• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO PASCA PENGEBORAN DAN UJI ALIR SUMUR MT- 3 DAN MT- 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO PASCA PENGEBORAN DAN UJI ALIR SUMUR MT- 3 DAN MT- 4"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO

PASCA PENGEBORAN DAN UJI ALIR SUMUR MT-

3 DAN MT- 4

Rina Wahyuningsih* and Kastiman Sitorus*

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral,

Departmen Energi dan Sumber Daya Mineral

Abstract

From five exploration wells in the Mataloko geothermal field, three wells (MT-2, MT-3 and MT-4) were flow-tested based on the critical lip pressure and orifice methods. Optimum capacity of the three wells are relatively small (about 25 ton/hr) at a range of wellhead pressure of 4 – 6 Kscg. The small output is due to the low permeability of formation in the MT-3 well. The permeability thickness (Kh) of MT-2 (14.43 Darcy meter) is much higher than MT-3, eventhough the distance between those two wells is only about 125 meter. MT-2 and MT-3 wells produce dry steam, meanwhile MT-4 produces two-phase fluid with steam output of 2 ton/hour at WHP 4 kscg. This paper shows an evaluation to the wells based on considerations from the following recent data such as geology, drilling parameter, PTS logging and flow test data.

PENDAHULUAN

Dari data geosain, lapangan panas bumi Mataloko (steam dominated reservoir) merupakan salah satu lapangan panas bumi di Indonesia Timur yang layak untuk dikembangkan. Lapangan panas bumi ini terletak di ±15 km timur Kota Bajawa, Ibukota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, pada koordinat 121º00’00”-121º48’30” T dan 08º48’30”-08º50’30” S (Gambar 1). Pengembangan lapangan panas bumi Mataloko sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) diharapkan dapat meningkatkan rasio kelistrikan di Kabupaten Ngada yang hanya 38,25% (data PLN, tahun 2003). Perjanjian kerja sama pengembangan lapangan panas bumi Mataloko antara Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSM), PT PLN Persero, dan Pemerintah Kabupaten Ngada telah ditandatangani pada Juli 2004. Tiga institusi terkait sepakat untuk mengembangkan PLTP Mataloko berkapasitas 2,5 MW.

\Sampai saat ini, pengeboran 5 sumur eksplorasi di lapangan panas bumi Mataloko telah diselesaikan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Sumur-sumur tersebut, yaitu MTL-01 (TD=123,23m), MT-1 (TD=207,26m), MT-2 (TD=180,02m), MT-3 (TD=613,0m) dan MT-4 (TD=756,47m) berpotensi menghasilkan uap panas bumi. Sumur MTL-01 dan MT-1 telah ditutup dengan semen karena adanya semburan liar uap panas dan gas. Sumur MT-2 berhasil menyemburkan uap kering (superheated 20,28 – 21,28 ºC) yang setara dengan 1,48 MWe (16 – 18 ton/jam) pada tekanan operasi 5,5 – 3,0 barg (Sitorus, K., 2003). Aliran uap (temperatur 182,4-192,3 ºC) diperkirakan berasal dari feed zone pada interval kedalaman 130,0 – 175 m.

Setelah pengeboran dua sumur delineasi MT-3 dan MT-4, dilakukan uji alir fluida jangka panjang (27 Mei – 28 Agustus 2004) untuk mendapatkan potensi optimum kedua sumur tersebut dan kondisi reservoir lapangan panas bumi Mataloko. Kedua sumur ini diharapkan dapat menambah pasokan uap untuk PLTP 2,5 MW di Mataloko.

(2)

SUMUR MT-3 DAN SUMUR MT-4

Pengeboran sumur delineasi MT-3 dan MT-4 dilakukan di daerah prospek Mataloko, yaitu di Desa Todabelu, Kecamatan Golewa. Secara geografis, sumur MT-3 terletak pada posisi UTM X=288878,869m; Y=9022854,446m dan ketinggian ± 963,445 m dpl., sedangkan MT-4 pada X=286612,122m; Y=9023021,146m dan ketinggian ± 983,498 m dpl. (Gambar 2).

Sumur MT-3 merupakan sumur standar (standard hole), terdiri dari selubung 13 3/8” (0 – 44,37 m), selubung 10 ¾” (0 – 209,0 m), selubung 8 5/8” antara 192,54 – 490 m (blind

liner 192,54 – 225,83 m dan 472,65 – 490,0 m; slotted liner = 225,83 – 472,65 m), yang

dilanjut dengan 7 7/8” open hole (490 – 558,25 m) dan 5 5/8” open hole pada 558,25 – 613 m. Selama operasi pengeboran sumur MT-3 tidak tercatat kejadian hilang sirkulasi (baik PLC maupun TLC) pada kedalaman yang ditargetkan sebagai feed zone (225 – 613 m) (Gambar 3).

Sumur MT-4 juga merupakan sumur standar dengan konstruksi sumur terdiri dari selubung 13 5/8” (0 – 55,22 m), selubung 10 ¾” (0 – 241,0 m), 8” slotted liner (133 – 467,68 m) dan 6” slotted liner pada kedalaman 462 – 756,47 m. Pada pengeboran sumur MT-4, antara 250 – 756,47 m terjadi beberapa kali hilang sirkulasi, yaitu hilang sirkulasi sebagian (PLC) di kedalaman 643 m (static loss = 200 lpm) dan hilang sirkulasi total (TLC) pada kedalaman 700-756,47 m (Nanlohi, F. 2004). Data hilang sirkulasi ini seolah-olah menunjukkan litologi sumur MT-4 berpermeabilitas sedang (Gambar 4). Litologi sumur MT-3 hingga kedalaman 196 m terdiri dari selang-seling breksi tufaan terubah dengan andesit terubah. Kedalaman 196 – 613 m diwakili oleh andesit terubah yang mengandung paleosoil berwarna merah – coklat (275 – 500 m). Seluruh batuan telah terubah hidrotermal dengan intensitas ubahan sedang sampai sangat kuat (SM/TM = 20 – 80%) dan tergolong tipe ubahan argilik – propilitik. Berdasarkan ciri fisik dan jenis alterasinya, maka litologi sumur MT-3 dibedakan menjadi lapisan over burden (permukaan – 6 m), lapisan penudung atau clay cap (6 – 539 m) dan zona reservoir bagian atas (539 – 613 m).

Zona struktur terdapat pada interval kedalaman 33.75 – 38.6 m. Hal ini berdasarkan parameter bor (PLC = 10-105 lpm) dan adanya drilling break. Zona struktur ini sudah disumbat dengan penyemenan selubung 10¾” di kedalaman 0 – 209,0 m.

Litologi sumur MT-4 (permukaan – 756,47 m) dicirikan oleh selang-seling breksi tufa terubah, tufa dasitik terubah dan andesit terubah. Intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sangat kuat (SM/TM = 10 – 85%) yang diwakili tipe ubahan argilik dan

phyllic. Ubahan hidrotermal dari kedalaman 3-493 m termasuk tipe ubahan Argilik yang

berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap). Batuan ubahan pada kedalaman 493-556 m termasuk tipe ubahan Phyllic, sedangkan batuan di kedalaman 493-556-659m merupakan zona ubahan transisi antara tipe argilik dan tipe propilitik. Batuan ubahan pada kedalaman 659-756,47 m termasuk tipe ubahan Propilitik (zona reservoar).

UJI ALIR SUMUR MT-3 DAN MT-4

Kedua sumur MT-3 dan MT-4 telah diuji alir jangka pendek (metode lip pressure) dan jangka panjang dengan metode lempeng orifis (orifice plate method). Hasil uji alir fluida sumur MT-3 dengan metode lip pressure (pipa uji 3”) pada 1 – 12 Februari 2004 menunjukkan bahwa laju alir uap sumur MT-3 berkisar antara 8,5 – 9,66 ton/jam (temperatur = 124 - 129ºC) pada tekanan kepala sumur (TKS) 3 barg. Sedangkan pada TKS 5,8 – 6,4 barg laju alir uap sebesar 4,42 – 6,31 ton/jam (temperatur = 96 – 124 ºC) tercatat pada tekanan operasi 5,8 – 6,4 barg. Selama pengujian, TKS dan laju alir uap

(3)

cenderung mengalami penurunan. Pada uji Pressure Built Up (PBU) tercatat TKS yang relatif lebih kecil dibandingkan TKS sumur MT-3 (9,0 barg) saat sumur ditutup setelah semburan awal.

Sumur MT-4 menyemburkan fluida 2 fasa (uap + air). Pada TKS 3,1 – 7,0 barg tercatat laju alir fluida sebesar 5,7 – 4,45 ton/jam. Selama pengujian, laju alir fluida tidak stabil dan terjadi penurunan TKS yang signifikan. Sumur kemudian ditutup untuk test PBU, dan TKS tercatat sebesar14,7 barg.

Pengujian jangka panjang sumur MT-3 dengan Pu (upstream pressure) ±3 barg dilakukan di masing-masing TKS 4,5 barg, 5,5 barg, dan 6 barg. Pada TKS 4,5 barg tercatat laju alir uap relatif stabil 6,57 – 7,54 ton/jam, temperatur 138 – 144.5 ºC (superheated 0,28 – 2,28 ºC) dengan entalpi 2726,15 -2728,40 kJ/kg. Pada TKS 5,5 barg, fluida berupa saturated steam dengan laju alir uap 3,95 – 4,08 ton/jam, temperatur 141,0 – 142,5 ºC dan entalpi sebesar 2725,40 – 2728,40 kJ/kg. Laju alir 2,58 – 3,10 ton/jam (saturated steam) tercatat pada TKS 6,0 barg dengan temperatur 138,0 – 141,0 ºC dan entalpi 2722,2 – 2726,90 kJ/kg (Gambar 5).

Pengujian dengan Pu 5,0 barg dilakukan pada TKS 6,5 barg, 6,0 barg dan 5,5 barg, fluida berupa saturated steam. Pada TKS 6,5 barg laju uap relatif rendah (1,93 – 1,95 ton/jam), temperatur 147,5 – 149,0 ºC dan entalpi 2748,25 – 2748,70 kJ/kg. Untuk TKS 6,0 barg, tercatat laju alir sebesar 1,98 – 2,03 ton/jam, temperatur 149,0 – 150,0 ºC dan entalpi 2748,25 – 2750,50 kJ/kg. Laju alir sebesar 3,01 – 3,09 ton/jam dimonitor pada TKS 5,5 barg, temperatur 148,5 – 151,0 ºC dan entalpi 2746,90 – 2748,70 kJ/kg.

Program pengujian dengan Pu 5,5 barg dilakukan pada TKS 6,0 barg dan TKS 6,5 barg berupa saturated steam (Gambar 7). Untuk TKS 6,0 barg dan 6,5 barg, masing masing mempunyai laju alir 2,23 – 2,33 ton/jam dan 1,14 – 1,23 ton/jam, temperatur 152 – 153,0 ºC dan 146,0 – 150 ºC, serta entalpi 2752,60 – 2753,00 kJ/kg dan 2748,25 – 2753,00 kJ/kg.

Sumur MT-4 mengalirkan fluida dua fasa karena itu pengujian menggunakan HP-separator (High Pressure HP-separator). Program uji dilaksanakan pada Pu 5,5 barg dan 3,0 barg dalam berbagai variasi TKS. Laju alir uap pada Pu 5,5 barg (TKS 6,0 barg) relatif kecil, yaitu 1,38 – 1,52 ton/jam (laju alir air 0,02 – 0,1 ton/jam). Aliran air yang cukup besar (intermittent) terjadi pada selang waktu 3 – 6 jam. Aliran air ini memenuhi HP-separator, kemudian mengalir melalui jalur pipa uap sehingga parameter uji tidak dapat dimonitor. Pada program Pu 3,0 barg (TKS 5 barg), tercatat laju alir uap 0,89 – 1,43 ton/jam (temperatur uap 132,5 – 141,5 ºC) dan laju alir air 0,01 ton/jam. Frekuensi luapan air di HP-separator meningkat pada selang waktu 3 jam yang mengakibatkan program pengujian tidak stabil. Luapan air di HP-separator (±1,5 ton/jam) berulang kembali pada TKS 5 barg (Pu = 3,0 barg) menyebabkan penurunan tajam di TKS dan Pu. Laju alir uap pada program ini (Pu 3,0 barg; TKS 5 barg) tercatat 1,91 - 2,3 ton/jam (laju alir air ±0,036 ton/jam). Pengujian jangka panjang hanya dilakukan pada Pu ±5,5 barg dan TKS ±6 barg yang juga memberikan parameter yang tidak stabil (TKS turun sampai 5,5 barg dan luapan di HP-separator terjadi pada selang waktu 6 jam). Laju alir uap sekitar 1,54 – 2,15 ton/jam (laju alir air ±0,036 ton/jam) terekam pada program Pu 5,05 -5,40 barg dan TKS 5,5 – 5,8 barg (Gambar 6).

PENGUKURAN KUSTER P – T LOGGING

Penjajagan sumur MT-3 dilakukan dengan sinker bar dan duduk di kedalaman 541,0 m, yang menunjukkan pendangkalan sumur sebesar 72 m (total kedalaman saat pemboran 613 m). Pengukuran temperatur dan tekanan (P-T logging) sumur MT-3 dilakukan saat

(4)

sumur dialirkan (dynamic condition) dan pada saat sumur ditutup untuk tes PBU (static

condition) .

Pengukuran P-T logging saat sumur dialirkan pada TKS 6,5 barg (Pu 5,5 barg) menunjukkan lubang sumur yang diisi oleh kolom uap. Temperatur tertinggi (171,28 – 173,29 ºC) terekam pada kedalaman 250 – 450 m, yang diasumsikan sebagai feed zone sumur MT-3. P-T logging pada TKS 5,5 barg (Pu 3,0 barg) dan TKS 6,0 barg (Pu 5,5 barg) menunjukkan adanya kolom uap dan kolom air di lubang sumur MT-3. Ketinggian air pada kedua pengukuran tersebut di atas adalah pada kedalaman 350 m dan 300 m, sedangkan temperatur tertinggi sebesar 195,76 ºC dan 204,08 ºC tercatat di kedalaman 541 m (Gambar 7).

Temperatur tertinggi hasil pengukuran P-T logging saat sumur MT-3 ditutup untuk tes PBU adalah 182,60 – 198,32 ºC (kedalaman 500 – 540 m) dan puncak kolom air pada 400 m. Kondisi ini konsisten dengan temperatur hasil pengukuran saat sumur dialirkan pada TKS 5,5 barg (Pu 3,0 barg) dan TKS 6,0 barg (5,5 barg).

Saat run sinker bar di sumur MT-4 sempat terhambat di kedalaman 219 m, yang akhirnya dapat mencapai kedalaman 748,15 m. Hal ini mengindikasikan adanya pendangkalan sekitar 8,3 m di sumur MT-4. Pengukuran P-T logging saat sumur dialirkan (TKS 6,0 barg dan Pu 5,5 barg) memberikan temperatur 205,52 ºC pada kedalaman 650 m, sedangkan tekanan di lubang sumur bervariasi antara 5,87 – 9,7 barg. Profil tekanan-temperatur sumur MT-4 dicirikan oleh kolom uap dengan fraksi air. Pengumpulan fraksi air terjadi di kedalaman 100 m, menyebabkan penurunan TKS dari 6,0 barg menjadi 5,69 barg dan diikuti oleh luapan aliran air di HP-separator. Pengukuran P-T logging pada kondisi statik mengalami hambatan di kedalaman 219 m. Chart-recorder rusak setelah logging-tool mencapai kedalaman 747 m sehingga tidak ada rekaman data temperatur-tekanan (Gambar 8).

DISKUSI

Diskusi ini akan membahas faktor (kendala) yang menyebabkan kecilnya potensi (out

put) sumur MT-3 dan MT-4 dan layak tidaknya sumur-sumur tersebut sebagai pemasok

uap dalam pengembangan PLTP 2,5 MWe di Mataloko.

Seperti diketahui bahwa dalam pemboran sumur MT-3 (kedalaman 225 -613 m), tidak menampilkan kejadian hilang sirkulasi (PLC atau TLC). Berarti, litologi sumur MT-3 di kedalaman 225 -613 mKU diwakili batuan yang mempunyai permeabilitas kecil. Pendangkalan sumur MT-3 sebesar 72 m semakin mempersempit ruang penerobosan uap ke lubang sumur MT-3. Dengan demikian, kecilnya potensi sumur MT-3 (±7 ton/jam pada TKS 4,5 barg, Pu 3 barg) disebabkan oleh kecilnya permeabilitas batuan dan adanya pendangkalan sumur. Disamping itu, tekanan operasi 4,5 barg (Pu 3 barg) pada sumur MT-3 tidak memadai sebagai pemasok uap pada PLTP Mataloko dengan

condensing turbine yang tekanan masuk minimumnya 5,5 barg. Karakter aliran uap

sumur MT-3 (laju alir uap ±7 ton/jam) akan lebih cocok kalau menggunakan turbin bertekanan rendah (low/back pressure turbine)

Berdasarkan profil tekanan-temperatur bawah permukaan sumur MT-4 tampak bahwa kisaran temperatur uap sebesar 179,44 – 205,52 ºC di kedalaman 550 – 747 m adalah lebih besar dibandingkan temperatur saturasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa feed zone di sekitar kedalaman 650 m mengalirkan uap kering (superheated steam) ke lubang sumur MT-4. Ketika uap mengalir dan memasuki kedalaman 500 m hingga permukaan, terjadi penurunan temperatur uap, bahkan sampai dibawah temperatur saturasi. Uap

(5)

kering berubah menjadi uap basah (mengandung fraksi air) karena memasuki zona dingin di kedalaman antara 500 – 250 m dan fraksi air terkonsentrasi di sekitar kedalaman 100 m. Kolom cairan di sekitar kedalaman 100 m ditekan keluar sehingga terjadi luapan aliran air di HP-separator (selang 3 – 6 jam). Luapan aliran air ini sangat mengganggu stabillitas laju alir uap sumur MT-4. Adanya luapan aliran air di HP-separator menyimpulkan bahwa aliran uap sumur MT-4 adalah tidak cukup memadai sebagai pemasok uap untuk PLTP Mataloko.

Pengembangan PLTP 2,5 MWe (low pressure turbine) di Mataloko memerlukan pasokan uap sedikitnya 40 ton/jam. Potensi sumur MT-2 (16 – 18 ton/jam) dan sumur MT-3 (±7 ton/jam) yang jumlahnya sekitar 25 ton/jam adalah tidak cukup untuk PLTP 2,5 MWe di Mataloko. Karena itu, perlu merencanakan pengeboran sumur-sumur tambahan dengan target kedalaman 1000 m atau hingga kedalaman 1500 m.

SIMPULAN DAN SARAN

Laju alir uap maksimum sumur MT-3 (superheated steam 0,28 – 2,28 ºC) sebesar 6,57 – 7,54 ton/jam (temperatur uap = 138 – 144,5 ºC dan entalpi = 2726,15 -2728,40 kJ/kg) diperoleh pada TKS 4,5 barg (Pu ±3 barg) berasal dari feed zone dengan permeabilitas relatif kecil.

Karakteristik aliran uap sumur MT-4 (laju alir uap sebesar 1,91 – 2,3 ton/jam dan laju alir air ±0,036 ton/jam) dengan luapan air di HP-separator sebesar 1,5 ton/jam pada selang waktu 3 – 6 jam adalah tidak memenuhi syarat sebagai pemasok uap PLTP Mataloko. Untuk memenuhi target pasokan uap sekitar 40 ton/jam pada PLTP 2,5 MW Mataloko, perlu dilakukan pengeboran sumur-sumur tambahan dengan total kedalaman antara 1000 m hingga 1500 m.

DAFTAR PUSTAKA

Bain, R. W. M. A., Inst. A. P., 1964. STEAM TABLES. Physical Properties of Water and

Steam (0-800oC and 0-1000 bars). Her Majesty’s Stationary Office. EDINBURG – State House. LONDON, W. C. I.

Fredy, N., 1997. Geologi Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores-NTT. Dit. Vulkanologi. Unpubl.

---, 1998. Laporan Geologi dan Pemetaan Batuan Ubahan Daerah Panas Bumi

Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores Tengah-NTT. Dit. Vulkanologi. Tidak

Dipublikasikan.

---, 2003. Pemboran Sumur Delineasi MT-4 (Konstruksi Sumur-Semi Eksploitasi), Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada-Nusa Tenggara Timur. Dit. Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Unpubl.

Interim Report, 1998, 1999, 2000. Research Cooperation on the Exploration Small-Scale

Geothermal Resources in the Eastern Part of Indonesia, Geol. Surv. Japan. 1-3

Higashi 1-chome, Tsukuba, Ibaraki, 305-8567 Japan.

Munandar, A., Kusdaryanto and Sumaryadi, M., 1997. Explanation to a geological map

(6)

Munandar, A., 2003. Pemboran Sumur Delineasi MT-3 (Konstruksi Sumur-Semi Eksploitasi), Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada-Nusa Tenggara Timur. Dit. Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Unpubl.

Nanlohi, F., 2003. Pemboran Sumur Delineasi MT-4 (Konstruksi Sumur-Semi Eksploitasi), Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada-Nusa Tenggara Timur. Dit. Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Unpubl.

Sitorus, K. And Fredy, N., 2000. Subsurface Geology of the Mataloko Shallow Well (MTL-01), the Mataloko Geothermal Field, Ngada-NTT, Flores-Indonesia. IAVCEI (18-22 July 2000), Indonesia.

Sitorus, K. et. al., 2000. Drilling Activity in the Mataloko Geothermal Field, Ngada-NTT,

Flores-Indonesia. Proceeding of the 5th INAGA Annual Scientific Conference and

Exhibitions. Yogyakarta, March 7-10, 2001.

STANDAR NASIONAL INDONESIA, 2000. Metode Uji Alir Fluida Sumur Panas Bumi. Badan Standardisasi Nasional. Preparing for Publication.

Takahashi, H., et al., 1998. Geothermal Geological Map of Mataloko, Wolo Bobo and

Nage Areas, Flores-Indonesia. 1998 Interim Report, Geol. Surv. Japan. 1-3 Higashi

1-chome, Tsukuba, Ibaraki, 305-8567 Japan.

Tim Uji Alir Fluida Sumur MT-2, 2001. Laporan Uji Alir Uap Sumur MT-2, Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, NTT, Flores-Indonesia. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Tidak Dipublikasikan.

Tim Uji Alir Fluida Sumur MT-3 dan MT-4, 2004. Laporan Uji Alir Uap Sumur MT-3dan

MT-4, Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, NTT, Flores-Indonesia.

(7)
(8)

MTL-01 (Thermal Gradient Well) ¾TD = 103.23 m ¾Discharged steam ¾Plugged MT-3 (Delineation Well) ¾TD = 613.00 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing MT-1 (Exploration Well) ¾Steam Blow-out at ¾TD 207.26 m ¾Plugged MT-2 (Exploration Well) ¾TD = 180.02 m ¾Discharged steam ¾Monitoring well MT-4 (Delineation Well) ¾TD = 756.47 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing MTL-01 (Thermal Gradient Well) ¾TD = 103.23 m ¾Discharged steam ¾Plugged MT-3 (Delineation Well) ¾TD = 613.00 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing MT-1 (Exploration Well) ¾Steam Blow-out at ¾TD 207.26 m ¾Plugged MT-2 (Exploration Well) ¾TD = 180.02 m ¾Discharged steam ¾Monitoring well MT-4 (Delineation Well) ¾TD = 756.47 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing MTL-01 (Thermal Gradient Well) ¾TD = 103.23 m ¾Discharged steam ¾Plugged MT-3 (Delineation Well) ¾TD = 613.00 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing MT-1 (Exploration Well) ¾Steam Blow-out at ¾TD 207.26 m ¾Plugged MT-2 (Exploration Well) ¾TD = 180.02 m ¾Discharged steam ¾Monitoring well MT-4 (Delineation Well) ¾TD = 756.47 m ¾Discharged steam ¾Long term well testing

Gambar 1. Peta Lokasi Lapangan Panas Bumi Mataloko

(9)

Swelling Clay

Intense Altered Rock Low - Medium Altered Rock

600 596 613 613.00 m 7 7/8" OPEN HOLE 550 558.25 m AT 5 5/8" OPEN HOLE 472.65 m AT 500 490 490.00 m 8 5/8" CASING SET AT 490 m 400 410 450 Paleosoil 350 8 5/8" SLOTTED - LINER 9 5/8" HOLE AT 250 AT 278 300 314 192.54 m 209.0 m 8 5/8" - BLIND LINER 212.10 m 225.83 m 166 AT BTT 200 196 12 1/4" HOLE 150 148 BTT BTT 85 100 10 3/4" CASING AT 13 3/8" CASING 17 1/2" HOLE AT 50 44.37 m 56.00 m 73 SURFACE DEPTH ( m ) 6 BTT Gambar-3.

Konstruksi (Casing Design ) Sumur MT-3

Lapangan Panas Bumi Toda Belu - Mataloko, Ngada - NTT.

AL T. IN TE NS IT Y LI TH O L OG IC LO G 10" x 3000 Psi 3 1/8" Wing Valves

(10)

SURFACE

Swelling Clay

Low Altered Medium Altered Strong Altered Very Strong Altered

756.47 m ( TD )

AT Altered Andesite BTT Altered Tuffaceous Bx. TDT Altered Dacitic Tuff

Tr an si tion z on e 580 600 7 5/8" Hole 650 AT 6" Slotted Liner P ropili tic Ty py 700 750 493 500 P hill ic T

ypy TDT 6" Slotted Liner 550 550.00 m 456 BTT AT 400 BTT 462.00 m 450 325 8" Slotted Liner 346 350 367 300 BTT 313 9 5/8" Hole 150 10 3/4" casing AT A rgill ic A lte ra tion Ty pe 200 197 BTT 241.00 m 250 280 AT 65.00 m 100 95 BTT 125 133.00 m DEPTH ( m ) BTT 21 17 1/2" Hole 45 AT 50 55.22 m 13 5/8" casing Gambar-4.

Konstruksi (Casing Design ) Sumur MT-4

Lapangan Panas Bumi Todabelu - Mataloko, Kabupaten Ngada - NTT

A L T. I N TE N S IT Y LI THO L O G IC

Conduit Valve Manometer

LO G 12 1/4" Hole 250.00 m 467.68 m 9 5/8" Hole

(11)

Gambar 5. Grafik Hubungan antara WHP, Enthalpi dan Laju alir Uap terhadap Waktu Sumur MT-3, Lapangan Panas Bumi Mataloko, Ngada NTT

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Time (hours) W H P (b ar g) , M (to n/ ja m ) 1000 1400 1800 2200 2600 3000 E n th al pi (k j/k g) WHP (barg) M (ton/hr) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 765 785 805 825 845 865 885 905 925 945 Time (hours) W H P ( b a rg) , M ( ton/ hr ) 1000 1400 1800 2200 2600 3000 En th a lp i ( k j/k g ) WHP (barg) M (ton/hr) hg (kJ/kg) Pu = 3.0 barg Pu = 5.5 barg

(12)

Gambar-6. Grafik hubungan antara TKS, entalpi dan laju alir uap terhadap waktu pada Sumur MT-4 ( Pu ± 3.0 barg, Pu ± 5.5 barg dan Long Term), Lapangan Panas Bumi Mataloko, Ngada - NTT.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120 132 144 156 168 180 192 204 216 228 240 252 264 276 288 Time (hours) WH P ( b ar g) , M ( to n /hr ) 1000 1400 1800 2200 2600 3000 E n th al p i (k j/ kg ) W HP (barg) M Steam tons/hr hg (kJ/kg)

Pu ± 5.5 barg Pu ± 3.0 barg Long Term , WHP ± 6.0, Pu ± 5.5 barg

0 100 200 300 400 500 600 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 20.0 21.0 22.0 23.0 24.0 25.0 26.0 de pt h ( m ) Pressure-bar (11/06/2004) Temperature-°C x 10 (11/06/2004) Pressure-bar (26/06/2004) Temperature-°C x 10 (26/06/2004) Pressure-bar (14/07/2004) Temperature-°C x 10 (14/07/2004) Pressure-bar (24/07/2004) Temperature-°C x 10 (24/07/2004)

WHP 5.5 barg, Pu 3.0 barg, Tu 142 C, M : 4 ton/hour WHP 6.5 barg, Pu 5.5 barg, Tu 150 C, M : 1 ton/hour WHP 6.0 barg, Pu 5.5 barg, Tu 150 C, M : 1.7 ton/hour Stati

Gambar-7. Grafik P-T Logging Versus Kedalaman Sumur MT-3, Lapangan Panas Bumi Todabelu-Mataloko, Ngada - NTT.

(13)

Gambar-8. Grafik P-T Logging Sumur MT-4, Lapangan Panas Bumi Todabelu-Mataloko, Ngada - NTT.

( 18 Agustus 2004 ) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 de pt h ( M et er ) Pressure (bar) T (°C) x 10 Ts (°C) x 10

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Sumur Eksplorasi Mataloko
Gambar 5. Grafik Hubungan antara WHP, Enthalpi dan Laju alir Uap terhadap Waktu Sumur MT-3, Lapangan Panas Bumi Mataloko, Ngada NTT

Referensi

Dokumen terkait

Pada hipotesis kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah

Diharapkan Output Program Hasil 1 Pengguna memilih menu “Laporan Perkembangan” Klik submenu “Koperasi Berdasarkan Wilayah” Sistem akan menampilkan form koperasi

Aset tidak lancar diklasifikasikan sebagai kelompok aset yang dilepaskan atau dikuasai untuk dijual yang diukur atas dasar mana yang lebih rendah antara

Pada pengukurannya digunakan standar dua dimana sampel akan diatur suhu awalnya 50 o C dalam satu menit pertama kemudian dipanaskan sampai suhu 95 o C dalam waktu 7.5 menit

Output yang dihasilkan dari aplikasi ini adalah notifikasi pengiriman melalui email untuk pengirim, notifikasi pengiriman untuk penerima melalui SMS, resi

Kaitannya dengan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, menggunakan bahasa yang sederhana atau bahasa sehari-hari sehingga mudah

Tiang dari kayu yang mendukungn rangka atap, lantai serta sebagai bagian rangka bangunan rumah induk berjumlah 18 tiang.. Tiang utama yang terletak ditengah-tengah bangunan

LALU INVOICE S.D SAAT INI (AMANDEMEN NO. 5) UNIT SISA KONTRAK Mobilization/Demobilization JUMLAH ……….... URAIAN Housing Allowance