW saja yang berhak

Hasil penelitian menunjukkan bah- wa: (1) buku pegangan guru dan buku pegangan siswa dalam setiap tema mengandung muatan nilai- nilai karakter dengan jumlah bervariasi dan

Solusi klasik untuk itu adalah dengan mengkonversi buku awas dalam format huruf braille atau tulisan timbul yang dapat diakses oleh Tunanetra.. Akan tetapi lembaga yang

bayi baru lahir. Salah satu tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah menyediakan pelayanan antenatal terpadu, kornprehensif dan berkualitas, termasuk konse!ing KB

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat pada pokoknya menuntut perceraian dengan Tergugat dengan alasan hubungan perkawinan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air biji pepaya dosis rendah sampai dengan dosis tinggi pada mencit memiliki potensi yang sama dengan