• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA T A H U N DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA T A H U N DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS

KINERJA

T A H U N 2 0 1 9

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL

(2)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance).

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan dengan menggunakan pedoman penyusunan sistem akuntabilitas kinerja. Pelaporan ini bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Dengan berakhirnya tahun 2019, Direktorat Jenderal Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) menyusun LAKIP Ditjen IKFT Tahun 2019 yang mencakup Rencana Strategis, Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Analisa Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, LAKIP ini disusun sebagai bahan masukan bagi Ditjen IKFT guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jakarta , Februari 2020 Direktur Jenderal

Ttd.

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 1

1.2 Peran Strategis Organisasi ... 5

1.3 Struktur Organisasi ... 7

II. PERENCANAAN STRATEGIS ... 9

2.1 Rencana Strategis Ditjen IKFT Tahun 2015 - 2019 ... 11

2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ... 15

2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ... 19

2.4 Rencana Anggaran ... ... 16

2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja ... .... 20

III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 25

3.1 Capaian Kinerja Organisasi ... 25

3.2 Realisasi Anggaran ... ... 79

3.3 Realisasi Anggaran ... ... 79

IV. PENUTUP ... 85

4.1 Tinjauan Umum ... 85

(4)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan

Pengembangan IKFT Tahun 2015 – 2019 ... 14

Tabel 2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ... 15

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ... 16

Tabel 2.4 Struktur Anggaran Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 ... 18

Tabel 2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja ... 24

Tabel 3.1 Capaian Program Prioritas Ditjen IKFT ... ... 26

Tabel 3.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT ... ... 27

Tabel 3.3 Indikator Tujuan Rencana Strategis ... ... 29

Tabel 3.4 Tenaga Kerja Sektor Industri ... ... 31

Tabel 3.5 Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT ... ... 32

Tabel 3.6 Capaian SS 1 : Meningkatnya Populasi Industri ... ... 34

Tabel 3.7 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri ... ... 37

Tabel 3.8 Capaian SS II : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri ... ... 38

Tabel 3.9 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri ... ... 41

Tabel 3.10 Capaian SS Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT ... ... 42

Tabel 3.11 Capaian SS Perspektif Kapasitas Kelembagaan ... ... 45

Tabel 3.12 Lokasi Bufferstock Kapas Yang Telah Dibentuk ... ... 52

Tabel 3.13 Bimbingan Teknis Desain Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan Aneka ... ... 67

Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019... ... 71

Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017 dan Tahun 2019 .... ... 72

(5)

iv Tabel 3.17 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Sasaran

Strategis... ... ... 83

Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019... ... 71

Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 ... ... 72

(6)

v DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor IKFT (Persen) ... 29 Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun) ... 35 Grafik 3.3 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor IKFT (USD Miliar ... 55

(7)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bangun Industri Nasional ... 6 Gambar 1.2 Bagan Organisasi Ditjen IKFT ... 8 Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2015-2019 ... 12

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Kemajuan industri merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ekonomi suatu negara. Berbeda dengan sektor perdagangan dan keuangan, sektor industri memberikan kontribusi riil terhadap kemakmuran melalui penguasaan teknologi dan barang modal, serta penciptaan lapangan kerja dalam jumlah masif. Penguasaan teknologi dan barang modal memberikan kemampuan penciptaan nilai tambah dan peningkatan daya saing. Sedangkan penciptaan lapangan kerja berkontribusi dalam peningkatan dan pemerataan pendapatan perkapita sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat yang akan berdampak pada sektor perdagangan, jasa, keuangan, perhubungan, dan sektor lainnya.

Dewasa ini permasalahan umum sektor industri ialah masih lemahnya daya saing industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional, belum optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta pembiayaan industri, masih banyaknya ekspor komoditi primer (gas, batu bara, mineral, minyak sawit, kakao, karet, dan kulit), dan belum memadainya dukungan sarana prasarana industri (kawasan industri, jaringan energi dan telekomunikasi, transportasi, dan distribusi).

Maka dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut dan menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWACITA yang terdiri sebagai berikut:

(9)

2

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Selain itu, pada tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Visi tersebut dapat dicapai dengan misi pembangunan industri yakni: (1) meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

(10)

3

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

1. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit dan industri alas kaki. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen IKFT menyelenggarakan fungsi:

2. perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

(11)

4

3. pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

4. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hdau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

5. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

(12)

5

6. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi induski, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

7. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil; dan

8. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKFT tersebut dijabarkan dalam program kegiatan yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2015 – 2019. Seluruh program kegiatan tersebut bersifat aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif yang dilaksanakan sepanjang tahun anggaran 2018 dengan berpedoman pada dokumen-dokumen perencanaan dan evaluasi. Untuk memantau capaian sasaran dan tujuannya, Ditjen IKFT melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya melalui dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Dokumen tersebut memuat sasaran dan tujuan strategis beserta program kegiatan yang diarahkan untuk mendukung tercapainya sasaran dan tujuan tersebut. Oleh karena itu, LAKIP bermanfaat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan kredibel. Sasaran LAKIP adalah untuk menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga birokrasi berjalan secara efisien, efektif, transparan,

(13)

6

dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan manfaat LAKIP bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

1.2.PERAN STRATEGIS ORGANISASI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) adalah salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil berkontribusi cukup signifikan pada perindustrian nasional. IKFT merupakan subsektor industri yang bercirikan padat modal, padat teknologi, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai dari hulu hingga hilir, dan menjadi komoditas ekspor penghasil devisa negara. Dengan memerhatikan karakteristik kompleks tersebut, Ditjen IKFT berupaya untuk mengembangkan industri binaannya melalui program kegiatan yang aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif. Peran Strategis Ditjen IKFT berdasarkan Bangun Industri Nasional yang diatur oleh Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Pembangunan industri di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif. Industri binaan Ditjen IKFT termasuk dalam dua jenis industri dalam bangun industri nasional, maka peran Ditjen IKFT sangat penting dalam pembangunan industri nasional. Selengkapnya mengenai bangun industri nasional dijelaskan dengan gambar berikut:

(14)

7

Gambar 1.1

Bangun Industri Nasional

Selain itu, terdapat penetapan Industri Prioritas berdasarkan kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri, permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi, dan keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju, serta terkait dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009, maka ditentukan 10 (sepuluh) industri prioritas yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Dari sepuluh industri prioritas tersebut, industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil meliputi :

1. Industri Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan; 2. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka; 3. Industri Bahan Galian Bukan Logam; dan 4. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).

(15)

8

1.3.STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil masih menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, yakni struktur organisasi satuan kerja unit Eselon II yang terdiri dari :

1. Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki; 2. Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi; 3. Direktorat Industri Kimia Hulu;

4. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam;

(16)

9

Gambar 1.2

(17)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 10

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

Perencanaan strategis organisasi Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 adalah mengacu pada RPJMN Tahun 2015 - 2019 Perubahan serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKFT sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Rl Nomor 107 Tahun 2015. Adapun fungsi utama Ditjen IKFT adalah sebagai perumus dan pelaksana kebijakan pada Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam mendukung pembangunan industri nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut, Ditjen IKFT telah merumuskan rencana dan peta strateginya sendiri yang memuat visi, misi, tujuan strategis, sasaran strategis, dan peran strategis sebagaimana diuraikan sebagai berikut.

2.1 RENCANA STRATEGIS DITJEN IKFT TAHUN 2015 – 2019

Pada Tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN. Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Visi tersebut dapat dicapai melalui misi pembangunan industri, yakni: (1) meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan

(18)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 11 lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Selain itu, strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam

2. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri

4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan menengah

6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri 7. Pembangunan industri hijau

8. Pembangunan industri strategis

9. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan 10. Kerjasama internasional bidang industri

(19)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 12 Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri tersebut,

Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi untuk tahun 2015 - 2019 yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan. Berlandaskan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang hingga tahun 2014 masih bernama Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur menetapkan visi tahun 2015 – 2019: “Terwujudnya Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sebagai berikut:

1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan

2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja

4. Mendukung pemerataan pembangunan industri manufaktur ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional

(20)

Gambar 2.1

Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2017 – 2019

PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN PERSPEKTIF PROSES INTERNAL PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI Tujuan.

Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional

Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri 2

Meningkatnya Populasi 1

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN

SDM ANGGARAN

Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing

dan berkelanjutan

Terwujudnya ASN yang profesional dan berkepribadian

Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien

dan akuntabel

3 4

(21)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 14 Visi dan misi tersebut didukung oleh tujuan Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu Terbangunnya Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang tangguh dan berdaya saing. Visi dan misi tersebut diarahkan untuk meningkatkan peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian nasional dengan sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan sebagai berikut:

1. Meningkatnya populasi industri;

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri;

Sedangkan sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Sasaran strategis tersebut memiliki besaran capaian yang menjadi indikator keberhasilan pencapaian sasaran dalam pengembangan IKFT atau dapat disebut dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut:

(22)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 15 Tabel 2.1

Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan IKFT Tahun 2017 – 2019 Kode SS Sasaran Strategis (SS) Kode IKSS Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)

Satuan Target

2017 2018 2019

S1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri

S1.1 Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Unit 753 768 858

S1.2 Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Rp triliun 109,7 – 119,7 150,7 – 160,3 190,4 – 198,3 S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

S2.1 Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap ekspor nasional. Persen 4,72 – 4,80 4,72 – 4,80 4,72 – 4,80 S2.2 Produktivitas SDM Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Rp. Juta 336,8 372,9 409,8

T1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

T1.1 Jumlah peraturan perundangan PP/ Perpres/ Permen 1 4 4 T2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

T2.1 Produk industri tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri

Sertifikat 350 350 350 T2.2 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk RSKKNI 5 4 4 L1 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang profesional dan berkepribadian

L1.1 Rata-rata produktivitas kinerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Jam Kerja 1320 1320 1320 L2 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel L2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN Nilai Capaian Standar Tertinggi Capaian Standar Tertinggi Capaian Standar Tertinggi L2.2 Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Persen 70 80 90

L2.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diblokir di akhir tahun

(23)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 16 2.2 RENCANA KINERJA DITJEN IKFT TAHUN 2019

Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil seperti yang telah ditetapkan, maka Ditjen IKFT pada tahun 2018 telah menyusun Rencana Kinerja dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada tahun yang akan datang. Rencana kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S) 1 Meningkatnya populasi

industri Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Unit 768

Nilai investasi PMDN dan PMA sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Rp triliun 150,7 –

160,3 2 Meningkatnya daya saing

dan produktivitas sektor industri

Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 26,15 –

26,19

Produktivitas dan

kemampuan SDM industri Juta Rupiah/ orang per tahun 372,5 3 Tersedianya kebijakan

pembangunan industri yang efektif

Jumlah Peraturan

Perundangan Permen/ Perdirjen Perpres/ PP/ 7 4 Terselenggaranya urusan

pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Sertifikat 350

Infrastruktur kompetensi

(24)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 17 2.3 PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mewujudkan target kinerja, Ditjen IKFT telah menyusun Perjanjian Kinerja untuk memandu pelaksanaan program kegiatan Ditjen IKFT dan sebagai bukti komitmen Ditjen IKFT dalam pencapaian target sasaran. Perjanjian Kinerja tersebut menyesuaikan target dari Rencana Strategis Kemenperin 2015-2019 Perubahan dan tidak menyesuaikan rencana kinerja, dikarenakan adanya perubahan sasaran strategis sedangkan rencana kinerja dibuat sebelum perubahan sasaran strategis ditetapkan. Berikut adalah tabel Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019:

Tabel 2.3

Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target

1 Meningkatnya peran

industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam perekonomian nasional

1 Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil 4.60 Persen

2 Kontribusi industriKimia, Farmasi dan

Tekstil terhadap PDB 4.15 Persen

3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil 7.38 Orang Juta

1. Meningkatnya populasi

dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh

Unit 447 - 491

2. Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp Triliun 149,70

2. Meningkatnya daya

saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 23,20

2. Produktivitas dan kemampuan SDM industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp. Juta 219,00

1. Tersedianya kebijakan

pembangunan industri kimia, farmasi, dan tekstil yang efektif

1. Peraturan perundangan yang

diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

PP/ Perpres/ Permen 2 2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI 4

2. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

RRegulasi SNI/ SNI

Wajib

(25)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 18 2.4RENCANA ANGGARAN

Pada tahun anggaran 2019 Ditjen IKFT melaksanakan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Untuk mencapai kinerja tersebut, Ditjen IKFT memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp. 123.079.282.000,- (Seratus dua puluh tiga miliar tujuh puluh sembilan juta dua ratus delapan puluh dua ribu rupiah) yang dialokasikan untuk 9 (sembilan) kegiatan yaitu:

1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar Rp. 5.558.044.000,- (Lima miliar lima ratus lima puluh delapan juta empat puluh empat ribu rupiah);

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp. 9.140.713.000,- (Sembilan miliar seratus empat puluh juta tujuh ratus tiga belas ribu rupiah);

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu sebesar Rp. 14.116.971.000,- (Empat belas miliar seratus enam belas juta Sembilan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah);

4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil sebesar Rp. 32.537.098.000,- (Tiga puluh dua miliar lima ratus tiga puluh tujuh juta sembilan puluh delapan ribu rupiah).

5. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 8.373.656.000,- (Delapan miliar tiga ratus tujuh puluh tiga juta enam ratus lima puluh enam ribu rupiah)

6. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp. 26.261.702.000,- (Dua puluh enam miliar dua ratus enam puluh satu juta tujuh ratus dua ribu rupiah)

(26)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 19 7. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu sebesar Rp. 300.000.000,-

(Tiga ratus juta rupiah)

8. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 352.800.000,- (Tiga ratus lima puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah)

9. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar Rp. 26.438.298.000,- (Dua puluh enam miliar empat ratus tiga puluh delapan juta dua ratus Sembilan puluh delapan ribu rupiah)

Anggaran Ditjen IKFT tersebut digunakan untuk melaksanakan 5 (lima) output Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki; 5 (lima) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi; 8 (delapan) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu; 4 (empat) output Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil; 8 (delapan) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam; 3 (tiga) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam; dan 3 (lima) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki.

(27)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 20 Tabel 2.4

Struktur Anggaran Ditjen IKFT TA 2019

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU

6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil 123.079.282.000 1875 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan

Alas Kaki 5.558.044.000

1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000 1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan

Daya Saing Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000 1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit

Dan Alas Kaki

2.505.363.000

1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki 1.252.681.000

1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 800.000.000

1876 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi

9.140.713.000

1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Kimia Hilir

1.560.381.000 1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan

Produktivitas Industri Kimia Hilir

1.492.300.000 1876.020 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir 1.703.647.000

1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.377.950.000

1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 3.006.435.000

1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 14.116.971.000

1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional) 1.503.218.000

1877.030 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional)

551.180.000 1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional) 100.215.000 1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida

(prioritas Nasional)

1.027.199.000 1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas

Nasional)

751.609.000 1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

(prioritas Nasional)

1.252.681.000 1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas 351.179.000

(28)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 21 Nasional)

1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 8.579.690.000

1879 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

32.537.098.000 1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft 1.503.218.000

1879.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.171.534.000

1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 533.860.000

1879.994 Layanan Perkantoran 22.328.486.000

4910 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi 26.261.702.000

4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih 13.761.702.000

4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat, Kosmetik Dan Obat Tradisional

2.500.000.000 4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi 10.000.000.000

4911 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000

4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu 300.000.000

4912 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000 4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan

Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000 4913 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas

Kaki

26.438.298.000 4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana 10.000.000.000 4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni)

Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

1.240.000.000 4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat 15.198.298.000

5881 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

8.373.656.000 5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Bahan Galian Nonlogam

857.032.000 5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional) 800.000.000 5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan

Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)

1.748.380.000 5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian

Nonlogam

1.296.714.000

5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 493.500.000

5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu

(29)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 22 5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam

Rangka Penerapan Sni Wajib

463.992.000

5881.951 Layanan Internal (overhead) 1.819.450.000

T O T A L 123.079.282.000

2.5 DASAR PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA

Data yang digunakan merupakan hasil kompilasi dari kegiatan di Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal Kementerian Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Adapun perhitungan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil besar sedang yang tumbuh

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk jumlah Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sedang dan besar baru yang tumbuh pada tahun 2018. Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan data Izin Usaha Industri (IUI) dari BKPM. Data yang diperoleh dari Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor industri binaaan Ditjen IKFT berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian Perindustrian.

2. Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Nilai realisasi investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dengan satuan Rp. Triliun. Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM.

(30)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 23 Data yang diperoleh dari Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor

industri binaaan Ditjen IKFT berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian Perindustrian.

3. Perhitungan Kontribusi Ekspor Produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap Ekspor Nasional

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Perbandingan nilai ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap nilai ekspor nasional setiap tahunnya dengan satuan persentase. Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan Data Kinerja Ekspor-Impor yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh kemudian diolah oleh internal Ditjen IKFT dengan rumus sebagai berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇 = 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %

4. Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rp. Juta. Produktivitas tenaga kerja IKFT diperoleh dari nilai tambah Industri Besar Sedang (IBS) sektor IKFT dibandingkan oleh pekerja di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan Data PDB serta data tenaga kerja yang diperoleh dari Data Industri Besar Sedang (IBS) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data diperoleh kemudian diolah berdasarkan rumus :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

(31)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 24 5. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Peraturan Pelaksanaan Kebijakan/ Program sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan dengan satuan PP/Perpres/Permen/Perdirjen. Data diperoleh dari jumlah peraturan yang telah disusun di lingkungan Ditjen IKFT minimal yang sudah disampaikan kepada Biro Hukum Kementerian Perindustrian untuk dilakukan harmonisasi antar instansi terkait.

6. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan dengan satuan RSKKNI. Capaian dihitung apabila telah selesai dilakukan rapat teknis 2 (dua) dikarenakan pada tahap tersebut Kewenangan dari masing-masing Direktorat dalam tahap penyusunan RSKKNI telah selesai, tahap selanjutnya merupakan kewenangan Pusdiklat Industri untuk disampaikan ke Kementerian Ketenagakerjaan.

7. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan satuan RSNI sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan. Capaian dihitung apabila telah selesai dilakukan rapat prakonsensus dikarenakan pada tahap tersebut Kewenangan dari masing-masing Direktorat dalam tahap penyusunan RSNI telah selesai yang tahap selanjutnya merupakan kewenangan Badan Standardisasi Nasional (BSN).

(32)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 25 Tabel 2.5

Dasar Perhitungan Capaian Kinerja

NO Indikator Kinerja Utama (IKU) Penjelasan IKU Komponen Perhitungan Sumber Data 1 Unit Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil besar sedang yang tumbuh

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil baru yang tumbuh (data dan klasifikasi industri)

Jumlah Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sedang dan besar baru yang tumbuh

BKPM

2 Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Nilai realisasi investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Data investasi berasal dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)

BKPM

3 Perhitungan Kontribusi Ekspor Produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap Ekspor Nasional

Perbandingan nilai ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap nilai ekspor nasional setiap tahunnya

Dasar perhitungan Kontribusi Ekspor Produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dengan rumus sebagai berikut:

𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 % BPS 4 Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Produktivitas tenaga kerja IKFT diperoleh dari nilai tambah Industri Besar Sedang (IBS) sektor IKFT dibandingkan oleh pekerja IBS di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

BPS 5 Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT Peraturan Pelaksanaan Kebijakan/ Program sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan

Peraturan yang telah disusun oleh Ditjen IKFT minimal yang sudah disampaikan kepada Biro Hukum Kementerian Perindustrian untuk dilakukan harmonisasi antar instansi terkait.

Internal

6 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan

Jumlah RSKKNI yang telah selesai dibahas dalam Rapat Teknis 2 oleh Direktorat Jenderal IKFT

(33)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 26 7 Infrastruktur

standar produk yang terbentuk

RRegulasi SNI/ SNI Wajib sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada tahun berjalan

Jumlah RRegulasi SNI/ SNI Wajib yang telah selesai dibahas dalam Rapat

Prakonsensus oleh Direktorat Jenderal IKFT

(34)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 27

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 merupakan penjabaran tahun keempat pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memuat sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan. Berdasarkan Perpres No.72 Tahun 2018 Tentang RKP Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil memiliki arah kebijakan fokus pengembangan industri nasional yang menjadi Program Prioritas Nasional. Data yang digunakan berupakan hasil kompilasi dari kegiatan di Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal Kementerian Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

3.1.1 Capaian Prioritas Nasional

Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil memiliki 26 Prioritas Nasional (PN), dari 10 PN tersebut seluruhnya mencapai target. Secara rinci capaian Prioritas Nasional (PN) dapat dilihat sebagai berikut:

(35)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 28 Tabel 3.1

Capaian Prioritas Nasional Ditjen IKFT Tahun 2019

KEGIATAN OUTPUT SATUAN REALISASI

1875-Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit,dan Alas Kaki

024-Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) industri tekstil, kulit dan alas kaki

12-RSNI 16 RSNI

038-Branding Produk Garmen, Fashion dan Alas Kaki

3-Merek 56 Merk

1876-Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi

016-Pilot Project Industri daur ulang sampah plastik

1-Pilot project 3 Perusahaan

020-Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir

12-RSNI 12 RSNI

032-Branding produk industri kimia hilir

4-Merk 4 Merk

034-Perusahaan Industri Obat Tradisional yang direvitalisasi

8-Unit Mesin/Peralatan 11 Mesin / Peralatan 1877-Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu

024-Implementasi Inisiatif Perbaikan Alur Aliran Material Sektor Industri Kimia - Implementasi Making Indonesia 4.0

1-Paket Rekomendasi

Kebijakan

1 Dokumen

026-Otoritas Nasional Senjata Kimia 1-Otoritas 1 Otoritas

027-Fasilitasi Investor Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni

1-Paket Fasilitasi Investor

1 Dokumen

030-Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

3-RSNI 3 RSNI

031-Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu

1-SNI Wajib 1 SNI Wajib

038-Promosi Investasi Dalam Rangka Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia Hulu

1-Paket Promosi Investasi

1 Dokumen

039-Fasilitasi Industri Kimia Hulu Nasional Dalam Rangka Efisiensi dan Diversifikasi Energi

1-Paket Fasilitasi Industri

1 Dokumen

041-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

1-Rekomendasi 1 Rekomendasi

042-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Garam Industri

(36)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 29

043-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Bahan Baku Obat 1-Rekomendasi 1 Rekomendasi 1879-Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

012-Strategi Penumbuhan dan Pengembangan Daya Saing Sektor IKFT

1-Dokumen 1 Dokumen

4910-Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi

001-SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi yang dilatih

880-orang 880 Orang

002-Bimbingan Teknis CPOTB, CPOB dan CPKB kepada Industri Obat, Kosmetik dan Obat Tradisional

120-orang 120 Orang

003-Pilot Project Industri 4.0 di sektor industri kimia hilir dan farmasi

1-Pilot project 1 Pilot Project

4911-Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu

001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu

1-RSKKNI 1 RSKKNI 4912-Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

1-RSKKNI 1 RSKKNI

4913-Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki

001-Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil dan Busana

1-Pilot project 1 Pilot Project

002-Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri tekstil, kulit dan alas kaki

2-RSKKNI 2 RSKKNI

003-SDM industri tekstil, kulit dan alas kaki yang mengikuti diklat

1000-orang 1675 Orang 5881-Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

004-PILOT PROJECT INDUSTRI PASIR SILIKA PRECIPITATED (Prioritas Nasional)

(37)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 30 3.1.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT

Indikator dan Target pada RPJMN perlu banyak penyesuaian, dikarenakan sesuai dengan kondisi industri dan alokasi anggaran. Bila dibandingkan dengan target output pada tahun 2019, perbedaan terdapat pada RSKKNI dan RSNI Direktorat Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki serta RSNI di Direktorat Industri Kimia Hulu, perbedaan ini dikarenakan anggaran yang disetujui pada tahun 2017 dan usulan dari Asosiasi Industri. Mayoritas lebih tinggi target RPJMN dibandingkan dengan target output RKA K/L. Secara rinci capaian Capaian RPJMN dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2

Capaian RPJMN Ditjen IKFT

SASARAN INDIKATOR SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019

T R T R T R T R T R

Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Tekstil dan Aneka

Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur Lokasi 2 0 2 2 2 2 2 3 2 0 Revitalisasi Industri Tekstil dan Aneka RSKKNI Industri

Tekstil dan Aneka RSKKNI

3 4 3 1 3 2 3 1 3 2 Tersusunnya Standar Produk RSNI/SNI Wajib 6 15 12 19 12 12 12 16 12 16 Semula: Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka Perusahaan 100 115 120 2 140 0 160 0 180 Menjadi: Evaluasi kegiatan restrukturisasi perusahaan Industri Tekstil dan Aneka

dokumen

2 2 0 0 0 0

Keterkaitan industri Tekstil dan Aneka

Perusa-haan 300 389 300 539 300 181 300 72 300 200 Hilirisasi hasil tambang ke Terfasilitasinya penyusunan FS Dokumen 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(38)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 31

produk dan jasa industri Industri Technical Textile Revitalisasi Industri Kimia Hilir Tersusunnya Standar Produk RSNI/SNI Wajib 18 20 18 17 18 18 9 12 10 12 Terfasilitasinya Pengembangan Industri Kimia Hilir

Komoditi

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

RSKKNI Industri

Kimia Hilir RSKKNI

2 - 2 - 2 2 2 1 2 0

Hilirisasi hasil tambang ke produk dan jasa industri

Fasilitasi penyusunan FS Semen Kupang III dan industri ban, keramik, dan kaca

Dokumen 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Kimia Dasar Semula: Terbangunnya pabrik pupuk NPK di Aceh 100.000 ton Pabrik 0 - 0 - 1 0 0 1 0 Menjadi: Terbangunnya pabrik pupuk NPK Pengembangan

industri petrokimia Komoditi

3 3 3 3 3 2 3 6 3 3 Tumbuh dan berkembangnya klaster industri petrokimia Komoditi 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 Fasilitasi Penumbuhan dan Berkembanganya Industri Garam Unit 1 - 3 1 3 2 3 3 3 3 Revitalisasi Industri Kimia Dasar Terfasilitasinya revitalisasi dan pengembangan industri pupuk Dokumen 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 Tersusunnya Standar Produk RSNI/ SNI Wajib 13 8 13 6 13 6 7 7 7 4 Hilirisasi hasil tambang ke produk dan jasa industri

Terbangunnya 1 Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara (low rank coal) dengan kapasitas 500.000 ton/tahun Terbangunnya pabrik Paracetamol kapasitas 10.000 ton/th, amoxicilin kapasitas 750 ton/th, garam farmasi 6.000 ton/th, Dextrose for infusion 6.000 Perusa-haan - - - -

(39)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 32 ton/th, Vitamin C kapasitas 3.000 ton/th, Sefalosporin kapasitas 150 ton/th Fasilitasi Pembangunan Pilot Plant EOR kapasitas 20 ton/hari Meningkatnya Penggunaan Produksi Dalam Negeri Tersosialisasikanny a program peningkatan produk dalam negeri Sosialisasi 1 1 1 3 1 1 1 - 1 - Tersertifikasinya TKDN produk industri Sertifikat 1.000 350 1.000 350 1.000 350 500 500 - - Terfasilitasinya MoU antara produsen dan pengguna di sektor Pertanian, ESDM, Pekerjaan Umum, Perhubungan, Kesehatan, Pendidikan dan Pertahanan MoU 4 1 4 - - 0 0 - Fasilitasi peningkatan penggunaan produksi dalam negeri Produk 20 0 0 0 0 0 0 - Kampanye sistematis dan kreatif untuk menumbuhkan apresiasi terhadap kegiatan industri dalam negeri Terwujudnya Business Matching dan pameran antara produsen dan pengguna Sektor 12 8 12 2 12 6 12 -

3.1.3 Capaian Rencana Strategis

Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terdapat indikator kinerja tujuan yang menunjukan bagaimana merepresentasikan tujuan pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu Meningkatnya Peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam Perekonomian Nasional. Indikator kinerja tujuan tersebut sebagai berikut:

(40)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 33 Tabel 3.3

Indikator Tujuan Rencana Strategis

TUJUAN PROGRAM /INDIKATOR SATUAN TARGET CAPAIAN 2019 2019* Meningkatnya peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian nasional

1 Laju pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Persen 4,31 – 4,80 6,08

2 Kontribusi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap PDB Nasional

Persen 4,95 – 5,03 8,77

3 Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Juta Orang

7,49 – 7,65 7,25

Berdasarkan Indikator Tujuan Rencana Strategis dari 3 (tiga) tujuan indikator hanya jumlah tenaga kerja yang capaiannya dibawah target.

Sumber: BPS, diolah Ditjen IKFT

Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Sektor IKFT (Persen)

Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03 persen pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018. Adanya

4.88 5.03 5.07 5.17

5.03

5.05 4.43 4.85 4.77

4.34

3.34 1.95 3.07 3.63

6.08

2015 2016 2017 2018 2019

(41)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 34 perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018 menurut

laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain i) Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas nonmigas di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum mengalami peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.

Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83 persen. Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri pakaian jadi yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu, di sektor IKFT hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam (-1.03%), Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).

Tabel 3.4

Perkembangan Tenaga Kerja Sektor IKFT (juta orang)

Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan tenaga

(42)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 35 kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja masih

snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan dikarenakan kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi namun tidak dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta tenaga kerja. Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sebesar 3,91 juta. Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya.

Beberapa isu yang dihadapi oleh sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil selama tahun 2019 yaitu sebagai berikut :

Industri Kimia dan Barang Kimia

• Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri dalam negeri yang diakibatkan terbatasnya kapasitas produksi kimia dasar, tingginya impor bahan baku, dan terbatasnya R&D

• Karakteristik industri kimia hulu padat modal yang membutuhkan nilai investasi besar dan sebagian besar bahan baku dan bahan penolong industri tergantung pada import (naphtha)

• Harga gas bumi untuk bahan baku dengan harga mahal dan volume yang terbatas

• Faktor kerumitan dalam melakukan investasi di daerah

• TKDN industri kimia hulu masih terlalu rendah yang berakibat pada rendahnya nilai TKDN pada industri kimia hilir

Industri Karet, Barang Karet dan Plastik

• Rendahnya penyerapan penggunaan bahan baku dalam negeri yang disebabkan permintaan pasar menurun

(43)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 36 • Sebanyak 40% kebutuhan bahan baku sektor industri karet hilir dalam

negeri dipasok dari dalam negeri, sedangkan 60% sisanya masih impor yaitu karet sintetik, rubber chemicals, rubber processing oil, dsb.

• Belum optimalnya implementasi P3DN dalam proses pengadaan barang/jasa khususnya untuk kebutuhan infrastruktur dan kesehatan • 1/3 kebutuhan bahan baku plastik dipasok dari dalam negeri, sedangkan

sisanya masih impor

• Belum harmonisnya BM antara produk Hulu, hilir dan antara terutama di produk plastik

• Belum ada instrumen pengendalian terhadap impor produk jadi plastik • Adanya peraturan daerah yang kontraproduktif bagi pertumbuhan industri

terkait larangan pemakaian kemasan plastik

• Persepsi yang berbeda antara Kementerian terkait penanganan sampah plastik

• Pengelompokan data pertumbuhan (KBLI 2 Digit) produk karet dan plastik masih menjadi satu dengan karet

Industri Farmasi, dan Obat Tradisional

• Pengembangan industri bahan baku obat guna menunjang kinerja industri produk farmasi di dalam negeri

• Ketergantungan industri farmasi hampir 98% bahan baku obat didapat dari impor.

• Pangsa pasar produk farmasi di dalam negeri sebesar Rp 80T termasuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bersumber dari dana APBN.

• Belum optimalnya penelitian tentang formulasi obat, obat baru dan fitofarmaka.

(44)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 37 • Industri bahan baku obat belum ada di dalam negeri.

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh pemerintah terutama di sektor farmasi atau program JKN.

• Sudah terbitnya PP 45 tahun 2019 tentang supertax deduction namun belum ada regulasi turunan tentang tatacara pemberian insentif untuk penelitian/riset.

Industri Barang Galian Bukan Logam

• Ketergantungan terhadap pertumbuhan sektor lainnya seperti infrastruktur dan properti/real estate

• Meningkatnya pangsa pasar produk impor terhadap kebutuhan nasional khususnya keramik, barang dari semen untuk struktur bangunan dan batu tahan api

• Tidak efektifnya penerapan safeguard untuk menahan laju impor keramik • Tingginya harga gas yang berkonstribusi 30% dari biaya produksi sehingga

menyebabkan kurang berdayasaingnya industri kaca dan keramik nasional. • Terjadinya over capacity industri semen nasional

• Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku di dalam negeri

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh pemerintah terutama di sektor konstruksi dan bangunan

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

• Ketergantungan impor untuk pemenuhan bahan baku dan bahan penolong industri masih tinggi

• Meningkatnya pangsa pasar produk impor di dalam negeri • Lonjakan impor barang jadi tekstil (karpet) dan garmen

(45)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 38 pengenaan BMAD serat dan filament serta diikuti dengan pengenaan

BMTPS pada industri benang dan kain

• Penurunan kapasitas produksi industri tekstil • Teknologi permesinan yang sudah tua

• Permasalahan lingkungan pada industri di sekitar DAS Citarum

Industri Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki

• Bahan baku kulit masih sangat tergantung dengan impor dengan harga 30-40% lebih murah dari kulit lokal, bahan baku kulit dalam negeri hanya mampu memenuhi 40% kebutuhan industri penyamak kulit nasional. • Supply chain antara industri kulit dan barang dari kulit termasuk alas kaki

belum terbentuk dengan baik

• Bahan baku untuk sepatu olah raga berupa kain mesh/kain kanvas dan aksesoris sepatu masih sangat tergantung pada impor.

• Dengan terbitnya PMK 612 tahun 2019 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Produk Impor Kain, akan menambah cost produksi industri alas kaki berbahan tekstil yang sebagian besar masih impor

• Beban UMK yang tinggi terutama kabupaten/kota di Banten dan Jawa Timur

• Kurangnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi, khususnya di daerah investasi baru, seperti Jepara dan Garut

• Peningkatan impor yang cukup signifikan untuk alas kaki dengan kualitas rendah dan harga murah

• Pelabuhan masuk yang langsung mendekati pasar utama menyebabkan impor yang semakin tinggi

(46)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 39 pemain baru dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah

3.1.4 Capaian Sasaran Strategis

Sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2019, kinerja sasaran yang ditetapkan mencakup sasaran strategis dalam perspektif pemangku kepentingan, perspektif proses pelaksanaan tugas pokok dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan maka berikut ini pencapaian pada Tahun 2018:

Tabel 3.5

Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT

No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target Realisasi Tujuan

1 Meningkatnya peran

industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam perekonomian nasional

1 Pertumbuhan industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil 4.60 Persen 6.08

2 Kontribusi industriKimia, Farmasi dan Tekstil

terhadap PDB 4.15 Persen 8.77

3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil 7.38

Juta

Orang 7.25

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya populasi

dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh

Unit 447 -

491

464

2. Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp Triliun 149,70 54.93

2. Meningkatnya daya

saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 23,20 22,1

2. Produktivitas dan

kemampuan SDM industri kimia, farmasi, dan tekstil

(47)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 40

Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Tersedianya kebijakan

pembangunan industri kimia, farmasi, dan tekstil yang efektif

1. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

PP/ Perpres/ Permen 2 2 2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI 4 4

2. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

RRegulasi SNI/ SNI

Wajib

34 44

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam perekonomian nasional

Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam perekonomian nasional diindikasikan dengan indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

1. Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

2. Kontribusi industriKimia, Farmasi dan Tekstil terhadap PDB 3. Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03 persen pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018. Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018 menurut laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain i) Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas nonmigas di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum mengalami peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa

(48)

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 41 mitra dagang Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2018.

Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83 persen. Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri pakaian jadi yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu, di sektor IKFT hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam (-1.03%), Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).

Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan tenaga kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja masih snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan dikarenakan kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi namun tidak dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta tenaga kerja. Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sebesar 3,91 juta. Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran industri

Meningkatnya populasi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil diindikasikan dengan peningkatan jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil serta penyerapan tenaga kerja industri besar sedang (IBS) pada sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil khususnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

Gambar

Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Sektor IKFT (Persen)
Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama di Kerja Praktek ini adalah untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai dunia industri serta penerapan ilmu yang telah didapatkan secara nyata

– MICROPROCESSOR: integrated circuit semiconductor chip that performs the bulk of the processing and controls the parts of a system ; " a microprocessor functions as the

Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi bisnis-bisnis Event Organizer atau Party Planner, khususnya Party Planner STCB dan karena hasil akhir penelitian

Dalam rangka mewujudkan Program Studi yang berkualitas dan ternama serta sejalan dengan visi Unsyiah dan Fakultas Teknik sebagai institusi induk, PSTE mempunyai

Aplikasi yang diberi nama Sistem Informasi Manajemen Dokumen Mutu (SIDOKU) memiliki fungsi untuk mengekstrak kumpulan data aktifitas rutin laboratorium, dari fase

Si Miskin kemudian menarik tangan Putri turun dari kereta menjumpai seorang kakek yang berdiri di depan pintu rumah

Tujuan perancangan ini adalah mendesain eksterior mobil Suzuki Grand Vitara dengan kesan maskulin yang sesuai dengan keinginan konsumen pada styling mobil Suzuki

87 Berkaitan dengan indikator yang mempengaruhi perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, maka sebagai orang berkecimpung dalam