SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Oleh : VIVI ARLINTA 0812010119 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh : VIVI ARLINTA 0812010119 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Corporate Social Responsibility Terhadap Citra Perusahaan Dan Berdampak
Pada Minat Beli Konsumen Yamaha Vega ZR New Di Sur abaya Timur ” .
Maksud penyusunan skripsi ini bagi mahasiswa adalah sebagai salah satu
syarat untuk mencapai Gelar Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6.
Bapak, ibu, adek lelaki ku beserta semua anggota keluargaku yang telah
memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil dan segala cinta
kasihnya.
7.
Untuk yang terkasih, Manggodo Alfandi Putra. Terima kasih untuk doa,
semangat, dukungan, waktu, pengertian dan semuanya yang telah kamu lakukan
untukku. Semoga lekas mendapat gelar ,ST mu juga sayank. Semangat selalu
J
8.
Untuk keluarga kedua ku , Bapak ku Alfarie dan Ibu ku Enny Rustiana juga adek
ku Vemmy Aprilina Putri terima kasih untuk semua doa dan semangatnya.
9.
Terima kasih kepada sahabat cantikku zerlina, ira , keewy , diana , lya. Dan
teman – teman lain yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu terima
kasih untuk semangatnya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari kekurangan dari
penulisan skripsi ini, oleh sebab itu kepada semua pembaca kiranya berkenan
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga penulisan skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Surabaya, Mei 2012
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya ... 12
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1. Konsep Pemasaran... 14
2.2.2. Minat Beli ... 15
2.2.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli ... 17
2.2.3. Corporate Sosial Responsibility ... 18
2.2.4. Citra Perusahaan ... 21
2.2.5. Hubungan Antar Variabel... 25
2.2.5.3. Hubungan antara Citra Perusahaan dengan
Minat Beli ... 27
2.3. Karangka Konseptual dan Hipotesis ... 28
2.3.1. Kerangka Konseptual ... 28
2.3.2. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
3.1.1. Skala Pengukuran ... 33
3.2. Populasi dan Sampel ... 34
3.2.1. Populasi ... 34
3.2.2. Sampel ... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.3.1. Jenis Data ... 34
3.3.2. Sumber Data ... 35
3.3.3. Pengumpulan Data ... 35
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 36
3.4.1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling) ... 42
3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal... 45
3.4.3. Pengujian model dengan Two-Step Approach ... 45
3.4.4. Evaluasi Model ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48
4.1.1. Sejarah Yamaha Motor ... 48
4.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 51
4.1.3. Deskripsi Corporate Social Responsibility ... 53
4.1.4. Deskripsi Citra Perusahaan ... 55
4.1.4.1. Moralitas ... 55
4.1.4.2. Manajemen ... 56
4.1.4.3. Kinerja ... 57
4.1.4.4. Pelayanan ... 58
4.1.5. Deskripsi Minat Beli ... 59
4.2. Analisis Data ... 60
4.2.1. Evaluasi Outlier ... 60
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 61
4.2.3. Evaluasi Validitas ... 63
4.2.4. Evaluasi Normalitas ... 64
4.2.5. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 65
4.2.6. Uji Kausalitas ... 68
4.3. Pembahasan ... 69
4.3.1. Hubungan Corporate Sosial Responsibility dengan Minat Beli ... 69
4.3.2. Hubungan Corporate Sosial Responsibility dengan Citra Perusahaan ... 71
4.3.3. Hubungan Citra Perusahaan dengan Minat Beli ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75
5.2. Saran ... 75
Oleh: Vivi Ar linta 0812010119 / FE / EM
ABSTRAK
Pelaksanaan CSR oleh sebuah perusahaan memberikan banyak manfaat diantaranya adalah mempertahankan dan mendongkrak brand image perusahaan. Merek (brand) bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah ‘janji’ perusahaan secara konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para pelanggan. Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik dari pemasaran modern bertumpu pada penciptaan merek-merek yang bersifat membedakan (different) sehingga dapat memperkuat citra merek perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate social responsiblity terhadap citra perusahaan dan berdampak pada minat beli konsumen Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang sudah mengetahui program
corporate social responsibility (CSR) yang pernah dilakukan oleh PT Yamaha
Motor. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik maximum likelihood estimation. Jumlah sampel yang diambil sebesar 5-10 kali jumlah indikator variabel laten. Pada penelitian ini terdapat 105 responden. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation
Modelling (SEM).
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa CSR berpengaruh terhadap citra perusahaan pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur. CSR tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur. Citra perusahaan tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
1.1. Latar Belakang Masa lah
Corporate Social Responsibility (CSR) yang kini sedang marak
dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Konsep ini telah banyak mengalami tahapan sebelum gaungnya terasa seperti saat ini. Banyak industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Namun, seiring perkembangan waktu perusahaan dituntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Ini terjadi karena selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dan masyarakat disekitarnya, kegiatan usaha sering memberi dampak negatif bagi lingkungan. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya konsep CSR.
perusahaan. Semua perusahaan ingin membangun ekuitas merek yang kuat, karena adanya korelasi positif antara ekuitas merek yang kuat dengan keuntungan yang tinggi dan memberi laba bersih masa depan bagi perusahaan.
Saat ini perusahaan otomotif di Surabaya berkembang dengan cepat dalam kuantitas maupun kualitas. Banyaknya jumlah perusahaan otomotif menyebabkan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Persaingan tersebut menyebabkan perusahaan perlu meningkatkan reputasi sebagai salah satu keunggulan daya saing. Peningkatan reputasi tersebut dapat dilakukan melalui strategi penerapan CSR Jefkins (1995) dalam Semuel dan Wijaya (2008), dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan (Kotler and Lee, 2005 dalam Semuel dan Wijaya (2008). Pelanggan merupakan pihak luar yang mempuyai hubungan dengan perusahaan. Hubungan tersebut terkait dengan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Minat beli (purchase intention) terhadap produk atau jasa merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana pembelian konsumen. Dapat dikatakan bahwa minat beli (purchase intention) merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
perusahaan tersebut searah dengan award yang diterima oleh Yamaha. Hal ini sebagai tolak ukur dalam program yang dilakukan oleh Yamaha guna meningkatkan mutu masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa corporate social
responsibility sebagai perwujudan kepedulian sosial perusahaan merupakan hal
yang sangat penting dalam menjembatani hubungan antara perusahaan dengan masyarakat, dan bila diterapkan dengan konsep yang jelas dan tepat pada sasaran dapat menggalang opini positif publik yang kemudian dapat meningkatkan
corporate image dan minat beli.
Selain program Yamaha Engineering School (YES) yang dilakukan oleh Yamaha selama tahun 2011 antara lain Yamaha Amazing Journey, dengan melakukan kegiatan penanaman 1000 pohon di Savana Gunung Bromo, Probolinggo Jawa Timur. Yamaha Peduli Pendidikan Bangsa memberikan donasi
engine assy untuk dua SMK di kota Bitung dan Manado dan masih banyak lagi.
Di Surabaya program CSR yang sering dilakukan Yamaha Motor adalah Gerebek Kampung Yamaha. Program Gerebek Kampung yang diselnggrakan oleh Yamaha Motor di seluruh wilayah Surabaya dilakukan setiap bulan, minimal terdapat empat lokasi yang diselenggrakan melalui perwakilan dari dealer-dealer setempat. Berikut ini data wilayah penelitian yaitu Surabaya Timur yang pernah mengikuti Gerebek Kampung Yamaha, adalah sebagai berikut:
(dealer Cahya Persada), Manyar Sabrangan II, RT 07/RW I (dealer SMS Motor), Dukuh Setro 8A, RT 05/RW II (dealer Lancar Motor), Setro Baru II, RT 02/RW III (dealer Agung Motor), Semampir Kelurahan RT 02/ RW I (dealer SMS Motor), Ngagel Rejo 1B RT 10/RW I (dealer Cahaya Persada), Sidotopo Wetan II, RW I (dealer Abadi Motor), Jl Wonorejo GG Dalam RT 03/RW 01 (dealer Surya Citra), Jl Semampir Tengah GG 6A, RT 03/RW 07 (dealer Abadi Motor), Jl Ngagel Baru I, RT 02/RW 02 (dealer Lancar Motor), Bratang Gede IV A, RT 07/RW VII (dealer Sentral Basra), Bratang Binangun GG V, RT 05/RW 08 (dealer Satria Motor), Pumpungan IV RT 06/RW 02 (dealer Surya Citra), Semolowaru Utara II/ RT 04/RW 01 (dealer Buana Motor), Ngagel GG Mustika Baru RT 10/RW 01 (dealer Surya Sakti)
Tabel 1.1. Data TBI Kategor i Sepeda Motor Bebek
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 nampak jelas bahwa motor metik merupakan tren saat ini kerena dilihat dari data penjualan yang meningkat tajam bila dibandingkan dengan motor bebek maupun motor sport. Sepeda motor jenis bebek sejak akhir tahun 80-an mendominasi di Indonesia, tetapi beberapa tahun terakhir pamor sepeda motor bebek kini menurun. Porsi penjualan motor bebek menurun karena dikalahkan oleh motor skutik. Beberapa tahun ke depan menurut wakil ketua AISI pasar bebek sulit kembali menjadi idola di Indonesia mengingat kepraktisan penggunaan skutik akan tetapi di daerah lain masih banyak orang masih menyukai bebek. Jadi selama pangsa pasar motor bebak tetap di atas 30% volumenya dipastikan masih besar. Begitu juga dengan salah satu merek motor yaitu Yamaha dimana pada tahun 2011 motor bebek yang dikeluarkan oleh Yamaha juga mengalami penurunan.
Berikut disajikan volume penjualan Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur bulan September 2010 sampai dengan bulan November 2011.
Tabel 1.3. Data Penjulan Yamaha Vega ZR New di Sur abaya Timur
Bulan Penjulan (unit ) Penjualan (per sen)
Pada Tabel 1.3 dapat dilihat penjualan Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur selama 15 bulan terakhir mengalami penurunan sebesar -1,06% atau rata-rata sebanyak 195 unit. Pada Desember 2010 penjualan Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur mengalami peningkatan dari 258 unit pada bulan November menjadi 365 unit. Pada bulan Januari 2011 pangsa pasar Yamaha Vega ZR New mengalami penurunan menjadi -54,52% atau sebesar 166 unit dan kembali mengalami penurunan di bulan Februari menjadi 136 unit. Penurunan penjualan ini disebabkan semakin meningkatnya sepeda motor skutik.
Menurut Kotler dan Lee (2005) dalam Semuel dan Wijaya (2008), CSR mampu memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang telah melakukan.
Corporate Social Responsibility (CSR) mampu meningkatkan penjualan dan
penguasaan pasar. Perusahaan menjalankan CSR untuk berbagai orientasi keuntungan, seperti menaikan penjualan, perluas inovasi, mengurangi produksi yang tidak efisien, mengurangi resiko kedepan, dan memiliki akses terhadap modal (Redman, 2005 dalam Semuel dan Wijaya, 2008). Menurut Kotler dan Lee (2005) dalam Semuel dan Wijaya (2008) mengemukakan bahwa CSR yang diterapkan secara tepat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan, akan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, salah satunya adalah mampu meningkatkan corporate image. Manfaat yang dapat dipetik dari akumulasi citra perusahaan dalam kaitannya dengan pelanggan, diantaranya adalah terciptanya sikap positif pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan bermuara pada kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan. Pada kajian Semuel dan Wijaya (2008) citra atau reputasi akan berpengaruh positif terhadap minat beli. Minat beli akan dipengaruhi oleh citra perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisis corporate social responsibility terhadap purchase intention dan
corporate image dengan mengambil judul “Pengar uh Corporate Social
Responsibility Ter hadap Citr a Per usahaan dan Berdampak Pada Minat Beli
Konsumen Yamaha Vega ZR New Di Surabaya Timur ”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur?
2. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap citra perusahaan Yamaha motor di Surabaya Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
2. Untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility terhadap citra perusahaan Yamaha motor di Surabaya Timur.
3. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tambahan dalam aplikasi teori-teori pemasaran, khususnya perilaku pembelian.
2. Bagi ilmu pengetahuan
2.1. Penelitian Sebelumnya
1. Penelitian dilakukan oleh Semuel dan Wijaya (2008) dengan judul ” Corporate Social Responsibility, Purchase Intention Dan Corporate Image Pada Restoran Di Surabaya Dari Perspektif Pelanggan”. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di Café yang ada di Surabaya dan Café tersebut sudah menerapkan program-program Corporate Social Responsibility (CSR). Teknik analisis yang digunakan adalah SEM.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas CSR mampu mnggambarkan dimensi Economics, social, dan environment. Citra perusahaan (corporate
image) dapat menggambarkan dimensi moralities, management, services, dan
performance dengan baik dari dalam model. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa CSR berpengaruh signifikan positif terhadap purchase intention, juga berpengaruh signifikan positif terhadap corporate image. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa CSR berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung melalui corporate image terhadap purchase intention.
konsumen Yamaha Vega ZR New yang mengetahui program CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Subakti (2009) dengan judul ”Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Dampaknya Terhadap Citra Perusahaan (Corporate Image) Pada PT TELKOM, Tbk Pusat”. Populasi yang digunakan adalah sebanyak 30 yayasan yang dibantu oleh pihak PT. Telkom Tbk yang seluruhnya di teliti dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi sederhana.
Hasil penelitian ini pelaksanaan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) yang dilakukan oleh PT. Telkom Tbk telah dilakukan dengan cukup baik. PT. Telkom Tbk dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki citra yang baik dan masyarakat memandang citra perusahaan PT. Telkom Tbk dalam kegiatan usahanya dalam kategori cukup baik pula, hal itu dapat terlihat dari tanggapan responden mengenai citra perusahaan PT. Telkom Tbk yang berarti bahwa masyarakat percaya PT. Telkom Tbk memiliki citra yang cukup baik dalam kegiatan usahannya. Pada PT. Telkom Tbk terdapat pengaruh antara corporate social responsibility (tanggungjawab sosial perusahaan) terhadap citra perusahaan.
mengetahui program CSR yang dilakukan oleh perusahaan dan menggunakan teknik SEM.
2.2. Landasan Teor i 2.2.1. Konsep Pemasar an
Kotler dan Keller (2006:6) mendefinisikan pemasaran sebagai fungsi dari sebuah organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan value kepada konsumen dan untuk mengelola hubungan dengan konsumen untuk memberikan keuntungan bagi organisasi dan para stakeholder. Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu dalam pemilihan target pasar dan mendapatkan, mempertahankan, meningkatkan pertumbuhan kosumen melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian superior customer value (Kotler dan Armstrong, 2001:4).
Kotler (2007:10) mengutarakan bahwa konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Sementara itu Kotler dan Armstrong (2001:4) mendefinisikan pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Kotler dan Armstrong (2001:4) juga menjelaskan bahwa dua tujuan utama dari pemasaran adalah menarik konsumen yang baru dengan menjanjikan superior
konsumen. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahawa pemasar harus lebih berfokus terhadap penciptaan nilai yang berujung pada kepuasan konsumen untuk dapat menarik konsumen yang baru dan mempertahankan konsumen yang ada. Kepuasan konsumen bergantung pada performa produk yang diterima oleh konsumen dalam menyampaikan nilai terhadap ekspektasi pembeli, Kotler dan Armstrong (2001:7). Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Selanjutnya yang dibutuhkan adalah menyediakan produk dan jasa itu, Kotler dan Keller (2006:15).
2.2.2. Minat Beli
Purchase Intention, atau minat beli menurut Assael (1998) dalam Semuel
dan Wijaya (2008) merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Mehta (1994:66) dalam Semuel dan Wijaya (2008) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Pengertian minat beli menurut Howard (1994) dalam Semuel dan Wijaya (2008) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.
minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli (willingness to buy) dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk (Doods, Monroe dan Grewal, 1991 dalam Dwityanti, 2008). Segala sesuatu menjadi sama, minat beli secara positif berhubungan terhadap persepsi keseluruhan pada akuisisi dan transaksi nilai (Grewal, Monroe dan Krishnan, 1998 dalam Dwityanti, 2008).
Menurut Keller (1998) dalam Dwityanti (2008), minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Sedangkan Mittal (1999) dalam Dwityanti (2008) menemukan bahwa fungsi dari minat dari minat konsumen merupakan fungsi dari mutu produk dan mutu layanan. Menurut Navarone Okki (2003:114) dalam Dwityanti (2008) salah satu indikator bahwa suatu produk sukses atau tidak di pasar adalah seberapa jauh tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Howard (1989:35) dalam Dwityanti (2008), intention to buy didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang akan datang.
2.2.2.1. Faktor -faktor Yang Mempengar uhi Minat Beli
Minat beli pada dasarnya merupahkan suatu pembelian secara subyektif dalam diri setiap individu terhadap hal-hal yang berhubungan secara langsung dengan transaksi ekonomi. Menurut Ferdinand (2002:129) dalam Dwityanti (2008), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut: a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk
kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d. Minta eksploratif, minan ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut
Menurut Bearman (2001) dalam Semuel dan Wijaya (2008) pengukuran minat beli konsumen berdasarkan beberapa faktor dibawah ini, yaitu:
1. Rangsangan merupakan pelayanan yang ramah diberikan oleh perusahaan membuat konsumen menjadi berminat untuk membeli produk dari perusahaan tersebut.
3. Pencarian informasi merupakan kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan untuk membuat konsumen berminat membeli produk tersebut.
2.2.3. Corporate Sosial Responsibility
CSR adalah sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui tindakan bebas untuk menentukan praktek bisnis dan kontribusi sumber daya perusahaan, Kotler and Lee (2005) dalam Semuel dan Wijaya (2008). Maksud dari bebas menentukan praktek bisnis bukan berarti melanggar hukum atau tidak bermoral melainkan tindakan sukarela dari sebuah perusahaan untuk berkontribusi secara sosial terhadap komunitasnya. Istilah “komunitas” termasuk kondisi manusia dan lingkungan sekitarnya.
Pengertian CSR menurut Kotler & Nancy (2005:4) dalam Subakti (2009) adalah Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. Citra menurut Sutisna (2001:83) dalam Subakti (2009) mengemukakan bahwa, citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. CSR sebenarnya dapat dipandang sebagai investasi masa depan sebuah perusahaan. Kontribusi dari perusahaan ini bisa berupa banyak hal, misalnya : bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang, dll.
Kotler (2005:5) dalam Semuel dan Wijaya (2008). The Organization
yang mampu memenuhi bahkan melebihi kode etik, legalitas, komersial, dan ekspektasi publik. Definisi ini menggambarkan bahwa sebuah keputusan bisnis haruslah memenuhi kode etik, legalitas, menghargai orang lain termasuk masyarakat sekitar, dan lingkungan. Menurut versi Uni Eropa, CSR adalah sebuah konsep dimana sebuah perusahaan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan dalam operasional perusahaan dan dalam interaksinya dengan stakeholders.
Menurut Chahal & Sharma (2006) dan Russo & Tencati (2009) dalam Semuel dan Wijaya (2008), konsep CSR sering kali diibaratkan seperti kuil/candi Yunani dengan tiga pilarnya, mencerminkan tiga dimensi CSR, yaitu:
1. Ekonomi. Dimensi ekonomi dari Corporate Social Responsibility meliputi dampak ekonomi dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Dimensi ekonomi tidak sesederhana melaporkan keuangan/neraca perusahaan saja, tetapi juga meliputi dampak ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap operasional perusahaan di komunitas lokal dan di pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perusahaan lainnya. Indikator dari ekonomi adalah produk, jasa, kepercayaan dan dukungan masyarakat dan komunitas lokal lainnya.
2. Sosial. Dimensi sosial memiliki arti untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inti dari dimensi sosial sebenarnya adalah respect for
people atau menghargai orang lain. Indikator dari sosial adalah pekerjaan dan
3. Lingkungan. Dimensi lingkungan merupakan dimensi CSR yang paling lama didiskusikan yaitu sekitar 30 tahun. Banyaknya perusahaan manufaktur pada saat ini, memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, inti dari dimensi ini adalah management of environment/bagaimana kita bertindak agar dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang kita timbulkan. Indikator dari lingkungan adalah pengelolaan limbah dan memproduksi produk ramah lingkungan
Menurut Kotler dan Lee, (2005) dalam Semuel dan Wijaya (2008), keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan CSR ini dapat digambarkan dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar, dalam survei yang pernah dilakukan, 75% dari konsumen mengatakan bahwa keputusan untuk membeli sesuatu dipengaruhi oleh reputasi dari perusahaan yang bertanggung jawab kepada lingkungan, dan 8 dari 10 orang mau untuk membayar lebih apabila produk tersebut ramah lingkungan.
2. Memperkuat penempatan merek/brand perusahaan, Sebagai contoh perusahaan-perusahaan yang melakukan program amal, nama/merek dari perusahaan tersebut akan dikenal oleh masyarakat contoh: The Coffee Beans. 3. Menambah/memperbesar kekuatan dan image dari perusahaan. Sebagai
4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi, dan menahan pegawai/karyawan. Berdasarkan survei setengah dari 2100 lulusan MBA, mau bekerja di perusahaan yang mengadakan CSR, walaupun dengan gaji yang lebih rendah.
5. Mengurangi biaya operasional. Sebagai contoh adanya The Body Shop yang melakukan CSR dalam rangka tidak mencoba kosmetik kepada binatang “No
Animal Testing” dengan ini The Body Shop lebih dikenal oleh orang dan tidak
perlu mengeluarkan banyak biaya-biaya operasional seperti halnya biaya iklan.
6. Meningkatkan daya tarik investor dan peneliti keuangan, Dengan adanya CSR yang dilakukan oleh perusahaan, dapat meningkatkan nilai saham. Dari hal tersebut maka timbul adanya kemampuan untuk menarik investor-investor baru dan mengurangi resiko-resiko dalam acara dalam perusahaan.
2.2.4. Citr a Perusahaan
2000) dalam Nurmiyati (2009). MacInnis dan Price (2001) bersama dengan Yuille dan Ctachpole (2001) dalam Nurmiyati (2009) menggambarkan pembentukan citra sebagai prosedur dimana ide, perasaan dan pengalaman dengan suatu organisasi terseimpan dalam memory ingatan. Sidney Levy dari Northwestern University memperkenalkan konsep citra di tahun 1955 dan telah diterapkan dalam berbagai objek. Pertama adalah citra perusahaan yaitu bagaimana orang memandang keseluruhan perusahaan. Kedua adalah citra produk yaitu bagaimana orang memandang kategori produk tertentu. Ketiga adalah citra merek yaitu bagaimana orang memandang suatu merek tertentu dalam kompetisinya dengan merek lainnya.
Berbicara mengenai citra perusahaan telah banyak sekali pengertian mengenai citra perusahaan yang diantara para ahli komunikasi perusahaan dan prakstisi (Davies et al, 2001 dalam Nurmiyati, 2009). Seringkali kata citra diartikan sebagai ”identitas” atau ”reputasi” atau dalam arti yang lebih sempit diartikan sebagai persepsi internal dari perusahaan yang diyakini oleh karyawan (Kennedy, 2000 dalam Nurmiyati, 2009). Menurut Davies et al (2001) dalam Nurmiyati (2009) dikatakan bahwa citra diartikan sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para pemegang saham eksternal, khususnya oleh para pelanggan. Hal ini berbeda dengan pendapat yang mengatakan bahwa citra adalah pandangan internal mengenai perusahaan yang menurut mereka harus dilabelkan sebagai ’identitas’.
sebelumnya dan kualitas funsional yaitu cara bagaimana servis diberikan kepada pelanggan. Sedangkan Keller, (1998) dalam Nurmiyati (2009) mengatakan bahwa bahwa kredibilitas korporate merupakan bagian dari pembentuk citra perusahaan. Pelanggan yang mempersepsikan perusahaan sebagai perusahaan dengan citra baik akan terdorong untuk membeli produk dari perusahahaan. Sedangkan Lewis, (2001 dalam Nurmiyati, 2009) mengatakan bahwa citra perusahan dibentuk dari
mulitple atribute oleh karena itu atribut tersebut perlu diukur. Iklan dapat
berpengaruh pada persepi perusahaan pada pelanggan. Persepsi ini dikonseptualisasikan sebagai citra perusahaan, sehigga citra perusahaan adalah total impresi (kesan) yang dibuat oleh keseruhan entitas (seperti iklan) di benak individual pelanggan.
Dua komponen yang prinsipal dari citra adalah fungsional dan emosional (Kennedy, 2000 dalam Nurmiyati, 2009). Komponen funsional berhubungan dengan sesuatu yang terlihat (tangible cue) yang dapat diukur dengan mudah, sedangkan komponen emosional diasosiasikan dengan psikologis yang dimanifestasikan melalui perasaan dan perilaku. Citra dideskripsikan sebagai jaringan hirarki bermakna yang tersimpan dalam memory dengan rentang mulai dari kesan umum holistik sampai elaborasi evaluasi dari objek dan pengertian ini berkaitan dengan nilai personal dari individu (Individual personal values).
Citra perusahaan dibentuk oleh berbagai faktor citra dan atributnya (Horward dan Kotler, 1991) dalam Nurmiyati (2009) yaitu Corporate Social
Conduct, Corporate Contribution Conduct, Corporate Employees
channels, Sales forces, Company business conduct. Berdasarkan
penelitian-penelitian diatas maka variabel dari citra perusahaan dalam penelitian-penelitian ini adalah komunikasi iklan, produk dan perceived value.
Menurut Liou & Chuang (2007) dalam Semuel dan Wijaya (2008) pengukuran citra perusahaan berdasarkan beberapa faktor dibawah ini, yaitu: 1. Moralitas berkaitan dengan bagaimana suatu perusahaan memiliki moral
terhadap lingkungan dan sosialnya, meliputi: kegiatan amal merupakan kegiatan dealer-dealer yang telah melakukan kegiatan-kegiatan sosial bagi masyarakat di sekitar. Kegiatan ramah lingkungan merupakan kemampuan perusahaan untuk melakukan proses produksi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
2. Manajemen berkaitan dengan bagaimana perusahaan mengelola manajemennya dengan baik, meliputi: keahlian karyawan merupakan kemampuan karyawan dalam meningkatkan kepuasan konsumennya. Kerjasama tim merupakan kerjasama di antara karyawan perusahaan.
4. Pelayanan berkaitan dengan bagaimana perusahaan dapat memuaskan konsumennya, meliputi: kecepatan pelayanan merupakan kecepatan pelayanan yang diberikan karyawan kepada konsumen. Penanganan pengaduan merupakan kesiapan karyawan dalam mengatasi komplain dari konsumen. Fokus pada kebutuhan pelanggan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya.
2.2.5. Hubungan Antar Var iabel
tersebut dapat membantu perusahaan mendapatkan pelanggan baru, (Redman, 2005 dalam Semuel dan Wijaya, 2008).
2.2.5.2. Hubungan antar a Corporate Social Responsibility dengan Citr a Per usahaan
CSR merupakan sebuah tanggung jawab sosial dengan tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih baik. Kotler dan Lee (2005) dalam Semuel dan Wijaya (2008) mengemukakan bahwa CSR yang diterapkan secara tepat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan, akan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, salah satunya adalah mampu meningkatkan corporate image. Sebagai contoh, perusahaan yang telah menerapkan konsep reduce, reuse, dan recycle tentu akan menarik perhatian bagi publik. Publik akan menganggap bahwa perusahaan tersebut cukup peduli dengan lingkungan sekitar sehingga akan muncul image yang positif terhadap perusahaan tersebut. Image yang positif di mata publik tersebut akan mendorong konsumen bertanggung jawab memelihara kelangsungan perusahaan dengan cara membeli produknya. CSR di bidang sosial pun dapat meningkatkan Corporate Image, misalnya perusahaan yang telah memberikan tunjangan/beasiswa bagi keluarga karyawan atau kepada masyarakat.
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi untuk bergabung dalam perusahaan, dan hal ini akan meningkatkan citra perusahaan karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
2.2.5.3. Hubungan antar a Citra Perusahaan dengan Minat Beli
Untuk memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Pada kebanyakan konsumen atau calon konsumen, perilaku pembelian seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya. Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diolah dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, timbul niat dan akhirnya mengambil keputusan. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat kompleks, sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Menurut Weiwei (2007) dalam Semuel dan Wijaya (2008), corporate image adalah kesan-kesan yang dimiliki oleh publik terhadap perusahaan. Corporate
image dapat dikatakan sebagai fungsi dari akumulasi pengalaman pembelian yang
2.3. Kar angka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1. Ker angka Konseptual
Keterkaitan antara corporate social responsibility terhadap corporate
image dan dampaknya pada purchase intention dapat digambarkan pada kerangka
konseptual berikut ini :
Gambar 2.1 Ker angka Konseptual
2.3.2. Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan teori yang telah disampaikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
2. Diduga corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap citra perusahaan Yamaha Motor di Surabaya Timur.
3. Diduga citra perusahaan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen pada Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur.
Corporate Social Responsibility
(CSR) (X)
Minat Beli (Z)
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel
Sesuai dengan tujuan penelitian serta mengacu pada rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kuantitatif. Pada pendekatan kuantitatif, penelitian menggunakan proses rasionalisasi dari suatu fenomena yang terjadi dan mengukur variabel (indikator variabel) yang sedang diteliti, dan akhirnya pendekatan kuantitatif mencoba untuk membuat kesimpulan yang digeneralisasikan. Pendekatan ini menggunakan metode (alat analisis) statistik.
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang pernyataan pengoperasionalan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabel-variabelnya (Anonim, 2003:10). Sedangkan pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka atau simbol dilekatkan pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. (Ghozali, 2002). Definisi operasional setiap variabel dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Corporate Social Responsibility (X) adalah sebuah tanggung jawab untuk
responsibility dijabarkan dalam tiga indikator berdasarkan Russo & Tencati
(2009) yaitu:
a. Ekonomi (X1) merupakan dampak ekonomi dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh Yamaha, dengan indikator:
X1.1. Produk adalah produk yang dihasilkan oleh Yamaha Motor memiliki kualitas yang tinggi meskipun Yamaha Motor melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). X1.2. Tindakan yang menimbulkan kepercayaan adalah Yamaha Motor
melakukan inovasi-inovasi terhadap produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen.
X1.3. Jasa adalah kekonsisten Yamaha Motor terhadap pelayanan yang dijanjikannya.
b. Sosial (X2) merupakan bentuk penghargaan dari Yamaha yang diberikan kepada stakeholder secara internal maupun eksternal, dengan indikator:
X2.1. Bakti sosial adalah kesediaan Yamaha Motor untuk menyelenggarakan bakti sosial bagi masyarakat sekitar.
X2.2. Partisipasi kegiatan sosial adalah partisipasi aktif yang dilakukan Yamaha Motor dalam kegiatan sosial.
c. Lingkungan (X3) adalah tindakan Yamaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dengan indikator:
X3.2. Memproduksi produk ramah lingkungan adalah usaha Yamaha Motor untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan. 2. Citra Perusahaan (Y) adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh Yamaha untuk
meningkatkan reputasi (Semuel dan Wijaya, 2008). Citra perusahaan dijabarkan dalam empat indikator berdasarkan Liou & Chuang (2009) yaitu:
a. Moralitas (Y1) berkaitan dengan bagaimana Yamaha Motor memiliki moral terhadap lingkungan dan sosialnya, dengan indikator:
Y1.1. Kegiatan amal adalah kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan dealer-dealer Yamaha Motor bagi masyarakat di sekitarnya. Y1.2. Kegiatan ramah lingkungan adalah kemampuan Yamaha Motor
untuk melakukan proses produksi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
b. Manajemen (Y2) berkaitan dengan bagaimana Yamaha Motor mengelola manajemennya dengan baik, dengan indikator:
Y2.1. Keahlian karyawan adalah kemampuan karyawan dalam meningkatkan kepuasan konsumennya
Y2.2. Kerjasama tim adalah kerjasama di antara karyawan Yamaha Motor.
c. Kinerja (Y3) berkaitan dengan kinerja Yamaha Motor dalam melakukan kegiatan bisnisnya, dengan indikator:
Y3.2. Kegiatan promosi adalah kegiatan promosi yang mampu menarik perhatian konsumen.
Y3.3. Iklan adalah kegiatan pengiklanan yang dapat menaikkan pendapatan Yamaha Motor.
Y3.4. Saluran penjualan adalah kemudahan konsumen untuk bertransaksi yang disediakan oleh Yamaha Motor.
d. Pelayanan (Y4) berkaitan dengan bagaimana Yamaha Motor dapat memuaskan konsumennya, dengan indikator:
Y4.1. Kecepatan pelayanan adalah kecepatan pelayanan yang diberikan karyawan kepada konsumen.
Y4.2. Penanganan pengaduan adalah bagaimana karyawan dalam mengatasi komplain dari konsumen.
Y4.3. Fokus pada kebutuhan pelanggan adalah kemampuan Yamaha Motor dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya.
3. Minat Beli (Z) adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan (Kinnear dan Taylor (1995:306) dalam Dwityanti (2008)). Minat beli dijabarkan dalam tiga indikator berdasarkan Bearman (2001) yaitu:
Z1 Rangsangan adalah pelayanan yang ramah diberikan oleh Yamaha, membuat konsumen menjadi berminat untuk membeli produk dari Yamaha.
Z3 Pencarian informasi adalah kegiatan promosi yang dilakukan Yamaha membuat konsumen berminat untuk membeli produk.
3.1.1. Skala Penguk uran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, skala interval adalah skala yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah semantic differential atau skala perbedaan semantic berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti : panas – dingin, popular – tidak popular, baik – tidak baik, dan sebagainya (Sugiyono, 2003:16). Skala ini disusun dalam suatu garis kontinu dengan jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri atau sebaliknya , yang terukur dalam skala tujuh point dengan pola:
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai dengan nilai 7 pada masing – masing skala, dimana berdasarkan uraian diatas apabila responden memilih letak semakin ke kiri maka responden tersebut menyatakan semakin tidak setuju. Apabila responden memilih letak semakin ke kanan, maka responden menyatakan semakin setuju.
7
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002:58). Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang sudah mengetahui program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang pernah dilakukan oleh PT Yamaha.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti(Ferdinand, 2002:48). Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik Maximum Likelihood Estimation. Jumlah sampel yang diambil sebesar 5-10 kali jumlah indikator variabel laten. Jumlah indikator variabel laten secara keseluruhan sebesar 21, sehingga ukuran sampel dalam penelitian ini berjumlah antara 105 sampai 210 responden. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling, yaitu accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan. Pada penelitian ini terdapat 21 parameter yang diestimasi sehingga besarnya sampel yang harus diperoleh adalah 21 x 5 = 105 responden.
3.3. Tek nik Pengumpulan Data
Memuat penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan di analisis yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
3.3.1. J enis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang dilakukan secara langsung kepada orang yang sudah mengetahui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang pernah dilakukan oleh PT Yamaha.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui PT Yamaha yang sudah diolah seperti dalam bentuk dokumen.
3.3.2. Sumber Data
Merupakan asal mula pengambilan suatu data, dalam penelitian ini data yang diambil berasal dari jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden sebagai responden.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai obyek yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut (Nazir, 2000: 234):
1. Teknik kuesioner. Teknik ini dilakukan dengan jalan menyebarkan pertanyaan-pertanyaan kepada responden.
2. Teknik wawancara. Teknik ini dilakukan dengan jalan wawancara secara langsung kepada pimpinan.
3. Teknik observasi. Teknik ini dilakukan dengan jalan melakukan pengamatan pada obyek secara langsung
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Alasan peneliti menggunakan analisis S.E.M. karena membutuhkan alat analisis yang mencakup beberapa variabel sekaligus, baik sebagai variabel independen maupun sebagai variabel dependen. S.E.M memiliki kemampuan menganalisis model-model yang menggunakan variabel laten. Dalam menguji teknik analisis dan uji hipotesis, peneliti menggunakan program aplikasi AMOS salah satu alasannya adalah aplikasinya yang lebih mudah dan praktis.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran faktor
corporate social responsibility, citra perusahaan dan minat beli menggunakan
confirmatory factor analysis. Langkah-langkah dalam analisis SEM model
pengukuran dengan masing-masing variabel dilakukan sebagai berikut:
Persamaan indikator faktor corporate social responsibility berupa ekonomi sebagai berikut:
X11 = λ1 Ekonomi + er_1 X12 = λ2 Ekonomi + er_2 X13 = λ3 Ekonomi + er_3
Gambar 3.1. Model Pengukuran Faktor Ekonomi
Keterangan:
X11 = pertanyaan tentang produk X12 = pertanyaan tentang jasa
X13 = pertanyaan tentang kepercayaan er_j = error term X1j
Persamaan indikator faktor corporate social responsibility berupa sosial sebagai berikut:
X21 = λ4 Sosial + er_4 X22 = λ5 Sosial + er_5
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor sodial adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2. Model Pengukuran Faktor Sosial er_1
1
er_2
1
Ekonomi
X11 X12
X13 1 er_3
er_4
1
Sosial
X21
Keterangan:
X21 = pertanyaan tentang karyawan X22 = pertanyaan tentang aktivitas sosial er_j = error term X2j
Persamaan indikator faktor corporate social responsibility berupa lingkungan sebagai berikut:
X31 = λ6 lingkungan + er_6 X32 = λ7 lingkungan + er_7
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor lingkungan akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.3. Model Pengukur an Faktor Lingkungan
Keterangan:
X31 = pertanyaan tentang pengelolaan limbah
X32 = pertanyaan tentang memproduksi produk ramah lingkungan er_j = error term X3j
Persamaan indikator faktor citra perusahaan berupa moralitas sebagai berikut:
er_6
1
Lingkungan
X31
Y11 = λ8 Moralitas + er_8 Y12 = λ9 Moralitas + er_9
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor moralitas akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.4. Model Pengukuran Faktor Mor alitas
Keterangan:
Y11 = pertanyaan tentang kegiatan amal
Y12 = pertanyaan tentang kegiatan ramah lingkungan er_j = error term Y1j
Persamaan indikator faktor citra perusahaan berupa manajemen sebagai berikut:
Y2.1 = λ10 Manajemen + er_10 Y2.2 = λ11 Manajemen + er_11
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor manajemen adalah sebagai berikut:
er_8
1
Moralitas
Y11
Gambar 3.5. Model Pengukuran Faktor Manajemen
Keterangan:
Y2.1 = pertanyaan tentang keahlian karyawan Y2.2 = pertanyaan tentang kerjasama tim er_j = error term Y2j
Persamaan indikator faktor citra perusahaan berupa kinerja sebagai berikut:
Y3.1 = λ12 Kinerja + er_12 Y3.2 = λ13 Kinerja + er_13 Y3.3 = λ14 Kinerja + er_14 Y3.4 = λ15 Kinerja + er_15
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor kinerja akan nampak sebagai berikut:
Keterangan:
Y3.1 = pertanyaan tentang kewajaran harga Y3.2 = pertanyaan tentang kegiatan promosi Y3.3 = pertanyaan tentang iklan
Y3.4 = pertanyaan tentang saluran penjualan er_j = error term Y3j
Persamaan indikator faktor citra perusahaan berupa pelayanan sebagai berikut:
Y4.1 = λ16 Pelayanan + er_16 Y4.2 = λ17 Pelayanan + er_17 Y4.3 = λ18 Pelayanan + er_18
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor pelayanan akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.7. Model Pengukuran Faktor Pelayanan
Keterangan:
Y4.1 = pertanyaan tentang kecepatan pelayanan Y4.2 = pertanyaan tentang penanganan pengaduan
Y4.3 = pertanyaan tentang fokus pada kebutuhan pelanggan er_16
1
er_17
1
Pelayanan
Y4.1 Y4.2
er_j = error term Y4j
Persamaan indikator faktor minat beli sebagai berikut: Z1 = λ19 Minat beli + er_19
Z2 = λ20 Minat beli + er_20 Z3 = λ21 Minat beli + er_21
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan faktor minat beli akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.8. Model Pengukuran Faktor Minat Beli
Keterangan:
Z1 = pertanyaan tentang rangsangan Z2 = pertanyaan tentang kesadaran
Z3 = pertanyaan tentang pencarian informasi er_j = error term Zj
3.4.1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling) 1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
er_19
1
er_20
1
Minat Beli
Z1 Z2
b. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
c. Normal Probability Plot (SPSS 10.1).
d. Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebaran nya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
2. Evaluasi atas Outlier
a. Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier. b. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat
p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (χ
χ
Outlier
Multicollinierity Singularity
Determinant matriks covarians
latent variabel/
construct
observed variable dan latent variable
construct reliability Variance-extracted. onstruct reliability
Variance-extracted
variance extracted ≥ et. al Standardize Loading
(Critical Ratio) p
3.4.3. Pengujian Model Dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modeling (SEM)
Two-Step Approach
two-step approach Two-Step Approach
One
Step Approach
two step approach to SEM
measurement model structural model
Two step approach
summed-scale
construct reliability α
σ
error ε lambda λ
3.4.4. Evaluasi Model
“confirmatory
good fit”
poor fit”
“good fit” “poor fit”. “good fit”
≥
≤
≥
≥ ≤ ≥
≥
Goodness of Fit Chi-square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,
CMIN/DF. good fit
4.1. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Yamaha Motor
Yamaha Corporation adalah salah satu perusahaan raksasa dunia masa kini. Yamaha Corporation adalah perusahaan multinasional dan konglomerasi yang berbasis di Jepang. Perusahaan ini menghimpun operasi di berbagai bidang produksi dan jasa yang saat ini banyak dibutuhkan masyarakat dunia. Sejarah dunia telah berubah dari zaman ke zaman, dan di zaman ini, dimana era globalisasi, kehidupan tidak hanya didominasi oleh pemerintahan dan kebudayaan, namun juga oleh peran korporasi yang merupakan pendukung kemajuan era modern.
Yamaha Corporation, awalnya didirikan sekitar 124 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1887 sebagai sebuah pabrik manufaktur piano dan organ. Pendirinya, Yamaha Torakusu dilahirkan sebagai anak laki-laki ketiga dari Yamaha Konosuke pada 20 April 1851. Ayahnya adalah seorang petugas astronomi pada pemerintahan Tokogawa Hanshi di wilayah Kishu (Sekarang provinsi Wakayama, Jepang).
tanggal 12 Oktober 1897, kemudian ia mendirikan Nippon Gakkiseizo Corporation dan beliau diangkat sebagai Presiden Direktur pertama. Pada 1889, perusahaan itu mempekerjakan 100 orang dan menghasilkan 250 organ setiap tahun.
Riset intensif perusahaan dalam bidang logam paduan untuk digunakan dalam piano akustik Yamaha telah memberikan pengetahuan luas dalam pembuatan logam ringan. Pengetahuan ini dengan mudah diterapkan pada pembuatan frame logam dan motor suku cadang untuk sepeda motor. Kawakami dan insinyur banyak mengunjungi pabrik-pabrik Jerman untuk belajar bagaimana membuat sepeda motor. Semboyan mereka adalah, "Jika Anda akan membuat itu, buatlah untuk menjadi yang terbaik yang pernah ada." Prototipe pertama sepeda motor Yamaha yang dinamai YA-1, untuk menghormati pendiri Yamaha, selesai pada bulan Agustus 1954. Sepeda ini didukung oleh sistem pendinginan udara (air cooling), 2-stroke, 125 cc single silinder mesin. Prototipe diuji untuk melalui 10.000 km. Uji protype yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tes ketahanan untuk memastikan bahwa kualitasnya adalah kelas atas.
kelas 125cc di dua acara balapan terbesar di Jepang, Juara ke-3 Racing Pendakian gunung Fuji dan Juara ke-1 Asama Highlands Race.
Pada 1956, sepeda motor 175cc silinder tunggal model dua-stroke YC1, siap untuk produksi. Pada tahun 1957, Yamaha memulai produksi pertama sepeda motor 250 cc, dua-stroke kembar yang diberinama YD1. Pada tahun 1958, Yamaha menjadi manufaktur sepeda motor Jepang pertama untuk memasuki arena perlombaan internasional, dan memenangkan 6 tempat yang mengesankan di Grand Prix Catalina Race di Amerika Serikat. Yamaha bertindak cepat bak selebriti dan mulai memasarkan sepeda motor melalui distributor independen, Cooper Motors di California pada 1958.
tempel, dan perahu pribadi. Pada tahun 2000, Toyota dan Yamaha membentuk aliansi Toyota Yamaha Corporation dengan modal 10,5 billion yen.
4.1.2. Deskr ipsi Kar akter istik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakter istik Responden Ber dasa rkan J enis Kelamin No J enis Kelamin J umlah Pr osentase
1 Laki-laki 57 54%
2 Perempuan 48 46%
Total 105 100
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa minat beli masyarakat akan sepeda motor Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur didominasi oleh laki-laki sebesar 57 orang atau 54%, pihak perempuan hanya sebesar 48 orang atau 46%.
b. Usia
Tabel 4.2. Kar akter istik Responden Ber dasa rkan Usia
No Usia J umlah Pr osentase
1 17-25 tahun 10 10%
2 26-35 tahun 38 36%
3 36-45 tahun 29 28%
4 > 46 tahun 28 27%
Total 105 100
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa minat beli masyarakat akan sepeda motor Yamaha Vega ZR New di Surabaya Timur didominasi oleh masyarakat berusia antara 26- 35 tahun sebesar 38 orang atau 36%.
c. Tingkat Pendapatan
Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui tingkat pendapatan para responden yakni pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Karakter istik Responden Ber dasa rkan Tingkat Pendapatan No Tingkat Pendapatan J umlah Prosentase
1 Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 10 10% 2 Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 41 39% 3 Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000 32 30% 4 Lebih dari Rp. 4.000.001 22 21%
Total 105 100%
Sumber : Data diolah
4.1.3. Deskr ipsi Corporate Social Responsibility 4.1.3.1. Ekonomi
Tabel 4.4. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Mengenai Ekonomi
No Per nyataan Skor J awaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
1. Indikator pertama dari ekonomi adalah produk, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 47 responden atau 44,8%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 4 atau 3,8%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
2. Indikator kedua dari ekonomi adalah tindakan yang menimbulkan kepercayaan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 43 responden atau 41%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 6 atau 5,7%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.3.2. Sosial
Tabel 4.5. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Mengenai Sosial
No Per nyataan Skor J awaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
1. Indikator pertama dari sosial adalah bakti sosial, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 43 responden atau 41%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 6 atau 5,7%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
2. Indikator kedua dari sosial adalah partisipasi kegiatan sosial, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden 52 responden atau 49,5%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 7 dengan jumlah responden 7 atau 6,7%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.3.3. Lingkungan
Tabel 4.6. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Mengenai Lingkungan
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
1. Indikator pertama dari lingkungan adalah pengelolaan limbah, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 58 responden atau 55,2%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dan 7 dengan jumlah responden 6 atau 5,7%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
2. Indikator kedua dari lingkungan adalah memproduksi produk ramah lingkungan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 yaitu sebanyak 58 responden atau 55,2%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 2 dengan jumlah responden 1 atau 1%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1.
4.1.4. Deskr ipsi Citr a Per usahaan 4.1.4.1. Moralitas
Tabel 4.7. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Mengenai Moralitas
No Per nyataan Skor J awaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Kegiatan amal 0 0 6 14 27 48 10 105 0% 0% 5,7% 13,3% 25,7% 45,7% 9,5% 100%
2 Kegiatan ramah lingkungan
0 0 4 17 28 51 5 105
0% 0% 3,8% 16,2% 26,7% 48,6% 4,8% 100% Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
dengan skor 1 dan 2.
2. Indikator kedua dari moralitas adalah kegiatan ramah lingkungan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 51 responden atau 48,6%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 4 atau 3,8%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.4.2. Manajemen
Tabel 4.8. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Manajemen
No Per nyataan Skor J awaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Keahlian karyawan
0 0 4 20 25 50 6 105
0% 0% 3,8% 19% 23,8% 47,6% 5,7% 100%
2 Memilih produk 0 0 4 17 29 50 5 105 0% 0% 3,8% 16,2% 27,6% 47,6% 4,8% 100% Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut:
1. Indikator pertama dari manajemen adalah keahlian karyawan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 50 responden atau 47,6%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 4 atau 3,8%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.4.3. Kiner ja
Tabel 4.9. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Mengenai Kiner ja
No Per nyataan Skor J awaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut:
1. Indikator pertama dari kinerja adalah kewajaran harga, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 54 responden atau 51,4%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 7 dengan jumlah responden 3 atau 2,9%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 1.
2. Indikator kedua dari kinerja adalah kegiatan promosi, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 56 responden atau 53,3%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 7 dengan jumlah responden 4 atau 3,8%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4. Indikator keempat dari kinerja adalah saluran penjualan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 52 responden atau 49,5%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 5 atau 4,8%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.4.4. Pelayanan
Tabel 4.10. Fr ek uensi Hasil J awaban Responden Mengenai Pelayanan
No Per nyataan Skor J awaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut:
1. Indikator pertama dari pelayanan adalah kecepatan pelayanan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 45 responden atau 42,9%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 7 dengan jumlah responden 7 atau 6,7%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
menjawab dengan skor 1 dan 2.
3. Indikator ketiga dari pelayanan adalah fokus pada kebutuhan pelanggan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 52 responden atau 49,5%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 7 dengan jumlah responden 2 atau 1,9%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.1.5. Deskr ipsi Minat Beli
Tabel 4.11. Fr ek uensi Hasil J awaban Responden Mengenai Minat Beli
No Per nyataan Skor J awaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut:
1. Indikator pertama dari minat beli adalah rangsangan, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 46,7%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 3 dengan jumlah responden 3 atau 2,9%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
1 dan 2.
3. Indikator ketiga dari minat beli adalah pencarian informasi, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 56 responden atau 53,3%, kemudian yang mendapat respon sedikit terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden 9 atau 8,6%. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan skor 1 dan 2.
4.2. Analisis Data 4.2.1. Evaluasi Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang