• Tidak ada hasil yang ditemukan

peraturan presiden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "peraturan presiden"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 31 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

DI KALIMANTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden

tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

di Kalimantan;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4833);

(2)

2

-MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA

RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI

KALIMANTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan Negara, pertahanan dan keamanan

negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk

wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya

disebut dengan Wilayah Negara, adalah salah satu unsur negara

yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan

pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar

laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya,

termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di

dalamnya.

3. Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan yang selanjutnya disebut

Kawasan Perbatasan Negara adalah Kawasan Strategis Nasional yang

berada di bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam

sepanjang batas wilayah Indonesia di Kalimantan dengan Negara

Malaysia, dalam hal batas wilayah negara di darat kawasan

perbatasan berada di kecamatan.

(3)

3

-4. Sabuk pengamanan perbatasan adalah konsepsi pengembangan

wilayah di Kawasan Perbatasan Negara yang berfungsi untuk

mendukung kegiatan pertahanan dan keamanan negara di perbatasan

darat Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Garis Batas Klaim Maksimum adalah garis batas maksimum laut yang

belum disepakati dengan Negara Malaysia atau yang berbatasan dengan

laut lepas (high seas) yang diklaim secara unilateral oleh Indonesia dan

telah digambarkan dalam peta Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

6. Pulau-pulau Kecil Terluar yang selanjutnya disingkat PPKT adalah

pulau-pulau kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis

yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan

hukum internasional dan nasional.

7. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam dan sumber daya buatan.

8. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi

utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber

daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

9. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah suatu

wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian

hidrogeologis, seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan

air tanah berlangsung.

10. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan wilayah

pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih Daerah Aliran

Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau

sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi).

11. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

aktivitas daratan.

(4)

4

-12. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan lahan

yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

13. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam.

14. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan

laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

15. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat PKSN

adalah Kawasan Perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong

pengembangan Kawasan Perbatasan Negara.

16. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau

beberapa kabupaten/kota.

17. Pos Lintas Batas yang selanjutnya disingkat PLB adalah tempat

pemeriksaan lintas batas bagi pemegang pas lintas batas dan paspor.

18. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil

laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia.

19. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah suatu area di luar dan

berdampingan dengan Laut Teritorial Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang yang mengatur mengenai Perairan Indonesia

dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari

mana lebar laut teritorial diukur.

20. Landas Kontinen Indonesia adalah meliputi dasar laut dan tanah di

bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut

teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga

pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 (dua ratus)

mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur, dalam

hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut, hingga

paling jauh 350 (tiga ratus lima puluh) mil laut sampai dengan jarak

100 (seratus) mil laut dari garis kedalaman 2.500 (dua ribu lima ratus)

meter.

(5)

5

-21. Alur Laut Kepulauan Indonesia yang selanjutnya disingkat ALKI

adalah alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan

hak lintas alur laut kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut

internasional.

22. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan karakteristik

pemanfaatan ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan

masing-masing zona pada Kawasan Lindung.

23. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan karakteristik

pemanfaatan ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan

masing-masing zona pada Kawasan Budi Daya.

24. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat KWT adalah

angka persentase luas kawasan atau blok peruntukan yang

terbangun terhadap luas kawasan atau luas kawasan blok

peruntukan seluruhnya di dalam suatu kawasan atau blok

peruntukan yang direncanakan.

25. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah

angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar

bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah

perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana

tata bangunan dan lingkungan.

26. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah

angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan

gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang

dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan

lingkungan.

27. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah

angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka

di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi

pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah

perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana

tata bangunan dan lingkungan.

(6)

6

-28. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disingkat KTB adalah

angka persentase perbandingan antara luas tapak basemen dan luas

lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

29. Koefisien Zona Terbangun yang selanjutnya disingkat KZB adalah

angka perbandingan antara luas total tapak bangunan dan luas

zona.

30. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah

garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah garis

sempadan jalan.

31. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, koperasi dan/atau pemangku kepentingan

non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

32. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif Masyarakat dalam

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

33. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan

Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

34. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

35. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Gubernur

Provinsi Kalimantan Timur, dan/atau Gubernur Provinsi Kalimantan

Utara.

36. Bupati adalah Bupati Sambas, Bupati Bengkayang, Bupati Sanggau,

Bupati Sintang, Bupati Kapuas Hulu, Bupati Mahakam Ulu, Bupati

Malinau, dan Bupati Nunukan.

37. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan dalam bidang penataan ruang.

(7)

7

-Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Presiden ini meliputi:

a. peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan

Perbatasan Negara;

b. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kawasan Perbatasan

Negara;

c. rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara;

d. rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara;

e. arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan Negara;

f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan

Negara;

g. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

h. Peran Masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perbatasan

Negara.

BAB II

PERAN DAN FUNGSI RENCANA TATA RUANG SERTA CAKUPAN

KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 3

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berperan sebagai alat

operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat

koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara.

(8)

8

-Pasal 4

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai

pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan

Perbatasan Negara;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

perkembangan antar wilayah kabupaten/kota, serta keserasian

antarsektor di Kawasan Perbatasan Negara;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan

Perbatasan Negara;

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan

Perbatasan Negara;

f. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan

Perbatasan Negara dengan kawasan sekitarnya.

Bagian Kedua

Cakupan Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 5

(1) Kawasan Perbatasan Negara mencakup kawasan perbatasan di darat

dan di laut.

(2) Kawasan perbatasan di darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kawasan yang berada di kecamatan pada sisi dalam

sepanjang batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara Malaysia.

(3) Kawasan perbatasan di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kawasan sisi dalam garis batas yurisdiksi, garis Batas Laut

Teritorial Indonesia dalam hal tidak ada batas yurisdiksi, dan/atau

Garis Batas Klaim Maksimum dalam hal garis batas negara belum

disepakati, hingga garis pantai termasuk:

(9)

9

-a. kecamatan yang memiliki garis pantai tersebut; atau b. seluruh kecamatan pada gugus kepulauan,

atau hingga perairan dengan jarak 24 mil dari garis pangkal.

(4) Kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri atas:

a. 2 (dua) kecamatan yang meliputi Kecamatan Paloh dan Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat; b. 2 (dua) kecamatan yang meliputi Kecamatan Jagoi Babang dan

Kecamatan Siding di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan

Barat;

c. 2 (dua) kecamatan yang meliputi Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan

Barat;

d. 2 (dua) kecamatan yang meliputi Kecamatan Ketungau Hulu dan Kecamatan Ketungau Tengah di Kabupaten Sintang, Provinsi

Kalimantan Barat;

e. 6 (enam) kecamatan yang meliputi Kecamatan Puring Kecana, Kecamatan Badau, Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Embaloh

Hulu, Kecamatan Putussibau Utara, dan Kecamatan Putussibau

Selatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat;

f. 2 (dua) kecamatan yang meliputi Kecamatan Long Apari dan

Kecamatan Long Pahangai di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi

Kalimantan Timur;

g. 5 (lima) kecamatan yang meliputi Kecamatan Kayan Selatan, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan

Pujungan, dan Kecamatan Bahau Hulu di Kabupaten Malinau,

Provinsi Kalimantan Utara; dan

h. 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi Kecamatan Krayan Selatan,

Kecamatan Krayan, Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Tulin

Onsoi, Kecamatan Sei Menggaris, Kecamatan Nunukan, Kecamatan

Nunukan Selatan, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan Sebatik

Tengah, Kecamatan Sebatik Utara, Kecamatan Sebatik Timur, dan

(10)

10

-Kecamatan Sebatik di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan

Utara.

i. Laut Teritorial Indonesia di Laut Cina Selatan dan Laut Sulawesi.

BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 6

Penataan ruang Kawasan Perbatasan Negara bertujuan untuk

mewujudkan:

a. keutuhan wilayah negara di perbatasan dengan menegakkan

kedaulatan negara dan menjaga pertahanan dan keamanan negara

pada Kawasan Perbatasan Negara;

b. pertumbuhan ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang mandiri;

dan

c. kawasan berfungsi lindung sebagai paru-paru dunia dan

perlindungan keanekaragaman hayati.

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 7

(1) Kebijakan untuk mewujudkan keutuhan wilayah negara di perbatasan

dengan menegakkan kedaulatan negara dan menjaga pertahanan dan

keamanan negara pada Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:

a. peningkatan upaya penegakan kedaulatan negara di Kawasan

Perbatasan Negara;

(11)

11

-b. peningkatan upaya pengamanan melalui penerapan sabuk

pengamanan perbatasan negara; dan

c. pemertahanan eksistensi PPKT yang meliputi Pulau Sebatik dan

Pulau Gosong Makassar sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan

Indonesia.

(2) Kebijakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi Kawasan

Perbatasan Negara yang mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6 huruf b meliputi:

a. pengembangan prasarana dan sarana Kawasan Perbatasan Negara

secara sinergis; dan

b. pengembangan ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang

dilakukan secara sinergis dengan kawasan pengembangan

ekonomi dalam sistem klaster.

(3) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung sebagai

paru-paru dunia dan perlindungan keanekaragaman hayati

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c berupa perwujudan

fungsi perlindungan keanekaragaman hayati yang dilakukan dengan

penyelarasan kegiatan pengelolaan Kawasan Lindung dengan

Kawasan Budi Daya.

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara

Pasal 8

(1) Strategi untuk kebijakan peningkatan upaya penegakan kedaulatan

negara di Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) huruf a meliputi:

a. melakukan penegasan tapal batas negara; dan

b. menyelesaikan penyepakatan batas negara dengan Negara

Malaysia.

(12)

12

-(2) Strategi untuk peningkatan upaya pengamanan melalui penerapan

sabuk pengamanan perbatasan negara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) huruf b meliputi:

a. menetapkan daerah prioritas pertahanan dan keamanan negara di

sepanjang Kawasan Perbatasan Negara;

b. menetapkan Jalur Inspeksi dan Patroli Perbatasan (JIPP) dalam

rangka pengamanan Kawasan Perbatasan Negara sepanjang

daerah prioritas pertahanan dan keamanan negara; dan

c. meningkatkan keterkaitan Kawasan Perbatasan Negara di

Kalimantan dengan pusat-pusat pertahanan dan keamanan

negara di luar Kawasan Perbatasan Negara.

(3) Strategi untuk pemertahanan eksistensi PPKT yang meliputi Pulau

Sebatik dan Pulau Gosong Makassar sebagai titik-titik garis pangkal

kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

huruf c meliputi:

a. membangun mercusuar dan infrastruktur penanda pulau terluar

lainnya di Pulau Sebatik dan Pulau Gosong Makassar;

b. mengembangkan prasarana dan sarana transportasi

penyeberangan untuk meningkatkan akses dari dan ke Pulau

Sebatik;

c. mengembangkan prasarana sumber daya air untuk memenuhi

kebutuhan air baku di Pulau Sebatik;

d. mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk memenuhi

kebutuhan komunikasi di Pulau Sebatik; dan

e. mengembangkan jaringan energi di Pulau Sebatik.

(4) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana Kawasan

Perbatasan Negara secara sinergis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) huruf a meliputi:

a. membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana

transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan

permukiman;

(13)

13

-b. meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, dan

pemerintahan; dan

c. membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana

ketenagakerjaan, pertanian, perkebunan, serta perindustrian.

(5) Strategi untuk pengembangan ekonomi Kawasan Perbatasan Negara

yang dilakukan secara sinergis dengan kawasan pengembangan

ekonomi dalam sistem klaster sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2) huruf b meliputi:

a. menetapkan PKSN Entikong, PKSN Paloh-Aruk, PKSN

Jagoibabang, PKSN Nangabadau, dan PKSN Jasa sebagai Klaster

Barat dengan prioritas pengembangan pertanian tanaman pangan

dan industri pengolahan, yang berorientasi ke PKW Sambas, PKW

Sintang, PKW Singkawang, PKW Putussibau, dan PKW Sanggau

dalam mendukung PKN Pontianak;

b. menetapkan PKSN Long Pahangai, PKSN Long Nawang, dan PKSN

Long Midang sebagai Klaster Tengah dengan prioritas

pengembangan ekowisata dan pengolahan hasil hutan yang

berorientasi ke PKW Sendawar dan PKW Malinau; dan

c. menetapkan PKSN Simanggaris dan PKSN Nunukan sebagai

Klaster Timur dengan prioritas pengembangan jasa, industri

pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelautan

yang berorientasi ke PKW Tanlumbis dan PKW Malinau dalam

mendukung PKW Nunukan dan PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

(6) Strategi untuk perwujudan fungsi perlindungan keanekaragaman

hayati yang dilakukan dengan penyelarasan kegiatan pengelolaan

Kawasan Lindung dengan Kawasan Budi Daya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a meliputi:

a. mewujudkan keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan

sebaran yang proporsional;

b. mempertahankan luasan dan melestarikan kawasan bergambut

untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem kawasan;

(14)

14

-c. mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi

konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai

manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang

dan lestari;

d. meningkatkan daya dukung dan pengurangan daya rusak daerah

aliran sungai;

e. menerapkan pola insentif dan disinsentif, serta pengawasan dan

penegakan hukum dalam pemanfaatan kawasan hutan;

f. mengembangkan kegiatan budidaya yang berwawasan lingkungan;

dan

g. mempertahankan dan merehabilitasi vegetasi pesisir guna

mencegah abrasi di Wilayah Pesisir, termasuk PPKT.

BAB IV

RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 9

(1) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan

dengan tujuan meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan

jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta fungsi Kawasan

Perbatasan Negara sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(2) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi

sebagai penunjang dan penggerak pertahanan dan keamanan negara

untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban serta sosial

ekonomi Masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan

fungsional.

(15)

15

-(3) Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara terdiri atas:

a. rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara; dan b. rencana sistem jaringan prasarana.

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat Permukiman Perbatasan Negara

Pasal 10

(1) Rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a yang berfungsi sebagai pusat

pelayanan terdiri atas:

a. pusat pelayanan utama; dan b. pusat pelayanan penyangga.

(2) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan PKSN.

(3) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan PKW dan PKL.

Pasal 11

(1) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2) merupakan pusat kegiatan utama dalam peningkatan pelayanan

pertahanan dan keamanan negara serta pendorong pengembangan

Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pusat pelayanan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan di:

a. PKSN Paloh-Aruk di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan

Barat;

b. PKSN Jagoibabang di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Kalimantan Barat;

c. PKSN Entikong di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan

Barat;

d. PKSN Jasa di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat;

(16)

16

-e. PKSN Nangabadau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat;

f. PKSN Long Pahangai di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi

Kalimantan Timur;

g. PKSN Long Nawang di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan

Utara;

h. PKSN Long Midang di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara;

i. PKSN Simanggaris di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara; dan

j. PKSN Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara.

(3) PKSN Paloh-Aruk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat perdagangan dan jasa;

d. pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan;

e. pusat pelayanan pemerintahan;

f. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

g. pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan

barang;

h. pusat pelayanan transportasi laut; dan

i. pusat pelayanan transportasi udara.

(4) PKSN Jagoibabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

(17)

17

-e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan; dan

g. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan

angkutan barang.

(5) PKSN Entikong sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat pertanian tanaman pangan;

g. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan

karet;

h. pusat industri pengolahan hasil hutan; dan

i. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(6) PKSN Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d memiliki

fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan; dan

g. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(7) PKSN Nangabadau sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan

negara;

(18)

18

-b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan;

g. pusat pengembangan ekowisata; dan

h. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan

angkutan barang.

(8) PKSN Long Pahangai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan

karet;

g. pusat pengembangan ekowisata;

h. pusat pengembangan hasil hutan;

i. pusat pelayanan transportasi udara; dan

j. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(9) PKSN Long Nawang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat pengembangan ekowisata;

g. pusat pelayanan transportasi udara;

(19)

19

-h. pusat pengolahan hasil hutan, pertanian, perkebunan; dan

i. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(10) PKSN Long Midang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan

karet;

g. pusat pengembangan ekowisata;

h. pusat pelayanan transportasi udara; dan

i. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(11) PKSN Simanggaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit, karet

serta perikanan dan kelautan;

g. pusat pelayanan transportasi laut; dan

h. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

(12) PKSN Nunukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan

keamanan;

b. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

(20)

20

-c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat perdagangan dan jasa;

f. pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,

batubara;

g. pusat industri pengolahan hasil hutan;

h. pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan dan

kelautan yang ramah lingkungan;

i. pusat pengembangan wisata budaya;

j. pusat pengembangan pertanian, perkebunan, serta perikanan

dan kelautan;

k. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan

angkutan barang;

l. pusat pelayanan transportasi laut; dan

m. pusat pelayanan transportasi udara.

Pasal 12

(1) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (3) merupakan kota-kota kecamatan di luar PKSN yang

dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan Masyarakat

di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pusat pelayanan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. PKW Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat;

b. PKW Taulumbis di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara; dan

c. PKL yang ditetapkan dengan peraturan daerah tentang rencana

tata ruang wilayah.

(3) PKW Putussibau sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pertahanan dan keamanan negara;

(21)

21

-b. pusat perdagangan dan jasa;

c. pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya;

d. pusat pelayanan pemerintahan;

e. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

f. pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan

barang; dan

g. pusat pelayanan transportasi udara.

(4) PKW Taulumbis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

memiliki fungsi sebagai:

a. pusat pertahanan dan keamanan negara;

b. pusat perdagangan dan jasa;

c. pusat pelayanan pemerintahan;

d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

e. pusat industri pengolahan hasil hutan; dan

f. pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan

barang.

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Paragraf 1

Umum

Pasal 13

Rencana sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (3) huruf b terdiri atas:

a. sistem jaringan transportasi;

b. sistem jaringan energi;

c. sistem jaringan telekomunikasi;

d. sistem jaringan sumber daya air; dan

e. sistem jaringan prasarana permukiman.

(22)

22

-Paragraf 2

Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 14

(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

huruf a ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan

jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang, keterkaitan

antarpusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara, serta untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung kegiatan

pertahanan dan keamanan negara.

(2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi laut; dan c. sistem jaringan transportasi udara.

(3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a terdiri atas: a. sistem jaringan jalan;

b. sistem jaringan perkeretaapian; dan

c. sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan.

(4) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

meliputi:

a. jaringan jalan; dan

b. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

(5) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf b meliputi:

a. jaringan jalur kereta api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas operasi kereta api.

(23)

23

-(6) Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf c terdiri atas: a. sistem jaringan transportasi sungai; dan b. sistem jaringan transportasi penyeberangan.

(7) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf b terdiri atas: a. pelabuhan laut; dan b. alur pelayaran.

(8) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf c meliputi:

a. bandar udara; dan

b. ruang udara untuk penerbangan.

Pasal 15

(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) huruf

a ditetapkan dalam rangka menghubungkan antarpusat pelayanan,

antara pusat pelayanan dengan pelabuhan dan bandar udara, antara

pusat pelayanan dengan Kawasan Budi Daya, serta melayani PPKT

berpenghuni di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. jaringan jalan arteri primer; dan

b. jaringan jalan kolektor primer.

(3) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi jaringan jalan lintas menuju perbatasan yang

menghubungkan Tanjung-Balai Karangan-Entikong-Batas Negara di

Kecamatan Entikong.

(4) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b meliputi:

a. jaringan jalan lintas menuju perbatasan yang menghubungkan:

1. Tanah Hitam-Merbau-Temajuk;

2. Galing-Aruk-Batas Negara di Kecamatan Sajingan Besar;

3. Seluas-Batas Negara di Kecamatan Jagoi Babang;

(24)

24

-4. Jasa-Batas Negara di Kecamatan Ketungau Hulu;

5. Nanga Badau-Batas Negara di Kecamatan Badau;

6. Long Nawang-Batas Negara di Kecamatan Kayan Hulu;

7. Malinau-Long Bawan-Batas Negara di Kecamatan Krayan;

8. Mensalong-Taulumbis-Batas Negara di Kecamatan Lumbis

Ogong; dan

9. Simanggaris-Batas Negara di Kecamatan Sei Menggaris;

b. jaringan jalan sejajar perbatasan yang menghubungkan:

1. Temajuk-Merbau-Simpang Tanjung-Aruk;

2. Aruk-Teberau-Entikong;

3. Balai Karangan-Sepiluk-Senaning-Sepulau-Nanga Badau;

4. Nanga Badau-Lanjak-Mataso-Tanjung Kerja-Putussibau;

5. Putussibau-Nanga Era-Tiong Ohang-Long Pahangai;

6. Long Pahangai-Long Boh-Long Metulang-Long Nawang;

7. Long Nawang-Long Pujungan-Langap;

8. Langap-Malinau;

9. Malinau-Mensalong-Simanggaris; dan

10. Simanggaris-Sei Ular;

c. jaringan jalan penghubung lintas yang menghubungkan:

1. Tanah Hitam-Galing; dan

2. Bang Biau-Long Mekatip-Taulumbis.

d. Jaringan jalan lingkar Pulau Sebatik yang menghubungkan Sei

Nyamuk-Bambangan-Lapau-Tanjung Batu; dan

e. Jaringan jalan lingkar Pulau Nunukan yang menghubungkan

Nunukan-Sedadap-Mensapa-Tanjung Harapan-Binusan.

Pasal 16

(1) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (4) huruf b ditetapkan dalam rangka

mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain

(25)

25

-untuk mendorong perekonomian Kawasan Perbatasan Negara dan

kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;

b. terminal; dan

c. fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.

(3) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

(4) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. terminal penumpang; dan

b. terminal barang.

(5) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a

terdiri atas:

a. Terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani kendaraan

umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau

angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam

provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan, meliputi

terminal yang berada di:

1. Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau, Provinsi

Kalimantan Barat; dan

2. Kecamatan Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara.

b. Terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani kendaraan

umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota

dan/atau angkutan perdesaan meliputi terminal yang berada di:

1. Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat;

2. Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Kalimantan Barat;

(26)

26

-3. Kecamatan Ketungau Hulu di Kabupaten Sintang, Provinsi

Kalimantan Barat;

4. Kecamatan Badau dan Kecamatan Putussibau Utara di

Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat;

5. Kecamatan Long Pahangai di Kabupaten Mahakam Ulu,

Provinsi Kalimantan Timur;

6. Kecamatan Kayan Hulu di Kabupaten Malinau, Provinsi

Kalimantan Utara; dan

7. Kecamatan Lumbis Ogong di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara.

c. Terminal penumpang tipe C untuk melayani pusat pelayanan

diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b yang

berfungsi melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang serta

perpindahan intra dan/atau moda transportasi, ditetapkan di:

a. Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat; dan

b. Kecamatan Putussibau Utara di Kabupaten Kapuas Hulu,

Provinsi Kalimantan Barat.

(7) Fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

ayat (5) huruf a ditetapkan dalam rangka meningkatkan keterkaitan

antarpusat permukiman di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi jaringan jalur kereta api yang menghubungkan:

a. Sambas-Batas Negara di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat;

(27)

27

-b. Sintang-Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat; dan

c. Malinau-Simanggaris-Batas Negara di Kabupaten Nunukan,

Provinsi Kalimantan Utara.

(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5)

huruf b ditetapkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada

pengguna transportasi kereta api melalui persambungan pelayanan

dengan moda transportasi lain di Kawasan Perbatasan Negara.

(4) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan

di:

a. Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat;

b. Kecamatan Putussibau Utara di Kabupaten Kapuas Hulu,

Provinsi Kalimantan Barat; dan

c. Kecamatan Sei Menggaris di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara.

(5) Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

ayat (5) huruf c ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Sistem jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (6) huruf a ditetapkan dalam rangka menghubungkan

antarpusat permukiman Kawasan Perbatasan Negara guna

mendukung kegiatan sosial ekonomi dan membuka keterisolasian

wilayah di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. pelabuhan sungai; dan

b. alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai.

(28)

28

-(3) Pelabuhan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di:

a. simpul transportasi sungai di DAS Paloh, DAS Sambas, dan DAS

Kapuas pada Provinsi Kalimantan Barat;

b. simpul transportasi sungai di DAS Mahakam pada Provinsi

Kalimantan Timur; dan

c. simpul transportasi sungai di DAS Mahakam, DAS Kayan, DAS

Sesayap, DAS Sembakung, DAS Sebuku, DAS Tabul, dan DAS

Simanggaris pada Provinsi Kalimantan Utara.

Pasal 19

(1) Sistem jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (6) huruf b ditetapkan dalam rangka mendukung

kegiatan sosial ekonomi pada wilayah terisolasi, PPKT berpenghuni,

dan pusat permukiman perbatasan negara.

(2) Sistem jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas:

a. pelabuhan penyeberangan; dan b. lintas penyeberangan.

(3) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

a terdiri atas:

a. Pelabuhan Nunukan di Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; dan

b. Pelabuhan Sungai Nyamuk di Kecamatan Sebatik Timur, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(4) Lintas penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

terdiri atas:

a. lintas penyeberangan antarnegara; b. lintas penyeberangan antarprovinsi; dan

c. lintas penyeberangan dalam kabupaten.

(29)

29

-(5) Lintas penyeberangan antarnegara sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) huruf a berupa lintas penyeberangan yang menghubungkan

Nunukan-Tawau (Malaysia).

(6) Lintas penyeberangan antarprovinsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) huruf b berupa lintas penyeberangan yang menghubungkan

Nunukan-Tarakan-Toli-toli (Pulau Sulawesi).

(7) Lintas penyeberangan dalam kabupaten sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf c ditetapkan di:

a. Sumpit-Ceremai (Kabupaten Sambas);

b. Tanjung Harapan-Teluk Kalong (Kabupaten Sambas); c. Taulumbis-Sembakung (Kabupaten Nunukan); dan d. Nunukan-Pulau Sebatik (Kabupaten Nunukan).

Pasal 20

(1) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (7) huruf

a ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi pelabuhan laut

sebagai tempat alih muat penumpang, tempat alih barang, pelayanan

angkutan untuk menunjang kegiatan perdagangan dan jasa,

pariwisata, perikanan, serta pertahanan dan keamanan negara di

Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pelabuhan utama;

b. pelabuhan pengumpul; dan c. pelabuhan pengumpan.

(3) Pelabuhan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu

Pelabuhan Pontianak yang berada di luar Kawasan Perbatasan Negara

yang didukung oleh pengembangan dryport yang berada di Kawasan

Perbatasan Negara dalam satu sistem dengan pengembangan

Pelabuhan Pontianak yang ditetapkan di:

a. Dryport Entikong di Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat; dan

(30)

30

-b. Dryport Nanga Badau di Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. Pelabuhan Merbau di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas,

Provinsi Kalimantan Barat;

b. Pelabuhan Nunukan di Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten

Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; dan

c. Pelabuhan Liem Hie Djung di Kecamatan Nunukan Selatan,

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(5) Pelabuhan pengumpan sebagaimana dimaksud pada (1) huruf c

meliputi Pelabuhan Temajuk di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas,

Provinsi Kalimantan Barat.

(6) Selain pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan

pelabuhan-pelabuhan lain meliputi:

a. pelabuhan untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara

berupa:

1. Pangkalan Angkatan Laut (LANAL) Nunukan di Kecamatan

Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara;

2. Pos Angkatan Laut (POSAL) Satrad Sei Pancang, POSAL Sei

Nyamuk, POSAL Sei Taiwan di Pulau Sebatik, Kabupaten

Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; dan

3. LANAL Temajuk dan POSAL Paloh di Kecamatan Paloh,

Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

b. pelabuhan untuk kegiatan perikanan berupa Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Mansapa di Kecamatan Nunukan Selatan,

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(31)

31

-Pasal 21

(1) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (7) huruf

b ditetapkan dalam rangka mewujudkan perairan yang aman dan

selamat untuk dilayari di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alur

pelayaran laut yang terdiri atas: a. alur pelayaran internasional; dan b. alur pelayaran nasional.

(3) Alur pelayaran internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a menghubungkan Pelabuhan Nunukan dengan alur pelayaran

internasional di Laut Sulawesi dan Selat Makassar.

(4) Alur pelayaran nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

menghubungkan Pelabuhan Merbau dan Pelabuhan Nunukan

dengan pelabuhan nasional lainnya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai alur pelayaran diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (8) huruf a

ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi bandar udara untuk

menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas

pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan

penerbangan, tempat perpindahan intra dan antar moda serta

mendorong perekonomian di Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a.bandar udara umum; dan

b.bandar udara khusus.

(3) Bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

terdiri atas:

a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier; dan b. bandar udara pengumpan.

(32)

32

-(4) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:

a. Bandar Udara Paloh di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat;

b. Bandar Udara Pangsuma di Kecamatan Putussibau Selatan,

Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat; dan

c. Bandar Udara Nunukan di Kecamatan Nunukan, Kabupaten

Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(5) Bandar udara pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf b meliputi:

a. Bandar Udara Datah Dawai di Kecamatan Long Pahangai,

Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur;

b. Bandar Udara Long Ampung di Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara;

c. Bandar Udara Yuvai Semaring di Kecamatan Krayan, Kabupaten

Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; dan

d. Bandar Udara Long Layu di Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten

Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(6) Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 ayat (8) huruf b ditetapkan dalam rangka kegiatan operasi

penerbangan guna menjamin keselamatan penerbangan di Kawasan

Perbatasan Negara.

(2) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung

untuk kegiatan bandar udara;

(33)

33

-b. ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan

c. ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

(3) Ruang udara untuk penerbangan dimanfaatkan bersama untuk

kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

(4) Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Energi

Pasal 24

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b

ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah

yang cukup dan menyediakan akses terhadap berbagai jenis energi

bagi Masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan akan datang di

Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik.

(3) Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a terdiri atas:

a. depo minyak dan gas bumi Tanjung Api di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat; dan

b. jaringan pipa transmisi gas bumi yang terhubung antara Natuna-Tanjung Api-Pontianak-Palangkaraya.

(4) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b terdiri atas:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) meliputi PLTU Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;

(34)

34

-b. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) meliputi PLTM Pancarek di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat;

c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB) meliputi PLTGB Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat; d. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) meliputi PLTMG

Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; dan e. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik

Tenaga Surya (PLTS) meliputi PLTB dan PLTS yang dikembangkan

di Pulau Sebatik, Provinsi Kalimantan Utara.

(5) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c terdiri atas:

a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) meliputi SUTET Pontianak Mempawah Singkawang Sambas Entikong

-Sanggau - Sekadau - Sintang - Putussibau.

b. Gardu Induk (GI) merupakan GI yang melayani Kawasan Perbatasan Negara yang berada di luar Kawasan Perbatasan

Negara.

c. jaringan interkoneksi meliputi:

1. jaringan interkoneksi antarpulau berupa jaringan kabel laut Kaltim-Pulau Nunukan-Pulau Sebatik.

2. jaringan interkoneksi antarnegara berupa jaringan interkoneksi Kalbar-Serawak yang berada di:

a) Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat;

b) Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Kalimantan Barat;

c) Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau, Provinsi

Kalimantan Barat; dan

d) Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat.

(35)

35

-Paragraf 4

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 25

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 huruf c ditetapkan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas

Masyarakat terhadap layanan telekomunikasi di Kawasan

Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. jaringan terestrial; dan

b. jaringan satelit.

(3) Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

ditetapkan untuk melayani PKSN Paloh-Aruk, PKSN Jagoibabang,

PKSN Entikong, PKSN Jasa, PKSN Nangabadau, PKSN Long

Pahangai, PKSN Long Nawang, PKSN Long Midang, PKSN

Simanggaris, dan PKSN Nunukan.

(4) Jaringan teresterial ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(5) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang

meliputi menara Base Transceiver Station (BTS) mandiri dan menara

BTS bersama telekomunikasi, ditetapkan oleh penyelenggara

telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi pelayanan,

keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

meliputi jaringan satelit untuk melayani PKSN Paloh-Aruk, PKSN

Jagoibabang, PKSN Entikong, PKSN Jasa, PKSN Nanga Badau, PKSN

Long Pahangai, PKSN Long Nawang, PKSN Long Midang, PKSN

Simanggaris, dan PKSN Nunukan.

(36)

36

-Paragraf 5

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 26

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 huruf d ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air

yang terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan

sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air di Kawasan

Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. sumber air; dan

b. prasarana sumber daya air.

(3) Sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. sumber air berupa air permukaan; dan

b. sumber air berupa air tanah.

(4) Sumber air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

terdiri atas:

a. sumber air permukaan pada danau; dan

b. sumber air permukaan pada sungai.

(5) Sumber air permukaan pada danau sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf a meliputi Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas

Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

(6) Sumber air permukaan pada sungai sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf b terdiri atas:

a. sungai pada WS lintas negara; dan

b. sungai pada WS strategis nasional.

(7) Sungai pada WS lintas negara sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

huruf a terdiri atas sungai pada DAS Simanggaris, DAS Tabul, DAS

Sebuku, DAS Sembakung, DAS Apas Tuwal, DAS Nunukan, dan DAS

Sebatik di WS Sesayap.

(37)

37

-(8) Sungai pada WS strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat

(6) huruf b terdiri atas:

a. sungai pada DAS Kapuas di WS Kapuas;

b. sungai pada DAS Mahakam di WS Mahakam;

c. sungai pada DAS Kayan di WS Kayan; dan

d. sungai pada DAS Paloh dan DAS Sambas di WS Sambas.

(9) Sumber air berupa air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf b terdiri atas:

a. CAT dalam kabupaten;

b. CAT lintas kabupaten; dan

c. CAT lintas negara.

(10) CAT dalam kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf a

meliputi CAT Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Timur.

(11) CAT lintas kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf b

meliputi CAT Sambas di Kabupaten Sambas dan Kabupaten

Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.

(12) CAT lintas negara sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf c

meliputi:

a. CAT Paloh di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat; dan

b. CAT Tanjungselor di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan

Utara.

Pasal 27

(1) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. embung;

b. sistem jaringan irigasi;

c. sistem pengendalian banjir; dan

d. sistem pengamanan pantai.

(38)

38

-(2) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan

dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku di Kawasan

Perbatasan Negara.

(3) Embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi

Embung Sungai Bilal, Embung Bolong, dan Embung Sebatik di

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

ditetapkan dalam rangka mendukung pertanian pangan berupa

saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier.

(5) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder yang

melayani:

a. DI Merowi di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat;

b. DI Sanggau Ledo dan DI Madi di Kabupaten Bengkayang,

Provinsi Kalimantan Barat;

c. DI Rapak Oros, DI Datah Bilang dan Bilung, dan DI Data Bilang

di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur;

d. DI Kaliamok dan DI Manja Lutung di Kabupaten Malinau,

Provinsi Kalimantan Utara; dan

e. DI Terang Baru, DI Bina Lawan, DI Tanjung Aru, DI Sebatik di

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(6) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c dapat dilaksanakan melalui pengendalian terhadap luapan

air sungai dan reboisasi di sepanjang sempadan sungai.

(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c ditetapkan pada sungai-sungai besar di:

a. DAS Kapuas, DAS Mahakam, DAS Kayan, DAS Paloh, dan DAS

Sambas; dan

b. DAS Simanggaris, DAS Tabul, DAS Sebuku, DAS Sembakung,

DAS Apas Tuwal, DAS Nunukan, dan DAS Sebatik.

(39)

39

-(8) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d ditetapkan dalam rangka melindungi pusat pelayanan

Kawasan Perbatasan Negara dan pesisir yang memiliki titik dasar

garis pangkal dari dampak abrasi dan gelombang pasang.

(9) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d ditetapkan di:

a. Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat; dan

b. Kecamatan Sei Menggaris, Kecamatan Nunukan, Kecamatan

Nunukan Selatan, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan Sebatik,

Kecamatan Sebatik Timur, dan Kecamatan Sebatik Utara di

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Paragraf 6

Sistem Jaringan Prasarana Permukiman

Pasal 28

(1) Sistem jaringan prasarana permukiman sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 huruf e ditetapkan dalam rangka meningkatkan

kualitas dan jangkauan pelayanan perkotaan yang dikembangkan

secara terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi Kawasan Perbatasan Negara.

(2) Sistem jaringan prasarana permukiman sebagaimana pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

b. sistem jaringan drainase;

c. sistem jaringan air limbah; dan

d. sistem pengelolaan persampahan.

(40)

40

-Pasal 29

(1) SPAMsebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a terdiri

atas:

a. SPAM jaringan perpipaan; dan

b. SPAM bukan jaringan perpipaan.

(2) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a terdiri atas unit air baku, unit produksi, dan unit distribusi dengan

kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

Kawasan Perbatasan Negara.

(3) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak

penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air

kemasan, atau bangunan perlindungan mata air diatur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

terdiri atas:

a. Unit air baku yang bersumber dari:

1. Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat;

2. Sungai Sesayap di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan

Utara; dan

3. Embung Sungai Bilal, Embung Bolang, dan Embung Sebatik

(Sungai Pancang) di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara).

b. Unit produksi air minum meliputi Instalasi Pengolahan Air

minum (IPA) ditetapkan di:

1. Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang, Provinsi

Kalimantan Barat;

2. Kecamatan Long Apari di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi

Kalimantan Timur; dan

3. Kecamatan Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara.

(41)

41

-c. Unit distribusi air minum ditetapkan di:

1. Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat;

2. Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam di Kabupaten

Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat;

3. Kecamatan Long Apari di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi

Kalimantan Timur;

4. Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan

Kayan Selatan, Kecamatan Pujungan, dan Kecamatan Bahau

Hulu di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara; dan

5. Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan

Sebatik, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Lumbis,

Kecamatan Krayan, dan Kecamatan Krayan Selatan di

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

(5) Penyediaan air minum untuk kawasan tertinggal dan terisolasi,

termasuk PPKT berpenghuni yang tidak terdapat sumber air baku

atau merupakan lokasi dengan sumber air baku sulit dapat

diupayakan melalui rekayasa pengolahan air baku.

(6) Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 30

(1) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

ayat (2) huruf b yaitu saluran drainase primer yang ditetapkan dalam

rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian

banjir di kawasan peruntukan permukiman.

(2) Saluran drainase primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan melalui saluran pembuangan utama yang ditetapkan

pada sungai-sungai besar di:

a. DAS Kapuas, DAS Mahakam, DAS Kayan, DAS Paloh, dan DAS

Sambas; dan

(42)

42

-b. DAS Simanggaris, DAS Tabul, DAS Sebuku, DAS Sembakung,

DAS Apas Tuwal, DAS Nunukan, dan DAS Sebatik.

(3) Saluran drainase primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara terpadu dengan sistem pengendalian banjir.

Pasal 31

(1) Sistem jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. sistem pembuangan air limbah setempat; dan

b. sistem pembuangan air limbah terpusat.

(2) Sistem pembuangan air limbah setempat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a dilakukan secara individual melalui

pengolahan dan pembuangan air limbah setempat serta

dikembangkan pada kawasan yang belum memiliki sistem

pembuangan air limbah terpusat.

(3) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dilakukan secara kolektif melalui jaringan

pengumpulan air limbah, pengolahan, serta pembuangan air limbah

secara terpusat.

(4) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b mencakup Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) beserta jaringan air limbah.

(5) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

teknis, lingkungan, dan sosial-budaya Masyarakat setempat, serta

dilengkapi dengan zona penyangga.

(6) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b ditetapkan di Kecamatan Badau, Kabupaten

Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

(7) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(43)

43

-Pasal 32

(1) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 ayat (2) huruf d terdiri atas:

a. Tempat Penampungan Sementara (TPS);

b. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle

(TPS 3R);

c. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST); dan

d. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

(2) Lokasi TPS sampah, TPS 3R dan TPST di Kawasan Perbatasan

Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan

huruf c ditetapkan dengan peraturan daerah tentang rencana tata

ruang wilayah.

(3) Lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d di Kawasan

Perbatasan Negara ditetapkan di:

a. Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi

Kalimantan Barat;

b. Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam di Kabupaten

Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat;

c. Kecamatan Kayan Hulu di Kabupaten Malinau, Provinsi

Kalimantan Utara; dan

d. Kecamatan Nunukan di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara.

(4) Pengelolaan persampahan di Kawasan Perbatasan Negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33

Rencana struktur ruang untuk PPKT diatur lebih rinci sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(44)

44

-Pasal 34

Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara digambarkan dalam

peta dengan skala 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

BAB V

RENCANA POLA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 35

(1) Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan

tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan

peruntukannya sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya

secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara

pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan Masyarakat, serta

kelestarian lingkungan.

(2) Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. rencana Kawasan Lindung; dan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa pembelajaran di sentra Iman dan taqwa terfokus kepada pengenalan tentang ajaran Islam secara mendalam kepada anak

Simpan di dalam bekas asal atau bekas lain yang diluluskan yang diperbuat daripada bahan yang sesuai, tutup ketat apabila tidak digunakan:. Bekas kosong mengandungi sisa produk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama

RANTJANGAN DASAR UNDANG² PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENTJANA.

Gelombang 2.4 GHz yang telah melewati material logam dengan jarak yang sama dengan gelombang 2.4 GHz yang melewati material kaca, akan menghasilkan dampak yang

-Revisi penampilan atau gaya menulis isi slide , isi slide sangat disarankan bukan berisi tulisan yang.. penuh, tetapi Anda hanya menuliskan kata kunci atau inti dari topik

Pada saat konduktor dengan arah arus menjahui pembaca ditempatkan didalam medan searagam maka medan gabungannya akan seperti yang ditunjukan pada gambar 2.5 (c)

Kemarin beli Ducati. Tapi hidup masih hampa sebelum gue punya Alphard. Huft! Di 2012, kita memakai BBM bersubsidi sebanyak 45 miliar liter, melonjak jauh dari tahun