• Tidak ada hasil yang ditemukan

14-Review Jejak Perempuan Asia 13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "14-Review Jejak Perempuan Asia 13"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perempuan Asia: Dari

Penderitaan Menjadi Kekuatan Yayori Matsui

Yayasan Obor Indonesia Pertama, Juli 2002 xxiv + 268 halaman 1

Sekurang-kurangnya ada dua hal yang dapat dirumuskan dari membaca buku Perempuan Asia: Dari Penderita

-an Menjadi Kekuat-an, karya Yayori Matsui, yaitu: (1) tindakan dan gerak perempuan keluar rumah untuk be-kerja hingga melintasi batas-batas negara asalnya merupakan bukti

bah-Judul Buku

Penulis Penerbit Tahun/edisi Jumlah halaman

:

: : : :

wa ada persoalan bersama di tingkat Asia. Dengan demikian, (2) perem-puan sebagai agen menghadapi per-soalan yang berlapis, yaitu lapis-an sistem rumah tlapis-angga, sistem desa (pemerintahan negara), sistem tradisi (nilai-nilai lokal), dan sistem ekonomi dunia kerja (globalisasi).

JEJAK PEREMPUAN ASIA

ATAS TANDA-TANDA TERJADINYA

KRISIS EKONOMI ASIA DAN

(2)

Menurut Yayori Matsui, tindakan dan gerak perempuan Asia telah memberi tanda-tanda adanya perubahan reali-tas yang menyeluruh, khususnya ter-kait dengan adanya krisis ekonomi A-sia, karena perempuan merupakan pelaku utama di rumah tangga yang kemudian mencari kerja ke luar ru-mah, bahkan kemudian keluar dari batas-batas negara asalnya. Demikian pula sebaliknya, gerak perempuan mencari kerja melintasi batas-batas negara merupakan cara bertindak pe-rempuan untuk memecahkan persoal-an ekonomi rumah tpersoal-anggpersoal-anya. Yayori Matsui menunjukkan bahwa sebelum terjadi krisis ekonomi di Asia, terjadi gelombang migrasi perempuan ke luar negeri secara besar-besaran. Dapat dikatakan bahwa tanda-tanda atau je-jak persoalan krisis bersama di Asia sesungguhnya telah terdeteksi dari gerak dan tindakan perempuan Asia melalui gelombang migrasi tersebut.

Perempuan di sini tidak berdiri sebagai korban, tetapi sebagai pelaku aktif yang mampu bergerak, bertindak, dan berpraktik keluar dari persoalan-per-soalan ekonomi rumah tangga, serta bersiasat atas persoalan yang diha-dapi di mana saja. Frasa “Dari Pende-ritaan Menjadi Kekuatan” dalam judul buku Yayori tidak diartikan sebagai proses linier semata, yang artinya me-lihat subjek perempuan yang pada

mulanya menderita lalu berproses menjadi kuat, tetapi justru menunjuk-kan keagenan perempuan bahwa, di dalam sistem yang berlapis-lapis yang menyebabkan penderitaan semua o-rang, gerak dan tindakan perempuan merupakan cermin kekuatan yang melekat tidak saja pada keperem-puanannya semata, tetapi juga cer-min kekuatan bagi kebanyakan orang biasa.

Perempuan Membayangkan Asia Baru

Buku Perempuan Asia: Dari Penderita

(3)

meng-herankan apabila cakrawala tulisan-nya melintasi batas-batas negara, de-mikian juga ia mampu menghadirkan kasus-kasus yang spesifik dan berva-riasi di setiap negara.

Dalam kata pengantarnya, Yayori Matsui mengatakan bahwa banyak bagian dari tulisan di bukunya menge-nai perempuan Asia ini ditolak dan ti-dak diterbitkan oleh surat kabar Asahi Shimbun. Tulisan-tulisannya menge-nai wisata seks di Jepang sebagai ben-tuk diskriminasi jenis kelamin dan persoalan kesetaraan utara-selatan ditolak penyuntingnya, bahkan ia me-rasa dikucilkan dalam perusahaan su-rat kabar tersebut. Namun, berkat du-kungan kuat dari luar perusahaan, khususnya para pembaca perem-puan, Yayori Matsui memutuskan te-tap menulis tentang Asia untuk me-dia-media alternatif. Bahkan pada 1997 Yayori Matsui dan

teman-te-mannya mendirikan Asian Women's

Association yang menerbitkan sema-cam newsletter, media tempat ia—sa-lah satunya—bisa menuliskan dan membongkar struktur wisata seks di Jepang dan jaringannya di Asia seba-gai bagian dari konsekuensi globalisa-si ekonomi. Konteks menjamurnya wisata seks di Jepang, tulis Matsui, te-lah berjalan beriringan dengan per-tumbuhan kemakmuran wajah-wajah Asia justru di dalam kenyataan

me-luasnya kemiskinan dalam kehidupan sehari-hari di Asia.

Secara garis besar isi buku Perem

(4)

persoalan bersama dan penataan ha-rapan di masa depan. Alternatif tin-dakan dan perspektif perempuan Asia inilah yang dituangkan Yayori Matsui dalam Bab Keempat bukunya yang ia sebut sebagai “perempuan memba-yangkan Asia baru”. Bagaimana gam-baran dari perspektif ini? Matsui me-nuliskan kalimatnya seperti di bawah ini:

Apa yang dituju perempuan bu-kanlah Asia yang telah menga-lami pembangunan dan kehan-curan yang telah tercipta berda-sarkan prinsip-prinsip lelaki se-perti dominasi, kompetisi, efi-siensi, pernjarahan, dan penye-ragaman, namun sebuah Asia yang bercirikan simbiosis dan hak-hak asasi manusia berda-sarkan prinsip-prinsip feminin seperti swadaya, solidaritas, pedulian, berbagi rasa, dan ke-bhinekaan. Guna mencapai Asia semacam ini, kita harus mem-buat perubahan-perubahan mendasar dalam masyarakat yang berada di bawah kendali korporasi dan yang didominasi kaum lelaki, dan sebagai ganti-nya menciptakan masyarakat yang di dalamnya laki-laki dan perempuan dapat menjalani ke-hidupan yang lebih bermakna sebagai manusia. (hlm. 254).

Jejak Perempuan: Kemiskinan Rumah Tangga dan Dominasi Pasar

Salah satu latar belakang yang dicatat oleh Yayori Matsui dalam bukunya adalah situasi kontradiktif yang me-landa Asia. Di tengah pertumbuhan ekonomi Asia yang gemilang, justru banyak ditemukan data tentang me-lonjaknya imigran perempuan muda ke Jepang untuk mencari pekerjaan. Dalam wajah kemakmuran Asia, di sisi lain terdapat peningkatan yang sangat besar dari tenaga kerja perempuan yang bekerja dengan upah (sangat) rendah. Ekonomi Asia memang telah berkembang pesat sejak 1980-an se-hingga Asia disebut sebagai pusat per-kembangan dunia, namun, ironisnya, jumlah perempuan yang paling miskin justru terbanyak berada di Asia. Terja-di fakta yang berbeda antara pertum-buhan ekonomi negara-negara Asia yang mengagumkan dengan peng-angguran dan kemiskinan yang sema-kin meluas di setiap keluarga dan ru-mah tangga di Asia.

(5)

kerja, perempuan telah menjadi pela-ku, keluar dari kebiasaannya sehari-hari, dan pada saat yang sama lalu ter-integrasi ke dalam sistem ekonomi pa-sar. Dalam sistem tersebut, perem-puan telah menjadi objek. Keberadaan perempuan tidak saja telah menun-jukkan bagaimana eksploitasi secara langsung tenaga kerja perempuan berjalan dan dijalankan, tetapi juga menunjukkan eksploitasi seksualitas perempuan.

Menurut Matsui, konteks perempuan bekerja merupakan konteks kemiskin-an desa ykemiskin-ang semakin dalam dkemiskin-an ke-miskinan yang semakin dipercepat o-leh globalisasi ekonomi—pasar bebas, yang hanya melayani kepentingan ne-gara-negara maju dan pemilik modal. Jepang, yang dalam buku ini dibahas secara khusus, sebagai representasi negara maju sekaligus sebagai pemilik modal, menurut Matsui telah menjadi medan sekaligus agen eksploitasi te-naga kerja murah dan eksploitasi seks perempuan. Jepang telah mengekspor 'polusi' dengan memindahkan dan mendirikan pabrik-pabrik serta peru-sahaan-perusahan di negara atau di daerah lain demi mengeruk sumber daya setempat. Di sisi lain, Jepang ju-ga telah turut melahirkan maraknya impor dan peningkatan secara global tenaga kerja buruh musiman perem-puan, yang mengakibatkan

“feminisa-si migra“feminisa-si mu“feminisa-siman”. Demikian juga aktivitas wisata seks di Jepang telah berkembang semakin besar, luas, dan rumit di seluruh Asia, dan berjalan beriringan dengan fenomena terse-but, seperti yang telah dibongkar oleh Matsui.

Satu titik simpul dari uraian Yayori Matsui adalah bahwa situasi kontra-diktif antara pertumbuhan ekonomi A-sia yang pesat di satu sisi serta kemis-kinan rumah tangga yang semakin meluas di sisi lain telah menyebabkan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan. Terlihat bahwa perem-puan telah menjadi subjek sekaligus agen di dalam koneksi ekonomi pasar bebas dalam bentuknya yang paling konkret. Perdagangan perempuan, fe-nomena HIV/AIDS, feminisasi buruh migran, lahirnya anak-anak “gelap”, serta peningkatan kekerasan rumah tangga merupakan sederet masalah yang harus dihadapi setiap perem-puan Asia kontemporer.

Sistem yang Berlapis-Lapis dan Kompleks

(6)

rumah-an” yang melekat padanya sekaligus memberi kerangka kepada wacana menyeluruh di Asia secara global?

Dalam bagian kedua dan ketiga buku

Perempuan Asia: Dari Penderitaan menjadi Kekuatan, Yayori Matsui me

-nguraikan dan menunjukkan data-da

-ta ten-tang bagaimana perempuan di setiap negara di Asia pada akhirnya bertahan dan berjuang mempertahan-kan diri, berjuang untuk rumah tangga serta lingkungan hidupnya. Kekerasan terhadap lingkungan alam telah me-nyebabkan kekerasan massal yang menggapai generasi dan perbatasan nasional serta mengakibatkan jumlah kematian yang tak terbayangkan. Kaum perempuan bukan semata kor-ban penghancuran lingkungan belaka, melainkan juga telah menjadi para to-koh gerakan lingkungan yang pantang menyerah di setiap negara. Di ranah yang lain, keadaan dunia seperti ini te-lah membuat perempuan terus berne-gosiasi dengan keadaan di luar dirinya sendiri yang menekan. Di sisi lain pe-rempuan juga terus bernegosiasi de-ngan keperempuanannya sendiri yang tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan rumah tangga, nilai-nilai masyarakat, dan perspektifnya.

Seiring dengan fenomena tenaga ker-ja perempuan melintasi batas-batas negara, Yayori Matsui menunjukkan

(7)

setiap perempuan tenaga kerja di ma-na pun ia berada.

Penutup: Perempuan sebagai Agen

Satu hal berharga yang ditunjukkan o-leh buku karya Yayori Matsui ini adalah bahwa berbicara tentang perempuan tidak semata-mata bicara tentang pe-rempuan sebagai korban ataupun se-bagai objek penderita akibat dampak perubahan dan pembangunan. Na-mun, melalui tulisannya, Matsui mem-beri “pelajaran” untuk langsung ber-tindak dan berkelana untuk mencari, menceburkan diri, dan merefleksikan segala pandangan dan tindakan mela-lui persoalan dan pengalaman perem-puan sendiri. Salah satunya dengan cara membaca persoalan dan penga-laman perempuan itu sebagai tanda-tanda perubahan realitas yang

me-nyeluruh (misalnya, dengan ditunjuk-kannya data-data mengenai angka imigran perempuan muda Asia yang melonjak untuk pergi mencari kerja di Jepang di tengah pertumbuhan eko-nomi yang pesat di Asia).

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pada hari dan tanggal yang telah kami tentukan saudara tidak hadir atau tidak dapat memperlihatkan data - data tersebut diatas, maka perusahaan saudara dinyatakan

12 Tahun 2012 tidak tersedia atau tidak cukup tersedia, maka Pengadaan Barang/Jasa dapat dibatalkan dan Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk

Fungsi IsFull berguna untuk mengecek apakah queue sudah penuh atau masih bias menampung data dengan cara mengecek apakah tempat yang masih kosong tinggal

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ecara mandiri jenis pengisi (dekstrin, gum arab, tapioka) dan variasi suhu pengeringan tidak berpengaruh terhadap

Tujuan penelitian : untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi di desa batu ajo kecamatan kota pinang kabupaten labuhanbatu tahun 2015.. Metodologi

Forholdet mellem geometri, diagram og skema kan nu anskueliggøres som et toleddet tegnforhold, hvor et diagram er det formidlende niveau, hvor diagrammet på den ene side udgør