• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi

2.1.1 Anatomi Gigi

Gigi terdiri dari mahkota gigi dan akar gigi. Mahkot a gigi adalah bagian gigi yang terbuka di rongga mulut dan menonjol di atas gingiva. Akar gigi adalah bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang maksila atau mandibular. Mahkota dan akar gigi bertemu di leher gigi (serviks).

Pada potongan melintang, gigi terdiri dari email, dentin dan rongga pulpa. Email merupakan lapisan terluar dari mahkota gigi yang termineralisasi. Komposisi email terdiri dari 93-95% komponen anorganik yang sebagian besar tersusun dari kristal kalsium hidroksiapatit (Ca

22,23,24

10(PO4)6OH2), 1% komponen organik, dan air

sekitar 4%. Email dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast. Prisma email atau enamel rod merupakan unit struktural terkecil dari email. Prisma email melebar dari DEJ ke permukaan luar email dengan panjang setiap prisma email bervariasi sesuai dengan lebar email pada lokasi yang berbeda di mahkota. Pada bagian kepala prisma terdapat “prism sheath” yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Email lebih tebal pada bagian insisal dan oklusal gigi dan semakin lama semakin menipis pada servikal gigi sampai mencapai cementoenamel junction. Walaupun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat berpenetrasi sebagian atau kompleks.

Dentin adalah jaringan keras gigi dibawah email. Dentin terdiri dari 70% mineral inorganik, 20% material organik, dan 10% air. Komposisi utama dentin adalah kristal kalsium hidroksiapatit dengan persentase lebih tinggi dari kristal hidroksiapatit pada email. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang melanjutkan diri menjadi saluran akar yang berakhir pada foramen apikal. Didalam pulpa terdapat pembuluh darah, serabut syaraf dan lapisan odontoblast.

22,23,24

(2)

2.1.2 Warna Gigi

Warna gigi sangat dipengaruhi oleh translusensi, ketebalan email, warna dentin di bawah email dan pulpa. Warna alami email adalah putih translusen sedangkan dentin berwarna putih kekuningan. Struktur persarafan gigi akan menembus dentin sehingga warna gigi menjadi lebih gelap sampai ke arah kuning kecoklatan.25 Warna gigi setiap orang sangat bervariasi. Secara fisiologis, dengan bertambahnya umur seseorang, email akan menjadi tipis karena abrasi atau erosi, dentin menjadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder dan reparatif, serta terjadi penumpukan noda-noda dari faktor ekstrinsik. Hal inilah yang mempengaruhi perubahan warna gigi menjadi semakin gelap.26 Warna gigi juga dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang mengenai gigi, penyerapan dan penyebaran cahaya di sekitar jaringan gigi, serta sumber cahaya.27

2.1.3 Perubahan Warna Gigi

Perubahan warna gigi sulung maupun gigi permanen dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik. Perubahan warna gigi secara fisiologik dapat terjadi seiring dengan bertambahnya umur, karena dentin dapat menjadi lebih tebal. Deposisi dentin sekunder dan dentin reparatik menghasilkan perubahan warna pada gigi. Perubahan warna secara patologik dapat bersifat ekstrinsik dan intrinsik. Sementara perubahan warna gigi dapat memberikan masalah estetika yang dapat memberikan dampak psikologi yang cukup besar, terutama apabila terjadi pada gigi anterior.

Perubahan warna pada gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada dua macam faktor penyebab pewarnaan pada gigi, yaitu pewarnaan karena faktor dari luar (ekstrinsik) dan pewarnaan karena faktor dari dalam (intrinsik).

28

1. Perubahan warna ekstrinsik

Perubahan warna ekstrinsik didefinisikan sebagai perubahan warna yang terletak pada permukaan luar dari struktur gigi dan disebabkan oleh agen topikal atau ekstrinsik. Hal ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, langsung dan tidak langsung. Pewarnaan langsung disebabkan oleh senyawa-senyawa yang bergabung ke dalam lapisan pelikel dan noda adalah hasil warna dari

(3)

kromogen. Pewarnaan langsung memiliki multi-faktorial etiologi dengan kromogen berasal baik dari diet atau zat biasa ditempatkan di mulut. Pewarnaan tidak langsung di sisi lain adalah disebabkan oleh interaksi kimia di permukaan gigi. Biasanya berhubungan dengan antiseptic kationik dan garam logam.

Faktor yang bertanggung jawab untuk perubahan warna ekstrinsik adalah a. Diet: Noda cokelat pada permukaan gigi bisa disebabkan oleh pengendapan tanin yang ditemukan dalam teh dan kopi, wine, cola, kunyit, dan beberapa makanan dan minuman lainnya juga dapat menyebabkan perubahan warna gigi.

b. Kebersihan rongga mulut: Akumulasi plak gigi, kalkulus dan partikel makanan menyebabkan noda cokelat atau hitam. Bakteri kromogenik juga telah diusulkan sebagai faktor etiologi dalam produksi noda biasanya pada margin gingiva gigi.

c. Kebiasaan: Tembakau dari rokok, cerutu, pipa, dan mengunyah tembakau menyebabkan noda cokelat dan hitam gelap yang menutupi sepertiga tengah servikal gigi.

d. Faktor obat: Antiseptik kationik seperti chlorhexidine dan cetylpyridinium chloride dapat menyebabkan noda setelah penggunaan jangka panjang. Misalnya chlorhexidine menghasilkan perubahan warna cokelat sampai hitam. Bukti yang paling menunjukkan bahwa penyebab kemungkinan pewarnaan adalah pengendapan makanan anionik kromogen ke kation teradsorpsi.

e. Pekerjaan dan faktor lingkungan: Paparan industri besi, mangan, dan perak dapat menodai gigi hitam. Merkuri dan debu timbal dapat menyebabkan noda biru hijau; tembaga dan nikel menyebabkan noda hijau ke hijau biruan dan asap asam kromat dapat menyebabkan noda oranye yang pekat.7

(4)

2. Perubahan warna intrinsik

Perubahan warna secara intrinsik disebabkan oleh faktor dari dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa. Faktor yang bertanggung jawab untuk perubahan warna intrinsik:

a. Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Adanya gas yang dihasilkan oleh pulpa nekrosis dapat membentuk ion sulfida yang berwarna hitam.

b. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling sering dari perubahan warna gigi yang bersifat intrinsik. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen.

c. Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi. Misalnya alkaptonuria yang menyebabkan warna cokelat, endemik fluorosis yang menyebabkan bercak cokelat pada gigi.

d. Pendarahan dalam kamar pulpa. Ini disebabkabkan oleh terjadinya trauma, aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun eksterpasi pulpa yang masi vital. e. Medikamentasi saluran akar. Obat terapeutik yang digunakan dalam

endodonti dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, misalnya perak nitrat.

f. Bahan pengisi saluran akar. Di antara bahan pengisi saluran akar gigi yang dapat mewarnai dentin adalah iodoform dan semen saluran akar yang mengandung perak atau minyak esensial.

g. Proses penuaan. Dengan bertambahnya umur, enamel menjadi lebih tipis karena abrasi/erosi dan dentin menjadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder dan dentin reparatif yang menghasilkan perubahan warna pada gigi selama hidup seseorang. Gigi orang tua biasanya lebih kuning keabu-abuan dari gigi orang muda.7,29,30

(5)

Tabel 1. Perubahan warna gigi dan penyebabnya.25

Penyebab perubahan warna gigi Warna gigi Faktor dari luar

gigi

Kesehatan mulut jelek

Kuning, coklat, gijau, hitam

Kopi, teh, makanan Coklat sampai

hitam

Produk tembakau Kuning kecoklatan

sampai hitam Faktor dari dalam

gigi

Obat-obatan selama pertumbuhan gigi

Tetracycline Garis coklat, abu-abu, hitam

Fluoride Bercak coklat,

putih atau garis Obat-obatan setelah

pertumbuhan gigi

Minocycline Coklat, abu-abu Penyakit/kondisi selama pertumbuhan gigi Kondisi kelainan darah Merah, coklat, ungu

Trauma Biru, hitam , coklat Perubahan pada pulpa Obliterasi saluran akar Kuning Nekrosis pulpa dengan pendarahan Abu-abu, hitam Nekrosis pula tanpa penderahan Kuning, abu-abu kecoklatan

Penyebab lain pada gigi nonvital

Trauma selama ekstirpasi pulpa

Abu-abu, hitam Sisa jaringan dalam

ruang pulpa Coklat, abu-abu, hitam Material restorasi gigi Coklat, abu-abu, hitam Material perawatan saluran akar Abu-abu, hitam

Kombinasi Fluorosis Putih, coklat

Proses ketuaan Kuning

2.2 Mekanisme Perubahan Warna Gigi oleh Makanan atau Minuman

Menurut Craig, mekanisme pembentukan pewarnaan gigi terjadi ketika email yang terlapisi oleh pelikel memiliki muatan negatif, oleh karena itu memungkinkan adhesi selektif ion positif ke permukaan gigi. Ion dari makanan dan minuman yang mengandung tanin serta kromogen seperti tembaga, nikel, dan besi merupakan ion

(6)

positif sehingga dapat menempel pada muatan negatif, yaitu email yang terlapisi pelikel. Akumulasi dari kromogen yang menempel pada permukaan email akan membentuk deposisi noda pada permukaan gigi. Kromogen organik adalah molekul yang sangat berpigmen yang berasal dari sumber makanan atau minuman. Saat kita mengonsumsi makanan atau minuman yang berwarna, maka kromogen diambil oleh pelikel dan diskolorasi warna yang terjadi adalah warna alami dari kromogen tersebut. Warna terlihat pada gigi diduga berasal dari senyawa polifenol yang memberikan warna dalam makanan atau minuman.31

2.2.1 Perubahan Warna Gigi oleh Kopi

Kopi kaya akan substansi bioaktif, seperti nicotinic acid, trigonelline, quinolinic acid, tannic acid, pyrogallic acid dan kafein. Tanin atau yang disebut juga asam tanat adalah zat warna yang bertanggungjawab atas perubahan warna kecoklatan yang terjadi pada gigi. Berbagai macam asam yang terkandung dalam kopi juga membuat pH minuman kopi menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi asam akan melunakkan mail sehingga makin rentan untuk disusupi zat warna.13

2.3 Pemutihan Gigi

2.3.1 Pemutihan Gigi dengan Bahan Kimia

Pemutihan gigi atau yang lebih dikenal dengan istilah bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan menggunakan bahan kimia yang bersifat oksidator atau reduktor yang tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi estetik pada seseorang.

Sekarang ini, pemutihan gigi telah dapat dikerjakan di klinik oleh dokter gigi (in-office bleaching) menggunakan hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi sekitar 30-35 % atau dapat juga dilakukan oleh pasien sendiri (at-home bleaching) dengan menggunakan karbamid peroksida (10-22%), gel pemutih nonperoksida, atau juga hidrogen peroksida berkonsentrasi rendah 1,5% yang terbukti cukup efektif menghilangkan stain ekstrinsik.

32

(7)

2.3.2 Pemutihan Gigi dengan Bahan Alami

Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai pemutih gigi alami antara lain:

a. Apel

Apel mengandung asam malat yang dapat membantu melarutkan noda pada gigi Asam malat merupakan golongan asam karboksilat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan mengoksidasi permukaan email gigi sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan.

b. Stroberi

11

Stroberi mengandung asam elegat yang dapat memutihkan gigi dimana ada reaksi oksidasi dari asam elegat yang melepaskan electron yang dapat berikatan dengan zat yang menyebabkan perubahan warna pada enamel. c. Tomat

12

Tomat mengandung hydrogen peroksida yang berfungsi sebagai oksidator kuat yang dapat menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif. Senyawa tersebut mampu merusak molekul-molekul zat warna sehingga warna menjadi netral dan menyebabkan efek pemutihan.

d. Belimbing

12

Belimbing wuluh mengandung peroksida dan asam oksalat yang memiliki kemampuan memutihkan gigi dengan bertindak sebagai oksidator zat warna.33

2.3.3 Mekanisme Pemutihan Gigi

Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik dalam bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung heteroatom, karbonil, dan cincin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal dengan sebutan kromofor. Pemutihan dan diskolorisasi kromofor dapat terjadi melalui perusakan satu

(8)

atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan memotong rantai konjugasi, atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya dalam rantai konjugasi.

Bahan pemutih gigi seperti peroksida memiliki berat molekul yang sangat rendah sehingga mampu berdifusi ke dalam email dan dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami dekomposisi menjadi radikal-radikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu molekul-molekul pigmen besar (kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi. Proses oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi organik yang berinteraksi pada gigi sehingga menghasilkan perubahan warna.

34

Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau eliminasi diskolorasi. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekul-molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan email menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas. Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih maksimum, akan tetapi pemutihan gigi yang berlebihan dapat merusak email.

24

34

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemutihan Gigi

1. Konsentrasi

Reaksi lebih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi bahan pemutih misalnya hidrogen peroksida.

2. Waktu Reaksi

Secara umum perlakuan bahan kimia untuk proses pemutihan akan lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi.

3. Suhu

Peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan reaksi pemutihan pada bahan peroksida.9

(9)

2.4 Metode Pengukuran Warna Gigi

Persepsi warna berbeda untuk setiap individu. Oleh itu untuk menstandardisasi hasil penilaian warna, beberapa teknik dan peralatan telah dikembangkan untuk memudahkan dokter gigi dalam perihal penentuan warna gigi. Secara umum, pengukuran warna gigi terbagi kepada dua kategori, yaitu pengukuran warna secara subjektif dan pengukuran warna secara objektif.

2.4.1 Metode Subjektif

Pengidentifikasian warna gigi dengan metode subjektif adalah cara yang paling tradisional, yaitu dilakukan secara visual dengan menggunakan shade guide. VITAPAN Classical shade guide dengan 16 tab warna gigi telah dihasilkan pada tahun 1956 untuk membantu dokter gigi dalam pengidentifikasian warna gigi dengan lebih akurat. Hingga hari ini, shade guide merupakan alat mengukuran warna gigi yang sangat popular dan digunakan oleh kebanyakan dokter gigi di seluruh dunia.35 Untuk menentukan skor warna gigi pada shade guide dapat digunakan skor yang disusun sesuai value yaitu B1=1, A1=2,B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, C4=16.

2.4.2 Metode Objektif

36

Alat pengukuran warna secara objektif antara lain, spektrofotometer warna, kolorimeter, dan kamera digital.

a. Spektrofotometer warna

Spektrofotometer merupakan salah satu alat untuk mengukur warna gigi secara objektif. Alat ini memberi hasil berdasarkan data spektral cahaya L*, a*, dan b* serta dapat mengukur tingkat reflektans suatu obyek. Spektrofotometer merupakan instrument pengukuran warna yang paling akurat dan fleksibel dalam bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek pada interval 1-25nm dalam spektrum visibel. Sebuah spektrofotometer mengukur jumlah hue dan juga nilai value atau kecerahan suatu obyek. Selain itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek tersebut juga direkam oleh alat ini.37

(10)

b. Kolorimeter

Kolorimeter adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur warna gigi. Alat ini merekam cahaya merah, hijau, dan biru pada spektrum visibel. Kolorimeter tidak mengukur nilai reflektans warna dan hasilnya kurang akurat dibanding spektrofotometer.

c. Kamera digital

37

Kamera digital boleh digunakan untuk mengukur tingkat warna atau nilai kecerahan gigi. Alat ini mengaplikasikan sistem warna RGB, yaitu dengan merekam warna merah, hijau, dan biru suatu obyek. Pengukuran warna gigi dengan metode ini memerlukan suasana dan pencahayaan yang terkalibrasi untuk mengurangi bias. Seluruh permukaan gigi difoto, kemudian dianalisa warnanya di komputer dengan software pengukur warna yang biasanya berdasarkan sistem CIELab. Kamera digital sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur warna gigi karena dapat mengetahui distribusi warna pada seluruh permukaan gigi dan pernggunaanya lebih mudah dibanding spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu, metode ini juga tidak memerlukan biaya yang tinggi.37

2.4 Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja)

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang tumbuh subur dan mempunyai wilayah penyebaran merata di seluruh wilayah Indonesia35, dimana pisang termasuk salah satu komoditas hortikultura unggulan di Indonesia.

Pisang raja (Musa Paradisiaca var. Raja) atau pisang raja bulu rasanya manis dan aromanya kuat. Keunggulan pisang raja adalah pisang ini dapat digunakan sebagai buah meja, dimana pisang dapat dimakan langsung setelah masak, maupun menjadi bahan baku produk olahan, serta sebagai buah segar, pisang raja memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama di pulau Jawa. Pisang raja juga cocok untuk diolah menjadi sari buah, dodol dan sale.

36

(11)

Gambar 1. Pisang Raja36

2.4.1 Taksonomi Pisang Raja (Musa paradisiaca var.Raja)

Berdasarkan taksonominya, tanaman pisang raja (Musa Paradisiaca var. Raja) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

38

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Ordo : Musales

Famili : Musaceae (suku pisang-pisangan)

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca var. Raja

2.4.2 Morfologi Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja)

Pisang raja merupakan jenis tanaman berbiji, berbatang semu yang dapat tumbuh sekitar 2,1 -2,9 meter, berakar serabut yang tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75 -150 cm, memiliki batang semu tegak yang berwarna hijau hingga merah dan memiliki noda coklat atau hitam pada batangnya. Helaian daunnya berbentuk lanset memanjang yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Memiliki bunga yang bentuknya menyerupai jantung, berkelamin satu yaitu berumah satu dalam satu tandan dan berwarna merah tua. Buahnya melengkung ke atas, dalam satu kesatuan terdapat 13-16 buah dengan panjang sekitar 16-20 cm.39

(12)

2.4.3 Kandungan Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja)

Kulit pisang mengandung berbagai jenis komponen yang dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi mineral pada kulit pisang

Elemen 40 Konsentrasi (mg g-1) Potasium 78.10 ± 6.58 Kalsium 19.20 ± 0.00 Sodium 24.30 ± 0.12 Besi 0.61 ± 0.22 Manganese 76.20 ± 0.00 Bromin 0.04 ± 0.00 Rubidium 0.21 ± 0.05 Strontium 0.03 ± 0.01 Zirkonium 0.02 ± 0.00 Niobium 0.02 ± 0.00

Tabel 3. Komposisi anti-nutrien dari kulit pisang

Parameter 40 Konsentrasi Moisture (%) 06.70± 02.22 Ash (%) 08.50± 1.52 Organic Matter (%) 91.50 ± 0.050 Protein (%) 0.090± 0.250 Minyak mentah (%) 01.70± 0.100 Karbohidrat (%) 59.00± 1.360 Serat Kasar (%) 31.70± 0.250 Hidrogen sianida (mg/g) 01.33 ± 0.100 Oksalate (mg g-1) 00.51± 0.140 Fitat (mg g-1) 00.28± 0.06 SapOnin (mg g-1) 24.00 ± 0.270

(13)

2.4.4 Manfaat Kulit Pisang sebagai Bahan Pemutih Gigi

Kulit pisang mengandung beberapa komponen diantaranya komponen mineral dan fitokimia. Komponen mineral kulit pisang terdiri dari potassium, kalsium, natrium, mangan, dan besi, sedangkan komponen fitokimia kulit pisang terdiri dari alkaloid, flavonoid, fenol, tanin dan saponin.16 Saponin yang terkandung dalam kulit pisang merupakan senyawa bioaktif yang dapat mengikat kromogen sehingga dapat memutihkan gigi.17 Saponin adalah glukosida dengan karakteristik foaming yaitu busa yang dapat bertindak sebagai agen pembersih. Saponin terdiri dari polycylic aglycones yang terikat ke satu atau lebih rantai gula. Kemampuan foaming dari saponin disebabkan oleh kombinasi sapogenin yang hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian dari rantai gula yang hidrofilik (larut dalam air), yaitu kombinasi gugus polar dan non-polar.41

Diskolorasi ekstrinsik juga disebabkan oleh penggunaan obat kumur yang mengandung garam metal atau antiseptik yang kationik dan paparan pekerjaan terhadap garam metal.4 Menurut penelitian oleh Ashraf dkk. (2009), kulit pisang efektif sebagai cationic biosorbent yaitu dapat mengabsorbsi logam berat yang terdapat dalam larutan coba yang mengandung tembaga, zinc, nikel dan timbal.Hasil penelitian adalah biomassa kulit pisang berhasil mengyingkirkan ion metal sebanyak 92.52% untuk timbal, 79.55% untuk tembaga, 63.23% untuk zinc, dan 68.10% untuk nikel. Biosorption adalah kemampua n materi biologi untuk akumulasi logam berat dengan cara metabolisme atau jalur psiko-kimia. Materi biologi seperti kulit pisang memiliki kapasitas mengikat logam yaitu adsorpsi ion di permuka an sel dan bioakumulasi dalam sel. Pada konsentrasi logam yang tinggi, ion logam perlu difusi ke permukaan biomassa kulit pisang dengan difusi intrapartikel dan ion yang terhidrolisis secara tinggi akan berdifusi pada kecepetan yang lebih rendah, sedangkan pada konsentrasi logam yang rendah, tempat biosorbent akan mengambil logam yang tersedia dengan cepat.19

(14)

2.6 Kerangka Teori Kulit Pisang Kandungan Saponin, Kemampuan Cationic Biosorbent Pemutihan Gigi • Bahan Restorasi • Karies • Trauma • Infeksi • Obat Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik • Diet • Kebersihan rongga mulut • Kebiasaan • Obat kumur

Pekerjaan dan faktor lingkungan Diskolorasi Bleaching Herbal Hidrogen Peroksida Kimia Karbamid Peroksida Perubahan warna gigi

(15)

2.7 Kerangka Konsep

Diskolorasi warna gigi Perendaman sampel gigi dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam

Perubahan warna gigi Kandungan Saponin, Kemampuan

Cationic Biosorbent Perendaman sampel gigi dalam

Gambar

Tabel 1. Perubahan warna gigi dan penyebabnya. 25
Gambar 1. Pisang Raja 36
Tabel 3. Komposisi anti-nutrien dari kulit pisang  Parameter  40 Konsentrasi  Moisture (%)  06.70± 02.22  Ash (%)  08.50± 1.52  Organic Matter (%)  91.50 ± 0.050  Protein (%)  0.090± 0.250  Minyak mentah (%)  01.70± 0.100  Karbohidrat (%)  59.00± 1.360  Se

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Larva pertama akan mengalami pergantian kulit di dalam haemosul dan mengalami perubahan ditandai dengan usus yang memanjang, lumen semakin meluas, epitel berbentuk kubus, dan

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan

Hasil uji statistik nilai t=506 dengan p=616, (>0.05) berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rerata arus puncak ekspirasi sesudah senam asma pada

Cake beras yang dihasilkan dengan proporsi kacang tunggak kukus diatas 20% menghasilkan cake beras dengan tingkat kesukaan moistness dan kelembutan yang cenderung menurun

“Pelaksanaan dalam mengefektifkan Pelayanan Publik melalui Pembayaran rekening listrik secara On-Line dalam penerapan System Online Payment Point (SOPP) dibuat untuk memberi

Menurut Narimawati (2008), data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau perta- ma. Data ini tidak tersedia dalam bentuk ter- kompilasi ataupun dalam bentuk file-file.

Analisa regresi dipergunakan untuk rnenelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan