• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KOTA PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PROFIL KOTA PALEMBANG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PROFIL KOTA PALEMBANG

Profil Kota Palembang menggambarkan kondisi kota Palembang dari berbagai aspek. Dari profil Kota Palembang diharapkan dapat tercermin kondisi kota Palembang terkait dengan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM). Profil Kota Palembang terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial dan ekonomi.

4.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

Secara Geografis, Kota Palembang terletak antara 20 52’ LS sampai 305’ LS dan 1040 37’ Bujur Timur sampai 104°52’ BT dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut . Wilayah Kota Palembang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuasin disebelah timur dan barat, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muara Enim disebelah selatan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 400,61 km² atau 40.061 Ha berdasarkan PP No. 23 Tahun 1988 yang terdiri dari 16 kecamatan dan terbagi habis menjadi 107 kelurahan.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan dikota Palembang Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)

Persentase Terhadap Luas Kota Palembang 1 Ilir Barat II 6.220 1.55 2 Gandus 68.780 17.17 3 Seberang Ulu I 17.440 4.35 4 Kertapati 42.560 10.62 5 Seberang Ulu II 10.690 2.67 6 Plaju 15.170 3.79 7 Ilir Barat I 19.770 4.93 8 Bukit Kecil 9.920 2.48 9 Ilir Timur I 6.500 1.62 10 Kemuning 9.000 2.25 11 Ilir Timur II 25.580 6.39 12 Kalidoni 27.920 6.97 13 Sako 18.040 4.50 14 Sematang Borang 36.980 9.23 15 Sukarami 51.459 12.85 16 Alang-alang Lebar 34.581 8.63 Jumlah / Total 400.610 100.000

(2)

Secara administrasi, batas – batas daerah provinsi Sumatera selatan adalah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Batasan – batasan wilayah kota Palembang meliputi batasan wilayah kecamatan yaitu sebelah barat dengan desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, sebelah timur dengan desa Balai Makmur Kecamatan Banyuasin Kabupaten Banyuasin, sebelah utara berbatasan dengan Desa pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa Kenten Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, sebelah selatan dengan desa Bakung Kecamatan IndralayaKabupaten Ogan ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Palembang

4.2 Gambaran Demografi

Jumlah penduduk kota Palembang pada pertengahan tahun 2012 adalah sebesar 1.523.310 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 762.382 jiwa dan Perempuan sebesar 760.928 jiwa; sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2011 adalah 1.481.814 jiwa dengan pertumbuhan penduduk dari tahun 2000- 2011 adalah sekitar 1,76 persen.

(3)

Rasio jenis kelamin di Kota Palembang pada tahun 2012 sebesar 100,19 persen yang berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Untuk Wilayah kecamatan rasio jenis kelamin yang tertinggi terdapat di kecamatan Gandus sebesar 103,40 persen. Di urutan kedua adalah kecamatan Kertapati sebesar 101,93 persen, sedangkan diurutan ketiga adalah kecamatan Sematang Borang dengan angka rasio sebesar 101,76 persen.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan jenis Kelamin pada pertengahan Tahun 2013.

No Kecamatan Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1 Ilir Barat II 32.534 32.101 64.635 1.013 2 Gandus 30.187 29.195 59.382 1.034 3 Seberang Ulu I 84.570 83.940 168.510 1.008 4 Kertapati 41.287 40.503 81.790 1.019 5 Seberang Ulu II 47.569 47.341 94.910 1.005 6 Plaju 40.317 39.689 80.006 1.016 7 Ilir Barat I 65.147 64.457 129.604 1.011 8 Bukit Kecil 22.001 21.800 43.801 1.009 9 Ilir Timur I 33.450 35.430 68.880 0.944 10 Kemuning 41.182 42.298 83.480 0.974 11 Ilir Timur II 80.478 80.838 161.316 0.996 12 Kalidoni 52.271 52.188 104.459 1.002 13 Sako 43.119 43.013 86.132 1.002 14 Sematang Borang 17.392 17.090 34.482 1.018 15 Sukarami 74.387 74.325 148.711 1.001 16 Alang-alang Lebar 46.569 46.818 93.387 0.995 Jumlah / Total 752.460 751.025 1.503.485 1.002 Sumber : BPS Kota Palembang 2013

(4)

Tabel. 4.3

Luas Daerah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di kota Palembang, tahun 2013

No Kecamatan Luas Daerah (Km²) Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa / Km²)

1 Ilir Barat II 6.220 64.635 10.391 2 Gandus 68.780 59.382 863 3 Seberang Ulu I 17.440 168.510 9.662 4 Kertapati 42.560 81.790 1.922 5 Seberang Ulu II 10.690 94.910 8.878 6 Plaju 15.170 80.006 5.274 7 Ilir Barat I 19.770 129.604 6.556 8 Bukit Kecil 9.920 43.801 4.415 9 Ilir Timur I 6.500 68.880 10.597 10 Kemuning 9.000 83.480 9.276 11 Ilir Timur II 25.580 161.316 6.306 12 Kalidoni 27.920 104.459 3.741 13 Sako 18.040 86.132 4.775 14 Sematang Borang 51.459 34.482 670 15 Sukarami 36.980 148.711 4.021 16 Alang-alang Lebar 34.581 93.387 2.701 Jumlah 400.610 1.503.485 3.753

Sumber : BPS Kota Palembang 2013

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut kecamatan dikota Palembang, 2011 – 2012

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun 2011 2012 1 Ilir Barat II 64.779 64.635 - 0.02 2 Gandus 58.454 59.382 0.99 3 Seberang Ulu I 165.475 168.510 0.98 4 Kertapati 81.956 81.790 1.00 5 Seberang Ulu II 93.525 94.910 0.99 6 Plaju 80.688 80.006 1.01 7 Ilir Barat I 126.445 129.604 0.98 8 Bukit Kecil 44.407 43.801 1.01 9 Ilir Timur I 70.431 68.880 1.02 10 Kemuning 84.018 83.480 1.01 11 Ilir Timur II 161.971 161.316 1.00 12 Kalidoni 101.897 104.459 0.98 13 Sako 84.195 86.132 0.96 14 Sematang Borang 33.043 34.482 0.96 15 Sukarami 142.265 148.711 0.96 16 Alang-alang Lebar 88.265 93.387 0.95 Jumlah 1.481.814 1.503.485 0.99

(5)

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk di Kota Palembang Pada Tahun 2009 - 2012

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2009 2010 2011 2012 1 Ilir Barat II 68.004 63.959 64.779 64.635 2 Gandus 53.795 57.221 58.454 59.382 3 Seberang Ulu I 160.390 162.744 165.475 168.510 4 Kertapati 83.803 80.226 81.956 81.790 5 Seberang Ulu II 93.237 92.276 93.525 94.910 6 Plaju 86.794 79.096 80.688 80.006 7 Ilir Barat I 120.517 124.657 126.445 129.604 8 Bukit Kecil 50.292 43.811 44.407 43.801 9 Ilir Timur I 84.701 69.406 70.431 68.880 10 Kemuning 89.707 82.661 84.018 83.480 11 Ilir Timur II 172.836 159.152 161.971 161.316 12 Kalidoni 96.266 99.738 101.897 104.459 13 Sako 73.519 82.661 84.195 86.132 14 Sematang Borang 25.538 32.207 33.043 34.482 15 Sukarami 119.128 139.098 142.265 148.711 16 Alang-alang Lebar 60.411 86.371 88.265 93.387 Jumlah 1.438.938 1.455.284 1.481.814 1.503.485 Sumber : BPS Kota Palembang 2013

Tabel. 4.6

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas menurut jenis kegiatan utama dan jenis kelamin di kota Palembang, Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Utama Laki- laki Perempuan Jumlah

I Angkatan Kerja 76.17 44.55 60.28

a). Bekerja 69.71 38.88 54.21

b). Menganggur 6.46 5.58 6.07

II Bukan Angkatan Kerja 23.83 55.45 39.72

a). Sekolah 12.90 11.09 11.99

b). Mengurus Rumah Tangga 1.57 42.17 21.98

c) Lainnya 9.36 2.18 5.75

Persentase 100 100 100

Jumlah 531.555 537.371 1.068.926

Tingkat Patisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 76.170 44.55 60.28

Tingkat Pengagguran 6.460 5.68 6.07

Sumber : BPS Kota Palembang 2013

4.3 Gambaran Topografi

Keadaan topografi Kota Palembang, pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata + 4 – 12 meter di atas permukaan laut,

(6)

tergenang secara musiman dan 35% tanah tergenang terus menerus sepanjang musim. Lokasi daerah yang tertinggi berada di Bukit Seguntang Kecamatan Ilir Barat I, dengan ketinggian sekitar 10 meter dpl. Sedangkan kondisi daerah terendah berada di daerah Sungai Lais, Kecamatan Ilir Timur II. Kota Palembang dibedakan menjadi daerah dengan tofografi mendatar sampai dengan landai, yaitu dengan kemiringan berkisar antara ± 0 - 3o dan daerah dengan topografi bergelombang dengan kemiringan berkisar antara ± 2–10o. Sebagian besar dari wilayah Kota Palembang merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian tanah rata-rata + 12 meter di atas permukaan laut, sedangkan daerah yang bergelumbang ditemukan di beberapa tempat seperti Kenten, Bukit Sangkal, Bukit Siguntang dan Talang Buluh-Gandus.

Terdapat perbedaan karakter topografi antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan sebagian besar dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (± 3,75 m diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun dan akan dibangun dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan dan reklamasi. Dibagian wilayah Seberang Ilir ditemui adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20 m diatas permukaan laut dan ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-lembah yang “kontinyu” dan tidak terdapat topografi yang terjal. Dengan demikian dari aspek topografi pada prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk pengembangan ruang, baik berupa kemiringan atau kelerengan yang besar.

Sebagian besar dari wilayah Kota Palembang merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian tanah rata-rata +12 meter di atas permukaan laut, sedangkan daerah yang bergelombang ditemukan di beberapa tempat seperti Kenten, Bukit Sangkal, Bukit Siguntang dan Talang Buluh-Gandus.

Adanya perbedaan karakter topografi di Kota Palembang (kawasan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir) terkait dengan kondisi hidrologi, berupa keadaan anak-anak sungai dalam wilayah. Di bagian wilayah Seberang Ulu terdapat anak-anak sungai yang relatif besar dengan muara pada Sungai Musi. Anak-anak Sungai Musi yang relatif besar dan berhulu di Pegunungan Bukit Barisan adalah Sungai Ogan dan Sungai Komering. Sedangkan anak-anak Sungai Musi yang relatif kecil adalah Sungai Keramasan yang berhulu di Kabupaten Muara Enim. Selain anak sungai tersebut, terdapat pula anak-anak sungai kecil dan pendek yang bermuara pada Sungai Musi dan berhulu pada wilayah Kota Palembang dan kawasan sekitarnya, seperti Sungai Aur dan Sungai Sriguna. Pada bagian wilayah Seberang Ilir, aliran anak-anak sungai terbagi menjadi 2 (dua) sesuai dengan karakteristik topografi yang ada, berupa adanya punggungan topografi. Pada bagian Selatan punggungan, terdapat anak-anak sungai yang mengalir pada Sungai Musi dan berhulu pada punggungan topografi. Anak-anak sungai tersebut meliputi Sungai Lambidaro, Sekanak, Buah, Batang, Selincah dan sebagainya. Pada bagian utara punggungan terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke utara, yang bermuara antara lain ke Sungai Kenten.

(7)

4.4 Gambaran Geohidrologi

Dari segi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi 2 (dua) wilayah besar yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Sungai Musi merupakan sungai terbesar dengan lebar rata-rata 504 meter. Ketiga sungai besar lainnya adalah Sungai Komering, Sungai Ogan, dan Sungai Keramasan yang terletak di Seberang Ulu. Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat sungai-sungai kecil lainnya yang terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase perkotaan. Terdapat ± 68 anak sungai aktif dengan lebar berkisar antara 3 – 20 meter. Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang minimum. Pola aliran sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran dendritik, artinya merupakan ranting pohon, di mana dibentuk oleh aliran sungai utama (Sungai Musi) sebagai batang pohon, sedangkan anak-anak sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini mencerminkan bahwa, daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan kekerasan batuan relatif sama (uniform) sehingga air permukaan (run off) dapat berkembang secara luas, yang akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang menyebar ke daerah tangkapan aliran sungai (catchment area).

Fungsi sungai di Kota Palembang sebelumnya adalah sebagai alat angkutan sungai ke daerah pedalaman, namun sekarang sudah banyak mengalami perubahan fungsi antara lain sebagai drainase dan untuk pengendalian banjir. Fungsi anak-anak sungai yang semula sebagai daerah tangkapan air, sudah banyak ditimbun untuk kepentingan sosial sehingga berubah fungsinya menjadi permukiman dan pusat kegiatan ekonomi lainnya, dimana rata-rata laju alih fungsi ini diperkirakan sebesar ± 6% per tahun. Secara geomorfik perubahan bentang alam pada satuan geomorfik di Kota Palembang berkaitan dengan adanya sedimentasi sungai yang bertanggung jawab terhadap pendangkalan sungai atau penyebab terjadinya penyempitan (bottle neck) seperti di daerah Mariana Kecamatan Seberang Ulu I; penambangan pasir sungai atau gravel pada dasar sungai, yang akan berdampak kepada pendalaman cekungan; pemanfaatan dataran pada bentaran sungai untuk permukiman, persawahan serta aktivitas lain yang akan berdampak pada aliran sungai; dan adanya penebangan hutan illegal di daerah hulu sungai.

Struktur rawa yang ada di Kota Palembang juga dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Musi dan sungai-sungai lain yang bermuara di Sungai Musi. Satuan geomorfik rawa pada umumnya dicirikan oleh terbentuknya cekungan yang lebih luas, dengan kedalaman relatif dangkal, genangan air yang relatif stagnant (yang tergenang tidak mengalir, sepanjang masa), dan bahkan di beberapa lokasi dijumpai pula area rawa yang telah kering atau tak berair kecuali di musim hujan. Satuan geomorfik rawa banyak mendominasi terutama kawasan Barat, kawasan Timur, daerah Seberang Ulu I, dan Seberang Ulu II Kota Palembang. Pada satuan ini dijumpai pula beberapa cekungan yang relatif lebih dalam bila dibandingkan dengan beberapa daerah di sekitarnya, dan bentuk bentang alamnya ini merupakan perairan yang ditumbuhi oleh gulma,

(8)

air yang banyak digunakan untuk kolam retensi banjir yaitu di Kecamatan Ilir Barat I, Kambang Iwak Talang Semut di Kecamatan Ilir Timur I, kolam retensi Rumah Sakit Siti Khodijah, kolam retensi depan Kapolda dan kolam retensi Kenten di Kecamatan Ilir Timur II

Gambar 4.2. Peta DAS Kota Palembang

4.5 Gambaran Geologi

Berdasarkan kondisi geologi, Kota Palembang memiliki relief yang beraneka ragam dan terdiri dari jenis tanah berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang-Jambi. Tanahnya relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak di bagian utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus. Sebagian besar jenis tanah di wilayah Kota Palembang adalah tanah liat dan lapisan aluvial terutama di wilayah Seberang Ilir. Sedangkan pada wilayah Seberang Ulu terdiri dari tanah liat berpasir. Adapun rincian lapisan tanah yang terdapat di Kota Palembang berupa tanah lempung, pasir lempung, napal dan napal pasiran. Keadaan stratigrafi wilayah Kota Palembang terbagi atas 3 bagian, yaitu :

1. Satuan Alluvial dan Rawa, terdapat di Seberang Ulu dan Rawa-Rawa dibagian timur dan bagian barat wilayah Kota Palembang.

2. Satuan Palembang Tengah, mempunyai batuan lempung dan lempung pasiran yang kedap air, tersebar dibagian utara yaitu Kenten, Talang Betutu dan Sungai Ringgit (Kabupaten Banyuasin). Sedangkan disebelah selatan

(9)

tersebar kearah Indralaya (Kabupaten Ogan Ilir) dan Gelumbang (Kabupaten Muara Enim).

Satuan Palembang Bawah, tersebar dibagian dalam Kota Palembang dengan arah memanjang ke barat daya tenggara dan merupakan suatu rangkaian antiklin.

4.6 Gambaran Klimatologi

Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia hanya di kenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – Nopember.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2012, suhu udara rata- rata berkisar antara 24,00°C sampai 32,90°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan September yang berkisar 34,60°C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan februari yang berkisar 23,70°C Seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Suhu udara Maksimum , Minimum dan rata-rata menurut bulan yang tercatat pada stasiun Klimatologi Kenten Palembang Tahun 2012.

No Bulan Suhu udara ( °C )

Minimum Maksimum Rata-rata

1 Januari 23.9 32.4 27.2 2 Februari 23.7 32.0 26.5 3 Maret 24.0 32.9 27.2 4 April 24.1 33.0 27.2 5 Mei 24.6 33.1 27.9 6 Juni 24.2 33.0 27.7 7 Juli 23.9 32.2 27.2 8 Agustus 23.9 33.3 27.6 9 September 23.9 34.6 28.4 10 Oktober 24.4 34.1 27.9 11 Nopember 24.0 32.7 27.2 12 Desember 23.9 31.9 26.9 Rata - rata 24.0 32.9 27.4

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kenten Palembang

Kecepatan angin hampir di seluruh wilayah Palembang merata setiap bulannya, yaitu berkisar antara 2 knots hingga 4 knots. Faktor lain yang

(10)

mempengaruhi hujan dan arah / kecepatan Angin adalah perbedaan tekanan udara. Data tentang tekanan udara tahun 2012 disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.8

Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari periode 8 jam-an menurut bulan yang tercatat pada stasiun Klimatologi

Kenten Palembang, 2012 No Bulan Tekanan udara

(mb) Kecepatan Angin (m/s) Penyinaran Matahari periode 8 jam 1 Januari 1.009.0 3 51 2 Februari 1.008.8 2 47 3 Maret 1.009.1 3 55 4 April 1.010.0 3 67 5 Mei 1.011.1 3 63 6 Juni 1.009.8 3 70 7 Juli 1.010.0 3 63 8 Agustus 1.011.1 4 66 9 September 1.011.2 4 65 10 Oktober 1.010.5 2 57 11 Nopember 1.009.9 2 44 12 Desember 1.009.0 3 42

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kenten Palembang

4.6.1 Curah Hujan dan Kelembapan Udara

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan perputaran / pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan.

Rata-rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 91,1 mm³ (juli) sampai 541,7 mm³ ( maret ) seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.9

Curah hujan dan banyaknya hari hujan menurut bulan yang tercatat pada stasiun Klimatologi Kenten Palembang, 2012

No Bulan Curah Hujan (mm) Banyaknya hari hujan

1 Januari 201.4 19 2 Februari 347.9 25 3 Maret 245.8 19 4 April 405.0 25 5 Mei 204.8 18 6 Juni 199.3 10 7 Juli 85.9 1 8 Agustus 50.9 7 9 September 1.0 3

(11)

No Bulan Curah Hujan (mm) Banyaknya hari hujan

10 Oktober 226.0 16

11 Nopember 650.0 24

12 Desember 465.0 27

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kenten Palembang

Palembang mempunyai kelembaban udara relative tinggi dimana pada tahun 2012 rata-rata berkisar antara 72 persen (September) sampai 89 persen ( Februari) seperti disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.10

Kelembaban udara maksimum, Minimum dan rata-rata menurut bulan yang tercatat pada stasiun Klimatologi Kenten Palembang tahun2012

No Bulan Kelembaban Udara

Minimum Maksimum Rata-rata

1 Januari 53.0 98.0 85.0 2 Februari 63.0 99.0 89.0 3 Maret 57.0 98.0 86.0 4 April 46.0 98.0 85.0 5 Mei 53.0 97.0 83.3 6 Juni 47.0 99.0 81.0 7 Juli 50.0 99.0 80.0 8 Agustus 47.0 99.0 76.0 9 September 42.0 93.0 72.0 10 Oktober 45.0 98.0 80.0 11 Nopember 58.0 98.0 86.0 12 Desember 63.0 100.0 88.0 Rata - rata 52.0 98.0 82.6

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kenten Palembang

4.7 Kondisi Sosial Dan Ekonomi

Dalam pembangunan suatu daerah dana diperoleh dari AnggaranPandapatan Belanja Negara (APBN) dan dari AnggaranPendapatan Belanja Daerah (APBD). Kontribusi APBD lebih rendah dibandingkan APBN. Diharapkan dimasa datang APBD akan menjadi sumber yang dominan bagi pembangunan daerah Palembang. Realisasi penerimaan APBD Palembang tahun 2012 mencapai 2.243.035.394.663,95 rupiah atau naik sebesar 18,35 persen bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp. 1.895.258.997.277,09. Realisasi penerimaan APBD tahun 2012 berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan penerimaan lainnya yang terdiri atas sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, sumbangan dan bantuan, serta penerimaan pembangunan. Besarnya penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 521.132.742.062,57 atau sebesar 23,23 persen dari total penerimaan APBD. Bagian yang terbesar dari realisasi penerimaan APBD berasal

(12)

dari Dana Perimbangan sebesar 55,45 persen, dengan nilai Rp. 1.243.859.361.631.

4.7.1 Realisasi Pengeluaran APBD

Realisasi pengeluaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Palembang tahun anggaran 2012 sebesar Rp. 1.737.110.781.457,83 terdiri dari realisasi pengeluaran untuk belanja operasional sebesar Rp. 1.715.173.924.003,83 dan pengeluaran untuk belanja modal sebesar Rp. 21.652.957.454 dan belanja tidak terduga sebesar 4.000.000.000 rupiah Pengeluaran APBD Palembang tahun anggaran 2012 mengalami penurunan sebesar 7,37 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 1.874.648.437.024,91.

Tabel 4.11

Realisasi Penerimaan Daerah menurut Jenis Penerimaan di Kota Palembang Tahun 2012

Uraian Anggaran Realisasi

TOTAL PENDAPATAN (1 + 2 + 3)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 521.132.742.063,07 1.1Pajak Daerah 277.576.226.690,00 333.104.821.406,50 1.2Retribusi Daerah 85.650.629.874,31 106.420.252.528,46 1.3Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang di Pisahkan

25.570.000.000,00 27.403.396.984,25 1.4Lain-lain Penerimaan Daerah

yang Sah

69.736.957.267,00 54.204.271.143,36

2. Pendapatan Transfer 1.243.859.361.631,00

2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

201.413.735.779,00 273.276.674.631,00 2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 934.084.157.000,00 934.084.157.000,00 2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 36.498.530.000,00 36.498.530.000,00 3. Lain-lain Pendapatan Daerah

yang Sah

478.043.290.970,00

3.1 Pendapatan Hibah 4.299.850.713,00

3.2 Dana Darurat 0,00

3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan PEMDA Lainnya

125.401.939.014,69 135.918.400.955,38 3.4 Dana Penyesuaian dan

Otonomi Khusus

169.886.328.480,00 259.279.204.000,00 3.5 Bantuan Keuangan dari

Propinsi atau PEMDA Lainnya

69.818.230.084,00 78.545.834.302,00

(13)

Tabel 4.12

Realisasi Pengeluaran Daerah Otonom Kota Palembang Berdasarkan Kinerja Tahun 2012

Jenis Belanja Anggaran Realiasi

BELANJA DAERAH ( 1 + 2 + 3 + 4 ) 1. BELANJA OPERASI

1.1Belanja Pegawai 1.199.178.018.593 1.258.388.527.940 1.2Belanja Barang dan jasa 406.008.009.245 411.697.484.663

1.3Belanja Bunga 0,00 0,00

1.4Belanja Subsidi 0,00 0,00

1.5Belanja Hibah 42.903.474.800 43.442.883.800

1.6Belanja Bantuan Sosial 432.000.000.000 1.645.027.600 1.7Belanja Bantuan Keuangan 1.000.000.000 0,00

2. BELANJA MODAL 18.020.000.000 21.652.957.454

2.1Belanja Tanah

2.2Belanja Peralatan dan Mesin 2.3Belanja Gedung dan Bangunan 2.4Belanja Jalan, Irigasi dan

Jaringan

2.5Belanja asset Tetap lainnya 2.6Belanja Asset lainnya

3. BELANJA TIDAK TERDUGA 4.000.000.000 283.900.000 4. TRANSFER

4.1Bagi hasil pajak kepada prov/kab/kota/desa

125.401.939.014 4.2Bagi hasil retribusi kepada

prov/kab/kota/desa

(14)

Tabel 4.15

Pendapatan Regional Per Kapita Kota Palembang Tahun 2002 – 2012

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000

Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

2002 9.365.707 6.929.777 7.056.896 5.776.983 2003 10.705.818 7.910.970 7.314.303 6.052.578 2004 12.121.790 9.118.313 7.683.899 6.450.235 2005 15.052.436 10.572.890 8.013.908 6.828.215 2006 17.714.309 12.185.578 8.380.601 7.238.432 2007 20.230.261 14.109.410 8.813.116 7.710.612 2008 24.462.150 16.543.143 9.276.834 8.173.198 2009 25.918.790 18.288.409 9.647.392 8.565.981 2010 29.520.621 20.794.780 10.172.809 9.098.075 2011 32.670.008 25.273.653 11.048.655 9.976.628 2012 36.776.550 29.048.651 11.737.551 10.709.877 Sumber : BPS Kota Palembang 2013

Tabel 4.16

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang Tahun 2002 -2012

Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi

Dengan Migas Tanpa Migas

2002 5.48 6.48 2003 5.44 6.58 2004 6.42 7.96 2005 7.05 8.65 2006 6.95 8.42 2007 7.15 8.54 2008 6.93 7.68 2009 5.60 6.42 2010 6.64 7.42 2011 9.71 10.77 2012 8.86 10.00

(15)

Tabel 4.13

Realisasi Pembiayaan Daerah Otonom Kota Palembang Berdasarkan Kinerja Tahun 2012

Jenis Pengeluaran/ Type of Expenditure Realiasi Pengeluaran/Realization of Expenditure

TOTAL PEMBIYAAN DAERAH (1 + 2 + 3) 475.911.469.159

1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 173.048.976.126

1.1Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun lalu

173.048.976.126

1.2Pencairan Dana Cadangan 0,00

1.3Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan

0,00

1.4Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00

1.5Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

0,00

1.6Penerimaan Piutang Daerah 0,00

1.7Lainnya……….. 0,00

2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 100.779.122.573

2.1Pembentukan Dana Cadangan 0,00

2.2Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

40.400.000.000

2.3Pembayaran Pokok Utang 60.379.122.573

2.4Pemberian Pinjaman Daerah 0,00

2.5Lainnya………. 0,00

3. SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAN

202.083.370.459 Sumber : Palembang Dalam Angka 2013

Tabel 4.14

Produk Domestik Regional Bruto Kota Palembang Tahun 2002 – 2012

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas 2002 14.460.830 10.699.707 10.895.982 8.919.772 2003 16.815.478 12.425.650 11.488.473 9.506.699 2004 19.287.621 14.508.630 12.226.258 10.263.311 2005 24.595.162 17.269.160 13.089.463 11.152.820 2006 29.591.538 20.355.861 13.999.693 12.091.712 2007 34.429.082 24.012.247 14.998.693 13.122.385 2008 42.290.513 28.600.021 16.037.922 14.129.941 2009 45.500.993 32.105.696 16.936.204 15.037.763 2010 52.412.794 36.920.379 18.061.454 16.153.302 2011 58.592.439 45.327.352 19.815.350 17.892.709 2012 67.584.231 53.382.678 21.570.086 19.681.530

(16)

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KOTA PALEMBANG

5.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 5.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah.

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Fungsi dari tujuan ini antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar arahan penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Tujuan penataan ruang dirumuskan dengan didasarkan pada visi dan misi kota, karakteristik wilayah kota dan isu strategis kota.

Mengacu pada arah pembangunan jangka panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, kondisi dan potensi Kota Palembang, maka tujuan pengembangan wilayah Kota Palembang adalah :

1. Mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan menuju Palembang Kota Internasional, berkualitas dan berbudaya.

2. Mewujudkan tata ruang kota Palembang yang menunjang pengembangan kota sebagai Kota Tepian Sungai.

3. Meningkatkan peran kota sebagi pusat kegiatan nasional yang mampu melayani masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

4. Mewujudkan keseimbangan pengembangan pembangunan antar wilayah, baik antara Palembang Ilir dengan Palembang Ulu maupun pusat kota dengan pinggiran kota.

5. Mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kota dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata.

7. Mewujudkan kawasan strategis kota yang menunjang pertumbuhan ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan dan warisan budaya.

5.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota, sedangkan fungsi dari kebijakan tersebut antara lain sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

(17)

Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kota antara lain sebagai dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kota serta penetapan kawasan strategis kota, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW Kota dan sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

5.1.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota.

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang kota terdiri dari kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kota serta kebijakan dan strategi pengembangan prasarana dan sarana kota.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan

Kebijakan pengembangan sistim pusat-pusat pelayanan, adalah:

1. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota yang seimbang dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi dan peran kota serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional.

2. Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain.

Strategi pengembangan pusat pelayan kota yang seimbang dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi dan peran kota serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam wilayah kota, provinsi maupun nasional sebagaimana huruf (1), adalah:

a. Membagi, menetapkan dan mengembangkan 2 Pusat Pelayanan Kota (PPK),

yaitu PPK Pusat Kota dan PPK Jakabaring. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka pencapaian pengembangan wilayah yang seimbang antara wilayah Seberang Ilir dengan Seberang Ulu. Strategi akan dilaksanakan melalui pelaksanaan program-program yang memacu pengembangan wilayah di Jakabaring dan pengendalian perkembangan di Pusat Kota Palembang.

b. Mengembangkan kegiatan yang berfungsi sebagai fungsi primer. Strategi ini

ditujukan untuk mengembangkan kegiatan yang berfungsi primer di lokasi Pusat Pelayanan Kota sehingga kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan pelayanan dalam skala kota, regional, nasional dan internasional, sesuai dengan fungsi Kota Palembang sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Strategi Pengembangan sub pusat pelayanan kota dan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata, seimbang dan efisien yang saling terkait satu sama lain sebagaimana disebutkan pada huruf (2) adalah:

a. Membagi, menetapkan dan mengembangkan kota Palembang menjadi 9 SWK (Sub Wilayah Kota). Strategi ini ditujukan agar pengembangan wilayah dapat dilaksanakan secara seimbang dan merata, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kegiatan yang berfungsi sekunder.

(18)

b. Mengembangkan kegiatan ekonomi pada masing-masing SWK yang mampu mendorong perkembangan wilayah dan menyerap tenaga kerja pada SWK tersebut. Strategi ini ditujukan agar terjadi pergeseran kegiatan ekonomi yang selama ini terpusat di pusat kota menjadi menyebar ke seluruh sub wilayah kota.

c. Meningkatkan ketersediaan fasilitas pada masing-masing sub wilayah kota sesuai dengan skala pelayanan dan daya dukung kawasan. Strategi ini diharapkan bisa mendorong perkembangan sub wilayah kota agar lebih mandiri dalam menyediakan ruang untuk kegiatan ekonomi.

d. Mendorong pembangunan di Sub Wilayah Kota yang letaknya di pinggiran dan mengendalikan pembangunan fisik di SWK Pusat Kota. Strategi ini dilaksanakan agar beban pusat kota semakin berkurang dan disisi lain perkembangan wilayah pinggiran kota menjadi lebih cepat.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota.

Kebijakan pengembangan sistem prasarana dan sarana kota adalah Peningkatan ketersediaan jaringan prasarana dan sarana kota yang berkualitas, merata, sesuai prioritas dan daya dukung, meliputi:

1. Peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong

kegiatan penduduk melalui peningkatan prasarana dan sarana transportasi dan keterpaduan antar moda.

2. Pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman

dan murah.

3. Peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir

dengan sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien.

4. Peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan

berkelanjutan.

5. Pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah

menjadi barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah.

6. Peningkatan layanan telekomunikasi ke seluruh penjuru kota sesuai

kebutuhan dengan seminimal mungkin mengurangi ketersediaan ruang terbuka.

7. Peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana pengembangan

jaringan jalan dan pusat kegiatan penduduk.

8. Pemerataan sarana pendidikan sesuai dengan skala pelayanan dan

kebutuhan penduduk disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan.

9. Peningkatan ketersediaan sarana kesehatan yang berkualitas, merata dan

terjangkau.

10.Peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi kota dan penyerapan tenaga kerja.

11.Peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi.

12.Peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan

(19)

Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota, strategi untuk peningkatan kelancaran mobilitas antar wilayah dalam rangka mendorong kegiatan penduduk melalui peningkatan prasarana dan sarana transportasi dan keterpaduan antar moda sebagaimana disebut angka 1 diatas adalah: a. Membangun jalan-jalan baru dan meningkatkan kualitas jalan yang sudah

ada. Strategi ini dilaksanakan untuk memperlancar arus lalulintas. Penyebab utama dari kemacetan lalu lintas adalah pertumbuhan kendaraan yang jauh melebihi pertumbuhan jalan. Selain itu adanya ruas-ruas jalan yang kurang baik akan menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama sehingga diperlukan program peningkatan kualitas jalan.

b. Meningkatkan fasilitas jalan seperti rambu, lampu, marka, dan sebagainya. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan keteraturan, keamanan dan kenyamanan lalu lintas.

c. Mengembangkan jaringan rel kereta api antar kota dan kereta api perkotaan. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi angkutan kereta api. Sebagaimana diketahui bahwa angkutan kereta api mempunyai kelebihan dalam beberapa hal antara lain kapasitas muatannya yang lebih besar daripada angkutan darat lainnya.

d. Merevitalisasi sistem angkutan sungai agar berfungsi kembali sebagai urat nadi perekonomian kota dan jalur transportasi alternatif. Strategi ini ditujukan untuk mengembalikan kejayaan angkutan sungai di Kota Palembang. Sejak lama angkutan sungai di kota ini telah menjadi sarana transportasi dan perdagangan. Dengan meningkatnya fungsi angkutan sungai, diharapkan akan mengurangi kepadatan transportasi darat.

e. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas transportasi udara. Transportasi udara sangat penting bagi aksesibilitas kota Palembang yang menghubungkan Kota Palembang dengan kota-kota lain di Indonesia dan dunia, oleh karena itu perlu dikembangkan daya tampung dan kualitasnya. f. Meningkatkan kualitas manajemen sistem transportasi. Strategi ini

dilaksanakan agar sistem transportasi bisa lebih terpadu, efisien dan berkelelanjutan.

Strategi untuk pengembangan angkutan umum yang bersifat masal yang aman, nyaman dan murah sebagaimana disebut dalam angka 2 diatas adalah:

a. Mengembangkan angkutan masal yang sesuai dengan karakteristik kota. Strategi pengembangan angkutan masal merupakan salah satu upaya dalam hal mengurangi kemacetan lalu lintas. Dipilihnya angkutan busway dan monorail, dikarenakan jenis moda ini yang saat ini paling mudah untuk dilaksanakan, membutuhkan ruang yang relatif tidak terlalu besar dan mempunyai kapasitas angkut yang cukup besar.

b. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung

angkutan masal (terminal, halte, dll). Angkutan umum/masal

membutuhkan sarana-prasarana pendukung antara lain jalur, halte, marka, pos pelayanan dan terminal.

(20)

Strategi untuk peningkatan fungsi jaringan drainase sebagai sarana pengendalian banjir dengan sistem jaringan drainase yang terpadu, berhirarki dan efisien sebagaimana disebut dalam angka 3 diatas, adalah:

a. Pembangunan dan peningkatan saluran primer, sekunder dan saluran lingkungan sesuai dengan kondisi kawasan, berhirarki dan saling terkait satu sama lain. Fungsi saluran drainase sangat vital sebagai pengendali aliran air dan banjir.

b. Memanfaatkan dengan baik jaringan drainase alami baik sungai, anak sungai maupun rawa. Strategi ini ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari adanya drainase alami. Sebagaimana diketahui bahwa Kota Palembang dilalui banyak sungai. Sungai-sungai yang besar antara lain Sungai Musi, Sungai Ogan dan Sungai Komering. Anak-anak sungai yang cukup besar antara lain Sungai Sekanak, Sungai Bendung, Sungai Lambidaro, Sungai Aur dan lainnya. Anak-anak sungai ini mengalami penurunan fungsi drainase akibat adanya sedimentasi, sampah dan tumbuhan liar. Upaya-upaya normalisasi sungai dan anak sungai perlu terus dilakukan agar sungai dapat berfungsi dengan baik.

c. Pengelolaan rawa dibagi menjadi rawa konservasi, rawa budidaya dan rawa reklamasi. Strategi ini dilaksanakan agar pemanfaatan rawa menjadi lebih jelas dan dapat disosialisasikan dengan mudah kepada masyarakat. Peraturan daerah tentang rawa sudah dibuat dan sudah ada delineasi yang jelas mengenai lokasi rawa yang bole direklamasi, rawa yang boleh dibudidayakan dan rawa yang merupakan rawa konservasi.

Strategi untuk peningkatan pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan berkelanjutan sebagaimana disebut angka 4 diatas, adalah: a. Menambah kapasitas produksi air bersih. Strategi ini merupakan strategi

paling utama dalam rangka peningkatan cakupan layanan air bersih. Kapasitas produksi dapat dilakukan dengan membangun Instalasi Pengelolaan Air bersih di lokasi-lokasi yang belum terjangkau layanan selama ini.

b. Membangun jaringan distribusi baru dan perbaikan jaringan yang sudah tua.

c. Mengurangi tingkat kebocoran air. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan tanpa menambah kapasitas, akan tetapi mengurangi tingkat kebocoran baik teknis maupun non teknis.

Strategi untuk pengelolaan sampah dengan baik dan meningkatkan nilai tambah sampah menjadi barang yang berguna, serta mengurangi dampak negatif akibat sampah sebagaimana disebut angka 5 diatas, adalah:

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana pengelolaan

sampah. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan layanan persampahan. Prasarana dan sarana persampahan yang sudah ada saat ini meliputi alat pengumpul, alat pengangkut dan penampungan akhir. Seiring dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya kegiatan penduduk, maka timbulan sampah dipastikan akan selalu meningkat, maka

(21)

diperlukan program-program dalam rangka meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang berkualitas dan memadai.

b. Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan

sampah. Sebagaimana diketahui, bahwa sampah merupakan produk masyarakat, maka agar pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilaksanakan upaya-upaya meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat agar dapat mengelola sampah yang dihasilkannya mulai dengan kesadaran untuk mengurangi produksi sampah, membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, memanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah.

Strategi untuk peningkatan layanan telekomunikasi ke seluruh penjuru kota sesuai dengan kebutuhan tanpa mengurangi ketersediaan ruang terbuka sebagaimana disebut angka 6 diatas adalah:

a. Mengembangkan jaringan telepon bawah tanah. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan layanan telekomunikasi dengan memanfaatkan sedikit ruang.

b. Mengembangkan jaringan telepon seluler/nirkabel dengan membangun menara bersama. Saat ini pertumbuhan menara telepon seluler cukup pesat di Kota Palembang. Perkembangan ini akan membawa dampak pada berkurangnya ruang terbuka dan ada beberapa menara yang didirikan tidak sesuai dengan rencana tata ruang kawasan. Untuk mengurangi dampak tersebut, maka dilakukan dengan cara pendirian menara seluler yang bisa dipakai bersama.

Strategi untuk peningkatan ketersediaan energi serasi dengan rencana pengembangan jaringan jalan dan pusat kegiatan penduduk sebagaimana disebut angka 7 diatas adalah:

a. Mengembangkan jaringan energi sesuai dengan pengembangan jaringan jalan dan memperhatikan sistem permukiman kota. Strategi diterapkan agar pemenuhan kebutuhan energi kepada masyarakat bisa lebih optimal dan berkelanjutan, meminimalkan kebutuhan ruang dan memadukan dengan jaringan prasarana yang lain (jalan, telepon, air bersih, drainase). b. Mengembangkan jaringan gas rumah tangga. Strategi ini dilaksanakan

untuk mendukung kebijakan pemerintah mengenai penggunaan gas sebagai sumber energi rumah tangga.

Strategi untuk pemerataan sarana pendidikan sesuai dengan skala pelayanan dan kebutuhan penduduk disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan sebagaimana disebut angka 8 diatas adalah:

a. Membangun sarana sekolah dan sarana pendukungnya di pusat-pusat

permukiman. Strategi ini diterapkan agar sekolah dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk.

(22)

Strategi untuk peningkatan ketersediaan sarana kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau sebagaimana disebut angka 9 diatas adalah:

a. Membangun sarana kesehatan sesuai dengan skala pelayanan dan

kebutuhan penduduk. Strategi ini ditujukan untuk menyediakan sarana kesehatan secara merata, sesuai dengan daya dukung penduduk dan tingkat pelayanan yang akan diberikan.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Strategi dapat dilaksanakan

melalui serangkaian program dan kegiatan antara lain peningkatan kualitas tenaga kesehatan, kualitas pelayanan puskesmas dan rumah sakit.

Strategi untuk peningkatan kegiatan perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kota dan penyerapan tenaga kerja sebagaimana disebut angka 10 diatas adalah:

a. Meningkatkan ketersediaan sarana perdagangan disertai fasilitas

pendukungnya. Sarana perdagangan sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan sektor perdagangan, sehingga perlu dikembangkan sarana perdagangan yang letaknya strategis dan didukung fasilitas yang memadai.

b. Menyediakan ruang-ruang untuk pengembangan sektor informal. Strategi

ini ditujukan untuk menata keberadaan sektor informal, terutama pedagang-pedagang kaki lima dan usaha-usaha informal lainnya.Sektor informal harus tetap dikembangkan karena dapat menyerap banyak tenaga kerja, hanya saja perkembangan tersebut perlu diikuti dengan upaya-upaya penataan.

Strategi untuk peningkatan kegiatan peribadatan dengan penuh toleransi sebagaimana disebut angka 11 diatas adalah:

Membangun sarana ibadah sesuai dengan kebutuhan penduduk di lokasi pusat-pusat permukiman dan kegiatan penduduk.

Strategi untuk peningkatan ruang untuk fasilitas olah raga dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan prestasi olah raga sebagaimana disebut angka 12 diatas adalah:

a. Memanfaatkan ruang terbuka sebagai sarana olah raga dan rekreasi. Strategi ini dilakukan agar kegiatan olah raga dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang terbuka khususnya ruang non hijau seperti halaman dan tanah-tanah kosong.

b. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas sarana olah raga yang sudah ada. Beberapa sarana olah raga resmi seperti stadion dan lapangan olah raga akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

5.1.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

(23)

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung adalah:

1. Pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung

2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan dan kawasan lindung.

Strategi pengembangan kawasan lindung

Strategi untuk pelestarian kawasan yang akan difungsikan sebagai kawasan lindung sebagaimana disebut angka 1 adalah:

a. Identifikasi kawasan kota yang dapat difungsikan sebagai kawasan lindung. Kawasan lindung di perkotaan akan diidentifikasi mengenai luasannya dan lokasinya agar lebih mudah dalam penetapannya.

b. Menetapkan lokasi dan delineasi kawasan lindung kota. Kawasan lindung perlu didelineasi secara pasti kemudian ditetapkan agar tetap terjaga keberadaannya.

c. Mewujudkan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota. Strategi ini dilaksanakan untuk mewujudkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30% seperti yang diamanatkan Undang-undang penataan ruang, karena RTH merupakan salah satu unsur kawasan lindung.

Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan dan kawasan lindung sebagaimana disebut angka 2 adalah:

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Strategi ini akan berpengaruh nyata terhadap pelestarian kawasan lindung, karena apabila masyarakat menyadari pentingnya pelestarian kawasan lindung, maka mereka mempunyai rasa memiliki. b. Menerapkan disinsentif pada kawasan-kawasan lindung. Strategi disinsentif

ini dapat dilakukan melalui minimalisasi prasarana dan sarana di kawasan lindung, pengenaan aturan-aturan yang ketat, dan sebagainya.

c. Membangun jalur hijau atau buffer di sekeliling kawasan yang tidak boleh dibangun (rawa konservasi, kolam retensi, areal TPA sampah).

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya.

Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya.

Peningkatan dan pengembangan kawasan budidaya secara serasi, terpadu, efisien, produktif dan berkelanjutan, meliputi:

1. Pengembangan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau.

2. Pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik

3. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing

4. Pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang lengkap

(24)

5. Pengembangan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi, karakteristik dan jenis wisata unggulan

6. Pengembangan kawasan pertanian yang mampu meningkatkan

produktivitas sektor pertanian.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Strategi untuk pengembangan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau sebagaimana disebut angka 1 adalah:

a. Mendorong pengembangan perumahan di wilayah baru dengan pola Kasiba/Lisiba. Pengembangan kawasan dengan pendekatan Kasiba-Lisiba diharapkan akan bida menyediakan permukiman dan perumahan kepada penduduk secara terpadu dan efisien.

b. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa lahan di pusat kota semakin mahal dan terbatas, sehingga diperlukan intensifikasi pemanfaatan lahan melalui pembangunan secara vertikal.

c. Menata, merehabilitasi dan meremajakan kawasan

perumahan/permukiman yang rendah kualitas lingkungannya. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

d. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan.

Strategi untuk pengembangan kawasan perkantoran/pemerintahan yang terpadu, efisien dan lengkap dalam rangka meningkatkan pelayanan publik sebagaimana disebut angka 2, adalah:

Menempatkan kantor pemerintahan didalam satu lokasi yang terpadu dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Strategi ini dilaksanakan agar pelayanan publik dapat dilaksanakan secara lebih efisien. Masyarakat akan dapat langsung menuju pada satu lokasi pusat pemerintahan. Peletakan pusat pemerintahan dalam satu lokasi juga akan lebih memudahkan koordinasi dan komunikasi.

Strategi untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing sebagaimana disebut angka 3, adalah:

a. Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kuallitas pelayanannya dengan tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang telah ditetapkan.

b. Meletakan kawasan perdagangan dan jasa di lokasi yang strategis, nyaman dan berdaya saing. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang sangat tergantung dari nilai strategis lokasi, terutama aksesibilitas.

c. Mendorong perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada pusat-pusat primer dan sekunder. Strategi ini ditujukan untuk mendorong

(25)

terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan di masing-masing pusat sub wilayah kota.

Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan industri yang efisien, produktif dan berkelanjutan serta didukung dengan prasarana dan sarana yang lengkap sebagaimana disebut angka 4, adalah:

a. Mengidentifikasi jenis industri yang sudah berkembang dan yang akan dikembangkan, kemudian membentuk kluster-kluster industri dan ditempatkan dalam lokasi-lokasi sesuai dengan klusternya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing industri.

b. Mengembangkan industri berwawasan lingkungan. Proses produksi industri selama ini cenderung menjadi faktor utama pencemaran baik udara, air maupun tanah. Semakin banyak kegiatan industri dikhawatirkan akan meningkatkan kadar pencemaran, oleh karena itu perlu dikembangkan industri-industri yang ramah lingkungan.

c. Menempatkan kawasan industri di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku, sumber tenaga kerja, jalan arteri dan pemasaran. Stategi ini dilaksanakan agar kinerja sektor industri menjadi lebih efisien, mengurangi tingkat mobilitas sumber daya industri dan meningkatkan daya saing industri.

d. Merelokasi kawasan industri yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Di beberapa kawasan terdapat industri-industri yang

sekarang ini sudah berlokasi dekat dengan lingkungan

perumahan/permukiman dan di lokasi yang sudah tidak diperuntukan sebagai kawasan industri, oleh karena itu perlu dilakukan relokasi terhadap industri tersebut, minimal tidak lagi ada industri baru.

Strategi untuk pengembangan kawasan pariwisata sesuai dengan potensi, karakteristik dan jenis wisata unggulan, sebagaimana disebut angka 5, adalah:

a. Mengidentifikasi, menetapkan dan delineasi kawasan-kawasan pariwisata.

Strategi ini dilaksanakan agar kawasan pariwisata dapat dikembangkan secara khusus dan fokus tidak tercampur dengan pemanfaatan lain.

b. Mengembangkan wisata MICE (Meeting, Insentive, Convention, Exibition).

Saat ini telah sangat berkembang wisata jenis ini di Kota Palembang, dan untuk di masa mendatang wisata ini sangat potensial sebagai salah satu jenis wisata yang bisa menarik banyak wisatawan. Pemerintah hanya harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung wisata ini.

c. Melestarikan kawasan wisata sejarah dan budaya Kota Palembang. Banyak

sekali obyek wisata sejarah di Kota Palembang yang sangat potensial untuk dikembangkan.

d. Melengkapi kawasan pariwisata dengan fasilitas yang mendukung. Strategi

ini dilaksanakan untuk meningkatkan daya tarik obyek wisata yang sudah ada. Banyak obyek wisata yang menjadi kurang menarik karena kurangnya fasilitas pendukung.

(26)

Strategi untuk pengembangan kawasan pertanian yang mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagaimana disebut angka 6, adalah:

a. Mempertahankan lahan produktif dari alih fungsi lahan menjadi lahan

terbangun. Strategi ini sangat penting karena lahan pertanian subur semakin terbatas, sehingga apabila terjadi alih fungsi lahan tersebut, maka akan mengurangi lahan pertanian subur yang akan berdampak pada luas tanaman dan mengurangi hasil pertanian.

b. Mengembangkan kegiatan pertanian selain padi antara lain palawija dan

buah-buahan. Struktur tanah di Kota Palembang cocok untuk dikembangkan budidaya palawija dan buahan. Palawija dan buah-buahan dapat dibudidayakan di lahan pertanian yang tidak perlu adanya irigasi teknis, bahkan bisa dilakukan di pekarangan.

c. Memanfaatkan lahan pasang surut sebagai lahan pertanian. Sebagaimana

diketahui bahwa sebagian lahan di Kota Palembang adalah rawa dan lahan pasang surut. Lahan ini bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

d. Mengembangkan kegiatan sektor peternakan dan perikanan. Sebagian

lahan di Kota Palembang juga berupa air, sehingga cocok sebagai area budidaya perikanan darat.

e. Memanfaatkan teknologi budidaya pertanian. Strategi ini dilaksanakan

untuk meningkatkan hasil pertanian tanpa menambah lahan pertanian. Pemanfaatan teknologi pertanian akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

f. Mengembangkan konsep agropolitan sebagai pengembangan kawasan

pertanian terpadu.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota. A. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

Peningkatan potensi kawasan strategis sebagai kawasan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kota, tempat pelestarian budaya dan pengelolaan lingkungan hidup.

B. Strategi Pengembangan Kawasan strategis

1. Mengidentifikasi dan menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan

kriteria penetapan kawasan strategis

2. Menyusun rencana tata ruang kawasan strategis sebagai tindak lanjut

3. Identifikasi potensi kawasan strategis dilanjutkan dengan perencanaan

program pengembangan kawasan strategis.

4. Memprioritaskan pengembangan Kawasan Strategis dengan konsep

keterpaduan

5.1.5 Rencana Struktur Ruang.

Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki sampai 20 tahun mendatang yang satu sama lain dihubungkan sistem jaringan prasarana wilayah kota. Memperhatikan definisi tersebut, maka rencana struktur ruang wilayah Kota Palembang terdiri

(27)

dari rencana sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota dan rencana sistem jaringan prasarana kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :

a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota.

b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota.

c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 tahun.

Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota A. Pusat Pelayanan Kota.

1. Sub Wilayah Kota (SWK) Pusat Kota sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). Sub wilayah kota Pusat Kota ini terdiri dari 44 Kelurahan dengan pusat SWK di sekitar pasar 16 Ilir. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota karena hingga saat ini masih terdapat fungsi-fungsi primer pelayanan kota, yang melayani tidak saja dalam wilayah kota Palembang akan tetapi juga wilayah regional dan nasional.

2. Sub Wilayah Kota (SWK) Jakabaring sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK). SWK ini terdiri dari 17 Kelurahan dengan pusat SWK di sepanjang koridor Jl. Gubernur Bastari. SWK ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota baru, karena kondisi eksisting sudah mulai banyak terdapat pusat-pusat pelayanan yang mampu melayani skala kota dan regional. Apalagi dengan adanya rencana kawasan ini dijadikan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan.

B. Sub Pusat Pelayanan Kota.

1. Sub Wilayah Kota (SWK) Alang-alang Lebar, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6 kelurahan.

2. Sub Wilayah Kota (SWK) Sukarami sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan dengan pusat SWK di sekitar Kebun Bunga dan sepanjang koridor jalan Kol.Burlian.

3. Sub Wilayah Kota (SWK) Kertapati, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 6 kelurahan dengan pusat SWK di sekitar stasiun Kertapati.

4. Sub Wilayah Kota (SWK) Gandus, sebagai Sub-PPK, terdiri dari 2 kelurahan dengan pusat SWK di sekitar kantor kecamatan Gandus.

5. Sub Wilayah Kota (SWK) Plaju sebagai Sub-PPK, terdiri dari 7 kelurahan, dengan pusat SWK di sekitar Pasar dan Terminal Plaju.

6. Sub Wilayah Kota (SWK) Lemabang, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan dengan pusat SWK di sekitar Pasar Lemabang.

7. Sub Wilayah Kota (SWK) Sako, sebagai Sub-PPK, meliputi 9 kelurahan dengan pusat pelayanan di sekitar Pasar Sako.

(28)

C. Pusat Pelayanan Lingkungan.

Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama di kawasan-kawasan permukiman atau pusat pemerintahan kelurahan.

5.1.6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana.

A. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi. 1. Transportasi Darat.

a. Transportasi Jalan Raya. 1) Rencana Jaringan Jalan a) Kebutuhan Jalan

Perkiraan kebutuhan prasarana jalan didasarkan pada ketentuan bahwa kebutuhan luas jalan dihitung dari 20 % luas lahan terbangun. Panjang jalan merupakan hasil pembagian luas jalan dengan lebar jalan rata-rata. Lebar rata-rata jalan nasional sebesar 12 meter, jalan propinsi sebesar 12 meter dan jalan kota sebesar 10 meter. Jadi lebar rata-rata jalan di Kota Palembang adalah 10,67 meter atau 0,01067 km. Perkiraan kebutuhan panjang jalan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Pj : Panjang jalan yang dibutuhkan

L : Luas lahan terbangun

Luas lahan terbangun pada tahun 2007 adalah 12.386 Ha atau

123,86 km2, dengan demikian kebutuhan luas jalan adalah seluas 2.477

Ha atau 24,77 km2. Berdasarkan perhitungan tersebut maka luas jalan

yang ada di Kota Palembang kekurangan sebesar 16,21 km2 atau

1.620,71 Ha dimana panjang jalan yang ada saat ini telah mencapai

802,52 km atau sekitar 8,56 km2 (856,29 Ha). Dari gambaran tersebut

terlihat bahwa adanya kekurangan luas jalan yang cukup besar di Kota Palembang. Kekurangan ini mengakibatkan hubungan antar bagian wilayah kota tidak erat.

b) Rencana Sistem Jaringan Jalan. xL Pj 0,2

(29)

Gambar 5.1. Sistem jaringan Jalan Primer

Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang tergolong dalam sistem jaringan primer adalah:

1. Jalan Arteri Primer di Kota Palembang, meliputi:

- Jalan yang menghubungkan PKN dengan PKW (Kayuagung,

Muara Enim, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat) antara lain adalah Jl. Yusuf Singedikane, Jl. Sriwijaya Raya, Jl. Alamsyah RP, Jl. Mahmud Badarudin, Jl. Gubernur Bastari, Jl. Lingkar Selatan, Jl. Sukarno-Hatta, Jl. Raya Perumnas-Terminal Alang-Alang Lebar.

- Jalan menuju Bandara dan Pelabuhan primer (Tanjung Api-Api)

adalah Jl. Harun Sohar, Jl. Akses Bandara, , Jl. Tanjung Api-Api. 2. Jalan Kolektor Primer di Kota Palembang, yaitu jalan yang terhubung

dengan kawasan fungsi primer II (Boom Baru, PUSRI, Pertamina, Terminal Plaju, Terminal Jakabaring, Pasar Induk, CBD, pelabuhan 35 Ilit), antara lain, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Yos Sudarso, Jl. Residen A. Rozak (Patal Pusri), Jl. RE Martadinata, Jl. Yos Sudarso,

(30)

Jl. Ryacudu, Jl. Pangeran Ratu, Jl. Ahmad Yani, Jl. DI. Panjaitan, Jl. Mayor Zen, Jl. AKBP Cek Agus, Jl. Dr. M. Isa, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Kapten Abdullah, Jl. Pangeran Sido Ing Lautan, Jl. Ki Gede Ing Suro Jl. Merdeka.

Gambar 5.2. Sistem jaringan Jalan Sekunder

Dilihat dari kriteria tersebut, maka jalan di Kota Palembang yang termasuk didalam sistem jaringan jalan sekunder adalah:

1. Jalan Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota dengan sub wilayah kota lainnya atau jalan yang berada di kawasan kegiatan skala kota, meliputi, Jl. Angkatan 45, Jl. Demang Lebar Daun, Jl. Parameswara, Jl. Wahid Hasyim, Jl. MP Prabu Negara, Jl. Sudirman, Jl. Kol. H. Burlian, Jl. Ki Merogan. Jl. Basuki Rahmad, Jl. R. Sukamto , Jl. Veteran, Jl. Kapten A.Rivai.

2. Jalan Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan fungsi sekunder II atau kegiatan skala sub wilayah kota (SWK), antara lain, Jl. Radial, Jl. POM IX, Jl. KH Azhari, Jl. Panca Usaha, Jl.Dempo, Jl. Rasyad Nawawi, Jl. Sosial, Jl. Sukabangun, Jl. Bambang Utoyo, Jl. Musi Raya Sako, Jl. Sudarman Ganda Subrata,

(31)

Jl. Jaksa Agung R.Suprapto, Jl. Letkol Iskandar, Jl. Kol. Atmo, Jl. Hisbullah, Jl. Tengkuruk Permai, Jl. Srijaya Negara, Jl. Bangau, Jl. Rajawali, Jl. Lingkaran, Jl. Srijaya Negara, Jl. Mayor Ruslan, Jl. Gajah Mada, Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Diponegoro, Jl.Syahyakirti, Jl.TKR Kadir, Rustam Effendi.

3. Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang terhubung dengan kawasan fungsi sekunder III atau kegiatan skala lingkungan (kecamatan), antara lain Jl. Insektur Marzuki, Jl. Sosial, Jl. Perindustrian, Jl. Muhamad Mansyur, Jl. Letnan Murod, Jl. Makrayu Jl. Ahmad Dahlan, Jl. Ratu Sianum, Jl. Sultan Agung, Jl. Mangku Bumi, Jl. Kartika, Jl. Talang Buruk, Jl. Tanjung Barangan, Jl. Sofyan Kenawas, Jl Siarang, dan jalan lokal lainnya.

Rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Kota Palembang antara lain:

1. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Primer.

- Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur, yang menghubungkan

Jl. Tanjung Api-Api sampai ke Plaju-Sungai Gerong dan melewati wilayah Kota Palembang sebelah timur dan sebagian besar masuk ke wilayah Kab, Banyuasin.

- Pembangunan Jalan Lingkar Timur Dalam (Inner Ring Road) yang

menghubungkan kawasan Plaju melewati Pulau Kemarau dan dihubungkan dengan Jembatan Musi IV kemudian ke arah Sungai Lais, Sako, Sukarami dan tembus ke Jl. Tanjung Api-Api.

- Pembangunan Jalan Lingkar luar Barat, yang menghubungkan Jl.

Indralaya-Palembang ke Jl. Palembang-Jambi melewati wilayah Kel. Karyajaya, Keramasan, Pilokerto, Gandus, Bukit Baru dan Siring Agung.

2. Rencana Pembangunan Jalan Tol yaitu Tol Palembang Betung dan Palembang-Indralaya.

3. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Arteri Sekunder, antara lain Jl. Burlian, Jl. M.Prabu Mangkunegara, Jl. M. Isa, dll.

4. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Kolektor 5. Pembangunan dan Pengembangan Jalan Lokal.

c) Penanganan Simpang dan Pembangunan Jembatan.

Kinerja suatu jaringan jalan sangat dipengaruhi oleh kinerja suatu persimpangan. Dengan meminimalkan tundaan dipersimpangan diharapkan waktu tempuh antar zona/kawasan dapat diminimalkan. Kinerja jaringan jalan dapat pula ditingkatkan dengan cara meratakan atau membagi beban suatu penggal ruas jalan (jembatan) dengan cara membangun jembatan yang menghubungkan 2 (dua) wilayah yang sama (Ulu dan Ilir) yang letaknya berdampingan (pada jarak tertentu), sehingga dapat menjadi alternatif lain yang dapat dipilih oleh pemakai jalan.

(32)

Belum adanya determinasi pola pergerakan internal dan eksternal di Kota Palembang, menyebabkan terjadinya tumpang tindih pergerakan pada sistem sekunder yang seyogyanya melayani pergerakan internal.

Pembangunan fly over dan under pass selain memperhatikan aspek

teknis dan ekonomis harus juga memperhatikan aspek lingkungan dan

estetika. Pembangunan fly over sudah dilaksanakan di satu

persimpangan utama, yaitu di Simpang POLDA. Adanya fly over di simpang ini mengurangi kemacetan di kawasan ini cukup signifikan, akan tetapi justru menambah penumpukan lalulintas di simpang Charitas dan Sekip. Untuk itu perlu dilakukan penanganan kembali di simpang-simpang utama yang lain, yaitu simpang R.S. Charitas, simpang Patal Pusri, simpang Ampera Jakabaring, Simpang Tanjung Api-Api, dan simpang Kampus.

Pengembangan jalan lingkar dimaksud, baik yang sudah diimplementasikan maupun yang masih dalam tahap perencanaan terdiri dari pembangunan 6 buah jembatan musi. Prioritas pembangunan jembatan musi tersebut meliputi :

 Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. A. Yani (Kelurahan

13 Ulu) – Jembatan Musi III – Kelurahan 8 Ilir – Jl. M. Isa;

 Rencana pembangunan jalan lingkar Arah Tj. Api-api – Kelurahan

Sukarami – Kelurahan Sukamulya – Kelurahan Sukamaju (Sako) – Kelurahan Sukamulya (Sako) – Kelurahan Sei Selincah (Kalidoni) –

Jembatan Musi IV – Pulau Kemarau;

 Rencana pembangunan jalan lingkar Simpang Jl. Wahid Hasyim

(Kelurahan 2 Ulu) – Jembatan Musi V – Kelurahan 29 Ilir – Jl. Kapt.

A. Riva’i.

 Rencana pembangunan jalan lingkar Kelurahan Karyajaya –

Jembatan Musi VI – Kelurahan Pulo Kerto – Bukit Baru – Siring Agung – Arah Sekayu (Jambi);

2) Manajemen Transportasi Jalan Raya Kota Palembang. a) Pengelolaan Parkir.

Salah satu pengelolaan system transportasi jalan raya adalah

dengan pengelolaan dan pengendalian parkir, baik on street maupun off

street parking. Pengaturan parkir dilakukan dengan cara menetapkan

pembatasan bagi daerah-daerah yang biasa digunakan untuk parkir on

street, mendorong pengembangan fasilitas off street, serta membebaskan kawasan-kawasan rawan macet dari kegiatan parker, terutama di kawasan yang padat kendaraan.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Palembang
Gambar 4.2.  Peta DAS Kota Palembang
Gambar 5.1. Sistem jaringan Jalan Primer
Gambar 5.2. Sistem jaringan Jalan Sekunder
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan didalam dua siklus dengan penggunaan dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD

Server web adalah sebuah perangkat lunak server yang berfungsi menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari klien yang dikenal dengan browser web dan mengirimkan kembali hasilnya

pemberdayaan masyarakat yang bekerja di sektor informal antara lain penerapan konsep community based tourism yang merupakan dasar dari suistainable tourism development yang

Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit HBV akan mengalami hepatitis kronik dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bula n.. H e patitis kroni k da pat be rsifat

Hasil demplot pembuatan sumur paralel dengan pompa 3 inc menghasilkan debit paling besar. Hal ini disebabkan karena spesifik yield akuifer pada daerah

Maka pada penelitian ini digunakan konsep sensor RP LIDAR untuk membangun alat pendeteksi koordinat benda dengan harga yang relatif murah.. Konsep sensor RP LIDAR

Selain itu, tingginya nilai Indeks Keanekaragaman pada Stasiun II dapat dilihat dari nilai Indeks Dominansinya yakni sebesar 0,13 yang berarti tidak ada jenis yang

Tesis ini membahas tentang perilaku pencarian informasi pejabat di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Ambon. Pertanyaan penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi