• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. PETUNJUK UMUM Prinsip Dasar Safeguard V - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5.1. PETUNJUK UMUM Prinsip Dasar Safeguard V - 1"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1

5.1. PETUNJUK UMUM

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

5.1.1. Prinsip Dasar Safeguard

Prinsip-prinsip dasar safeguard adalah sebagai berikut ini:

1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka safeguard lingkungan dan sosial.

2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif.

3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam kerangka proyek.

4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan persiapan maupun tahapan pelaksanaannya. 5. Diharapkan RPIJM tidak mebiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal

tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.

6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

(2)

V - 2 7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denag kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak diinginkan bagi mereka.

5.1.2. Lingkup Kerangka Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU / Cipta Karya terdiri dari dua komponen yakni:

1. Safeguard Lingkungan.

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP; 2. Safeguard Sosial (Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali).

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP;

5.2. SAFEGUARD LINGKUNGAN 5.2.1. Prinsip Dasar

Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Pemerintah Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub proyek, dirumuskan dalam bentuk :

a. Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan- RPL);

b. Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL; atau Standar Operasi Baku-SOP;

(3)

V - 3 2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek;

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL;

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau pengunaan :

a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau; b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes;

c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan / material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida; e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak

membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;

f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan

g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

(4)

V - 4

5.2.2. Prosedur

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama, yakni :

1. Penapisan (screening) awal sub proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

2. Pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari subproyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 5.1. Kategori Subproyek Menurut Dampak Lingkungan

KATEGORI DAMPAK PERSYARATAN

A

Subproyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang

ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan.

ANDAL dan RKL/RPL

B Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi

upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan. UKL/UPL C Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran

udara, tanah dan air.

Tidak diperlukan ANDAL & UKL/UPL Keterangan :

 ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

 RPL : Rencanana Pemantauan Lingkungan  UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan  UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

5.3. METODOLOGI AMDAL 5.3.1. Pengertian

AMDAL dapat diartikan sebagai berikut:

1. AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai

(5)

V - 5 dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.

2. Dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima) dokumen, yaitu :

a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL) b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) e. Dokumen Ringkasan Eksekutif

3. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL.

4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari suatu rencana kegiatan. 5. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah dokumen yang memuat

upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.

6. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.

(6)

V - 6 7. Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.

5.3.2. Prosedur

Pembentukan dokumen AMDAL meliputi serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan secara berurutan, dengan proses sebagai berikut (lihat gambar 5.1) :

SEMUA PROYEK

DAFTAR PENAPIS KEPMEN 11/MENLH/4/1994

PERLU AMDAL TIDAK PERLU AMDAL

UKL & UPL KEP 12/MENLH/3/94

PELAKSANAAN PROYEK KERANGKA ACUAN (KA)

SEMENTARA IDENTIFIKASI DAMPAK PENTING IDENTIFIKASI HAL PENTING KOMISI AMDAL TIDAK PROYEK

DIMODIFIKASI PROYEK DILAKSANAKAN

LAPORAN PKL dan RPL EVALUASI DAMPAK PRAKIRAAN DAMPAK KA DISEMPURNAKAN PELINGKUPAN YA

(7)

V - 7

(8)

V - 8 1. Penapisan (screening) atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.

a. Tujuan : memilah proyek pembangunan yang perlu AMDAL dan tidak

b. Metode : berupa uraian daftar positif yaitu daftar perubahan dan dampak yang dapat diakibatkan oleh pembangunan. Sehingga Bila proyek masuk daftar positif, maka akan membutuhkan AMDAL. Kriteria yang digunakan, antara lain :

 Prevalensi;

 Lama dan frekuensi;  Risiko;

 Nilai penting;  Penanggulangan;

c. Langkah : Satu Tahap (dengan daftar positif) dan Dua Tahap (lihat gambar 5.2 dan 5.3)

Proses penapisan ini merujuk kepada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL dan Keputusan BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan.

(9)

V - 9 PENAPISAN

Menggunakan daftar positif

MASUK

DAFTAR TIDAK MASUK DAFTAR

PERLU AMDAL

SEMUA PROYEK

Gambar 5.2. Bagan Langkah Penapisan Satu Langkah SEMUA PROYEK PENAPISAN TINGKAT I ADA DAMPAK PENTING RAGU-RAGU ADA DAMPAK PENTING TIDAK ADA DAMPAK PENTING PENAPISAN TINGKAT II ADA DAMPAK PENTING

TIDAK ADA DAMPAK PENTING

WAJIB AMDAL TIDAK WAJIB AMDAL

(10)

V - 10

Tabel 5.2.

Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus

1. Pembangunan Bendungan/Waduk atau Jenis Tampungan Air Lainnya :

1. Tinggi >= 15 m

 Termasuk dalam kategori “large dam” (bendungan besar);

 Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus, baik bagi meterial dan desain konstruksinya;

 Pada skala ini diperlukan quarry/burrow area yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak;

 Dampak pada hidrologi

2. Luas Genangan >= 200 Ha

 Kegagalan bendungan pada luas genangan sebesar ini berpotensi mengakibatkan genangan yang cukup besar di bagian hilirnya;

 Akan mempengaruhi pola iklim mikro pada kawasan sekitarnya dan ekosistem daerah hulu dan hilir bendungan/waduk;

 Dampak pada hidrologi

2. Daerah Irigasi

1. Pembangunan baru dengan

luas >= 2.000 Ha

 Mengakibatkan perubahan pola iklim mikro dan ekosistem kawasan;  Selalu memerlukan bangunan utama

(headworks) dan bangunan

pelengkap (oppurtenants structures) yang besar dan sangat banyak sehingga berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada;

 Mengakibatkan mobilisasi tenaga kerja yang signifikan pada daerah sekitarnya, baik pada saat pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan;

 Membutuhkan pembebasan lahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan dampak sosial.

2. Peningkatan

(11)

V - 11

No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus

tambahan pada kawasan tersebut;

 memerlukan bangunan tambahan yang berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada;

 Mengakibatkan mobilisasi manusia yang dapat menimbulkan dampak sosial.

3. Pencetakan Sawah, luas (per

kelompok) >= 500 Ha

 Memerlukan alat berat dalam jumlah yang cukup banyak;

 Perubahan tata air

3. Pengembangan Rawa :

Reklamasi rawa untuk kepentingan

irigasi >= 1.000 Ha

 Berpotensi mengubah ekosistem dan iklim mikro pada kawasan tersebut dan berpengaruh pada kawasan disekitarnya;

 Berpotensi mengubah sistem tata air yang ada pada kawasan yang luas secara drastis.

4. Pembangunan Pengaman Pantai & Perbaikan Muara :

Jarak dihitung

tegak lurus pantai >= 500 m

 Pembangunan pada rentang kawasan pantai selebar >= 500 m berpotensi mengubah ekologi kawasan pantai dan muara sungai sehingga berdampak terhadap keseimbangan ekosistem yang ada;  Gelombang pasang laut (tsunami) di

Indonesia berpotensi menjangkau kawasan sebesar 500 m, sehingga diperlukan kajian khusus untuk pengembangan kawasan pantai yang mencakup rentang > 500 m dari garis pantai.

5. Normalisasi Sungai dan Pembuatan Kanal Banjir :

Kota Besar / Metropolitan , Kota Sedang, dan Pedesaan :  Panjang >= 5 Km

 Volume

Pengerukan > = 500.000 m³

 Terjadinya timbunan tanah galian di kanan-kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan;

 Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak

6. Pembangunan Jalan

1. Jalan Tol besaran Semua 2. Jalan Layang

dan Subway >= 2 Km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

(12)

V - 12

No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus

7. Pembangunan dan atau Peningkatan Jalan dengan Pelebaran di luar Daerah Milik Jalan (Damija)

1. Kota Besar / Metropolitan :  Panjang >= 5 Km  Luas >= 5 Ha 2. Kota Sedang  Panjang >= 10 Km  Luas >= 10 Ha 3. Pedesaan  Panjang >= 30 Km

Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

8. Persampahan

1. Pembuangan dengan sistem Control Landfill/Sanitary Landfill (diluar B3)

 Luas >= 10 Ha  Kapasitas

total >= 10.000 ton

Dampak potensial berupa pencemaran dari leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan. 2. TPA di Daerah Pasang Surut

 Luas >= 5 Ha  Kapasitas

total >= 500 ton

Dampak potensial adalah bahaya banjir dan perubahan pola air.

3. Pembangunan Transfer Station  Luas >= 1.000 ton/hr  Kapasitas

total

Dampak potensial berupa bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan 4. TPA dengan sistem Open

Dumping

Semua ukuran

Dampak potensial berupa pencemaran dari leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan.

9. Pembangunan Perumahan / Permukiman

Kota Metropolitan,

luas >= 25 Ha

Kota Besar, luas >= 50 Ha Kota Sedang dan

Kecil, luas >= 100 Ha

Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :

 Tingkat pembebasan lahan;  Daya dukung lahan; seperti daya

dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll;

(13)

V - 13

No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus

 Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman;

 Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material dan manusia);

 KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisian luas bangunan).

10. Air Limbah 1. Pembangunan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya >= 2 Ha

 Setara dengan layanan untuk 10.000 orang;

 Dampak kebauan dan gangguan visual 2. Pembangunan Instalasi Air Libah (IPLT), termasuk llimbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya >= 3 Ha

 Setara dengan layanan untuk 10.000 orang;

 Dampak kebauan dan gangguan visual

3. Pembangunan sistem perpiaan

air limbah, luas >= 500 Ha

 Setara dengan 17.000 sambungan;  Setara dengan kota kecil

11. Drainase Permukiman

1. Pembangunan saluran di kota besar/metropolit an, panjang

>= 5 Km Berpotensi menimbulkan dampak meningkatnya kepadatan lalu lintas, kebisingan, getaran, perubahan tata air. 2. Pembangunan

saluran di kota

sedang, panjang >= 10 Km

 Setara dengan kota kecil-sedang/kota kecamatan;

 Isu utama adalah perubahan fungsi lahan

12. Jaringan Air Bersih di Kota Besar / Metropolitan

1. Pembangunan jaringan distribusi, luas layanan >= 500 Ha 2. Pembangunan jaringan transmisi, panjang >= 10 Km

Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air

(14)

V - 14

No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus 13. Pengambilan Air dari Danau, Sungai, Mata Air Permukaan, atau Sumber Air Permukaan Lainnya

 Debit

Pengambilan >= 250 l/dtk

 Setara dengan kebutuhan air bersih 200.000 orang;

 Setara dengan kebutuhan kota sedang

14. Pembangunan Pusat Perkantoran, Pendidikan, Olah Raga, Kesenian, Tempat Ibadah, Pusat Perdagangan/Perbelanjaan Relatif Terkonsentrasi

Besaran diperhitungkan berdasarkan :  Pembebasan lahan;

 Daya dukung lahan;

 Tingkat kebutuhan air sehari-hari;  Limbah yang dihasilkan;

 Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara, dll);

 KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan);  Jumlah dan jenis pohon yang

mungkin hilang  Luas Lahan  Luas Bangunan >= 5 Ha >= 10.000 m²

Khusus bagi Pusat Perdagangan /

Perbelanjaan relatif terkonsentrasi dengan luas tersebut diperkirakan akan

menimbulkan dampak penting :  Konflik sosial akibat pembebasan

lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi);

 Struktur bangunan bertingkat tinggi dan basement menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer sumber air sekitar;

 Bangkitan pergerakan (traffict) dan kebutuhan permukimandari tenaga kerja yang besar;

 Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parkir pengunjung;

 Produksi sampah

15. Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk / Transmigrasi

 Jumlah Penduduk Yang Dipindahkan, >= 200 KK >= 100 Ha

Berpotensi menimbulkan dampak yang disebabkan oleh :

(15)

V - 15

No. Jenis Kegiatan Besaran Skala/ Alasan Ilmiah Khusus

atau

 Luas Lahan  Tingkat kebutuhan air;  Daya dukung lahan : seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll.

Sumber : Kepmen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

2. Pelingkupan, merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.

a. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL.

b. Metode identifikasi dampak penting (disebut juga bidang kepedulian penting) harus mencakup :

 Mendapat informasi dari sumber informasi;  Membangkitkan partisipasi masyarakat;

 Identifikasi hal penting dari faktor ilmiah, teknis. Metode yang digunakan antara lain :

 Telaah uraian proyek dan penelitian lapangan daerah proyek  Telaah literatur

 Wawancara dan kuesioner  Penelitian partisipasi, observasi  rapat dan lokakarya

 Simulasi  Metode delphi

(16)

V - 16 3. Kerangka Acuan, menguraikan ketentuan tugas yang harus dulakukan dalam kontrak pelaksanaan, yang disusun berdasar hasil pelingkupan yang telah dirumuskan. Dampak yang masuk hanya yang dianggap penting, berisi :

a. Uraian singkat proyek;

b. Tujuan penelitian dan sasaran; c. Metode identifikasi dampak penting; d. Ruang lingkup penelitian;

e. Metodologi dan hasil penelitian;

4. ANDAL, dengan Kriteria dampak penting sebagai berikut : a. Jumlah penduduk yang terkena dampak lingkungan; b. Luas wilayah persebaran dampak lingkungan; c. Lamanya dampak lingkungan berlangsung; d. Intensitas dampak lingkungan;

e. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak lingkungan; f. Sifat kumulatif dampak lingkungan;

g. Reversibilitas /irreversibilitas akibat dampak lingkungan. 5. Penyusunan RKL dan RPL, yang terdiri dari :

a. Pengelolaan Lingkungan terdiri atas :  Pengelolaan dampak  Pemantauan dampak

b. Penanganan dampak, dengan Metode yang sesuai dengan dampak yang ditangani;

c. Pemantauan dampak, atau Audit lingkungan berupa hasil RPL dan RKL yang disempurnakan.

6. Penyusunan laporan AMDAL

5.4. SAFEGUARD SOSIAL 5.4.1. Prinsip Dasar

(17)

V - 17 Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (land acquisition and resettlement) biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Prinsip dasar Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (land acquisition and resettlement) dalam RPIJM antara lain :

1. Transparan. Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena dampak;

2. Partisipatif. Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti : penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali; 3. Adil. Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga

tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk dapat mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau pemukiman kembali;

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan, secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya pada kegiatan. Dalam kasus tanah yang dihibahkan secara sukarela, DP akan melakukan musyawarah dalam forum stakeholder untuk menjamin bahwa hibah benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun;

5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :

a. DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati kedua belah pihak); dan

b. Tanah yang dihibahkan nilainya = 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.

(18)

V - 18 Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal :

a. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai pendapatan serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang berlaku yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP, sebelum pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali/resettlement) dilakukan;

b. Kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh.

c. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau berdampak pada kurang dari 10% aset produktif atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer (sementara) selama masa konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana. d. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi

tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard.

e. Perhitungan ganti rugi bagi DP. Terdapat beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi, yakni :

 Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi yang serupa pada saat pembayaran kompensasi ganti rugi dilakukan;

 Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

 Perhitungan ganti rugi untuk tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya; dan

(19)

V - 19  Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang paling tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset yang sama.

Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan/atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa :

a. Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif lainnya; dan

b. Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana, dan sebagainya.

6. Berkenanaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi : a. Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,

termasuk hak adat dan ulayat;

b. Warga yang tidak memiliki hak atas tanah akan tetapi menguasai/menggarap lahan atau aset lannya (hak garap);

c. Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah (hak sewa);

d. Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah (sering disebut sebagai squatter); dan

e. Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).

5.4.2. Prosedur

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi :

1. Penapisan (screening) awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan pemukiman kembali atau tidak;

2. Pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan pemukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel;

3. Perumusuan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan

(20)

V - 20 Pemukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Walikota.

Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai dilaksanakan sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus di periksa kembali (recheck) dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik.

Tabel 5.3.

Kategori Subproyek Menurut Dampak Kegiatan Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali

KATEGORI DAMPAK PERSYARATAN

Sub proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah :

1. Sub proyek seluruhnya menempati

tanah negara Surat Pernyataan dari pemrakarsa kegiatan A

2. Sub proyek seluruhnya atau sebagian menempati tanah yang telah

dihibahkan secara sukarela

Laporan yang disusun oleh pemrakarsa

kegiatan

B

Pembebasan tanah secara sukarela : Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang dihibahkan = 10% dan memotong < bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling atau < garis sepadan bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan senilai = Rp. 1 Juta.

Surat Persetujuan yang disepakati dan

ditandatangani bersama antara pemrakarsa kegiatan

dan warga yang menghibahkan tanahnya dengan

sukarela C

Pembebasan tanah berdampak pada < 200 orang atau 40 KK atau = 10% dari aset produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

RTPTPK sederhana D Pembebasan tanah berdampak pada = 200 orang atau memindahkan warga > 100

orang RTPTPK menyeluruh

5.5. PEDOMAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN 5.5.1. Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;

(21)

V - 21 2. Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan

3. Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

5.5.2. Kriteria Pemeriksaan Lingkungan

Setiap usulan kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah Indonesia untuk memastikan tidak ada sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan proposal tersebut masuk dalam 4 kategori berikut ini :

1. Usulan kegiatan yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara menyeluruh, dalam hal ini Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup telah menetapkan kriterianya (lihat tabel 5.3);

2. Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek. Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk menentukan subproyek yang membutuhkan UKL/UPL dan Menneg LH telah menetapkan kriteria untuk ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan); Diharapkan tidak ada usulan kegiatan yang masuk kategori ini;

3. Usulan-usulan kegiatan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation procedure), praktek yang baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk proyek/sub proyek jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalu lintas di lokasi konstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis, prosedur mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb). Diharapkan sebagian usulan kegiatan akan masuk kategori ini;

4. Usulan-usulan kegiatan yang tidak memerlukan studi lingkungan, karena jenis kegiatanyang diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi, tidak menimbulkan

(22)

V - 22 gangguan atas tanah atau air dan tidak melibatkan pembuangan limbah. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini

Tabel 5.4. Kriteria Pemeriksaan Lingkungan

SEKTOR PROYEK UNIT ANDAL () UKL – UPL (< - ) I. Penyediaan Air Bersih

1. Pengambilan Air Baku Liter/

Detik 250 -250 – 50

2. Transmisi (kota besar) Km 10 10 – 2

3. Distribusi (kota besar) Ha 500 -500 – 100

II. Jalan Kota

1. Pembangunan baru :

a. Kota besar Km; atau Ha 5 5 – 1 atau 5 – 2 b. Kota sedang Km; atau Ha 10 10 – 3 atau 10 - 5

c. Kota kecil Km 30 30 – 5

2. Pelebaran (kota besar) Km; atau Ha 5 pembebasan tanah) 10 (jika ada

3. Jembatan di kota besar m - 20

4. Jembatan di kota kecil m - 60

III. Limbah Cair dan Sanitasi

1. IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah

Terpadu Ha 2 < 2

2. Sistem Perpipaan Air

Limbah Ha 500 < 500

3. IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah) Ha 3 < 3

IV. Persampahan

1. Timbunan (sanitary

landfill)/TPA Ha atau Ton 1.000 < 10 atau < 10.000 2. TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) – didaerah pasang surut

Ha atau

Ton 5.000 < 5 atau < 5.000

3. Transfer station Ha atau

Ton 1.000 < 1.000

V. Drainase & Pengendalian Banjir

(23)

V - 23

SEKTOR PROYEK UNIT ANDAL

()

UKL – UPL (< - )

2. Kota Sedang Km 10 < 10 atau 2 -10

3. Kota Kecil (desa) Km 25 > 5

VI. Perbaikan Kampong

1. Kota Besar Ha 200  1

2. Kota Sedang Ha 100  2

3. Upgrading Ha 5  1

Sumber : KEPMEN LH No. 17 Tahun 2001 tentang Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan KEPMEN PU-17/KPTS/M/2003 untuk UKL-UPL.

5.5.3. Pendekatan Pengendalian Dampak Lingkungan

Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan adalah meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan konstruksi. Dalam proses perencanaan digunakan daftar periksa (checklist) kemungkinan/potensi persoalan lingkungan (lihat tabel 5.4) yang kemudian harus ditindak lanjuti selama dan sesudah konstruksi oleh Pemerintah Kota. Setiap subproyek harus diperiksa untuk menentukan berbagai tindakan yang harus dilakukan dalam rangka mencegah (migasi) atau memperbaiki persoalan lingkungan. Pada pertengahan proses kontruksi daftar yang sama di cocokkan lagi disaat peluang untuk memperbaiki masih dapat dilakukan. Di akhir konstruksi daftar yang sama dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya. Daftar periksa dari perkara lingkungan dan tindakan mitigasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Daftar Periksa Perkara Lingkungan dan Tindakan Mitigasi

POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI

I. Jalan, Jembatan dan Saluran Drainasi

1. Erosi dari jalan yang sedang dilakukan cut and fills dan menyebabkan sedimentasi di saluran

1. Batasi kegiatan memindahkan tanah hanya pada waktu musim kering/panas; 2. Lindungi permukaan tanah yang rentan

dengan jerami;

3. Lindungi saluran drainasi dgn pembatas atau berm

4. Instalasi ruang sedimentasi, tanami permukaan yang rawan erosi secepat mungkin;

5. Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan 6. Lakukan pemeliharaan tepat waktu

(24)

V - 24

POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI

2. Terjadinya genangan air yang menjadi tempat pertumbuhan nyamuk dan vektor penyakit lainnya

Lakukan tindakan untuk mencegah dengan perbaikan

pertamanan, pengisian dan drainasi

3. Jalan dan jembatan di lokasi yang rawan erosi dan longsor

1. Ubah jalur untuk menghidari kemiringan yang curam;

2. Bangun turap penyangga dinding tanah 3. Gunakan tanaman untuk mencegah erosi

dan longsor pada kemiringan;

4. Gunakan teknologi khusus seperti sistem pengeringan

4. Saluran yg tersumbat karena kesalahan perencanaan dan pemeliharaan yang menyebabkan genangan air yang berdampak ke kesehatan

1. Pemeliharaan harus membersihkan sumbatan secara

2. berkala,

3. Gunakan saluran dari beton atau tembokan, saluran

4. tanah membutuhkan tempat lebih banyak pemeliharaan yg lebih intensif.

5. Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah terhadap

6. erosi

II. Kakus Umum, Sanitasi dan Penyediaan air bersih

1. Permukaan air sumur hampir sama dengan rembesan sumur terlalu dekat dgn tangki septik

 Cek arah aliran air tanah. Sumur harus diletakkan

 hulu aliran

 Bangun rembesan sejauh mungkin dari sumur

2. Sumur dalam kakus yang pasti rawan kontaminasi

 Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa atau ember Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari sumur

3. Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan terhadap sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia

 Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki septik;

 Buat lubang kontrol dan pipa udara utk tangki septik

4. Tangki septik yang tidak bagus strukturnya

Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri dari :

 Ada lubang kontrol dgn penutup  Pipa masuk kotoran

 Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas  Pipa luapan disambung dgn rembesan  Pipa udara (ventilasi)

5. MCK yang tidak memenuhi syarat

Semua unsur utama MCK harus ada :  Kakus

 Ventilasi kakus

(25)

V - 25

POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI

lubang pembuangan

 Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi  Ada kran air utk isi ember

 Ada parit sekeliling lantai untuk

membuang air ke saluran pembuangan 6. Saluran limbah manusia yg

mengandung libah patogen harus dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan air yang ada

 Saluran libah manusia harus disalurkan ke tempat

pengolahan/tangki septik;

 Tangki septik juga berfungsi sebagai pengolah

(26)

Gambar

Tabel 5.1. Kategori Subproyek Menurut Dampak Lingkungan
Gambar 5.3. Bagan Langkah Penapisan Dua Langkah
Tabel 5.4. Kriteria Pemeriksaan Lingkungan
Tabel 5.5. Daftar Periksa Perkara Lingkungan dan Tindakan Mitigasi

Referensi

Dokumen terkait

Menurut kebiasaan ketika dihadang, maka akan ada yang melagakan pencak silat baik dari rombongan pengantin laki-laki dengan tujuan menjaga harta dan Tuannya,

Hadhrat Masih Mau’ud as berdoa bagi rahmat Tuhan supaya qalbu para pengikut beliau kembali kepada-Nya,dan beliau kemudian bersabda bahwa mereka yang tidak melakukan upaya

Pelatihan pada Kelompok 1 loncat tegak tanpa awalan (LTTA) dan Kelompok 2 lompat bergantian (LB) sama-sama memberi efek peningkatan daya ledak otot tungkai dengan

yang dihasilkan dari satu sapi dalam satu dalam satu tahun dapat dikonversi menjadi gas metana tahun dapat dikonversi menjadi gas metana yang setara dengan lebih dari. yang

Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi- Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test didapatkan nilai p = 0.001 dimana p &lt; α 0.05,

Keterangan: 1 : (misalnya) Kursus Sistem Akuntansi Perusahaan oleh Lembaga Akuntansi 2: (misalnya) Kursus Manajemen Perkantoran oleh Pusat Pelatihan Manajemen... PROGRAM

Desertasi, Cet II, Raja wali Pers, Jakarta, 2013, h.. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan

Penelitian yang dilakukan peneliti pada 28 september 2018 melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap kepala sekolah, pembina pramuka, dan siswa mengenai