• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN GEOTEKNIK UNTUK TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DI KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN GEOTEKNIK UNTUK TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DI KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN GEOTEKNIK UNTUK

TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH

DI KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

Oleh :

Ir. Endri O Erlangga M.Sc

Ir. Masri Rifin

Ir. Ahmad Syofyan

Wiroto W Prihono, ST

Gunawan ST

Riyanto

AA. Isharyanto

Nani Murdani

BADAN LITBANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA

(PUSLITBANG tekMIRA)

2010

(2)

1. LATAR BELAKANG

Penambangan batubara sistem tambang terbuka yang telah dan banyak dilaksanakan di Kabupaten Tapin, terutama di Desa Pualam Sari, Sarang Burung dan sekitarnya, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan diperkirakan akan segera berakhir akibat dari nilai nisbah pengupasan/stripping ratio (waste-coal ratio) sudah terlalu tinggi (SR 1 : 12). Oleh karena itu, untuk melanjutkan pengembangan dan perencanaan penambangan batubara dengan metoda tambang bawah tanah di daerah ini perlu dilakukan pengkajian.

Untuk mengetahui, apakah metoda penambangan batubara bawah tanah ini dapat dilanjutkan, maka Tim Kajian Geoteknik Tambang Batubara Bawah Tanah di Daerah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, Pusat Litbang Teknologi Mineral (tekMIRA) melakukan kajian geoteknik tambang batubara bawah tanah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.

2. TUJUAN

Tujuan kajian adalah untuk mendapatkan data-data teknis geoteknik penambangan batubara tambang bawah tanah ini, yaitu :

a) Melakukan kajian teknis terhadap kondisi geologi dan potensi cadangan batubara secara ekonomis di daerah bekas tambang terbuka di daerah bukaan tambang (pit) Sarang Burung, Desa Pualam Sari, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan;

b) Melakukan kajian teknis aspek geoteknik dan hidrologi-geohidrologi untuk mendukung rencana penambangan batubara bawah tanah tersebut;

c) Merekomendasikan desain penambangan metoda tambang bawah tanah dengan sistem

Longwall atau Semi Longwall.

3. METODOLOGI

Metodologi kajian geoteknik penambangan batubara tambang bawah tanah yang dilakukan adalah sebagai berikut (lihat Gambar) :

3.1. Persiapan

Persipan sebelum melakukan kegiatan lapangan, meliputi studi lliteratur dari data dan informasi serta laporan yang pernah dilakukan sebelumnya untuk bahan kajian dan analisis (peta geologi eksplorasi, peta situasi, penampang geologi, data core logs, dan kajian air tanah serta data curah hujan).

(3)

` ``

GAMBAR. METODOLOGIPENGKAJIANGEOTEKNIKTAMBANGBAWAH TANAH

3.2. Kegiatan Lapangan

Melakukan kajian geoteknik pada area rencana penambangan dengan metoda tambang batubara bawah tanah, yaitu di bukaan tambang (pit) Sarang Burung untuk mengetahui kondisi geoteknik bawah permukaan dengan pemercontoan batuan (rock sampling) pada hasil pemboran eksplorasi batubara, yaitu 20 meter di atas lapisan (seam) batubara C dan 10 meter di bawah lapisan (seam) batubara C untuk mengetahui sifat-sifat geomekanika batuan (sifat-sifat fisik dan sifat-sifat mekanik batuan) dan struktur diskontinuitas masa batuan, kondisi tegangan (stress) yang bekerja pada dan di sekitar bukaan tambang;

 Kajian hidrologi dan hidrogeologi untuk mengetahui air permukaan, air bawah tanah, lapisan pembawa air (akuifer).

3.3. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Literatur

Laporan-Laporan Geologi

Tambang, Bor Eksplorasi dan

Hidrologi dan Hidrogeologi

Pemercontoan Geoteknik

Sumberdaya Batubara

Kualitas Batubara

Karakteristik Massa Batuan

Pemodelan Geologi

Stabil ?

SF > 1.2

Saran/Rekomendasi Desain

STOP

Analisa Rancangan Lubang Bukaan

dan Pemodelan

Getaran

Peledakan/ Gempa

Tidak

Ya

(4)

3.3.1. Data Geoteknik dan Data Hasil Pengujian Laboratorium Geomekanika

- Penyajian data sifat-sifat geomekanika batuan (lihat Tabel); - Klasifikasi masa batuan (sistem RMR dan SMR);

- Karakteristik masa batuan dengan software Rocklab 1.0 dan/atau hasil dari klasifikasi masa batuan;

- Interpretasi hasil kajian geoteknik, kajian hidrogeologi dan hidrogeologi;

3.3.2. Penyusunan Laporan

TABEL. HASIL PENGUJIAN GEOMEKANIKA SARANG BURUNG

No. Lb Bor Lito- logi Kedalam-an (m) Bobot Isi Jenuh (sat) gr/cm2

Uji Kuat Tekan Uji Triaxial Uji Kuat Geser

Langsung c MPa E (Mpa Cp Mpa Φp (0) Cr (Mpa) Φr (0) 1. DSB-01 Silt Sand Clay Silt 111 – 113 113 – 120 123 – 129 129 – 127 2,3821 7,823 156,7 0,395 1,557 39.207 0,209 11.73 2. DSB-02A Sand Silt Clay Sand Silt Clay 126 – 126 126 – 126 128 – 129 134 – 152 155 – 155 159 – 160 2,3550 9,136 71,46 0,385 0,885 26.541 0,116 23.74 3. DSB-03 S Silt Sand Clay Silt 267 – 269 273 – 274 274 – 279 281 – 282 283 – 289 2,0440 20,25 311,0 0,380 1,615 44.798 0.022 24.74 4. DSB-04 Clay Silt Sand 309 – 310 310 – 313 313 – 318 2,4880 21,26 117,58 0,435 2,1655 48.280 0.178 23.38 5. DSB-05 Silt Sand Silt Clay 133 – 134 137 – 147 149 – 158 161 – 162 2,4130 8,298 78,050 0,320 1,7086 43.977 0.013 15.22 Keterangan :

c : Kohesi Φ : Sudut Geser Dalam SS : Batupasir(Sand Stone) c : Kuat Tekan E : Modulus Young;s ST : Batulanau (Silt Stone)  : Nisbah (Ratio) Poisson’s sat : Berat Jenis Kondisi Jenuh Cp : Kohesi Peak

(5)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kajian Geoteknik

Hasil kajian geoteknik diperoleh dari pengujian sifat fisik (bobot isi jenuh/sat dan

bobot isi alami/nat) dan pengujian sifat mekanik berupa pengujian kuat geser langsung, pengujian

triaxial, dan pengujian kuat tekan (nilai kohesi/c dan sudut geser dalam/Φ, kuat tekan/c, modulus

Young’s/E, Poisson’s ratio/) akan dapat menentukan dimensi pilar (kekuatan pilar), jenis penyanggaan dan metoda penambangan (sistem Longwall atau Semi Longwall Mining). Selanjutnya, hasil kajian ini dipergunakan sebagai parameter masukan (input) dalam rancangan (desain) tambang.

Untuk sistem penyanggaan diperlukan data, yaitu klasifikasi masa batuan Bieniawski,

Rock Mass Rating (RMR), korelasikan dengan tabel sistem penyanggaan berdasarkan RMR,

sehingga diperoleh nilai RMR (poor rock atau hard rock) yang dijadikan acuan untuk menentukan metoda penambangan bawah tanah, jenis material untuk membantu penyangga utama (pilar) dan kondisi masa batuan untuk atap (roof), alas/lantai (floor) dan batubara. Selanjutnya dapat diketahui panjang lebar lubang bukaan (span) dan waktu stabil tanpa penyangga (stand-up time)-nya (lihat Gambar).

(6)

Hasil kajian geoteknik ini diperoleh :

Kelas masa batuan atap (roof), yaitu betulempung dan lantai/alas (floor), yaitu batulempung berkarbon adalah kelas IV atau masa batuan lemah (poor rock);

Penyangga pada atap (roof), apabila lebar lubang bukaan (span) = 1,50 meter, stand-up

time = 50 jam dan untuk lebar lubang bukaan (span) = 6,50 meter, maka stand-up time

= 5 jam. Sedangkan pada lantai/alas (floor), ujung bawah (shoe) penyangga diberi kayu dan baja tahan karat (stainless steel).

Stan-up time akan dikontrol oleh span tersebut.

4.2. Kajian Pilar

Penentuan dimensi (kekuatan) dan faktor keamanan (FK) pilar digunakan parameter-parameter sebagai berikut :

a. Hasil pengujian geoteknik;

b. Perhitungan dimensi pilar digunakan nilai terkecil antara nilai rata-rata dan medianya dari nilai kuat tekan (c), Modulus Young’s (E), Poisson’s Ratio (), kohesi (c) dan

sudut geser dalam (Φ). Sedangkan nilai bobot isi jenuh (sat) diambil nilai rata-ratanya;

c. Untuk kondisi tertentu (hanya terdapat satu perconto/sample atau tidak ada perconto/sample sama sekali), maka nilai-nilai sifat batuan didekati dengan pendekatan tertentu. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan adalah dengan berat jenis material yang disangga adalah dengan menggunakan berat jenis rata-rata lapisan tanah penutup (overburden);

d. Variasi kedalaman yang dipakai;

e. Kuat tekan batubara pada laboratorium dan kuat tekan batubara in-situ; f. Berat jenis matrial tanah penutup (overburden);

g. Poisson’s ratio overburden; h. Lebar dan tinggi lubang bukaan; i. Panjang dan lebar panel;

j. Ketebalan rata-rata lapisan batubara.

4..3. Penyanggaan

Penentuan penyangga berdasarkan nilai klasifikasi masa batuan (RMR) dari masa batuan, dimana jenis penyangga yang diperlukan ada 2 (dua) macam, yaitu sistem penyanggaan untuk panel berupa besi baja berbentuk tapal kuda (mudah dipasang, dilepas dengan cepat) dan

(7)

sistem penyanggaan untuk slope dan roadway adalah cable bolt dan pada daerah runtuhan serta pada dinding ditambahkan wire mesh dan shortcrete.

4..4. Jenis Penambangan

Penentuan jenis penambangan didasarkan kepada nilai klasifikasi masa batuan (RMR), yaitu penambangan dengan sistem mekanis penuh (fully mechanized), dimana pembongkaran (loosening/breaking) batubara dilakukan pada panel secara terus menerus (kontinyu) dengan peralatan sepenuhnya mekanis, yaitu road header. Produksinya dilakukan dengan menggunakan mesin drum shearer untuk membongkar batubara didukung powered roof support (PRS) dibelakangnya untuk menyediakan penyanggaan sementara. Drum shearer dan powered roof

support (PRS) akan bergerak maju seiring pergerakan penggalian batubara.

Juga berdasarkan luas area dan dip lapisan batubara, dimana daerahnya cukup luas dan kemiringan tidak curam. Proses penambangannya pada panel yang telah dipersiapkan, kemudian setelah batubara diambil, maka daerah yang berada dibelakangnya akan ditinggalkan dan dibiarkan runtuh.

Penambangan dimulai dengan cara membuat jalan masuk ke dalam lubang ke arah panel batubara yang akan ditambang, lalu buat Main Gate (jalan yang digunakan untuk pengangkutan batubara yang telah dibongkar) dan Tail Gate (merupakan jalan yang berfungsi untuk layanan (service) pada penel penambangan dan transportai alat., lalu lakukan penambangan pada panel tersebut. Pembuatan panel ini didasarkan pada letak batubara, dimana pada daerah tersebut mempunyai ketebalan yang relatf besar. Arah penambangannya bisa dilakukan secara maju (advanced) atau mundur (retreat) dari jalan utama. Penambangan batubara pada daerah kajian direkomendasikandengan metoda fully mechanized retreat Longwall system.

4.2. Kajian Hidrologi dan Geohidrologi

Satuan litologi terdiri dari batulempung dan batulanau dengan sisipan batupasir,

dimana batupasir cukup tebal dengan porositas cukup baik, berukuran sedang cukup tebal

dan merupakan akuifer dan lapisan pasir dengan sisipan lempung atau lanau, dan batubara.

Batulempung relatif tebal dan permeabel, menyebabkan air mengalir di atas atau di

bawah lapisan tersebut. Hasil perhitungan setiap komponen necara air sebagai berikut :

a. Intensitas curah hujan dalam selang waktu 1 hari adalah 13,90 mm;

b. Air Limpasan (Surface Runoff), dengan angka koefisien air limpasan (C) = 56% dari curah hujan = 1.924 mm;

(8)

Jumlah (debit) air tanah yang masuk tergantung pada :  Luas daerah tangkapan air (catchment area);

 Peresapan air (infiltrasi) = 1,60 mm/hari = 0,0016 m/hari

 Volume air yang meresap ke dalam tanah = 0,0016 m/hari x 6.325.632 m2 = 10.121

m3/hari = 421 m3/jam.

Air resapan akan mengisi akuifer yang ada (batupasir), muncul sebagai mata air dan sebagaian masuk ke dalam lubang bukaan tambang. Jumlah debit air tanah maksimal yang masuk ke dalam tambang adalah 35 liter/detik atau 126 m3/jam. Untuk mencegah agar air limpasan tidak

masuk ke tambang, maka haruslah dibuat saluran di sekitar wilayah penambangan, sehingga dapat mencegah/mengurangi air limpasan yang akan masuk ke dalam lokasi penambangan.

Daerah yang akan ditambang berada di bagian Timur dari bekas tambang terbuka yang ada sekarang dengan mulut portal (shaft) berada + 100 m dml. Penambangan akan dilakukan sampai elevasi – 160 m di atas permukaan laut (dml) dengan luas area) = 172,6 Ha.

Perkiraan air yang masuk pada proses penambangan dalam kondisi normal dari permuka kerja (front) = 5 m3/hari dan 97 m3/hari. Dari sumuran (shaft) dengan asumsi terjadi

penurunan head 1,00 m dan asumsi diameter terowongan 4,00 m = 5 m3/hari. Total air masuk ke

dalam tambang = 106 m3/hari. Total air masuk maksimum ke dalam tambang = 212 m3/hari.

4.3 Rancangan (Desain) Penambangan

Rancangan (desain) penambangan batubara di daerah ini didasarkan kepada beberapa pertimbangan :

Kondisi geologi areal penambangan terutama keberadaan lapisan batubara yang akan ditambang;

Kondisi topografi atau morfologi di atas area penambangan;

Kondisi permukaan bekas tambang terbuka (open pit mine) pada dan di sekitar rencana mulut tambang;

Kondisi geoteknik massa batuan atap (roof) dan batuan alas/lantai (floor);

 Target (sasaran) produksi yang diinginkan, dan peralatan yang akan digunakan. Karakteristik masa batuan dan keberadaan lapisan batubara yang menjadi pertimbangan dalam mendesain tambang batubara bawah tanah, adalah sebagai berikut :

 Dasar dinding lereng bekas tambang terbuka dianggap sebagai garis singkapan lapisan batubara terbawah;

Lapisan tanah penutup (overburden) di atas batubara yang akan ditambang dianggap tidak terlalu tebal, sehingga daerah kerja diperkirakan dalam lingkungan tegangan

(9)

(stress) yang tidak terlalu berat.;

 Kondisi hidrogeologi dianggap cukup sederhana, tidak kompleks sehingga pengendalian air tanah tidak terlalu sulit;

 Lapisan batubara yang akan ditambang dianggap mempunyai kemiringan relatif seragam menerus sebesar 200;

 Pada permukaan di atas rencana penambangan tidak terdapat bangunan yang harus dijaga (diproteksi) karena bekas tambang terbuka, sehingga tidak ada masalah dengan kemungkinan terjadinya penurunan/amblesan permukaan;

 Gas methan di dalam lapisan batubara diperkirakan mempunyai konsentrasi relatif rendah dan tidak membahayakan.

Metoda ini pada pemilihan lokasi penambangannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

 Ketebalan batubara harus relatif seragam;

 Batas minimal ketebalan batubara yang akan ditambang;

 Luas daerah yang akan ditambang;

 Pertimbangan geoteknik pada jalan masuk, jalan utama dan panel penambangan;

 Pertimbangan hidrologi dan hidrogeologi.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sumberdaya batubara di seam C = 4.750.000 BCM, nilai kalori rata-rata = 7.209 kcal/kg, kandungan S total rata-rata = 0,85 %, kandungan abu rata-rata = 10,08 % dan kandungan air total rata-rata = 4,64 %;

Rekomendasi sistem tambang bawah tanah adalah Longwall atau Semi Longwall

Mining, cara retreat, fully mechanized dengan alat road header, pada elevasi – 160 m

di atas permukaan laut (dml).

 Batuan atap dan batuan lantai/alas pada umumnya adalah batulempung RMR = 38 dan RMR = 31 - 33, klasifikasi masa batuan Kelas IV (poor rock mass). Jenis penyangga di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem penyanggaan untuk panel dan sistem penyanggaan untuk slope dan roadway.

(10)

Debit air tanah maksimum yang masuk ke dalam tambang pada penurunan head 1,00 m dan diameter terowongan 4,0 m = 212 m3/jam;

 Penambangan dimulai dari panel yang paling atas bergerak menuju panel yang lebih bawah sesuai dengan kemiringan batubara. Pada proses penambangan panel, pembokaran batubara dilakukan sejajar dengan jurus (strike) batubara.

5.2. Saran-Saran

 Untuk mencegah agar air limpasan tidak masuk ke tambang, maka haruslah dibuat saluran di sekitar wilayah penambangan. Dengan upaya tersebut diperkirakan dapat mencegah atau mengurangi air limpasan yang akan masuk ke dalam lokasi penambangan;

 Perlu dilakukan kajian lanjutan untuk menentukan arah, bentuk dan dimensi lubang bukaan tambang, yang disesuaikan dengan sasaran (target) produksi yang direncanakan.

Referensi

Dokumen terkait

satuan lahan dibuat berdasarkan overlay peta rona akhir tambang, peta jenis tanah dan peta rencana tata guna lahan pasca tambang (mine closure) PT. Overlay pada pada

– Secara umum, alat yang telah dirancang ini layak untuk digunakan sebagai pendeteksi gas metana di tambang batubara bawah tanah dan terbukti lebih akurat

Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah, geologi, lingkungan, dll) endapan mineral

Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah, geologi, lingkungan, dll)

Dalam proses penambangan bawah tanah, salah satu hal yang penting adalah dibuatnya ventilasi tambang agar para pekerja di dalam tambang dapat tersuplai

Penambangan batubara oleh PT. Tambang Bukit Tambi menggunakan sistem penambangan terbuka dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penambangan adalah air yang masuk ke wilayah

Pengembangan sistem monitoring terpadu ini merupakan bagian dari pengembangan peralatan keselamatan kerja sederhana untuk menunjang perkembangan tambang batubara bawah tanah yang

Adapun beberapa pemodelan yang telah dilakukan sebagai berikut :  Penampang B-B’ untuk pit 10 highwall Hasil pemodelan lereng highwall pada penampang B-B’ menunjukan rencana geometri