• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Subnetting IPv4 dengan Packet Tracer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simulasi Subnetting IPv4 dengan Packet Tracer"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 7 menunjukkan hasil yang relatif sama dengan Gambar 6, dimana nilai epoch yang semakin besar akan meningkatkan nilai akurasi yang signifikan. Namun, dengan kenaikan nilai epoch ini, nilai peningkatannya juga tidak begitu signifikan dalam dataset ini. Kenaikan MAE dari jumlah epoch 3 ke jumlah epoch 100 adalah 0.006.

Dengan variabel nilai epoch yang tidak begitu signifikan untuk mengurangi nilai RMS, MAE, dan R2 Squared, oleh karenanya, peneliti menggunakan epoch 20 untuk bisa di kalkulasikan dalam di estimasi time series-nya. Hasil evaluasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

RMS = 0.032 Loss = 0.001 MAE = 0.007 R2 Square = 0.68

Dengan demikian, Gambar 8 mendeskripsikan sebuah simulasi hasil forecasting untuk Kelembapan dan Temperatur.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Hasil Forecasting Time vs Kelembapan (b) Hasil Forecasting Time vs Temperatur

VI. PENUTUP

Di dalam penulisan makalah ini, penulis telah mengimplementasikan sebuah metode LSTM untuk

Forecasting di dalam data variabel Temperatur dan

Kelembapan ke dalam Raspberry Pi untuk IoT sistem. Dalam hasil penelitiannya, metode LSTM memiliki tingkat akurasi yang sangat baik untuk bisa menghasilkan output forecast dengan minimalisasi error. Selain itu, nilai epoch yang besar tidak mengubah nilai RMS untuk menurunkan error rate tersebut. Oleh karenanya, peneliti tidak menggunakan epoch yang besar dikarenakan adanya penggunaan memori yang berlebihan.

Hasil output metode untuk LSTM adalah rata-rata RMS = 0.032, Loss = 0.001, MAE = 0.007, dan R2 Square = 0.68. Kategori output ini tergolong relatif baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. Ajib Setyo Arifin dari Universitas Indonesia untuk masukan terkait dengan Forecasting ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] V. Ricquebourg, D. Menga, D. Durand, B. Marhic, L. Delahoche, and C. Logé, “The smart home concept: Our immediate future,” 2006 1st IEEE Int. Conf. E-Learning Ind. Electron. ICELIE, pp. 23– 28, 2006.

[2] TechTarget, “Smart Home / Building.” [Online]. Available: https://internetofthingsagenda.techtarget.com/definition/smart-home-or-building.

[3] B. Ray, “NB-IoT vs. LoRa vs. Sigfox,” Link Labs, 2018. [Online]. Available: https://www.link-labs.com/blog/nb-iot-vs-lora-vs-sigfox. [4] M. I. Habibie and A. Arifin, “The prediction of mobile data traffic

based on the ARIMA model and a disruptive formula in Industry 4.0,” Teknomika, 2019.

[5] J. C. Chambers, S. K. Mullick, and D. D. Smith, “How to choose the right forecasting technique,” Harv. Bus. Rev., vol. 49, no. 4, pp. 45– 70, 1971.

[6] M. Venkatachalam, “Recurrent Neural Networks - Towards Data Science,” March 1, 2019. [Online]. Available:

https://towardsdatascience.com/recurrent-neural-networks-d4642c9bc7ce. [Accessed: 23-Feb-2020].

[7] Ajie, “Mengukur Suhu dan Kelembapan dengan menggunakan

Arduino,” 2016. [Online]. Available:

http://saptaji.com/2016/08/10/mengukur-suhu-dan-kelembaban-udara-dengan-sensor-dht11-dan-arduino/.

[8] A. Gad, “How Many Hidden Layers/Neurons to Use in Artificial Neural Networks?,” Towards Data Science, 2018. [Online]. Available: https://towardsdatascience.com/beginners-ask-how-many- hidden-layers-neurons-to-use-in-artificial-neural-networks-51466afa0d3e. [Accessed: 23-Feb-2020].

[9] P. Gadosey, “A beginner’s guide to NumPy with Sigmoid, ReLu and Softmax activation functions,” Medium, 2019. [Online]. Available: https://medium.com/ai3 -theory-practice-business/a-beginners-guide- to-numpy-with-sigmoid-relu-and-softmax-activation-functions-25b840a9a272. [Accessed: 23-Feb-2020].

Simulasi Subnetting IPv4 dengan Packet Tracer

Ari Kusuma Wardana

Program Studi Informatika Universitas PGRI Yogyakarta

Yogyakarta, Indonesia ari@upy.ac.id

Kartikadyota Kusumaningtyas Informatika

Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Indonesia kartikadyota@gmail.com

Abstrak— Administrator jaringan adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengawasi kelancaran komunikasi data di dalam jaringan. Administrator jaringan juga berusaha mengefisienkan jumlah IP address yang terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat ke semua host di internet. Oleh karena itu administrator jaringan perlu melakukan efisiensi dalam penggunaan IP address. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan subnetting pada IP

address tertentu.

Tujuan dari subnetting adalah agar dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan dan mencegah terjadinya kemacetan dan keruwetan aliran data yang mengalir di dalam suatu jaringan. Konsep subnetting dari

IP address merupakan teknik yang umum digunakan di internet untuk mengefisienkan alokasi IP address dalam sebuah jaringan.

Untuk menguji apakah subnetting yang administrator jaringan lakukan sudah sesuai dan berjalan dengan baik atau belum, administrator jaringan perlu melakukan sebuah pengujian terkait hal tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan simulasi terkait hasil

subnetting IP address yang sudah dibuat. Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi packet tracer.

Hasil Penelitian ini adalah simulasi subnetting IPv4 dengan menggunakan packet tracer. Simulasi yang dihasilkan diharapkan bisa menjadi alat bantu administrator jaringan dalam menyimulasikan dan mengefektifkan IP address serta menjadi alat bantu monitor jaringan komputer yang dikelola.

Kata kunci— Simulasi Jaringan, Subnetting, Packet Tracer, IP Address, IPv4

I. PENDAHULUAN

Dengan semakin berkembangnya informasi dan komunikasi sekarang ini, tentunya untuk saling bertukar data dan informasi, maka komputer-komputer yang digunakan akan terhubung antara satu dengan yang lainnya. Kumpulan komputer yang saling terhubung antara yang satu dengan yang lain disebut sebagai jaringan komputer [1].

Dalam suatu perkantoran ataupun perusahaan komunikasi data, pemantauan jaringan biasanya merupakan tugas dari administrator jaringan. Monitoring jaringan akan menjadi suatu hal yang sulit dan rumit, apabila administrator tidak mengetahui mana yang bekerja dengan baik dan mana yang tidak bekerja sebagaimana mestinya [2].

Untuk itu seorang administrator jaringan harus melakukan pengaturan manajemen IP address dan mengefisienkan penggunaan IP address. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memanajemen IP address dan mengefisienkan penggunaan IP address dengan menggunakan metode subnetting.

Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP address menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah

anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (sub

network). Dengan metode subnetting seorang administrator

jaringan dapat dengan mudah mengefisienkan IP address untuk host yang ada di dalam jaringan dan memudahkan administrator jaringan dalam memanajemen suatu jaringan karena pembagian IP address menjadi beberapa sub network yang lebih kecil.

Sebelum mengimplementasikan hasil subnetting IP

address yang sudah dibuat, administrator jaringan perlu

melakukan pengujian terlebih dahulu terkait hasil subnetting. Salah satu yang bisa digunakan administrator jaringan untuk mengimplementasikan hasil subnetting secara cepat dan mudah adalah dengan menggunakan aplikasi simulasi packet

tracer milik CISCO.

Dengan aplikasi simulasi ini administrator jaringan dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan apakah subnetting yang dibuat sudah sesuai atau belum serta mempermudah administrator jaringan dalam melakukan perbaikan jaringan jika ada salah satu host atau komputer yang terputus koneksinya. Simulasi yang dibuat administrator jaringan dapat mencerminkan arsitektur dari jaringan komputer pada sistem jaringan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian-penelitian terdahulu terkait simulasi jaringan dan subnetting digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut yang pertama dilakukan oleh Mubarak dan Wahid [3]. Mubarak dan Wahid melakukan penelitian tentang pembuatan aplikasi untuk menentukan ip address dan subnetmask host pada suatu jaringan. Penelitian tersebut bertujuan untuk membangun software aplikasi yang memberikan kemudahan pada user dalam menentukan IP address dan menentukan

subnetmask host pada masing-masing departemen yang

terdapat dalam suatu jaringan secara bijaksana berdasarkan jumlah PC masing-masing departemen. Hasil akhir dari keluaran sistem berupa nomor network baru, rentang alamat IP, alamat broadcast, dan subnetmask untuk masing-masing departemen.

Lima tahun kemudian setelah penelitian Mubarak dan Wahid, Suselo melakukan penelitian tentang subnetting local

area network berbasis variable length subnet mask.

Penelitian Suselo [4] membahas terkait pengalamatan host yang baik akan memudahkan untuk pengelolaan jaringan komputer sehingga akan mengoptimalkan unjuk kerja jaringan komputer tesebut. Salah satu aturan yang dapat digunakan untuk pengalamatan jaringan komputer adalah

Variable Length Subnet Mask (VLSM).VLSM merupakan

perkembangan dari subnetting, yang lebih mengoptimalkan penggunaan subnet itu sendiri. Kadang kala pembagian

subnet masih menyisakan pengalamatan host, VLSM melihat

kekurangan ini dan menjadikan sisa pengalamatan host tersebut kemudian diatur untuk membentuk subnet baru. Sehingga dapat dikatakan VLSM membentuk subnet di dalam subnet. Penelitian ini melakukan pengalamatan

(2)

Mulai Pengumpulan Data Subnetting IPv4 Uji Selesai Sesuai Tidak Membuat Topologi Jaringan

IP Address Valid jaringan dengan subnetting dan menggunakan VLSM untuk

mengatur alamat semua host di dalam jaringan komputer lebih baik.

Satu tahun kemudian setelah penelitian Suselo, Mufadhol [2] melakukan penelitian dengan membuat simulasi jaringan komputer menggunakan packet tracer. Mufadhol membuat penelitian tersebut dengan alasan dengan kemajuan jaringan komputer sangat pesat menjadikan pemantauan jaringan komputer akan yang sulit dan rumit. Koneksi jaringan komputer adalah hal mendasar dalam suatu jaringan. Karena ketika koneksi sedang error maka semua aplikasi yang menggunakan jaringan komputer tidak bisa digunakan. Mufadhol berpendapat bahwa packet tracer dapat digunakan untuk simulasi yang menggambarkan model dan arsitektur jaringan komputer. Dengan menggunakan aplikasi pelacak paket CISCO, simulasi jaringan dapat dimanfaatkan sebagai informasi tentang keadaan koneksi komputer dalam jaringan. Tiga tahun kemudian setelah Mufadhol melakukan penelitian, Nuryanto [5] juga melakukan penelitian tentang konsep subnetting IP address untuk efisiensi internet. Nuryanto melakukan penelitian tentang efisiensi dalam penggunaan IP address supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan dengan menggunakan metode subnetting. Teknik subnetting umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP address.

Dua tahun kemudian setelah Nuryanto, Setyawan [6] melakukan penelitian tentang simulasi paket-paket broadcast dan implementasi subnetting. Setyawan melakukan penelitian yang menghasilkan sebuah simulasi paket-paket broadcast dan subnetting berbasis multimedia, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu pengajaran untuk topik terkait.

Satu tahun kemudian Harjono dan Wicaksono [7] melakukan penelitian tentang simulasi virtual local area network menggunakan packet tracer. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendesain dan menyimulasikan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan menggunakan packet tracer. Dengan menggunakan teknologi VLAN, pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel karena dapat dibuat segmen secara fungsional tanpa bergantung pada lokasinya. Teknologi VLAN dapat meningkatkan keamanan dan kinerja jaringan dengan cara membagi sebuah broadcast domain yang besar menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil. Broadcast domain yang lebih kecil akan membatasi peralatan yang terlibat dalam aktivitas broadcast.

III. METODE PENELITIAN

Tahapan dan metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Pengumpulan Data

Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Studi Pustaka

Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data melalui studi pustaka seperti membaca jurnal yang berasal dari penelitian yang terkait dengan bidang yang akan diteliti.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung terkait dengan subnetting pada suatu jaringan. Dari hasil observasi tersebut dapat diperoleh

informasi-informasi terkait kebutuhan yang

diperlukan untuk melakukan subnetting IPv4. B. Tahap Penelitian

Tahapan penelitian digunakan untuk menghasilkan simulasi subnetting IPv4 yang baik dan benar pada packet tracer, tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dan Metode Penelitian

Tahap awal dalam penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pengumpulan referensi seperti jurnal, buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

Tahap berikutnya adalah membuat topologi jaringan, pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat-perangkat keras untuk menyusun suatu jaringan komputer, seperti menyusun letak komputer server, host atau komputer client, switch, dan router.

Jika topologi sudah terbentuk maka langkah selanjutnya adalah melakukan subnetting IPv4. Pada tahap ini IPv4 yang dipilih adalah IPv4 kelas C. IPv4 kelas C merupakan IP address yang banyak digunakan, baik itu diperkantoran, sekolah, perusahaan dan umum.

Selanjutnya jika proses subnetting IPv4 kelas C sudah selesai, maka dilakukan pengujian terkait hasil dari proses subnetting tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan simulasi packet tracer dari CISCO. Dengan menggunakan simulasi tersebut, administrator jaringan dapat menyimulasikan topologi yang dirancang, kemudian memasukkan data IPv4 kelas C yang sudah dilakukan proses subnetting.

(3)

Mulai Pengumpulan Data Subnetting IPv4 Uji Selesai Sesuai Tidak Membuat Topologi Jaringan

IP Address Valid jaringan dengan subnetting dan menggunakan VLSM untuk

mengatur alamat semua host di dalam jaringan komputer lebih baik.

Satu tahun kemudian setelah penelitian Suselo, Mufadhol [2] melakukan penelitian dengan membuat simulasi jaringan komputer menggunakan packet tracer. Mufadhol membuat penelitian tersebut dengan alasan dengan kemajuan jaringan komputer sangat pesat menjadikan pemantauan jaringan komputer akan yang sulit dan rumit. Koneksi jaringan komputer adalah hal mendasar dalam suatu jaringan. Karena ketika koneksi sedang error maka semua aplikasi yang menggunakan jaringan komputer tidak bisa digunakan. Mufadhol berpendapat bahwa packet tracer dapat digunakan untuk simulasi yang menggambarkan model dan arsitektur jaringan komputer. Dengan menggunakan aplikasi pelacak paket CISCO, simulasi jaringan dapat dimanfaatkan sebagai informasi tentang keadaan koneksi komputer dalam jaringan. Tiga tahun kemudian setelah Mufadhol melakukan penelitian, Nuryanto [5] juga melakukan penelitian tentang konsep subnetting IP address untuk efisiensi internet. Nuryanto melakukan penelitian tentang efisiensi dalam penggunaan IP address supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan dengan menggunakan metode subnetting. Teknik subnetting umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP address.

Dua tahun kemudian setelah Nuryanto, Setyawan [6] melakukan penelitian tentang simulasi paket-paket broadcast dan implementasi subnetting. Setyawan melakukan penelitian yang menghasilkan sebuah simulasi paket-paket broadcast dan subnetting berbasis multimedia, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu pengajaran untuk topik terkait.

Satu tahun kemudian Harjono dan Wicaksono [7] melakukan penelitian tentang simulasi virtual local area network menggunakan packet tracer. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendesain dan menyimulasikan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan menggunakan packet tracer. Dengan menggunakan teknologi VLAN, pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel karena dapat dibuat segmen secara fungsional tanpa bergantung pada lokasinya. Teknologi VLAN dapat meningkatkan keamanan dan kinerja jaringan dengan cara membagi sebuah broadcast domain yang besar menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil. Broadcast domain yang lebih kecil akan membatasi peralatan yang terlibat dalam aktivitas broadcast.

III. METODE PENELITIAN

Tahapan dan metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Pengumpulan Data

Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Studi Pustaka

Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data melalui studi pustaka seperti membaca jurnal yang berasal dari penelitian yang terkait dengan bidang yang akan diteliti.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung terkait dengan subnetting pada suatu jaringan. Dari hasil observasi tersebut dapat diperoleh

informasi-informasi terkait kebutuhan yang

diperlukan untuk melakukan subnetting IPv4. B. Tahap Penelitian

Tahapan penelitian digunakan untuk menghasilkan simulasi subnetting IPv4 yang baik dan benar pada packet tracer, tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dan Metode Penelitian

Tahap awal dalam penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pengumpulan referensi seperti jurnal, buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

Tahap berikutnya adalah membuat topologi jaringan, pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat-perangkat keras untuk menyusun suatu jaringan komputer, seperti menyusun letak komputer server, host atau komputer client, switch, dan router.

Jika topologi sudah terbentuk maka langkah selanjutnya adalah melakukan subnetting IPv4. Pada tahap ini IPv4 yang dipilih adalah IPv4 kelas C. IPv4 kelas C merupakan IP address yang banyak digunakan, baik itu diperkantoran, sekolah, perusahaan dan umum.

Selanjutnya jika proses subnetting IPv4 kelas C sudah selesai, maka dilakukan pengujian terkait hasil dari proses subnetting tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan simulasi packet tracer dari CISCO. Dengan menggunakan simulasi tersebut, administrator jaringan dapat menyimulasikan topologi yang dirancang, kemudian memasukkan data IPv4 kelas C yang sudah dilakukan proses subnetting.

Seandainya saat dilakukan pengujian, semua host atau komputer bisa terkoneksi dengan baik dan tidak terjadi gangguan, maka hasil perhitungan subnetting sudah baik dan benar. Namun jika ada beberapa host yang tidak bisa terkoneksi antara host yang satu dengan yang lainnya maka itu berarti ada sesuatu yang perlu dikoreksi kembali. Dalam hal ini yang perlu dikoreksi adalah terkait proses subnetting.

Hasil dari penelitian ini adalah IP address yang valid yang bisa digunakan untuk IP host, IP gateway, IP subnet itu sendiri, dan boadcast address di tiap-tiap subnet.

IV. PEMBAHASAN DAN HASIL

Penelitian ini menghasilkan sebuah simulasi jaringan komputer yang menggunakan IPv4 kelas C yang sudah mengalami proses subnetting. Simulasi yang terbentuk bisa menjadi dasar seorang administrator jaringan dalam menggambarkan model dan arsitektur jaringan komputer. Sehingga seandainya terjadi kerusakan koneksi antara host yang satu dengan host yang lainnya, seorang administrator jaringan lebih mudah dan cepat dalam melakukan perbaikan. A. Membuat Topologi Jaringan

Pembahasan pada tahap ini terkait menyusun perangkat keras yang membentuk jaringan seperti komputer, switch, dan router pada packet tracer. Secara garis besar topologi yang dipilih adalah topologi star. Topologi star adalah topologi yang paling sering digunakan untuk mendesain jaringan pada saat ini.

Topologi star ini memiliki karakteristik, yaitu keberadaan switch atau hub yang terhubung ke setiap komputer, baik server maupun klien. Topologi jaringan star memiliki fitur fisik yang paling mudah dikenali, yaitu keberadaan switch atau hub sebagai kontrol terpusat dalam jaringan, selain itu topologi star juga menggunakan kabel UTP dan konektor RJ 45 sebagai media transmisi. Adapun topologi yang dibuat dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Topologi Star

Pada gambar 2 terlihat bahwa ada 1 buah router yang mengatur perjalanan paket data dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Ada 2 buah switch yang mengatur jalannya paket data dalam satu jaringan, dan ada beberapa komputer yang terhubung di dalam switch.

B. Subnetting IPv4 Kelas C

Pembahasan pada tahap ini terkait cara melakukan subnetting untuk IPv4 kelas C yang sering digunakan. Studi

kasus yang diambil pada penelitian ini adalah melakukan subnetting pada IP address 192.168.1.0/26.

IP address 192.168.1.0 dengan /26 artinya adalah bahwa IP 192.168.1.0 memiliki subnet mask 255.255.255.192. Hal tersebut dapat terjadi karena /26 diambil dari perhitungan bahwa 26 bit subnet mask memiliki nilai biner 1 (11111111 . 11111111 . 11111111 . 11000000). Konsep ini disebut Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang diperkenalkan pada tahun 1992 oleh IEFT.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan subnetting IP address 192.168.1.0/26 adalah sebagai berikut ini :

a. Menentukan Jumlah Subnet

Untuk menentukan jumlah subnet menggunakan

rumus : 2X , di mana X adalah banyaknya nilai biner

1 pada 1 oktet terakhir untuk kelas C (11111111 . 11111111 . 11111111 . 11000000). Karena alamat

IP yang dipakai adalah kelas C, maka : 2X → 22 = 4

subnet. Jadi jumlah sub network yang akan terbentuk adalah 4.

b. Menentukan Jumlah Host Per Subnet

Untuk menentukan jumlah host per subnet

menggunakan rumus : (2Y – 2), di mana Y adalah

banyaknya nilai biner 0 pada 1 oktet terakhir untuk kelas C (11111111 . 11111111 . 11111111 . 11000000). Karena alamat IP yang dipakai adalah

kelas C, maka: 2Y – 2 → 26 – 2 = 62 host per subnet.

Jadi jumlah host untuk setiap sub network adalah 62. c. Menentukan Blok Subnet

Untuk menentukan jumlah blok subnet

menggunakan rumus : Blok subnet = 256 – (nilai desimal 1 oktet terakhir untuk kelas C). Nilai desimal 1 oktet terakhir dari kelas C (11111111 . 11111111 . 11111111 . 11000000) adalah 192, maka : 256 – 192 = 64. Sehingga subnet berikutnya adalah : 64 + 64 = 128, 128 + 64 = 192. Jadi blok subnet lengkapnya adalah: 0, 64, 128, 192.

d. Menentukan Alamat Host dan Alamat Broadcast yang Valid

Pada tahap ini dibuatlah suatu tabel yang di dalam tabel tersebut berisi subnet, host pertama, host terakhir, dan IP broadcast di tiap-tiap sub network. Alamat host dan alamat broadcast yang valid adalah sebagai berikut, seperti yang tertera pada tabel I.

Tabel I. ALAMAT HOST DAN ALAMAT BROADCAST

Jika dilihat dari tabel 1 bahwa jumlah sub network atau subnet yang terbentuk adalah 4., yaitu subnet pertama adalah 192.168.1.0, subnet kedua adalah 192.168.1.64, subnet ketiga adalah 192.168.1.128, dan subnet yang keempat adalah 192.168.1.192. Kemudian jika dilihat dari jumlah host per subnet, yaitu host pertama sampai host terakhir jumlahnya ada 62. Perlu diingat juga bahwa alamat host pertama adalah 1 angka setelah alamat subnet dan alamat broadcast adalah 1 angka sebelum alamat subnet berikutnya.

(4)

C. Menguji Subnetting IPv4 Kelas C

Pembahasan pada tahap ini yaitu menguji apakah hasil

subnetting yang sudah dibuat sudah berjalan dengan baik

atau belum. Langkah untuk mengujinya adalah dengan menggunakan packet tracer. Setelah sebelumnya sudah menentukan dan membuat topologi. Pada tahap ini cukup melanjutkan rancangan topologi yang sudah dibuat sebelumnya pada gambar 2.

Hasil subnetting yang akan diujikan adalah tabel 4.1 yang sudah terbentuk. Jumlah subnet yang terbentuk adalah 4, berarti nanti ada empat buah jaringan yang akan terbentuk. Gambaran terkait empat jaringan yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 3. Gambar Empat Jaringan dalam Topologi Star

Langkah selanjutnya setelah empat jaringan dalam topologi star terbentuk di packet tracer adalah memberkan

IP address untuk setiap host atau komputer. IP address yang

diberikan untuk komputer-komputer tersebut diambilkan dari tabel 2.

Untuk jaringan pertama, IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.1 sampai 192.168.1.62. Untuk jaringan kedua, IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.65 sampai 192.168.1.126. Untuk jaringan ketiga,

IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.129

sampai 192.168.1.190. Dan untuk jaringan keempat, IP

address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.193

sampai 192.168.1.254. Gambar 4 merupakan gambar yang menunjukkan pemberian IP address untuk salah satu host atau komputer.

Gambar 4. Gambar Pemberian IP pada Subnet Pertama

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa PC0 memiliki IP address 192.168.1.2. IP address tersebut dipilih karena PC0 berada pada sub network yang pertama. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa Laptop0 memiliki IP address 192.168.1.100. IP

address tersebut terpilih karena Laptop0 berada pada sub network yang kedua. Untuk sub netwok ketiga dan keempat

menyesuaikan dengan tabel 2 untuk memberikan IP address pada setiap host di dalam jaringannya.

Gambar 5 Gambar Pemberian IP pada Subnet Kedua

Setelah semua host diberi IP address, langkah selanjutnya adalah memberikan IP gateway pada router. IP

gateway ini diberikan dengan tujuan agar antara sub network

bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Perlu diingat kembali bahwa karena studi kasus subnetting menggunakan /26 artinya adalah bahwa IP 192.168.1.0 memiliki subnet

mask 255.255.255.192. Nilai subnet mask tersebut digunakan

untuk semua host dan router yang tersambung pada jaringan ini.

Biasanya IP default gateway menggunakan alamat IP

host pertama tiap subnet. Jadi untuk sub network yang

pertama IP default gateway atau IP gateway adalah 192.168.1.1, IP gateway untuk sub network yang kedua adalah 192.168.1.65, IP gateway untuk sub network yang ketiga adalah 192.168.1.129, dan IP gateway untuk sub

network yang keempat adalah 192.168.1.193.

(5)

C. Menguji Subnetting IPv4 Kelas C

Pembahasan pada tahap ini yaitu menguji apakah hasil

subnetting yang sudah dibuat sudah berjalan dengan baik

atau belum. Langkah untuk mengujinya adalah dengan menggunakan packet tracer. Setelah sebelumnya sudah menentukan dan membuat topologi. Pada tahap ini cukup melanjutkan rancangan topologi yang sudah dibuat sebelumnya pada gambar 2.

Hasil subnetting yang akan diujikan adalah tabel 4.1 yang sudah terbentuk. Jumlah subnet yang terbentuk adalah 4, berarti nanti ada empat buah jaringan yang akan terbentuk. Gambaran terkait empat jaringan yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 3. Gambar Empat Jaringan dalam Topologi Star

Langkah selanjutnya setelah empat jaringan dalam topologi star terbentuk di packet tracer adalah memberkan

IP address untuk setiap host atau komputer. IP address yang

diberikan untuk komputer-komputer tersebut diambilkan dari tabel 2.

Untuk jaringan pertama, IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.1 sampai 192.168.1.62. Untuk jaringan kedua, IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.65 sampai 192.168.1.126. Untuk jaringan ketiga,

IP address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.129

sampai 192.168.1.190. Dan untuk jaringan keempat, IP

address host dapat dipilih dari IP address 192.168.1.193

sampai 192.168.1.254. Gambar 4 merupakan gambar yang menunjukkan pemberian IP address untuk salah satu host atau komputer.

Gambar 4. Gambar Pemberian IP pada Subnet Pertama

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa PC0 memiliki IP address 192.168.1.2. IP address tersebut dipilih karena PC0 berada pada sub network yang pertama. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa Laptop0 memiliki IP address 192.168.1.100. IP

address tersebut terpilih karena Laptop0 berada pada sub network yang kedua. Untuk sub netwok ketiga dan keempat

menyesuaikan dengan tabel 2 untuk memberikan IP address pada setiap host di dalam jaringannya.

Gambar 5 Gambar Pemberian IP pada Subnet Kedua

Setelah semua host diberi IP address, langkah selanjutnya adalah memberikan IP gateway pada router. IP

gateway ini diberikan dengan tujuan agar antara sub network

bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Perlu diingat kembali bahwa karena studi kasus subnetting menggunakan /26 artinya adalah bahwa IP 192.168.1.0 memiliki subnet

mask 255.255.255.192. Nilai subnet mask tersebut digunakan

untuk semua host dan router yang tersambung pada jaringan ini.

Biasanya IP default gateway menggunakan alamat IP

host pertama tiap subnet. Jadi untuk sub network yang

pertama IP default gateway atau IP gateway adalah 192.168.1.1, IP gateway untuk sub network yang kedua adalah 192.168.1.65, IP gateway untuk sub network yang ketiga adalah 192.168.1.129, dan IP gateway untuk sub

network yang keempat adalah 192.168.1.193.

Gambar 6. Gambar IP Gateway pada Router

Saat semua sudah siap dan terhubung satu sama lain dari segi topologi dan IP addresing, maka langkah selanjutnya adalah mencoba berkomunikasi antara host dari sub network yang satu dengan host dari sub network yang lainnya.

Komunikasi dilakukan dengan mengunakan tool Add

Simple PDU pada packet tracer. Dari uji coba komunikasi

yang dilakukan, semua sub network sudah terhubung antara satu dengan yang lainnya. Hasil uji coba dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Gambar Status Komunikasi Data

Jika dilihat dari gambar 7 maka subnetting yang sudah dibuat benar dan baik, karena semua sub network berhasil berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan tidak ada kendala apapun.

Semisal ada hambatan dan tidak dapat berkomunikasi antara sub network, administrator jaringan dapat melakukan pemeriksaan dengan lebih mudah dan cepat di sebalah mana terjadi error atau kendala melalui desain topologi yang sudah dibuat di dalam packet tracer.

V. PENUTUP

Hasil dari penelitian simulasi subnetting IPv4 dengan

packet tracer berupa tabel IP address valid hasil dari subnetting IPv4 192.168.1.0/26 dan simulasi yang

menggambarkan model serta arsitektur jaringan komputer 192.168.1.0/26. Subnetting dan simulasi berjalan dengan baik dan lancar, tidak terjadi kendala yang berarti.

Pada penelitian selanjutnya diharapkan hasil dari penelitian ini dapat diterapkan atau diimplementasikan secara nyata pada suatu perkantoran, lembaga pendidikan, dan semacamnya. Sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih nyata dan bisa menemukan kekurangan serta kelemahan jika memang ditemukan kekurangan dan kelemahan. Dari kekurangan dan kelemahan tersebut diharapkan ada metode baru yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas PGRI Yogyakarta yang telah memberi dukungan financial terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Madcoms, 2010, “Sistem Jaringan Komputer untuk Pemula”, Andi Offset, Yogyakarta.

[2] Mufadhol, 2012, “SIMULASI JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER (The Simulation of Computer Network with Cisco Packet Tracer)”, JURNAL TRANSFORMATIKA, Volume 9, No. 2, Januari 2012 : 64-71. [3] Mubarak, A., Wahid, F., 2006, "APLIKASI UNTUK

MENENTUKAN IP ADDRESS DAN SUBNETMASK HOST PADA SUATU JARINGAN", Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 1-11.

[4] Suselo, T., 2011, "Subnetting Local Area Network Berbasis Variable Length Subnet Mask", Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

[5] Nuryanto, L. E., 2015, "KONSEP SUBNETTING IP ADDRESS UNTUK EFISIENSI INTERNET", ORBITH VOL. 11 NO. 1 MARET 2015 : 68 – 73.

[6] Setyawan, M. Y. H., 2017, "SIMULASI PAKET-PAKET BROADCAST DAN IMPLEMENTASI SUBNETTING", Jurnal Teknik Informatika Vol. 9 No.1, Januari 2017.

[7] Harjono, Wicaksono, A. P., 2018, "Simulasi Virtual Local Area Network Menggunakan Packet Tracer", SAINTEKS Volume 15 No 2, Oktober 2018 ISSN: 0852-1468 (159 – 169).

Gambar

Gambar 1. Tahapan dan Metode Penelitian
Gambar 1. Tahapan dan Metode Penelitian
Gambar 5 Gambar Pemberian IP pada Subnet Kedua
Gambar 3. Gambar Empat Jaringan dalam Topologi Star

Referensi

Dokumen terkait

Tampilan Halaman Informatics Student Center Halaman informatics center student merupakan halaman informasi mengenai sistem informasi akademik Universitas Indo Global Mandiri

Masalah yang terjadi biasanya tidak terlalu rumit, seperti penggerak yang macet yang mengharuskan saya memberi pelumas khusus untuk mesin jahit.. Pelumas itu

Perkuliahan oleh mereka tidak lagi dijadi- kan sebagai sarana untuk memindahkan pengetahuan ( transfer of knowledge ) kepada para mahasiswa. Proses perkuliahan yang dikelola

Understanding social situations typically requires language processing and non-verbal communication, which are often areas of deficit for people with autism. They may not

Bagi para nasabah Bank Tabungan Negara Surabaya yang akan melakukan pencairan deposito berjangka rupiah, diwajibkan untuk membawa bilyet deposito asli beserta

Pendugaan umur simpan menggunakan metode Akselerasi, mi jagung dengan atau tanpa penambahan tapioka memiliki umur simpan yang lebih singkat dibandingkan dengan mi

Pada campuran nasi jagung dan nasi putih mempunyai kadar glukosa yang tertinggi pada 12 jam yaitu 67,546 ppm diantara semua perbandingan dengan variasi 8 waktu selama

Dengan demikian di dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih metode probabilitas dengan alasan bahwa setiap elemen mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai