LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Gubernur BI pada Penutupan Forstra 2007 : Destination
Statement BI tahun 2013 :
Menjadi lembaga yang lebih
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, sebagai hasil
dari penguatan integritas kelembagaan, peningkatan
kemitraan strategis dan optimalisasi kinerja melalui
kebijakan yang efektif dan efisien
Gubernur BI pada acara Banker’s Dinner 2008: KBI agar
meningkatkan peran fasilitasi/mediasi terkait intermediasi
perbankan ke kelompok UMKM dalam upaya mendukung
pemberdayaan sektor riil.
Merujuk hal tersebut, maka Bank Indonesia berinisiatif
Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor
Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor
Riil
Riil
Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan
pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM
dilakukan :
A. Secara langsung, antara lain melalui pengembangan klaster UMKM dengan pendekatan value chain (hulu-hilir)
Mengapa Pendekatan Klaster ?
Mengapa Pendekatan Klaster ?
Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat :
bersifat terintegrasi,
meningkatkan daya tawar,
efisiensi biaya,
berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah.
Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu - hilir serta mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing-masing anggota klaster.
Pengertian Klaster
Pengertian Klaster
SCHMITZ, 1997:
Klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul
pada satu lokasi dan bekerja pada sektor yang sama.
MICHAEL PORTER, 2000:
Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling
berhubungan, berdekatan secara geografis dengan
institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena
kebersamaan dan saling melengkapi.
Perkembangan Sentra
Perkembangan Sentra
Kondisi Klaster di Indonesia
Kondisi Klaster di Indonesia
Klaster di Indonesia umumnya belum berkembang dan
dalam kondisi
dormant
(90%), namun masih potensial untuk
dikembangkan.
Merujuk pada kondisi klaster yang umum di Indonesia, maka
pengertian klaster yang sesuai dengan kondisi tersebut
Tujuan
Tujuan
Pengembangan Klaster UMKM
Pengembangan Klaster UMKM
1. Meningkatkan kinerja suatu klaster yang
berbasis komoditas unggulan daerah.
2. Memberikan rekomendasi kepada
stakeholders terkait mengenai upaya
Tahapan Kegiatan
Tahapan Kegiatan
Tahapan Kegiatan
Tahapan Kegiatan
Pengembangan Klaster
Pengembangan Klaster
Tahapan kegiatan secara garis besar adalah:
Pemilihan klaster
Identifikasi permasalahan dan kebutuhan
bantuan teknis
Melaksanakan pemberian bantuan teknis
Pembelajaran dari
Pembelajaran dari
Pilot Project
Pilot Project
Pengembangan Klaster UMKM
Pengembangan Klaster UMKM
Pembelajaran dari
Proses Pemilihan Klaster
Klaster
merupakan program dari Pemerintah Daerah (ideal)
Proses Pemilihan Klaster
Proses Pemilihan Klaster
(lanjutan)
(lanjutan)
No. Dasar Pemilihan Klaster Pilihan
1. Hasil Penelitian,
antara lain:
a. Baseline Economic Survey BKr
b. Pemetaan Potensi Cluster Komoditas Unggulan Pengembangan Ekonomi Lokal Propinsi Banten – Bappenas & Bappeda
Klaster Emping Melinjo – Propinsi
Banten
2. Ketetapan/Peraturan/Keputusan Pemerintah
antara lain:
a. Peraturan Presiden No.07/2005, pembangunan industri jangka menengah (2005 – 2009)
b. Keputusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur tentang Prioritas Pembangunan
Industri
c. Keputusan unggulan sektor pertanian dari Pemerintah Daerah Jawa Barat
Proses Pemilihan Klaster
Proses Pemilihan Klaster
(lanjutan)
(lanjutan)
No. Dasar Pemilihan Klaster
Pilihan
3. Masukan dari Pemerintah
antara lain: untuk mengatasi kemiskinan di wilayah perkebunan di Propinsi Sumatera Utara
Identifikasi Masalah
No. Permasalahan Uraian
1. Aspek Produksi a. Produktivitas rendah (Kapasitas produksi masih terbatas, tenaga kerja tidak efisien, dll)
b. Standarisasi produk (kualitas, ukuran, bentuk, dll) c. Keterbatasan pengadaan bahan baku (misal: rotan,
bibit unggul, dll)
d. Sarana produksi terbatas (misal: ketergantungan proses produksi pada alam, gelombang pasang, dll) e. Tingkat residu insektisida relatif tinggi (pada buah
paprika)
Identifikasi Masalah
(lanjutan)
No. Permasalahan Uraian
2. Aspek Pemasaran a. Kemasan masih sederhana
b. Diversifikasi produk untuk memenuhi selera konsumen relatif terbatas
c. Strategi pemasaran belum terpadu
d. Larangan ekspor untuk produk tertentu karena persyaratan yang tidak dipenuhi (misal:
paprika yang tingkat residu insektisidanya
melebihi ambang Batas Maksimum Residu/BMR) e. Rantai pemasaran yang relatif panjang,
sehingga margin keuntungan yang diperoleh di tingkat pelaku hulu/produsen (petani,
No. Permasalahan Uraian
4. Akses Kredit Perbankan a. Keterbatasan modal
b. Menjadi Red – area bagi perbankan (misal: Industri Mebel Rotan)
c. Belum ada pencatatan keuangan
d. Informasi mengenai kredit perbankan untuk UMKM masih terbatas
e. Informasi UMKM potensial kepada perbankan belum didukung dengan data yang memadai
f. Keterbatasan agunan
Bantuan Teknis yang Diberikan
Ruang Lingkup Bantuan Teknis
Pemberian bantuan teknis Bank Indonesia merujuk pada: Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/39/PBI/2005 Tentang Pemberian
Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
,
yang meliputi kegiatan:1. Pelatihan; dan atau
2. Penyediaan informasi termasuk di dalamnya kegiatan penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan :
Bantuan Teknis yang Diberikan
(lanjutan)
No. Bantuan Teknis Uraian
1. Pelatihan/
workshop a. Pelatihan teknis produksi b. Pelatihan manajemen c. Pelatihan pengemasan d. Pelatihan pemasaran
e. Pelatihan CEFE (Competency based Economic Formation of Enterprises)
f. Pelatihan manajemen produktivitas dan kualitas g. Pelatihan manajemen retail
h. Pelatihan pembuatan website untuk mengupayakan akses UMKM ke pasar ritel modern
i. Pelatihan tentang budaya kerja aspek 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat) untuk meningkatkan efesiensi kerja
j. Pelatihan desain
k. Pelatihan manajemen keuangan sederhana L. Pelatihan budidaya paprika dengan prinsip Good
No. Bantuan Teknis Uraian
2. Penelitian a. Penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat produktivitas pada budidaya paprika.
b. Penelitian untuk mengetahui tingkat residu pada budidaya paprika.
c. Penelitian mengenai jenis strain rumput laut untuk mengetahui kadar keraginan rumput laut.
Bantuan Teknis yang Diberikan
No. Bantuan Teknis Uraian
4. Bazar Intermediasi
dan Fasilitasi a. Bazar intermediasi perbankan untuk UMKM di Banten b. Business Gathering pada klaster mebel rotan c. Fasilitasi dengan perbankan setempat untuk
klaster opak, paprika dan alas kaki
d. Fasilitasi pada jalur pamasaran agar pembudidaya rumput laut dapat langsung menjual hasilnya ke Pengumpul Besar
Bantuan Teknis yang Diberikan
Hasil yang Dicapai
No. Hasil Dicapai Uraian
1. Perluasan Pasar dan peningkatan volume penjualan
a. Perluasan pasar ekspor (klaster: emping melinjo, mebel rotan)
b. Pemasaran bersama melalui pembukaan outlet baru (klaster alas kaki)
c. Promosi produk melalui internet dengan pembuatan website (klaster alas kaki) d. Bertambahnya jumlah distributor (klaster
opak)
e. Perluasan pasar domestik (klaster opak) f. Peningkatan harga jual produk karena
kualitas yang lebih baik (klaster opak dan rumput laut)
No. Hasil Dicapai Uraian
2. Peningkatan
produktivitas a. Penambahan jam kerja (klaster emping melinjo, klaster opak, klaster rumput laut) b. Penambahan tenaga kerja (klaster opak, klaster rumput laut) c. Peningkatan kapasitas produksi (klaster: emping melinjo, opak,
rumput laut)
d. Peningkatan kualitas produk, antara lain: melalui penciptaan desain baru maupun variasi penggunaan bahan mebel (klaster mebel rotan), penambahan peralatan produksi (klaster opak), pengenalan bibit jenis baru (klaster rumput laut) atau metode kerja yang menurunkan tingkat residu (klaster paprika)
e. Terbukanya wawasan UMKM klaster alas kaki mengenai penting dan perlunya budaya 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat)
No. Hasil Dicapai Uraian
5. Akses kredit
perbankan a. Peningkatan akses kredit kepada perbankan, melalui pencairan kredit dan persetujuan kredit, baik kepada pengusaha menengah maupun ke kelompok pengrajin/koperasi (klaster emping melinjo, klaster mebel rotan, klaster opak)
b. Peningkatan pengajuan proposal kredit perbankan (klaster rumput laut)
c. Kesediaan pengusaha besar/ekportir memberi avalis kepada mitra UMKM (klaster mebel rotan) e. Perbaikan pembukuan keuangan dari tidak tertulis
menjadi tertulis (klaster alas kaki)
No. Hasil Dicapai Uraian
6. Business linkage
hulu - hilir a. Terbangunnya hubungan hulu-hilir pada level pengrajin –pengusaha mikro kecil – pengusaha menengah (klaster emping melinjo, opak dan rumput laut)
b. Partisipasi aktif UMKM yang diindikasikan dengan terbangunnya kembali kemitraan (klaster mebel rotan).
c. Peningkatan peran stakeholder terkait dalam klaster, antara lain:
i. Dukungan kebijakan Pemerintah dan instansi terkait; ii. Fasilitas penggunaan akses telepon gratis abunemen dan
keringanan biaya pengiriman barang (klaster alas kaki); iii. Dukungan dan bantuan dari Indonesian Footwear Service
Center (IFSC) untuk membantu promosi produk sepatu. e. Pembelian bersama bahan baku sehingga memperoleh harga
lebih murah (klaster opak),
Tantangan Pengembangan Klaster
Tantangan Pengembangan Klaster
1. Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan
2. Identifikasi permasalahan dalam upaya
pengembangan klaster
3. Mendapatkan komitmen
stakeholders
untuk
pengembangan klaster
4. Mendapatkan komitmen untuk
business
linkage
(pelaku usaha hulu – hilir)
KUNCI SUKSES
KUNCI SUKSES
PENGEMBANGAN KLASTER
PENGEMBANGAN KLASTER
KUNCI SUKSES
KUNCI SUKSES
PENGEMBANGAN KLASTER
PENGEMBANGAN KLASTER
Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama
Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang
Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil
Kecukupan infrastruktur fisik
Keberadaan perusahaan besar
Budaya kewirausahaan yang tinggi
Kesimpulan
1. Dilihat dari hasil yang dicapai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, pelaksanaan pilot project klaster pengembangan UMKM ini secara umum dapat dikatakan mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu peningkatan kinerja klaster.
2. Peranan Bank Indonesia melalui pemberian bantuan teknis yang meliputi fasilitasi pelatihan, penelitian, studi banding, pameran, pendampingan dan intermediasi perbankan secara nyata berdampak signifikan bagi peningkatan kinerja klaster UMKM.
3. Keberhasilan pengembangan UMKM melalui pendekatan
klaster ditentukan oleh keterlibatan aktif seluruh stakeholders
4. Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster mempunyai manfaat lebih besar karena dapat lebih fokus baik dalam
memobilisasi sumber daya dan dalam koordinasi lintas
sektoral dinas/ instansi terkait serta lembaga pendukung seperti
lembaga donor, lembaga peneliti dsb.
5. Pelaksanaan Pilot Project menghasilkan suatu model
pengembangan klaster UMKM yang kiranya dapat
dimanfaatkan dan ditindaklanjuti oleh stakeholders untuk
pengembangan klaster tersebut selanjutnya atau diaplikasikan pada klaster komoditas unggulan lainnya.
Rekomendasi
1. Pengembangan klaster harus dilakukan secara terintegrasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan keterlibatan
stakeholders.
2. Klaster yang akan dikembangkan hendaknya yang memiliki
keterkaitan dari hulu ke hilir yang berperan terhadap
pengembangan ekonomi wilayah dan atau pengentasan kemiskinan. 3. Kegiatan pengembangan klaster harus dimonitor dan dievaluasi
secara berkala untuk mengetahui kemajuan, hambatan dan peluang yang ada.
4. Pemberian bantuan teknis untuk pengembangan klaster tidak bisa berdiri sendiri, perlu adanya kerjasama dengan stakeholders
5. Dalam rangka peningkatan akses permodalan Bank Indonesia dapat menginisiasi dengan melakukan fasilitasi kepada
perbankan yang diyakini memiliki perhatian pembiayaan pada
UMKM.
6. Keberhasilan fasilitasi akses kredit perbankan ditentukan pada tingkat pemahaman kedua belah pihak yaitu antara demand side
(calon nasabah/pelaku usaha) dan supply side (perbankan). 7. Untuk keberlanjutan klaster disarankan membentuk forum
komunikasi klaster antara pelaku usaha dan stakeholders
terkait lainnya (dinas, balai penelitian, lembaga donor dll).