• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori hukum murni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "teori hukum murni"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.

1. LatLatar ar BelBelakaakangng

Di dunia ilmu pengetahuan, teori berada pada kedudukan yang Di dunia ilmu pengetahuan, teori berada pada kedudukan yang pen

pentingting. . TTeori eori adaadalah lah sarsarana ana untuntuk uk meramerangkngkum um masamasalah lah yang yang kitakita bica

bicarakrakan an secasecara ra lebilebih h baibaik. k. TTeorieori, , membmemberierikan kan penjpenjelaselasan an dendengangan cara

cara mengormengorganisasikganisasikan an masalah yang masalah yang dibicaradibicarakannyakannya. . TTeori eori dapatdapat meng

mengandandung ung subsubjektjektivitivitas, as, teruterutama tama dengdengan an suatsuatu u fenofenomenmena a yanyangg cuk

cukup up kkomomplpleks eks sepseperterti i huhukukum. m. MaMaka ka munmuncucul l lah lah berberbabagagai i alialiranran dalam ilmu hukum, sesuai dengan pandangan oleh orang-orang yang dalam ilmu hukum, sesuai dengan pandangan oleh orang-orang yang bergabung dalam aliran-aliran tersebut.

bergabung dalam aliran-aliran tersebut.11 Seb

Sebagaiagaimanmana a teorteori i padpada a umuumumnymnya, a, teorteori i hukhukum um juga juga memmemilikilikii ma

maknkna a gagandnda a yaiyaitu tu teoteori ri huhukkum um sebsebagagai ai prprododuk uk dadan n teoteori ri huhukukumm seb

sebagagai ai prproseoses. s. TTeoeori ri huhukkum um didikakataktakan an sebsebagaagai i prprododuk, uk, kakarerenana rumusan suatu satu kesatuan dari pernyataan yang saling berkaitan rumusan suatu satu kesatuan dari pernyataan yang saling berkaitan adalah merupakan hasil kegiatan teoritis bidang hukum. Sedangkan adalah merupakan hasil kegiatan teoritis bidang hukum. Sedangkan  T

 Teori eori hukuhukum m yang yang dikatdikatakan akan sebagai sebagai proproses, ses, adalah adalah karkarena ena teoriteori huk

hukum um terstersebut ebut merumerupakpakan an kekegiatgiatan an teorteoritis itis tenttentang ang hukhukum um atauatau b

biiddaanngg hhuukkuumm..

erkaitan dengan ruang lingkup penyelidikan teori hukum tersebut, erkaitan dengan ruang lingkup penyelidikan teori hukum tersebut, me

menunururut t DiDiasas, , memelilipuputiti! ! fafaktktoror-fa-faktktor or apapa a yayang ng memenjnjadadi i dadasasarr be

berlrlakakununyya a susuatatu u huhukkumum, , fafaktktoror-f-fakaktotor r apapa a yayang ng memendndasasararii kela

kelangsungangsungan n berlakberlakunya sunya suatu peraturan uatu peraturan hukhukum, um, bagaimanbagaimana a dayadaya berlakunya, dan kemampuan hukum itu untuk dikembangkan.

berlakunya, dan kemampuan hukum itu untuk dikembangkan.

1

1 Prof. Prof. Dr. Dr. Satjipto Satjipto Rahardjo, Rahardjo, SHSH , Ilmu Huk , Ilmu Hukumum, Cet 6, , Cet 6, Citra AdityCitra Aditya Abadi, Bandung, 2006, Ha a Abadi, Bandung, 2006, Ha 2!"2!"

1 1

(2)

Sedangkan menurut "tje Salman dan #nthon $. Susanto, adapun Sedangkan menurut "tje Salman dan #nthon $. Susanto, adapun ruan

ruang g linlingkgkup up teorteori i hukhukum um melimeliputputi! i! karkarena ena hukhukum um berberlaklaku, u, dasdasarar k

kekekuuatatan an memengngikikatatnynya, a, tutujujuan an huhukkumum, , babagagaimimanana a huhukkum um itituu dipahami, dan hubungan dilakukan oleh hukum, apakah keadilan itu, dipahami, dan hubungan dilakukan oleh hukum, apakah keadilan itu, b

baaggaaiimmaanna a hhuukkuum m yyaanng g aaddiill.. Se

Semenmentatara ra ituitu, , teoteori ri huhukkumum, , memenunururut t uudiodiono no %%ususumoumohamhamididjojojo,jo, mer

merupupakakan an ususaha aha ununtutuk k menmendedekakati ti ataatau u memeneneranrangkgkan an kkomomplplekseks huku

hukum sebagai m sebagai fenomena dengan bertolak dari fenomena dengan bertolak dari postulat-ppostulat-postulat atauostulat atau premis-premis tertentu, dapat bersifat historis &ma'hab (istoris) atau premis-premis tertentu, dapat bersifat historis &ma'hab (istoris) atau dialektis &ma'hab Dialektis), ataupun bertolak dari kenyataan hukum dialektis &ma'hab Dialektis), ataupun bertolak dari kenyataan hukum postif &ma'hab *ositivis) atau dari ambisi untuk membebaskan hukum postif &ma'hab *ositivis) atau dari ambisi untuk membebaskan hukum dai anasir-anasir politik dan kekuasaan &ma'hab hukum Murni)

dai anasir-anasir politik dan kekuasaan &ma'hab hukum Murni)++..  T

 Teori eori (uku(ukum m tidak tidak sama sama dengan dengan apa apa yang yang kita kita pahami pahami dengandengan hukum positif 

hukum positif , hal ini perlu diperjelas untuk menghindarkan kesalah, hal ini perlu diperjelas untuk menghindarkan kesalah pahaman. Teori (ukum dapat disebut sebagai kelanjutan dari usaha pahaman. Teori (ukum dapat disebut sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif, paling tidak dalam urutan tersebut kita mempelajari hukum positif, paling tidak dalam urutan tersebut kita dapat merekonstruksikan kehadiran teori hukum itu secara jelas. *ada dapat merekonstruksikan kehadiran teori hukum itu secara jelas. *ada saat seseorang mempelajari hukum positif, maka ia sepanjang aktu saat seseorang mempelajari hukum positif, maka ia sepanjang aktu dihadapkan pada peraturan-peraturan hukum dengan segala cabang dihadapkan pada peraturan-peraturan hukum dengan segala cabang kegiatan dan permasalahannya, seperti kesalahannya, penafsiran dan kegiatan dan permasalahannya, seperti kesalahannya, penafsiran dan sebagainya

sebagainya. . TTetaetapi pi sudsudah ah mermerupupakakan an kkododrarat t mamanunusia sia yanyang g tidtidakak pernah puas dan selalu ingin bertanya atau mempertanyakan segala pernah puas dan selalu ingin bertanya atau mempertanyakan segala sesuatu. %emampuan manusia untuk melakukan penalaran tidak ada sesuatu. %emampuan manusia untuk melakukan penalaran tidak ada batasnya, hal itu semakin mendorong rasa penasaran untuk mencari batasnya, hal itu semakin mendorong rasa penasaran untuk mencari se

sesusuatatu u yayang ng babaru ru yyanang g beberbrbededa a dedengngan an apapa a yayang ng tetelalah h adada.a. %emampuan untuk melakukan penalaran yang demikian itulah yang %emampuan untuk melakukan penalaran yang demikian itulah yang

2

2 Dan#ur, Dan#ur, Peranan Peranan Ha$i% Ha$i% Daa% Daa% Pene%uan Pene%uan Hu$u%, Hu$u%, &a$aah, &a$aah, 1 1 'ope%ber 'ope%ber 2006.2006. (

( Prof. Prof. Dr. Dr. H.R. H.R. )tje )tje Sa%an Sa%an S., S., SH SH * * Anton Anton +. +. Su#anto, Su#anto, SH. SH. &.Hu%,&.Hu%, TeTeori ori Hukum, Mengingat,Hukum, Mengingat,

 Mengumpulkan dan M

 Mengumpulkan dan Membuka Kembaliembuka Kembali, Refi$a Adita%a, ha !., Refi$a Adita%a, ha !.

Prof. Prof. Dr. Dr. Satjipto Satjipto Rahardjo, Rahardjo, SHSH , Ilmu Huk , Ilmu Hukumum, Cet 6, , Cet 6, Citra AdityCitra Aditya Abadi, Bandung, 2006, ha a Abadi, Bandung, 2006, ha 2!".2!".

2 2

(3)

membaa manusia kepada penjelasan yang lebih konkrit atau sebaliknya dari segala sesuatu yang terinci hingga penjelasan-penjelasan yang bersifat /lsafat. Teori (ukum akan mempermasalahkan hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas, yaitu ! mengapa hukum itu berlaku0 apa dasar kekuatan mengikatnya0 apa yang menjadi tujuan hukum0 agaimana seharsunya hukum itu dipahami0 #pa hubungannya dengan individu, dengan masyarakat0 #pa yang seharusnya dilakukan oleh hukum0 #pakah keadilan itu0 agaimanakah hukum yang adil0

#da beberapa aliran dalam perkembangan Teori (ukum, dan masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda. amun pada kesempatan ini akan diuraikan tentang Teori (ukum Murni yang dikembangkan oleh (ans %elsen.

2de mengenai Teori Hukum Murni &the *ure Theory of 3a) diperkenalkan oleh seorang /lsuf dan ahli hukum terkemuka dari #ustria yaitu (ans %elsen &1441-156). %elsen lahir di *raha pada 11 "ktober 1441. %eluarganya yang merupakan kelas menengah 7ahudi pindah ke 8ienna. *ada 159:, %elsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum. %elsen memulai karirnya sebagai seorang teoritisi hukum pada aal abad ke-+9. "leh %elsen, /loso/ hukum yang ada pada aktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain. %elsen menemukan baha dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. "leh karenanya, %elsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum;. *ersoalannya adalah, masih relevankah pemikiran %elsen pada era posmodernisme saat ini0

! Prof. Dr. -i%y A##hiddiue, S.H., /eori Han# e#en /entang Hu$u%, ha. 1

(4)

Dapatkah 7urisprudensi ini digolongkan sebagai kajian dalam hukum, sebagai satu objek yang berdiri sendiri, sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodologikal dasar dari /lsafatnya. *erlu dicatat baha paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan metodologi melainkan juga substansi. %elsen meyakini baha jika hukum dipertimbangkan sebagai sebuah praktek normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus dihilangkan. #kan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi saja:.

 Teori (ukum Murni dapat dilihat sebagai suatu pengembangan amat seksama dari aliran *ositivisme. 2a menolak ajaran yang bersifat ideologis dan hanya menerima hukum sebagaimana adanya, yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang ada. Menurut %elsen, teori hukum murni adalah tentang teori hukum positif 6.

a. Norma Dasar

Menurut %elsen, hukum adalah sebuah sistem norma. orma adalah pernyataan yang menekankan aspek <seharusnya= atau das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. orma-norma adalah produk dari aksi manusia yang deliberatif. %elsen meyakini David (ume yang membedakan antara apa yang ada &das sein) dan apa yang <seharusnya=, juga keyakinan (ume baha ada ketidakmungkinan pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, %elsen percaya baha hukum, yang merupakan pernyataan-pernyataan <seharusnya= tidak bisa direduksi ke dalam aksi-aksi alamiah.

6 /eori Hu$u% &urni, i$ipedia ndone#ia, en#i$opedia beba# berbaha#a ndone#ia.

3 e#en, Han#, Pure /heory of 4a5. /ran#ation fro% the Seond 7Re8i#ed and 9narged: ;er%an

9dition. /ran#ated by< &a= night.7Ber$eey, 4o# Angee#, 4ondon< >ni8er#ity of Caifornia Pre##, 1"63:.

(5)

%emudian, bagaimana mungkin untuk mengukur tindakan-tindakan dan kejadian yang bertujuan untuk menciptakan sebuah norma legal0 %elsen menjaab dengan sederhana > kita menilai sebuah aturan <seharusnya= dengan memprediksinya terlebih dahulu. Saat <seharusnya= tidak bisa diturunkan dari <kenyataan=, dan selama peraturan legal intinya merupakan pernyataan <seharusnya=, di sana harus ada presupposition yang merupakan pengandaian.

Sebagai oposisi dari norma moral yang merupakan deduksi dari norma moral lain dengan silogisme, norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak &act of ill). Sebagaimana sebuah tindakan hanya dapat menciptakan hukum, bagaimana pun, harus sesuai dengan norma hukum lain yang lebih tinggi dan memberikan otorisasi atas hukum baru tersebut. %elsen berpendapat baha inilah yang dimaksud sebagai asic orm yang merupakan presupposition dari sebuah validitas hukum tertinggi.

%elsen sangat skeptis terhadap teori-teori moral kaum objektivis, termasuk 2mmanuel %ant. %edua, %elsen tidak mengklain baha presupposition dari orma Dasar adalah sebuah kepastian dan merupakan kognisi rasional. agi %elsen, orma Dasar adalah bersifat optional. Senada dengan itu, berarti orang yang percaya baha agama adalah normatif maka ia percaya baha <setiap orang harus percaya dengan perintah Tuhan=. Tetapi, tidak ada dalam sebuah nature yang akan memaksa seseorang mengadopsi satu perspektif  normatif.

%elsen mengatakan bahkan dalam atheisme dan anarkhisme, seseorang harus melakukan presuppose orma Dasar. Meskipun, itu hanyalah instrumen intelektual, bukan sebuah komitmen normatif, dan sifatnya selalu optional4.

? bid

(6)

b. Nilai Normatif Hukum.

ilai normatif (ukum bisa diperbandingkan perbedaannya dengan nilai normatif agama. orma agama, sebagaimana norma moralitas, tidak tergantung kepada kepatuhan aktual dari para pengikutnya.  Tidak ada sanksi yang benar-benar langsung sebagaimana norma hukum. Misalnya saja ketika seorang lupa untuk berdoa di malam hari, maka tidak ada instrumen langsung yang memberikan hukuman atas ketidakpatuhannya tersebut.

8aliditas dari sistem hukum bergantung dari paktik-pratik aktualnya. Dikatakannya baha <perturan legal dinilai sebagai sesuatu yang valid apabila normanya efektif &yaitu secara aktual dipraktikkan dan ditaati)=. 3ebih jauh lagi, kandungan sebenarnya dari orma Dasar  juga bergantung pada keefekti/tasannya. Sebagaimana yang telah

berkali-kali ditekankan oleh %elsen, sebuah revolusi yang sukses pastilah revolusi yang mampu merubah kandungan isi orma Dasar5.

" bid

(7)

2. Pandangan dan e!akinan.

 Teori (ukum tidak bisa dilepaskan dari lingkungan 'amannya, sekalipun ia berkeinginan untuk mengatakan suatu pikiran universal. Dengan demikian kita baiknya bersikap untuk selalu tidak melepaskan teori-teori tersebut dari konteks aktu pemunculannya. %ita sebaiknya memahami dengan latar belakanya yang demikian itu, teori-teori yang lahir pada abad ke 15 misalnya menggarap persoalan-persoalan pada masa itu dan sangat jauh berbeda dengan karakteristik persoalan pada abad +9. amun dalam kurun aktu yang sama tetap ada pertentangan-pertentangan.

*erhatian %elsen pada aspek-aspek yang normatif ini dipengaruhi oleh pandangan skeptis David (ume atas objekti/tasan moral, hukum, dan skema-skema evaluatif lainnya. *andangan yang diperoleh seseorang, utamanya dari karya-karya akhir (ans %elsen, adalah sebuah keyakinan adanya sistem normatif yang tidak terhitung dari melakuan presuppose atas orma Dasar. Tetapi tanpa adanya rasionalitas maka pilihan atas orma Dasar tidak akan menjadi sesuatu yang kuat. #gaknya, sulit untuk memahami bagaimana normati/tas bisa benar-benar dijelaskan dalam basis pilihan-pilihan yang tidak berdasar.

 Teori %elsen dapat dirumuskan sebagai suatu analisis tentang struktur hukum yang posistip yang dilakukan se-eksak mungkin, suatu analisis yang bebas dari semua pendapat etik atau politik mengenai nilai.

(8)

BAB II

PE"MA#ALAHAN

1. Identi$kasi Masala%

agaimanakah *erkembangan *emikiran dari Teori (ukum Murni0

2. Tu&uan Penulisan

 Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan perkembangan Teori (ukum Murni dan untuk memenuhi tugas Mata %uliah pada *rogram Magister (ukum *asca Sarjana ?niverstias *adjadjaran.

(9)

BAB III

PEMBAHA#AN

1. Perkem'angan Pemikiran dan onse(si.

Menurut asal-usulnya, Teori (ukum Murni merupakan suatu bentuk pemberontakan yang ditujukan terhadap 2lmu (ukum yang 2deologis, yaitu ajaran yang hanya mengembangkan hukum sebagai alat pemerintahan suatu re'im dari egara-negara totaliter19. Teori ini hanya menerima hukum sebagaimana adanya, yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang ada.

Menurut %elsen teori hukum murni adalah teori hukum positif. 2a berusaha mempersoalkan dan menjaab pertanyaan <apakah hukumnya0= dan bukan <bagaimanakah hukum yang seharsunya0=. %arena titik tolak yang demikian itulah maka %elsen berpendapat, baha keadilan sebagaimana la'imnya dipersoalkan hendaknya dikeluarkan dari ilmu hukum. Dasar pokok teori %elsen adalah sebagai berikut !

1. Tujuan teori tentang hukum, adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan &unity).

+. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehandak, keinginan. 2a adalah pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang seharusnya ada.

. 2lmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam.

. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan persoalan efektivitas norma-norma hukum.

10 Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, Ilmu Hukum, Citra Aditya Ba$ti, Cet.6, ha 23?.

(10)

;. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesi/k.

:. (ubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif  tertentu seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.11

2lmu (ukum adalah ilmu normatif. (ukum semata-mata berada dalam kaasan dunia Sollen. @iri hakiki dari norma adalah sifatnya yang hipotetis. 2a lahir bukan karena proses alami, melainkan karena kemauan dan akal manusia. %emauan dan akal inilah yang menelorkan pernyataan yang berfungsi sebagai asumsi dasar atau permulaan. agian lain dari teori %elsen yang bersifat dasar adalah konsepsinya mengenai Grundnorm. %ecuali berfungsi sebagai dasar  juga sebagai tujuan yang harus diperhatikan oleh setiap hukum atau peraturan yang ada. Semua hukum yang berada didalam kaasan rejim grundnorm tersebut harus mengait kepadanya, oleh karena itu bisa juga dilihat sebagai induk yang melahirkan peraturan-peraturan hukum dalam suatu tatanan sistem tertentu. Arundnorm ini tidak perlu sama untuk setiap tata hukum.1+

Ma'hab Bina mengetengahkan, dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni1, dengan kata lain teori hukum harus murni formal. 2lmu hukum adalah ilmu normatif dan hukum itu semata-mata berada dalam kaasan dunia sollen. %arakteristik dari norma adalah sifatnya yang hipotetis. Teori %elsen dapat dirumuskan sebagai suatu analisis tentang struktur hukum posistip. %elsen pada dasarnya ingin menciptakan suatu ilmu pengetahuan hukum murni, memisahkan dari unsur-unsur non-hukum.

11 bid, ha 23" 12 bid, ha 2?0@2?1

1( Dr. hudaifah Di%yati, Teorisasi Hukum, &uha%adiyah Pre##, Sura$arta, 200 ha 6?

(11)

%elsen juga menolak untuk meberi de/nisi hukum sebagai suatu perintah. "leh karena de/nisi yang demikian itu menggunakan pertimbangan-pertimbangan subjektif dan politis. Dalam Teori %elsen sejak munculnya ide tentang Arundnorm maka selanjutnya proses konkretisasi setapak demi setapak, mulai dari norma dasar dan penerapannya atas suatu situasi tertentu. *roses ini melahirkan Stufen theory, yaitu yang melihat tata hukum sebagai suatu proses menciptakan sendiri norma-norma, mulai dari norma-norma yang bersifat umum sampai kepada yang lebih konkrit. *ada ujung terakhir proses ini sanksi hukum, lalu berupa i'in yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau memaksa suatu tindakan. Dalam hal ini apa yang semula berupa sesuatu yang <seharusnya= kini telah menjadi sesuatu yang <boleh= dan <dapat= dilakukan.

*eraturan-peraturan hukum yang membentuk tata hukum itu dialirkan mulai dari grundnorm. *roses ini dilakukan melalui sekian banyak tindakan individu berupa deduksi dan penerapan, oleh para pembuat undang-undang, para hakim, bahkan juga oleh para pegaai pemerintahan. Dengan demikian keseluruhan bangunan hukum itu akan tampak sebagai bangunan yang terdiri dari berbagai lapisan susunan, sehingga menimbulkan sebutan stufenbau des rechts.

%elsen menyebut hukum sebagai suatu susunan berjenjang, menurun dari norma posistif tertinggi sampai kepada perujudannya yang paling rendah1.

*emikiran %elsen kebanyakan dipengaruhi oleh /losof Cerman, 2mmanuel %ant. 2a hampir mengutip teori pengetahuan %antian yang berhubungan dengan teori hukumnya. %ant percaya baha hal yang objektif berubah yang dikarenakan oleh golongan-golongan resmi

1 Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, )p it, ha 2?2.

(12)

tertentu &hal-hal tertentu) yang pakai dalam pemikiran. ila seseorang bisa belajar Teori %elsen secara linguistic &bahasa), seseorang tersebut melihat baha subjudul %elsen secara umum berakhiran <ee= &y). Seperti methodology, normarivity, causality, etc.

1. Methodologi

 Teori hukum adalah sebuah pengetahuan. Metodenya itu harus murnibersih. (arus adanya kesatuan hukum.

+. Kausalitas (Hubungan karena akibat)

2lmu-ilmua /sika mengadopsi kausalitas sebagai suatu hal yang utamapenting. (al-hal umum yang sering terjadi. Seperti, ketika oksigen dan hydrogen dicampur, maka air akan terbentuk.

. Normativitas

Dalam ilmu hukum, hukum didasarkan pada kemauan, bukan pada karena-akibat, Cadi hukum didasarkan pada normativity &norma).

. Piuritas (kemurnian/kebersiah)

%elsen mengatakan sebuah teori hukum harus bebasterlepas dari politik, sejarah, etnik, moralitas, ekonomi, eustetis atau ilmu social lainnya. $ungsi sebuah teori hukum ialah untuk mengubungkannya kedalam sebuah pola yang masuk akal &logic).

 Teori (ukum Murni berusaha untuk membatasi kognisi &pengertian) hukum terhadap disiplin ilmu lainnya untuk menghindari campuran dari disiplin ilmu lainnya tersebut yang tidak kritis. *engetahuan hukum adalah sebuah pengetahuan tentang norma-norma. Sebuah norma merupakan sesuatu hal yang memang harus terjadi, suatu hal &masalah) yang terdapat pada bektuk hipotetis. %elsen tidak menyangkal nilai sosiolaogi, sejarah, dan pendapat &argumen). 2a mengatakan baha sebuah teori hukum harus tetap bersih dari berbagai pertimbangan-pertimbangan.

(13)

“Hal tersebut dinamakan sebuah teori yang bersih karena itu hanya menggambarkan hukum dan berusaha untuk men!auhi dari ob!ek yang berdasarkan hukum. "tu bertu!uan agar terbebas dari ilmu hukum dari unsur#unsur luar. "ni meru$akan% 

%elsen mengatakan baha ketika sebuah hukum yang sudah ditentang oleh beberapa anggota, hal itu tidak membaa kehendak minoritas &kelompok kecil). ahkan mayoritas mungkin tidak menyadari akan isi dan, oleh karena itu, tidak dapat dikatakan telah menghendakinya. 2lmu hukum adalah pengetahuan tentang norma-norma. Sebuah norma berasal dari individu harus berperilaku dengan cara tertentu, tetapi tidak menyatakan baha perilaku seperti itu adalah kehendak sebenarnya siapa pun..

%esatuan orma-norma

 7ang tertinggi adalah Arundnorm atau norma dasar. %arena tidak bertumpu pada norma lain, adalah ekstra-legal. (irarki norma-norma digambarkan sebagai berikut.

orma Dasar

orma-norma lainnya

Sub-orma

#da hal-hal yang tidak boleh diabaikan dari Arundnorm &norma dasar), tetapi tidak perlu diperhatikan secara keseluruhan. %etika Arundnorm berhenti untuk memperoleh dukungan minimal, ia tidak lagi menjadi dasar dari tatanan hukum dan proposisi lainnya yang tidak memperoleh dukungan akan menggantikannya.

a. Norma Dasar

(al ini merupakan sebuah /ksi dibandingkan sebuah hipotesis. %elsen mengatakan baha norma dasar tidak diciptakan dalam

(14)

bentuk prosedur yang sah oleh badan pembuat undang-undanghukum yang sah.

#gar sebuah norma dianggap sah &valid), maka harus memenuhi syarat berikut! 1. Sebuah norma harus menjadi bagian dari sebuah system norma-norma, +. System tersebut harus betul-betul bermamfaatefektive &manjur).

Strake menjelaskan baha konsep validitas bisa dimengerti dengan mempelajari  makna yang diberikan oleh %elsen!

1. sebuah norma hidupada dengan ada hal yang sangat mengikat> +. sebuah norma khusus dititik beratkan pada kemampuan

mengidenti/kasi bagian tata tertib yang memang majorbermamfaat.

. sebuah norma diperbaharui oleh norma lain yang ada pada level lebih tinggi dalam hirari norma-norma.

. sebuah norma dibenarkan pada kesesuaian dengan norma dasarbasic.

(akim (aynes enggan memandang revolusi pemerintahan sebagai sebagai hal yang legal kecuali memenuhi  syarat berikut>

1. sebuah revolusi yang sukses harus punya tempat> terutama dalam membuat administrasi.

+. *emerintahan mampu mengontrol dengan baik> . persetujuan dengan dukungan dari luar.

. rejim tersebut jauh dari penindasan.

'. Penggunaan ekerasan)(aksaan

%ekesaranpaksaan adalah karakteristi hukum yang sangat pokok. Moral ataupun keagamaan adalah penting sekali, alaupu juga efektiv dengan adanya penerapan sanksi. Menurut %elsen, tidak ada

(15)

prilaku yang bisa dikurangi selain adanya sanksi. Menurutnya juga, hukumundan-undang dan sanksi tidak bisa dicampur karena saksi disediakan oleh hukum yang biasanya disebut sebagai sebuah <norma sanksi=.

*. +ungsi Hakim)Pengadilan

Menurut %elsen, fungsi hakim adalah untuk menerjemahkanmenerapkan hukum dan norma-norma tapi ia sendiri tidak mencipkan norma.

d. e,a&i'an Hukum

%elsen beranggapan baha keajibantugas merupakan hak-hak dasar.

e. Hak-%ak Legal

Setiap hak-hak yang benar tidak hanya sebagai kebebasan belaka &contoh, saya punya hak untuk berpikir, berjalan yang maksudnya saya punya kebebasan berpikir atau tidak berpikir), berisi keajiban seseorang terhapad yang lainnya. Dalam hal ini, (ak dimaksudkan sebagai sebuah keajiban yang relative.

f. eseluru%an dari Teori legal

%elsen mengatakan baha teorinya adalah dari aplikasi yang umum.  Teori ini diterapkan dalam sebuah egara kapitalis, egara sosialis

atau bahkan komunis dan itu sama dengan yang digunakan pada egara-negara yang berbeda tingkat perkembangannya.

g. Hukum International

(16)

*andangan %elsen tentang hukum internasional adalah hukum yang mengandung semua elemen esensial dari sebuah perintah sah. 2ni bermaksud sebuah perintah yang tegas dan memiliki sanksi. (ukm internasional adalah hukum sesungguhnya namun juga berupa hukum primitive karena sanksi itu sendiri ditinggalkan oleh egara dan banyak dilanggar dan malah digantikan dengan didelegasikan ke pusat dengan perintah nasional. *erintah internasional yang sah sama sekali didesentralisasikan. Sebuah pangkat dalam sentralisasi sangat diperlukan dalam sebuah egara. %etika ditanyai tentang norma dasar dari hukum internasional, %elsen menjaab baha *acta Sunt Servada&*erjanjian harus dihormati), ini menjadi norma grund dari hukum internasional.

%eadilan

 Teori murni hukum menyatakann ketidakmampuannya untuk menjaab apakah sebuah hukum berupa keadilan. %elsen menyatakan dalam bukunya, keadilan adalah sebuah iode irasional. %eadilan adalah kualitas yang menghubungkan dalam aplikasinya. %eadilan ada di baah hukum.

2dentitas dari (ukum dan egara

#ustin tidak memperhatikan irinya dengan masalah egara. *erintah keras yang menyusun komunitas politik yang kita sebut egara, adalah perintah yang sah. #pa yang disebut perintah yang sah atau apa yang diatur egara adalah egara itu sendiri. Tidak ada egara tanpa hukum dan juga sebaliknya.

2dentitas (ukum *ublik dn (ukum *erdata

Menuryut %elsen, tidak ada perbedaan antara hukum public dan perdata. (ukum public melindungi kepentingan pribadi dan hukum perdata juga tidak aka nada jika tidak ada kepentingan public yang meliputinya.

(17)

*enilaian

 Teori %relsen adalah sebuah latihan akut bagi logika. 2tu dengan pasti adalah bantuan yang baik bagi peningkatan keakuratan situasi orang orang revolusioner. Dari kasus Arenada, jelas baha para hakim sedang menempuh jalan pintas yang dilanggar oleh %elsen. antahan teori %elsen adalah para hakim tersebut cenderung untuk berpikir di  jalurnya dan benar benar member perhatian ke aspek kemujaraban alaupun mereka suka menyogok untuk ide ide tambahan. %elsen hidup pada aktu di mana dunia melihat sebuah kedaruratan mendadak dan popularitas dari konstitusi tertulis. Saat itu susahnya sebuah egara tidak memiliki koinstitusi tertulis. Teori %elsen mencocokkan system dimana konstitusi adalah hukum dasar dan semua hukum lain ada di baahnya.

%. e*aman teori elsen

orma dasar ! apa itu dan apa itu tidak jelas. 2tu bukan hukum positif dari sebuah perkiraan dalam kesadaran hukum tapi jelas memiliki fungsi sah. 3loyd mengatakan baha tokoh paling berperan dalam seluruh struktur beristirahat di atas kedudukan lemah dalam konsep bebas dan norma dasar di mana seluruh struktur sah yang tinggal tidak dijelaskan. Dia mengatakan baha kasus-kasus Ehosedian Eebellion menunjukkan baha sebuah legalitas dari norma Arund tergantung di atas penerimaan pengadilan dan tidak memerlukan keefektifan dari norma Arund.

orma dasar sendiri tergantung di atas fakta-fakta pasti yang berasal dari kebiasaan actual manusia dan paparan sanksi. orma dasar %elsen tidak lebih dari sebuah dalil moral yang lengkap dengan efektif. *erintah keras.. Culius Stone menganjurkan norma dasar dari

(18)

banyak norma mendapat validitas sahnya yang disebut orma #peF dan baha norma dasar itu digunakan untuk berbagai tujuan., seperti konstitusi, supremasi parlemen, dan lainnya. %ita seharusnya hars lengkap dengan konstitusi yang didukung oleh fakta social, moralitas, dan etika umum yang berlaku dalam masyarakat.

Metodologi

3loyd mengritik metodologi %elsen. Dia menyatakan baha system sah itu bukan koleksi abstrak tanpa pertumpahan darah. Dalam sebuah egara ada bahaya yang harus diambil yang jika untuk menjaga perdamaian dan analisa tiap bagian kita tidak akan menemuka bagimana system itu bekerja. *endekatan %elsen menunjuk pada bagian yang menarik dalam bentuk hukum. $riedmann mengritik %elsen dalam metodologinya yang alami dan didominasi oleh penyebab dan ilmu social dari yang akan datang.

%emurnian1;.

%elsen menuntut dalam sebuah analisa murni begitu banyak sehingga pendekatan lainnya tentang penyelidikan hukum diabaikan. Metodenya menjadi tidak murni dan dia gagal menjelaskan bagaimana itu bias ada. *adahal seseorang membutuhkan pengetajhuan 2 berbagai bidang seperti sejarah, ilmu politik, ekonomi, dan lainnya untuk menjelaskan kealamiahan norma dasar. *ada tingkat norma subordinate fakta harus diikutsertakan karena bukti dan pendapat termasuk di dalamnya. @otterrel mengatakan baha pendapat %elsen tentang hukum sebagai struktur menguasai kreasi milik mereka, modi/kasi dan destruksi yang menyediakan gambar tentang struktur hukum yang paling banyak dari manusia, dihilangkan.

1! . +ried%ann , Teori & Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum, 7-a$arta< P/ Raja

;rafindo Per#ada, 1""(:, ha. 130.

(19)

BAB I

PENUTUP

1. esim(ulan

(20)

(ans %elsen meninggal dunia pada 15 #pril 156 di erkeley. %elsen meninggalkan hampir 99 karya1:, dan beberapa dari bukunya telah diterjemahkan dalam + bahasa. *engaruh %elsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui *ure Theory of 3a, tetapi juga dalam positivisme hukum kritis, /lsafat hukum, sosiologi, teori politik dan kritik ideology. (ans %elsen telah menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum. Dalam hukum internasional misalnya, %elsen menerbitkan *rinciples of 2nternational 3a. %arya tersebut merupakan studi sistematik dari aspek-aspek terpenting dari hukum internasional termasuk kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang diberikan, retaliasi, spektrum validitas dan fungsi esensial dari hukum internasional, pembuatan dan aplikasinya.

#dalah tokoh ma'hab $ormalistis yang terkenal dengan teori murni tentang hukum & $ure &hory o' la). Sistem hukum adalah suatu sistem pertanggapan dari kaidah-kaidah, dimana suatu kaidah hukum tertentu akan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yang lebih tinggi derajatnya. %aidah yang merupakan puncak dari sistem pertanggapan adalah kaidah dasar atau Arundnorm. Arundnorm ini semacam bensin yang menggerakkan seluruh sistem hukum. Dialah yang menjadi dasar mengapa hukum harus di patuhi.

*roses konkretisasi setapak demi setapak mulai dari grundnorm

hingga penerapannya pada situasi tertentu. *roses ini melahirkan Stufenbau theori. Menurut %elsen dalam ajaran hukum murninya, hukum tidak boleh dicampuri oleh masalah-masalah politik, kesusilaan, sejarah, kemasyarakatan dan etika. Cuga tak boleh di campuri oleh masalah keadilan. %eadilan menurut %elsen adalah masalah ilmu politik.

16 an Ste5art %enyebut $arya e#aen ebih dari (00 bu$u daa% tiga baha#a. 4ihat, an Ste5art , “The

riti!al "egal #!ien!e of Hans Kelsen, “$ournal of "a% dan #o!iet , 13 7(:, 1""0, ha. 23(@(0?.

(21)

"leh karena Teori hukum muncul, lahir dan berkembang sebagai  jaaban atas permasalahan hukum atau menggugat suatu pemikiran

hukum yang dominan di suatu saat, maka agar dapat memahami suatu teori hukum tidak dapat dilepaskan dari inter dan antar masa, faktor, keadaan, kondisi sosial kemasyarakatan, kenegaraan yang melingkupi tumbuh dan berkembangnnya teori hukum yang bersangkutan.

Meskipun teori hukum tidak difokuskan pada tahapan penyelesaian sengketa dan tidak difokuskan pula pada hukum positif tertentu, akan tetapi teori hukum dapat digunakan sebagai pisau analisis dengan pendekatan aliran hukum positif dan aliran penemuan hukum oleh hakim, untuk mengkaji peranan dan putusan hukum hakim. *utusan hakim adalah merupakan hukum dalam arti sebenarnya, karena putusan tersebut di dasarkan pada suatu perkara konkrit yang diadili, diperiksa dan diputus oleh hakim yang bersangkutan yang kepadanya dihadapkan perkara tersebut.

2. #aran

 Teori (ukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan 'amannya, sekalipun ia berkeinginan untuk mengatakan suatu pikiran universal. Dengan demikian kita baiknya bersikap untuk selalu tidak melepaskan teori-teori tersebut dari konteks aktu pemunculannya. %ita sebaiknya memahami dengan latar belakanya yang demikian itu, teori-teori yang lahir pada abad ke 15 misalnya menggarap persoalan-persoalan pada masa itu dan sangat jauh berbeda dengan karakteristik persoalan pada abad +9. *aling tidak teori-teori tersebut dapat memperkaya hasanah ilmu hukum.

(22)

DA+TA" PU#TAA

Dr. %hud'aifah Dimyati, S(, M.(um, &eorisasi Hukum, Muhamadiyah ?niversitay *ress, Surakarta, +99.

*rof. Dr. (.E. "tje Salman S., S(. G #nton $. Susanto, S(, M.(um, &eori

Hukum Mengingat Mengum$ulkan dan Membuka Kembali,

Ee/ka #ditama, andung, +996.

%elsen, (ans, *ure Theory of 3a. Translation from the Second &Eevised and Hnlarged) Aerman Hdition. Translated by! MaF %night. erkeley, 3os #ngeles, 3ondon! ?niversity of @alifornia *ress, 15:6

*rof. Dr. Satjipto Eahardjo, S(, "lmu Hukum, @etakan :, @itra #dity akti, andung, +99:.

http!.ikipedia.org.ikiTeoriI(ukumIMurni

*rof. Dr. Cimly #sshiddiJue, S.(., Teori (ans %elsen Tentang (ukum, *rof. Dr. Cimly #sshiddiJue, S.(., Teori (ans %elsen Tentang (ukum 2an Steart “&he riti*al +egal S*ien*e o' Hans Kelsen “,ournal o' 

+a dan So*iety , 16 &), 1559 .

Referensi

Dokumen terkait

10.Ilmu Hukum Pidana.. Ilmu Hukum Pidana adalah ilmu pengetahuan normatif yang mengkaji hukum pidana positif, termasuk sanksi dan asas-asas hukumnya. Ilmu hukum pidana

Teori-teori yang ada dalam arsitektur dapat juga dipahami dari sisi ilmu pengetahuan normatif, ini karena sebagian besar teori yang ada diarahkan pada penerapan proses

Teori-teori yang ada dalam arsitektur dapat juga dipahami dari sisi ilmu pengetahuan normatif, ini karena sebagian besar teori yang ada diarahkan pada penerapan proses

Kelsen, Hans., General Theory Of Law And State, Teori Umum Hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Terjemahan Somardi, Jakarta:

Teori Hukum Pembangunan, Teori Hukum Progresif, dan Teori Hukum Integratif jika ditarik benang merah pada suatu titik konvergensi, maka akan memunculkan Teori Hukum Pancasila

Membahas muatan teori, asas, dan kaidah hukum dalam konstitusi; penggolongan hukum dari perspektif konstitusi; dan peranan konstitusi dalam pengembangan ilmu hukum dan hukum

 pandangan positivistik positivistik yang yang melahirkan melahirkan ilmu ilmu normatif, normatif, pada pada satu satu sisi sisi ilmu hukum dengan karakter aslinya

Pertemuan 2; Ilmu Ekonomi  Hukum Kejarangan  Ilmu Ekonomi Positif Vs Ilmu Ekonomi Normatif  Teori Makroekonomi dan Teori Mokroekonomi  Maslah Ekonomi Produksi, Distribusi,