• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian kenerhasilan pembelajaran. Ditegaskan oleh (Danim, 1995) bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan evektivitas penggunaan alat bantu atau sumber belajar dalam proses belajar mengajar IPA di SD terutama dalam hal ini meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: energi, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Ahmad Susanto (2013: 4) menyimpulkan “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Menurut W.S Winkel (2002) dalam Ahmad Susanto (2013: 4) mengemukakan pengertian belajar yaitu suatu interaksi mental yang berlangsung dalam interkasi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang berisfat relatif konsatan dan berbekas.

(2)

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan.

Permendiknas no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPA bertujuan menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah.

2.1.2 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

(3)

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Permendiknas (2006) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Permendiknas (2006) merujuk pada pengertian IPA, maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi: penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifat open ended.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah/scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

2.1.3 Pembelajaran IPA Kelas 5

Menurut KTSP 2006 proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

(4)

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Berikut ini adalah SK dan KD kelas 5 yang peneliti pakai dalam penelitian.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersurat di dalam standar isi merupakan batas minimal yang harus dicapai peserta didik dalam proses belajarnya. Artinya pesan tersurat tidak dapat ditawar lagi oleh guru dalam hal penyajiannya di kelas maupun di luar kelas.

Setiap SK dan KD perlu dimaknai secara tepat sebelum dijabarkan dalam indikator dan tujuan pembelajran, agar pesan edukatif dari SK dan KD tersebut dapat tercapai.

Pada penelitian ini SK dan KD yang dikehendaki dapat di jelaskan dalam tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1

SK dan KD Kelas 5 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6.Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Materi untuk KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya adalah a. Pengertian cahaya

Cahaya adalah sinar yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda benda di sekitarnya. Cahaya ada 2 macam, yaitu:

1. Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari, senter, lilin, dan lampu;

2. Cahaya yang memancar dari benda akibat dari pemantulan cahaya tersebut. Misalnya, jika kita melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru. Cahaya yang sering kita lihat merupakan

(5)

cahaya tampak. Cahaya tampak sebenarnya tersusun atas semua warna pelangi.

c. Sifat-sifat cahaya

1. Cahaya dapat merambat lurus

Saat berjalan di kegelapan, kita memerlukan senter. Ketika senter kita nyalakan, cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Selain itu cahaya matahari yang melalui celah-celah sempit atau jendela juga akan tampak seperti garis-garis lurus. Hal ini membuktikan bahwa arah rambat cahaya menurut garis lurus sehingga disebut dengan cahaya merambat lurus. Sifat cayaha yang merambat lurus ini dimanfaatkan manusia pada lampu senter dan lampu kendaraan bermotor.

2. Cahaya dapat menembus benda bening

Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, triplek, kayu, dan tembok. Sementara itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca, air jernih, dan plastik bening.

3. Cahaya dapat dipantulkan

Walaupun arah rambat cahaya adalah merambat lurus, akan tetapi cahaya dapat diubah arahnya yaitu dengan menggunakan benda yang permukaannya mengkilap. Perubahan arah rambat cahaya disebut pemantulan cahaya. Pemantulan cahaya ada yang teratur dan ada yang tidak teratur (baur). Pemantulan teratur terjadi bila cahaya mengenai benda yang permukaannya sangat rata dan mengkilap. Sebaliknya, pemantulan tidak teratur (pemantulan baur) terjadi bila cahaya mengenai benda yang permukaannya tidak rata (bergelombang). Contoh pemantulan baur yang sering kita lihat adalah cahaya yang dipantulkan dari permukaan jalan. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada 2 macam yaitu cermin cembung dan cermin cekung. Cermin

(6)

datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin, bayangan akan terlihat di dalam cermin.

Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar yaitu (1) ukuran bayangan sama dengan benda, (2) jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, (3) kenampakan bayangan berlawanan dengan benda, (4) bayangan tegak seperti bendanya, (5) bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar. Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebihkecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhnya. Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung yaitu (1) jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu (maya), (2) jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan pada benda bersifat nyata (sejati) dan terbalik.

4. Cahaya dapat dibiaskan

Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya. Peristiwa ini merupakan salah satu bentuk pembiasan cahaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa lainnya terjadi pada saat kita berenang. Ketika kita berenang di kolam yang jernih, maka kaki terlihat lebih pendek. Contoh lain, pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air, maka pensil akan terlihat seperti patah dan lebih pendek.

(7)

5. Cahaya dapat diuraikan

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi. Peristiwa dispersi juga dapat diamati pada balon air. Kita dapat menggunakan air sabun untuk membuat balon air. Jika air sabun ditiup di bawah sinar matahari, maka kita akan melihat berbagai macam warna berkilauan pada permukaan balon air tersebut.warna pelangi sama halnya dengan warna spektrum cahaya. Spektrum cahaya adalah warna-warna cahaya yang membentuk cahaya putih. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu pada pelangi berasal dari pembiasan dan penguraian cahaya putih matahari oleh bintik-bintik air hujan.

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992: 4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai, (dalam Trianto, 2007: 5).

Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”

Rusman (2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Agus Suprijono (2009:

(8)

46) model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola atau kerangka yang dijadikan pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.4.1 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiri yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajuhkan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memechkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari schmidt, (dalam Sofan Amri, 2010: 85).

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, Budnitz, Chiapetta & Adams).

Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997; NRC 2000) dalam (Sofan Amri, Iif Khoiro Ahmadi 2010: 85)

2.1.4.2 Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut National Research Council (2000) dalam (Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmadi 2010: 91) model pembelajaran inkuiri bertujuan :

(9)

1. Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip konsep sains;

2. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan;

3. Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.

Pada prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan masalah untuk memuaskan keingintahuannya dan membantu teori dan gagagsannya tentang dunia. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga ketrampilan berpikir kritis.

2.1.4.3 Tahap-tahap Model Pembelajaran Inkuiri

Dalam upaya menanamkan konsep IPA pokok bahasan Sifat-sifat cahaya dan pemanfaatanya pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dan bimbingan guru.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Hamruni (2012: 95-99) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

(10)

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:

a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Karenanya guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan rumusan masalah yang sesuai topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.

b) Masalah yang dikaji mengandung teak-teki yang jawabannya pasti. Guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, selanjutnya siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.

c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui dahulu oleh siswa. Sebelum masalah dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan

(11)

yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.1.4.4 Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Amin (dalam Suryanti, 2009: 142) inkuiri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa kelebihan seperti:

1. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.

(12)

4. Meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.

5. Mengembangkan bakat individual secara optimal. 6. Menghindarikan siswa dari cara belajar menghafal.

2.1.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Kelemahan inkuiri menurut suryobroto (2002 : 201) adalah :

1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. 2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian

waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

2.1.5 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nawawi dalam Ahmad Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seorang anak setelah mengikuti kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif tetap.

Lindgren dalam Suprijono (2012: 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Agus Suprijono (2012: 6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

(13)

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif ysitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, melainkan terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar.

2.1.6 Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPA Hasil belajar IPA rendah karena guru masih sangat dominan mengajar dengan metode ceramah di dalam kelas, siswa kurang diberikan kesempatan untuk menunjukkan keterampilannya dari diri sendiri misalnya mengemukakan pendapat dan siswa juga kurang antusias, cepat merasa bosan selama pembelajaran berlangsung.

Peneliti berinisiatif menerapkan model pembelajaran Inkuiri, sebagai upaya peningkatan hasil belajar IPA., karena model pembelajaran Inkuiri memilki kelebihan Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri, mengembangkan bakat individual

(14)

secara optimal, menghindarikan siswa dari cara belajar menghafal, dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pembelajaran menajdi lebih menyenangkan, siswa lebih aktif, siswa juga tidak merasa bosan selama pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri. Pertama, Orientasi pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

Kedua, merumuskan masalah, merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

Ketiga, merumuskan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Keempat, mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,

(15)

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

Kelima,menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Keenam, merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Model pembelajaran inkuiri pada intinya guru berusaha membimbing dan membiasakan siswa terampil berpikir karena mereka akan mengalami ketelibatan secara mental maupun fisik seperti terampil menggunakan alat, terampil merangkai alat percobaan. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berpikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep,prinsip,hukum dan teori.

Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran inkuiri diatas diperkirakan penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Agus Aris tentang penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam pada siswa kelas iv semester II SDN 03 Tunggak kecamatan Toroh kabupaten Grobogan tahun ajaran 2011 / 2012 menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada

(16)

prasiklus nilai rata-rata kelas 58.5 dengan ketuntasan belajar 40 %, pada siklus 1 meningkat menjadi 72 dan 70 % dan pada siklus 2 menjadi 82 dengan ketuntasan 90%. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA berlangsung dengan aktif, siswa sudah saling berinteraksi lebih aktif dalam pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran mengalami perubahan positif. Pengelolaan pembelajaran guru pada siklus 1 berada pada kategori baik dan pada siklus 2 berada pada kategori sangat baik.

Penelitian Siti Maimunah 2012. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Afektif dan Kognitif Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri Bansari Semester II Tahun Ajaran 2011 / 2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil dan keaktifan belajar siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 71. Pada kondisi awal pra siklus, hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 66,78, sedangkan pada pembelajaran siklus I, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat kekategori tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 81,99 dengan pencapaian ketuntasan belajar sebanyak 85,19 %. Selanjutnya pada siklus II, terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata 84,73 dengan pencapaian ketuntasan 100 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD N Bansari dengan adanya perbandingan peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu sebanyak 14,81 %.

Berdasarkan beberapa kajian hasil penelian yang relevan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran juga diperlukan alat peraga yang dapat membantu memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu pekerjaan, sedangkan belajar adalah proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap pelajaran ilmu

(17)

pengetahuan alam (IPA) akan baik, jika adanya kerja keras dari siwa itu sendiri dalam mengkaji dan memahami materi pelajaran yang juga dibantu factor lain seperti pemberian metode – metode yang menjadikan siswa tersebut mempunyai keinginan untuk meningkatkan belajar dan tercapainya suatu pembelajaran yaitu meningkatkan pemahaman siswa tehadap materi pembelajaran.

Proses belajar mengajar dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran serta sumber belajar di dalam lingkungan belajar. Melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat mengembangkan sikap dan keterampilan untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, mengembangkan kemampuan berfikir para siswa, melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi yang benar-benar dihayati, mengembangkan sikap ingin tahu, berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian pembelajaran inkuiri diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA.

Kerangka berpikir model pembelajaran Inkuiri dapat digambarkan sebagai berikut:

(18)

DI

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Inkuiri KONDISI

AWAL

Keaktifan siswa kurang dan hasil belajar ≤KKM 69

Guru: Pembelajaran Bersifat Konvensional

Siswa: Diberi pertanyaan lebih banyak diam daripada

menjawab pertanyaan guru

TINDAKAN MODEL

INKUIRI

Kompetensi Dasar

6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya

Siklus 1 Pengelolaan kelas dalam kelompok diskusi Siklus 2 Mengoptimalkan kelas dalam kelompok diskusi

KONDISI AKHIR

Diduga dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas V Semeseter II SD Negeri Batur 04 Getasan

(19)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu: “Penggunaan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Batur 04 Kecamatan Getasan semester II tahun 2013/2014”.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Inkuiri KONDISI

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa ketentuan terkait dengan mekanisme dalam pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, maka terlihat bahwa mekanisme pengisian jabatan Gubernur

Hasil wawancara diatas, menurut Kopi Jos dalam penetapkan harga masih terjangkau bagi masyarakat, dan tidak ada target mengenai sasaran pemasaran (semua kalangan). Untuk hasil

Dari table 3.6 kita dapat melihat bahwa nilai konduktivitas bahwa dengan naiknya nilai arus maka akan naik pula nilai tegangan yang melewati lapisan film polianilin

Sumber Daya Manusia (SDM) sangat sedikit, Sarana Prasarana Penunjang kurang lengkap, dan peralatan yang digunakan belum berbasis teknologi yang

Peraturan Bupati Bantul Nomor 121 Tahun 2016 tentang tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan

Secara garis besar ada dua kelompok yang layak dan berhak menjadi ahli waris, pertama yaitu kelompok orang-orang yang sudah ditentukan dalam Hukum dan Undang-undang yang

Pada hari ini Jum’at tanggal 31 Januari 2020 yang bertandatangan dibawah Ketua Pengadilan Agama Sorong;.. Nama :

• Escherichia coli pada transfer bakteri dari media Agar pada cawan petri (agar plate) ke Agar miring.. Bakteri ini sedikit tumbuh di atas permukaan media dengan warna putih