4.1 Persiapan Implementasi Jaringan FTTH 4.1.1 Perancangan Jaringan FTTH
Perancangan jaringan dilakukan dengan cara survey lokasi yang akan dilakukan pembangunan. Kemudian hasil survey tersebut digambarkan melalui sebuah desain jaringan menggunakan aplikasi Google Earth.
Gambar 4.1 Design Hasil Survey Feeder STO Cikupa
Perencanaan menggunakan Google Earth ini bertujuan untuk mengetahui lokasi penempatan perangkat jaringan FTTH yang akan dibangun seperti, route duct manhole yang akan dilalui, jalur penarikan kabel feeder, penempatan perangkat clossure, penempatan perangkat ODC dan penempatan handhole yang akan dibangun. Aplikasi Google Earth dapat mengetahui secara jelas lokasi yang akan dilakukan pembangunan jaringan, seperti letak posisi koordinat dan tampilan lingkungan sekitar dengan menu Street View yang dimilikinya.
Berdasarkan design hasil survey diatas, jaringan yang feeder yang akan dibangun yaitu sebanyak 1 feeder dengan kapasitas kabel 288 core untuk catuan 4 buah ODC. Penamaan awal ODC yang akan dibangun ialah RF1,
RF2, RP1, dan RP3. Penamaan ODC dapat mengalami perubahan untuk menghindari kesamaan nama dengan jaringan yang telah terinstal.
4.1.2 Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pembuatan rencana anggaran biaya berdasarkan design hasil survey yang telah dibuat. RAB ini menggunakan kontrak harga satuan yang telah di tetapkan. Pada RAB terurai jelas jumlah biaya masing-masing item pekerjaan baik material, jasa, maupun biaya perijinan.
Adapun tujuan Pembuatan RAB diantaranya :
a. Untuk mengetahui total nilai pekerjaan agar tidak melebihi anggaran yang telah ditetapakan sebelumnya.
b. Untuk mengetahui daftar dan jumlah material yang dibutuhkan. c. Untuk mengetahui peralatan kerja yang dibutuhkan
d. Sebagai dasar penunjukan mitra pelaksana.
4.1.3 Penetapan Kebutuhan Material
Penentuan kebutuhan material berdasarkan hasil survey yang telah di lakukan serta RAB yang telah dibuat. Adapun kebutuhan material untuk pekerjaan feeder cikupa ini antara lain :
Tabel. 4.1 Kebutuhan Material
NO NAMA BARANG SATUAN KEBUTUHAN
1 Optical Termination Box kapasitas 144 core UNIT 2 2 Kabel duct fiber optic kapasitas 288 core METER 3000 3 Kabel duct fiber optic kapasitas 144 core METER 800 4 Kabel duct fiber optic kapasitas 48 core METER 900 5 Kabel duct fiber optic kapasitas 24 core METER 1180 6 Clossure kapasitas 288 core PCS 1 7 Clossure kapasitas 144 core PCS 1 8 Clossure kapasitas 48 core PCS 1 9 Pipa Sub duct ukuran diameter 50/42 METER 4000 10 Pipa Sub duct ukuran diameter 32/27 METER 1000 11 Pipa HDPE ukuran diameter 40/33 METER 1600
12 ODC Kapasitas 144 Unit 4
Material yang sudah di tentukan kemudian di input kedalam aplikasi alista. Aplikasi Alista digunakan untuk memonitoring permintaan kebutuhan material dan pengeluaran material yang telah digunakan, serta untuk menghindari terjadinya overbudget di sisi pengadaan material.
4.1.4 Penetapan Mitra Pelaksana
Dalam hal ini, PT Telkom Akses tidak mengerjakan pekerjaan secara sendiri. Melainkan menunjuk pihak ke-3 sebagai pelaksanaa pekerjaan. Penetapan mitra dilakukan untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan. Hal ini dikarenakan mitra pelaksana yang ditunjuk sudah tentu memiliki pengalaman yang baik dalam hal pekerjaan instalasi Out Side Plan Fiber optik (OSP-FO). Penetapan mitra pelaksana tercantum dalam Nota Kesepakatan yang ditanda tangani kedua belah pihak dengan materai cukup yang dibuat rangkap dua.
4.2 Pelaksanaan Implementasi Segmen Feeder STO Cikupa 4.2.1 Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct
A. Persiapan Penarikan Sub Duct
Pemilihan Pipa Duct yang Akan DipakaiUntuk menempatkan kabel dalam duct terlebih dahulu harus dicari / dipilih pipa duct yang kosong dan sesuai, yaitu pipa duct yang akan dipakai harus dalam satu jalan sepanjang route duct tersebut, sehingga tidak akan mempersulit penarikan kabel, serta perlu diperhatikan bila timbul percabangan, maka di sisi mana dari pipa duct yang terpilih harus ditandai untuk diketahui oleh regu penarik. Mengingat di dalam manhole terdapat banyak polongan pipa duct yang menghubungkan ke beberapa manhole. Maka harus dipastikan bahwa pipa duct yang dipilih menuju manhole yang dinginkan
Persiapan Rodding duct
Rodding duct dilaksanakan untuk memastikan bahwa pipa duct yang akan dipakai untuk penggelaran sub duct maupun kabel serat optik dalam kondisi baik dan bebas dari kotoran. Beberapa hal yang terkait dengan persiapan rodding duct yaitu untuk membuka maupun menutup tutup manhole menggunakan katrol yang sesuai dengan berat dari tutup manhole tersebut. Apabila saat manhole di buka terdapat tergenang air didalamnya maka digunakan pompa air untuk menguras air tersebut. Air
buangan / lumpur dari pompa tidak boleh dibuang ke jalan melainkan dibuang ke parit. Bila pipa duct yang dipilih rusak / ngeblok dan tidak dapat diperbaiki lagi maka pilih pipa duct sebelahnya yang masih kosong. Pemasangan tali pemancing pada duct dapat dilakukan dengan menggunakan stick rodding.
Gambar 4.4 Pengurasan Air dalam Manhole
B. Pelaksanaan Rodding Duct Menggunakan Stick Rodding
Prinsip kerjanya yaitu stick rodding dimasukkan ke dalam duct melalui manhole sehingga dapat mencapai manhole berikutnya. Kemudian tali pemancing tersebut diikatkan pada ujung stick rodding lalu ditarik.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Tempatkan stick rodding di manhole M1 sehingga cukup untuk jarak route duct sampai dengan manhole M2.
b) Setelah ujung stick mencapai manhole M2, maka pekerjaan selanjutnya mengikatkan tali penarik di manhole M1 pada ujung stick terakhir tersebut.
c) Kemudian di manhole M2 ujung stick rodding ditarik secara berlahan dan digulung pada haspel stick roding.
d) Akhirnya tali penarik sampai di manhole M2, dengan demikian tambang penarik telah terpasang di dalam pipa yang di rodding. Perhatikan ilustrasi gambar berikut ini.
Gambar 4.5 Proses Rodding dalam Manhole
C. Pembersihan dan Pemeriksaan Duct
Meskipun pipa duct sudah tembus dengan cara rodding, pipa duct masih perlu dilakukan cleaning dan checking agar pada saat pemasangan pipa sub duct tidak tersendat. Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan cleaning dan checking antara lain :
Sikat pembersih dari baja
Terbuat dari pipa yang bersikat pembersih setiap jarak / spasi 15 cm. dengan masing-masing ujungnya terpasang mata kait, yang fungsinya untuk membersihkan kotoran di dalam pipa duct yang dilaluinya dari bekas pemasangan pipa duct tersebut;
Mandril
Mandril terbuat dari logam, dengan diameter sedikit lebih kecil dari diameter pipa duct (10 cm) dan panjangnya ± 87,5 cm. Fungsinya untuk mengetes keadaan pipa duct apakah dalam keadaan baik atau tidak, kemungkinan dalam pemasangan pipa duct ada pipa yang terjepit.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Ujung akhir tali penarik di manhole M1 secara berurutan disambung dengan sikat pembersih kemudian mandril, serta pada ujung mandril satunya disambung lagi dengan tali penarik, sehingga di dalam pipa tetap masih ada tali penarik.
b) Kemudian ujung tali penarik di manhole M2 ditarik sedemikian rupa sehingga akhirnya sikat pembersih dan mandril tadi dapat keluar dari pipa. Bila mandril dapat berhasil dan kotoran dapat keluar berarti pekerjaan cleaning dan checking berhasil dan selesai.
c) Agar dapat bersih dengan sempurna, sikat pembersih dan mandril dapat dipasang kembali, tetapi arahnya dibalik yaitu dari manhole M2 kembali ke manhole M1. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut ini
Gambar 4.7 Pembersihkan Duct dengan Sikat Baja dan Mandril
Pelaksanaan rodding ini di lakukan sepanjang route duct yang akan di lalu kabel feeder, yaitu dari STO sampai manhole CKA.01/24 dengan panjang ± 4600 meter
D. Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct
Terdapat 2 jenis pipa sub duct yang akan dipasang pada route duct, yaitu pipa sub duct dengan ukuran diameter 50/42 untuk dilalui kabel feeder kapasitas 288 core dari STO sampai dengan manhole CKA.01/16 sepanjang ± 3.000 meter serta untuk kabel feeder kapasitas 144 core dari manhole CKA.01/16 ke manhole CKA.01/20 sepanjang ± 800 meter dan Pipa sub duct dengan ukuran diameter 32/27 untuk dilalui kabel feeder kapasitas 24 core dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/24
sepanjang ± 800 meter serta untuk kabel feeder kapasitas 24core dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/19 sepanjang ± 200meter. Adapun tahapan-tahapannya ialah sebagai berikut :
a) Ukur panjang sub-duct yang akan dipasang sesuai dengan panjang route duct dan dipasang span per span dimana ujung sub duct tepat di bibir lubang / pipa duct kemudian diklem, seperti gambar berikut:
Gambar 4.8 Teknik Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct b) Penarikan dapat dimulai dari awal dari rute duct dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas pada saat itu. Posisi sub-duct dalam manhole harus satu jalan (pada duct yang sama) agar sub-duct tidak saling menyilang.
c) Semua pipa duct yang akan dipakai kabel serat optik harus dipasang sub duct, jumlah kabel serat optik yang dipasang pada 1 (satu) pipa sub duct maksimum 1 (satu) buah.
d) Tali penarik harus cukup kuat dan tidak boleh putus, untuk itu disarankan menggunakan tali penarik yang terbuat dari serabut kawat baja. Sedangkan untuk tali pemancing diperbolehkan menggunakan tali plastik.
e) Untuk mengurangi gesekan pada saat penarikan sub duct maupun kabel duct maka penarikan tidak boleh terlalu cepat dan jalur yang dilalui harus diberi material pelicin misalnya menggunakan stemped atau sabun.
f) Agar dalam penarikan tidak merusak sub duct maka ujung sub duct harus dipasang kabel grip / pulling eye dan agar tidak melintir pada sub duct dipasang alat anti pullir (swivel ).
g) Untuk memperlancar jalannya penarikan di dalam pipa duct dan manhole, maka perlu petugas pengawas dan handy talkie / alat komunikasi lainnya ditempat-tempat yang diperlukan.
h) Pekerjaan penarikan harus dilaksanakan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya kerusakan pada alat penarik, sub duct dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
i) Sub duct yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan dahulu minimal 1 (satu) hari setelah penarikan dengan maksud menormalisasi material sub duct sebagai akibat penarikan.
j) Sub duct sebaiknya diletakkan disebelah kiri atau kanan dekat dinding manhole dan menumpang pada besi bearer yang ada sehingga bagian tengah manhole ada ruang kosong untuk kerja.
k) Sub duct yang baru dipasang atau belum digunakan harus ditutup dengan stopper agar air atau lumpur tidak masuk kedalam pipa sub duct.
Gambar 4.9 Pemasangan Pipa Sub Duct 4.2.2 Pemasangan Pipa HDPE pada Galian Rojok
A. Pekerjaan Galian Rojok
Sistem rojok adalah sistem tanam langsung dengan cara melakukan rojok, untuk membuat alur penarikan kabel dan menggunakan pipa duct
HDPE sebagai alur dan pelindung kabel. Pekerjaan rojok merupakan pekerjaan untuk penanaman kabel serat optik dengan meminimalkan kerusakan jalan yang ditimbulkan akibat aktivitas penggalian. Pada pekerjaan rojok dibuat lubang - lubang kecil dengan jarak dan kedalaman tertentu sesuai dengan metode rojok yang digunakan dan kondisi lokasi serta aturan pemerintah setempat atau instansi terkait.
Pekerjaan rojok yang dilakukan dengan menggunakan pipa PVC diameter 2 (dua) inch yang masing-masing panjangnya 1 meter hingga 2 meter dengan menggunakan air sebagai sarana untuk membantu memudahkan pelaksanaan pekerjaan sistem rojok. Jarak antar lubang PIT berkisar 5 meter sampai dengan 15 meter.
Gambar 4.10 Peralatan Pekerjaan Galian Rojok
B. Pelaksanaan Pemasangan Pipa HDPE pada Galian Boring / Rojok Pada pekerjaan rojok dibuat lubang PIT dipinggir jalan atau trotoar sedalam minimal 150 cm untuk penanaman kabel dengan lebar galian bagian atas kurang lebih 60 cm dan panjang galian kurang lebih 120 cm atau sesuai dengan kondisi lapangan. Tanah galian tidak boleh berserakan ke jalan, untuk itu pergunakan papan pengaman atau karung sebagai pembatas seperti gambar dibawah.
Gambar. 4.11 Papan Pembatas
Setelah boring alur HDPE dibuat dengan kedalaman kabel yang telah ditentukan minimal 150 cm, lakukan instalasi / pemasangan HDPE yang telah diisi dengan tali untuk persiapan penarikan kabel dengan cara memasukan HDPE pada lubang hasil rojok. Pada setiap ujung pipa HDPE disambung menggunakan soket HDPE dengan ukuran yang sesuai, untuk memudahkan saat penarikan kabel serat optik. Diusahakan posisi HDPE lurus tidak melilit dengan kabel / HDPE eksisting, kabel catuan listrik dan atau pipa PAM.
Gambar 4.12 Teknik Pemasangan Pipa HDPE dengan Metode Rojok C. Penimbunan / Pemadatan tanah bekas galian
Proses penimbunan atau pemadatan pada alur bekas galian dan PIT dalam sistim rojok diantaranya sebagai berikut ini.
a) Galian lubang PIT yang bukan merupakan lokasi penarikan kabel serat optik segera ditimbun kembali. Lubang PIT yang merupakan
lokasi penarikan kabel serat optik segera ditimbun kembali setelah selesai penarikan.
b) Penimbunan dilakukan menggunakan pasir setinggi ± 10 cm masing-masing ± 5 cm dibawah dan diatas kabel. Setelah itu bekas galian ditimbun dengan tanah dan berangkal kemudian padatkan lapis per lapis (per 15 cm) dengan alat pemadat sampai permukaan bekas galian kembali seperti semula dengan dilebihi 5 cm pada bagian atasnya untuk mengantisipasi tanah amblas.
4.2.3 Penarikan Kabel Duct Serat Optik pada Pipa Sub Duct
Terdapat 4 kabel yang akan dilakukan penarikan melalui subduct, diantaranya
a) Kabel feeder kapasitas 288core dari STO sampai manhole CKA.01/16 b) Kabel feeder kapasitas 144core dari manhole CKA.01.16 sampai
manhole CKA.01/20
c) Kabel feeder kapasitas 24 core untuk ODC RF1 dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/24
d) Kabel feeder kapasitas 24 core untuk ODC RF2 dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/19
Penarikan kabel duct ini hampir sama dengan penarikan sub duct pada route duct, yaitu dengan menggunakan tali pancing. Jika di lokasi manhole yang terdapat rencana titik penyambungan kabel, maka pada saat penarikan kabel perlu di siapkan slack atau spare kabel sepanjang 10 (sepuluh) meter atau masing - masing sepanjang 5 meter pada setiap ujung kabel untuk memudahkan penyambungan di manhole. Slack untuk sambungan tersebut harus digulung dan diletakkan menggantung pada besi penyangga di dalam manhole dengan penempatan slack kabel dipasang pada posisi vertikal. Setelah penarikan kabel tidak langsung dilakukan penyambungan, sehingga ujung kabel yang akan disambung diperlihatkan atau dimunculkan keatas permukaan tanah dan diberi seal / end cap agar mudah ditemukan kembali.
4.2.4 Pemasangan Kabel Duct Serat Optik pada Pipa HDPE.
Kabel yang akan dilakukan penarikan menggunakan pipa HDPE yaitu kabel kapasitas 24 core dari clossure menuju penambat akhir di ODC diantaranya :
a) Kabel feeder kapasitas 24 core dari MH CKA 01/19 menuju HH ODC RF2.
b) Kabel feeder kapasitas 24 core dari MH CKA 01/24 menuju HH ODC RF1.
c) Kabel feeder kapasitas 48 core dari MH CKA 01/20 menuju HH ODC RP1.
d) Kabel feeder kapasitas 24 core dari HH ODC RP1 menuju HH ODC RP3.
Gambar 4.13 Konstruksi Penanaman Kabel Duct pada Galian
Penarikan kabel duct ini pada pipa HDPE yaitu menggunakan tali pancing yang telah terpasang pada pipa HDPE. Pada lokasi penempatan clossure perlu disiapkan slack atau spare kabel sepanjang 10 (sepuluh) meter atau masing - masing sepanjang 5 meter pada setiap ujung kabel untuk memudahkan saat dilakukan penyambungan. Slack untuk sambungan tersebut harus digulung dan diletakkan menggantung pada besi penyangga di dalam manhole dengan penempatan slack kabel dipasang pada posisi vertikal. Slack ujung kabel optik yang akan diterminasi pada ODC (Optical
Distribution Cabinet) ditempatkan pada handhole yang dibuat berdekatan atau berdampingan dengan pondasi ODC.
Gambar 4.14 Penarikan Kabel Duct pada Pipa HDPE 4.2.5 Pembangunan Pondasi ODC, Handhole ODC, dan Lantai Kerja
A. Instalasi Handhole ODC dan Lantai Kerja
Dalam pemasangan handhole sedapat mungkin letaknya diluruskan atau sejajar dengan garis lurus dari bangunan gedung yang ada didekatnya. Radius tikungan kabel minimum harus 20 kali diameter luar pipa duct. Posisi tutup handhole pada waktu dipasang harus rata dengan permukaan tanah atau jalan. Dinding, lantai dan atap handhole terbuat dari beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm, sedangkan ketebalan tutup h andhole minimum 20 cm. Penulangan tersebut harus memenuhi persyaratan beton bertulang U24. Campuran beton yang dipersyaratkan yaitu untuk konstruksi handhole perbandingan semen : pasir : batu pecah = 1 : 1,5 : 2,5 dan untuk lantai kerja perbandingan semen : pasir : batu pecah = 1 : 3 : 5. Ukuran handhole ODC yaitu 80 cm x 80 cm x 80 cm (panjang x lebar x kedalaman).
Gambar 4.15 Posisi Handhole ODC dan Lantai Kerja B. Pemasangan ODC beserta Pondasi ODC
Ukuran panjang dan lebar pondasi menyesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar kabinet ODC yang akan dipasang. Pondasi terbuat dari beton bertulang, perbandingan campuran 1:2:3 (semen:pasir:batu pecah) atau standar kualitas beton K225. Pondasi dapat dibuat langsung ditempat atau precast. Bagian pondasi yang berada diatas permukaan tanah harus diplester / dihaluskan. Permukaan pondasi di luar kabinet harus dibuat miring (≥ 150). Bagian dalam pondasi harus dibuat berongga untuk pekerjaan instalasi kabel dan kabel grounding. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
4.2.6 Terminasi Penyambungan Kabel Serat Optik
Penyambungan pada kabel serat optik berfungsi untuk menyambungkan antar kapasitas kabel dan untuk menyambungkan ke titik penambat pada perangkat. Penyambungan kabel serat optik dikerjakan dengan teknik fussion menggunakan alat fussion splicer. Terdapat 3 jenis penyambungan kabel fiber optik yang akan dilakukan pada segmen feeder, diantaranya a) Penyambungan kabel serat optik pada clossure
b) Penyambungan kabel serat optik pada casette ODC c) Penyambungan kabel serat optik pada OTB
A. Teknik Penyambungan Kabel Serat Optik dengan Metode Fussion Saat melakukan penyambungan / splicing ada hal - hal yang harus diperhatikan agar splicing bisa berhasil dan juga untuk keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain:
a) Sebelum melakukan splicing usahakan agar semua peralatan dan bahan serta tangan kita sebersih mungkin sebab adanya kotoran pada serat optik dapat menyumbang redaman pada serat.
b) Selalu letakkan tangan di belakang cutter ketika sedang melakukan pengupasan pelindung serat.
c) Jangan menginjak tube karena akan merusak core yang ada di dalamnya sehingga bisa menyebabkan core pecah atau retak.
d) Sebaiknya jangan mendekatkan cairan alkohol ke mata kita sebab cairan alkohol bisa menguap ke udara.
e) Jangan menggulung core dengan diameter yang sangat kecil karena bisa membuat core putus.
f) Jangan membuang core sembarangan sebab bila menembus kulit dikuatirkan bisa masuk ke aliran darah dan mengganggu kesehatan. g) Selalu perhatikan perlindungan pada cassete agar air tidak dapat
Pengupasan Pelindung Kabel Serat Optik
Langkah - langkah dalam melakukan penyambungan atau splicing serat optic ialah sebagai berikut :
a) Ukur dengan menggunakan meteran sepanjang +150cm (dalam keadaan baik) dari ujung kabel lalu tandai dengan isolasi atau spidol.
+150 cm
Gambar 4.17 Panjang Kabel Fiber Optik yang Dikupas
b) Kupas pelindung tube yang berwarna hitam sepanjang batas tersebut. Sebaiknya dilakukan secara sedikit demi sedikit sepanjang 25 cm dengan cara digergaji dan jangan terlalu dalam karena akan mengenai tube. Patahkan sedikit dan memutar pada bekas gergaji dan sudut patah tidak boleh 30° agar tube tidak ikut patah. Lalu tarik sehingga yang terlihat hanya benang pelindung dan kupas benang tersebut dengan cutter sehingga yang terlihat hanya tube yang dilapisi jelly. Bersihkan tube dari jelly dengan kain yang sudah dibasahi dengan thinner-B sampai bersih.
c) Ukur tube tersebut dari batas isolasi sepanjang +50 cm beri tanda dengan spidol. Lalu kupas tube pada batas tersebut dengan menggunakan pemotong tube dan sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit sepanjang 25 cm dengan cara memutar pemotong tube searah jarum jam sebanyak 2 kali lalu patahkan dan jangan lebih dari 30° agar serat optik tidak ikut patah, lalu tarik tube sehingga yang terlihat hanya serat optik saja yang dilindungi oleh jelly. Lakukan berulang-ulang sampai sepanjang + 100 cm dari ujung tube.
d) Bersihkan core tersebut dari jelly dengan kain yang sudah dibasahi dengan thinner-B sampai bersih.
Gambar 4.18 Panjang Tube yang Dikupas
e) Gulung serat optik dengan bentuk melingkar agar aman, tidak kotor dan tidak mengenai tanah.
Gambar 4.19 Penempatan Serat Optik pada Cassette Penyambungan Kabel Fiber Optik
a) Terlebih dahulu masukkan plastik sleeve protection untuk melindungi bagian core yang telah dilakukan penyambungan satu persatu dengan diberi tanda dengan spidol.
b) Kupas core dari jaketnya menggunakan tang pengupas dengan cara memposisikan tang agak miring, tahan lalu tarik ke ujung core secara perlahan.
c) Setelah terkupas bersihkan core dengan tissue yang sudah dibasahi dengan alkohol sampai gesekannya mengeluarkan bunyi. Lakukan sebanyak 3 kali lalu keringkan dengan tissue.
memotong, pisau harus dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dan konstan.
e) Setelah itu kita masukkan ke dalam splicer yang berfungsi menyambung core dengan teknik fussion. Jangan sampai ujung core menyentuh sesuatu benda sebab akan menambah redaman.
Gambar 4.20 Peletakan Serat Optik pada V-Groove Splicer
f) Kemudian tekan tombol set maka secara otomatis splicer akan meleburkan kedua core dan menyambungnya. Tunggu sampai layar menunjukkan estimasi redaman lalu tekan reset maka layar akan kembali ke tampilan awal.
g) Setelah itu keluarkan core tersebut lalu geser plastik khusus tadi ke sisi core yang telah mengalami proses splicing. Kemudian masukkan ke bagian heater pada splicer yang berfungsi untuk memanaskan plastik sleeve protection tersebut. Tunggu sampai splicer mengeluarkan bunyi lalu keluarkan.
h) Kemudian letakkan core kembali ke dalam cassette tadi seperti gambar di bawah ini.
Gambar 4.21 Peletakan Sleeve Protection pada Cassette 4.3 Link Budget pada Implementasi Feeder STO Cikupa
Berdasarkan desain jaringan yang telah di implementasikan, maka dapat ditentukan link budget redaman total yang dapat dijadikan parameter untuk pengujian elektris yang akan dilakukan.
Tabel. 4.2 Link Budget Hasil Implementasi Feeder STO Cikupa
NO URAIAN SATUAN STANDARD
REDAMAN (dB) VOLUME TOTAL REDAMAN (dB) 1 Kabel FO km 0,35 5 1,75 2 Konektor bh 0,25 2 0,5 3 Sambungan bh 0,10 4 0,4 4 Engeneering Margin 2
5 Kalibrasi Alat Ukur 5,83
Total Redaman 10,48
Berdasarkan tabel link budget diatas, pada perhitungan redaman total panjang kabel sepanjang 5 km dengan redaman setiap 1km sebesar 0,35 dB maka didapatkan hasil total redaman kabel sebesar 1,75 dB. Pada implementasi menggunakan konektor sebanyak 2 buah yang berada di ODC dan OTB dengan redaman setiap 1 buah konektor sebesar 0,25 dB maka didapatkan bahwa hasil pengukuran redaman total konektor sebesar 0,25 dB. Redaman total sambungan sebanyak 4 titik sambung dengan redaman setiap 1 titik sebesar 0,10 dB maka didapatkan bahwa redaman total pada
digunakan pada saat pengukuran mempunya nilai kalibrasi redaman sebesar 5,83 dB. Pada link budget perlu ditambahkan nilai redaman engineering margin sebesar 2 dB. Berdasarkan tabel link budget diatas, maka diketahui total redaman sebesar 10,48 dB. Oleh karena itu, pengukuran elektris yang akan dilakukan harus memiliki nilai redaman kurang dari 10,48 dB.
4.4 Pelaksanaan Uji Kelayakan
Setelah seluruh elemen jaringan feeder telah terpasang dengan baik. Maka tahap selanjutnya dilakukan pengujian kelayakan untuk memastikan bahwa jaringan FTTH yang telah terpasang sudah siap untuk diaktifkan layanannya. Beberapa dokumen yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan Uji Kelayakan diantaranya :
a) Berita Acara Pekerjaan Selesai 100% b) Berita Acara Commissioning Test c) Berita Acara Uji Terima
d) Gambar As Build Drawing e) RAB Pelaksanaan
f) Topologi Manjemen Core
Terdapat 2 aspek penilaian dalam Uji kelayakan diantaranya : 1. Penilaian Uji Kelayakan secara fisik hasil instalasi 2. Penilaian Uji Kelayakan secara elektris
4.4.1 Penilaian Uji Kelayakan Secara Fisik
Pada aspek penilaian ini, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil implementasi jaringan yang telah dilakukan. Aspek penilaian ini sekaligus untuk pemeriksaan volume hasil pekerjaan pada RAB pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan diantaranya :
a) Pemeriksaan hasil pemasangan perangkat OTB di STO Cikupa
Gambar 4.22 Pemasangan OTB di STO Cikupa
Perangkat OTB dilakukan pemeriksaan secara fisik. Letak sambungan kabel pada perangkat OTB harus tersusun dengan rapi. Perangkat OTB terpasang kuat dengan lemari raknya. Pemasangan patchcord harus terpasang dengan baik agar tidak terjadi bending pada kabel yang dapat menyebabkan pecahnya serat kaca didalamnya.
b) Pemeriksaan hasil pemasangan pipa subduct pada route duct,
Gambar 4.23 Pemasangan Pipa Sub Duct di Route Duct
Pemeriksaan pemasangan subduct meliputi letak posisinya pada polongan route duct, penataan subduct pada tumpukan subduct lain, serta pengecekan bahwa subduct di pasang sepanjang route duct, tidak hanya
c) Pemeriksaan hasil pemasangan pipa HDPE pada pekerjaan galian
Gambar 4.24 Pemasangan Pipa HDPE Sebelum Dilakukan Penimbunan
Pemeriksaan pemasangan pipa HDPE ini untuk mengetahui bahwa penarikan kabel menggunakan pipa HDPE sebagai pelindung kabel pada pekerjaan galian. Selain itu juga untuk mengetahui kedalaman pekerjaan yang dilakukan sesuai ketentuan.
d) Pemeriksaan hasil pemasangan Clossure,
Gambar. 4.25 Pemasangan Clossure di dalam Manhole
Pemeriksaan pada clossure dilakukan pada penempatan sambungan core pada cassette yang berada didalam clossure. Selain itu juga penempatan clossure harus menggantung pada besi penyangga yang telah disediakan serta kerapihan penggulungan sisa kabel.
e) Pemeriksaan perangkat ODC berikut lantai kerja dan patok pengamannya.
Gambar. 4.26 Hasil Pemasangan ODC
Pemeriksaan pada perangkat ODC meliputi ukuran pondasi ODC, ukuran lantai kerja, kerapihan pemasangan cassette dan sambungan kabel di dalam ODC, pemasangan passive splitter 1:4 di dalam ODC, kerapihan gulungan alur masuk kabel fiber optik dari Handhole ke dalam perangakat ODC, serta kekuatan patok pengaman sebagai pelindung perangkat ODC.
4.4.2 Penilaian Uji Kelayakan Secara Elektris
Pada aspek penilaian ini, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil ukur redaman kabel fiber optik yang telah terpasang. Pengukuran dilakukan dari STO Cikupa menuju ODC yang dibangun menggunakan alat ukur OPM (Optical Power Meter) sebagai penerima / receiver dan OLS (Optical Light Source) sebagai pengirim / tranmitter. Sebelum dilakukan pengukuran, alat ukur yang akan digunakan terlebih dahulu harus dilakukan kalibrasi untuk mengetahu besarnya redaman awal alat ukur tersebut.
Gambar 4.27 Hasil Kalibrasi Alat Ukur
Pada saat pengukuran kalibrasi alat ukur, menunjukkan nilai redaman alat sebesar 5.83 dB. Setelah dilakukan pengukuran kalibrasi pada alat ukur, maka alat ukur siap untuk melakukan pengukuran elektris pada jaringan fiber optik hasil implementasi. Adapun hasil pengukuran core pada port perangkat ODC ialah sebagai berikut :
Tabel. 4.3 Hasil Pengukuran Elektris
Berdasarkan hasil pengukuran elektris yang telah dilakukan, diketahui nilai redaman yang terukur pada OPM menunjukkan nilai di bawah link budget yang telah di tentukan yaitu sebesar 10,48 dB. Maka hasil implementasi jaringan FTTH segmen feeder STO Cikupa ini di anggap layak untuk digunakan. Mengingat semua hasil ukur yang telah dilakukan dianggap layak/baik, serta instalasi secara fisik dianggap sudah sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan.