• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta bersama-sama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta bersama-sama"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

38 A. Deskripsi Data Kondisi Awal

Dialog awal merupakan suatu pertemuan antara peneliti dan guru matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta bersama-sama melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan mendiskusikan masalah. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Nopember 2013. Pada awal observasi kemandirian belajar siswa masih rendah. Siswa memiliki sifat individual yang tinggi, sehingga rasa tanggungjawab yang dimiliki masih rendah. Perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru juga belum maksimal dan siswa cenderung pasif. Terlihat ketika mendapat soal siswa tidak langsung mengerjakan, beberapa siswa tidak mengerjakan, masih menunggu jawaban teman yang mengerjakan, dan tidak percaya diri untuk menyelesaikan di depan kelas.

Observasi pembelajaran awal dilakukan di kelas XB yang terdiri dari 33 siswa pada hari Senin, 6 Januari 2014. Tujuan dari observasi awal ini memperjelas sekaligus menentukan fokus penelitian atau indikator yang akan dicapai dari peningkatan kemandirian belajar yaitu memiliki rasa tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri.

Berdasarkan hasil dialog awal dan observasi dengan guru kelas yang terkait diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari 33 siswa

(2)

kelas XB diperoleh data siswa yang memiliki rasa tanggung jawab sebanyak 7 siswa (21,21%), tidak tergantung pada orang lain sebanyak 10 siswa (30,30%), memiliki rasa ingin tahu yang besar sebanyak 8 siswa (24,24%), dan percaya diri sebanyak 5 siswa (15,15%).

Dialog awal dan observasi juga menghasilkan kesepakatan bahwa untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa, alternatif pembelajaran yang dilaksanakan adalah melalui strategi cooperative group investigation.

B. Deskripsi Data Tiap Siklus 1. Data Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disiapkan oleh peneliti dengan materi yang diajarkan adalah menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal) program linear dengan alokasi waktu 2 pertemuan dimana setiap pertemuan 2 x 45 menit.

Pada awal pembelajaran guru menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan strategi cooperative GI yaitu siswa diharapkan dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan cara menganalisis persoalan yang diberikan kemudian ketua kelompok dapat membagi-bagi anggotanya dengan tugas-tugas yang berbeda.

(3)

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, karena siswa kelas XB berjumlah 33 siswa, maka kelas dibagi 8 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. Siswa dikelompokkan secara heterogen oleh guru, kemudian setiap kelompok menetukan ketua kelompokknya. Setelah terbentuk kelompok kemudian guru menyampaikan materi secara garis besar kemudian guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk menganalisis dan menyelesaikan. Siswa berkerjasama untuk menyelesaikan persoalan model matematika tersebut. Kemudian menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya secara menarik di depan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas dan Observasi

Pelaksanaan tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 Januari 2014 dan Sabtu tanggal 18 Januari 2014. Pada siklus ini pemberi tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas XB sebanyak 31 siswa. Materi ajar pada tindakan kelas siklus I adalah menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal).

Peneliti mengamati jalannya pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan berpedoman pada lembar observasi dan catatan lapangan yang telah tersedia. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan proses refleksi, evaluasi, dan revisi. Hasil observasi dan catatan lapangan terdapat dua tindakan.

(4)

1) Tindak Mengajar

Pada awal pembelajaran diawali dengan conditioning pertama-tama guru membuka pelajaran dengan memberi salam, melakukan presensi, mengecek kerapian dan kelengkapan artibut siswa, sebelum pelejaran dimulai guru juga mengecek kesiapan siswa seperti kelengkapan alat tulis, buku yang akan digunakan dan tugas rumah, kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa.

Pembelajaran dimulai dengan membahas tugas rumah materi sebelumnya, setelah pembahasan selesai guru menyampaikan judul materi siklus I dan tujuannya, sebelum menyampaikan materi guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok ada ketua kelompoknya. Guru menjelaskan pembelajaran dengan strategi cooperative group investigation, kemudian guru menjelaskan materi siklus I tentang menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal).

Model matematika adalah suatu rumusan matematika, baik berupa persamaan, pertidaksamaan atau fungsi yang diperoleh dari hasil penafsiran atau terjemahan masalah dari program linear ke dalam bahasa matematika. Menurut Pesta (2008: 39) model matematika adalah suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu masalah ke dalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi.

(5)

Diberikan permasalahan untuk dianalisis bersama, sebuah Firma memproduksi sendiri rak buku dalam dua model, yaitu A dan B. Produksi rak buku dibatasi oleh persediaan material (papan kualitas tinggi) dan waktu yang terbatas mesin pemroses. Tiap unit A memerlukan 3 m2 papan dan tiap unit B memerlukan 4 m2 papan. Firma memperoleh 1.700 m2 papan tiap minggu dari pemasok sendiri. Tiap unit A membutuhkan 12 menit dari mesin pemroses dan tiap unit B membutuhkan 30 menit. Setiap minggu memungkinkan total waktu mesin 160 jam. Jika keuntungan (profit) tiap unit A sebesar Rp 20.000,00 dan tiap unit B sebesar Rp 40.000,00, berapa banyak unit dari tiap model akan perusahaan rencanakan untuk produksi tiap minggu. Tentukan model matematikanya?

Setelah guru menjelaskan materi secara singkat dan contohnya, guru memberi LKS (lembar kerja siswa) agar siswa menganalisis dan menyelesaikannya. Siswa bersama kelompoknya diminta untuk membagi tugas agar persoalan dapat selesai dan anggota kelompok dapat memahami, mempelajari kembali, dan bersiap untuk mempresentasikan. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya dengan menarik, untuk kelompok yang belum berkesempatan untuk maju mereka mendapat kesempatan untuk menyanggah, menambahi, atau memberi pertanyaan kepada kelompok yang berpresentasi.

(6)

Guru sebagai penengah dan dapat membantu jika siswa mengalami kesulitan, setelah presentasi selesai guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari, kemudian siswa diberi latihan mandiri untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi yang dipelajari. Siswa diberi waktu 20 menit untuk menyelesaikan latihan mandiri tersebut, kemudian pekerjaan siswa dikumpulkan, guru memberi PR (pekerjaan rumah) dan menutup pembelajaran dengan memberi salam.

2) Tindak Belajar

Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus I masih kurang teratur. Hal ini dapat dilihat dari kondisi siswa pada saat mengerjakan LKS masih kebingungan untuk menganalisis permasalahan dan pembagian tugas ke anggota-anggotanya. Beberapa kelompok yang menyelesaiakan persoalan hanya satu anggota saja yang lain hanya melihat, dan ada ketua kelompok yang tidak bekerja hanya memerintah anggotanya. Siswa mengerjakan latihan mandiri mereka masih tergantung satu sama lain untuk menyelesaiakannya, tetapi beberapa kelompok lain sangat bagus kerjasamanya dari menganalisis soal untuk menyelesaikan persoalan.

c. Refleksi dan Evaluasi

Refleksi terhadap hasil pelaksanaan tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 18 Januari 2014. Pada saat

(7)

refleksi, peneliti dan guru mitra mengecek hasil observasi yang telah ditulis pada lembar observasi dan catatan lapangan, kemudian hasil refleksi menghasilkan data sebagai berikut.

1) Upaya yang berhasil

Peningkatan kemandirian belajar siswa dari kondisi awal meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri.

2) Upaya yang belum berhasil

Siswa masih belum berani dan kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya yang berbeda. Sebagian kelompok tidak percaya diri untuk mempersentasikan hasil analisisnya. Beberapa anggota kelompok masih tergantung dengan anggota yang lain untuk menganalisis persoalan yang diberikan.

3) Akar penyebab belum berhasil

Siswa takut salah dan malu untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya yang berbeda. Terbatasnya waktu yang diberikan kepada siswa saat menganalisis soal kelompok sehingga ada kelompok yang belum selesai dan membuat mereka tidak percaya diri untuk mempresentasikan hasil analisisnya. Ketergantungan anggota dengan anggota yang lain dikarenakan mereka belum paham dengan materi yang dipelajari dan tidak percaya diri untuk bertanya kepada guru.

(8)

4) Tindakan berikutnya

Mengatur kelompok yang sudah terbentuk untuk saling berkerjasama untuk menyelesaikan persoalan dimana soal yang diberikan agar diselesaikan bersama tidak dikerjakan sendiri, atau hanya menunggu teman yang sedang mengarjakan tetapi membantu teman anggotanya yang sedang menganalisis persoalan, agar selesai tepat pada waktu yang diberikan. Memotivasi rasa percaya diri siswa agar berani untuk mempresentasikan hasil analisisnya dan keberanian siswa untuk mencoba menyelesaikan persoalan yang diberikan, tidak hanya tergantung pada teman yang sedang mengerjakan.

Berdasarkan hasil refleksi yang telah diuraikan dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan kelas siklus I belum sepenuhnya meningkatkan kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa masih kurang, terbuktinya masih adanya siswa yang kurang percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya, bertanya pada guru dan masih tergantungnya siswa pada siswa lain dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan tindakan kelas siklus I yang telah dilaksanakan masih perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya agar hasil yang dicapai maksimal. Rencana tindakan kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan

(9)

sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Revisi yang telah disepakati oleh peneliti dan guru mitra adalah.

1) Guru perlu menumbuhkan rasa percaya diri siswa sehingga ketika siswa bertanya, menjawab, memberi tanggapan, atau mempresentasikan hasil analisisnya tidak ragu-ragu dan takut. 2) Guru mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok agar

terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan, tepat pada waktunya.

3) Guru perlu menumbuhkan keberanian siswa untuk mencoba menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang diberikan agar tidak tergantung pada teman yang sedang mengerjakan.

2. Data Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil kesepakatan peneliti dengan guru mitra, rencana yang disusun untuk tindakan kelas siklus II adalah sebagai berikut.

1) Guru membuat suasana kelas menjadi lebih menyenengkan agar siswa lebih termotivasi dan bersemangat untuk belajar.

2) Guru akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa sehingga ketika siswa bertanya, menjawab, memberi tanggapan, atau mempresentasikan hasil analisisnya tidak ragu-ragu dan takut.

(10)

3) Guru akan mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan, tepat pada waktunya.

4) Guru akan menumbuhkan keberanian siswa untuk mencoba menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang diberikan agar tidak tergantung pada teman yang sedang mengerjakan.

b. Pelaksanaan dan Observasi

Tindakan kelas siklus II dilaksankan hari Senin tanggal 20 Januari 2014 dan Sabtu tanggal 25 Januari 2014. Pada siklus ini pemberi tindakan adalah guru matematika dan dibantu peneliti, sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas XB sebanyak 33 siswa. Perencanaan tindakan kelas siklus II disusun berdasarkan perencanaan siklus I yang telah direvisi. Materi ajar yang disampaikan adalah menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear.

Selama guru melakukan proses penelitian, peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disepakati bersama. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan proses refleksi, evaluasi, dan revisi. Dengan lembar observasi dan catatan lapangan yang tersedia, peneliti mencatat hasil-hasil proses pembelajaran yang akan digunakan sebagai bahan refleksi. Hasil observasi tindakan dan catatan lapangan terdapat dua tindakan.

(11)

1) Tindak Mengajar

Awal pembelajaran pertama-tama guru membuka pelajaran dengan memberi salam, melakukan presensi, mengecek kerapian, kebersihan kelas dan kelengkapan artibut siswa, sebelum pelejaran dimulai guru juga mengecek kesiapan siswa seperti kelengkapan alat tulis, buku yang akan digunakan dan tugas rumah. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

Sebelum memulai pelajaran siswa sudah menyiapkan diri untuk menerima materi sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk. Guru dan siswa membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengerjakan ke depan dan materi yang belum paham untuk ditanyakan.

Upaya memotivasi siswa agar percaya diri untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat yang berbeda, guru menjelaskan manfaat dari berani untuk bertanya dan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat dan tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari. Guru mengajak siswa mengingat kembali materi siklus I.

Guru menyampaikan secara umum materi siklus II yaitu menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear. Cara menentukan nilai optimum suatu fungsi objektif (sasaran) dari suatu program linear dapat dilakukan langkah-langkah sebagai

(12)

berikut: a) rumuskan daerah peyelesaian tersebut dalam model matematika, b) tentukan daerah penyelesaian (fleksibbel) dari sistem pertidaksamaan, c) tentukan fungsi sasaran (objektif) yang diminta, fungsi tujuan dinyatakan dengan 𝑓 𝑥, 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦, d) tentukan nilai optimum fungsi sasarannya dengan menggunakan titik pojok, dan e) berilah tafsiran jawaban dari permasalahan yang ada.

Diberikan permasalahan untuk dianalisis bersama, kebun yang tersedia seluas 600 m2 akan ditanami 2 jenis tanaman yaitu tanaman tingkat rendah dan tanaman tingkat tinggi, dan mampu menampung 58 tanaman. Tiap tanaman tingkat rendah membutuhkan tempat 6 m2 dan tanaman tingkat tinggi 24 m2. Biaya menanan tiap tanaman tingkat rendah Rp.1.000,00 dan tanaman tingkat tinggi Rp. 1.500,00. Jika tanaman ditanam semua, tentukan biaya maksimum dari banyaknya tanaman yang di tanam tersebut!

Guru menanyakan pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan sebelum mengerjakan LKS, sebelum siswa mengerjakan LKS guru menjelaskan kembali tentang tugas-tugas kelompok saat menganalisis dan menyelesaikan LKS. Ketua kelompok lebih bertanggung jawab kepada anggota-anggota kelompoknya agar dapat bekerjasama dengan baik.

(13)

Siswa yang sedang menganalisis soal, saat itu guru juga mengingatkan waktu yang terbatas dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Guru juga memantau dan mengamati cara kerja siswa saat menganalisis soal, setelah waktu selesai dan dilanjutkan mempresentasikan hasil analisis, saat guru menanyakan kelompok mana yang akan berpresentasi, ternyata hamper semua kelompok mengajukan diri mereka siap untuk berprsentasi.

Selesai berpresentasi guru menanyakan materi yang belum dipahami kemudian guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari. Selanjutnya guru memberikan latihan mandiri kepada setiap siswa untuk mengetahui kemandirian belajar siswa, selama latihan mandiri siwa sudah tidak tergantung pada teman yang mengerjakan kemudian pekerjaan siswa dikumpulkan.

Akhir kegiatan pembelajaran guru memberi PR (pekerjaan rumah) dan menutup pembelajaran dengan memberi salam.

2) Tindak Belajar

Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas siklus II, secara umum situasi pmbelajaran sudah mengalami peningkatan, siswa sangat bersemangat dan terbiasa belajar menggunakan strategi pembelajaran yang digunakan. Peningkatan kemandirian belajar siswa dapat dilihat dari kerjasama yang bertambah baik, percaya diri siswa untuk bertanya, menjawab, mengungkapkan pendapat, dan mempresentasikan hasil analisis.

(14)

Kemandirian belajar siswa juga dapat ditinjau dari usaha siswa disaat mengerjakan latihan mandiri dengan tidak tergantung pada temannya. Mereka mulai berani mencoba menyelesaiakan soal yang diberikan.

c. Refleksi dan Evaluasi

Refleksi terhadap hasil tindakan kelas siklus II pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014. Kegiatan refleksi mendiskusikan hasil observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil kesepakatan antara guru dan peneliti bahwa pada siklus II kemandirian belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

Tindakan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan harapan yang diinginkan. Langkah-langkah yang diambil guru beserta peneliti berhasil meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta indikator-indikatornya juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan, terutama yang berhubungan dengan kemandirian belajar siswa sesuai dengan indikator yang dalam penelitian. Peningkatan kemandirian belajar siswa meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri.

(15)

3. Data Penelitian

Indikator-indikator yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa meliputi rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri. Berdasarkan pada indikator-indikator tersebut, maka melalui observasi yang dilakukan ditemukan data-data sebagai berikut.

a. Sebelum tindakan kelas

Kemandirian belajar siswa kelas XB sebelum diberi tindakan kelas diperoleh dari dialog awal dengan guru mitra dan obsevasi di dalam kelas. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan diperoleh data dari 33 siswa terdapat 7 siswa (21,21%) memiliki rasa tanggung jawab, 10 siswa (30,30%) tidak tergantung pada orang lain, 8 siswa (24,24%) memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan 5 siswa (15,15%) percaya diri.

b. Siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan terjadi peningkatan kemandirian belajar pada siswa tetapi belum sesuai yang diharapkan dengan data dari 14 siswa (42,42%) memiliki rasa tanggung jawab, 13 siswa (39,39%) tidak tergantung pada orang lain, 11 siswa (33,33%) memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan 7 siswa (21,21%) percaya diri.

(16)

c. Siklus II

Hasil dari siklus II memperlihatkan adanya peningkatan kemandirian belajar siswa sesuai yang diharapkan dengan indikator-indikator yang diamati. Data yang diperoleh menunjukkan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab menjadi 17 siswa (51,51%), siswa sudah tidak tergantung pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%), siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%), dan siswa yang memiliki rasa percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%). Berikut ini adalah data lengkap hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dituliskan pada tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Kemandirian belajar dalam menyelesaikan soal matematika Siswa Kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta

Sebelum dan Sudah Penelitian

Aspek Sebelum Penelitian Sesudah Penelitian Siklus I Siklus II a. Memiliki rasa tanggungjawab (7 siswa) 21,21% (14 siswa) 42,42% (17 siswa) 51,51% b. Tidak tergantung pada

orang lain (10 siswa) 30,30% (13 siswa) 39,39% (21 siswa) 63,63% c. Memiliki rasa ingin tahu

yang besar (8 siswa) 24,24% (11 siswa) 33,33% (19 siswa) 57,57% d. Rasa percaya diri (5 siswa)

15,15%

(7 siswa) 21,21%

(25 siswa) 75,75%

(17)

Tabel 4.1 menunjukkan data hasil observasi kelas sebelum dan sesudah penelitian. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Mulai siklus I sampai siklus II kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan.

b. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa tanggungjawab menjadi 17 siswa (51,51%).

c. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang tidak tergantung pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%).

d. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%).

e. Pada akhir penelitian kemandirian belajar siswa yang memiliki rasa percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%).

Data penelitian di atas berkaitan dengan kemnadirian belajar siswa dalam penyelesaian soal matematika, data di atas dapat dilihat secara grafik. Gambar di bawah ini menunjukkan grafik peningkatan kemandirian belajar siswa dalam penyelesaian soal matematika. Profil kelas sebelum dan sesudah penelitian dalam pengamatan aktivitas siswa pada gambar 4.1 berikut.

(18)

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Kemandirian Belajar dalam Penyelesaian Soal Matematika

Grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa perubahan tindak mengajar yang berkaitan dengan kemandirian belajar dalam penyelesaian soal matematika setelah dilakukan tindakan selama dua siklus.

Kemandirian belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika meliputi memiliki rasa tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan percaya diri. Peningkatan jumlah siswa yang memiliki rasa tanggung jawab 7 siswa menjadi 17 siswa, siswa sudah tidak tergantung pada orang lain 10 siswa menjadi 21 siswa, siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar 8 siswa menjadi 19 siswa, dan siswa yang memiliki rasa percaya diri 5 siswa menjadi 25 siswa. Berdasarkan hasil peningkatan tersebut menunjukkan bahwa melalui strategi cooperative group investigation dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

0 5 10 15 20 25 30 Sebelum

Penelitian Siklus I Siklus II

Ju m lah S iawa Tindakan Memiliki rasa tanggungjawab Tidak tergantung pada orang lain Memiliki rasa ingin tahu yang besar Rasa percaya diri

(19)

C. Pembahasan Tiap dan Antar Siklus

Penerapan strategi cooperative group investigation telah meningkatkan kemandirian belajar dalam penyelesaian soal matematika siswa kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya indikator kemandirian belajar siswa yaitu memiliki rasa tanggungjawab, tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan percaya diri. Sutama (2007: 8) pedoman bagi implementasi, kegiatan pembelajaran, desain model pembelajaran memiliki seperangkat komponen pembentuk kegiatan pembelajaran yaitu tujuan, materi, kegiatan implementasi dan evaluasi. Dengan demikian guru sudah memiliki gambaran untuk strategi yang akan digunakan.

Uraian pelaksanaan tindakan kelas selama dua siklus dilakukan berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Kegiatan paling awal yang dilakukan yaitu dengan pengkondisian siswa (conditioning), diantaranya berdoa sebelum belajar, melakukan presensi, mengecek kerapian, kebersihan kelas dan kelengkapan artibut siswa, mengecek kesiapan siswa seperti kelengkapan alat tulis, buku yang akan digunakan dan tugas rumah. Irzan Tahar dan Enceng (2006: 91) kesiapan belajar bukanlah sesuatu yang dipompakan sedemikian rupa, melainkan tumbuh secara sadar dari diri seseorang serta berkaitan dengan pengalaman. Jadi sebelum pembelajaran dimulai, kesiapan belajar siswa dapat digunakan sebagai ukuran semangat dan kemandirian belajar yang dimiliki siswa.

(20)

Apersepsi yang dimulai dengan pembahasan PR dan bertanya jawab yang dilakukan guru dengan siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari. Utari Sumarmo (2006: 3) menumbuhkan kesadaran siswa untuk berfikir, mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum memilih solusi, dan memandang kesulitan sebagai tantangan. Pengantar sebelum pembelajaran inti dimulai, diperlukan untuk memancing pengetahuan awal siswa agar memiliki dan menumbuhkan rasa ingin tahu dengan hal-hal yang baru.

Kegiatan awal dalam pembelajaran, guru memberikan sebuah motivasi kepada siswa, dengan motivasi yang tinggi sangat diperlukan dalam kemandirian belajar. Menurut Irzan Tahar dan Enceng (2006: 93) motivasi memegang peranan sangat penting karena siswa dituntut untuk belajar mandiri, berusaha untuk mengatur waktu dan jadwal belajar secara optimal sehingga mereka dapat menguasai materi yang dipelajari serta dapat mempengaruhi proses hasil belajar. Jadi motivasi belajar sangat penting diberikan kepada siswa.

Bagian kegiatan awal yang terakhir yaitu, menyampaikan tujuan pembelajaran dengan melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi dan pengalaman siswa. Menurut Minguel, Juan, dan Eduardo (2007: 72) salah satu keberhasilan guru matematika yaitu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, guru menguasai materi yang akan disampaikan serta dapat membedakan struktur matematika dengan perkembangan pengetahuan sehingga siswa mengetahui secara spesifik manfaat dari mempelajari materi

(21)

yang disampaikan. Jadi siswa setelah mengetahui tujuan dari pembelajaran matematika dapat menggunakannya dikehidupan sehari-hari.

Setelah melakukan kegiatan awal dilanjutkan dengan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pertama mencakup kegiatan eksplorasi siswa, yaitu melakukan kegiatan berkelompok kecil dengan kelompok anggota telah ditentukan guru secara heterogen. Laila Fitriana (2011: 335) fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim besar-besar belajar, dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil agar pembelajaran berjalan efektif.

Kemudian guru menjelaskan materi secara umum dan menjelaskan aturan-aturan berkelompok dengan strategi cooperative group investigation, setelah itu guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, agar setiap kelompok menganalisis dan menyelesaikan persoalan yang diberikan. Selama kegiatan ini guru memfasilitasi siswa dalam proses menganalisis persoalan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutama (2007: 2) pengajar berperan sebagai perancang, fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran, sebab mahasiswa lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan. Guru memiliki peranan untuk mengkondisikan siswa.

Kegiatan inti yang kedua yaitu elaborasi, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan serta melakukan interaksi dan kerjasama dalam kelompok untuk memperoleh

(22)

pengetahuan. Sutama (2007: 2) model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk belajar membagian tanggung jawab ketika mahasiswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Jadi kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan inti belajar siswa menggunakan strategi yang sedang diterapkan, dengan siswa diberi kebebasan untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan yang sidah disiapkan oleh guru.

Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi, kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk mengembangkan dan mempresentasikan hasil analisis siswa. Setiap kelompok mempresentasikan hasil analisisnya di depan kelas, dan kelompok lain memberi tanggapan. Suriarini, Candiasa, dan Arya (2013) berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan, penguatan, analisis, dan evaluasi data serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Kegiatan konfirmasi bertujuan untuk melatih siswa untuk berpikir kritis, untuk mengetahui pemahaman siswa.

Sebagai kegiatan akhir dalam pembelajaran, guru memberikan evaluasi pembelajaran, mengajak siswa untuk mengulang kembali materi yang baru saja dipelajari, memberikan latihan mandiri. Sumardi (2004: 5) setelah pertemuan secara klasikal siswa diberi kesempatan kerja dalam kelompok kemudian bekerja secara perorangan (penerapan latihan mandiri). Jadi latihan mandiri melatih siswa tidak hanya belajar kelompok tetapi juga belajar mandiri.

(23)

Mengingat peran guru sebagai evaluator, maka guru menilai siswa melalui kegiatan latihan mandiri, sehingga guru akan mengetahui hasil belajar meliputi keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Irzan Tahar dan Enceng (2006: 93) menilai hasil belajar yang telah dicapai merupakan penilaian tanggung jawab dalam konteks kemandirian belajar. Jadi proses ini dapat dijadikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

Pada siklus I siswa belum memperlihatkan peningkatan kemandirian belajar yang signifikan. Proses pembelajaran belum berjalan efektif, siswa takut salah dan malu untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya yang berbeda. Terbatasnya waktu yang diberikan kepada siswa saat menganalisis soal kelompok. Ketergantungan anggota dengan anggota yang lain. Melda Panjaitan (2012: 68) rendahnya pertisipasi siswa dalam PBM mengutamakan guru untuk memberikan respon positif secara kongkrit dan objektif berupa upaya membangkitkan pertisipasi siswa. Perbaikan yang dilakukan guru antara lain membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

Pada pertemuan siklus I guru menjelaskan materi tentang menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal). Model matematika adalah suatu rumusan matematika, baik berupa persamaan, pertidaksamaan atau fungsi yang diperoleh dari hasil penafsiran atau terjemahan masalah dari program linear ke dalam bahasa matematika. Menurut Pesta (2008: 39) Model matematika adalah suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu

(24)

masalah ke dalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi.

Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama, sebuah Firma memproduksi sendiri rak buku dalam dua model, yaitu A dan B. Produksi rak buku dibatasi oleh persediaan material (papan kualitas tinggi) dan waktu yang terbatas mesin pemroses. Tiap unit A memerlukan 3 m2 papan dan tiap unit B memerlukan 4 m2 papan. Firma memperoleh 1.700 m2 papan tiap minggu dari pemasok sendiri. Tiap unit A membutuhkan 12 menit dari mesin pemroses dan tiap unit B membutuhkan 30 menit. Setiap minggu memungkinkan total waktu mesin 160 jam. Jika keuntungan (profit) tiap unit A sebesar Rp 20.000,00 dan tiap unit B sebesar Rp 40.000,00, berapa banyak unit dari tiap model akan perusahaan rencanakan untuk produksi tiap minggu. Tentukan model matematikanya?

Diketahui: missal: x = Rak buku model A y = Rak buku model B Bahan Jenis Rak Buku Model A x Rak Buku Model B y Persediaan Bahan dalam m2 3 4 1.700

Lama pekerjaan dalam jam 0,2 0,5 160

Keuntungan f 20.000 40.000

Ditanya: model matematika? Penyelesaian: diperoleh persamaan

1. 3𝑥 + 4𝑦 ≤ 1.700

2. 0,2𝑥 + 0,5𝑦 ≤ 160  2𝑥 + 5𝑦 ≤ 1.600 3. 𝑥 ≥ 0

(25)

4. 𝑦 ≥ 0

5. Fungsi objektif 𝑓 𝑥, 𝑦 = 20.000𝑥 + 40.000𝑦

Guru akan mempertegaskan kembali tugas-tugas setiap kelompok agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan, tepat pada waktunya, dan menumbuhkan keberanian siswa untuk mencoba menganalisis dan mencoba menyelesaikan persoalan yang diberikan. Utari S. (2006: 5) kebiasaan dan sikap belajar seperti menganalisis kebutuhan belajar matematika, merumuskan tujuan, merancang program belajar, memantau dan mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil, serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik. Menunjukkan bahwa mempertegaskan kembali tentang tugas setiap kelompok untuk memperoleh umpan balik dari siswa.

Pada siklus II kegiatan pembelajaran dengan strategi cooperative group investigation menunjukkan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Sebagian besar siswa sudah memiliki kemandirian belajar yang cukup baik. Ervina Maret (2009: 96) metode group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Jadi membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, rasa ingin tahu yang besar, dan percaya diri siswa sudah semakin meningkat dan berkembang.

Guru menyampaikan secara umum materi siklus II yaitu menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear. Cara menentukan nilai

(26)

optimum suatu fungsi objektif (sasaran) dari suatu program linear dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) rumuskan daerah peyelesaian tersebut dalam model matematika, b) tentukan daerah penyelesaian (fleksibbel) dari sistem pertidaksamaan, c) tentukan fungsi sasaran (objektif) yang diminta, fungsi tujuan dinyatakan dengan 𝑓 𝑥, 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦, d) tentukan nilai optimum fungsi sasarannya dengan menggunakan titik pojok, dan e) berilah tafsiran jawaban dari permasalahan yang ada.

Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama, kebun yang tersedia seluas 600 m2 akan ditanami 2 jenis tanaman yaitu tanaman tingkat rendah dan tanaman tingkat tinggi, dan mampu menampung 58 tanaman. Tiap tanaman tingkat rendah membutuhkan tempat 6 m2 dan tanaman tingkat tinggi 24 m2. Biaya menanan tiap tanaman tingkat rendah Rp.1.000,00 dan tanaman tingkat tinggi Rp. 1.500,00. Jika tanaman ditanam semua, tentukan biaya maksimum dari banyaknya tanaman yang di tanam tersebut!

Penyelesaian:

1. Model matematika

Misal, banyak tanaman tingkat rendah = 𝑥 dan banyak tanaman tingkat tinggi = 𝑦, maka model matematika

Keterangan Tempat tanaman Jumlah Biaya tanaman tingkat rendah

tanaman tingkat tinggi

6 m2 24 m2 𝑥 𝑦 Rp. 1.000,00 Rp. 1.500,00 Kapasitas ≤ 600 m2 ≤ 58

(27)

Diperoleh model matematika: a) 6𝑥 + 24𝑦 ≤ 600  𝑥 + 4𝑦 ≤ 100 b) 𝑥 + 𝑦 ≤ 58

c) 𝑥 ≥ 0; 𝑦 ≥ 0 dan 𝑥, 𝑦 ∈ C

d) Fungsi persamaan: 𝑓 𝑥, 𝑦 = 1.000𝑥 + 1.500𝑦

2. Penyelesaian dari sistem persamaan di atas dapat digambarkan pada daerah yang berwarna.

Menentukan titik B (𝑥1, 𝑦1)

Yaitu perpotongan garisn𝑥 + 𝑦 = 58 dan garis 𝑥 + 4𝑦 = 100 dengan cara subtitusi: 𝑥 + 𝑦 = 58……(1)  𝑥 = 58 − 𝑦 disubtitusikan ke (2) 𝑥 + 4𝑦 = 100….(2)  58 − 𝑦 + 4𝑦 = 100  3𝑦 = 100 − 58  3𝑦 = 42  𝑦 = 14 diperoleh 𝑥 = 44

(28)

3. Fungsi sasaran (objektif):

𝑓 𝑥, 𝑦 = 1.000𝑥 + 1.500𝑦 dan nilai optimumnya dapat dicari dari Titik 𝑓 𝑥, 𝑦 = 1.000𝑥 + 1.500𝑦 O(0,0) A (0,25) B (44,14) C (58, 0) 0 0 + 1500.25 = 37.500 1000.44 + 1500.14 = 65.000 1000.58 + 0 = 58.000

4. Jadi 𝑓(𝑥, 𝑦) maksimum adalah Rp65.000,00 dengan titik B (44,14)

5. Jadi biaya menanam tanaman tersebut bisa mencapai hasil yang maksimal apabila banyak tanaman tingkat rendah 44 tanaman dan tanaman tingkat tinggi 14 tanaman.

Guru membahas materi secara singkat, kemudian siswa menganalisis soal yang diberikan secara berkelompok. Suartika, Arnyana, dan Setiawan (2013) siswa bersama kelompok belajarnya akan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat terlibat dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Siswa mengerjakan soal secara berkelompok agar siswa dapat terlibat dalam penyelesaian dan memahaminya.

Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentaikan hasilnya, kemudian guru memberikan kesempaan siswa untuk bertanya agar siswa termotivasi untuk belajar. Setiap siswa mengerjakan latihan mandiri dari guru. Irzan dan Enceng (2006: 94) dalam belajar mandiri peserta ajar dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan, dan daya tahan, sehingga diperlukan motivasi belajar yang tinggi. Jadi guru memberikan latihan

(29)

mandiri kepada siswa agar siswa termotivasi untuk mengetahui pemahaman yang sudah dimiliki.

Guru bersama siswa setelah mengerjakan latihan mandiri menarik kesimpulan dari pembelajaran. Sumardi (2004 :3) refleksi ini secara rutin dilakukan setiap akhir putaran penelitian. Secara informal setiap hari kerja diadakan dialog antara guru matematika dan peneliti untuk membahas hal-hal yang perlu penanganan segera. Guru yang telah selesai mengajar dan mengtahui perkembangan setelah tindakan, kemudian guru dan peneliti membahas setelah tidakan.

1. Pembahasan Tiap Siklus

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang memiliki tanggungjawab hanya 7 siswa (21,21%). Irzan dan Enceng (2006: 94) dimensi tanggungjawab berarti peserta ajar mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar. Kemampuan siswa yang masih terbatas sehingga belum mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan membuat tanggungjawab yang dimiliki siswa rendah.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang yang memiliki tanggungjawab menjadi 14 siswa (42,42%), hal ini menunjukkan ada peningkatan. Utari Sumarmo (2006: 3) menumbuhkan kesadaran siswa untuk berfikir, mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum memilih solusi, dan memandang kesulitan sebagai tantangan. Jadi dengan menumbuhkan kesadaran siswa untuk belajar agar dapat meningkatkan

(30)

rasa tanggungjawab siswa untuk menghadapi soal matematika yang sulit menjadi tantangan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang yang memiliki tanggungjawab menjadi 17 siswa (51,51%). Sutama (2007: 2) model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk belajar pembagian tanggungjawab ketika mahasiswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Jadi dengan menggunakan strategi cooperative group investigation dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa yang berkarakter.

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang tidak tergantung pada orang lain hanya 10 siswa (30,30%). Sumardi (2004: 1) materi ajar yang terlalu sulit dapat mengakibatkan siswa menjadi putus asa, takut, dan kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Siswa yang sudah berputus asa, takut salah, dan tidak berminat terhadap pelajaran mendorong siswa menjadi pasif dan cenderung mengandalkan teman yang bisa mengerjakan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang tidak tergantung pada orang lain mencapai 13 siswa (39,39%), hal tersebut menunjukkan ada peningkatan. Sutama (2007: 2) pengajar berperan sebagai perancang, fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran, sebab mahasiswa lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan. Kerjasama yang baik didalam kelompok membuat siswa nyaman, menumbuhkan minat belajar, dan

(31)

tidak takut karena belajar dengan teman sendiri, sehingga memotivasi siswa untuk tidak tergantung pada orang lain.

Berdasarkan tindakan pada siklus II siswa yang tidak tergantung pada orang lain menjadi 21 siswa (63,63%). Suriarini, Candiasa, dan Arya (2013) berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan, penguatan, analisis, dan evaluasi data serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dapat membuat siswa mampu menyelesikan soal yang diberikan secara mandiri dan tidak mengandalkan temannya.

Kondisi awal sebelum tidakan siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar hanya 8 siswa (24,24%). Huri Suhendri (2012: 398) banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dimengerti, anggapan tersebut mendorong siswa tidak mau berusaha untuk belajar. Keulitan yang dihadapi siswa dalam pelajaran membuat siswa menjadi pasif dan tidak peduli dengan pelajaran matematika, sehingga rasa ingin tahu yang dimiliki siswa rendah .

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sebanyak 11 siswa (33,33%), hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Irzan Tahar dan Enceng (2006: 91) kesiapan belajar bukanlah sesuatu yang dipompakan sedemikian rupa, melainkan tumbuh secara sadar dari diri seseorang serta berkaitan dengan pengalaman. Hal

(32)

ini dapat dimaknai kesiapan siswa dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang dimilki siswa.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar menjadi 19 siswa (57,57%). Bistari (2010: 15) guru memiliki peranan mendorong berkembangnya pemahaman siswa terhadap matematika sehingga tumbuh rasa ingin tahu siswa secara optimal dan pemahaman konsep matematika dapat tercapai. Jadi guru memiliki peranan penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan strategi yang menyenangkan dan memahami karakter siswa.

Kondisi awal percaya diri siswa sebanyak 5 siswa (15,15%), menunjukkan harus adanya usaha unruk meningkatkan percaya diri siswa. Sudarman (2012: 60) belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi dan menuntut pemahaman dan ketekunan berlatih. Hal tersebut menggambarkan siswa yang memiliki mental yang rendah, kurangnya pemahaman, dan jarangnya siswa untuk berlatih membuat siswa tidak percaya diri saat belajar.

Berdasarkan tindakan kelas siklus I siswa yang memiliki rasa percaya diri mencapai 7 siswa (21,21%), hal ini menunjukkan peningkatan. Bistari (2010: 20) meningkatkan rasa percaya diri siswa merupakan pembiasaan untuk mencegah siswa mengambil jalan pintas saat menghadapi kesulitan belajar. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

(33)

dapat dilakukan guru dengan memotivasinya agar siswa tidak mengambil jalan pintas saat menghadapi kesulitan.

Berdasarkan tindakan kelas siklus II siswa yang memiliki rasa percaya diri menjadi 25 siswa (75,75%). Laila Fitriana (2011: 322) upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa di antaranya adalah memilih dan menggunakan model pembelajaran yang relevan. Strategi cooperative group investigation yang digunakan guru mampu meningkatkan aktivitas, percaya diri dan prestasi belajar siswa.

2. Pembahasan Antar Siklus

Permasalahan penelitian maupun penelitian tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti dengan guru matematika kelas XB SMK Muhammadiyah 4 Surakarta. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam penyelesaian soal matematika dengan strategi cooperative group investigation.

Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini diuraikan menjadi empat indikator.

a. Memiliki rasa tanggungjawab

Memiliki rasa tanggungjawab dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran. Novita Eka I. dan Anita Listiara (2006: 21)

(34)

tanggungjawab perorangan sangat dibutuhkan, agar siswa bertanggungjawab sendiri atas tugasnya tanpa harus bergantung pada sesama anggota kelompok atau siswa lain. Karena strategi cooperative group investigation dapat menumbuhkan rasa toleransi dan kerjasama antar anggota kelompok, sehingga siswa mengetahui cara menyelesaikan persoalan yang menjadi tangunggjawab kelompok tersebut. Adanya peningkatan rasa tanggungjawab dapat dilihat dari data hasil tindakan kelas. Sebelum tindakan hanya 21,21%, pada tindakan kelas siklus I mencapai 42,42%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II menjadi 51,51%.

b. Tidak tergantung pada orang lain

Siswa tidak tergantung pada orang lain saat menyelesaikan soal metematika memebuat siswa dapat mandiri saat belajar. Novita Eka I. dan Anita Listiara (2006: 21) ada kalanya tugas yang diberikan guru dikerjakan sendiri dulu kemudian hasilnya didiskusikan dengan demikian melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri karena siswa yang lain juga harus menyelesaikan tuganya sendiri. Latihan mandiri yang diberikan melatih siswa tidak tergantung pada temannya atau guru. Peningkatan dapat diketahui dari data tindakan kelas sebelum tindakan hanya 30,30%, pada tindakan kelas siklus I mencapai 39,39%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II menjadi 63,63%.

(35)

c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Belajar matematika menumbuhkan rasa ingin tahu yang dimiliki siswa. Sudarman (2012: 60) belajar matematika tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu karena matematika memiliki perbedaan antara lain dalam hal penyajian, pola berpikirnya, keterbatasan semestanya, dan tingkat keabstrakannya. Pada materi yang peogram linear menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Peningkatan dapat diketahui dari data tindakan kelas sebelum tindakan hanya 24,24%, pada tindakan kelas siklus I mencapai 33,33%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II menjadi 57,57%.

d. Percaya diri

Rasa percaya diri membuat siswa dapat berinteraksi dan mengeluarkan ide-idenya. Bistari (2010: 20) meningkatkan rasa percaya diri kepada siswa sedini mungkin sebelum penyampaian materi sangat diperlukan agar siswa saat menghadapi kesulitan belajar dapat menyelesaikannya dengan baik. Adanya motivasi belajar dari guru dan antar siswa yang diberikan kepada siswa membuat percaya diri yang dimiliki meningkat. Peningkatan dapat diketahui dari data tindakan kelas sebelum tindakan hanya 15,15%, pada tindakan kelas siklus I mencapai 21,21%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II menjadi 75,75%.

(36)

Strategi pembelajaran yang digunakan pada akhirnya memudahkan siswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai. Irzan Tahar dan Enceng (2006: 92) kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menetukan pendekatan strategi belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai. Strategi cooperative group investigation dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

D. Proposisi Hasil Penelitian

1. Memiliki rasa tanggungjawab dalam meyelesaikan soal matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar.

2. Tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan soal matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar.

3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam menyelesaikan soal matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar.

4. Memiliki rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal matematika dapat meningkatkan kemandirian belajar.

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Kemandirian Belajar dalam Penyelesaian  Soal Matematika

Referensi

Dokumen terkait

dengan penelitian yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, majalah, jurnal dan skripsi-skripsi terdahulu yang berkaitan dengan experiential marketing.

Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini

Akan tetapi mengingat bahwa peningkatan yang perlu dilakukan pada pegawai ASN Pemkot B justru terletak pada kapasitas dasar sebagai manusia (Human Capital) yang

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Upah dan Tunjangan Kesejahteraan Karyawan Terhadap Peningkatan Produktifitas Kerja Pada Perusahaan Genteng Makmur Sejahtera di Kebumen” ini

Langkah-langkah dan teknik pengujian fungsi hasil lilitan ulang dipahami dengan penuh rasa ingin tahu. Langkah-langkah dan teknik menguji fungsi hasil liitan ulang dilaksanakan

2.3.1.4.1 Bagi perolehan bekalan atau perkhidmatan bukan bermasa yang bernilai melebihi RM500,000, Universiti/PTJ hendaklah mengeluarkan SST dan disusuli dengan

Masalah yang sering berlaku ini menjadi faktor utama kajian ini dijalankan di mana satu aplikasi yang telah ditambahbaik akan dibangunkan bagi memudahkan proses

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur genetika populasi ikan Malalugis ( Decapterus macarellus ) di perairan sekitar pulau Sulawesi yang