• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Curriculum Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Curriculum Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

39 3 (1) (2020) 39-44

Journal of Curriculum Indonesia

http://hipkinjateng.org/jurnal/index.php/jci

Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Berbasis Christ Like Character (CLC)

dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Kristen Kalam Kudus

Melur Dewi Andriaty Zendrato, Suharno, Leo Agung

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia Info Articles ____________________ History Articles: Submitted 28 November 2019 Revised 11 January 2020 Accepted 1 February 2020 ____________________ Keywords:

Pendidikan karakter; Pendidikan Kristen; Bahan Ajar

_________________________

Abstract

________________________________________________________________ Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan dalam rangka menciptakan masyarakat yang berkarakter dan memiliki kehidupan moral yang baik. Hal ini merupakan tanggung jawab pendidikan Kristen karena mereka dipercaya untuk mendidik siswa menjadi serupa seperti Kristus. Thomas Lickona mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang bekerja dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam tindakan. Untuk membentuk karakter yang baik diperlukan pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Kekristenan melihat anak sebagai manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk mendidik manusia yang berdosa agar mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupannya. Pendidikan ini dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai kebenaran alkitabiah sebagai dasar kebenaran. Hal ini yang menjadi perhatian SMP Kristen Kalam Kudus sehingga memberikan waktu khusus dalam melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. Namun berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini belum maksimal. Mengingat hal itu, maka perlu disusun sebuah bahan ajar yang akan mendukung pelaksanaan pendidikan karakter Kristen. Bahan ajar ini nantinya diharapkan bisa menolong siswa untuk mengerti apa yang menjadi tujuan dan panggilan hidup mereka yang dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

Address correspondence:

(2)

Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)

40

PENDAHULUAN

Pada saat ini kejahatan anak di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data yang dilansir oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) tercatat bahwa pelaku kriminal dari kalangan anak-anak mengalami peningkatan yang sangat pesat. Menurut Hilmia Wardani, dalam situsnya

http://sosbud.kompasiana.com/Bobroknya Mental Generasi Muda, Salah Siapa?” dari data yang diambil sejak Januari hingga Oktober 2009, terjadi peningkatan kasus kriminal anak sebesar 35% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini dibuktikan dari melonjaknya jumlah kasus dari yang semula 713 kasus di tahun 2008 menjadi 1.150 kasus di tahun 2009.

Hal senada juga ditemukan dalam diri anak-anak yang bersekolah di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 November 2018 dengan Bapak Felixtian Teknowijoyo selaku kepala sekolah, ditemukan kasus anak yang membully temannya bahkan sampai ada yang melakukan kekerasan fisik. Selain itu, dalam berinteraksi di media sosial, anak-anak kerap kali menggunakan kalimat yang tidak sopan dan kasar. Dalam pertemuan-pertemuan guru dengan orang tua murid, seringkali orang tua mengeluh akan sikap anak yang semakin berani untuk melawan dan melanggar perintah orang tua. Bahkan beberapa kali anak harus dipanggil dan diajak untuk berbicara untuk memperbaiki sikap dan kelakuanya.

Sekolah perlu melakukan peran secara menyeluruh yaitu mendidik anak secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sekolah perlu memberikan pengetahuan yang memadai kepada siswa, tetapi tidak hanya itu, sekolah juga perlu menolong siswa untuk memiliki karakter yang baik sehingga mampu memiliki pengetahuan yang baik dan dapat mempergunakan pengetahuan tersebut untuk hal-hal yang berguna.

Bercermin dari keadaan yang demikian maka sudah menjadi tanggung jawab sekolah

untuk terus mengusahakan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar. bahwa secara khusus hal ini juga menjadi tanggung jawab sekolah Kristen. Pendidikan karakter menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah Kristen, karena sekolah Kristen memiliki panggilan khusus. Allah telah memanggil sekolah Kristen secara khusus untuk menjalankan misi-Nya. Allah menuntut keunggulan dalam sekolah Kristen yang ditandai dengan kekudusan dan kerendahan hati.

Sekolah Kristen ada dengan berpusat kepada Allah dan berlandaskan kepada kebenaran Alkitab. Dengan demikian sekolah Kristen memiliki tujuan yang jelas, yaitu tujuan yang berdasarkan apa yang ada di dalam Alkitab. Sekolah Kristen bertujuan untuk mendidik anak sehingga mereka bisa memuliakan Allah, menceritakan tentang Allah kepada dunia dan memiliki pertumbuhan di dalam pengetahuan dan tindakan. Bertumbuh menjadi seperti Kristus adalah tujuan pendidikan Kristen, sehingga, pendidikan itu tidak boleh berhenti hanya sampai kepada pengetahuan bagaimana dengan kehidupan ini tetapi harus sampai kepada bagaimana menjalani kehidupan ini. (Kienel, 1978:17)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka Budhi Santosa, Samsi Haryanto, Joko Nurkamto yang berjudul The Implementation of

Character Education in Kristen Pelita Nusantara

Kasih Senior High School Surakarta,

menyimpulkan betapa pentingnya pendidikan karakter di Sekolah Kristen. Sekolah Kristen Pelita Nusantara mempunyai tiga filosofi yaitu

pertama, Allah adalah sumber segala kebenaran,

pengetahuan dan hikmat. Kedua, manusia adalah roh yang mempunyai jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) dan ketiga pendidikan adalah pemuridan. Filosofi ini dapat diwujudkan dalam melalui pendidikan karakter. Siswa akan dibantu untuk bertumbuh dalam proses pengenalan dirinya di hadapan Tuhan dan mencapai potensi maksimal masing-masing siswa sesuai keunikannya.

Lickona (1991) menyatakan bahwa karakter terdiri dari nilai-nilai yang bekerja

(3)

Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)

41

dalam diri seseorang (operative values), nilai-nilai dalam tindakan. Karakter seseorang berkembang sebagaimana nilai-nilai berkembang menjadi virtue. Karakter berbicara mengenai apa yang ada dalam diri seseorang. Karakter akan menentukan bagaimana seseorang bertindak ketika dia berpikir bahwa ia tidak terlihat oleh orang lain. Atau dengan kata lain karakter berbicara mengenai apa yang dilakukan seseorang ketika tidak ada yang melihatnya.

Lickona dalam bukunya Raising Good Children (1983:7) menyatakan bahwa karakter mengandung tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui yang baik, menginginkan yang baik dan melakukan yang baik. Itu artinya, memiliki kebiasaan dalam pikiran, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini penting untuk memimpin kehidupan yang bermoral bahkan menuju pada kedewasaan moral.

Pendidikan karakter Kristen sangat berkaitan dengan pemahaman nara didik sebagai murid Kristus. Graham (2003) menjelaskan pemahaman terhadap nara didik meliputi: pertama, manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah; kedua, manusia telah terpisah dengan Allah karena dosa Adam; dan

ketiga Allah bekerja melalui Yesus Kristus untuk

menebus umat-Nya dari kejatuhannya. Pendidikan karakter akan berjalan dengan efektif ketika para pendidik menyadari natur anak didik. Mereka adalah gambar dan rupa Allah yang telah jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Kehidupan yang telah menerima keselamatan akhirnya dijamah dan diubahkan oleh Roh Kudus. Setelah mereka menerima Kristus, mereka membutuhkan pendidikan yang membantu mereka bertumbuh dalam proses pendewasaan menjadi serupa seperti Kristus

Murid-murid ini harus dididik menjadi dewasa di dalam Kristus sehingga mereka akan mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupannya. Murid yang telah percaya kepada Yesus Kristus dan mengalami kelahiran

baru melalui pekerjaan Roh Kudus membutuhkan pendidikan yang akan memampukan mereka untuk mencerminkan karakter Allah dalam kehidupannya. Hal ini bisa dicapai dengan dilakukannya pendidikan karakter yang memiliki bahan ajar yang jelas dan terstruktur. Bahan ajar yang dipersiapkan dengan baik akan menolong siswa untuk mengerti pentingnya karakter yang baik dalam kehidupan mereka. Bahan ajar ini juga berguna untuk menuntun siswa mempraktekkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Guru-guru juga akan dipermudah untuk mengajarkan materi secara runut dan sesuai kompetensi (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013).

Bahan ajar pendidikan karakter didasarkan kepada karakter Kristus. Sadadohape Matondang dalam penelitian yang berjudul Memahami Identitas Diri Remaja dalam

Kristus menurut Efesus 2:1-10 menyebutkan

bahwa karakter remaja Kristen dapat bertumbuh dengan baik ketika meneladani Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan. Karena itulah dibutuhkan sebuah bahan ajar yang berbasis pada karakter Kristus untuk menolong para siswa memiliki karakter yang baik sesuai yang Tuhan inginkan. Hal ini menekankan akan pentingnya bahan ajar untuk pendidikan karakter yang berbasis Christ Like Character (CLC). Bahan ajar berguna untuk menolong siswa mengerti apa yang dimaksud dengan karakter yang baik dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan karakter yang baik ini harus dilakukan dengan pemahaman di kelas dan pembiasaan dalam keseharian.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini didasarkan pada penelitian sebelumnya dan metode studi literatur. Data diperoleh dari berbagai sumber yang relevan dengan variabel yang diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan wawancara dan

observasi. Teknik validitas data dalam penelitian pustaka dilakukan dengan triangulasi

(4)

Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)

42

dan pemeriksaan yang lebih teliti. Teknik analisis data disesuaikan dengan karakteristik data yang diperoleh peneliti, dan data kualitatif akan dianalisis secara sistematis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara sistematis, teratur, dan terstruktur sehingga makna setiap tahap dalam analisis deskriptif meliputi: pengumpulan data, reduksi data, tampilan data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

Penggalian dan eksplorasi studi dilakukan untuk mengumpulkan informasi mendalam tentang: 1) pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Kristen Kalam Kudus; 2) bahan ajar yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Subjek penelitian ini adalah: 1) siswa kelas 8 SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta; 2) guru pendidikan karakter di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan karakter merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan karena menjadi dasar dalam seluruh aspek kehidupan nara didik. Hal itu yang menjadi perhatian SMP Kristen Kalam Kudus sehingga memikirkan dengan serius pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini. SMP Kristen Kalam Kudus menyediakan waktu khusus untuk memberikan pendidikan karakter. Nilai KKM dari pelajaran karakter ini adalah 75. Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2019 dengan Bapak Joyke selaku guru pelajaran karakter, masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM dari pembelajaran karakter ini. Dari rekap nilai rata-rata siswa kelas VIII yang berjumlah 202 orang, yang lulus nilai KKM adalah sebanyak 76%.

Selain nilai yang tertulis, dalam pengamatan keseharian dapat dilihat bahwa pemahaman akan karakter yang baik belum ditunjukkan dalam keseharian para siswa. Apa yang diajarkan di dalam kelas belum terwujud dalam tindakan dan perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan di sekolah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka salah satu kendalanya adalah karena bahan ajar

yang dipakai oleh guru selama ini masih belum maksimal. Siswa merasa bosan menggunakan bahan ajar yang ada dan tidak mendukung untuk siswa ingin memiliki karakter yang lebih baik.

Keadaan ini menunjukkan kepentingan untuk dibuatnya bahan ajar untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Kristen Kalam Kudus. Bahan ajar berguna untuk menolong siswa mengerti apa yang dimaksud dengan karakter yang baik dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan karakter yang baik ini harus dilakukan dengan pemahaman di kelas dan pembiasaan dalam keseharian.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Bahan ajar dapat berupa bahan tertulis atau pun tidak tertulis. Bahan ajar berisi seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga dapat tercipta lingkungan dan suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo: 2012)

Menurut Depdiknas (2008:10), bahan ajar disusun dengan tujuan untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik atau lingkungan sosial peserta didik. Selain itu bahan ajar juga bisa membantu para peserta didik dalam memperoleh pilihan lain bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh dan juga memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Pendidikan karakter juga telah mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Dalam buku Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter yang disusun oleh tim Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Sekretrariat Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter secara umum dilakukan

(5)

Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)

43

MORAL KNOWING 1. Moral awareness 2. Knowing moral values 3. Perspective-taking 4. Moral reasoning 5. Decision-making 6. Self-knowledge MORAL FEELING 1. Conscience 2. Self-esteem 3. Empathy 4. Loving the good 5. Self control 6. Humility MORAL ACTION 1. Competence 2. Will 3. Habit dengan cara mengintegrasikan PPK dalam mata pelajaran yang sudah ada (terintegrasi dalam kurikulum). Namun, sekolah bisa pula mengajarkan nilai-nilai PPK melalui mata pelajaran khusus yang berfokus pada tema nilai-nilai tertentu. Sekolah mendesain mata pelajaran khusus dengan alokasi waktu khusus yang disediakan sebagai bagian dalam pembentukan karakter peserta didik. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran yang selaras sehingga dapat semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. Tema-tema yang diambil disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang

akan mereka tekankan dan menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter.

Lickona dalam bukunya Raising Good Children (2004:7) menyatakan bahwa karakter mengandung tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui yang baik, menginginkan yang baik dan melakukan yang baik. Itu artinya, memiliki kebiasaan dalam pikiran, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini penting untuk memimpin kehidupan yang bermoral bahkan menuju pada kedewasaan moral.

SMP Kristen Kalam Kudus telah memberikan perhatian yang cukup bagi pendidikan karakter. Namun pelaksanaan pendidikan karakter selama ini belumlah maksimal. Guru-guru pendidikan karakter menyampaikan pendidikan karakter berdasarkan karakter-karakter yang telah disepakati bersama untuk disampaikan. Namun berdasarkan angket yang disebarkan kepada para siswa ditemukan bahwa bahan ajar pendidikan karakter yang selama ini digunakan belum memenuhi kebutuhan siswa. Dari

beberapa pertanyaan yang diberikan kepada 130 siswa kelas 8 SMP, ditemukan data sebagai berikut: 11% siswa menyatakan bahwa bahan ajar pendidikan karakter selama ini belum dapat dimengerti dengan baik. 31% menyatakan bahwa pembelajaran karakter selama ini tidak meningkatkan minatnya untuk belajar. 35% siswa menyatakan bahwa bahan ajar pendidikan karakter tidak menarik untuk dipelajari. Dan 31 % siswa menyatakan bahwa pendidikan karakter yang selama ini dia ikuti tidak

(6)

Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)

44

menolongnya untuk memiliki karakter yang lebih baik.

Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka dibutuhkan bahan ajar yang bisa mendukung pelaksanaan pendidikan karakter sampai kepada hasil yang diinginkan. Karakter bertumbuh dalam anugerah, menjadi sebuah respons terhadap panggilan Allah kepada manusia untuk “Berubah dalam pembaharuan budi.” Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran. Teori pembelajaran Kristen menekankan kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan yang menghasilkan ketaatan pada firman Allah. Tujuan utama dalam pembelajaran adalah membawa para murid kepada hubungan yang benar dengan Allah berdasarkan firman-Nya. (Bode, 2012). Bahan ajar yang tepat akan membantu siswa untuk dapat mengembangkan karakter yang benar. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter yang dilakukan di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta belum maksimal. Itu dikarenakan bahan ajar yang digunakan oleh guru belum mendukung untuk menolong siswa memiliki keinginan bertumbuh dalam karakater yang baik. Karena itu perlu dibuatkan bahan ajar yang berdasarkan kepada Alkitab, menarik dan dapat diterapkan dalam keseharian siswa. Saran untuk penelitian lain adalah agar tema karakter yang akan diajarkan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Bode, Barbara. 2012. “Natur Pembelajaran” dalam Dasar-dasar Pendidikan Sekolah Kristen. Surabaya: ACSI.

Graham, Donovan L. 2003. Teaching Redemptively. Colorado Springs: ACSI.

Hidayati, Abna. 2014. The Development Of Character Education Curriculum For Elementary Student In West Sumatera.

International Journal of Education and Research. Vol. 2 No. 6, hal 189-198.

Ika Lestari. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata.

Kienel, Paul A. 1978. The Philosopy of Christian School Education. California: Association of Christian School International.

Lickona, T. 2004. Raising Good Raising Good Children: From Birth Through the Teenage Years. New York, Toronto, London, Sydney, Auckland: Bantam Books.

Lockerbie, D. Bruce. “Apa yang Membuat Sekolah Kristen Berbeda,” Jurnal Transforming 6 (2008-2009) 15.

Muttaqi, Muhamad Fauzan. Tri Joko Raharjo & Masturi. 2018. The Implementation Main Values of Character Education Reinforcement in Elementary School. Journal of

Primary Education. JPE volume 7, Nomor 1, hal. 103 - 112

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Sekretariat Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sadadohape Matondang. 2018. Memahami Identitas Diri Remaja dalam Kristus Menurut Efesus 2:1-10. Jurnal Teologi dan

Pendidikan Kristiani. Volume 1 No 1, hal 105-123. Medan: Illuminate.

Tim Penyusun. 2017. Konsep dan Pedoman Pendidikan

Penguatan Karakter.

Wening, Sri. 2012. Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai. Jurnal

Pendidikan Karakter. Tahun II, Nomor 1, hal 55-66. Yogyakarta: Diva Press.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Apakah orientasi pasar berpengaruh positif signifikan terhadap

Nilai budaya yang keenam dalam hubungan manusia dengan manusia lain ialah baik budi. Nilai budaya ini terdapat pada tokoh saudagar Buka Sak- ti. Pada waktu Mahs)nid Hak berumur

Suddenly Greel moved away from the Cabinet and went to a gong that hung close to the door. Leela realized her danger

Syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya, meninggikan umat yang mengejar ilmu sehingga penulis dapat

atas segala Karunia dan Anugerah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis berjudul “ Tanggung Jawab Calon Notaris Yang Sedang Magang Terhadap Kerahasiaan Akta ” yang disusun

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi dan

Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur.. degan sisa-sisa pakan dan alas