• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pengelolaan Cagar Alam Teluk Adang Dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Lingkungan Di Kabupaten Paser Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Pengelolaan Cagar Alam Teluk Adang Dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Lingkungan Di Kabupaten Paser Kalimantan Timur"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 Halaman 122-127

p-ISSN 1978-8096 e-ISSN 2302-3708

MODEL PENGELOLAAN CAGAR ALAM TELUK ADANG DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA LINGKUNGAN DI KABUPATEN PASER

KALIMANTAN TIMUR

Model management of Adang Bay Nature Reserve in Invironmental Conservation Efforts in Paser Regency of East Kalimantan.

Firman1), Akhmad Rizali2), Fakhrur Razie2), Taufik Hidayat2) 1) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat firmanpetandra@gmail.com

2) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

Abstract

This study aims to analyze Resources potentials (R), Organizations (O) and Norm (N) conservation center of Adang Bay nature reserve and village conservations area and formulate management model of Adang Bay nature reserve in the effort of conservation of environmental resources in Paser Regency of East Kalimantan. The research was conducted in eight villages with in Adang Bay reserve area (Padang Pangrapat village, Pondong Baru village, Pasir Mayang village, Muara Adang village, Air Mati village, Teluk Waru village, Muara Telake village, and Petiku village) the study was conducted in May to September 2016. The analysis used was qualitative descriptive with data collection methods by triangulation in ± depth interview, observation, and FGD, researchers information were selected by the purposive method. The result of this research is to know the potential of resources contained in Adang Bay Nature reserve area of 18.956 Ha of mangrove area, community resources that live in the area as many as 14.767 people and Adang bay areas are very suitable for aquaculture of fish pond and shrimp, and the high spirit of community mutual corporation in eight conservation village, the Adang Bay Nature Reserve consist of eight definitive villages so that 30 % empowerment budget is available, as well as BUMDes that can be collaborated as a conservation village promotion effort. Adang Bay Nature Reserve Management Model that supports is Collaborative Management Model, with this model the existence of Adang Bay Reserve does not change the status of the area. The management program stages are directed to protection, preservasion, and utilization with consideration of social, economy and ecology in Adang Bay area.

Keywords: Model Management, Conservation, Adang Bay.

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki hutan seluas 188 juta Hektar (muntu, 2012, yang mencangkup hutan produksi 49,3 juta Ha, hutan lindung seluas 39,9 juta Ha dan hutan konservasi seluas 27,39 juta Ha (BPS, 2015).

Upaya aktif dalam mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman hayati

dilkukan pemerintah dengan membagi kawasan konservasi baik darat maupun lautan, luas secara keseluruhan seluas 27.390.992,91 Ha, kawasan ini terbagi atas 527 unit, terdiri dari 499 kawasan konservasi darat dan 28 kawasan konservasi perairan, bagian terpenting dari kawasan konservasi adalah cagar alam dan di Indonesia kawasan cagar alam terdiri dari 237 kawasan

(2)

Model Pengelolaan Cagar Alam Teluk Adang Dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Lingkungan (Firman, et al)

(Dirjen.perlindungan hutan dan konservasi alam, 2010)

Kalimantan Timur memiliki kawasan konservasi seluas 168.700 Ha, yang terdiri dari 500 Ha kawasan Kabupaten Kutai Barat, 62.500 Ha kawasan Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, 500 Ha kawasan Berau, dan 100.700 Ha wilayah Kabupaten Paser. Penetapan kawasan konservasi alam berdasarkan SK Mentan No. 604/Kpts/Um/8/1982 pada 19 Agustus 1982 dengan penempatan Paser sebagai sentral konservasi wilayah Kalimatan Timur, pada kawasan Teluk Apar dan Teluk Adang. (KSDA Kalimantan Timur, 2007).

Konflik antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi bisa muncul karena perbedaan kepentingan, balai konservasi menginginkan kawasan terlindunggi sehingga akan berdampak positif pada lingkungan sekitar, sedangkan masyarakat dan pemerintah desa menginginkan kawasan yang ada sebagai lahan pembangunan fisik yang maksimal, kawasan cagar alam sering kali dianggap sebagai beban bukan manfaat (setyowati, 2008).

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran potensi pada cagar alam Teluk Adang yang ada pada wilayah tersebut, potensi yang akan di analisis meliputi Resources, Organization dan Norm, kolaborasi perencanaan perlu mengetahui Visi dan Misi keduanya guna untuk mendukung pengelolaan yang perlu dibentuk, oleh karena itu penelitian ini juga diharapakan untuk menganalisi arah pengelolaan cagar alam Teluk Adang, kemudian hasil analisis potensi dan tujuan sebelumnya maka akan dirumuskan model pengelolaan kawasan antara balai konservasi dan masyarakat desa kawasan konservasi dalam pengelolaan dengan asas pentimbangan bersama.

METODE PENELITIAN

Panelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui

potensi R-O-N (Resources ± Organizations - Norms) Cagar alam Teluk Adang dan desa kawasan konservasi dalam upaya pengelolaan kawasan Cagar Alam. Selanjutnya dianalisis secara deskriftif kualitatif.

Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengungkap gejala holistik-kontekstual menjadi pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian ini bersifat deskriptif, proses dan makna (perspektif emic) lebih ditonjolkan (Sedarmayanti dandan Hidayat, 2011).

Dilaksanakan di delapan desa konservasi pada Cagar alam Teluk Adang di Kabupaten Paser. Proses pengambilan data dilakukan di Balai Konservasi SDA Kalimantan Timur, Pemerintah Kecamatan, Desa Konservasi dan UPTD yang relevan, dan informan sebanyak 25 orang dari 9 lembaga berbeda dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive untuk menempatkan informan kunci, serta Teknik Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik Triangulasi (wawancara, observasi dan FGD).

HASIL DAN PEMBAHASAN Resources

Potensi sumberdaya alam, baik flora hingga fauna yang terdapat dikawasan Cagar Alam Teluk Adang sangat beragam, potensi sumberdaya alam berupa flora yang terdapat di dalam kawasan Cagar alam Teluk adang sebayak 37 jenis keragaman flora, dan indentifikasi dilapangan terdapat 20 jenis suku (Genus) mangrove, dan potensi keragaman fauna berdasarkan indentifikasi dan pengumpulan data di kawasan cagar alam Teluk adang terdapat 13 jenis mamalia, 30 jenis aves, 5 jenis reftile, dan 2 jenis amphibia.

Potensi akan kawasan yang terdapat di kawasan cagar alam Teluk adang berupa landscape kawasan berupa lahan tutupan mangrove, hutan sekunder, pemukiman,

(3)

EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 121-127

hutan rawa, kawasan tambak, lahan pertanian, hingga kawasan perkebunan sebagaimana Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Luasan tutupan/landuse Kawasan Cagar Alam Teluk Adang, di Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

No Landuse Luas (Ha)

1. Mangrove 18.956 2. Hutan sekunder 1.399 3. Pemukiman 1.358 4. Rawa 3.998 5. Semak belukar 3.119 6. Tambak 17.245 7. Pertanian 1.804 8. Lahan terbuka 376 9. Perkebunan 5.545 Jumlah 53.800

Potensi Sumberdaya Manusia yang ada di Cagar alam Teluk Adang meliputi SDM pengelola kawasan cagar alam Teluk Adang dan SDM masyarakat yang bermukim didalam kawasan Cagar alam Teluk Adang, jumlah secara keseluruhan dalam dua lembaga pengelola kawasan meliputi seksi kawasan III Balikpapan berjumlah 17 orang, dan Daerah Operasi Paser berjumlah 60 orang, sedangkan potensi masyarakat yang bermukim didalam kawasan Cagar alam Teluk Adang sebagaimana tabel 2 berikut:

Tabel 2. Potensi SDM Masyarakat yang bermukim di delapan desa yang berada dalam kawasan cagar alam Teluk Adang, di Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

No Desa Jumlah (Jiwa)

1. Padang pangrapat 3.027 2. Pondong Baru 1.990 3. Air Mati 1.692 4. Pasir Mayang 2.958 5. Teluk Waru 681 6. Muara Adang 1.403 7. Muara Telake 2.231 8. Petiku 785 Jumlah 14.767 Organization

Kajian organisasi pengelola kawasan Cagar alam Teluk Adang diantaranya Balai konservasi SDA Kalimantan Timur, Seksi kawasan III Balikpapan, Manggala Agni daerah operasi Paser yang masing ± masing memiliki peran tersendiri secara keseluruhan hirarki yang pegang penuh oleh pemerintah pusat hingga di tingkat daerah, yang menarik adalah keberadaan delapan desa yang masuk dalam kawasan Cagar alam Teluk Adang menjadi jembatan penghubung organiasi pada tingkat masyarakat sehingga kedepan perlu upaya sinergis antar organiasi pada tingkat pemerintah desa guna upaya konservasi.

Norm

Hasil kajian reguasi yang berkaitan langsung dengan kawasan Cagar alam Teluk Adang diantaranya Undang ± undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Undang ± undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Hutan Indonesia, Peraturan Pemerimtah Nomor 28 Tahun 2011 dimana mengatur tentang pengelolaan Kawasan Pelestari Alam dan Kawasan Suaka Alam, dan Permenhut Nomor 19 Tahun 2004 tentang pentingnya upaya Kolaborasi dalam pengelolaan KPA maupun KSA.

Tabel 3. Metriks Potensi pada kawasan Cagar alam Teluk Adang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Potensi R O N Sosial Gotong Royong Adanya Lembaga Adat dan Desa Aturan Adat dan Pemerintah Ekonomi Tamba, udang dan wallet. Bantuan Keungan ADD 30% Angaran Pemberdayaan Ekologi Mangrove dan Pantai BUMDes, Agrowisata Kepastian Kawasan

(4)

Model Pengelolaan Cagar Alam Teluk Adang Dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Lingkungan (Firman, et al)

Tabel 4. Metriks Masalah pada kawasan Cagar alam Teluk Adang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Potensi R O N Sosial Tidak peduli Status Tidak ada lembaga fokus Hukum adat tidak tertulis Ekonomi Tambak , Tani & perkebu nan Pertumbu han ekonomi berdamp ak terbalik Tidak ada aturan yang mengikat Ekologi Alih fungsi lahan Minim-nya rencana desa Tidak tegas dalam peng-awasan. Berdasarkan hasil pembahasan dengan memperhatikan aspek Potensi dan Masalah yang terjadi di kawasan Cagar alam Teluk Adang dan dengan memperhatikan aspek social, ekonomi hingga ekologi serta memperhatikan beberapa model alternative dalam pengelolaan kawasan Cagar alam Teluk Adang maka model yang terbaik digunakan adalah model Collaborative

Management (CM), kemudian

menghasilkan rumusan arah perencanaan kedepan dengan aspek perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sebagaimana tabel 5 berikut:

Tabel 5 : Metriks Model Collaborative Management Cagar alam Teluk Adang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Collaborative

Management Sosial Ekonomi Ekologi

Perlindungan Sosialisa si Integrasi Pengawasan Pengawetan Rehabilit asi kawasan Peng-aturan Pola. Dibentuk Koridor hidup Pemanfaatan Wadah Koordin asi Ekowisata desa Sumber Nutfah

Keterangan: Penjelasan detail tiap Item program termuat dalam Tesis

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Potensi yang terdapat di dalam Kawasan Cagar Alam Teluk Adang berdasakan Potensi RON meliputi, Mangrove di kawasan Cagar Alam Teluk Adang mencapai 18.956 Ha, dan Sumberdaya masyarakat berjumlah 14.767.

2. Keberadaan delapan desa yang berada dalam kawasan Cagar alam Teluk adang menjadi potensi Organiasi, dalam upaya kolaborasi.

3. Model Pengelolaan Cagar alam Teluk Adang yang baik adalah Model Collaborative Management, dengan model pengelolaan ini, keberadaan Cagar alam Teluk Adang tidak merubah status kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penyuluhan Kehutanan. (1997). Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Adisasmita Rahardjo. (2006). Membangun Desa Partisipasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Haerullah, A. (2011). Konsep Dasar Konservasi Lahan. Jakarta Pusat: Yayasan Obor Indonesia.

Arsyad. (2014). Konservasi Tanah Dan Air. Buku Beta.

Bactiar. (2001). Model Pengelolaan Hutan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Tahun 2015. Diambil dari http://www.bps.go.id/

Balai Konservasi SDA dan Ekosistem. (2015). Rencana Pengelolaan Kawasan Cagar Alam. Balai Konservasi SDA dan Ekosistem Sukidin, B. (2002). Metode Penelitian

Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia.

Bhadresa. (1987). Konservasi Mangrove Dan Bekatan. Indonesia.

(5)

EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 121-127

Wrahatnala, B. (2013). Sosialisasi Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bog dan Biklen. (1982). Qualitative Research For Education, An: Introduction Of Theory And Methods. Boston: Allyn and bacon Inc.

Budianto. (2013). Keteraturan Sosial Dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin. (2003). Konservasi Lingkungan. Jakarta Pusat: Yayasan Obor Indonesia

Campell. (1997). Hutan Konvensional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daniel Moehtar, Darmawati, Nieldalia.

(2005). PRA (Participatory Rural Appraisal) Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya percepatan Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Djatmiko. (2011). Evaluasi Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Mandor Di Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. [Tesis]. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang,

Nurochmat, Dodik Ridho. (2005). Strategi Pengelolaan Hutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop). (2015). Evaluasi Kesesuaian Fungsi Lahan. Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop).

Angi, Eddy Mangopo. (2005). Kebijakan Pemerintah Pusat di Bidang Konservasi dari Perspektif Daerah dan Masyarakat (Studi Kasus Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur). Diambil dari http://www.cifor.cgiar.org.

Effendi, Alfian. (2001). Jangan Menunggu Kapal Pecah; Salah Urus, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal.

Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Meijaard, E., dkk. (2006). Hutan Pasca

Pemanenan: Melindungi Satwa Liar Dan Kegiatan Hutan Produksi Di Kalimantan. Center for International Forestry Research. Jakarta, Indonesia.

http://www.cifor.cgiar.org.

Hadi. (1999). Materi Pokok Pendidikan Kependudukan, Lingkungan Hidup. Jakarta: Karunika.

Hadi. (2005). Dasar Pelestarian Lingkungan. Jakarta: Karunika, Jakarta.

Hendrarto. (2006). Boisfer dan Konservasi Alam. Jakarta: Karunika.

Hendrick. (2003). Bagaiman Mengelola Konflik (Cetakan Ke 7). Jakarta: Bumi Aksara.

Haeruman, Herman. (1992). Kerusakan dan Perlindungan Hutan. Sari Pustaka Sumber Daya Hutan Indonesia, Buku ke -1.

Supriatna, Jatna. (2008). Konservation Of Natural Resources In Indonesia, Jakarta.

Keraf. (2000). Keragaman Hayati Untuk Bumi. Yogyakarta: Graha Ilmu. KSDA. (2007). Laporan Tahunan Balai

KSDA Kalimantan Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur.

KSDA. (2009). Laporan Tahunan Balai KSDA Kalimantan Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur.

KSDA. (2011). Laporan Tahunan Balai KSDA Kalimantan Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur.

Laszlo. (2008). Action Is The First Comprehensive Guide. PDF.

Gay, L. R. (2014). Research Methods For Businessan Management. Mac Millan, Publishing Company.

Bismark, M., dkk. Hutan dan Bentuk Penyuluhan. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.

(6)

Model Pengelolaan Cagar Alam Teluk Adang Dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Lingkungan (Firman, et al)

Maintindom, dkk. (2006). Evaluasi Cagar Alam Borneo. Bandung: Elfabeta. Moleong. (2002). Data dan Sumberdata

(Primer dan Sekunder). Bandung: Alfabeta.

Muntu, W. D. (2012). Penguasaan Tanah Di Dalam Kawasan Cagar Alam Gunung Duasudara Di Kota Bitung. [Skripsi]. Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar.

Norton. (2004). Crafting, Merajut Stategi Dan Merubahnya Menjadi Aksi. Bandung-Indonesia.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pelaksana Teknis KSDA.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Kolaborasi Pengelolaan KPA dan KSA.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.

Purnamawati dan Dewantoro (2007) Pemilihan Dan Pembangunan Tambak Berwawasan Lingkungan. Media Akuakultur.

RPJMDes Teluk Waru. (2015). Rencana Pembangunan Menengah Desa Teluk Waru Tahun 2015-2019. RPJMDes Teluk Waru

RPJMDes Petiku. (2014). Rencana Pembangunan Menengah Desa Petiku Tahun 2014-2018. RPJMDes Petiku. RPJMDes Padang Pangrapat. (2014).

Rencana Pembangunan Menengah Desa Padang Pangrapat Tahun 2014-2020. RPJMDes Padang Pangrapat RPJMDes Pasir Mayang. (2012). Rencana

Pembangunan Menengah Desa Pasir Mayang Tahun 2012-2016. RPJMDes Pasir Mayang

RPJMDes Pondong Baru. (2012). Rencana Pembangunan Menengah Desa

Pondong Baru Tahun 2012-2017. RPJMDes Pondong Baru

RPJMDes Muara Telake. (2011). Rencana Pembangunan Menengah Desa Muara Telake tahun 2011-2015. RPJMDes Muara Telake.

Gambar

Tabel 2.   Potensi  SDM  Masyarakat  yang  bermukim  di  delapan  desa  yang  berada dalam kawasan cagar alam  Teluk Adang, di Kabupaten Paser  Kalimantan Timur
Tabel 4.  Metriks  Masalah  pada  kawasan  Cagar  alam  Teluk  Adang,  Kabupaten  Paser,  Kalimantan  Timur

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji syukur kita kehadirat Allah Swt yang telah memberi nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis

Program latihan beban yang baik harus dilakukan hati-hati, progresif, bersifat individual, beban disesuaikan, berkelanjutan, menghindari bagian tubuh yang lemah,

Pada Tabel 3 dapat dilihat yaitu pemberian dosis jamu pada ayam tidak berpengaruh pada kadar kolesterol karena dari semua hasil perlakuan menunjukkan angka yang

Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2007:53), analisis value chain merupakan analisis strategi yang digunakan untuk memahami secara lebih baik keunggulan kompetitif

Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menit- menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, namun bila terjadi gangguan pertukaran gas

Strategi utama yang dilakukan adalah; (a) internalisasi nilai-nilai keselamatan melalui briefing pagi, coffee morning, poster/spanduk, workshop dan pelatihan; (b)

Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas, tidak tergantung terhadap jumlah pekerjaan

Penduduk Desa Sukasari memiliki latar belakang yang bisa di bilang cukup memprihatinkan,karena jika melihat dari segi lokasi yang mereka tinggali saat ini masih banyak