• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Media Pembelajaran 1. Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Dalam bahasa Arab media adalah pengantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely dalam Mursid (2016: 40), bahwa media alat atau perantara yang memberikan pengetahuan kepada siswa agar memiliki keterampilan atau sikap yang baik.

Menurut Syaiful & Aswan (2014: 123) Media Pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru dalam memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda guru dapat membawa bendanya langsung ke depan hadapan anak didik dikelas. Media ini diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual, penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan instruksional dan kemampuan guru itu sendiri.

Menurut para ahli AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan mediator menurut Fleming dalam Azhar Arsyad (2013: 3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak yang mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.

Menurut Latuheru dalam Sundayana (2014: 5), bahwa media sebagai bentuk perantara yang menyampaikan atau menyebar ide dan

(2)

gagasan atau pendapat sehingga gagasan dan ide sampai kepada yang dituju dalam hal ini media di sekolah adalah guru sedangkan orang yang ditujunya adalah siswa. Kesimpulannya bahwa media pembelajaran menurut Bovee dalam Sundayana (2014: 6), sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk pesan pembelajaran kepada peserta didik. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan anak, bentuk komunikasi tidak akan berjalan apabila tidak adanya bantuan saran prasarana dalam pencapaian proses perkembangan anak, sarana prasarana disini dapat berupa alat peraga edukatif yang dapat memberikan stimulasi kepada anak ataupun dengan bantuan TV yang dapat dilihat dan didengar (audio visual) dapat juga berbentuk gambar-gambar bergerak.

2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai fungsi pokok media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan aman digunakan untuk anak usia dini

b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan mengajar, ini merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru, media ini bisa diciptakan sendiri dengan bahan-bahan yang aman, berwarna dan menarik perhatian anak sehingga anak senang menggunakan media tersebut

c. Dengan pemakaian media pembelajaran harus melihat tujuan dari media tersebut misalkan dalam konsep pengenalan angka, huruf ataupun warna

d. Media pembelajaran bukan alat hiburan, akan tetapi dijadikan sebagai pelengkap proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik

e. Melalui media pembelajaran atau alat peraga edukatif diharapkan anak cepat memahami segala sesuatu yang guru sampaikan

Adapun Sanaky dalam Sundayana (2014: 9), menyebutkan media pembelajaran untuk merangsang siswa dalam belajar dengan cara:

(3)

1) Menghadirkan objek sebenarnya barang yang real sehingga anak mudah memahaminya

2) Membuat duplikat dari objek yang sebenarnya, membuat alat peraga edukatif bukan hanya satu tapi lebih dari satu

3) Memberikan konsep abstrak ke konsep kongkrit, alat peraga yang menyerupai barang yang real dan sesungguhnya

4) Memberikan kesamaan persepsi

5) Memberikan suasana pembelajaran yang menarik agar anak tidak merasa tertekan mengikuti pembelajaran dikelas dan agar tujuan pembelajaran tercapai.

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas prestasi pembelajaran, dengan kata lain proses pembelajaran menjadi efektif, interaktif dan efisien.

Adapun kriteria pemilihan media pembelajaran menurut Azhar Arsyad dalam Saifuddin (2014: 142), adalah sebagai berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengembangkan kreativitas agar anak dapat memiliki potensi yang terampil dan memiliki bakat

b. Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep, atau generalisasi yang berbeda. Pembelajaran dengan media yang bersifat fakta agar anak cepat menangkap dan memahami materi yang disampaikan guru

c. Praktis, luwes dan bertahan, memilih media yang ada, mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru, media sebaiknya mudah dibawa dan dipindahkan kemana-mana

d. Guru terampil menggunakannya, guru harus lebih menguasai sebelum melakukan pembelajaran lewat bantuan media tersebut, nilai dan manfaat media yang dilakukan bergantung dengan guru yang menggunakannya

(4)

e. Pengelompokan sasaran, media bisa digunakan untuk kelompok besar dan kelompok kecil sehingga multifungsi dapat digunakan untuk banyak atau sedikitnya anak

4. Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran:

a. Pesan dan informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas dan menarik

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra c. Meningkatkan sikap aktif anak dalam pembelajaran

d. Menimbulkan motivasi dalam belajar anak lebih bergairah mengikuti pembelajaran

e. Adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan

f. Membiarkan anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

g. Memberikan stimulasi, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa. (Latif, Zubaidah, Afandi, & Zukhairina, 2013: 166)

Menurut Ega (2016: 12-16) manfaat media pembelajaran yang perlu guru ketahui yaitu manfaat umum dan manfaat praktis sebagai berikut:

Manfaat umum, media pembelajaran yaitu pembelajaran lebih menarik dan menumbuhkan motivasi belajar siswa, materi pembelajaran lebih jelas maknanya, siswa juga memungkinkan untuk mengusai dan mencapai tujuan pembelajaran, metode yang digunakan lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan, siswa lebih aktif dalam sebuah kegiatan seperti mengamati, demonstrasi dan sebagainnya. Manfaat praktis, media pembelajaran yaitu meningkatkan proses belajar dan memperjelas penyajian pesan dan informasi, terjadinya interaksi langsung dan dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang

(5)

peristiwa-peristiwa di lingkungan, interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungan.

5. Alat Peraga Edukatif

Alat peraga edukatif adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di TK, bagian terpenting dalam pemenuhan kebutuhan anak. Ketersediaan alat peraga edukatif menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara aktif, efektif, dan menyenangkan sehingga anak-anak mengembangkan potensinya secara optimal sesuai aspek perkembangan anak seusianya.

Mayke Sugianto dalam Mursid (2016: 45), mengemukakan bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan, kepentingan dalam melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak ataupun bagi guru. Alat peraga edukatif yang digunakan di taman kanak-kanak biasanya dirancang khusus sesuai dengan perkembangan anak dalam mengoptimalkan semua aspek perkembangan. Alat peraga edukatif dirancang untuk anak usia dini selalu dirancang dengan kebutuhan anak yang disesuaikan dengan rentang usia anak di taman kanak-kanak, untuk anak usia 4-5 tahun tentu berbeda dengan alat peraga edukatif anak usia 5-6 tahun. Contohnya puzzle untuk anak 4-5 tahun memiliki bentuk sederhana dengan potongan yang tidak terlalu banyak kepingannya. Untuk usia 5-6 tahun lebih banyak lagi jumlah kepingannya, jadi memang alat peraga edukatif dirancang untuk rentang usia tertentu. Selain itu alat peraga edukatif dirancang untuk memperhatikan keselamatan anak, alat peraga edukatif juga mendorong anak untuk beraktifitas yang bersifat membangun atau menghasilkan sesuatu.

6. Syarat Pembuatan Alat Peraga Edukatif

Menurut Hamalik dalam Prastiwi (2016: 26), syarat-syarat alat peraga edukatif adalah:

a. Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita, alat peraga yang masuk akal dan cepat dipahami oleh anak

(6)

b. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

c. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan perekonomian yang kita miliki, hemat tidak terlalu mahal dan mengeluarkan biaya yang cukup besar d. Praktis, bisa digunakan di manapun dan kapanpun mudah dibawa

kemana-mana, memudahkan guru dan anak

Sedangkan menurut Rusefendi dalam Sundayana (2014: 18), beberapa persyaratan alat peraga edukatif antara lain:

1) Tahan lama

2) Bentuk dan warnanya menarik 3) Sederhana dan mudah dikelola

4) Ukurannya sesuai agar mudah dipegang oleh anak

5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, bentuk pengenalan angka mulai 1-10

6) Sesuai konsep matematika agar anak mulai mengetahui angka dan bilangan

7) Dapat memperjelas konsep matematika

8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir kongkrit dan mudah dipahami

9) Menjadikan siswa belajar aktif dan antusias dalam melakukan proses pembelajaran

10) Alat peraga tersebut bisa berfaedah berlipat banyak sehingga anak dapat memecahkan masalah lewat alat perga edukatif tersebut

Sebagai calon guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran di tingkat taman kanak-kanak hendaknya kita mampu membuat alat peraga edukatif sebagai karya yang orisinal. Kemampuan tersebut diperlukan karena calon guru adalah pemegang kendali proses pembelajaran. Adapun syarat-syarat pembuatan alat peraga edukatif adalah: Pertama, syarat edukatif diantaranya yaitu pembuatan alat peraga edukatif disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pembelajaran kurikulum yang berlaku, pembuatan alat peraga edukatif disesuaikan dengan didaktik-metodetik artinya alat peraga edukatif dapat membantu keberhasilan

(7)

proses belajar mengajar mendorong kretivitas dan aktivitas anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kedua, syarat teknis diantaranya yaitu alat peraga edukatif dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana tidak menimbulkan kesalahan konsep, alat peraga edukatif hendaklah multiguna, alat peraga edukatif dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar, mudah ditemukan dan berasal dari bahan bekas yang aman (tidak mengandung unsur yang berbahaya untuk anak. Selain itu juga alat peraga edukatif hendaknya awet dan tahan lama. Ketiga, syarat estetika diantaranya yaitu bentuknya yang elastis mudah dibawa anak, keserasian ukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, warna kombinasi warna serasi dan menarik.

B. Limbah

1. Pengertian Limbah

Dalam kamus bahasa Indonesia Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di situlah berbagai jenis limbah dapat kita temui. Ada sampah ada air kakus (black water) dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya. (Marliani, 2014: 126), Sedangkan menurut Zamiel dalam Elvida (2012: 4), sampah merupakan sisa-sisa barang atau benda yang sudah tak terpakai yang akhirnya dibuang karena sudah dianggap tidak bermanfaat lagi, barang yang telah diambil bagian-bagian terpentingnya lalu dibuang dengan seenaknya.

Menurut UU No. 18 tahun 2008, sampah ialah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat, sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan pertanian, sampah berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya. (Setyowati, 2015: 73)

(8)

Menurut Iskandar (2006: 2), bahwa barang bekas adalah barang yang telah digunakan dan tidak dipakai kembali atau dapat dikatakan sebagai barang yang sudah diambil bagian utamanya. Sebagian orang mungkin menyepelekan barang bekas, sebenarnya apabila barang bekas dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembelajaran dan media pembelajaran atau memiliki nilai seni yang tinggi tentunya barang tersebut memiliki estetis dan nilai ekonomis sehingga ia menciptakan tanpa harus membeli barang baru, barang bekas sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan dan memanfaatkan barang yang telah tidak dipakai. Barang bekas seringkali kita jumpai dimana-mana tidaklah sulit untuk mencari barang yang telah digunakan oleh orang lain ini semua memudahkan pendidik dalam mendapatkan media baru. Setidaknya kita dapat mengambil manfaat akan barang bekas yang kurang memiliki arti dalam kehidupan sehari-hari menjadi media yang penting dalam pengembangan potensi kreativitas anak. (Hanggara, 2011: 6)

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ‘barang’ diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata ‘bekas’ adalah sisa dari barang yang telah dipakai, jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan kembali, barang sisa memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru. (Siarni, et all., : 95)

Dwi (2011: 4) mengatakan bahan sisa adalah merupakan sampah rumah tangga yang berasal dari segala macam kegiatan, seperti kegiatan memasak didapur, daun-daun yang berguguran, kardus-kardus susu dan kertas yang bertumpuk, kain perca bekas baju yang telah tidak dipakai, botol dan kaleng bekas minuman. Diperkuat dengan Montolalu (2005: 8) yang mengatakan beberapa contoh bahan sisa antara lain seperti kertas bekas (majalah, Koran, kantong beras dll), kardus/karton, bahan/kain, plastik dan kaleng, tali, tutup botol dan karet. (Elvida, 2012: 4)

(9)

2. Jenis Limbah

Menurut Hidayatullah Adronafis, limbah dipisahkan menurut jenisnya yaitu:

a. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang dapat terurai secara alamiah. Misalnya adalah sisa makanan.

b. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara alamiah sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya adalah plastik dan styrofoam. c. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri

dari bahan-bahan berbahaya dan beracun. Misalnya adalah bahan kimia beracun yang sangat berbahaya jika dicium ataupun dipegang tanpa mengunakan alat pengaman.

d. Kompos adalah sampah yang teruraikan secara alami, yaitu melalui pembusukan dengan bakteri yang ada di tanah, dan digunakan sebagai pupuk untuk mempercepat pertumbuhan pohon agar subur. (Hartono et al., 2009: 16)

3. Pemanfaatan limbah

Sardiman menjelaskan bahwa guru-guru perlu menyadari sepenuhnya bahwa lingkungan sangat efektif sebagai sumber dan media bermain atau belajar. Secara efektif sebagai sumber dan media atau belajar. Secara kreatif guru dapat menggunakan alat peraga dan alat bantu belajar yang berasal dari lingkungan sekitar dan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai sarana belajar bagi anak. Menurut Sudono (2000: 8), Melalui pemanfaatan bahan alam dan bahan sisa limbah guru diharapkan mampu:

a. menciptakan permainan baru dengan memanfaatkan bahan sisa dan bahan alam sebagai media belajar anak usia dini

b. mengoptimalkan penggunaan bahan alam dan bahan sisa sebagai sarana bermain atau sumber belajar bagi anak agar lingkungan belajar lebih kaya

(10)

c. mengetahui aneka ragam bahan alam dan bahan sisa yang dapat dijadikan sebagai alat bermain atau sumber belajar.

4. Pengelolaan limbah

Hampir setiap hari kita selalu membuang sampah dan menemui banyaknya macam sampah seperti tempat sisa makanan yang berbentuk sterofoam, bungkus makanan, plastik, botol minuman hingga kaleng bekas yang telah dibuang bahkan berserakan disekitar kita. Agar sampah tidak menggunung kita perlu melakukan pengolaan sampah, agar sampah yang bisa layak pakai dapat dipergunakan kembali dengan cara 3R (Reduce, Reuse dan Recycle):

a. Reduce mengurangi sampah dengan cara mengurangi penggunaan

bahan-bahan yang merusak lingkungan, caranya yaitu:

1) membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik

2) Membawa bekal sendiri, membawa tepak makan yang berisi makanan tujuan ini yaitu mengurangi populasi sampah seperti plastik dan sterofoam yang berbentuk mangkok.

b. Rause menggunakan kembali atau memakai kembali yaitu

menggunakan kembali sampah atau barang bekas yang masih bisa dipakai, caranya yaitu:

1) menggunakan buku tulis yang ketasnya masih kosong, tidak membuang-buang buku yang masih bisa digunakan

2) menyumbangkan baju yang masih layak pakai, baju yang tidak layak pakai bisa digunakan untuk lap atau kain pel

3) kaleng botol bekas bisa dihias dan digunakan untuk hiasan di rumah atau bisa juga dipergunakan untuk membuat alat peraga edukatif

4) memanfaatkan kertas bekas dan kantong bekas sebagai pembungkus, memanfaatkan kain perca untuk dijadikan kerajinan. c. Recycle mendaur ulang atau mengolah sampah menjadi produk baru.

(11)

hancur, sampah-sampah ini perlu melakukan penanganan khusus, caranya yaitu:

a) mengumpulkan sampah kertas untuk di daur ulang di pabrik

b) mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk didaur ulang di pabrik menjadi kerajinan tangan. (Mahanal et al., 2009: 18).

C. Kreativitas Anak Usia Dini

1. Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini

Menurut Faidi (2013: 143) kreatif merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris, to create yang berarti berkreasi, menciptakan ataupun mewujudkan. Kreatif adalah cara berpikir yang mengajak kita keluar dan melepaskan diri dari pola umum yang sudah terpatri dalam ingatan. Sedangkan menurut Sudjana dalam Ahmadi, (2010: 122) kreativitas merupakan cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Karena pada dasarnya kreativitas merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan masalah.

Menurut Fidelis E Waruwu yang diterjemahkan oleh Monti P Satiadarma (2003: 109) kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berfikir kreatif maupun berfikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini, seperti yang dikemukakan oleh Munandar dalam Susanto (2011: 111), Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era modern ini kita harus kreatif, menyumbangkan ide-ide baru, penemuan-penemuan baru baik berupa produk atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya yang berguna dan digunakan oleh kalangan masyarakat ataupun digunakan oleh para pendidik. Oleh karena itu untuk mencapai hal tersebut perlulah sikap dan perilaku kreatif yang dipupuk dan dibentuk sejak dini, agar anak didik

(12)

kelak tidak hanya menjadi konsumen, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru atas hasil ide kreatif yang telah ia berikan. Pengembangan kreativitas ini sangat penting karena dengan berkreativitas seseorang dapat mewujudkan atau mempopulerkan dirinya agar dikenal oleh banyak orang. Perlu adanya pendekatan yang dilakukan pada anak usia dini untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak adalah dengan memanfaatkan barang bekas limbah rumah tangga sebagai sumber belajar atau sarana media pembelajaran.

Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process), pendorong (press), dan produk (product), kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong individu berprilaku kreatif. Munandar dalam Susanto (2011: 112), mengungkapkan keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai four P`s of creativity: person, process, press, product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari keempat P ini dengan kombinasinya. Keempat P ini saling berikatan, pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, serta dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif.

Guru Taman Kanak-kanak diharapkan dapat menggunakan bahan sisa sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas anak dalam pembelajaran, guru dengan menggunakan kreativitas agar kreatif dalam menciptakan pembelajaran melalui bahan sisa, untuk merangsang dan menghilangkan kejenuhan anak dalam pembelajaran hendaknya guru dapat menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan serta dengan metode yang bervariasi dengan menggunakan bahan sisa untuk meningkatkan kreativitas anak.

Sedangkan anak usia dini menurut Santrock & Yussen, Solehuddin dalam Nurhayati (2011: 3), memandang usia lima tahun pertama pada masa kanak-kanak sebagai masa terbentuknya kepribadian dasar individu. Kepribadian orang dewasa, ditentukan oleh cara-cara pemecahan konflik atau sumber-sumber kesenangan awal dengan tuntutan realita pada masa

(13)

kanak-kanak, pada masa ini anak usia dini penuh dengan kejadian-kejadian yang unik yang mengikuti egoisentris pada masanya, sikap ini meletakan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa.

2. Indikator Kreativitas

Menurut Yulia dan Bambang dalam Rika Afriani (2016: 12) terdapat 12 indikator kreatif pada anak usia dini:

a. Anak berkeinginan untuk mengambil resiko berperilaku berbeda dan mencoba melakukan hal-hal yang baru dan sulit

b. Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian c. Anak berpendirian tegas dan tetap, terang-terangan, dan berkeinginan

untuk berbicara secara terbuka serta bebas

d. Anak adalah nonkonfermis melakukan hal-hal dengan caranya sendiri e. Anak mengekspresikan imajinasi secara verbal

f. Anak tertarik pada beberapa hal, rasa ingin tahu dan senang bertanya g. Anak menjadi terarah sendiri dan termotivasi sendiri; anak memiliki

imajinasi dan menyukai fantasi

h. Anak terlibat dalam eksplorasi yang sistematis dan yang disengaja dalam membuat rencana dari sesuatu kegiatan

i. Anak menyukai untuk menggunakan imajinasinya dalam bermain terutama dalam bermain pura-pura

j. Anak menjadi inovatif, penemu dan memiliki banyak sumber daya k. Anak bereksplorasi,bereksperimen dengan objek,contoh, memasukkan

atau menjadikan sesuatu sebagai bagian dari tujuan l. Anak bersifat fleksibel

Sedangkan menurut pendapat Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2012: 252) ada beberapa indikator kreativitas belajar siswa: 1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

3) Memberikan banyak gagasan dan usulan terhadap sebuah masalah. 4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu. 5) Mempunyai dan memiliki rasa keindahan.

(14)

6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

7) Dapat bekerja sendiri

8) Senang mencoba hal yang baru

9) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan

Indikator kreativitas anak kreatif terlihat pada tindakan anak itu sendiri, beberapa kreativitas anak usia dini yang harus dikembangkan berdasarkan teori perkembangan seni dan kreativitas anak yaitu mampu menghasilkan suatu bentuk, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, kemampuan menciptakan sendiri tanpa bantuan oranglain, menjawab pertanyaan dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyelesaikan tugasnya.

Perkembangan kreativitas berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 tentang standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini.

Tabel 2.1

Pedoman indikator seni anak usia 5-6 tahun Lingkup Perkembangan Indikator tingkat pencapaian

perkembangan usia 5-6 tahun SENI

a. Tertarik dengan kegiatan seni

1. Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar

2. Menggunakan berbagai macam alat musik tradisional maupun alat musik lain untuk menirukan suatu irama atau lagu tertentu

3. Bermain drama sederhana

4. Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam

5. Melukis dengan berbagai macam objek 6. Membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas, plastisin, balok dll)

(15)

Tabel 2.2

Pedoman indikator kognitif anak usia 5-6 tahun

Lingkup Perkembangan Indikator tingkat pencapaian perkembangan usia 5-6 tahun KOGNITIF

a. Belajar dan pemecahan masalah

1. Menunjukan aktifitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik

2. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial. 3. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam konteks yang baru 4. Menunjukan sikap kreatif dalam

menyelesaikan masalah (ide, gagasan diluar kebiasaan)

Peneliti mengacu pada standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun dari kedua tabel tersebut peneliti akan menggunakan keduanya sebagai pedoman indikator perkembangan kreativitas anak usia 5-6 tahun.

Tabel 2.3

Pedoman indikator kreativitas anak usia dini

Lingkup perkembangan Indikator tingkat pencapaian perkembangan kreativitas anak usia 5-6

tahun SENI/ KREATIVITAS a. Tertarik dengan kegiatan seni b. Belajar dengan pemecahan masalah

1. Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam

2. Membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas, plastisin, balok dll) 3. Memecahkan masalah sederhana

dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial

4. Menunjukan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan diluar kebiasaan)

(16)

3. Karakteristik Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini

Hurlock dalam Nurjantara (2014: 11), mendeskripsikan bahwa karakteristik kreativitas terdiri dari beberapa unsur, yang di antaranya yaitu:

a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil akhir, proses dari pembuatan produk.

b. Proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri ataupun untuk oranglain

c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk seni ataupun tulisan. e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir kreatif berfikir tentang hal

yang menguntungkan untuk dirinya dalam pemecahan masalah dilingkungan sekitar

f. Kemampuan untuk menciptakan gagasan atau ide-ide baru bergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.

g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang selalu dikembangkan sehingga berbentuk hasil karya

Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Mursid (2016: 100), adalah sebagai berikut:

1) Bermain belajar dan benyanyi

Prinsip pembelajaran bermain, belajar dan bernyanyi menurut Slamet Suyanto dalam Mursid (2016: 100), pembelajar ini harus dapat mengembangkan potensi perkembangan, sebelum pembelajaran dilakukan anak harus merasa senang, aktif dan bebas memilih sesuai dengan keinginannya, anak usia dini tidak bisa dipaksakan untuk melakukan pembelajaran dengan serius tetapi anak dibiarkan mengikuti pembelajaran lewat permainan atau dengan cara bermain 2) Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Berorientasi ini harus berkembang sesuai tingkat perkembangannya, pembelajaran harus diminati anak agar anak merasa enjoy dan senang dalam mengikuti pembelajaran, selain itu juga harus berorientasi pada

(17)

konteks sosial budaya seperti dalam konteks keluarga, masyarakat dan faktor budaya lainnya.

Sependapat dengan pandangan Solehudin dan Hatimah dalam Cyrus (2017: 35) bahwa karakteristik anak usia dini adalah:

Anak bersifat unik, egosentris, anak bersifat aktif dan energik, anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan antusias dalam banyak hal, anak berjiwa petualang atau eksploratif, anak mengekspresikan perilaku secara spontan, anak senang dan kaya akan fantasi, anak masih mudah frustasi jika keinginannya selalu dikekang, anak masih kurang dalam mempertimbangkan sesuatu, anak memiliki daya perhatian yang pendek, anak bergairah untuk belajar dari pengalaman, anak semakin menunjukan minat terhadap teman.

4. Ciri-Ciri Kreativitas

Ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Munandar dalam Susanto, (2011: 118), melalui penelitiannyan di Indonesia menyebutkan bahwa ciri-ciri dan sikap kreatif atau nonaptitude yaitu:

a. Mempunyai daya imajinasi yang kuat b. Mempunyai inisiatif

c. Mempunyai minat luas

d. Mempunyai kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat e. Bersifat ingin tahu yang kuat

f. Selalu ingin mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan g. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat

h. Penuh semangat

i. Berani mengambil resiko

j. Berani berpendapat dan memiliki keyakinan

Sementara itu Slameto dalam Susanto (2011: 119), menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka dengan pengalaman baru

(18)

3) Banyak akal, memiliki banyak cara

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, suka terhadap tantangan

6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 8) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

jawaban lebih banyak

9) Kemampuan membuat analisis dan sintesis 10) Memiliki semangat bertanya yang tinggi 11) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik 12) Memiliki latar belakang membaca yang luas

Sund dalam Slameto (2015: 147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

Hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, panjang akal kreatif dalam segala hal, keinginan untuk menemukan sesuatu, cenderung mencari jawaban atas pertanyaannya, aktif dalam segala hal dan senang menyelesaikan tugas, berfikir fleksibel, menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh temannya dan cendurung memberi jawaban lebih banyak, kemampuan membuat analisis dan sitesis, memiliki semangat bertanya serta meneliti, memiliki daya abstraksi yang cukup baik, memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

5. Mengembangkan Kreativitas dalam Pembelajaran

Menurut Arief Budiman (2016: 234) Anak kreatif adalah anak yang selalu ingin tahu, penuh dengan ide-ide, serta pertanyaan dan pernyataannya mengesankan. Agar kecerdasan kreativitas anak muncul, orangtua hendaknya berusaha mendayagunakan otak anak-anak. Pola asuh yang dapat merangsang kreativitas anak adalah merangsang anak untuk melihat dan memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

(19)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kreativitas usia dini dalam pembelajaran, diantarannya yaitu:

a. Pembelajaran yang menyenangkan

Dalam standar proses dikemukakan antara lain bahwa proses pembelajaran harus menyenangkan agar anak mudah mencapai tujuan dan membentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD). Proses belajar yang menyenangkan (joyfull teaching and learning) akan sangat bermanfaat hingga dewasa. Menurut Montessori mengemukakan bahwa masa usia dini merupakan fase absorbmind, yaitu masa menyerap pikiran, karena mereka akan mudah menyerap kesan, pengetahuan, keteladanan yang terjadi di lingkungan seperti sebuah spons yang menyerap air. Fase ini membuat anak akan mudah menyerap kesan apa pun yang terjadi termasuk kesannya terhadap aktivitas belajar. Jika para pendidik gagal memberikan kesan positif terhadap aktifitas belajar, maka anak akan membencinya sampai dewasa. Sebaliknya jika para pendidik berhasil menanamkan kesan positif, maka anak akan menyukai proses pembelajaran hingga dewasa.

b. Belajar sambil bermain

Dunia bermain adalah dunia anak, dalam setiap aktivitas anak selalu ada unsur bermain sulit sekali mencari pengganti kegiatan yang sepadan dengan bermain, termasuk pembelajaran di kelas. Bagi anak usia dini bermain jauh lebih efektif dan menyenangkan serta memudahkan mencapai tujuan pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran di kelas, oleh karena itu para pendidik anak usia sini harus mampu memilihkan jenis permainan yang paling tepat untuk setiap anak sebagai sarana pembelajaran

c. Interaktif

Dalam proses pengembangan kreativitas anak usia dini, perlu dipikirkan pendekatan pembelajaran yang paling tepat bagi mereka, hal ini perlu perubahan pola pikir, baik pola pikir guru maupun

(20)

peserta didik sehingga tercipta pembelajaran yang interaktif (student active learning) yang lebih menetapkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, dengan belajar aktif guru tidak lagi mendominasi pembelajaran

d. Memadukan pembelajaran dengan perkembangan

Memadukan pembelajaran dengan perkembangan anak usia dini akan memberikan kemudahan kepada para pendidik untuk pendidikan yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel. Dengan demikian mereka bisa menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan berbagai potensi peserta didik secara optimal, oleh karena itu diperlukan guru pendidikan anak usia dini yang profesional, yang dapat memadukan pembelajaran dengan perkembangan dan memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan.

e. Belajar dalam konteks nyata

Belajar dalam konteks nyata menjadi sangat penting bagi anak usia dini, karena mereka masih berada pada tahapan kognitif pra-operasional dan pra-operasional kongkret. Dalam hal ini, penjelasan guru tentang sesuatu sifatnya abstrak, tanpa dibarengi pengetahuan tentang objeknya secara nyata akan dirasakan sulit oleh peserta didik. Oleh karena itu eksplorasi terhadap objek secara langsung dapat membantu proses belajar selain menyenangkan dapat lebih mengaktifkan multisensoris anak. (Mulyasa, 2014: 101)

Kreativitas bukanlah suatu yang berdiri sendiri atau bukanlah semata-mata kelebihan dari seseorang, lebih dari itu kreativitas merupakan bagian dari buah usaha seseorang. Dengan demikian, perkembangan kreativitas, seperti halnya potensi-potensi lain perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang, baik itu lingkungan sekolah maupun keluarga.

Di lingkungan sekolah guru perlu mengetahui kreativitas yang dimiliki oleh anak didiknya agar dapat dikembangkan dengan bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan kreativitas peserta didik masing-masing.

(21)

Adapun upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas belajar siswa, menurut Faidi (2013: 37) yaitu:

1) Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru harus sering memberikan persoalan-persoalan yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa.

2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.

3) Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa (active learning) serta membangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh siswa beraktivitas secara optimal.

4) Pengaturan kelas. Pengaturan fisik dalam kelas yang meliputi pengaturan tempat duduk dimana setiap anak dapat dengan mudah terlibat dalam diskusi kelas. Pengaturan ruang kelas menjadi peluang sumber yang mendukung para siswa untuk membaca, menjajaki, dan meneliti.

5) Persiapan guru. Guru perlu mempersiapkan diri untuk menjadi fasilitator yang bertugas mendorong siswanya untuk mengembangkan ide, inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Dalam pengajarannya guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide atau gagasan kratif dan mempersiapkan kegiatan kreatif yang dapat merangsang anak untuk bereksplorasi sesuai dengan apa yang di inginkannya.

6) Sikap guru. Sikap terbuka menerima gagasan dan perilaku siswa serta tidak cepat memberikan kritik, celaan, dan hukuman.

7) Metode pengajaran. Metode atau teknik belajar kreatif berorientasi pada pengembangan potensi berpikir siswa, yakni membuat teknik-teknik yang bervariasi yang mudah dipahami oleh anak.

6. Dampak dari Sikap Orang Tua terhadap Kreativitas

Menurut Munandar (2012: 95), sikap orang tua yang yang menunjang pengembangan kreativitas anak:

(22)

a. Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannya

b. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, dan berkakhayal c. Membiarkan anak mengambil keputusannya sendiri

d. Mendorong anak untuk mempertanyakan segala hal e. Orangtua menghargai apa yang ingin dilakukan anak f. Menunjang dan mendorong kegiatan

g. Menikmati keberadaanya bersama anak

h. Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak i. Mendorong kemandirian anak dalam melakukan segala hal j. Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak

Menurut Amabile dalam (Munandar, 2012: 92), beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah:

1) Kebebasan

Orangtua yang percaya dan memberikan kebebasan pada anak cenderung akan mempunyai anak yang kreatif, orang tua yang tidak selalu membatasi kegiatan anak, tidak terlalu otoriter, dan tidak terlalu cemas mengenai apa yang ingin dilakukan anak.

2) Respek

Anak yang kreatif biasanya mempunyai orangtua yang menyayangi anaknya, percaya atas kemampuan anaknya, memahami tentang keunikan anaknya, serta mendukung tentang apa yang disukai oleh anaknya.

3) Kedekatan emosional yang sedang

Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa tersisihkan. Tetapi terkait dengan emosional yang berlebihan juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurangnya memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak bergantung dengan oranglain dalam menentukan bakat dan minatnya.

(23)

4) Prestasi bukan angka

Orangtua kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Orangtua yang tidak terlalu menekankan anak untuk mencapai angka atau nilai yang tinggi

5) Orangtua aktif dan mandiri

Orangtua yang kreatif merasa percaya diri, aman tentang dirinya sendiri, tidak memperdulikan status sosial dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial.

6) Menghargai kreativitas

Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orangtua untuk melakukan hal yang kreatif.

7. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas

Menurut Rachmawati & Kurniati (2010: 33) Ada empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan Kreativitas:

a. Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mentaal yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternatif pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lainnya. Pada aspek suasana psikologis distimulasi agar memiliki rasa aman, kasih sayang, dan penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan.

Hal ini berarti para pendidik harus siap untuk menerima apa pun karya anak dukungan mental bagi anak sangat diperlukan. Dengan adanya dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya tanpa dukungan

(24)

mental yang positif bagi anak maka kreativitas anak tidak akan terbentuk

b. Iklim dan Kondisi Lingkungan

Cherry dan Ayan dalam Rachmawati & Kurniati (2010: 28) mengemukakan beberapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut:

1) Pencahayaan 2) Sentuhan warna 3) Seni dalam lingkungan 4) Bunyi dan musik 5) Aroma

6) Sentuhan 7) Citra rasa

Ketujuh aspek lingkungan tersebut memberikan dampak diperlukan kondisi bersih dan sehat dalam lingkungan kita, penataan ruangan yang apik, tidak penuh dengan barang yang tidak perlu dan gambar yang mengganggu dan tidak indah, serta ventilasi yang cukup. c. Peran Guru

Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

1) Percaya diri

Kepercayaan diri pada siswa dapat ditumbuhkan melalui sikap penerimaan dan menghargai perilaku anak. Kepercayaan diri merupakan syarat penting menghasilkan karya kreatif.

2) Berani mencoba hal baru

Untuk menumbuhkan kreativitas anak, mereka perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan baru ini akan memperkaya ide dan wawasan anak tentang segala sesuatu. 3) Memberikan contoh

Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih anak didiknya menjadi kreatif.

(25)

4) Menyadari keragaman karakteristik siswa

Setiap anak adalah unik dan khas, masing-masing berbeda dengan satu sama lain

5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi

Untuk mengembangkann kreativitas, guru sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi dan mengekspresikan kegiatan yang mereka inginkan

6) Positif Thingking

Anak yang aktif punya cara dan kehendaknya sendiri dalam mengerjakan tugas, tidak bisa langsung diberi cap anak nakal, guru harus memprioritaskan positive thinkingnya.

d. Peran Orang Tua

Utami munandar dalam Rachmawati & Kurniati (2010: 32) menjelaskan beberapa sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya kreativitas, sebagai berikut:

1) Menghargai pendapat anak dan mendorong anak untuk berbicara 2) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, berkhayal

3) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri 4) Mendorong anak untuk banyak bertanya dan mandiri

5) Meyakini bahwa orang tua menghargai apa yang dilakukan anak 6) Menunjang dan mendorong kegiatan, memberi pujian pada anak 7) Menikmati keberadaannya bersama anak

8) Menjalin hubungan kerjasama yang baik pada anak

D. Penelitian Relevan

1. Skripsi dengan judul “Pengembangan Kreativitas Anak melalui Pemanfaatan Barang Bekas dari Botol Aqua Plastik Kelompok A” ditulis oleh Lilis Suryani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013. Penelitian ini menganalis tentang pembelajaran untuk anak usia dini melalui pemanfaatan barang bekas

(26)

dari botol aqua plastik, Peningkatan kreativitas bagi anak usia dini dalam penelitian ini dibatasi pada anak usia 4-5 tahun di TK BA Aisyiyah Ngepungsari.

2. Skripsi dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Dengan Menggunakan Bahan Sisa Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 2 Duri” ditulis oleh Elvida Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Tahun 2012. Penelitian ini menganalis tentang membutuhkan imajinasi untuk menciptakan hasil karya yang direncanakan oleh guru.

3. Sripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan Raudhatul Athfal Taqiyya Mangkubumen, Rt 02 / Rw 01 Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo” ditulis oleh Tutik jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Penelitian ini menganalis tentang meningkatkan kreativitas dengan menggunakan botol plastik bekas yang dibentuk sesuai keinginan dan kreasi anak yang dijadikan sebagai alat peraga edukatif

Dapat disimpulkan dari 3 skripsi di atas terdapat persamaan dalam penelitian tersebut yaitu berupaya untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini. Sedangkan perbedaan dari penelitian tersebut hanya terletak pada media yang digunakan. Selain itu penelitian yang ingin saya lakukan yaitu dengan memanfaatkan barang bekas berbasis limbah rumah tangga dengan media kardus, kain perca, botol bekas, sedotan dan stik es krim

E. Kerangka Berfikir

Kecerdasan kreativitas penting untuk ditingkatkan melalui pendidikan sejak usia dini karena anak dapat menghasilkan ide-ide baru dan penemuan baru yang akan di aplikasikan melalui kombinasi dengan bahan-bahan bekas berbasis limbah rumah tangga agar menghasilkan produk yang unik dan

(27)

kepuasan anak dalam menghasilkan kegiatan yang baik dan bermakna, perlu adanya dorongan dari lingkungan sekitar rumah dan sekolah agar anak berkembang pesat dalam kemampuan kreativitasnya, selain itu juga pola asuh, perlakuan dan penghargaan dapat meningkat kreativitas anak, guru atau orangtua harus memahami pentingnya hal itu.

Perkembangan kreativitas anak tergantung dengan stimulasi dari lingkungan, jika guru pesat dalam menghantarkan anak sampai optimal dalam perkembangan kreativitasnya, jelas bahwa guru tersebut telah berhasil dalam menyampaikan sebuah pembelajaran untuk anak usia dini. Berdasarkan hasil observasi kemampuan kreativitas TK Budhi Sakti masih rendah, karena kebanyakan anak kurang termotivasi menuangkan ide atau gagasannya.

Contoh lain pada saat kegiatan pembelajaran yaitu kurangnya guru dalam memanfaatkan limbah rumah tangga untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini, kurangnya alat peraga edukatif, ada beberapa hasil karya sendiri namun dapat dihitung, membuat media harus mengikuti prosedur kurikulum sehingga media yang dibuat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan anak, perlunya keselarasan antara usia dan media yang digunakan

Gambar 2.1 Skema Pengembangan Kreativitas

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pemanfaatan barang bekas atau barang sisa untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak usia dini agar berkembang sesuai dengan harapan orangtua, harapan yang di inginkan bersama, di dalam pembuatan alat peraga edukatif tersebut guru bisa mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak baik dari faktor genetik maupun faktor lingkungan. Selain itu anakpun akan tertarik dan senang mengikuti proses kegiatan pembelajaran di kelas.

Pemanfaatan Limbah

Peningkatan Kreativitas

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi billing yang dibuat adalah aplikasi pembayaran untuk kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan transaksi yang ada pada warnet termasuk diantaranya pencatatan waktu

Problem Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in 21 st Century.. Singapore:

Visualisasi Angkutan Bis Dalam Kota di Terminal Blok M merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisi tentang informasi angkutan bis dalam kota yang masuk dan keluar dari

PERBANDINGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU GAMBAR DAN ANIMASI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN METAMORFOSIS HEWAN PADA ANAK TUNARUNGU. Universitas Pendidikan Indonesia |

Efektivitas program berita islam masa kini terhadap pemenuhan kebutuhan informasi ajaran islam ). 3 Eri Husna P 6662120923 Jakarta, 14 Juli

 teknologi informasi adalah (1) beberapa kumpulan sistem informasi yang digunakan untuk mengelola data dan informasi untuk diterima, didistribusikan dan disimpan,

Sengeti, 23 Oktober 2017 Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Kabupaten

It generally has at least three support paragraphs, each containing facts and details that develop the main point.