• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa efek pertama kali berdiri di Indonesia pada Desember 1912 yang dibentuk di Batavia oleh pemerintah Belanda. Seiring berjalannya waktu, pada akhir tahun 2007, Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Sampai pada tahun 2013, terdapat 152 perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.

Menurut BEI, Perusahaaan manufaktur adalah perusahaan yang identik dengan pabrik. Manufaktur didefinisikan sebagai suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Istilah manufaktur ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Beberapa industri seperti produsen semi konduktor dan baja juga mengunakan istilah pabrikasi.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI meliputi tiga sektor, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Setiap sektor memiliki sub sektornya masing-masing. Dalam ekonomi pasar bebas, manufakturing biasanya berarti produksi secara massal untuk dijual kepelanggan untuk mendapatkan keuntungan (www.idx.co.id).

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan suatu proses yang bertujuan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi sehingga memiliki nilai tambah melalui tahapan proses teknologi. Sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai peluang investasi yang sangat besar saat ini, tidak seperti yang terjadi tahun 2001, dimana produk-produk industri menghadapi

(2)

2

resesi yang cukup parah, tetapi masa itu sudah lewat. Pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat dan bangkitnya aktivitas manufaktur mengarah pada permintaan pasar atas barang yang tahan lama di seluruh dunia. Ini merupakan kabar baik bagi usahawan yang bisnis intinya mengisi fasilitas manufaktur dunia.

Di Indonesia telah banyak perusahaan manufaktur yang berdiri dengan keunggulan masing-masing, tidak sedikit pula yang kemudiaan meraih kesukesesan bahkan menjadi yang perusahaan terbesar di Indonesia. Sesuai dengan data EPS dari Kementrian Perindustrian, pada triwulan III 2012, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,2%, dimana sumbangan terbesar berasal dari sektor industri manufaktur sebesar 1,62%. (www.kemenperin.go.id). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan atau manufaktur merupakan sektor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan sektor manufaktur, dibutuhkan peningkatan terhadap investasi di sektor tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kepada investor atau calon investor bahwa tiap-tiap perusahaan dalam industri manufaktur memiliki kondisi keuangan yang sehat, dengan bantuan pihak ketiga yang independen yakni auditor. Melihat keterhubungan tersebut, penulis menganggap perusahaan manufaktur tepat sebagai objek penelitian ini.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh dua kepentingan yang berlawanan yaitu pihak manajemen perusahaan yang ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan pihak luar perusahaan yang ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan. Manajemen perusahaan memerlukan pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka. Baik manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yng

(3)

3 berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar manajemen perusahaan mempunyai kepentingan, baik kepentingan keuangan maupun kepentingan yang lain (Mulyadi, 2011:3).

Guna menjamin keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, maka perlu adanya proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen yang memenuhi Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2011) SA Seksi 150. Auditor dituntut untuk bersifat objektif dan independen terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dimasudkan untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Menurut Mulyadi (2011:57), objektivitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Objektivitas berati harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

Indepedensi auditor adalah kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Secara umum ada dua bentuk independensi auditor: indepedence in fact dan indepedence in appearance. Independence in fact

berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan tidak memihak di dalam merumuskan dan menyatakan pendapat, sedangkan independence in appearance berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari keadaan-keadaan atau faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya, misalnya : pemberian fasilitas dan bingkisan oleh

(4)

4

klien, lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien, hubungan keluarga akuntan dengan klien, hubungan usaha dan keluarga dengan klien (Nasser et al, 2006).

Runtuhnya KAP Arthur Andersen yang masuk dalam jajaran lima KAP terbesar didunia atau The Big 5 disebabkan gagal mempertahankan independensi dan objektivitasnya. Kliennya, Enron, merupakan perusahaan terbesar ke tujuh di AS yang bergerak di bidang energi, CEO dan CFO memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk memperoleh kompensasi moneter yang besar (Putra, 2012). Perusahaan sebesar Enron tidak akan jatuh apabila keadaan sekelilingnya berlaku wajar dalam norma-norma etika dan hukum. Enron tidak akan berani mendirikan kongsi dagang yang sangat kompleks apabila Hukum Sekuritas Amerika (Security Law) tidak membiarkan pembukuan terpisah antara induk perusahaan dan kongsi dagang tersebut. Kalaupun itu terjadi, kongsi dagang tidak akan bisa bertahan lama bila auditor luar, Arthur Andersen, bekerja sesuai dengan peraturan etika dan hukum yang diterapkan oleh badan tertinggi ikatan akuntan publik (American Institute of Certified Public Accountants). Keberanian Arthur Andersen untuk membiarkan sistem pembukuan terpisah dari Enron tidak berarti banyak bila

Congress menyetujui pemisahan divisi akunting /auditing dan "konsultasi yang diterapkan oleh Lima Besar. Proposal pemisahan ini sudah diajukan oleh bekas ketua komisi sekuritas dan perdagangan Amerika (Securities and Exchange Commission) Arthur Levitt pada tahun 1999. Proposal itu ditolak mentah-mentah oleh anggota Congress yang menerima bantuan finansial selama kampanye mereka dari Wall Street (http://carceres-carceres.blogspot.com/2012/04 /kasus-enron.html).

Dalam kasus ini diketahui terjadinya perilaku moral hazard yang dilakukan oleh KAP Arthur Andersen dan Enron diantarnya adalah manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS, padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi laporan keuangan ini terjadi cukup lama, dimulai pada tahun 1985 sampai dengan tahun 2000 dan selama tahun itu pula enron mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dari KAP Arthur Andersen. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan ternyata terdapat beberapa pejabat,

(5)

5 manajer dan sebagian besar staf akuntansi Enron adalah mantan auditor di KAP Andersen (Hutabarat, 2012).

Sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC maka terbitlah undang-undang Sarbanes Oxley (SOX) pada tahun 2002. Sarbanes Oxley Act (SOA) bertujuan untuk melindungi investor dengan meningkatkan akurasi dan keandalan pengungkapan perusahaan dan dibuat berdasarkan undang-undang sekuritas, dan untuk tujuan lain ( Sarbanes-Oxley act of 2002). Kemudian pesan ini digunakan oleh berbagai negara untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan pergantian KAP dan auditor secara wajib.

Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian KAP tersebut dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Tentang Jasa Akuntan Publik sebagai perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, dimana dalam Pasal 2 membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang dilakukan adalah pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (Pasal 3 ayat (1)). Kedua, akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum

(6)

6

untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (Pasal 3 ayat (2) dan (3)).

Auditor switching bisa terjadi secara voluntary (sukarela) atau mandatory

(wajib). Jika perusahaan mengganti KAP atau auditor setelah mengaudit sesuai dengan peraturan maka hal tersebut tidak menjadi pertanyaan karena pergantian tersebut bersifat mandatory (wajib). Namun, jika perusahaan mengganti KAP atau auditor secara voluntary (sukarela) ketika tidak ada aturan yang mengharuskan untuk dilakukannya pergantian auditor, yang dalam hal ini berarti diluar peraturan pemerintah tersebut diatas, maka hal tersebut akan menimbulkan pertanyaan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

Gagasan rotasi wajib auditor yang dikeluarkan melalui peraturan tersebut ditentang oleh beberapa pihak. Pertama, pengetahuan yang diperoleh selama meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan sia-sia dengan pengangkatan seorang auditor baru (AICPA, 1992 dalam Nasser et al, 2006). Kedua, hubungan yang panjang antara auditor dengan klien akan membuat auditor menjadi ahli dan sangat paham terhadap bisnis klien, sehingga auditor lebih awas terhadap perilaku manajemen yang ekstrim.

Menurut Sulistiarini dan Sudarsono (2012) dalam Saputri dan Achyani (2013) perusahaan yang teracam bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak terancam bangkrut, karena perusahaan yang mengalami

financial distress sudah tidak memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP, sehingga perusahaan memilih untuk berganti auditor dengan fee audit yang lebih murah. Menurut S.K.Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia No:Kep.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit adalah kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab menurut hukum; indepedensi; tingkat keahlian dan tanggung jawab yang melekat ada pekerjaan, serta kompleksitas pekerjaan; banyaknya waktu yang dilakukan dan secara efektif digunakan oleh anggota dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan basis penetapan fee yang disepakati. Penetapan fee audit tersebut membantu perusahaan klien untuk mengganti auditor yang memiliki fee lebih murah dari auditor sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Pradana (2014) membuktikan bahwa

(7)

7

financial distress berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wijayani (2011) menyimpulkan bahwa kesulitan keuangan (financial distress) tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan perusahaan dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproyeksikan dengan tingkat penjualan perusahaan, karena penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan. Menurut Nabila (2011) Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Ketika pertumbuhan perusahaan tinggi, maka auditor akan cenderung dipertahankan daripada perusahaan yang pertumbuhan rendah. Hal ini dikarenakan ketika bisnis terus bertumbuh, permintaan untuk independensi akan lebih tinggi. Wijaya (2011) dan Joher et. al (2000) berhasil membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan klien berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nabilla (2011) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh pertumbuhan pada auditor switching. Dengan adanya perbedaaan pendapat penelitian terdahulu mengenai hubungan antara pertumbuhan perusahaan dengan auditor switching maka peneliti ingin menguji apakah ada hubungan yang valid antara keduanya

Perubahan Return on Assets (ROA) yang merupakan salah satu tolok ukur seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang berasal dari pengelolaan aktiva. Menurut Damayanti dan sudarma (2008) jika perusahaan mengalami peningkatan dalam ROA, maka perusahaan dianggap meningkat reputasinya dan dapat mengganti KAP yang lebih memiliki nama. Kartika (2006) dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh antara persentase perubahan ROA terhadap auditor switching, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Susan (2011) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh perubahan ROA pada

auditor switching

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala yang mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Besar

(8)

8

atau kecilnya ukuran perusahaan klien dapat diukur berdasarkan total aset. Menurut Pratitis (2012) tingkat pertumbuhan perusahaan klien yang semakin hari diharapkan semakin berkembang terkadang diikuti dengan perkembangan keuangan perusahaan yang pesat pula, karena itu perusahaan besar cenderung beralih ke KAP yang besar karena adanya tuntutan kondisi operasional perusahaan yang semakin meningkat sehingga dibutuhkan auditor yang mempunyai keahlian lebih. Nasser et al. (2006) dan Juliantari dan Rasmini (2013) berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan klien berpengaruh terhadap

auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani dan Zakiah (2011) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh ukuran perusahaan klien pada auditor switching.

Adanya perbedaan dalam menyikapi Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik, serta perbedaan pendapat terhadap penelitian-penelitian terdahulu, membuat peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan auditor switching. Maka peneliti mengambil judul: “Pengaruh Financial Distress, Pertumbuhan Perusahaan, Perubahan ROA dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2013 ).”

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA, ukuran perusahaan klien dan auditor switching pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013?

2. Apakah financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA, dan ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap auditor switching?

3. Apakah financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA dan ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap auditor switching yaitu:

(9)

9 a. Apakah financial distress memiliki pengaruh signifikan terhadap

auditor switching ?

b. Apakah pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching?

c. Apakah perubahan ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching?

d. Apakah ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA, ukuran perusahaan klien dan auditor switching pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

2. Untuk mengetahui apakah financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA, dan ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan secara simutan terhadap auditor swtiching .

3. Untuk mengetahui apakah financial distress, pertumbuhan perusahaan, perubahan ROA dan ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan secara parsial yaitu :

a. Untuk mengetahui apakah financial distress memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

b. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

c. Untuk mengetahui apakah perubahan ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

d. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching.

(10)

10

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu kegunaan dari aspek teoritis dan dari aspek praktis.

1.5.1 Aspek Teoritis

a. Bagi para peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam melakukan penelitian berikutnya.

b. Bagi para akademis, penelitian ini diharap dapat memberikan tambahan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya dalam auditor switching.

1.5.2 Aspek Praktis

a. Bagi Kantor Akuntan publik (KAP) dan perusahaan manufaktur, hasil penelitian ini diharap dapat menjadi bahan informasi untuk profesi akuntan publik tentang praktik perpindahan KAP dan auditor yang dilakukan perusahaan.

b. Bagi regulator, hasil penelitian ini diharap menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan praktik perpindahan KAP oleh perusahaan manufaktur.

c. Bagi perusahaan manufaktur, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi terkait dengan pengambilan keputusan dalam melakukan auditor switching.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub-bab antara lain:

BAB I PENDAHAULUAN

Bab ini berisikan tentang isi penelitian mulai dari gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian sampai pada sistematika penulisan.

(11)

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi tentang rangkuman teori yang berkaitan dengan topik atau masalah, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan peneliti, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian, dan saran yang dirumuskan secara kongkrit.

(12)

12

(http://carceres-carceres.blogspot.com/2012/04 /ka

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Saya Hervita Laraswati mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang “Analisis Risiko Musculoskeletal

Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi teknis semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu – pintu air dan alat ukur debit.

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik