• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT JAYA REAL PROPERTY Tbk DAN ENTITAS ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT JAYA REAL PROPERTY Tbk DAN ENTITAS ANAK"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Keuangan Konsolidasian Interim

Per 30 Juni 2013 dan 2012 serta

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

Per 31 Desember 2012

(2)
(3)

Laporan Keuangan Konsolidasian Interim

Untuk Periode 6 (Enam) Bulan yang Berakhir pada Per 30 Juni 2013 dan 2012 (Tidak Diaudit) serta

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian pada Tanggal 30 Juni 2013 (Tidak Diaudit) Dan Per 31 Desember 2012 (Diaudit)

Daftar Isi

Halaman

Surat Pernyataan Direksi

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Interim ………. 1-2 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian Interim ……… 3 Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian Interim ……….. 4

Laporan Arus Kas Konsolidasian Interim ……… 5

(4)

Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan ini

d1/26 Maret 2014 1 paraf:

Catatan 30 Juni 2013 31 Desember 2012 1 Januari 2012/ 31 Desember 2011

Rp Rp Rp

ASET Aset Lancar

Kas dan Setara Kas 3.e, 3.f, 3.o, 4, 29, 30 849.786.246 874.334.501 867.287.349 Piutang Usaha 3.f, 3.g, 5, 27, 29

Pihak Berelasi 243.056 158.391 160.930

Pihak Ketiga 23.901.051 14.486.004 11.073.568

Aset Keuangan Lancar Lainnya 3.f, 29 5.179.216 2.848.978 3.741.890 Persediaan 3.h, 3.l, 6 1.158.572.069 1.137.466.563 1.010.240.380

Biaya Dibayar di Muka 3.i 2.955.229 4.344.322 2.746.604

Pajak Dibayar Di Muka 3.p, 26.a 60.940.419 39.318.239 31.171.411

Total Aset Lancar 2.101.577.286 2.072.956.998 1.926.422.132

Aset Tidak Lancar

Investasi Pada Entitas Asosiasi dan

Pengendalian Bersama Entitas 3.d, 3.f, 3.g, 7, 27 246.641.325 204.865.883 80.794.292

Uang Muka Investasi 8.27 229.650.902 -- --

Piutang Pihak Berelasi - Non Usaha 3.f, 3.g, 27, 29 3.238.857 4.753.611 5.009.821 Uang Muka Pembelian Tanah 50.704.864 41.534.876 19.560.884 Tanah untuk Pengembangan 3.h, 3.n, 9 2.422.449.653 2.179.707.294 1.670.439.147 Properti Investasi 3.j, 3.l, 10 539.902.803 358.820.604 239.715.275

Aset Tetap 3.k, 3.l, 11 33.189.293 32.382.005 55.627.735

Aset Keuangan Tidak Lancar Lainnya 3.f, 12, 29 92.284.438 88.051.434 65.678.592 Aset Non Keuangan Tidak Lancar Lainnya 15.448.494 15.188.195 21.167.079

Total Aset Tidak Lancar 3.633.510.629 2.925.303.902 2.157.992.825

(5)

Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan ini

d1/26 Maret 2014 2 paraf:

Catatan 30 Juni 2013 31 Desember 2012 1 Januari 2012/ 31 Desember 2011

Rp Rp Rp

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS

Liabilitas Jangka Pendek

Utang Bank 3.f -- - 928.970

Utang Usaha 3.f, 13, 29

Pihak Berelasi 3.g, 27, 29 18.313.133 6.742.759 3.184.418

Pihak Ketiga 35.546.074 39.244.996 35.774.929

Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 3.f, 14 51.717.484 12.009.714 17.081.632

Utang Pajak 3.p, 26.d 62.602.884 53.426.566 36.709.173

Beban Akrual 3.f, 15, 29 35.925.102 33.335.277 26.602.261

Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 3.t 83.136.940 55.277.418 53.772.255 Uang Muka Penjualan 3.m, 16 1.131.039.421 457.442.541 698.448.408 Penghasilan Sewa Ditangguhkan dan

Setoran Jaminan 3.m, 17 62.806.704 32.241.991 36.006.761

Utang Pihak Berelasi - Non Usaha 3.g, 27, 29 134.895.139 40.411.899 1.064.922

Total Liabilitas Jangka Pendek 1.615.982.881 730.133.161 909.573.729

Liabilitas Jangka Panjang

Liabilitas Keuangan Jangka Panjang Lainnya 3.f, 29

Uang Muka Penjualan 3.m, 16 1.344.603.526 1.637.148.905 946.968.782 Penghasilan Sewa Ditangguhkan dan

Setoran Jaminan 3.m, 17 405.676.767 384.589.864 305.788.774 Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang 3.t, 18.b, 27 27.299.552 24.960.088 21.765.373

Total Liabilitas Jangka Panjang 1.777.579.845 2.046.698.857 1.274.522.929

Total Liablitas 3.393.562.726 2.776.832.018 2.184.096.658

EKUITAS

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk:

Modal Saham - Nilai Nominal Rp 100 (angka penuh) Modal Dasar - 5.000.000.000 saham

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh -

2.750.000.000 saham 19 275.000.000 275.000.000 275.000.000 Tambahan Modal Disetor 3q, 20 251.746.989 259.000.000 259.000.000

Uang Muka Setoran Modal -- -- --

Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas

Sepengendali 1.c, 3.q -- (7.253.011) (7.253.011)

Saldo Laba 21

Telah Ditentukan Penggunaannya 22.000.000 11.000.000 --

Belum Ditentukan Penggunaannya 1.736.170.582 1.627.391.320 1.324.718.622 Modal Saham Diperoleh Kembali 3.r (68.749.500) (68.749.500) (68.749.500)

2.216.168.071 2.096.388.809 1.782.716.111

Kepentingan Non-Pengendali 3.c 125.357.118 125.040.073 117.602.188

Total Ekuitas 2.341.525.189 2.221.428.882 1.900.318.299

(6)

Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan ini

d1/26 Maret 2014 3 paraf:

2013 2012 Catatan (6 Bulan) (6 Bulan)

Rp Rp

PENDAPATAN USAHA 3.m, 22 657.780.248 486.225.388

BEBAN POKOK PENJUALAN DAN

BEBAN LANGSUNG 3.m, 23 290.349.739 223.992.400 LABA KOTOR 367.430.509 262.232.988 Pendapatan Lainnya 3.m 9.108.137 6.610.980 Beban Usaha 3.m, 24 (97.507.724) (87.112.230) Beban Lainnya 3.m (1.669.300) (625.923) LABA USAHA 277.361.622 181.105.815

Pendapatan (Beban) Keuangan 3.n, 25 20.440.533 24.144.750

Bagian Atas Hasil Bersih Entitas Asosiasi 3.d, 7 1.826.368 997.410

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 299.628.523 206.247.975

BEBAN PAJAK PENGHASILAN 3.p, 26.b

Pajak Kini (39.612.218) (27.164.774)

Pajak Tangguhan -- --

Taksiran Beban Pajak Penghasilan - Bersih (39.612.218) (27.164.774)

LABA TAHUN BERJALAN 260.016.305 179.083.201

PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINNYA -- --

LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 260.016.305 179.083.201

Laba Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan Kepada:

Pemilik Entitas Induk 259.699.262 178.890.555

Kepentingan Non Pengendali 317.043 192.646

Total 260.016.305 179.083.201

Laba Komprehensif Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan Kepada:

Pemilik Entitas Induk 259.699.262 178.890.555

Kepentingan Non Pengendali 317.043 192.646

Total 260.016.305 179.083.201

LABA PER SAHAM (Rupiah Penuh) 3.v, 28

Dasar 98,37 67,76

(7)

Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan ini

d1/26 Maret 2014 4 paraf:

Catatan Kepentingan Jumlah Ekuitas

Non-Pengendali

Modal Saham Tambahan Selisih Nilai Transaksi Modal Saham Jumlah

Ditempatkan dan Modal Disetor Restrukturisasi Diperoleh

Disetor Penuh Entitas Sepengendali Telah Ditentukan Belum Ditentukan Kembali

Penggunaanya Penggunaannya

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

SALDO PER 1 JANUARI 2012/ 31 DESEMBER 2011 275.000.000 259.000.000 (7.253.011) -- 1.324.718.622 (68.749.500) 1.782.716.111 117.602.188 1.900.318.299

`

Div iden Tunai 21 -- -- -- -- (113.520.000) -- (113.520.000) -- (113.520.000)

-- --

Laba Komprehensif Tahun Berjalan -- -- -- -- 178.890.555 -- 178.890.555 192.646 179.083.201

Dana Cadangan -- -- -- 11.000.000 (11.000.000) -- -- -- --

SALDO PER 30 Juni 2012 275.000.000 259.000.000 (7.253.011) 11.000.000 1.379.089.177 (68.749.500) 1.848.086.666 117.794.834 1.965.881.500

`

Laba Komprehensif Tahun Berjalan -- -- -- -- 248.302.143 -- 248.302.143 539.653 248.841.796

Setoran Modal oleh Kepentingan Non Pengendali 3.c -- -- -- -- -- -- -- 6.705.586 6.705.586

SALDO PER 31 DESEMBER 2012 275.000.000 259.000.000 (7.253.011) 11.000.000 1.627.391.320 (68.749.500) 2.096.388.809 125.040.073 2.221.428.882

`

Div iden Tunai 21 -- -- -- -- (139.920.000) -- (139.920.000) -- (139.920.000)

Laba Komprehensif Tahun Berjalan -- -- -- 259.699.262 -- 259.699.262 317.045 260.016.307

Dana Cadangan -- -- -- 11.000.000 (11.000.000) -- -- -- --

Reklasifikasi Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi 3q

Entitas Sepengendali menjadi tambahan modal Disetor -- (7.253.011) 7.253.011 -- -- -- -- -- --

SALDO PER 30 Juni 2013 275.000.000 251.746.989 -- 22.000.000 1.736.170.582 (68.749.500) 2.216.168.071 125.357.118 2.341.525.189

`

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk Saldo Laba

(8)

Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan ini

d1/26 Maret 2014 5 paraf:

2013 2012 (6 Bulan) (6 Bulan)

Rp Rp

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan Kas dari Pelanggan 1.092.861.864 869.916.938

Penerimaan Kas dari Jasa Giro dan Bunga Deposito 20.440.533 24.160.137

Pembayaran Kas untuk Pemborong, Pemasok

dan Karyawan (802.244.388) (609.672.325)

Pembayaran Pajak Penghasilan (56.003.696) (28.627.359)

Pembayaran Beban Keuangan -- (2.807.165)

Kas Neto Diperoleh dari Aktivitas Operasi 255.054.313 252.970.226

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Penambahan Properti Investasi (6.689.527) (15.746.166)

Perolehan Aset Tetap (2.993.855) (2.864.209)

Penjualan Aset Tetap -- 304.275

Penyertaan Saham Tersedia Untuk Dijual -- (396.000)

Penyertaan Investasi pada Pengendalian Bersama Entitas (256.977.100) (30.000.000) Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Investasi (266.660.482) (48.702.100)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Pembayaran Pinjaman -- (928.970)

Pembayaran kepada Pihak Berelasi - Bersih (15.342.084) (9.928.817)

Penerimaan Setoran Modal dan Uang Muka Setoran Modal

dari Kepentingan Non Pengendali di Entitas Anak 2.400.000

--Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan (12.942.084) (10.857.787)

KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS (24.548.253) 193.410.339

PENGARUH SELISIH KURS

ATAS KAS DAN SETARA KAS 111

KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN 874.334.501 867.287.349

KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR PERIODE 849.786.248 1.060.697.799 Kas dan Setara Kas Terdiri dari:

Kas 653.228 1.166.764

Bank 33.985.388 25.613.403

Deposito Berjangka 815.147.632 1.033.917.632

(9)

6

1. Umum

1.a. Pendirian Perusahaan

PT Jaya Real Property Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia berdasarkan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri pada tanggal 25 Mei 1979 dengan akta No. 36 dari Hobropoerwanto, SH, pada waktu itu notaris di Jakarta, yang diubah dengan akta No. 14 dari notaris yang sama pada tanggal 6 Desember 1979. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A. 5/498/24 tanggal 22 Desember 1979 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 23 tanggal 18 Maret 1980, Tambahan No. 148. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, secara keseluruhan melalui akta No. 52 tanggal 4 Juni 2009, yang dibuat oleh Aulia Taufani, SH, sebagai pengganti Sutjipto, SH, pada waktu itu notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusannya No: AHU-50606.AH.02.tahun 2009 tanggal 20 Oktober 2009 dan terakhir dengan akta No. 03 tanggal 1 Juni 2010 oleh Aulia Taufani, SH, sebagai pengganti dari Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, mengenai perubahan tempat kedudukan Perusahaan. Perubahan anggaran dasar Perusahaan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-40349.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 16 Agustus 2010.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung, serta melakukan investasi, baik langsung dan tidak langsung melalui entitas anak maupun patungan dengan pihak-pihak lain. Pada saat ini kegiatan Perusahaan terutama adalah pembangunan perumahan di daerah Jakarta Selatan dan Tangerang dan pengelolaan usaha properti. Kegiatan usaha tersebut meliputi pembebasan tanah, pengembang real estat, persewaan pusat perbelanjaan dengan proyek Bintaro Jaya, Graha Raya, Bintaro Trade Center, Plaza Bintaro Jaya, Plaza Slipi Jaya, Pasar Senen V, Pusat Grosir Senen Jaya, Jembatan Multiguna Senen Jaya, Bintaro Jaya Xchange, Pasar Modern dan Pengelola Kawasan Bintaro serta melakukan investasi pada entitas anak dan asosiasi. Kantor Perusahaan terletak di CBD Emerald Blok CE/A No. 1, Boulevard Bintaro Jaya Tangerang – 15227, Banten, Indonesia. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1980.

PT Pembangunan Jaya, pemegang saham mayoritas Perusahaan, merupakan Perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 60% sahamnya dimiliki oleh pihak swasta. Perusahaan adalah anggota kelompok usaha Pembangunan Jaya.

1.b. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Pada tanggal 2 Juni 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan Surat Keputusan No. S-1008/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum perdana 35.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (angka penuh) per saham kepada masyarakat melalui pasar modal dengan harga Rp 5.200 (angka penuh) per saham. Pencatatan saham dilakukan di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Juni 1994. Bersamaan dengan pencatatan saham-saham tersebut, seluruh saham milik pemegang saham lama sejumlah 200.000.000 saham juga turut dicatatkan (Company Listing), sehingga pada tanggal tersebut seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 235.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang dituangkan dalam akta No. 41 dan No. 42 tanggal 8 Mei 1996, dari Sutjipto, SH, pada waktu itu notaris di Jakarta, para pemegang saham menyetujui pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp 1.000 (angka penuh) per saham menjadi Rp 500 (angka penuh) per saham. Pemecahan nilai nominal saham ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-2-7844. HT.01.04.TH.96 tanggal 20 Juni 1996 dan diumumkan dalam Berita Negara No 32 tanggal 22 April 1997, Tambahan No. 1559. Dengan demikian, jumlah saham Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta meningkat dari 235.000.000 saham menjadi 470.000.000 saham.

Pada tanggal 30 September 2005, Perusahaan memperoleh Surat Persetujuan dari Direksi PT Bursa Efek Jakarta melalui Surat No. S-1219/BEJ-PSJ/09-2005, untuk melakukan pencatatan saham konversi obligasi Perusahaan Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 80.000.000 saham, dengan nilai nominal Rp 500 (angka penuh) per saham, dan harga konversi Rp 1.900 (angka penuh) per saham. Pada tanggal 6 Oktober 2005, semua saham dari konversi obligasi Perusahaan tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta, dengan demikian efektif sejak tanggal tersebut, seluruh saham Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta menjadi 550.000.000 saham.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang dituangkan dalam akta No. 74 tanggal 11 Mei 2006 dari Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, para pemegang saham telah menyetujui pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp 500 (angka penuh) per saham menjadi Rp 100 (angka penuh) per saham. Pemecahan nilai nominal saham ini telah dilaporkan dan diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-19894.HT.01.04.TH.2006 tanggal 7 Juli 2006. Pemecahan saham tersebut dilaksanakan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia dan PT Adimitra Transferindo, dengan tanggal pencatatan 16 Agustus 2006 dan tanggal distribusi 22 Agustus 2006. Efektif sejak tanggal pencatatan tersebut, seluruh saham Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) meningkat dari 550.000.000 saham menjadi 2.750.000.000 saham.

(10)

7 1.c. Struktur Entitas Anak

Perusahaan memiliki baik secara langsung maupun tidak langsung lebih dari 50% saham entitas-entitas anak dan/atau mempunyai kendali atas manajemen entitas anak. Penyertaan saham pada entitas anak pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:

Kegiatan Usaha Utama Lokasi Tahun

Domisili Pendirian

30 Juni 2013 31 Desember 2012 30 Juni 2013 31 Desember 2012

% % Rp Rp

PT Jaya Sarana Pratama Pembangunan dan Jasa Tangerang 2009 60.00 60.00 110.695.997 110.291.777 PT Primainti Permata Pembangunan dan Jasa Tangerang 2009 100.00 100.00 81.290.796 71.525.602 PT Jaya Mitra Sarana Pembangunan dan Jasa Tangerang 2009 50.00 50.00 14.916.854 15.661.162 PT Jaya Properti Fatmawati Pembangunan dan Jasa Jakarta 2012 100.00 100.00 55.445.327 40.119.027 PT Jaya Properti Simatupang Pembangunan dan Jasa Tangerang 2012 100.00 100.00 25.031.161 - PT Jaya Gardenpolis dan Real Estat Tangerang 1994 84.00 84.00 514.085.004 499.438.453 Entitas Anak:

PT Rifi Permata Perdagangan Umum dan Tangerang 1986 100.00 100.00 300.000 300.000 Jasa Konstruksi

PT Intigraha Perdagangan Umum dan Tangerang 1994 100.00 100.00 250.000 250.000 Citrasejahtera Real Estat

PT Sinarmulia Perdagangan Umum dan Tangerang 1990 100.00 100.00 140.000 140.000 Binapersada Jasa Konstruksi

PT Shinta Tangerang Perdagangan Umum dan Tangerang 1992 100.00 100.00 40.000 40.000

Abadi Real Estat

PT Alamanda Permata Real Estat Tangerang 1986 100.00 100.00 25.000 25.000 PT Loji Elok Real Estat Tangerang 1986 100.00 100.00 25.000 25.000 PT Sanggar Idaman Real Estat Tangerang 1986 100.00 100.00 25.000 25.000 PT Sanggar Rejeki Jasa Konstruksi dan Tangerang 1986 100.00 100.00 25.000 25.000

Usaha Gedung

PT Sanggar Kejora Real Estat Tangerang 1988 100.00 100.00 25.000 25.000 PT Anugerah Tangerang Perdagangan Umum dan Tangerang 1992 100.00 100.00 25.000 25.000

Indah Real Estat

PT Anugerah Melosia Perdagangan Umum dan Jakarta 1992 100.00 100.00 25.000 25.000

Indah Real Estat

PT Delta Cendana Perdagangan Umum dan Tangerang 1993 100.00 100.00 25.000 25.000 Citrapersada Real Estat

PT Anugerah Tangerang Perdagangan Umum dan Tangerang 1992 100.00 100.00 25.000 25.000

Abadi Real Estat

PT Shinta Pratiwi Perdagangan Umum dan Tangerang 1986 100.00 100.00 25.000 25.000 Dinamika Jasa Transportasi

PT Tomang Karya Perdagangan Umum dan Tangerang 1987 100.00 100.00 12.500 12.500 Pratama Jasa Konstruksi

Langsung dan Tidak Langsung

Entitas Anak Persentase Kepemilikan Total Aset

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2013, seluruh entitas anak di atas belum memulai operasi komersialnya, kecuali PT Jaya Gardenpolis (JGP), PT Jaya Mitra Sarana (JMS) dan PT. Primainti Permata masing-masing merupakan entitas anak, yang memulai kegiatan usahanya masing-masing pada tahun 1996, 2010 dan 2012.

PT Jaya Gardenpolis (JGP)

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 17 Nopember 2000, para pemegang saham menyetujui untuk meningkatkan penyertaan sahamnya pada JGP dari 70% menjadi 83,86% melalui konversi uang muka untuk pemesanan saham sebesar Rp 190.000.000 yang telah disetor seluruhnya oleh Perusahaan pada tahun 1999. Selisih antara biaya perolehan/hasil penjualan aset bersih JGP dan entitas anak yang diperoleh/dialihkan dengan nilai buku bersih dibukukan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” di bagian Ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 38, mengenai “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” yang kemudian direvisi menjadi PSAK No. 38 (revisi 2012), mengenai “Kombinasi Bisnis pada Entitas Sepengendali”, disajikan dalam pos „Tambahan Modal Disetor”.

Berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham JGP yang termuat dalam akta No. 26 tanggal 7 Maret 2011, yang dibuat oleh Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, yang telah memperoleh bukti lapor ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan No. AHU-AH.01.10-15965 pada tanggal 26 Mei 2011, para pemegang saham JGP menyetujui untuk meningkatkan modal disetor sebesar Rp 40.000.000 sehingga menjadi Rp 310.357.000. Atas peningkatan modal disetor tersebut, kepemilikan Perusahaan menjadi Rp 260.257.000 atau 83,86%.

(11)

8

Berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham JGP yang termuat dalam akta No. 19 tanggal 10 Mei 2011, yang dibuat oleh Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, yang telah memperoleh bukti lapor ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan No. AHU-AH.01.10-28158 pada tanggal 5 September 2011, para pemegang saham JGP menyetujui untuk menambahkan modal disetor sebesar Rp 20.000.000 sehingga menjadi sebesar Rp 330.357.000. Atas peningkatan modal disetor tersebut, kepemilikan Perusahaan menjadi sebesar Rp 277.029.000 atau 83,86%.

Berdasarkan Keputusan Rapat Pemegang Saham JGP yang termuat dalam akta No. 95 tanggal 30 Nopember 2011, yang dibuat oleh Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, para pemegang saham JGP menyetujui untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 40.000.000 sehingga menjadi sebesar Rp 370.357.000. Akta tersebut telah memperoleh bukti lapor ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan No. AHU-AH.01.10 -24818 pada tanggal 6 Juli 2012 Berdasarkan Keputusan Rapat Pemegang Saham JGP yang termuat dalam akta No. 10 tanggal 7 Agustus 2012, yang dibuat oleh Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, para pemegang saham JGP menyetujui untuk meningkatkan modal dasar sebesar Rp 100.000.000 sehingga menjadi Rp 500.000.000 dan meningkatkan modal disetor sebesar Rp 30.000.000 sehingga menjadi sebesar Rp 400.357.000. Atas peningkatan modal disetor tersebut, kepemilikan Perusahaan menjadi sebesar Rp 336.300.000 atau 84 %. Akta tersebut telah memperoleh bukti lapor ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan surat keputusan No. AHU-65278.AH.01.02 pada tanggal 20 Desember 2012.

PT Jaya Sarana Pratama (JSP)

JSP didirikan berdasarkan akta No. 168 tanggal 18 Juni 2009 yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, SH, sebagai pengganti dari Sutjipto, SH, pada waktu itu notaris di Jakarta. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-34105.AH.01.01-Tahun 2009 pada tanggal 21 Juli 2009.

Anggaran dasar JSP mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta No. 41 tanggal 10 Nopember 2010 yang dibuat di hadapan Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan mengenai perubahan tempat kedudukan JSP, peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor JSP. Perubahan anggaran dasar tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-04779.AH.01.02 tahun 2011 tanggal 28 Januari 2011.

Perusahaan memiliki 63.000 saham atau sebesar Rp 63.000.000 yang merupakan 60% kepemilikan Perusahaan pada JSP. JSP bergerak dalam bidang usaha pembangunan konstruksi gedung dan infrastruktur jalan tol.

PT Jaya Mitra Sarana (JMS)

JMS didirikan berdasarkan akta No. 10 tanggal 18 Nopember 2009 yang dibuat di hadapan Anggrahini Dewi, SH, sebagai pengganti Aloysius M. Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-01507.AH.01.01.Tahun 2010 pada tanggal 12 Januari 2010.

Berdasarkan Keputusan Rapat Pemegang Saham JMS yang termuat dalam akta No. 49 tanggal 30 Juli 2012, yang dibuat oleh Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, para pemegang saham JMS menyetujui untuk meningkatkan modal dasar sebesar Rp 10.000.000 sehingga menjadi sebesar Rp 20.000.000 dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 4.000.000 sehingga menjadi sebesar Rp 13.000.000. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-00509.AH.01.02. Tahun 2013.

Perusahaan memiliki 6.500 saham atau sebesar Rp 6.500.000 yang merupakan 50% kepemilikan Perusahaan pada JMS. JMS bergerak dalam bidang usaha pembangunan dan jasa.

PT Primainti Permata (PP)

PP didirikan berdasarkan akta No. 15 tanggal 24 September 2008 dan akta Perubahan No. 14 tanggal 29 September 2009 yang dibuat di hadapan Masruroh, SH, notaris di Tangerang Selatan. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-51804.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 27 Oktober 2009. PP bergerak dalam bidang usaha pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan.

Berdasarkan Akta No. 56 tanggal 21 Oktober 2010 yang dibuat di hadapan Aloysius Maria Jasin, SH, Notaris di Tangerang Selatan, dan telah memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan Nomor: AHU-56986.AH.01.02 Tahun 2010, Perusahaan dan JGP, entitas anak, memiliki masing-masing 31.098 dan 2 saham atau sebesar Rp 31.098.000 dan Rp 2.000 yang merupakan 99.99% dan 0,01% kepemilikan Perusahaan dan JGP pada PP.

Berdasarkan akta Pernyataan Keputusan Rapat PP No. 52 tanggal 18 Maret 2011, yang telah dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui surat keputusan No.AHU-AH.01.10-22941 tanggal 20 Juli 2011, para pemegang menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 31.100.000 menjadi sebesar Rp 41.000.000.

(12)

9

Dengan peningkatan modal ditempatkan dan disetor tersebut, kepemilikan Perusahaan dan JGP, entitas anak, masing-masing adalah 40.959 dan 41 saham atau sebesar Rp 40.959.000 dan Rp 41.000 yang merupakan 99,90% dan 0,10% kepemilikan Perusahaan dan JGP pada PP.

Berdasarkan akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 56 tanggal 26 Juli 2011, yang dibuat di hadapan Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, telah disetujui penambahan modal disetor sebesar Rp 10.000.000. Atas peningkatan modal disetor tersebut, kepemilikan Perusahaan pada PP menjadi sebesar Rp 50.949.000 atau 50.949 lembar saham atau 99,90% dan JGP menjadi sebesar Rp 51.000 atau 51 lembar saham atau 0,10%. Akta tersebut telah memperoleh bukti lapor berdasarkan surat pemberitahuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. AHU-AH.01.10-41840 tanggal 21 Desember 2011.

Berdasarkan akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 96 tanggal 30 Nopember 2011, yang dibuat di hadapan Aloysius Maria Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan, telah disetujui penambahan modal disetor sebesar Rp 20.000.000 sehingga modal ditempatkan dan disetor Perusahaan menjadi sebesar Rp 71.000.000. Akta tersebut telah memperoleh bukti lapor berdasarkan surat pemberitahuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. AHU-AH.01.10.37217 tanggal 17 Oktober 2012.

PT Jaya Properti Fatmawati (JPF)

JPF didirikan berdasarkan akta No. 18 tanggal 15 Oktober 2012 yang dibuat di hadapan Aloysius M .Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-56513.AH.01.01 Tahun 2012 tanggal 5 Nopember 2012. JPF bergerak dalam bidang usaha pembangunan, perdagangan umum dan jasa.

Perusahaan memiliki 39.600 lembar saham atau sebesar Rp 39.600.000 yang merupakan 99% kepemilikan Perusahaan pada JPF dan PP, entitas anak, memiliki 400 lembar saham atau sebesar Rp 400.000 yang merupakan 1% kepemilikan di JPF.

PT Jaya Properti Simatupang (JPS)

JPS didirikan berdasarkan akta No. 19 tanggal 12 Nopember 2012 yang dibuat di hadapan Aloysius M .Jasin, SH, notaris di Tangerang Selatan. Akta tersebut belum mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sampai dengan tanggal laporan. JPS bergerak dalam bidang usaha pembangunan, perdagangan umum dan jasa.

Perusahaan memiliki 24.750 lembar saham atau sebesar Rp 24.750.000 yang merupakan 99% kepemilikan Perusahaan pada JPS dan PP, entitas anak, memiliki 250 lembar saham atau sebesar Rp 250.000 yang merupakan 1% kepemilikan di JPS.

1.d. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan

Susunan anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 17 tanggal 4 Juni 2013 yang dibuat di hadapan Aryanti Artisari, SH, MKn, notaris di Jakarta dan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 84 tanggal 16 Mei 2012 yang dibuat di hadapan Aryanti Artisari, SH, MKn, notaris di Jakarta sebagai berikut:

30 Juni 2013 31 Desember 2012

Dewan Komisaris

Komisaris Utama Ir. Ciputra Ir. Ciputra

Komisaris Ir. Hiskak Secakusuma, MM Ir. Hiskak Secakusuma, MM

Ir. Soekrisman Ir. Soekrisman

Komisaris Independen Ir. Edmund E. Sutisna Ir. Edmund E. Sutisna Ir. Yauw Diaz Moreno Ir. Yauw Diaz Moreno

Dewan Direksi

Direktur Utama Trisna Muliadi Trisna Muliadi

Wakil Direktur Utama Ir. Yohannes Henky Wijaya, MM Ir. Yohannes Henky Wijaya, MM Ir. Sutopo Kristanto, MM Ir. Sutopo Kristanto, MM

Direktur Dra. Swandayani Ir. Gatot Setyo Waluyo

Ir. Kristianto Indrawan, MM Dra. Swandayani

Susunan Komite Audit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut :

Ketua Ir. Edmund E. Sutisna, MBA

Anggota Drs. Jonathan Isnanto

(13)

10

Corporate secretary Perusahaan adalah Dewi Indriasari, SE, MM masing-masing pada 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 . Kepala Unit Internal Audit Perusahaan pada 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 dijabat oleh Ir. Sutopo Kristanto, MM. Perusahaan dan entitas anak (selanjutnya secara bersama-sama disebut Grup) memiliki sejumlah 409 dan 407 karyawan tetap masing-masing pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 (tidak diaudit).

2. Penerapan Pernyataan dan InterpretasiStandar Akuntansi Keuangan yang Direvisi (PSAK Revisi dan

ISAK) Standards (Re

2.a. Standar yang Berlaku Efektif pada Tahun Berjalan

Berikut adalah standar baru, perubahan atas standar dan interpretasi standar yang wajib diterapkan oleh Grup untuk pertama kalinya untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2012 dan 1 Januari 2013:

 PSAK No. 10 (Revisi 2010): ”Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”

 PSAK No. 13 (Revisi2011): “Properti Investasi”

 PSAK No. 16 (Revisi2011): “Aset Tetap”

 PSAK No. 18 (Revisi2010): “Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya”

 PSAK No. 24 (Revisi 2010): ”Imbalan Kerja”

 PSAK No. 26 (Revisi 2011): “Biaya Pinjaman”

 PSAK No. 28 (Revisi2010): “Akuntansi untuk Asuransi Kerugian”

 PSAK No. 30 (Revisi2011): “Akuntansi Guna Usaha”

 PSAK No. 33 (Revisi2011): “Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan pada Pertambangan Umum”

 PSAK No. 34 (Revisi2010): “Kontrak Konstruksi”

 PSAK No. 36 (Revisi2011): “Akuntansi untuk Kontrak Asuransi Jiwa”

 PSAK No. 45 (Revisi2011): “Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba”

 PSAK No. 46 (Revisi 2010): “Akuntansi Pajak Penghasilan”

 PSAK No. 50 (Revisi 2010): ”Instrumen Keuangan: Penyajian”

 PSAK No. 53 (Revisi 2010): “Pembayaran Berbasis Saham”

 PSAK No. 55 (Revisi 2011): “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”

 ISAK No. 20: “Pajak Penghasilan-Perubahan Status Pajak Entitas atau Pemegang Sahamnya”

 ISAK No. 22: “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”

 ISAK No. 23: “Sewa Operasi – Insentif”

 ISAK No. 24: “Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa”

 ISAK No. 25: “Hak Atas Tanah”

 ISAK No. 26: “Penilaian Ulang Derivatif Melekat”

 PPSAK No. 7: “Pencabutan PSAK No. 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Paragraf 47 – 48 dan 56 – 61”

 PPSAK No. 8: “Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian”

 PPSAK No. 9: “Pencabutan ISAK 5: Interpretasi atas Paragraf 14 PSAK 50 (1998) tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia Untuk Dijual”

 PPSAK No. 11: “Pencabutan PSAK 39 Akuntansi Kerja Sama Operasi”

 PSAK No. 38 (Revisi 2012): “Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali”

Berikut ini adalah dampak atas perubahan standar akuntansi di atas yang relevan terhadap laporan keuangan konsolidasian Grup, yaitu:

PPSAK No. 7, ” Pencabutan PSAK No. 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Paragraf 47 – 48 dan 56 – 61” Pencabutan standar ini mengubah penyajian Laporan Posisi Keuangan Grup dengan mengelompokkan aset menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, serta liabilitas menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengenai Penyajian Laporan Keuangan.

Sebelum PPSAK No. 7, Grup menyajikan aset dan liabilitas tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar dalam laporan posisi keuangan (unclassified basis). Oleh karena PPSAK No. 7, Grup menyajikan aset dan liabilitas berdasarkan aset lancar dan tidak lancar atau liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan pada tanggal 30 Juni 2013. Oleh karena itu, Grup menyajikan kembali laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2011. Pada saat ini Grup masih menerapkan persyaratan PSAK No. 44 paragraf 1-46, 49-55 dan 62-64 dalam hal pengukuran dan pengakuan pendapatan dan beban terkait aktivitas pengembangan real estatnya.

(14)

11

PSAK No. 13 (Revisi 2011): “Properti Investasi”

Efektif pada tanggal 1 Januari 2012, Grup menerapkan PSAK No. 13 (Revisi 2011). PSAK ini mengatur properti dalam proses pembangunan harus dicatat sebagai properti investasi apabila penggunaannya di masa yang akan datang sesuai dengan definisi properti investasi. Sehubungan dengan penerapan pertama kali PSAK ini, Grup telah mereklasifikasi properti dalam proses pembangunan yang dimasa yang akan datang digunakan sebagai properti investasi yang sebelumnya dicatat sebagai bagian dari pos aset tetap menjadi bagian dari pos properti investasi. (lihat Catatan 10 dan 11).

PSAK 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”

Beberapa revisi penting pada standar ini yang relevan bagi Grup adalah sebagai berikut:

1) Pengakuan Keuntungan/(Kerugian) Aktuarial Standar yang direvisi ini memperkenalkan alternatif metode baru untuk mengakui seluruh keuntungan/ (kerugian) aktuarial melalui pendapatan komprehensif lainnya.

2) Pengungkapan

Standar yang direvisi ini mengemukakan beberapa persyaratan pengungkapan, antara lain:

 Jumlah atas nilai kini liabilitas imbalan pasti untuk periode tahun berjalan dan empat periode tahunan sebelumnya; dan

 Jumlah penyesuaian pengalaman yang muncul atas liabilitas program dan aset program untuk periode tahun berjalan dan empat periode tahunan sebelumnya.

Grup telah memilih untuk tetap menggunakan pendekatan koridor dalam pengakuan keuntungan/ (kerugian) aktuaria.

Standar yang direvisi juga mensyaratkan pengungkapan baru tambahan. Pengungkapan yang disyaratkan tersebut sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 18 yang telah disusun sesuai dengan standar ini.

Laporan keuangan konsolidasian telah disusun menggunakan persyaratan pengungkapan yang telah direvisi.

PSAK No. 50 (Revisi 2010) “Instrumen Keuangan: Penyajian”

Standar ini berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan mengidentifikasikan informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian berlaku terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam instrumen keuangan, liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas; klasifikasi yang terkait bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana instrumen keuangan dan liabilitas keuangan akan saling hapus. Standar ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain informasi mengenai instrumen yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa suatu entitas yang terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut.

Penerapan standar ini tidak memberikan pengaruh terhadap laporan keuangan.

PSAK No. 55 (Revisi 2011) “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”

Standar ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan dan beberapa kontrak pembelian atau penjualan item non-keuangan. Standar ini, antara lain, menyediakan definisi dan karakteristik derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan hubungan lindung nilai.

Penerapan standar ini tidak memberikan pengaruh terhadap laporan keuangan pada saat penerapan awal.

PSAK No. 60 “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”

Standar ini mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan konsolidasian yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan; dan sifat dan luas risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko tersebut.

Pengungkapan tambahan sehubungan dengan PSAK No. 60 telah ditambahkan dalam Catatan 29 atas laporan keuangan. 2.b. Pernyataan yang Telah Dikeluarkan tapi Belum Berlaku Efektif

Standar akuntansi yang telah dikeluarkan oleh DSAK-IAI yang relevan terhadap Grup tetapi belum efektif di tahun 2012, namun penerapannya disyaratkan untuk tahun buku yang di mulai 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut:

- ISAK No. 21 *): “Perjanjian Konstruksi Real Estate”

- PPSAK No. 7: Pencabutan PSAK No. 44: “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate paragraf 1-46, 49-55 dan 62-64” - PPSAK No. 10: “Pencabutan PSAK No. 51: “Akuntansi Kuasi Reorganisasi”

*) Ditunda sampai dengan waktu yang tidak ditentukan, sesuai dengan surat pengumuman DSAK-IAI No. 0643/DSAK/IAI/IX/2012 tanggal 21 September 2012.

Grup sedang mengevaluasi dan belum menentukan dampak dari standar dan interpretasi standar yang direvisi dan yang baru tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian, khususnya terkait dengan apabila ISAK No. 21 dan PPSAK No. 7 paragraf 8 (b) berlaku efektif.

(15)

12 2.c. Pencabutan Standar Akuntansi

Pencabutan standar dan interpretasi standar berikut yang penerapannya efektif untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2012 dan tidak berdampak material terhadap kinerja dan posisi keuangan Grup adalah sebagai berikut:

 PSAK No. 11: “Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing”

 PSAK No. 47: “Akuntansi Tanah”

 PSAK No. 52: “Mata Uang Pelaporan”

 ISAK No. 4: “Alternatif Perlakuan yang Diijinkan atas Selisih Kurs” 3. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

3.a. Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Laporan keuangan konsolidasian Grup telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang meliputi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI), serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan” lampiran Keputusan No. KEP-347/BL/2012 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik.

3.b. Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha serta atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas konsolidasian yang menggunakan dasar kas. Dasar pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah konsep biaya perolehan, kecuali beberapa akun tertentu yang didasarkan pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas konsolidasian disajikan dengan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Mata uang fungsional dan mata uang penyajian yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah Rupiah (Rp) dan seluruh angka dalam laporan keuangan dibulatkan menjadi ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain.

3.c. Prinsip-prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasian mencakup laporan keuangan Perusahaan dan entitas-entitas yang dikendalikan secara langsung ataupun tidak langsung dengan persentase kepemilikan lebih dari 50% seperti disebutkan pada Catatan 1.c.

Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat: a. kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan investor lain;

b. kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;

c. kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau organ tersebut; atau

d. kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan direksi dan dewan komisaris atau organ tersebut.

Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial yang dapat dilaksanakan atau dikonversi pada tanggal periode pelaporan harus dipertimbangkan ketika menilai apakah suatu entitas mempunyai kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas lain.

Entitas dikonsolidasikan sejak tanggal dimana pengendalian efektif beralih kepada Perusahaan dan tidak lagi dikonsolidasikan sejak Perusahaan tidak mempunyai pengendalian efektif.

Pengaruh dari seluruh transaksi dan saldo antara perusahaan-perusahaan di dalam Grup yang material telah dieliminasi dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Grup sebagai satu kesatuan. Kerugian pada entitas anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali (KNP) bahkan jika hal ini mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit.

Jika kehilangan pengendalian atas suatu entitas anak, maka Grup:

- menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill) dan liabilitas entitas anak; - menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP;

- menghentikan pengakuan akumulasi atas selisih kurs yang dicatat pada ekuitas, jika ada; - mengakui nilai wajar atas pembayaran yang diterima;

(16)

13 - mengakui nilai wajar atas setiap investasi yang tersisa; - mengakui setiap surplus atau defisit pada laporan laba rugi; dan

- mereklasifikasi bagian entitas induk atas komponen yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya sebagai laba atau rugi atau laba ditahan.

KNP merupakan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas anak yang diatribusikan kepada kepemilikan atas ekuitas yang secara langsung atau tidak langsung tidak dimiliki oleh Perusahaan, yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan sebagai ekuitas pada laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari bagian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perubahan ekuitas entitas anak akibat transaksi dengan pihak non-pengendali disajikan sebagai “Selisih Transaksi dengan Pihak Non-Pengendali pada laporan posisi keuangan konsolidasian.

3.d. Investasi Saham Entitas Asosiasi

Investasi saham di mana Perusahaan dan/atau entitas anak mempunyai kepemilikan saham sebesar 20% sampai dengan 50% dicatat berdasarkan metode ekuitas. Dengan metode ini, investasi dicatat pada biaya perolehan, disesuaikan dengan bagian Perusahaan atau entitas anak atas laba atau rugi bersih dari entitas penerima investasi sejak tanggal perolehan, dikurangi dividen yang diterima. Pengendalian Bersama Entitas

Perusahaan melakukan kerjasama dengan membentuk satu badan Kerja Sama Operasi (KSO) yang terikat oleh suatu perjanjian kontraktual untuk mengendalikan bersama entitas KSO yang mana setiap venturer mempunyai bagian partisipasi.

Dalam KSO tersebut, masing-masing partisan memiliki kendali bersama atas aset dan operasi ventura bersama.

Venturer mengakui bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama entitas dengan menggunakan metode ekuitas. Kontribusi Perusahaan atas ventura bersama tersebut dibukukan dalam akun “Investasi pada Pengendalian Bersama Entitas” dan bagian atas laba (rugi) bersih dalam akun “Bagian Laba (Rugi) Pengendalian Bersama Entitas”.

3.e. Setara Kas

Setara kas meliputi deposito berjangka yang jatuh tempo sama atau kurang dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal penempatannya dan tidak dijaminkan.

3.f. Instrumen Keuangan

Grup mengklasifikasikan instrumen keuangan sebagai berikut: Aset Keuangan

Aset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu (i) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (ii) pinjaman yang diberikan dan piutang, (iii) investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo serta (iv) aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut.

Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. (i) Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laba atau Rugi (FVTPL)

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi (FVTPL) adalah aset keuangan yang ditujukan untuk diperdagangkan. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai aset diperdagangkan kecuali telah ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai.

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada nilai wajar.

Pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, Grup tidak memiliki aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi.

(ii)Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, pinjaman yang diberikan dan piutang meliputi kas dan setara kas, piutang usaha, aset keuangan lancar lainnya, piutang pihak berelasi dan aset keuangan tidak lancar lainnya.

(17)

14 (iii)Investasi yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dimana manajemen mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, selain:

Pada saat pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, Grup tidak memiliki investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo. (iv)Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual (AFS)

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual (AFS) adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas atau perubahan suku bunga, valuta asing atau yang tidak diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang, investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi.

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada nilai wajarnya dimana laba atau rugi diakui pada pendapatan komprehensif lain kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan laba rugi dari selisih kurs hingga aset keuangan dihentikan pengakuannya. Jika aset keuangan tersedia untuk dijual mengalami penurunan nilai, akumulasi laba rugi yang sebelumnya diakui pada pendapatan komprehensif lain akan diakui pada laporan laba rugi. Penghasilan bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif dan keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai tukar dari aset moneter yang diklasifikasikan sebagai kelompok tersedia untuk dijual diakui pada laba atau rugi.

Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, diukur pada biaya perolehan.

Pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, aset keuangan tersedia untuk dijual meliputi investasi saham yang tersedia untuk dijual yang diukur pada biaya perolehan.

Metode Suku Bunga Efektif

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL. Penurunan Nilai Aset Keuangan

Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal laporan posisi keuangan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal pengukuran aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

Untuk investasi ekuitas AFS yang tercatat dan tidak tercatat di bursa, penurunan yang signifikan atau jangka panjang pada nilai wajar dari investasi ekuitas di bawah biaya perolehannya dianggap sebagai bukti obyektif penurunan nilai.

Untuk aset keuangan lainnya, bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:

 kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau

 pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau

 terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan.

Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, penurunan nilai aset dievaluasi secara individual. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kegagalan pembayaran piutang.

Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan.

(18)

15

Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laba rugi.

Jika aset keuangan tersedia untuk dijual dianggap menurun nilainya, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya telah diakui dalam ekuitas direklasifikasi ke laporan laba rugi dalam periode yang bersangkutan.

Pengecualian dari instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan.

Dalam hal efek ekuitas AFS, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi. Setiap kenaikan nilai wajar setelah penurunan nilai diakui secara langsung ke pendapatan komprehensif lain. Reklasifikasi Aset Keuangan

Reklasifikasi hanya diperkenankan dalam situasi yang jarang terjadi dan dimana aset tidak lagi dimiliki untuk tujuan dijual dalam jangka pendek. Dalam semua hal, reklasifikasi aset keuangan hanya terbatas pada instrumen hutang. Reklasifikasi dicatat sebesar nilai wajar aset keuangan pada tanggal reklasifikasi.

Penghentian Pengakuan Aset Keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.

Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai Liabilitas atau Ekuitas

Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas.

Instrumen Ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.

Perolehan kembali modal saham yang telah diterbitkan oleh Perusahaan dicatat dengan menggunakan metode biaya. Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai dengan harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang modal saham.

Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan dikelompokkan ke dalam kategori (i) liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan (ii) liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

(i) Liabilitas Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi

Nilai wajar liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah liabilitas keuangan yang ditujukan untuk diperdagangkan. Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai liabilitas diperdagangkan kecuali ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai.

Keuntungan atau kerugian atas liabilitas yang dimiliki untuk diperdagangkan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

Pada tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, Grup tidak memiliki liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi.

(19)

16

(ii) Liabilitas Keuangan yang Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi

Liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

Pada 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi antara lain utang usaha, liabilitas keuangan jangka pendek lainnya, beban akrual dan utang bank.

Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan.

Investasi pada efek ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, diukur pada biaya perolehan.

Nilai wajar untuk instrumen keuangan lain yang tidak diperdagangkan di pasar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian tertentu. Perusahaan menggunakan metode discounted cashflows dengan menggunakan asumsi asumsi berdasarkan kondisi pasar yang ada pada saat tanggal laporan posisi keuangan untuk menentukan nilai wajar dari instrumen keuangan lainnya.

Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas Perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.

Saling Hapus antar Instrumen Keuangan

Aset dan liabilitas keuangan Grup saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika dan hanya jika:

 Saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan

 Berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. 3.g. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor:

a) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut: (i) Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor;

(ii) Memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau

(iii) Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas pelapor. b) Satu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut:

(i) Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain);

(ii) Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya);

(iii) Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama;

(iv) Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga; (v) Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang

terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor;

(vi) Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a);

(vii) Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a)(i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

Grup telah melakukan evaluasi terhadap hubungan pihak-pihak berelasi dan memastikan laporan keuangan konsolidasian telah disusun menggunakan persyaratan pengungkapan yang telah direvisi.

3.h. Persediaan dan Tanah untuk Pengembangan

Persediaan terutama terdiri dari tanah dalam pematangan, unit bangunan (rumah hunian, rumah kantor/toko) dan unit bangunan dalam penyelesaian dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Biaya perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata (average method). Biaya perolehan atas tanah dalam pematangan termasuk biaya pengembangan dan pematangan tanah, serta kapitalisasi beban keuangan atas pinjaman bank dan fasilitas pinjaman lainnya yang diperoleh untuk membiayai pembangunan proyek dan pembelian, pengembangan serta pematangan tanah hingga tahap penyelesaian. Biaya perolehan atas unit bangunan terdiri dari biaya aktual konstruksi.

(20)

17

Tanah yang dimiliki oleh Grup untuk pengembangan di masa yang akan datang, disajikan sebagai “Tanah untuk Pengembangan” di bagian aset di laporan posisi keuangan konsolidasian. Pada saat dimulainya pengembangan dan pembangunan infrastruktur, nilai tanah tersebut akan diklasifikasikan sebagai persediaan, properti investasi atau aset tetap, mana yang lebih sesuai.

Selisih lebih nilai tercatat persediaan atas estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable value) diakui sebagai “Penyisihan atas Penurunan Nilai Persediaan” dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

3.i. Biaya Dibayar di Muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi sesuai masa manfaat masing-masing beban dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method).

3.j. Properti Investasi

Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai untuk kepentingan disewakan untuk memperoleh pendapatan sewa jangka panjang dan/atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan, jika:

(a) Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan properti investasi akan mengalir ke entitas, dan (b) Biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal

Setelah pengukuran awal, Grup mengukur properti investasi setelah pengakuan awal dengan menggunakan model biaya. Properti investasi diukur sebesar biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan.

Penyusutan bangunan dan prasarana dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis selama 20 tahun. Tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak diamortisasi.

Properti investasi mencakup juga properti dalam proses pembangunan di masa depan yang akan digunakan sebagai properti investasi. Biaya perolehan termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari utang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke properti investasi pada saat selesai dan siap untuk digunakan.

3.k. Aset Tetap

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Grup telah menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2011) “Aset Tetap”. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan terkait dalam laporan keuangan. Sesuai dengan PSAK No. 16 (Revisi 2011), Grup telah memilih metode biaya untuk pengukuran aset tetapnya.

Aset tetap diakui sebesar biaya perolehannya termasuk pajak yang berlaku, bea masuk, biaya pengangkutan, biaya penanganan, biaya penyimpanan, biaya penyediaan lokasi, biaya pemasangan, biaya upah tenaga kerja internal, estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. Setelah pengakuan awal, aset tetap dipertanggungjawabkan dengan menggunakan model biaya dan dinyatakan sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penyisihan penurunan nilai.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:

Tahun Bangunan Kantor dan Kegiatan Olahraga 20

Peralatan Bangunan Kantor 8 - 20

Perlengkapan, Peralatan dan Perabot Kantor 3 - 5

Kendaraan 3 - 5

Tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak diamortisasi.

Manajemen telah mengkaji ulang atas estimasi masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan pada setiap akhir periode pelaporan.

Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan ke dalam Iaporan laba rugi pada saat terjadinya, pemugaran dan penambahan daIam jumlah material dikapitalisasi. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dilepas, biaya perolehan serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari aset tetap yang bersangkutan dan keuntungan atau kerugian yang timbul dilaporkan di dalam laporan Iaba rugi komprehensif tahun yang bersangkutan.

(21)

18

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap, akumulasi biaya perolehan akan direklasifikasi ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap untuk digunakan.

3.l. Penurunan Nilai Aset Non Keuangan

Pada tanggal pelaporan, Grup menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, jumlah terpulihkan dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi jumlah terpulihkan atas suatu aset individu, Grup mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas atas aset.

Perkiraan jumlah terpulihkan adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakai. Jika jumlah terpulihkan dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba atau rugi.

3.m. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Grup mengakui pendapatan dari penjualan real estat dengan menggunakan metode akrual penuh. Pendapatan dari penjualan real estat diakui secara penuh sebagai berikut:

1. Pendapatan dari penjualan bangunan rumah, rukan dan bangunan sejenis lainnya beserta kavling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) bila memenuhi semua kriteria berikut:

a. Proses penjualan telah selesai; b. Harga jual akan tertagih;

c. Tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan

d. Penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak Iagi berkewajiban secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.

2. Pendapatan dari penjualan kavling tanah tanpa bangunan yang tidak memerlukan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) bila memenuhi semua kriteria berikut:

a. Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;

b. Harga jual akan tertagih;

c. Tagihan penjual tidak bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang; d. Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kavling tanah yang

dijual, pembangunan fasilitas yang dijanjikan ataupun yang menjadi liabilitas dan beban penjual sesuai dengan perjanjian antara penjual dan pembeli yang bersangkutan; dan

e. Hanya kavling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kavling tersebut. Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode uang muka (deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi.

Beban pokok penjualan lahan siap bangun ditentukan berdasarkan realisasi biaya perolehan tanah ditambah taksiran beban lain untuk pengembangan dan pembangunan prasarana penunjang. Beban pokok penjualan unit bangunan ditentukan berdasarkan seluruh biaya aktual pengerjaan yang terjadi dan biaya untuk menyelesaikan pengerjaan. Taksiran biaya disajikan sebagai “Taksiran Biaya untuk Pembangunan” dalam akun “Beban Akrual”. Selisih antara jumlah taksiran biaya dengan biaya aktual pembangunan atau pengembangan dibebankan pada “Beban Pokok Penjualan” tahun berjalan.

Penghasilan sewa diakui sesuai dengan masanya. Sewa yang diterima dimuka disajikan sebagai “Penghasilan Sewa Ditangguhkan” dan diakui sebagai pendapatan secara proporsional sesuai dengan masanya.

Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis). 3.n. Biaya Pinjaman

Bunga dan beban keuangan lainnya yang timbul dari pinjaman yang diperoleh untuk mendanai perolehan dan pengembangan tanah dan serta pembangunan bangunan dikapitalisasi ke persediaan dan tanah untuk pengembangan, yang mana lebih sesuai. Biaya pinjaman yang dikapitalisasi terdiri dari beban bunga, beban bank dan selisih kurs yang terjadi sehubungan dengan perolehan pinjaman tersebut. Besarnya biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam suatu periode ditentukan berdasarkan tingkat kapitalisasi dikalikan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk perolehan, pematangan dan pembangunan tahun berjalan.

Gambar

Tabel mortalita  Tabel Mortalita Indonesia II Tahun 2000
Tabel berikut ini menunjukkan sensitivitas kemungkinan perubahan tingkat pertukaran mata uang asing terhadap Rupiah, dengan asumsi  variabel lain konstan, dampak terhadap laba sebelum beban pajak penghasilan sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Para pengguna angkutan umum mayoritas turun dari angkutan perkotaan di dalam Terminal Angkutan Perkotaan Mangkang, yang berada di pintu masuk setelah tanjakan

(1)Terdapat korelasi positif dan signifikan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMKN 1 Batam sebesar 0,427,

Dari faktor institusi terdapat aturan yaitu pada Keputusan Rektor IAIN Walisongo Nomor 19 Tahun 2005 tentang Tata Tertib Mahasiswa Bab Larangan-larangan pasal 9

: Diisi periode pemakaian TLD Badge sesuai dengan hasil evaluasi TLD Bagde yang dikeluarkan oleh lembaga evaluasi dosis untuk periode pemakaian 3 bulan atau 6 bulan terakhir

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan agroforestri dukuh berdasarkan curahan waktu kerja, menganalisis

Atas dasar inilah, penelitian terhadap kemampuan siswa dalam memahami karya sastra khususnya drama terlah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: Islawarman (2013) dengan

Dipilihnya Kabupaten Bone Bolango khususnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) karena Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset

lineancy bias , yaitu adanya kecenderungan para responden untuk memberikan skor jawaban yang lebih tinggi terhadap dirinya, walaupun instrumen penelitian ini