KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Telp. (021) 7815911 Fax. (021) 78847047
Telp. (021) 7815911 Fax. (021) 78847047
Email : benihhori@pertanian.go.id
Email : benihhori@pertanian.go.id
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Telp. (021) 7815911 Fax. (021) 78847047
KATA PENGANTAR
Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang bermutu prima dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya. Untuk itu diperlukan upaya meningkatkan produksi, memperbaiki mutu, memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan agribisnis hortikultura.
Untuk mencapai hal tersebut maka penyediaan benih hortikultura harus direncanakan minimal 2 tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan benih untuk pengembangan kawasan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Para produsen/penangkar benih perlu dibina baik teknis maupun manajerial agar mampu menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, harga).
Lembaga-lembaga yang terkait dalam penyediaan benih yaitu Balai Benih Hortikultura (BBH) merupakan institusi penyedia benih bermutu di bawah koordinasi pemerintah daerah dan produsen/penangkar benih. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) merupakan institusi yang membina sertifikasi dan mengawasi peredaran benih di lapangan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan, peran BBH dan BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan benih bermutu untuk mendukung pengembangan kawasan.
Pada tahun 2017 terdapat kegiatan-kegiatan pengembangan sistem perbenihan hortikultura yang ditujukan untuk memenuhi target output baik yang dilakukan di Direktorat Perbenihan, UPTD BBH, dan UPTD BPSBTPH serta Dinas Pertanian Kabupaten maupun bantuan sarana produksi kepada kelompok/penangkar/produsen untuk memproduksi benih bermutu.
&dZ/^/
!
"
#$ "
% &
# '
()% '
)*% '
+ )*,# '
() '
- %)%, '
-* ! -.//0.-0*1 !-/2/.(-0 '
# '3
!
#
()%
)*%
+ )*,#
()
- %)%,
!
!
#
()%
)*%
+ )*,#
()
- %)%,
- -.//0.-!-0; !-/
!
#
()%
)*%
+ )*,#
()
- %)%,
-* !/0.--//. 0-/*0 110
!%.6(
!%!,#7
!%!,#!69
!%!,#7
..6(
.!,#7!69
.!,#7
.!% %
/# %
PENDAHULUAN
Benih merupakan sarana utama hortikultura yang tidak dapat digantikan oleh sarana lain. Oleh sebab itu, penggunaan benih bermutu merupakan suatu keharusan. Berkembang atau tidaknya usaha agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh perkembangan perbenihannya, yang dapat menjamin ketersediaan benih bermutu.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan, peran BBH dan BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan benih bermutu untuk memenuhi kebutuhan. Benih-benih varietas baru sebelum disalurkan kepada masyarakat, terlebih dahulu diperbanyak di BBH dan produsen/penangkar andalan dengan pengawasan BPSBTPH.
Untuk mendukung pengembangan komoditas cabai dan bawang merah yang menjadi prioritas program pengembangan hortikultura tahun 2017 maka kegiatan perbenihan juga difokuskan untuk mendukung pengembangan kedua komoditas tersebut. Penyediaan benih cabai sudah dapat dipenuhi oleh produsen benih swasta sedangkan benih bawang merah masih memerlukan dukungan dari pemerintah. Maka dari itu kegiatan tugas pembantuan perbenihan bawang merah mendapat porsi lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Kegiatan pengembangan sistem perbenihan hortikultura tahun 2017 mempunyai target output yaitu:
1. Produksi benih bawang merah
2. Pembinaan lembaga perbenihan hortikultura
3. Sertifikasi dan pengawasan Peredaran Benih Hortikultura 4. Penangkar benih hortikultura
Kegiatan pengembangan sistem perbenihan tahun 2017 dilaksanakan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, BBH, BPSBTPH, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Produsen/penangkar benih.
PRODUKSI BENIH
BAWANG MERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bawang merah merupakan salah satu sayuran umbi dan komoditas unggulan nasional. Budidaya bawang merah diusahakan oleh petani mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Sentra utama produksi bawang merah tersebar di beberapa Propinsi antara lain Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan bawang merah juga semakin meningkat, sehingga kebijakan pengembangan bawang merah dilaksanakan secara intensifikasi di sentra produksi dan ekstensifikasi di daerah pengembangan baru diseluruh pulau.
Pemerintah telah melepas/mendaftar 33 varietas unggul bawang merah, akan tetapi belum semua varietas dikenal oleh petani. Saat ini petani masih banyak menggunakan benih hasil pertanaman sendiri dengan melakukan seleksi terhadap umbi bawang yang dihasilkan. Dengan demikian maka penyediaan benih bermutu varietas unggul secara berkesinambungan sangat diperlukan. Proses produksi benih dapat dilakukan melalui perbanyakan konvensional dan pemurnian varietas. Dalam upaya percepatan penyediaan benih bawang merah di tahun 2017 juga diperkenalkan benih asal biji (TSS = True Shallot Seed).
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan benih bawang merah bermutu serta meningkatkan kapasitas produsen/penangkar Benih Bawang merah, maka Direktorat Jenderal Hortikultura melaksanakan kegiatan Produksi Benih Bawang merah.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan ketersediaan benih bermutu bawang merah dalam rangka mendukung pengembangan kawasan bawang merah.
BAB II
PELAKSANAAN
A. PELAKSANAAN DI PROPINSI
1. Lokasi
Kegiatan ini akan dilaksanakan di BBH yang tersebar di 28 propinsi dengan penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Propinsi.
2. Output, Sub Output, Komponen
a. Output : (024) Produksi Benih Bawang Merah
b. Komponen : (051) Koordinasi Ketersediaan Bawang Merah
(052) Perbanyakan Benih,
(054) Monitoring/ Evaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksana/Kelompok Sasaran
Pelaksana kegiatan adalah BBH di 28 Propinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah BBH/Kebun Benih Hortikultura dan produsen/penangkar.
4. Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura dan dialokasikan pada BBH di Propinsi melalui dana Dekonsentrasi pada Satker Dinas Pertanian Propinsi TA. 2017.
5. Metode
- Metode dilaksanakan melalui bimbingan atau pembinaan, koordinasi serta pengadaan benih sumber (benih yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih).
- Benih hasil perbanyakan tersebut sebagian dapat dibagikan kepada petani pengguna sesuai hasil CPCL yang dilakukan oleh BBH.
- Pengadaan benih sumber harus dari varietas unggul yang telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian. Benih tersebut diutamakan berasal dari produsen/penangkar daerah setempat.
- Benih sumber yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih dapat berupa umbi, biji atau umbi mini.
- Perbanyakan/produksi benih dapat dilakukan melalui perbanyakan konvensional maupun pemurnian varietas sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Kegiatan produksi benih bawang merah harus melibatkan/ berkoordinasi dengan dinas pertanian Propinsi dan kabupaten/kota (bidang hortikultura), BPSBTPH, BPTP dan BPTPH serta instansi terkait lainnya. Koordinasi dilakukan minimal satu kali pada awal tahun dengan menghadirkan instansi terkait tersebut diatas.
- Dalam proses pengadaan benih yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih mengacu pada Perpres no. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya.
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
(051) Koordinasi Ketersediaan Benih Bawang merah, dilakukan melalui pertemuan dengan melibatkan instansi terkait termasuk produsen/penangkar benih bawang merah. Dalam pelaksanaannya didukung dengan pembiayaan yang dituangkan dalam akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau akun Belanja Perjalanan Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota (524119), dan/atau akun belanja lainnya yang diperlukan.
Sewa (522141), dan/atau akun belanja lainnya yang diperlukan. Komponen perbanyakan benih bawang merah dapat berupa pengadaan benih yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih, pengadaan saprodi, sewa lahan dan upah pengolahan lahan.
(054) Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dilakukan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113), dan/atau akun belanja lainnya yang diperlukan. Monev dilakukan melalui monitoring evaluasi langsung ke lapangan dan penyusunan laporan. Laporan hasil monitoring evaluasi dikirimkan kepada Direktur Perbenihan Hortikultura secara berkala. Laporan dikirimkan melalui e-mail : benihhorti@pertanian.go.id
B. PELAKSANAAN DI KABUPATEN
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan di 14 Kabupaten dengan penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.
2. Output, Sub Output, Komponen
c. Output : (024) Produksi Benih Bawang Merah
d. Komponen : (051) Koordinasi Ketersediaan Bawang Merah
(052) Perbanyakan Benih
(054) Monitoring/ Evaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksana/ Kelompok Sasaran
Pelaksana kegiatan adalah Dinas Pertanian Kabupaten dengan Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah produsen/penangkar benih.
4. Pembiayaan
5. Metode
- Metode dilaksanakan melalui bimbingan atau pembinaan, koordinasi serta pengadaan benih sumber (benih yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih).
- Perbanyakan benih bawang merah dilakukan oleh penangkar benih setempat yang kompenten dengan kesepakatan secara tertulis dengan Dinas Pertanian Kabupaten (format kesepakatan terlampir) serta memenuhi target output yang telah ditetapkan.
- Benih yang diproduksi dijual dengan harga maksimal Rp.25.000,-. Apabila karena suatu hal tidak bisa menjual dengan harga tersebut maka harus dibuat analisa usaha tani produksi benih bawang merah yang ditandatangani oleh kepala dinas Kabupaten dan dikirimkan ke Direktur Jenderal Hortikultura.
- Pengadaan benih sumber harus dari varietas unggul yang telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian. Benih tersebut diutamakan berasal dari produsen/penangkar daerah setempat.
- Perbanyakan/produksi benih dapat dilakukan melalui perbanyakan biasa maupun pemurnian varietas sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Benih sumber yang digunakan untuk perbanyakan/produksi benih dapat berupa umbi, biji atau umbi mini.
- Kegiatan produksi benih bawang merah harus melibatkan/ berkoordinasi dengan dinas pertanian Propinsi (bidang hortikultura, BBH, BPSBTPH dan BPTPH), BPTP serta instansi terkait lainnya.
- Untuk menjamin ketersediaan benih secara berkesinambungan maka produksi benih bawang merah dapat dilakuan 3 s/d 5 kali dalam tahun yang sama.
- Pemasaran benih hasil produksi tersebut dapat dikerjasamakan dengan perusahaan swasta maupun BUMN.
a. Spesifikasi teknis pengadaan benih bawang merah perlu memuat kerjasama antara penyedia dengan penangkar untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan penangkar akan dibeli oleh penyedia.
b. Jangka waktu pelelangan dapat dilaksanakan sebelum masa tanam benih bawang merah untuk menjamin ketersediaan benih bawang merah.
c. Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) sebaiknya memuat kriteria/kondisi pengiriman benih bawang merah. Kriteria/kondisi pengiriman dimaksud per termin untuk menyesuaikan kebutuhan benih bawang merah di setiap kawasan sentra agar tidak terjadi penumpukan stok benih bawang merah.
d. Sesuai pasal 26 ayat (2) Perpres No.54 Tahun 2010 maka pengadaan benih bawang merah untuk kegiatan kawasan pun dapat dilaksanakan melalui SWAKELOLA baik tipe II (dengan balai benih sebagai instansi pemerintah lain) maupun III (dengan penangkar benih bawang merah sebagai kelompok masyarakat pelaksana swakelola).
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
(051) Koordinasi Ketersediaan Benih Bawang merah, dilakukan melalui pertemuan dengan melibatkan instansi terkait termasuk produsen/penangkar benih bawang merah. Dalam pelaksanaannya didukung dengan pembiayaan yang dituangkan dalam akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811),dan/atau akun Belanja Perjalanan Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota (524119), dan/atau akun belanja lainnya yang diperlukan.
pengadaan benih sumber, pengadaan saprodi, sewa lahan dan upah pengolahan lahan.
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. MASUKAN/INPUT
Input kegiatan ini adalah:
1. Dana APBN sebesar Rp.27.186.500.000,-
2. SDM (petugas, produsen/penangkar benih, petani, tenaga ahli/pakar)
3. Teknologi perbenihan
4. Peraturan/kebijakan perbenihan
5. Sarana Produksi
B. KELUARAN/OUTPUT
Tersedianya benih bermutu Bawang Merah sebanyak 3.065.000 Kg.
C. HASIL/OUTCOME
Meningkatnya ketersediaan benih bermutu Bawang Merah di daerah sentra pengembangan.
D. MANFAAT/BENEFIT
Meningkatnya penggunaan benih bermutu bawang merah di daerah sentra pengembangan.
E. DAMPAK/ IMPACT
LOKASI KEGIATAN DAN TARGET PRODUKSI BENIH BAWANG MERAH
TAHUN ANGGARAN 2017
A. BALAI BENIH HORTIKULTURA
NO. PROPINSI VOL (Kg)
1 Propinsi Jawa Barat 12.000
2 Propinsi Jawa Tengah 12.000
3 Propinsi DI Yogyakarta 12.000
4 Propinsi Jawa Timur 12.000
5 Propinsi Aceh 12.000
6 Propinsi Sumatera Utara 12.000
7 Propinsi Sumatera Barat 12.000
8 Propinsi Jambi 12.000
9 Propinsi Sumatera Selatan 12.000
10 Propinsi Lampung 12.000
11 Propinsi Kalimantan Tengah 12.000 12 Propinsi Kalimantan Selatan 12.000
13 Propinsi Kalimantan Timur 12.000
14 Propinsi Sulawesi Tengah 12.000
15 Propinsi Sulawesi Selatan 12.000
16 Propinsi Sulawesi Tenggara 12.000
17 Propinsi Maluku 12.000
18 Propinsi Bali 12.000
19 Propinsi Nusa Tenggara Barat 12.000 20 Propinsi Nusa Tenggara Timur 12.000
21 Propinsi Papua 12.000
22 Propinsi Bengkulu 12.000
23 Propinsi Maluku Utara 12.000
24 Propinsi Bangka Belitung 12.000
25 Propinsi Gorontalo 12.000
26 Propinsi Papua Barat 12.000
27 Propinsi Sulawesi Barat 12.000
28 Propinsi Sulawesi Utara 12.000
B. DINAS PERTANIAN KABUPATEN
NO. KABUPATEN VOL (Kg)
1 Kabupaten Malang 341.000
2 Kabupaten Nganjuk 400.000
3 Kabupaten Probolinggo 300.000
4 Kabupaten Bima 400.000
5 Kabupaten Sumbawa 100.000
6 Kabupaten Lombok Timur 240.000
7 Kabupaten Garut 100.000
8 Kabupaten Majalengka 200.000
9 Kabupaten Tegal 100.000
10 Kabupaten Kendal 65.000
11 Kabupaten Pati 100.000
12 Kabupaten Grobogan 100.000
13 Kabupaten Bantul 100.000
14 Kabupaten Enrekang 195.000
PEMBINAAN LEMBAGA
PERBENIHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mempercepat penyediaan benih bermutu varietas unggul, peran kelembagaan perbenihan hortikultura (Direktorat Perbenihan Hortikultura, BBH/kebun benih, BPSBTPH, dan produsen/penangkar benih) sangat penting. Untuk meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan tersebut maka pemerintah menfasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan perbenihan khususnya Direktorat Perbenihan Hortikultura.
BAB II
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
1. Lokasi
Kegiatan dilaksanakan di Direktorat Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura.
2. Output,Sub Output,Komponen
a. Output : (057) Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Perbenihan Hortikultura.
b. Sub Output : Tanpa sub output
c. Komponen : (051) Pelaksanaan Bimbingan Teknis/ Pendampingan/Sosialisasi/Koordinasi/Identifik
asi
(052) Pedoman-pedoman
(054) Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksanadan Penerima Manfaat
- Pelaksana kegiatan adalah Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura. Penerima manfaat kegiatan adalah Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura, BPSBTPH, BBH/ Kebun Benih Hortikultura, produsen/penangkar benih dan kelembagaan perbenihan lainnya.
- Kegiatan ini berupa identifikasi, koordinasi, pembinaan, penyediaan dan penggunaan benih bermutu hortikultura, fasilitasi sarana untuk produsen/penangkar, dan monitoring evaluasi dan pelaporan.
4. Pembiayaan
5. Metode
Pembinaan kelembagaan perbenihan dilakukan dengan koordinasi, sosialisasi, bimbingan/ pembinaan, fasilitasi sarana prasarana produksi benih hortikultura, identifikasi CPCL dan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
(051) Pelaksanaan Bimbingan Teknis/ Pendampingan/ Sosialisasi Koordinasi/Identifikasi dilakukan dalam bentuk pertemuan, bimbingan/pembinaan dan pengadaan benih bermutu hortikultura. Akun-akun yang digunakan untuk kegiatan tersebut adalah Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau belanja sewa (522141), dan/atau Belanja Jasa Profesi (522121), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan /atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota (524119), dan /atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113), dan/atau Belanja Barang Lainnya Yang Diserahkan Kepada Masyarakat (526311), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
(052) Pedoman-pedoman produksi benih hortikultura dilaksanakan dengan penyusunan draft, pembahasan dan pencetakan. Dalam pelaksanaannya difasilitasi melalui akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Jasa Profesi (522151), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota (524119), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. MASUKAN/INPUT
input kegiatan ini adalah:
1. Dana APBN sebesar Rp. 2.963.500.000,-
2. SDM (petugas, produsen/penangkar benih, petani)
3. Teknologi perbenihan
4. Peraturan/Kebijakan perbenihan
B. KELUARAN/OUTPUT
Terselenggaranya kegiatan pembinaan kelembagaan perbenihan hortikultutra di 33 provinsi.
C. HASIL/OUTCOME
Meningkatnya peran kelembagaan perbenihan dalam penyediaan benih bermutu hortikultura.
D. MANFAAT/BENEFIT
Meningkatnya penggunaan benih bermutu hortikultura.
E. DAMPAK/ IMPACT
SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN
PEREDARAN BENIH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benih merupakan awal kegiatan budidaya tanaman, dimana mutu benih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi. Oleh karena itu, benih yang diedarkan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan pemerintah.
Peraturan Menteri Pertanian No. 48 tahun 2012 menegaskan bahwa benih dari varietas yang sudah dilepas/didaftar apabila akan diedarkan harus melalui sertifikasi benih. Pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih atau perorangan/badan hukum yang telah memperoleh ijin dari lembaga yang berwenang. Dalam hal sertifikasi benih dilaksanakan oleh perorangan dan badan hukum, maka produsen tersebut harus memperoleh sertifikat sistem mutu berdasarkan ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM-BTPH).
Pengawasan mutu benih dilaksanakan dari saat sebelum tanam sampai dengan pasca panen dan selama benih tersebut diperdagangkan. Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen dari perolehan benih yang tidak benar baik varietas maupun mutunya. Agar jaminan mutu benih tersebut dapat sampai kepada para pengguna benih, maka perlu adanya pembinaan sertifikasi dan pengawasan mutu benih.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan adalah mendorong pelaksanaan sertifikasi dan pengawasan peredaran benih; penilaian dan pendaftaran varietas dalam rangka menjamin mutu benih.
BAB II
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan di 32 Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH).
2. Output, Sub Output, Komponen
a. Output : (060) Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih
b. Sub Output : Tanpa Sub Output
c. Komponen : (051) Koordinasi /identifikasi
(052) Sertifikasi Benih
(053) Pengawasan peredaran benih
(054) Monitoring evaluasi dan pelaporan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Penerima manfaat adalah produsen/penangkar/pengedar/petani dan stake holder lainnya.
4. Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura dan dialokasikan pada BPSBTPH di Provinsi melalui dana Dekonsentrasi pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2017.
5. Metode
Kegiatan ini dilaksanakan melalui:
terkait lainnya, minimal satu kali pada awal tahun terkait sertifikasi dan pengawasan peredaran benih hortikultura.
- Melaksanakan kegiatan sertifikasi benih
- Melaksanakan pengawasan peredaran benih
- Melaksanakan pengujian mutu benih di laboratorium
- Melaksanakan penilaian kelayakan pohon induk
- Melaksanakan observasi calon varietas
- Melaksanakan inventarisasi penyebaran varietas
- Melaksanakan peningkatan kompetensi petugas dan produsen benih terkait di bidang teknis sertifikasi dan pengawasan peredaran benih, pengembangan varietas serta sistem manajemen mutu di bidang perbenihan
- Perbanyakan pedoman sertifikasi dan pengawasan peredaran benih
- Melaksanakan evaluasi mutu benih yang beredar
- Melaksanakan monitoring stok benih yang beredar
- Evaluasi penerapan peraturan perbenihan
- Evaluasi penyebaran pohon induk/rumpun induk terkait ketersediaan benih
- Penyelesaian kasus perbenihan
- Pemeriksaan dan penilaian usulan pendaftaran calon varietas unggul hortikultura.
- Pembinaan uji keunggulan dan kebenaran varietas dalam rangka mendapatkan calon varietas unggul.
- Pembinaan inventarisasi penyebaran varietas
- Kontes calon varietas.
- Demplot pengenalan varietas/jambore varietas.
- Penyusunan pedoman pengembangan varietas.
- Evaluasi penyebaran varietas unggul.
- Evaluasi penyebaran pohon induk/rumpun induk.
- Monitoring evaluasi dan pelaporan.
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
(051) Koordinasi /identifikasi dilakukan dengan pertemuan koordinasi ditujukan untuk mengkoordinasikan rencana sertifikasi dan pengawasan peredaran benih dengan melibatkan petugas Pengawas Benih, serta instansi terkait lainnya, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Jasa Profesi (522151), dan/atau akun Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau belanja perjalanan paket meeting luar kota (524119), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
(052) Sertifikasi Benih, penilaian dan pendaftaran varietas dilaksanakan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
(053) Pengawasan peredaran benih dilaksanakan dengan akun (521211), dan/atau belanja barang untuk persediaan konsumsi (521811), dan/atau belanja jasa pofesi (522151), dan/atau belanja perjalanan biasa (524111), dan/atau belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota (524119) dan/atau belanja modal peralatan dan mesin (532111), dan/atau belanja lain yang diperlukan.
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. MASUKAN/INPUT
Input kegiatan ini adalah:
1. Dana APBN sebesar Rp. 7.942.350.000,-
2. SDM (petugas, produsen/penangkar benih, pengedar dan petani)
3. Teknologi perbenihan
4. Peraturan/kebijakan perbenihan
B. KELUARAN/OUTPUT
Terselenggaranya kegiatan sertifikasi dan pengawasan peredaran benih sebanyak 510 unit.
C. HASIL/OUTCOME
Meningkatnya jaminan mutu benih yang beredar di masyarakat.
D. MANFAAT/ BENEFIT
Meningkatnya penggunaan benih bermutu hortikultura.
E. DAMPAK/ IMPACT
LOKASI KEGIATAN DAN TARGET SERTIFIKASI BENIH
TAHUN ANGGARAN 2017
NO. PROVINSI VOL (Unit)
12 Sumatera Selatan 10
13 Bangka Belitung 10
14 Bengkulu 10
15 Lampung 10
16 Kalimantan Barat 3
17 Kalimantan Tengah 8
18 Kalimantan Selatan 9
19 Kalimantan Timur 9
20 Bali 7
21 Nusa Tenggara Barat 30
22 Nusa Tenggara Timur 14
23 Sulawesi Selatan 44
24 Sulawesi Tengah 9
25 Sulawesi Tenggara 7
26 Sulawesi Utara 13
27 Gorontalo 13
PENANGKAR BENIH
HORTIKULTURA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menjamin ketersediaan benih bermutu peran produsen/penangkar benih sebagai ujung tombak dalam penyediaan benih bermutu sangat penting. Dengan demikian upaya peningkatan keterampilan dan kemampuannya perlu dilakukan. Untuk memperkuat peranan penangkar dalam memproduksi benih bermutu, pemerintah memfasilitasi sarana dan prasarana produksi benih.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kapasitas produksi penangkar benih hortikultura melalui fasilitasi sarana dan prasarana produksi benih.
BAB II
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan di Dinas Pertanian Kabupaten dengan penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.
2. Output,Sub Output, Komponen
a. Output : (071) Penangkar Benih Hortikultura
b. Sub Output : tanpa sub output
c. Komponen : (051) Koordinasi/Identifikasi/ CPCL
(052) Fasilitasi bantuan sarana produksi
(053) Monitoring, pendampingan, pengawalan, evaluasi dan pelaporan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
- Pelaksana kegiatan adalah Dinas Pertanian Kabupaten. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah penangkar benih.
- Kegiatan ini berupa koordinasi/identifikasi, fasilitasi sarana produksi benih monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4. Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Kabupaten melalui dana Tugas Pembantuan (TP) TA. 2017.
5. Metode
- Metode yang dilaksanakan adalah dengan mengadakan identifikasi, sosialisasi, pembinaan, pertemuan koordinasi, fasilitasi sarana untuk produsen/penangkar, monitoring evaluasi dan pelaporan.
BBH, BPSBTPH dan BPTPH), BPTP serta instansi terkait lainnya. Koordinasi dilakukan minimal satu kali pada awal tahun dengan menghadirkan pihak instansi terkait tersebut diatas.
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
(051) Koordinasi/Identifikasi/CPCL dilakukan dalam bentuk pertemuan dengan stake holder terkait. Dalam pelaksanaannya didukung dengan pembiayaan yang dituangkan dalam akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau akun Belanja Jasa Profesi (522121), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota (524119), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota (524113), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
(052) Fasilitasi bantuan sarana produksi dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten dalam bentuk pemberian bantuan kepada produsen/penangkar/kelompok penangkar yang membutuhkan sarana dan prasarana produksi benih, misalnya; screen house,
shading net, sarana pengairan, dan benih sumber. Akun yang digunakan adalah akun Belanja Barang Fisik Lainnya yang Diserahkan kepada Masyarakat (526115), dan/atau akun lainnya yang diperlukan.
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. MASUKAN/INPUT
input kegiatan ini adalah:
1. Dana APBN sebesar Rp. 500.000.000,-
2. SDM (petugas, produsen/penangkar/kelompok penangkar benih, petani)
3. Teknologi perbenihan
4. Peraturan/Kebijakan perbenihan
B. KELUARAN/OUTPUT
Terselenggaranya kegiatan fasilitasi bantuan penangkar benih sebanyak 4 kelompok.
C. HASIL/OUTCOME
Meningkatnya kapasitas produksi benih bermutu.
D. MANFAAT/BENEFIT
Meningkatnya ketersediaan dan penggunaan benih bermutu.
E. DAMPAK/ IMPACT
LOKASI KEGIATAN DAN TARGET PENANGKAR BENIH HORTIKULTURA
TAHUN ANGGARAN 2017
NO. KABUPATEN VOL (Kelompok)
1 Kabupaten Jember 4
P
GAMBAR TAMPAK SAMPING KIRI
GAMBAR DENAH BANGUNAN SCREEN HOUSE BENIH JAMBU AIR 20 m X 10 m X 3,0 m
GAMBAR TAMPAK SAMPING KANAN
Ϯ͕ϬϬŵ
NOTA KESEPAKATAN
Antara
Penangkar Benih Bawang Merah Penerima Fasilitasi/Bantuan APBN Tahun 2017 Kegiatan Perbenihan Ditjen Hortikultura dengan Dinas Pertanian ...
Kami yang bertanda tangan dibawah ini:
A. N a m a : ... Alamat : ... Kabupaten/Kota : ... Kelompok Penangkar : ... selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
B. N a m a : ... Alamat : ... Kabupaten/Kota : ... Posisi/Jabatan :... selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
KEDUA BELAH PIHAK pada hari ini, ... tanggal ... bertempat di ... dengan ini menyatakan kesepakatan sebagai berikut:
1. PIHAK PERTAMA sanggup dan mampu melaksanakan produksi benih sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. PIHAK PERTAMA sanggup untuk menerima dan memanfaatkan bantuan/fasilitasi perbenihan sebaik-baiknya sesuai arahan PIHAK KEDUA.
3. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sanggup mendukung kebijakan stabilisasi harga benih bawang merah dengan cara menjual benih yang diproduksi dengan bantuan APBN 2017 seharga maksimal Rp. 25.000,- /Kg.
4. PIHAK KEDUA akan melaporkan secara periodik ketersediaan benih kepada Direktur Jenderal Hortikultura.
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat oleh KEDUA BELAH PIHAK untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Disepakati di ... Tanggal ...
PIHAK PERTAMA
( ...)
Direktorat Jenderal Hortikultura
( ...)