• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Penangkaran Benih Kedelai. pembesaran tumbuhan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Penangkaran Benih Kedelai. pembesaran tumbuhan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Penangkaran Benih Kedelai

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.Tujuan dari penangkaran adalah untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam, serta mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran (BKSDA, 2014).

Dari penangkaran menghasilkan benih yang berkualitas dan bermutunya terjamin.Benih merupakan tanaman atau bagianya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau pengembangbiakantanaman,baik perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang akan dipakai untukmemperbanyak tanaman atau dipakai untuk usahatani. Benih yang varietasnya benar dan murni, mempunyaimutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tertingi sesuai dengan mutu standar pada kelasnya.Untuk menghasilkan benih kedelai bermutu tinggi, diperlukan pengelolaan pertanaman maksimal meliputi pemilihan lokasi yang tepat, musim tanam, kultur teknik, waktu tanam, penanganan pascapanen, dan seleksi yang ketat. Beberapa varietas unggul yang telah dilepas dapat dipilih dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan benih.

(2)

2.2 Klasifikasi Benih Kedelai

Berdasarkan fungsi dan cara produksi, benih terdiri atas benih inti (Nucleus seed), benih sumber dan benih sebar. Benih inti adalah benih awal yang penyediaanya berdasarkan proses pemuliaan atau perakitan suatu varietas tanaman oleh pemulia pada lembaga penyelenggara pemulia. Benih inti merupakan benih yang digunakan untuk perbanyakan atau menghasilkan benih penjenis.

Benih sumber terdiri dari tiga kelas, yaitu benih penjenis ( Breeder seed), benih dasar (foundation seed) dan benih pokok (stock seed). Benih penjenis merupakan perbanyakan dari benih inti, yang selanjutnya akan digunakan untuk perbanyakan benih kelas-kelas selanjutnya, yaitu benih dasar dan benih pokok. Benih sebar (extension seed) disebut benih komersial karena merupakan benih turunan dari benih pokok, yang ditanam oleh petani untuk tujuan konsumsi ( Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010). Uraian dari masing-masing benih adalah sebagai berikut.

1. Benih Penjenis (Breeder Seed)

Benih penjenis adalah benih sumber yang diproduksi dan dikendalikan langsung oleh pemulia (breeder) yang menemukan atau diberi kewenangan untuk mengembangkan varietas tersebut.Saat ini benih penjenis dikelola oleh UPBS di Balai Penelitian Komoditas, untuk kedelai di Balitkabi.Dalam sertifikasi, benih penjenis dicirikan oleh label berwarna putih (rencana menjadi warna kuning) yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi penyelenggara pemuliaan tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar (BD).

(3)

2. Benih Dasar (foundation seed)

Benih Dasar adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen benih (BBI, BPTP, perusahaan benih BUMN/swasta yang profesional) dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu).Benih dasar merupakan benih sumber untuk perbanyakan/produksi benih pokok (BP). Untuk penyediaan benih kedelai unggul bersubsidi bagi petani, Balitkabi akan membantu memproduksi benih dasar mengingat masih lemahnya sistem perbenihan kedelai.

3. Benih Pokok (Stock Seed)

Benih pokok adalah benih sumber yang diproduksi oleh produsen penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu)

4. Benih Sebar (extension seed)

Benih sebar adalah benih yang diproduksi oleh produsen/penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih (BPSB atau Sistem Manajemen Mutu). Label benih sebar berwarna biru. Benih sebar ini tidak dapat digunakan sebagai benih sumber.

Sistem Produksi Benih Sumber penyediaannya melalui alur-alur adalah, sebagai berikut.

1. Balitkabi menyediakan benih penjenis (BP), untuk sementara waktu Balitkabi juga memproduksi benih dasar (BD) dan benih pokok (BP), khususnya untuk vue yang akan didistribusikan ke BPTP, di seluruh propinsi sentra produksi kedelai.

(4)

2. Balitkabi juga berkewajiban menyediakan benih penjenis bagi produsen benih (institusi perbenihan lainnya) dengan perjanjian tersendiri untuk mendukung program benih berbantuan pemerintah dan memenuhi kepentingan program/kegiatan lainnya. Selain benih penjenis, Balitkabi berkewajiban pula memproduksi benih dasar (BD) secara simultan dengan benih penjenis.

3. BPTP yang memproduksi benih sumber kedelai di setiap provinsi berkewajiban melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten, BPSB, BBI, dan institusi perbenihan lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan produksi benih sumber kedelai. Koordinasi juga dilakukan dengan para produsen benih sebar, sehingga penyaluran benih sumber diharapkan dapat berjalan lancar.

4. Dalam pelaksanaan produksi benih sumber disepakati BBI tetap memproduksi benih sumber sesuai tupoksi dengan fokus varietas kedelai yang sudah berkembang di masyarakat (populer), sedangkan BPTP memproduksi benih sumber varietas yang sudah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian tetapi belum berkembang di masyarakat. Selain itu, BPTP juga dapat memproduksi benih sumber untuk varietas populer sepanjang BBI tidak dapat memenuhinya. Untuk itu, koordinasi dan sinkronisasi antara BPTP dengan BBI serta institusi perbenihan lainnya sangat penting. Alur Penyediaan Benih Sumber dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(5)

Tabel 2.1.

Alur penyediaan Benih Sumber. Alur produksi (benih

sumber) Hasil (kelas benih

Pelaku (produsen)

FS BS BS Balitkabi

BS BD

BD (FS) Balitkabi, BPTP, BBI, BUMN swasta (Perusahaan Perorangan) BD BP

BP (SS) Balitkabi, BPTP, BBI, BBU, BUMN, swasta

BP BR BR (ES) Produsen benih (BUMN/swasta)

BR PETANI Petani (pengguna benih)

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010

Sistem pengendalianstandar mutu benih kedelai mencakup sertifikasi dan manajemen mutu menurut kelas benih disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Standar mutu benih kedelai berdasarkan kelas benih.

Kelas Benih Kadar air maksimum (%) Benih murni minimum (%) Kotoran benih maksimum (%) Benih Varietas lain maksimum (%) Daya Tumbuh minimum (%) Benih Dasar ( FS/BD) 11,0 98,0 2,0 0,1 80,0 Benih Pokok ( SS/BP) 11,0 98,0 2,0 0,2 80,0 Benih Sebar ( ES/BR) 11,0 97,0 3,0 0,5 80,0

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010 2.3 Sertifikasi Benih

Untuk menghasilkan benih bermutu dan bersertifikat diperlukan sertifikasi yang mencakup pemeliharaan di lapangan dan dilaboratorium. Persyaratan secara umumadalah sebagai berikut:

1. Produksi benih bersertifikat harus terdaftar di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)

(6)

2. Sertifikasi lapang dimulai pada saat penentuan lokasi fase vegetatif, fase generatif dan panen.

3. Petani bukan penangkar benih, dapat memproduksi benih bersertifikat melalui kerjasama dengan penangkar benih, seperti melalui sistem operasi lapangan (Oplap).

4. Sertifikasi lapangan dilakukan oleh BPSB 2.4 Lingkungan Tumbuh Tanaman Kedelai

Menurut Adisarwanto (2014) tanaman kedelai menghendaki lingkungan tumbuh/agroekologi lahan yang spesifik untuk tumbuh yang optimal. Secara garis besar, kategori agroekologi lahan tanaman kedelai dibagi menurut ketersediaan air, yakni yang berasal dari curah hujan atau air saluran irigasi.Di Indonesia kedelai ditanam pada lahan sawah (setelah panen padi)dan pada lahan kering (terutama pada lahan kering yang tidak masam). Di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera ada juga kedelai ditanam padalahan pasang surut/lebak yaitu pada musim kemarau. Sampai saat ini penyebaran kedelai di Indonesia masih terluas di pulau Jawa. Di Jawa kedelai ditanam sebagian besar dilahan sawah. Lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai adalah tidak lahan masam/pH diatas 5,0/, tekstur lempung dan kandungan bahan organik tinggi sampai sedang. Kandungan hara tanah (N, P2O5, K2O, Ca, Mg) yang cocok atau sesuai adalah tinggi sampai

sedang. Curah hujan 1.000 –2.500 mm/tahun dan temperatur 20 – 350 C. Adapun beberapa faktor pendukung untuk peertumbuhan tanaman kedelai adalah sebagai berikut.

(7)

1) Tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan factor lingkungan tumbuh yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam.

Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m. Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan penanaman di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah tersebut, tentunya akan menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan pencapaian produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha).

2) Iklim

Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula.Tanaman kedelai

(8)

sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam

3) Syarat pertumbuhan kacang kedelai

a) Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dansubtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagitanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklimkering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.

b) Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 s/d 400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanamankedelai membutuhkan curah hujan antara 100 s/d 200 mm/bulan. c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21 s/d 340C, akan tetapi

suhuoptimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23 s/d 270C. Pada

prosesperkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 300C.

4) Waktu tanam dan cara tanam

Produksi kedelai akan menurun apabila ditanam di luar waktu tanama optimal. Penurunan hasil tersebut berkaitan dengan kondisi kelembapan tanah atau curah hujan, suhu panjang hari, dan perkebangan hama-penyakit.Benih kedelai di lahan sawah bisa berkecambah optimal (>95%) jika kondisi kelembapan tanah yang dibutuhkan 45 s/d 55%. Kondisi optimal dicapai

(9)

sekitar 4 s/d 6 hari setelah padi panen, yakni bila jerami dibersihkan saat panen 6 s/d 9 hari setelah panen padi.

5) Pemupukan

Penetapan takaran aturan pupuk untuk tanaman kedelai harus didasarkan pada hasil analisis kadar hara dalam tanah. Anjuran pemupukan sampai saat ini masih terbatas padapenambahan hara makro NPK. Anjuran penggunaan pupuk untuk kedelai di lahan sawah jenis tanah entisol adalah 50 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCL/ha yang diberikan dengan cara disebar sebelum tanam. Pupuk untuk lahan jenis vertisol adalah 50 kg ZA + 50 kg SP-36 + 100 kg KCL/ha, sedangkan untuk lahan kering masam, pupuk yang dianjurkan terdiri dari 50 kg Urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCL/ha ditambah 50 kg/ha dolomit.

6) Pengairan

Utuk mencukupi kebutuhan yang optimal, tanaman kedelai memerlukan air sekitar 300 s/d 450 mm selama masa pertumbuhan. Bila air tidak tersedia, pertumbunan kedelai akan mengalami empat tahap fase kritis, yaitu fase pertumbuhan awal, saat berbunga, pembentukan polong, dan pengisian biji. Pengairan dianjurkan untuk semua jenis tanah sebanyak 3 s/d 4 kali tergantung pada ketersediaan air dan kondisi tanah.

7) Pengendalian gulma

Pengendalian gulma pada tanaman kedelai yang ditanam di lahan sawah selama MK I dapat menggunakan mulsa jerami dengan ketebalan sekitar 5 s/d 7,5 cm atau 5 ton/ha. Selain dapat meningkatkan hasil kedelai, juga dapat menekan perkembangan gulma sampai 65%. Kegiatan penanggulangan gulma

(10)

sebanyak dua kali yang dilakukan sebelum masa berbunga dianggap sudah cukup ekonomis dalam menekan gulma pada tanaman kedelai.

8) Pengendalian hama terpadu

Pengendalian hama secara terpadu merupakan suatu kombinasi beberapa cara pengendalian yang bertujuan agar populasi atau tingkat kerusakan hama berada di bawah nilai ambang ekonomis, artinya secara ekonomis tidak merugikan petani karena tingkat kerusakan sangat ringan. Beberapa komponen pengendalian hama terpadu antara lain sebagai berikut.

a. Pengendalian secara kultur teksnis, lebih ditekankan sebagai upaya pengendalian hama yang sifatnya preventif dan biasanya dilakukan sebelum terjadi serangan hama. Tujuannya agar populasi hama tidak meningkat melebihi nilai ambang pengendalian.

b. Pengendalian secara hayati (biologis), pada dasarnya menggunakan musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator dan pathogen.

c. Pengendalian hama pestisida, merupakan salah satu pilihan atau alternative paling akhir yang dapat dilakukan, terutama bila cara pengendalian hama belum mampu menekan populasi hama-penyakit. 9) Panen

Cara penen di Indonesia pada umumnya masih tradisional, yakni dengan cara memotong batang tanaman kedelai sedekat mungkin dengan permukaan tanah dengan menggunakan sabit. Keuntungan menggunakan sabit adalah tanaman kedelai yang dipotong, bintil akar yang mengandung bakteri Rhizobium masih tetap ada atau tersisa didalam tanah. Dengan demikian

(11)

populasi bakteri tersebut bisa terus bertambah di dalam tanah dan akan bermanfaat untuk penanaman selanjutnya

10) Pascapanen

Sebelum didistribusikan, hasil panen kedelai yang telah dikumpulkan tentu harus diproses lebih lanjut. Proses lanjut tersebut meliputi beberapa tahapan pascapanen seperti pengeringan, pembijian, pembersihan biji, sortasi biji, dan penyimpanan biji/benih.

2.5 Pengertian Usahatani

Pertanian sebagai sumber kehidupan manusia merupakan lapangan kerja sebagaian besar rakyat Indonesia yang meliputi bidang-bidang seperti bercocok tanam, perikanan, perkebunan, perhutanan, pengolahan hasil bumi dan pemasarannya. Usahatani sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seseorang petani tertentu apakah ia seorang petani pemilik, penyakap maupun manager yang digaji. Usahatani merupakan usaha pengorganisasian faktor lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian.

Soekartawi (1995) menyatakan usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atu produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

(12)

Usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertanian dalam arti luas (perusahan pertanian) dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti sempit adalah usaha pertanian keluarga dimana diproduksi sejumlah bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan holtikultura yang diusahakan pada lahan sempit dan pro duksi ditunjukan untuk keperluan keluarga. Sedangkan usahatani merupakan suatu perusahaan karena tujuan dari tiap-tiap petani adalah memperoleh hasil apakah hasil tersebut untuk dijual atau dikonsumsi sendiri (Mubyarto, 1991).

Soekartawi (1984), menyatakan pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu 1) pedapatan kotor (gross farm income) dan 2) pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor yaitu nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi pokok yang terjual maupun tidak terjual. Produk tersebut berupa : 1) produk yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani, 2) produk yang digunakan dalam usaha lain untuk bibit atau makanan ternak, 3) digunakan membayar, 4) disimpan atau ada digudang akhir tahun. Untuk menghitung nilai produksi tersebut, harus dikalikan dengan harga pasar yang berlaku yakni harga jual bersih ditingkat petani. Pendapatan bersih yaitu selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani, dalam waktu tertentu yang meliputi : a) pengeluara tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya produksi yang besarnya berubah-ubah sebanding dengan besarnya produksi yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya pupuk, biaya bibit, dan biaya tenaga kerja, b) pengeluaran tetap (fixed cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada produksi.Pengeluaran ini meliputi biaya sewa tanah dan biaya alat-alat pertanian.

(13)

2.6 Produksi dan Faktor-faktor Produksi dalam Usahatani

Produksi merupakan suatu kegiatan atau yang mengubah faktor-faktor produksi (input) menjadi suatu produk (output). Sedangkan fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi (input). Untuk meningkatkan produksi dalam usahatani banyak kemajuan-kemajuan teknologi yang diterapkan seperti teknologi kimia, biologi, dan teknologi mekanik. Teknologi kimia dan biologi meliputi penggunaan bibit unggul/bibit berkualitas, pupuk buatan dan obat-obatan pemberantas hama dan penyakit (Mubyarto, 1991).

Barang-barang dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dapat diklasifikasikan kedalam empat golongan yang disebut dengan faktor-faktor produksi yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan, dengan penjelasan sebagai berikut.

2.6.1 Faktor produksi tanah

Unsur alam yang terpenting dalam proses produksi pertanian yaitu tanah, iklim, fauna dan flora. Tanah adalah bagian terpenting karena tanah merupakan tempat dari kegiatan produksi pertanian. Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabriknya hasi-hasil pertanian. Tanah seolah-olah faktor yang paling menentukan bentuk dan curahan dari perusahan pertanian, serta luas tanah yang digunakan untuk keperluan pertanian pada hakekatnya adalah tebatas. Tanah merupakan faktor produksi yang lebih tahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainya atau dalam proses produksi tanah mempunyai umur yang relatif panjang sehingga tidak perlu dilakukan penghapusan, cukup dengan

(14)

pemeliharaannya saja. Dalam proses produksi tanah mendapatkan balas jasa berupa sewa (Mubyarto, 1991).

2.6.2 Faktor produksi modal

Mubyarto (1991), menyatakan modal merupakan barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru dalam hal ini produk pertanian. Barang yang dihasilkan dan dipakai untuk menghasilkan barang lebih lanjut. Dari definisi tersebut modal dapat diartikan sebagai barang dan jasa yang dipergunakan dalam proses produksi sehingga menghasilkan produk baru, dengan kata lain setiap barang dan jasa yang terlibat dalam proses produksi menghasilkan barang baru.

Modal dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan antara lain : (a) modal tetap (fixed capital) seperti tanah dan bangunan, (b) modal kerja atau modal uasaha (working capital) seperti alat-alat mesin, tanaman di lapangan dan ternak produksi yang dipelihara, (c) modal lancar atau berubah (current capital) seperti benih/bibit, pupuk, obat-obatan, makanan ternak, dan uang tunai. Modal variabel mempunyai peranan penting dalam usahatani, sebab modal berpengaruh langsung terhadap besarnya produksi.

2.6.3 Faktor produksi tenga kerja

Tenaga kerja yang dimaksud ini adalah tenaga kerja manusia, yaitu sumberdaya manusia yang menimbulkan rasa lelah dan ditujukan untuk menghasilkan kebutuhan ekonomi.Tenaga kerja merupakan daya kerja, kerja manusia untuk melakukan usaha, sedangkan usaha merupakan ikhtiar yang dijalankan manusia untuk menghasilkan produksi yang diperlukan (Sukardono,

(15)

1986). Tenaga kerja dalam pertanian diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tenga kerja ternak/hewan dan tenaga kerja manusia. Tenaga kerja manusia dibagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Dan menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani dapat digolongkan menjadi tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga.

2.6.4 Faktor produksi pengelolaan

Pengelolaan dalam usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisasi, dan mengkoordinasikan fakto-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelola itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan fakto-faktor yang dapat dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelola.

Dalam setiap pengelolaan akan ada elemen-elemen, fungsi-fungsi, dan kegiatan yang mengambil bagian didalam proses pengelolaan. Inti dari semua itu adalah manusia, gagasan dan akal budi serta prasarana/sarana yang merupakan dasar setiap pengorganisasian seorang pengelola untuk bekerja. Gagasan atau akal budi akan menumbuhkan kehendak berfikir konsepsional. Sarana dan prasarana untuk administrasi, sedangkan manusia berperan dalam kepemimpinan, interpreter, atau wirausaha.

2.7 Keuntungan dalam Usahatani

Keuntungan dari kegiatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari seluruh

(16)

cabang usahatani, sedangkan pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pengeluaran terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan besar kecilnya produksi.Biaya ini meliputi biaya benih/bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Jadi biaya variabel merupakan biaya riil yaitu semua biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar faktor produksi yang berasal dari usahatani maupun yang dibayar dengan uang tunai atau benda dalam bentuk naturan.

Pendapatan keluarga petani dapat berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan dari usahatani dan dari luar usahatani. Lebih lanjut dijelaskan pendapatan usahatani adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari semua sumber usahatani seperti sawah, tegalan, pekarangan dan ternak. Pendapatan luar usahatani adalah seluruh penerimaan dikeluarga petani dari usha-usaha diluar usahatani (pertanian) seperti kerajinan, dagang, pegawai swasta, tukang bangunan, pegawai negeri dan buruh tani.

2.8 Kerangka Pemikiran

Analisis usaha penangkaran benih perlu dilakukan agar dapat diketahui besarnya pendapatan, biaya produksi, penerimaan, dan R/C ratio ditingkat petani, disamping itu perlu juga dilihat kendala-kendala yang dihadapi oleh petani selaku penangkar benih. Hasil analisis tesebut disimpulkan sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada para petani di Subak Kusamba, Kabupaten Klungkung. Dengan adanya analisis usahatani tersebut dapat memberikan pedoman atau arahan pada usahatani yang dijalankan.Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

(17)

Permintaan Kedelai Nasional

Kebutuhan Kedelai di Provinsi Bali BaliBali

Penangkaran Benih Kedelai

Gambar 2.1.

Kerangka pemikiran Penelitian Analisis Usaha tani Penangkaran Benih Kedelai studi kasus di Subak Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung

Analisi Usaha Tani  Pendapatan  R/C Ratio Kendala-Kendala  Teknis  Non-Teknis Simpulan Rekomendasi

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Malai dan Panjang Malai pada Percobaan Pengaruh Pemupukan Majemuk terhadap Pertumbuhan dan Hasil berbagai Varietas padi gogo. Keterangan: Angka-angka dalam kolom

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas

Analisis rasio keuangan adalah hubungan antara angka-angka di dalam laporan laba rugi dan neraca yang dapat dijadikan alat untuk menggambarkan kondisi keuangan

Kebijakan pembagunan desa yang menyolok pada saat pemerintahan orde baru adalah sangat ditentukan oleh swadaya kemandirian masyarakat warga desa yang di dukung adanya dana

Menurut Darwanto (1995:66-67), media massa milik pemerintah, di dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah, meskipun demikian tidak

TRADING SELL : Posisi jual untuk jangka pendek , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu- isu yang beredar.. Sementara indikator Stochastic menunjukkan garis %K

Perspektif semacam ini dilakukan oleh beberapa cendikiawan semacam Bassam Tibi ketika membahas fenomena radikalisme Islam di kawasan Timur Tengah dan kawasan negara lain, dengan

Peran tersebut dapat berupa, (1) menyampaikan pelatihan untuk menelusur bukti ilmiah pada mahasiswa bidang kesehatan, (2) menelusur artikel hasil penelitian yang akan