• Tidak ada hasil yang ditemukan

cognitive vs personality

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "cognitive vs personality"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

COGNITIVE VS PERSONALITY

TERHADAP NIAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI (INTERNET)

ABSTRACT

This research compares two models of intention to use internet. The research intends to find out which of the two models better explains the intention to use internet. The first model is cognitive and second model is personality. The underpinning theory of this research is theory acceptance model for cognitive model and “Big Five” personality approach. Hypothesis that are proposed 1) perceived usefulness will have a positive influence on the intention to use internet, 2) perceived ease of use will have a positive influence on the intention to use internet, 3) computer anxiety will have a negative influence on the intention to use internet, 4) affect will have a positive influence intention to use internet, and 5) trust will have positive influence intention to use internet.

The subjects of this research are 321 respondents S1 dan S2 Gadjah Mada University, faculty of Economics and Business. This research used survey method with questionnaire instrument and the sample was taken using non probability sampling method, namely convenient sampling. Confirmatory Factor Analysis (CFA) is used to test the validity of the questionnaire.

The findings of this research are: 1) perceived usefulness has a positive and significant influence on the intention to use internet, 2) perceived ease of use will have a positive and significant influence on the intention to use internet, 3) computer anxiety will have a negative and significant influence on the intention to use internet, 4) affect will have a positive and significant influence on the intention to use internet, and 5) trust will have a positive and significant influence on the intention to use internet and cognitive has more influence on the intention to use internet than personality.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehadiran sistem teknologi informasi telah banyak mengubah organisasi. Saat ini organisasi mulai bergantung pada sistem teknologi informasi. Walaupun manajer-manajer senior yang mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu sistem teknologi informasi, tetapi keberhasilan pengunaan teknologi tersebut tergantung dari penerimaan dan pengunaan oleh individu-individu. Dengan demikian, manfaat dan dampak langsung dari sistem teknologi informasi ini adalah terhadap individual pemakai dan yang kemudian akan meningkatkan produktivitas organisasi (Hartono, 2007).

(3)

Lucas (1973) diawal implementasi sistem informasi menunjukan faktor-faktor personal, model keputusan, dan sikap pengguna mempengaruhi adopsi sebuah sistem. Zmud (1979) menunjukkan menarik perhatian dari beberapa peneliti secara khusus personality pada kesuksesan sistem manajemen informasi. Bagaimanapun peran personality telah diekstrak (extracted) secara utama yang berasal dari penelitian dalam konteks bukan pada sistim manajemen informasi dan dibatasi pada hubungan cognitive sebagai anteseden dari kesuksesan sistim informasi.

(4)

perilaku (behavior) adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. Dari keempat teori tersebut hanya TAM yang dibuat dalam konteks ilmu sistem teknologi informasi, sedangkan TRA dan TPB merupakan teori yang diadopsi dari ilmu psikologi dan IDT teori yang berasal dari ilmu sosiologi.

Penelitian ini, mereplikasi penelitian dari McElroy et al. 2007, yang mana hasil penelitiannya menunjukan bahwa faktor-faktor personality lebih berpengaruh dari pada persepsi (cognitive) terhadap niat (intention) pengunaan internet. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah instrumen pengukuran personality dan cognitive yang mana penelitian sebelumnya menggunakan personality secara umum dengan pendekatan psikologi yaitu lima (5) besar personality dan cognitive menggunakan Myers-Briggs Type Indicator atau MBTI, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan personality telah banyak dibahas dalam penelitian sistem informasi yaitu berupa kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), sedangkan persepsi (cognitive) yaitu kegunaan persepsian (perceivedd usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceivedd ease of use).

1.2 Motivasi Penelitian

(5)

 Penelitian-penelitian sebelumnya mengabungkan antara faktor-faktor

persepsi dan faktor-faktor personality dalam satu pengukuran dan saling mendukung antara personality dan persepsi, yang mana variabel dari faktor-faktor personality sebagai variabel ekstenal dari persepsi. Jika dilihat dari sisi teori kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda walau terdapat dalam diri manusia.

 Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, maka peneliti ingin

membedakan kedua teori tersebut dengan menguji secara terpisah dan akan melihat kedua model tersebut yaitu personality dan persepsi (cognitive) mana yang lebih diterima oleh niat dalam penggunaan teknologi dalam hal ini yaitu internet.

 Penelitian yang dilakukan oleh McElroy (2007), telah menguji antara

personality dan persepsi (cognitive), tetapi penelitian tersebut menggunakan persepsi (cognitive) dengan model Mayer Brigg, sehingga peneliti sangat tertarik dengan menggunakan model TAM (Theory Acceptance Model) yang mana model ini sangat populer dalam penelitian sistem informasi pada perilaku individu dalam konteks penerimaan teknologi.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

(6)

1. Apakah faktor-faktor cognitive: kegunaan persepsian (perceived usefulnees) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dapat mempengaruhi niat pada pengunaan internet?

2. Apakah faktor-faktor personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dapat mempengaruhi niat pada penggunaan internet?

3. Apakah model cognitive lebih mempengaruhi niat pada pengunaan internet dari pada model personality.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji faktor-faktor cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) terhadap niat penggunaan internet.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji faktor-faktor personality: computer anxiety, affect dan trust, terhadap niat penggunaan internet

(7)

1.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat secara teoritis, karena merupakan hasil pengujian penelitian mengenai faktor-faktor personality dan cognitive dan mengisi kekosongan gap dengan membandingkan pengaruh relatif dari kedua faktor-faktor personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dan faktor-faktor cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) dalam penerimaan dan difokuskan pada penggunaan internet.

Manfaat bagi praktisi dari penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi perusahaan bahwa dapat mempertimbangkan personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dan persepsi atau cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) terhadap keberterimaan penggunaan internet. Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan yang dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

(8)

Bab ini berisikan latar belakang masalah, motivasi penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini berisikan uraian mengenai kerangka teori yang melandasi penelitian serta bukti-bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai desain penelitian, data, sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan uji validitas serta reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pembahasan mengenai hasil penelitian dan pengujian hipotesis, berikut dengan hasil pengujian validitas dan reliabilitas.

BAB V PENUTUP

(9)

BAB II

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. The Role of Cognitive Style in Use

Cognitive adalah istilah yang digunakan dalam psikologi kognitif untuk menggambarkan suatu bentuk pikiran atau persepsi dari setiap individu, atau mereka lebih menyukai pendekatan untuk penggunaan seperti informasi dalam menyelesaikan masalah (wikipedia). Salah satu hal yang baru ditahun 1960an adalah mempelajari bagaimana orang berpikir, merasakan, belajar, mengingat, membuat keputusan, dan bagaimana orang memproses (mempersepsikan, menginterpretasikan, menyimpan dan mengambil) data di memori otak.

Psikologi kognitif adalah ilmu pengetahuan ilmiah dari psikologi yang mempelajari konasi, yaitu proses-proses mental yang mendasari perilaku. Psikologi kognitif mempunyai riset domain yang luas termasuk bekerja dengan memori, atensi, persepsi dan representasi pengetahuan, memberi alasan, kreativitas dan pemecahan masalah (Hartono, 2007).

Beberapa teori dan model dari sistem informasi, yang menjelaskan interaksi individu-individu dengan sistem informasi terdiri dari:

(10)

2. Teori penerimaan teknologi (technology acceptance model atau TAM) oleh Davis et al. (1989).

3. Teori perilaku perencanaan (theory of planned behavior atau TPB) oleh Ajzen (1991).

Dalam penelitian ini, faktor-faktor cognitive, peneliti menggunakan dasar penelitian yang validitas instrumen tinggi, yang mana didasarkan dari penelitian Davis (1989) yaitu: kegunaan persepsian (perceived usefulnees) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).

Penelitian ini menggunakan pendekatan model penerimaan teknologi (TAM) dengan beberapa alasan:

1. TAM adalah model perilaku yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sistem informasi gagal diterapkan karena pemakainnya tidak mempunyai niat (intention) untuk menggunakannya, tidak banyak model-model penerapan sistem teknologi informasi yang memasukkan faktor psikologis atau perilaku di dalam modelnya dan TAM adalah salah satu pertimbangannya.

2. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat

(11)

dibandingkan dengan model yang lain misalnya TRA dan TPB dan hasilnya konsisten bahwa TAM cukup baik.

4. Kelebihan TAM yang paling penting adalah model ini merupakan model yang persimoni yaitu model yang sederhana tapi valid. Salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (theory acceptance model atau TAM). Teori TAM, pertama kali dikenalkan oleh Davis (1986). Teori TAM dikembangkan dari Theory of Reasoned Action atau TRA oleh Ajzen dan Fishbein (1980), dengan model TRA sebagai berikut:

Beberapa penelitian telah menekankan bahwa pentingnya cognitive sebagai variabel penting yang mempengaruhi sikap dan penerimaan pengguna dalam manajemen sistem informasi (Benbansat dan Taylor, 1978; Lucas 1981; Matson dan metroff, 1973; Robey, 1983; Sage,1981; Norma subjektif

(Subjective Norms) Sikap terhadap perilaku

(Attitude Towards Behavior)

Kontrol Perilaku persepsian (Perceived

Behavior Control)

Niat perilaku

(12)

Zmut, 1975), cognitive berkenaan dengan proses karateristik individu dalam analisis, evaluasi dan interpretasi dari data yang digunakan untuk pengambilan keputusan, sebagai dasar yang mana mereka mengklasifikasi sebagai sistematik-hueristics (Bariff dan Lucks, 19977), analitic-heuristics (Driver dan mock, 1975; Vasarhelyie, 1977) atau sensing-thinking dan intuition feeling (Benbansat dan Taylor, 1978; Henderson dan Nutt, 1980; Matson dan mitroff, 1973), dikutip dalam McElroy, 2007.

2.1.1 Pengaruh Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulnees)

Terhadap Niat (Intention) Penggunaan Internet

(13)

adanya ekspektasi atas penggunaan aplikasi sistem teknologi tertentu yang diterimanya dari luar interaksi individu dengan sistem.

Definisi dari manfaat persepsian menggambarkan bentuk motivasi ekstrinisik, karena manfaat yang diterimanya berasal dari luar yaitu penghargaan karena kinerjanya meningkat.

Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa konstruk kegunaan persepsian mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi (Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al,. 1997; Sun, 2003). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kegunaan persepsian merupakan konstruk yang paling banyak signifikan dan penting yang mempengaruhi sikap, minat dan perilaku dalam penggunaan teknologi dibanding konstruk yang lain.

Venkantesh et al., (2003) menguji pengaruh faktor kegunaan persepsian terhadap perilaku penggunaan TI antara pria dan wanita. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kegunaan persepsian untuk pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pria menganggap TI lebih bermanfaat dibandingkan dengan wanita, sehingga persepsi ini akan mempengaruhi sikap pria dalam menggunakan TI. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegunaan persepsian berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan TI meskipun pada pria pengaruh ini ternyata lebih kuat dibandingkan dengan wanita.

(14)
(15)

untuk menggunakan sedangkan kemudahan penggunaan persepsian tidak memiliki dampak langsung.

Berdasarkan paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kegunaan persepsian berpengaruh positif terhadap niat penggunaan internet

2.1.2 Pengaruh Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) Terhadap Niat (Intention) Penggunaan Internet

Davis et al. (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan persepsian sebagai tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Meskipun usaha menurut setiap orang bebeda-beda tetapi pada umumnya untuk menghindari penolakan dari pengguna sistem atas sistem yang dikembangkan, maka sistem harus mudah diaplikasikan oleh pengguna tanpa mengeluarkan usaha yang dianggap memberatkan.

(16)

Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H2: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh positif terhadap niat penggunaan internet

2.2 The Role of Personality in IS Use

Personality adalah seperangkat karateristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan orang commonalities dan berbeda dalam pemikiran, perasaan dan tindakan (Maddi, 1989). Karakter personality adalah suatu pola kecenderungan perilaku jangka panjang yang konsisten. Faktor-faktor personality diperkenalkan oleh Goldberg (1990) yang mengklasifikasikan dalam lima tahapan: openess to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, (OCEAN).

Dari lima tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(17)

orang maka semakin menerima situasi baru. Keterbukaan juga dapat meningkatkan kecakapan seseorang.

2. Conscientiousness ini adalah kecenderungan pada disiplin, tanggung jawab, tugas dalam pencapaian tujuan diri sendiri. Individu yang mempunyai conscientiousness akan cendrung menghindari masalah dan menentukan tingkat kesuksesan yang tinggi melalui rencana dan mempunyai tujuan dan tekun. Mereka cendrung menghargai orang lain dengan kepintaran dan kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Sedangkan individu yang mempunyai conscientiousness yang rendah akan mudah menyerah, kurang memiliki ambisi dan mencoba hal yang meberikan kesenangan jangka pendek.

(18)

memiliki karateristik extrovert cendrung lebih mudah bergaul dengan orang lain dibandingkan orang berkarakter introvert.

4. Agreeableness adalah kecenderungan menerima apa adanya. Individu yang mempunyai agreeablenes yang tinggi mempunyai kecendrungan baik, ramah, murah hati, senang membantu dan mampu untuk menyatukan keinginan dengan orang lain, sedangkan individu yang mempunyai agreeableness rendah akan menempatkan dirinya diatas kepentingan orang lain, mereka umumnya tidak peduli dengan orang lain dan tidak suka melibatkan dirinya dengan orang lain dan cendrung bersikap skeptis terhadap niat orang lain yang meyebabkan mereka cendrung tidak ramah, serta dapat dikaraterkan sebagai manipulatif, orientasi pada diri sendiri, curiga dan kejam.

(19)

Penerimaan personel terhadap sistem komputer berhubungan positif dengan keberhasilan (DeLone, 1988). Penggunaan faktor karateristik manusia yang dihubungkan dengan personality dalam penelitian sistem informasi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. McElroy et al. (2007) menggunakan lima dimensi sifat utama openess to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, (OCEAN) untuk mengetahui pengaruh terhadap penerimaan teknologi dibandingkan dengan faktor cognitive. Alasan McElroy et al. (2007) meggunkan kepribadian untuk mengukur penerimaan teknologi karena kepribadian faktor bawaan manusia yang bersifa tetap dan cendrung lebih stabil dibandingkan dengan faktor cognitive. Ditemukan dukungan pada proposisi yang menyatakan bahwa faktor personality lebih memprediksi penerimaan teknologi.

Dengan mengkaji enam belas artikel dari tahun 1996 sampai tahun 2006, Ramdani (2007) melakukan meta analisis hubungan antara tiga dari lima dimensi sifat utama openess to experience, extraversion, neuroticism, (OEN) dengan penggunaan e-mail sebagai pemilihan teknologi dan mediasi komunikasi. Analisis yang dilakukan Ramdani (2007) menemukan bahwa dimensi openess to experience, extraversion, neuroticism, (OEN) merupakan dimensi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi e-mail.

(20)

teknologi. Hal tersebut ditujukan dengan penggunaan faktor kepribadian sebagai faktor yang menentukan penerimaan pada enam belas artikel yang dikaji Ramdani (2007). Penggunaan faktor kepribadian utama secara langsung sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh McElroy (200&7).

Dalam penelitian ini, karakter-karakter personality difokuskan pada, 1) kecemasan komputer (computer anxiety) didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Iqbaria et al., 1989), alasan dalam menggunakan kecemasan komputer ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa kecemasan komputer berpengaruh langsung terhadap niat (intention) dalam menggunakan teknologi, kecemasan komputer termasuk dalam faktor-faktor personality neuroticism 2) perasaan (affect) didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Cheung and Chang (2001), alasan dalam menggunakan perasaan (affect) ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa perasaan (affect) secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet, perasaan (affect) dalam faktor-faktor personality yaitu openness.dan 3) trust, didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh McKnight et al, 2002) alasan dalam menggunakan trust ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa trust secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet, trust termasuk dalam faktor-faktor personality yaitu agreeableness

(21)

Thatcher et al. (2007) mengatakan bahwa personality, karakteristik demografi dan aspek individual mempengaruhi keyakinan pemakai dan perilaku pemakai. Terdapat tiga personality traits yang mempengaruhi internet anxiety yaitu: 1). Computer anxiety, 2). Computer self-efficacy, 3). Personal innovativeness dengan teknologi informasi. Computer anxiety didefinisikan sebagai kekuatiran (apprehension) atau takut (fear) berinteraksi dengan komputer, irrespective terhadap bahaya yang riil.

Internet anxiety berhubungan dengan computer anxiety, tetapi konsepnya berbeda. Internet anxiety merupakan perasaan atau emosi yang timbul dari penggunaan teknologi web. Internet menimbulkan anxiety karena memerlukan pemakai (users) untuk memahami teknologi baru dan aplikasi baru yang asing bagi mereka.

Internet menimbulkan emosi karena ini menghasilkan interaksi dengan situasi yang tidak dikenal atau orang yang tidak dikenal. Lebih jauh penggunaan internet menyajikan risiko, seperti potensial untuk virus, spyware atau invasi dari privasi pemakai (user privacy). Oleh karena itu, computer anxiety mencerminkan lamanya waktu (life time) dari pengalaman dengan komputer. Internet anxiety mencerminkan kesulitan dengan teknologi informasi yang melibatkan internet.

(22)

mendatang (Igbaria et al. 2004). Kecemasan mengenai lingkungan komputer-komputer yang diekspektasikan berhubungan negatif dengan penggunaan komputer. Tidak mengherankan karena orang-orang diharapkan menghindari perilaku yang mencemaskan. Sejumlah penelitian telah menunjukan hubungan antara kecemasan komputer dengan penggunaan komputer (Iqbaria et al. 1989).

Kecemasan komputer ditunjukan sebagai reaksi negatif (Fagan et al. 2003). Reaksi negatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap pengunaan dan kepuasan sistem informasi. Banyak penelitian yang menunjukan hubungan antara kecemasan komputer dengan penggunaan teknologi informasi khususnya komputer. Kecemasan komputer menunjukan prediktor yang signifikan dari penerimaan komputer (McElory et al. 2007) dan pengunaan komputer (Howard dan Mendelow, 1991). Studi lain menunjukan hubungan kecemasan komputer dan pengunaan komputer (Compeau dan Higgis, 1995; Igbaria dan Livari, 1995; Igbaria dan Pasuraman, 1989).

Berdasarkan paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Kecemasan komputer berpengaruh negatif terhadap niat penggunaan internet

(23)

Triandis (1980) mengembangkan suatu teori yang disebut dengan teori perilaku interpersonal (theory of interpersonal behavior). Teori ini mengusulkan bahwa minat-minat perilaku ditentukan oleh perasaan-perasaan (feeling) yang dimiliki manusia terhadap perilaku (yang disebut dengan affect), apa yang mereka pikirkan tentang seharusnya mereka lakukan.

Triandis (1980) menggunakan istilah perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu. Compeau dan Higgins (1995b); Compeau, et al., (1999) mendefinisikan perasaan adalah suatu kesukaan individual terhadap perilaku. Menurut Goodhue (1988), banyak peneliti yang membedakan antara komponen emosional dari sikap (yang memiliki konotasi suka/tidak suka) dan komponen kognitif atau kepercayaan. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson et al. (1991) menunjukkan bahwa affect tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan personal computer

Cheung and Chang (2001) menemukan bahwa perasaan (affect) secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet. Bagaimanapun, dalam penelitian pada pembajakan software, Limayem, Khalifa and Chin (1999) menyatakan pengaruh yang tidak signifikan.

(24)

H4: Perasaan (affect) berpengaruh positif terhadap niat untuk menggunakan internet

2.2.3 Pengaruh Trust Terhadap Niat (Intention) Terhadap Penggunaan Internet

Trust telah didefinisikan dalam berbagai bentuk, tergantung konteks pendekatan yang akan digunakan atau dibahas. Dalam pandangan psikologi mendefinisikan trust sebagai kecenderungan percaya pada orang lain (Rotter, 1971). Dalam pandangan sosiologi mendefinisikan trust adalah sebuah karateristik dari lingkungan institusi.

Trust mengacu pada suatu keyakinan positif mengenai hal yang dapat dipercaya (reliability), hal yang dapat diandalkan (dependability) dan hal yang diyakini, baik proses dan tujuan seseorang (confidence) Fogg (1999). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan trust yang didefinisikan oleh Grazioli dan Jevenpaa (2000) yaitu adalah suatu proses pilihan.

(25)

proses, contohnya, individu percaya jembatan penyebrangan sungai dan mesin penjual otomatis merupakan akses (access) rekening bank mereka.

Corritore, Kracher, dan Wiedenbeck (2003) mengatakan bahwa trust timbul sebagai elemen kunci keberhasilan dalam linkungan on-line. Trust dan hubungan trust dalam dunia offline menjadi topic penelitian dalam berbagai disiplin ilmu sejak tahun 1950-an (Corritore et al. 2001). Aliran penelitian pada trust dapat ditemukan dalam bidang filosofi, sosiologi, psikologi, manajemen, marketing, ergonomics, interaksi manusia-komputer (human-computer interaction/HCI), industrial psychology, dan electronic commerce (e-commerce). Trust telah dipelajari dalam berbagai disiplin, masing-masing disiplin ilmu telah menghasilkan konsep, definisi dan penemuannya sendiri.

Trust dalam teknologi, menggambarkan keyakinan tentang bagaimana teknologi akan melaksanakan kemauan orang untuk percaya terhadapnya. Dua aspek dari trust dalam teknologi adalah keyakinan kepercayaan dan niat percaya yang berhubungan dekat. Keyakinan kepercayaan terjadi ketika individu merasa bahwa target dari kepercayaan mereka adalah murah hati (benevolent), kompeten (competent), jujur (honest) dan dapat diprediksi (predictable). Niat percaya terjadi ketika individu mau tergantung satu sama lain.

(26)

berhubungan dengan konsep seperti credibility, reliability, or confidence. Dengan demikian, definisi istilah dan untuk mencerminkan perbedaan antara trust dan konsep yang berhubungan dengannya telah membuktikan penuh tantangan untuk peneliti. 2). Trust merupakan konsep berbagai segi yang menyatukan, emosi, dan dimensi perilaku (Lewis & Weigert, 1985).

Zeithaml, Parasuraman, and Malhotra (2002) and Chen and Dhillon (2003) menyatakan bahwa trust adalah sebuah dimensi penting dalam penggunaan web sites. Donthu (2001) menyatakan bahwa trust adalah dihubungkan dengan sikap pada web site. Trust juga dapat meningkatkan sikap pada pembelian online (Jarvenpaa and Todd 1997), niat (intention) pada online (Limayem, Khalifa, and Frini 2000; Vijayasarathy and Jones 2000), intent to purchase online (Lynch, Kent, and Srinivasan 2001), level of online shopping activify (Korgaonkar and Wolin 1999; Miyazaki and Fernandez 2001). Kajian penelitian trust terhadap internet (E-Commerce) bisa dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Kajian Penelitian Trust terhadap Internet (E-Commerce)

Penulis (Tahun) Definisi Konteks

Jarvepaa &

Tractinsky (1999;43)

Kemauan Konsumen untuk yakin kepada penjual dan mengambil tindakan membuat konsumen percaya kepada penjual

Trust dalam toko internet (diukur dengan skala 7 item; 4 item yang dihilangkan) Gefen (2000;32) Kepercayaan seseorang mempunyai

harapan yang menguntungkan yang orang lain kerjakan, berdasarkan, banyak kasus, pada sesudah interaksi

Trust dalam

e-commerce vendor

(diukur dengan skala 3 item)

Grazioli & Jarvenpaa (2000;38)

Proses pemilihan Kepercayaan konsumen

(27)

Tan & Theon (Winter

2000-2001;98) Kepercayaan transaksi- Pihak terpercaya; percaya pada pihak lain

- Kendali percaya; percaya dalam pengendalian

Kepercayaan dalam

transaksi (studi

konseptual)

Lee dan Turban (2001;51)

Kepedulian konsumen menjadi

vulnerable pada tindakan internet merchan dalam transaksi internet shopping, berdasarkan pada harapan

internet merchant berperilaku dalam cara yang dapat disetujui, tidak

memperhatikan kemampuan

konsumen untuk memonitor atau pengendalian internet merchant

(p0,79)

Trust dalam internet shopping (diukur dengan skala 4 item, satu item dikeluarkan

McKnight &

Chervany (Winter 2001-2002; 64)

Kepercayaan merupakan multi dimensional

- Keyakinan pada kepercayaan: satu keyakinan pada pihak lain atau karakteristik yang lebih bermanfaat (p.46)

- Niat pada kepercayaan: satu kepedulian untuk bergantung pada atau niat bergantung, bahkan satu yang tidak dapat mengendalikan pada pihak lain

Kepercayaan

interpersonal atas e-vendor oleh konsumen (studi konseptual)

Sumber: Kim dan Tadisina (2007;89)

Berdasarkan uraian diatas maka, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

(28)

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel

(29)

Pemilihan metode convenience sampling diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya, dengan kata lain sampel diambil karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Sugiarto et al. (2003) mengungkapkan kelemahan dan kelebihan metode convenience sampling. Ditinjau dari segi biaya dan waktu yang diperlukan, teknik sampling ini merupakan metode yang termurah dan hemat waktu. Dapat dilihat bahwa sampling unitnya (responden) dapat diakses, mudah diukur dan bisaanya sangat membantu dan mau bekerja sama. Disamping kemudahan dan kelebihan dari teknik sampling ini, terdapat beberapa keterbatasan. Hal ini mengingat pemilihan unit sampel dengan metode ini dapat dilakukan dengan mengambil siapa saja dapat ditemui oleh peneliti, sehingga bilamana dalam prosesnya tidak dilakukan seleksi lebih lanjut, hasil yang diperoleh dapat memunculkan bisa dalam pengambilan keputusan. Metode ini menuntut kehati-hatian dalam menerjemahkan hasil penelitian.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

(30)

3.3 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

3.3.1 Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989).

3.3.2 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989).

(31)

3.3.4 Perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu. Compeau dan Higgins (1995b); Compeau et al. (1999) mendefinisikan perasaan adalah suatu kesukaan individual terhadap perilaku. Perasaan (affect) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Thompson, 1991; Compeau dan Higgins (1999).

3.3.5 Kepercayaan yaitu adalah suatu proses pilihan. Kepercayaan diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Grazioli dan Jevenpaa (2000).

(32)

3.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian adalah bagian yang terpenting untuk dilakukan. Data penelitian tidak akan berguna jika instrumen pengukuran yang digunakan tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi, dimana pengujian hipotesis sangat dipengaruhi oleh kualitas data (Cooper dan Schindler, 2003). Sebelum dilakukan survei, maka terlebih dahulu dilakukan pra survei dengan sampel yang lebih kecil dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang ada, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki item-item pertanyaan yang memenuhi persyaratan tersebut sebelum dilakukan survei yang sesungguhnya. Meskipun item-item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini telah digunakan pada penelitian sebelumnya dan dinyatakan valid serta reliabel, tetapi item-item pertanyaan ini perlu diuji kembali validitas dan reliabilitasnya.

3.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(33)

menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk mendefenisikan suatu konstruk (Hartono, 2004). Menurut Huck et al. (2000) korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (construct validity). Instrument memiliki convergent validity jika item pengukuran memiliki faktor loading lebih besar dari 0,4 (Hair et al., 2006). Hair et al., (2006) juga menyatakan bahwa faktor loading lebih besar 0,3 dapat dipertimbangkan sebagai batas minimal dan bila faktor loading lebih besar dari 0,5 maka akan diterima secara signifikan.

(34)

dengan signifikansi 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah memeuhi kriteria. Dapat dilihat dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Pengujian KMO dan Bartletts’s

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,758 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1,168E3

df 325

Sig. 0,000

Dalam analisis faktor, indikator masing-masing konstruk harus memiliki factor loading yang signifikan terhadap konstruknya. Menurut Hair et al (2006) the rule of thumb butir-butir pengukuran dapat dikatakan valid apabila memiliki factor loading lebih dari atau sama dengan 0,4 dan tidak menjadi bagian dari konstruk lain. Hasil analisis faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Hasil Analisi Faktor

Komponen

1 2 3 4 5 6

PU1 0,802

PU2 0,818

PU3 0,735

PU4 0,591

PU5 0,543

PU6 0,658

PE1 0,606 PE2 0,649 PE3 0,528 PE4 0,671 PE5 0,699 PE6 0,787

CA1 0,754

(35)

CA3 0,852

CA4 0,799

AF1 0,707

AF2 0,598

AF3 0,622

TR1 0,745

TR2 0,885

TR3 0,921

ITU1 0,810 ITU2 0,706 ITU3 0,673 ITU4 0,781

Bila dilihat dari hasil Tabel 3.2 tersebut, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan ada satu butir pertanyaan yang tidak valid karena tidak memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh Hair et al. (2006). Dari tabel dapat dilihat bahwa butir PU6 tidak memenuhi kedua persyaratan tersebut, sehinga harus didrop atau dikeluarkan.

Walaupun pada uji validiatas dengan sampel kecil ini ada butir-butir yang didrop, tetapi pada sampel besar butir-butir-butir-butir tersebut tetap diikutsertakan, mengingat adanya suatu kemungkinan bahwa tidak validnya butir-butir tersebut dikarenakan jumlah sampel yang kurang memadai.

(36)

sama lain. Konsistensi jawaban ditunjukan oleh nilai rule of thumb atau tingginya cronbach’s alpha, dengan nilai alpha harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai 0,6 masih dapat diterima (Hair et al, 2006).

Tabel 3.3.

Hasil Uji Reliabilitas pada Sampel Kecil

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

PU 0,840 Reliabel

PE 0,826 Reliabel

ITU 0,884 Reliabel

CA 0,882 Reliabel

AF 0,906 Realibel

TR 0,903 Reliabel

Model Penelitian

(37)

30,5 Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antar konstruk yang diteliti. Teknik pengujian hipótesis dalam penelitian ini menggunakan Análisis of Moment Structure (AMOS) dengan Structure Equation Modeling (SEM). SEM merupakan alat teknik multivariate yang mengkombinasi aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al., 1998). Pengaruh variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel tidak bebas) dalam AMOS ditunjukan dengan variabel endogenous dan variabel exogenous. Variabel endogenous dapat

C O G N I T I V E

P e r c e i v e d U s e f u l n e s s ( P U )

P e r c e i v e d E a s e o f U s e ( P E O U )

I n t e n t i o n t o U s e ( I T U )

I n t e n t i o n t o U s e ( I T U ) C o m p u t e r A n x i e t y

( C A )

T r u s t ( T R )

H 1

H 2

H 3

H 4

P E R S O N A L I T Y

A f f e c t ( A f )

(38)

muemprediksi satu satu atau beberapa variabel endogenous lainnya, tetapi variabel exogenous hanya dapat berhubungan kausal dengan variabel.

Langkah-langkah dalam melakukan dalam penggunaan SEM pada program AMOS versi 4.01 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Model Secara Teori

Langkah pertama dalam melakukan pemodelan adalah sesuai dengan mencari dan mengembangakan sebuah model yang mempunyai basis teori yang kuat, kemudian model tersebut divalidasi secara empirik melalui komputasi dengan program SEM.

(39)

2. Pengembangan Diagram Alur

Diagram alur akan mempermudah untuk melihat hubungan kausal antar variabel. Hubungan variabel dalam hal ini antara variabel exogenous dan variabel endogenous yang dinyatakan dalam anak panah. Anak panah lupus menunjukan hubungan kausal langsung antar konstruk dengan konstruk yang lain, sementara anak panah garis lengkung menunjukan korelasi antar konstruk.

3. Mengidentifikasi Model

Salah satu yang akan dihadapi dalam mengestimasi model kausal ini adalah masalah indentifikasi. Masalah identifikasi merupakan ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan Konstruk Jumlah

Item Definisi

PU 6 Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya

PE 5 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras.

CA 4 Kecemasan komputer adalah menunjukan ketakutan mengenai implikasi dari komputer

AF 3 perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu

TR 3 Kepercayaan yaitu adalah suatu proses pilihan ITU 4 Niat (intention) didefinisikan sebagai keinginan

(40)

estimasi yang diinginkan oleh peneliti. Apabila muncul masalah identifikasi, maka komputer akan memberikan pesan sebab kemungkinan terjadinya program tidak dapat melakukan estimasi.

4. Mengevaluasi Asumís-asumsi yang Harus Dipenuhi Jika Menggunakan SEM:

 Asumsi Kecukupan Sampel

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 321 orang, jumlah sampel tersebut dinilai telah memenuhi kriteria jumlah sampel bagi penelitian yang menggunakan Struktural Equation Model (SEM) dengan maximum likehood estimation (MLE) yaitu sebesar 5 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi.

 Asumsi Normalitas

Nilai statistik untuk menguji normalitas tersebut z value (Critical Ratio atau C.R pada ouput Amos 4.01) dari ukuran skeweness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 1%

yaitu sebesar 2,58 (Hair, 1998).

 Asumsi Outliers

(41)

sejumlah konstruk yang digunakan dalam penelitian (Hier et al., 1998).

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang memiliki karateristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tungal maupun variabel kombinasi (Hier et al.,2006). umumnya perlakuan terhadap outlier adalah dengan mengeluarkanya dari data dan tidak mengikutsertakan dalam perhitungan berikutnya.

 Evaluasi atas kriteria Goodness of fit

Hubungan hipotesis konstruk-konstruk penelitian pada model yang diajukan hubungan kausal antar konstruk tersebut. Evaluasi nilai Goodness of fit dari model konstruk. Pengujian kesesuaian model dengan menggunakan criteria goodness of fit dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Goodness of fit index

Nilai Kritis

χ2-Chi-Square

(CMIN) Diharapkankecil, χ2-Significance

Probability (P)  0,05 χ2 relatif

(CMIN/DF)

≤ 2,00

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

RMSEA ≤ 0,08

(42)

 Melihat critical ratio setiap path dan membandingkan dengan

nilai tertentu. Untuk pengujian satu arah dengan tingkat

signifikansi 0,05, nilai critical ratio harus 1,645 sedangkan dengan tingkat signifikansi 0,01 nilai critical ratio harus

2,326.

 Melihat standarized structural (path) coefficients dari setiap

hipotesis terutama pada kesesuaian arah hubungan path dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya.

 Jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai

critical ratio memenuhi persyaratan maka dapat dikatan bahwa hipotesis yang diuji mendapat dukungan yang kuat.

5. Mengintrspretasikan dan Memodifikasi Model a. χ² - Chi square

(43)

untuk mendapatkan nilai χ² relatif dan digunakan untuk membuat kesimpulan bahwa nilai χ² relatif tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi.

b. RMSEA – The Root Mean Square Error of Approximation.

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi Chi-square statistic dalam sampel besar (Baumgarthner & Homburg dalam Augusty, 2002:56). RMSEA yang diharapkan adalah sebesar ≤0,08.

c. GFI – Goodness of- Fit Index

Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasikan GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90 (Tanaka & Huba, 1989 dalam Augusty).

d. AGFI – Adjust Goodness of fit Index

AGFI merupakan pengembangan indeks dari GFI, yang merupakan indeks yang telah disesuaikan dengan rasio degree of freedom model yang diusulkan dengan degree of freedom dari null model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih dari 0,90 (Hair, 1995 dalam Augusty).

e. CMIN/DF- The Minimum Sampel Discrepancy Function/Degree of Freedom

(44)

dibagi DF-nya sehingga disebut χ² relatif. Nilai χ² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam Agusty).

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan menjelaskan analisis data meliputi serangkain proses yang dimulai dari pengumpulan data, karakteristik responden, pengujian validitas dan reliabilitas, serta uji hipotesis penelitian dan analisis pembahasan pada bagian akhir.

4.1. Pengumpulan Data

(45)

penelitian ini sebanyak 321 kuesioner. Hasil pengumpulan data secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.1. berikut ini:

Tabel 4.1.

Hasil Pengumpulan Data Kuesioner Keterangan Jumlah Persentase

Keterangan Jumlah Kuesioner Prosentase

Jumlah kuesioner yang disebar 350 100 %

Kuesioner yang dikembalikan 333 95,143%

Kuesioner yang tidak lengkap 10 2,86%

Kuesioner yang tidak kembali 7 2%

Kuesioner yang dapat dipakai 321 91,72

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan 321 responden yang ada dikelompokkan dalam berbagai karakteristik yang meliputi jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh saat ini. Adapun pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pria 157 48,9 48,9 48,9

wanita 164 51,1 51,1 100,0

Total 321 100,0 100,0

(46)

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 321 responden, 134 orang responden (48,9%) adalah pria dan 151 orang responden (51,1%) adalah perempuan.

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <20 95 29,6 29,6 29,6

20-30 202 62,9 62,9 92,5

30-40 23 7,2 7,2 99,7

41-50 1 0,3 0,3 100,0

Total 321 100,0 100,0

Sumber: Lampiran 2

Sementara berdasarkan pada usia responden dapat diketahui bahwa dari 321 orang responden, 95 orang responden (29,6%) berusia kurang dari 20 tahun, 202 orang responden (62,9%) berusia 20 sampai 30 tahun, 23 orang responden (7,2%) berusia 31 sampai 40 tahun, 1 orang responden (0,3%) berusia 41 sampai 50 tahun.

Tabel 4.4

(47)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid s1 189 58,9 58,9 58,9

s2 132 41,1 41,1 100,0

Total 321 100,0 100,0

Sumber: Lampiran 2

Sementara berdasarkan pada tingkat pendidikan yang sedang ditempuh saat ini dari 321 orang responden dapat diketahui bahwa 189 orang responden (58,9%) sedang menempuh jenjang menempuh jenjang S1 dan 132 orang responden (41,1%) sedang menempuh jenjang S2.

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.3.1. Uji Validitas dengan Sampel Besar

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian. Pengujian validitas suatu kuesioner ini menggunakan Confirmatory Faktor Analysis, untuk menguji apakah indikator-indikator yang digunakan dalam kuesioner dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel.

(48)

faktor dengan bantuan SPSS 16 Item-item pertanyaan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian sebelumnya maka bersifat confirmatory.

Sebelum uji analisis faktor, diperlukan uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan Bartlett’s Test. Dalam penelitian sampel besar ini, nilai KMO-MSA menunjukkan nilai 0,863 dengan signifikansi 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah memenuhi seluruh kriteria, seperti pada Tabel 40,5 dibawah ini:

Tabel 40,5

KMO dan Bartlett Test Sampel Besar

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,863

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 5,266E3

df 325

Sig. 0,000

Adapun hasil uji validitas dengan menggunakan metode Varimax with Kaiser Normalization dalam Confirmatory Faktor Analysis, dapat dilihat pada tabel 40,6

Tabel 40,6

Hasil Analisi Faktor

Komponen

1 2 3 4 5 6

PU1 0,771 PU2 0,746 PU3 0,754 PU4 0,666 PU5 0,689 PU6 0,699

PE1 0,562

PE3 0,620

PE4 0,680

PE5 0,735

PE6 0,746

(49)

CA2 0,834 CA3 0,856 CA4 0,727 AF1 0,612 AF2 0,874 AF3 0,871 TR1 0,801 TR2 0,883 TR3 0,868 ITU1 0,761 ITU2 0,702 ITU3 0,791 ITU4 0,782 Tabel 40,7 Hasil Uji Reliabilitas

Item Nilai Alpha Nilai corrected

item to total correlation

Nilai

Cronbach’s Alpha if item

deleted

Keterangan

Perceivedd of usefulness

0,871 Reliabel

PU1 0,683 0,848

PU2 0,726 0,840

PU3 0,692 0,846

PU4 0,676 0,849

PU5 0,668 0,850

PU6 0,588 0,864

Perceivedd ease of use

0,786 Reliabel

PE1 0,441 0,777

PE2 0,432 0,779

PE3 0,580 0,743

PE4 0,615 0,735

PE5 0,539 0,753

PE6 0,619 0,734

Computer

anxiety 0,862 Reliabel

CA1 0,720 0,819

CA2 0,739 0,811

CA3 0,770 0,798

CA4 0,608 0,864

Affect 80,76 Reliabel

AF1 0,559 0,993

AF2 0,863 0,710

(50)

Trust 0,871 Reliabel

TR1 0,706 0,859

TR2 0,798 0,775

TR3 0,755 0,816

Intention to use

0,854 Reliabel

ITU1 0,667 0,826

ITU2 0,677 0,822

ITU3 0,728 0,801

ITU4 0,712 0,807

4.4. Estimasi dan pengujian Model Struktural

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian model struktural dengan pendekatan

4.4.1 Asumsi Kecukupan Sampel

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 321 orang, jumlah sampel tersebut dinilai telah memenuhi kriteria jumlah sampel bagi penelitian yang menggunakan Struktural Equation Model (SEM) dengan maximum likehood estimation (MLE) yaitu sebesar 5 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi.

4.4.2 Asumsi Normalitas

Nilai statistik untuk menguji normalitas tersebut z value (Critical Ratio atau C.R pada ouput Amos 4.01) dari ukuran skeweness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan

berdasarkan tingkat signifikansi 1% yaitu sebesar 2,58 (Hair, 1998). Hasil normalitas data terlihat bahwa secara univariate, kurtosis beberapa

(51)

univariate sebaran data diangap normal untuk model cognitive sedangkan

untuk model personality terkecuali ada satu C.R diatas 2,58 yaitu ca3,ca4

dengan nilai 20,597 dan 7.248. Sementara secara multivariate nilai C.R dari model cognitive 190,688 menunujukan dan model personality menunjukan 103,343 berarti data ini tidak berdistribusi normal, namun masih dapat digunakan untuk estimasi pada analisis selanjutnya.

Penilaian Normalitas Personalitas

Min Max Skew C.R Kurtosis C.R

ITU4 3 5 0,501 3,664 -1,332 -4,870

ITU3 3 5 0,598 4,371 -1,198 -4,383

ITU2 3 5 0,418 3,056 -0,487 -1,782

ITU1 3 5 0,318 2,324 -0,798 -2,920

TR3 2 5 -0,904 -6,613 1,640 5,999

TR2 2 5 -0,827 -6,039 1,256 4,593

TR1 2 5 -0,967 -7,076 2,034 7,440

AF3 3 5 0,482 3,523 -1,169 -4,276

AF2 3 5 0,607 4,440 -1,401 -5,125

AF1 2 5 -0,093 -0,681 0,116 0,423

CA4 1 5 10,876 13,723 7,248 26,509

CA3 1 4 0,837 6,124 2,597 9,497

CA2 1 4 0,824 6,028 2,511 9,182

CA1 1 4 0,931 6,809 2,465 9,016

Multivariate 244,173 103,343

Penilaian Normalitas Conitive

Min Max Skew C.R Kurtosis C.R

PU6 4,000 5,000 0,019 0,137 -2,000 -7,313

PU5 4,000 5,000 0,322 2,354 -1,896 -6,936

PU4 3,000 5,000 0,496 3,628 -1,538 -5,626

PU3 4,000 5,000 0,283 2,071 -1,920 -7,021

PU2 4,000 5,000 0,440 3,220 -1,806 -6,606

PU1 4,000 5,000 -0,031 -0,228 -1,999 -7,311

PE6 3,000 5,000 0,679 4,968 -1,298 -4,745

PE5 3,000 5,000 0,501 3,664 -1,332 -4,870

PE4 3,000 5,000 0,551 4,030 -1,474 -5,391

PE3 4,000 5,000 0,563 4,119 -1,683 -6,155

PE1 2,000 5,000 0,344 2,515 0,109 0,397

ITU4 3,000 5,000 0,501 3,664 -1,332 -4,870

ITU3 3,000 5,000 0,598 4,371 -1,198 -4,383

ITU2 3,000 5,000 0,418 3,056 -0,487 -1,782

ITU1 3,000 5,000 0,318 2,324 -0,798 -2,920

Multivariate 490,583 190,668

(52)

4.4.3 Asumsi Outliers

Dalam analisis Multivariate adanya outlier dapat diuji dengan statistik chi square terhadap nilai Mahalanobis distance squared dengan tingkat signifikansi 0,01 dengan degree of freedom sejumlah konstruk yang digunakan dalam penelitian (Hier et al., 1998).

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang memiliki karateristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tungal maupun variabel kombinasi (Hier et al.,1998.) umumnya perlakuan terhadap outlier adalah dengan mengeluarkanya dari data dan tidak mengikutsertakan dalam perhitungan berikutnya.

4.4.4 Evaluasi atas kriteria Goodness of fit

Hubungan hipotesis konstruk-konstruk penelitian pada model yang diajukan hubungan kausal antar konstruk tersebut. Evaluasi nilai Goodness of fit dari model konstruk. Pengujian kesesuaian model dengan menggunakan criteria goodness of fit dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 40.8

Kriteria Goodness of Fit Cognitive and Personality

Goodness of fit index

Nilai

Kritis Cognitive

Personality

Indeks Keterangan Indeks Keterangan

χ2-Chi-Square

(CMIN)

Diharapkan kecil

1560,754 Kecil, χ2 dengan

DF = 200

167,250 Kecil, χ2 dengan

DF = 200 χ2-Significance

Probability (P)  0,05

0,000 Baik 0,000 Baik

χ2 relatif

(CMIN/DF) ≤ 2,00 / 3,00

(53)

GFI ≥ 0,90 0,939 Baik 0,938 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,910 Baik 0,903 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,054 Baik 0,065 Baik

Sumber: Lampiran 5 dan 6

a. χ² - Chi square

Tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka dibutuhkan sebuah nilai χ² yang tidak signifikan. Nilai χ² ini dapat dibandingkan dengan degree of freedom-nya untuk mendapatkan nilai χ² relatif dan digunakan untuk membuat kesimpulan bahwa nilai χ² relatif tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi. Berdasarkan uji statistik χ2-

chi-square yang dihasilkan dalam model cognitive adalah sebesar 1560,754 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan personality adalah sebesar 167,250 dengan tingkat signifikansi 0,000, Hal ini membuktikan bahwa model menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matrik kovarians populasi yang diestimasi.

(54)

sebesar ≤0,08. Dari hasil pengujian nilai RMSEA yang dihasilkan oleh model cognitive adalah sebesar 0,054 dan personality adalah sebesar 0,065 dan lebih kecil dari 0,08. Hal ini membuktikan bahwa model tersebut dapat diterima.

c. GFI – Goodness of- Fit Index

Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasikan GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90 (Tanaka & Huba, 1989 dalam Augusty). Dari hasil pengujian komputasi AMOS, GFI yang dihasilkan oleh model cognitive adalah sebesar 0,939 dan personality adalah sebesar 0,98, untuk model

cognitive lebih besar yang diharapkan yaitu ≥0,90, dan model personality lebih besar ≥0,90 Jadi GFI cognitive menunjukkan tingkat penerimaan dengan baik, karena memenuhi ketentuan minimum yaitu ≥0,90, sedangkan GFI personality menunjukkan tingkat penerimaan yang baik karena memenuhi ketentuan sebesar ≥ 0,90

d. AGFI – Adjust Goodness of fit Index

(55)

0,903, diatas yang diharapkan yaitu ≥ 0,90, Jadi AGFI model cognitive dan personality hanya menunjukkan tingkat penerimaan dengan baik, karena memenuhi ketentuan minimum yaitu ≥ 0,90,

e. CMIN/DF- The Minimum Sampel Discrepancy Function/Degree of Freedom

CMIN/DF salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-square, χ² dibagi DF-nya sehingga disebut χ² relatif. Nilai χ² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam Agusty). Dari hasil pengujian komputasi AMOS, CMIN/DF yang dihasilkan dalam model cognitive tersebut adalah 1,935 dan model personality 2,322 atau lebih besar dari 2,00, Jadi CMIN/DF menunjukkan tingkat penerimaan dengan

baik, karena memenuhi ketentuan minimum  2,00 atau  3,00

40.5 Evaluasi Hubungan kausal Model Struktural

(56)

digunakan pada model cognitive sebesar 81 (lampiran IV), sedang model personality sebesar 67 (lampiran V).

Pengujian hipotesis dilakukan pertama, dengan menganalisa tingkat signifikansi hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada nilai C.R (teknologi-hitung) yang lebih besar atau sama

dengan nilai teknologi-tabel (t-hitung  t-tabel). Kedua, dengan melihat

standardized structural (path) coefficients dari setiap hipotesis terutama pada kesesuaian arah hubungan path dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya. Jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai critical ration-nya juga memenuhi persyaratan maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diuji mendapat dukungan yang kuat. Pada model cognitive, nilai kritis yang digunakan adalah nilai

t-tabel dengan degree of fredom 81 sebesar 20,576 ( =0,005, one tailed),

2,326 ( =0,01, one tailed) dan model personality 67 sebesar 20,576 (

=0,005, one tailed), 2,326 ( =0,01, one tailed) .Kemudian berdasarkan

model penelitian, maka selengkapnya disajikan dalam tabel 40,6.

Tabel 40,6.

Menyajikan Hasil Pengujian Hipotesis yang Diajukan.

Hipotesis Cognitive Personality Simpulan

Standardized Estimate

C.R Standardize d Estimate

C.R

ITU <---PU H1 0,332 30,746** H1 didukung

ITU <---PE H2 0,306 3,171** H2 didukung

ITU <---CA H3 -0,301 -40,603** H3 didukung

ITU <---AF H4 0,238 30,785** H4 didukung

(57)

Signifikan pada tingkat ** p<0,005 *p<0,010

Berdasarkan tabel 40,6. di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis Satu (H1)

Hipotesis yang diuji dalam bagian ini adalah hipotesis satu menyatakan bahwa kegunaan persepsian (perceivedd of usefulness atau PU) berhubungan positif terhadap (intention to use atau ITU). Tujuan pengujian hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah kegunaan persepsian atau (perceivedd of usefulness atau PU) mempunyai pengaruh terhadap Intention to Use atau ITU. Hasil Regression Weight PU terhadap ITU menunjukan nilai CR (t-hitung) sebesar 30,746 dan nilai t-tabel sebesar 2,576, dari hasil tersebut menunjukan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti hasil ini menunjukan bahwa PU mempunyai hubungan positif terhadap ITU, berarti hipotesis satu (H1) yang diajukan didukung. Hasil temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al., 1997; Sun, 2003; Venkantesh et al., 2003.

2. Pengujian Hipotesis Dua (H2)

(58)

dari hasil tersebut menunjukan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti hasil ini menunjukan bahwa PE mempunyai hubungan positif terhadap ITU, berarti hipotesis dua (H2) yang diajukan didukung. Hasil temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al., 1997; Sun, 2003; Venkantesh et al., 2003.

3. Pengujian Hipotesis Tiga (H3)

Hipotesis yang diuji dalam bagian ini adalah hipotesis tiga menyatakan bahwa kecemasan komputer (computer anxiety atau CA) berhubungan negatif terhadap niat atau intention to use atau ITU. Tujuan pengujian hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah kecemasan komputer berhubungan negatif terhadap niat atau intention to use atau ITU. Hasil Regression Weight CA terhadap ITU menunjukan nilai CR (t-hitung) sebesar -40,603 dan nilai t-tabel sebesar 1,645, dari hasil tersebut menunjukan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti hasil ini menunjukan bahwa CA mempunyai hubungan terhadap ITU (perceivedd usefulness atau PU), berarti hipotesis H3 yang diajukan didukung. Hasil temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Fagan et al., 2003; Compeau dan Higgis, 1995; Igbaria dan Livari, 1995; Igbaria dan Pasuraman, 1989).

4. Pengujian Hipotesis Empat (H4)

(59)

terhadap intention to use atau ITU. Hasil Regression Weight AF terhadap ITU menunjukan nilai CR (t-hitung) sebesar 30,785 dan nilai t-tabel sebesar 2,576, dari hasil tersebut menunjukan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti hasil ini menunjukan bahwa kepercayaan perasaan (affect atau AF) mempunyai hubungan positif terhadap ITU, berarti hipotesis dua (H4) yang diajukan didukung. Hasil temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Thompson 1991; Compeau dan Higgins (1995b); Compeau, et al., (1999) 5. Pengujian Hipotesis Empat (H5)

(60)

Gambar 4.1

Model Cognitive dan Model Personality

Keterangan: Signifikan pada tingkat ** p<0,005 *p<0,010

DISKUSI

Pada bagian ini akan didiskusikan mengenai hubungan antar konstruk dan model yang digunakan. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu pertama untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji faktor-faktor cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) terhadap niat penggunaan internet, kedua, untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji

C O G N I T I V E P e r c e i v e d U s e f u l n e s s

( P U )

P e r c e i v e d E a s e o f U s e ( P E O U )

I n t e n t i o n t o U s e ( I T U )

I n t e n t i o n t o U s e ( I T U ) C o m p u t e r A n x i e t y

( C A )

T r u s t ( T R )

H 1

H 2

P E R S O N A L I T Y 0 . 3 3 2 * *

0 . 3 0 6 * *

H 3

H 4 A f f e c t ( A F )

H 5

- 0 . 3 0 1 * *

0 . 2 3 8 * *

(61)

faktor-faktor personality: computer anxiety, affect dan trust, terhadap niat penggunaan internet, dan ketiga, untuk mendapatkan bukti empiris dengan membandingkan model faktor-faktor personality dan cognitive terhadap pengunaan internet.

Tujuan pertama dari penelitian ini untuk mendapatkan bukti apakah faktor-faktor persepsi (cognitive) yang terdiri dari dua konstruk yaitu perceivedd usefulness dan perceivedd ease of use yang diadopsi dari TAM. Perceivedd usefulness dan perceivedd ease of use berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi. Kedua konstruk ini telah banyak digunakan para peneliti dalam sistem informasi, hasil review yang dilakukan oleh Lee et al. 2003, menyatakan bahwa sampai pada tahun 2003 teori ini telah dirujuk oleh 698 penelitian. Hasil dari penelitian ini juga menemukan hubungan yang sangat signifikan antara konstruk perceivedd usefulness dan perceivedd ease of use berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi, yang mana hasil tersebut menunjukan tingkat signifikansi dari perceivedd usefulness sebesar p<0,005 dan perceivedd ease of use sebesar p<0,005. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al., 1997; Sun, 2003; Venkantesh et al., 2003.

(62)

penelitian Fagan et al., 2003; Compeau dan Higgis, 1995; Igbaria dan Livari, 1995; Igbaria dan Pasuraman, 1989). Sedangkan untuk konstruk perasaan menunjukan bahwa mempunyai hubungan secara langsung dengan niat penggunaan teknologi dengan tingkat signifikansi sebesar p<0,005 dari hasil ini menunjukan konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thompson 1991; Compeau dan Higgins (1995b); Compeau, et al., (1999). Untuk konstruk terahir dari faktor-faktor personality yaitu kepercayaan yang mana pada gambar 4.1 menunjukan bahwa perasaan mempunyai pengaruh secara langsung dengan niat penggunaan teknologi dengan tingkat signifikansi sebesar p<0,010 dari ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Limayem, Khalifa, and Frini 2000; Vijayasarathy and Jones 2000; Lynch, Kent, and Srinivasan 2001).

Tabel 40.7

Pengujian Model

Goodness of fit index Nilai Kritis Cognitiv

e

Personality Keterangan

χ2-Chi-Square (CMIN)

Diharapkan kecil DF=200

1560,754 167,250 cognitive

χ2-Significance

Probability (P)  0,05

0,000 0,000

χ2 relatif (CMIN/DF) ≤ 2,00 1,935 2,322 cognitive

GFI ≥ 0,90 0,939 0,938 cognitive

AGFI ≥ 0,90 0,910 0,903 cognitive

RMSEA ≤ 0,08 0,054 0,065 cognitive

(63)

(CMIN) sebesar 1560,754, χ2 relatif (CMIN/DF) sebesar 1,935, GFI sebesar 0,939,

AGFI sebes

Gambar

Tabel 1
Tabel 3.2
tabel dapat dilihat bahwa butir PU6 tidak memenuhi kedua persyaratan
Tabel 3.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya variable computer anxiety yang berpengaruh terhadap keahlian dalam menggunakan komputer. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Aspek computer anxiety berpengaruh negatif terhadap computer self efficacy yang menunjukkan bahwa semakin takut seorang karyawan dalam menggunakan alat bantu komputer,

Jadi, Computer Anxiety (CAX) adalah kecemasan yang dirasakan oleh seeorang saat memikirkan untuk menggunakan komputer, saat menggunakan atau berinteraksi dengan komputer

Hasil penelitian ini mendukung hipotesisi H 1a yang dikemukakan di depan bahwa faktor personality pada aspek computer anxiety berpengaruh negatif terhadap keahlian pegawai dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor personality (computer anxiety, computer attitude dan math anxiety) terhadap keahlian

Mengingat di Indonesia belum terlalu banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh Faktor personality terhadap keahlian dalam menggunakan komputer dengan populasi di

(2007) used the term internet anxiety instead of computer anxiety, because computer anxiety is a permanent and inherent personality trait, while internet anxiety is

Berdasarkan pemasalahan yang terdapat dalam penelitian, maka penelitian bertujuan untuk menguji 1) pengaruh computer anxiety terhadap keahlian pemakai komputer; 2) apakah