• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

Minggu Setelah Tanam Cara Aplikasi Dosis (g) Jenis pupuk

5 Siram 0.5 NPK 15.15.6.4.TE*) (150 ml/bibit) 6 Siram 1 NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit) 7 Siram 1.5 NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit) 8 Siram 1.5 NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit)

9 Tabur 3 NPK 15.15.6.4.TE 11 Tabur 3 NPK 15.15.6.4.TE 13 Tabur 4 NPK 15.15.6.4.TE 15 Tabur 4 NPK 15.15.6.4.TE 17 Tabur 5 NPK 12.12.17.2.TE 19 Tabur 5 NPK 12.12.17.2.TE 21 Tabur 7.5 NPK 12.12.17.2.TE 23 Tabur 7.5 NPK 12.12.17.2.TE

25 Tabur 7.5 NPK 12.12.17.2.TE + Kieserite 10 g 27 Tabur 7.5 NPK 12.12.17.2.TE

29 Tabur 10 NPK 12.12.17.2.TE 31 Tabur 10 NPK 12.12.17.2.TE

33 Tabur 15 NPK 12.12.17.2.TE + Kieserite 15 g 35 Tabur 15 NPK 12.12.17.2.TE

37 Tabur 15 NPK 12.12.17.2.TE 39 Tabur 15 NPK 12.12.17.2.TE

41 Tabur 18 NPK 12.12.17.2.TE + Kieserite 15 g 43 Tabur 18 NPK 12.12.17.2.TE

45 Tabur 18 NPK 12.12.17.2.TE 47 Tabur 18 NPK 12.12.17.2.TE

(3)

Lampiran 3. Penetapan Tekstur Tanah (Balai Penelitian Tanah 2006)

Dasar Penetapan

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang memiliki diameter efektif ≤ 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Bahan yang tersisa adalah

mineral yang terdiri atas pasir, debu, dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan.

Metode

Sebanyak 10 g contoh bahan tanah (<2 mm) dimasukkan ke dalam 800 ml gelas piala, ditambah 50 ml H2O2 10% kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu

ditambahkan 25 ml H2O2 30% dan dipanaskan sampai tidak berbusa. Sebanyak

180 ml air bebas ion dan 20 ml HCl 2N ditambahkan ke dalam bahan tanah ini dan dipanaskan kembali selama lebih kurang 10 menit.

Bahan tanah yang telah dipanaskan tersebut setelah dingin (suhu ruang) diencerkan dengan air bebas ion yang volumenya ditepatkan menjadi 700 ml. Kegiatan pencucian ini diulang kembali dengan cara diinap-tuangkan sampai bebas asam kemudian ditambah dengan 10 ml larutan peptisator 4% Na4P2O7.

Pemisahan pasir. Suspensi tanah yang telah diberi peptisator diayak dengan ayakan 50 mikron sambil dicuci dengan air bebas ion. Filtrat ditampung dalam silinder 500 ml untuk pemisahan debu dan liat. Butiran yang tertahan ayakan dipindahkan ke dalam pinggan aluminium yang telah diketahui bobotnya dengan air bebas ion menggunakan botol semprot. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 105oC selama kurang lebih 24 jam, didinginkan kembali dan ditimbang (berat pasir = A g).

(4)

Lampiran 3. Lanjutan

Pemisahan debu dan liat. Filtrat dalam silinder diencerkan menjadi 500 ml, diaduk selama 1 menit dan segera dipipet sebanyak 20 ml ke dalam pinggan aluminium. Filtrat dikeringkan pada suhu 105 0C selama kurang lebih 24 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang (berat debu + liat + peptisator = B g).

Untuk pemisahan liat diaduk kembali selama satu menit lalu dibiarkan selama tiga jam tiga puluh menit pada suhu kamar. Suspensi liat dipipet sebanyak dua puluh ml pada kedalaman kurang lebih 5.2 cm dari permukaan cairan dan dimasukkan ke dalam pinggan aluminium. Suspensi liat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (berat liat + peptisator =C g). Sebagai catatan, berat peptisator pada pemipetan dua puluh ml berdasarkan penghitungan adalah 0.0095 g. Bobot ini dapat pula ditentukan dengan menggunakan blanko. Perhitungan Fraksi pasir = A g Fraksi debu = 25 (B-C) g Fraksi liat = 25 ( C-0.0095) g Jumlah fraksi = A + 25 (B-0.0095) g Pasir (%) = A/[A+25(B-0.0095)] x 100 Debu (%) = [25(B-C)]/ [A+25(B-0.0095)] x 100 Liat (%) = [25(C-0.0095)]/[A+25(B-0.0095)] x 100

Dimana: A = berat pasir, B = berat debu+liat+peptisator, C = berat liat + peptisator, 25 = faktor konfersi dari 20 ml ke 500 ml dan 100 = faktor konversi ke %.

(5)

Lampiran 4. Penetapan Indeks Kemantapan Agregat (Balai Penelitian Tanah 2006)

Dasar Penetapan

Menggunakan metode pengayakan ganda (multiple-sieve), yaitu melakukan pengayakan kering sebelum dilakukan pengayakan basah. Kemantapan agregat dihitung berdasarkan selisih antara rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah yang dinyatakan sebagai indeks ketidakmantapan. Selanjutnya untuk mendapatkan indeks kemantapan agregat dipergunakan rumus: Indeks kemantapan = 1/indeks ketidakmantapan x 100

Metode

Pengayakan Kering

Contoh tanah dengan agregat utuh dikeringudarakan. Sebanyak kurang lebih 500 g tanah kering udara ditaruh dalam ayakan 8 mm. Dibawah ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan 4.76; 2.83; 2 mm; dan penampung. Tanah yang ada di dalam ayakan 8 mm diayak dengan menggunakan tangan sampai semua tanah turun melalui ayakan ini. Jika penggunaan tangan belum dapat melewatkan semua tanah, maka dapat digunakan alu kecil (anak lumpang). Ayakan digerak-gerakkan dengan tangan (sebanyak lima kali). Selanjutnya masing-masing fraksi agregat pada setiap ayakan ditimbang kemudian dinyatakan dalam persen. Persentase = 100% dikurangi % agregat lebih kecil dari 2 mm. Uraian pekerjaan seperti yang telah disebutkan di atas dilakukan sebanyak empat kali ulangan.

Pengayakan Basah

Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering kecuali agregat lebih kecil dari 2 mm ditimbang, dan masing-masing dimasukkan ke dalam cawan nikel (diameter 7.5 cm dan tinggi 2.5 cm). Banyaknya disesuaikan dengan perbandingan ketiga agregat tersebut dan totalnya harus 100 g.

Misalnya pengayakan 500 g tanah diperoleh :

(6)

Lampiran 4. Lanjutan

Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm = 100 g Agregat antara 2.83 dan 2 mm = 75 g

________ Total 375 g

Maka perbandingannya adalah 200/375; 100/375; dan 75/375 dan masing-masing dikalikan 100 menjadi :

Agregat antara 8 dan 4.76 mm = 53 g Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm = 27 g Agregat antara 2.83 dan 2 mm = 20 g

________ Total 100 g Pekerjaan ini dilakukan sebanyak empat kali ulangan

Selanjutnya air diteteskan pada tanah dalam cawan nikel tersebut sampai kapasitas lapang. Tinggi ujung penetes buret 30 cm dari cawan. Tanah disimpan dalam inkubator pada temperature 20 oC dengan kelembaban relatif 98-100% selama 24 jam.

Agregat tanah kemudian dipindahkan dari cawan ayakan sebagai berikut : Agregat antara 8 dan 4.76 mm di atas ayakan 4.76 mm

Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm di atas ayakan 2.83 mm Agregat antara 2.83 dan 2 mm di atas ayakan 2 mm

Ayakan-ayakan yang digunakan dalam pengayakan basah selain dari yang tersebut di atas masih terdapat di bawahnya berturut-turut ayakan 1, 05, dan 0.279 mm. Ayakan-ayakan tersebut selanjutnya dipasang dan disusun pada alat pengayak basah, di mana bejana yang disediakan telah diisi air suling terlebih dahulu setinggi 25 cm dari dasar bejana.

(7)

Lampiran 4. Lanjutan

Pengayakan dilaksanakan selama lima menit (35 ayunan tiap menit dengan amplitude 3.75 cm). Setelah selesai pengayakan, agregat dipindahkan dari setiap ayakan ke cawan nikel (diameter 9 cm dan tinggi 5 cm) yang beratnya telah diketahui. Untuk memindahkan agregat-agregat lepas dari dasar ayakan dapat dibantu dengan semprotan air yang dilakukan pada selang berdiameter kecil supaya alirannya deras. Kelebihan air di cawan dibuang, kemudian cawan yang berisi agregat basah dikeringkan pada suhu 105 oC selama 24 jam. Setelah kering, didiamkan sampai kering udara selanjutnya ditimbang.

Berat diameter rata-rata agregat dari pengayakan kering (Xa):

Agregat antara 8 dan 4.76 mm = 8 + 4.76/2 = 6.4 mm Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm = 4.76 + 2.83/2= 3.8 mm Agregat antara 2.83 dan 2 mm = 2.83 + 2/2 = 2.4 mm Rata-rata berat diameter:

(53x6.4) + (27x3.8) + (20x2.4) = 498.9

Fraksi (i)

= 5 100 100

Contoh hasil penghitungan pengayakan basah :

Diameter agregat Diameter rata-rata Berat (g) ---mm--- 1 8-4.76 6.4 5 2 4.76-2.83 3.8 20 3 2.83-2 2.4 17 4 2-1 1.5 19 5 1-0.5 0.75 15 6 0.5-0.297 0.40 19

7 <0.297 (jatuh dalam bejana penampung)

0.15 5

Berat diameter rata-rata agregat dari pengayakan basah (Xb) :

(5x6.4) + (20x3.8) + (17x2.4) + (19x1.5) + (15x0.75) + (19x0.40) + (5x0.15) = 2 100

Indeks ketidakmantapan agregat = Xa-Xb = 5 – 2 = 3 Indeks Kemantapan agregat = 1/3 x 100 = 33

(8)

Lampiran 5. Penetapan Retensi Air Tanah (Balai Penelitian Tanah 2006)

Dasar Penetapan

Penetapan retensi air tanah dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada contoh tanah jenuh air, dengan berbagai kekuatan tekanan pada selang waktu tertentu (biasanya 48 jam), sehingga mencapai titik keseimbangan, selanjutnya ditetapkan kadar air tanahnya. Retensi air biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva yang disebut kurva pF. Tekanan yang diberikan terdiri atas 0.01 atm (pF 1), 0.1 atm (pF 2), 0.33 atm (pF 2.54) dan 15 atm (pF 4.2).

Metode

Bahan tanah tidak terganggu yang diambil menggunakan tabung kuningan, dan diambil setebal satu cm dari bagian tengah ring. Bahan tanah tersebut dibagi menjadi empat, masing-masing untuk pF 1, pF 2, pF 2.54, dan pF 4.2. Bahan tanah untuk penetapan kadar air pada pF 4.2 dikeringudarakan, ditumbuk dan disaring dengan ayakan 2 mm.

Tanah untuk penetapan pF 1, pF 2, dan pF 2.54 diletakkan di atas piringan (plate) dalam pressure plate apparatus, sedangkan tanah untuk penetapan pF 4.2 diletakkan di atas piringan dalam pressure membrane apparatus. Bahan tanah dalam piringan dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan direndam selama 48 jam.

Piringan berisi contoh bahan tanah dimasukkan ke dalam panci dan ditutup rapat-rapat. Kemudian panci diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki. Keseimbangan akan tercapai setelah sekitar 48 jam tekanan-tekanan tersebut bekerja. Contoh bahan tanah selanjutnya dikeluarkan dari dalam panci dan kandungan airnya ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kandungan air = (Berat tanah basah – Berat tanah kering) x 100% Berat tanah kering

(9)

Lampiran 5. Lanjutan

Berdasarkan nilai kandungan air tanah yang sudah ditetapkan pada berbagai tekanan, maka dapat dihitung :

(i) Pori drainase cepat : adalah selisih kandungan air pada ruang pori total dan pF 2. Bilamana contoh tanah diambil dalam keadaan kandungan air tanah jauh di bawah kapasitas lapang, maka untuk tanah-tanah yang bersifat mudah mengembang dan mengkerut, persentase ruang pori total akan lebih rendah daripada pori pada kandungan pF 1. Dalam hal ini pori drainase cepat adalah selisih kandungan air pada pF 1 dan pF 2.

(ii) Pori drainase lambat : adalah selisih kandungan air pada pF 2 dan pF 2.54. (iii) Pori air tersedia : adalah selisih kandungan air antara pF 2.54 (kapasitas

lapang) dan pF 4.2 (titik layu permanen).

Ruang pori total merupakan volume seluruh pori-pori di dalam suatu volume tanah yang dinyatakan dalam persentase. Ruang pori total dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Ruang pori total = (1- bobot isi) x 100 Bobot jenis partikel

(10)

Lampiran 6. Penetapan Kerapatan Lindak (Balai Penelitian Tanah 2006)

Dasar Penetapan

Kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.

Contoh bahan tanah tidak terganggu diambil dengan menggunakan ring berbentuk silinder. Volume tabung bagian dalam adalah luas lingkaran dalam dikalikan tinggi tabung. Contoh bahan tanah ditimbang dengan tabungnya, dan dinyatakan sebagai X (g), selanjutnya contoh bahan tanah ini dikeringkan pada temperatur 105 0C selama 24 jam atau sampai diperoleh berat yang konstan, dan ditetapkan kadar air tanah. Tabung kosong ditimbang, dinyatakan sebagai Y (g), dan kadar air tanah dinyatakan sebagai Z (g). Bobot isi ditetapkan dengan rumus :

Bobot isi = Berat tanah kering (g) = 100 (X-Y)/ (100+ Z) (g) volume tanah (cc) volume tanah (cc) Di mana volume tanah = 3.14 x r2 x tinggi tabung silinder

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada fenomena tersebut, perlu dikaji peran papain dalam pakan buatan terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo (C. Wadah

dari dari kendala tersebut adalah tidak adanya buku pegangan guru dan siswa, sehingga dalam pembelajaran akuntansi sendiri guru masih mencari materi dari internet,

Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan RPJMD RKPD KUA PPAS Nota Kesepakatan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD RKA-SKPD RAPBD Evaluasi Raperda APBD oleh Gubernur/

Dari uraian di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan kolaborasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Model

Proses level 0 (Gambar 2) ini menjelaskan alur keseluruhan proses yang terjadi pada aplikasi untuk sistem Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa Dayak Ngaju dan Bahasa

Keadaan ini berlangsung hanya beberapa saat dan sesudah itu beban akan naik lagi untuk dapat memperoleh pertambahan panjang (tidak lagiproportional).Kenaikan beban ini

Berkaitan dengan tugas dosen dalam membimbing skripsi, rata-rata setiap dosen di Program Studi Ekonomi Pembangunan membimbing 11 mahasiswa untuk menyusun skripsi sehingga nilai

V33 B4R11JK2 Jumlah pekerja laki-laki dibayar (akhir bulan Oktober 2000) discrete numeric V34 B4R11JK3 Jumlah pekerja perempuan dibayar (akhir bulan Oktober 2000) discrete numeric