PEMBENTUKAN CITRA MANTAN WANITA TUNA SUSILA EKS LOKALISASI DOLLY SURABAYA
SKRIPSI
DiajukanKepadaUniversitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratandalamMemperoleh
GelarSarjanaIlmuKomunikasi (S. I Kom)
Oleh :
DwiAmrinaRosyada NIM B06213016
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Dwi Amrina Rosyada, B06213016, 2017. Pembentukan Citra Mantan Wanita Tuna Susila Eks Lokalisasi Dolly Surabaya. Skripsi Program Studi llmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci :Pembentukan Citra, Wanita Tuna Susila, Metode Penelitian Kualitatif
Dengan penutupan kawasan lokalisasi Dolly Surabaya membuat terjadinya perubahan psikologis bagi para wanita tuna susila. Mereka menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya dan mungkin mempunyai konsep diri yang baru. Dalam membangun konsep diri yang baru mantan wanita tuna susila tentu memerlukan pemebentukan citra.
Citra adalah suatu kesan yang berkaitan dengan nilai, perilaku maupun prestasi yang dibangun oleh seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan menampilkan karakter dirinya. Pembentukan Citra berkaitan dengan dunia persepsi. Dalam membentuk citra tidak membutuhkan waktu yang sedikit karena berkaitan dengan kepercayaan seseorang.
Wanita Tuna Susila atau pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Di Indonesia wanita tuna susila atau pekerja seks komersial sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban. Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam membentuk citra dirinya yang baru agar dipersepsikan positif oleh masyarakat mantan wanita tuna susila membentuk citra secara verbal dan non verbal, bersosialisasi baik dengan lingkungan, bertegur sapa, aktif menjalin komunikasi, merubah penampilan, menunjukkan keterampilan lain dengan bergabung menjadi anggota Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM). Dimana hal tersebut benar sesuai dengan komponen-komponen yang harus dilakukan saat membentuk suatu citra.
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO dan HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xii
BABI: PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 5
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 5
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6
F. Definisi Konsep Penelitian ... 7
1. Citra... 7
2. Wanita Tuna Susila ... 9
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 10
H. Metode Penelitian ... 17
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17
2. Subyek Penelitian... 18
3. Jenis dan Sumber Data ... 19
4. Tahap-tahap Penelitian... 19
5. Teknik Pengumpulan Data ... 21
6. Teknik Analisis Data... 22
BAB II : KAJIAN TEORITIS TENTANG PEMBENTUKAN CITRA MANTAN WANITA TUNA SUSILA EKS LOKALISASI DOLLY SURABAYA ... .24
A. Interaksi Sosial Mantan Wanita Tuna Susila ... 24
1. Pengertian Interaksi Sosial ... 24
2. Wanita Tuna Susila ... 28
B. Citra sebagai Presentasi Diri ... 30
C. Teori Interaksi Simbolik ... 34
D. Teori Presentasi Diri ... 42
BAB III: PENYAJIAN DATA PENELITIAN PEMBENTUKAN CITRA MANTAN WANITA TUNA SUSILA EKS LOKALISASI DOLLY SURABAYA ... .46
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... .46
1.Letak geografis Wilayah ... 46
3. Kondisi sosio ekonomi dan kultural ... .49
4. Sejarah Lokalisasi Dolly ... .49
B. Subjek Penelitian ... 52
C. Deskripsi Data Penelitian ... 58
BAB IV: INTERPRETASI HASIL PENELITIAN MENGENAI PEMBENTUKAN CITRA MANTAN WANITA TUNA SUSILA EKS LOKALISASI DOLLY SURABAYA ... 68
A. Temuan Penelitian ... 68
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 76
BAB V: PENUTUP ... 82
A. Simpulan ... 82
B. Rekomendasi ... 84
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Perkembangan kehidupan manusia tidak selamanya dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan apa yang diharapkan. Manusia dalam kehidupannya sering menemui
kendala-kendala yang tak jarang menimbulkan perasaan kecewa dan tidak menemukan
jalan keluar sehingga terkadang manusia memilih langkah yang kurang tepat dalam jalan
hidupnya.Dalam usaha mendapatkan pemenuhan kebutuhan hidup terkadang akan
menuntut seorang wanita harus bekerja diluar rumah untuk mencari kegiatan yang dapat
menambah penghasilan keluarga.Upaya mencari penghasilan untuk sekarang ini tidaklah
mudah karena lapangan kerja yang sangat terbatas disamping tingkat pendidikan yang
sangat rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya ketrampilan
yang mereka miliki menyebabkan mereka mencari jenis pekerjaan yang dengan cepat
menghasilkan uang.Salah satu jalan pintas dalam perjalanan hidup seorang perempuan
akibat cobaan-cobaan hidup yang berat dirasakan, perempuan tersebut terjun dalam dunia
pelacuran.
Fenomena praktek pelacuran sudah bukan lagi menjadi persoalan rahasia,
diSurabaya hal tersebut merupakan masalah sosial yang sangat menarik dan tidak ada
habisnya untuk diperbincangkan serta diperdebatkan. Mulai dari dahulu sampai sekarang
masalah pelacuran adalah masalah sosial yang sangat sensitive yang menyangkut
peraturan soial, moral, etika, bahkan agama.Penyebab pelacuran sebenarnya bukan
tunggal tetapi cenderung kompleks.Kecenderungan perempuan untuk menjual diri adalah
2
merasa kurang diperhatikan serta pelampiasan dari rasa kekecewaan.1Tak hanya itu,
praktek pelacuran terjadi juga lantaran adanya penolakan dan tidak dihargai oleh
lingkungan, himpitan ekonomi/ kemiskinan, serta mudahnya mendapat uang ketika
melacur.
Sejarah prostitusi di Surabaya hampir setua sejarah ibu kota Jawa Timur ini. Pada
mulanya, pelacuran ini merebak di kawasan pesisir, lantas merambah daerah pinggiran.
Prostitusi di Surabaya tumbuh seiring dengan perkembangan kota itu sebagai kota
pelabuhan, pangkalan Angkatan Laut, dan tujuan akhir kereta api. Saat penjajahan
Belanda pada abad ke-19, Surabaya sudah dikenal dengan kegiatan pelacuran. Catatan
resmi sejarah Kota Surabaya menyebutkan, tahun 1864, terdapat 228 pelacur di
rumah-rumah bordil di kawasan Bandaran di pinggir Pelabuhan Tanjung Perak. Pada masa
pendudukan Jepang tahun 1940-an, muncul lokalisasi yang terkenal, yaitu Kembang
Jepun.Para pelacur melayani hasrat seks tentara yang mencari hiburan di tengah perang.
Setelah kemerdekaan, bisnis seks di kota ini bukannya berhenti, tetapi malah semakin
marak. Kawasan pelacuran hampir tersebar merata di wilayah Surabaya.Kawasan
prostitusi yang paling terkenal yakni Dolly.Tak jauh dari kawasan Dolly bahkan
bersebelahan, Lokalisasi Jarak juga menjadi tempat para wanita tuna susila memuaskan
nafsu birahi para lelaki hidung belang.Kawasan pelacuran besar juga berkembang di
bagian utara Surabaya, tepatnya di Bangunsari/ Bangunrejo, Kecamatan Krembangan.Tak
jauh dari tempat tersebut, terdapat pula bisnis jasa seks di Kremil.Para pelacur di kedua
tempat ini melayani lelaki hidung belang kalangan kelas bawah, terutama para awak
kapal dari Tanjung Perak.Di bagian barat, sekitar 15 km dari pusat Kota Surabaya,
terdapat kompleks pelacuran Moroseneng, di Desa Sememi, Kecamatan
Benowo.Berdampingan dengan lokasi ini, tumbuh juga kegiatan pelacuran di Desa
1Lestari, R. dan Koentjoro.2002. Pelatihan Berpikir Optimis untuk Meningkatkan Harga Diri Pelacur yang
3
Klakah Rejo, Kecamatan Benowo.Kedua kawasan ini biasa digunakan untuk pelesiran
kalangan menengah.2
Maraknya pekerja seks komersial serta kawasan lokalisasi di Surabaya
mengharuskan Pemda Kota Surabaya menyusun kebijakan dan menerapkan
langkah-langkah penanggulangan yang terpadu juga menyeluruh dalam suatu sistem yang efektif
dan komperhensif, baik penegakan hukum untuk mengurai supply maupun pendekatan
kesejahteraan untuk menekan dan mengatasi laju jumlah wanita tuna susila di Surabaya.
Meski tak mudah, usaha-usaha untuk menanggulangi permasalahan ini agar mencapai
hasil yang optimal karena jangkauan dan kemampuan pemerintah yang terbatas juga
karena kompleksitas rumitnya masalah pelacuran ini namun Walikota Surabaya Tri
Risma Harini dengan tegas dan berani untuk mengambil kebijakan penting pada tanggal
18 Juni 2014, bahwa dirinya berketetapan untuk menutup praktik perzinahan di salah satu
kawasan lokalisasi yang terkenal dan terbesar di Asia Tenggara yang familiar kita ketahui
bersama yaitu “ Kawasan Lokalisasi Dolly”.3
Langkah besar telah diambil oleh Pemkot Surabaya dengan segala
konsekuensinya.Dengan penutupan kawasan lokalisasi ini membuat terjadinya perubahan
psikologis bagi para wanita tuna susila.Mereka menjadi orang yang berbeda dari
sebelumnya dan mungkin mempunyai konsep diri yang baru.Program pembinaan
keterampilan yang diberikan oleh Pemkot Surabaya untuk para mantan pekerja seks
komersial ini diharapkan mampu membawa perubahan dunia sosial serta kesadaran baru
untuk dapat secara perlahan menata kehidupan mereka agar menjadi lebih baik.
Untuk dapat kembali membangun citra diri yang positif tentu tidak mudah
dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat gelar atau predikat buruk pada dirinya
2Ilham, Jimmy http://nasional.kompas.com/read/2008/04/20/12433467/bagai.septic.tank.di.rumah.kita, diakses
pada tanggal 10 November 2016, pukul 12.12 WIB
3 Elin Yunita Kristanti,
4
seperti mantan pekerja seks komersial. Mantan pekerja seks komersial yang ingin kembali
hidup berdampingan dengan masyarakat dan ingin hidup normal seakan berada dalam
suatu dilema..Citra merupakan persepsi yang tertanam dan terpelihara dalam benak orang
lain dengan tujuan akhir membentuk bagaimana pandangan atau persepsi positif muncul
dari orang lain, sehingga bisa berlanjut ke trust atau ke aksi-aksi lainnya..4
Citra adalah suatu kesan yang berkaitan dengan persepsi, nilai, perilaku maupun
prestasi yang dibangun oleh seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja dengan
tujuan menampilkan citra dirinya.Pembentukan Citra tidak membutuhkan waktu yang
sedikit karena berkaitan dengan kepercayaan seseorang.Menyandang predikat sebagai
wanita tuna susila tentu menjadi sebuah pertimbangan.Dalam prosesnya dibutuhkan
konsistensi dan persistensi menjadi satu kesatuan yang tak dapat dihindarkan. Persistensi
berkaitan dengan kegigihan dan keuletan seseorang dalam menjalani berbagai proses
termasuk dalam mengahadapi berbagai rintangan dan hambatan serta menetapkan
beberapa alternative solusi yang dapat digunakan. Adapun konsistensi terkait relevansi
dari setiap kegiatan dan aktifitas yang dilakukansecara berulang-ulang.Oleh karena itu
dalam citra diperlukan upaya-upaya yang dilakukan secara berkelanjutan.5
Mantan pekerja seks komersial yang ingin kembali hidup berdampingan secara
normal dalam masyarakat, kembali membangun citra diri yang positif dengan terus aktif
melakukan citra seakan berada dalam suatu dilemma.Di satu sisi mereka ingin kembali
bisa hidup dengan masyarakat umum, namun di sisi lain juga merasa kesulitan untuk
merubah sikap dan pandangan masyarakat yang telah terlanjur memberikan citra diri
negative dengan bertingkah laku yang menyimpang dari tendensi atu ciri karakteristik
rata-rata dari seorang manusia kebanyakan. Kondisi yang demikianlah yang
mengakibatkan kondisi psikologi mantan pekerja seks komersial kurang stabil, banyak
4
Haroen, Dewi, Citra( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014 ), hal. 13.
5
Tumewu, Becky dan Parengkuan, Erwin, Personal Brand- Inc( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014),
5
memendam konflik internal dengan batinnya sendiri juga konflik eksternal dengan
lingkungan. Masalah kepribadian inilah yang perlu mendapatkan perhatian yaitu kondisi
penerimaan diri pada individu yang telah menjadi seorang wanita tuna susila.Dari latar
belakang pada fenomena maraknya pekerja seks komersial, maka peneliti mengambil
Judul “ PembentukanCitraMantan Wanita Tuna Susila Eks Lokalisasi Dolly Surabaya.”
B. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi pengembangan masalah di luar ruang lingkup dan kekaburan dalam
penelitian, peneliti merasa perlu untuk melakukan pemfokusan penelitian. Adapun fokus
penelitian ini adalah;
Bagaimana Mantan Wanita Tuna Susila dapat membangun citra diri yang positif agar
dapat diterima kembali di masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Memahami dan mendeskripsikan citra diri yang dilakukan Mantan Wanita Tuna
Susila agar diterima kembali di masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti ;
1. Manfaat Teoritis, Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi rujukan
dalam ranah ilmu komunikasi khususnya mengenai citradiri.
2. Manfaat Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi
seseorang, khususnya pada wanita tuna susila untuk dapat membentuk atau
6
E. Kajian hasil penelitian terdahulu
Kajian penelitian terdahulu dapat memberikan gambaran ilmu kepada peneliti,
agar penelitian dapat dilakukan dengan maksimal. Berikut penelitian terdahulu yang
ditemukan oleh peneliti :
Skripsi berjudul “Citra Pejabat Publik di Media Sosial (Analisis Isi Timeline
Akun Fanpage Ridwan Kamil Periode Desember 2015)” karya dari Zamiatul Laelly
pada tahun 2016.Persamaan dari penelitian adalah sama-sama menganalisis citra
dalam kehidupan seseorang yang digunakan untuk membentuk dan membangun citra
diri.Sedangkan perbedaannya terletak pada unit analisisnya Unit analisis pada
penelitian sebelumnya adalah citra yang dilakukan oleh seorang pejabat sedangkan
unit analisis yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah citra seorang Wanita Tuna
Susila.
Jurnal berjudul “Pola Komunikasi Pekerja Sosial Pada Eks Wanita Tuna
Susila di Balai Rehabilitasi Sosial „Wanita Utama‟ Surakarta” karya Rosita Nur
Anggraini dan Tanti Hermawati pada tahun 2016.Persamaan dari penelitian ini adalah
sama-sama menjadikan seorang Wanita Tuna Susila sebagai subjek penelitian.
Sedangkan perbedaannya terletak pada focus penelitiannya. Fokus penelitian pada
penelitian sebelumnya adalah mengenai pola komunikasi sedangkan fokus penelitian
yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah mengenai citra.
Skripsi berjudul “PembentukanCitra Melalui Media Sosial (Studi Deskriptif
Kualitatif Citra Saptuari Sugiharto Melalui Akun Twitter Pribadi @SAPTUARI)”
karya Laksita Wikan Nastiti pada tahun 2016.Persamaan dari penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, serta menganalisis
citra yang tengah dilakukan seseorang.Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek
7
Skripsi berjudul “Konsep Diri Eks Wanita Tuna Susila di Panti Sosial” karya
Syaiful Rohim pada tahun 2014.Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
meneliti seorang Wanita Tuna Susila. Sedangkan perbedaannya terletak pada focus
penelitian.Fokus penelitian sebelumnya adalah menganalisa konsep diri sedangkan
focus penelitian yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah mengenai citra.
F. Definisi Konsep
1. Citra
Dalam penelitian ini citra yang dimaksud adalah bentuk usaha yang
dilakukan oleh mantan Wanita Tuna Susila Eks Lokalisasi Dolly dalam
membangun persepsi dan citra diri yang positif untuk bisa kembali di terima
dalam suatu lingkungan masyarakat. Dengan memberikan kesan yang
berkaitan dengan nilai, perilaku,maupun prestasi yang dibangun baik secara
sengaja maupun tidak sengaja sehingga mampu tertanam persepsi dan
terpelihara dalam benak orang lain dengan tujuan akhir membentuk
bagaimana pandangan positif muncul dari masyarakat sehingga bisa berlanjut
ke suatu kepercayaan.
Citra yang merupakan suatu identitas pribadi yang mampu meciptakan
sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang
dimiliki dibentuk dengan tidak memerlukan waktu yang sedikit. Semua upaya
yang dilakukan oleh mantan Wanita Tuna Susila Eks Lokalisasi dalam
membangun citra diri yang positif untuk kembali mendapat kepercayaan agar
terbangun persepsi positif dari orang lain yang melihatnya kemudian dapat
kembali menerimanya dalam suatu lingkungan masyarkat haruslah terus
8
Dengan memperhatikan komponen-komponen yang ada dalam
pembentukan citra, seorang mantan Wanita Tuna Susila perlu memulai dari
nilai atau prinsip yang dipakai dalam hidup, dimana hal tersebut dapat
mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan mengambil keputusan. Nilai
sebagai sesuatu yang tumbuh dan mengakar dalam diri seseorang dapat
membentuk dan berperan besar dalam setiap keputusan atau perilaku yang
dilakukan.
Kemampuan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu juga harus
dikomunikasikan secara efektif sehingga public aware atas kemampuan yang
dimiliki dan meningkatkan segala peluang positif terhadap apa yang menjadi
tujuan dari segala yang dicita-citakan. Citra dalam penelitian ini juga berbicara
mengenai perilaku, bagaimana seorang mantan Wanita Tuna Susila
memandang dirinya sendiri sebagai pola perilaku yang tidak tampak dan
bagaimana orang lain dalam memandang serta menilai diri kita yang tampak.
Penilaian orang lain merupakan persepsi mengenai Anda yang ada dalam
pikiran mereka. Oleh karena itu, semakin menonjol tindakan atau suatu
perilaku maka semakin menonjol pula citra diri diri Anda.
Bagaimana seorang mantan Wanita Tuna Susila dalam berpenampilan
ketika dalam membangun kembali image positif juga menjadi bagian citra
dalam penelitian ini.Penampilan berkaitan dengan penampilan fisik seperti
fashion, accessories, tata rambut, dsb. Penampilan dapat mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap tingkat intelektual dan wawasan seseorang.
Penampilan harus sesuai dengan image yang hendak dibangun pada
9
2. Wanita Tuna Susila
Pelacur berasal dari bahasa latin yaitu Pro-stituere atau Pro-stauree,yang
berarti memberikan diri berbuat zinah, malakukan persundelan,percabulan.
Sedang prostitute adalah pelacur atau sundel.6Tuna susila atau tidak bersusila
itu diartikan sebagai kurang beradabatau karena keroyalan relasi seksualnya,
dalam bentuk penyerahan diri padabanyak laki-laki untuk memuaskan, dan
mendapat imbalan jasa atau uangbagi pelayanannya. Tuna susila itu juga bisa
diartikan sebagai salah tingkah,tidak susila atau gagal menyesuaikan diri
terhadap norma-norma susila, makapelacur itu adalah wanita yang tidak baik
berperilaku dan bisa mendatangkan celaka dan penyakit, baik kepada orang
lain yang bergaul dengan dirinyamaupun kepada dirinya sendiri.Apabila
dilihat secara luas dengan memperhatikan aspek dasarny dari prostitusi ialah
menyangkut perbuatan yang tidak sesuai denga nilai-nilai sosial.
Dalam penelitian ini Wanita Tuna Susila yang dimaksud adalah mantan
Pekerja Seks Komersial yang sudah tidak lagi bekerja sebagai pelayan nafsu
birahi para lelaki hidung belang. Mereka yang telah berubah menjadi seorang
wanita dengan aktifitas yang lebih baik dengan segala kelebihan skill atau
keahlian lain yang mereka miliki. Mantan Wanita Tuna Susila dalam penelitian ini
adalah mereka yang berlatar belakang berhenti menjadi seorang pekerja seks
komersial sebelum penutupan Dolly serta pekerja seks komersial yang berhenti
setelah adanya penutupan.
6 Kartono, Kartini. Psikologi Wanita Jilid I (Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa). (Bandung : Mandar
10
G. Kerangka Pikir Penelitian
1. Teori Interaksi Simbolik
Paham mengenai interaksi simbolik (symbolic interactionism) adalah
suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah
memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun
teori komunikasi. Dengan menggunakan sosiologi sebagai fondasi, paham ini
mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka
saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan
tertentu.7
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi
simbolik.Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara
manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi respon yang
terjadi, kita memberikan makna kedalam kata-kata atau tindakan, dan
karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara
tertentu.Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling
berkaitan diantara individu.
Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan
studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada
keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari
interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan,
karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya.Mencari makna di balik yang
sensual menjadi penting di dalam interaksi simbolik.8
Menurut paham interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan
individu lainnya sehingga menghasilkan suatu ide tertentu mengenai diri yang
11
berupaya menjawab pertanyaan siapakah Anda sebagai manusia?Manford
Kuhn menempatkan peran diri sebagai pusat kehidupan sosial.Menurutnya,
rasa diri seseorang merupakan jantung komunikasi.Diri merupakan hal yang
penting dalam interaksi.Misalnya seorang anak bersosialisasi melalui interaksi
dengan orang tua, saudara dan masyarakat sekitarnya.Orang memahami dan
berhubungan dengan berbagai hal atau objek melalui interaksi sosial.
Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu apakah
itu suatu benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Satu-satunya syarat
agar sesuatu menjadi objek adalah dengan cara memberikannya nama dan
menunjukkannya secara simbolis. Dengan demikian suatu objek memiliki nilai
sosial sehingga merupakan objek sosial (sosial object).Menurut pandangan ini,
realitas adalah totalitas dari objek sosial dari seorang individu. Bagi Khun,
penamaan objek adalah penting guna menyampaikan makna suatu objek.
Menurut Khun, komunikator melakukan percakapan dengan dirinya sendiri
sebagai bagian dari proses interaksi. Dengan kata lain, kita berbicara dengan
diri kita sendiri di dalam pikiran kita guna membuat perbedaan di antara
benda-benda dan orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana
bertingkah laku terhadap suatu objek sosial maka orang itu menciptakan apa
yang disebut Kuhn “suatu rencana tindakan” (a plan of action) yang dipandu
dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai terhadap
mana tindakan itu akan diarahkan. Misalnya seorang mahasiswa yang ingin
melanjutkankuliah harus terlebih dahulu membuat rencana tindakan yang
dipandu oleh seperangkat-seperangkat nilai-nilai (sikap) positif dan negatif
12
namun jika nilainilai negatif yang lebih dominan maka ia tidak akan
melanjutkan kuliah.
Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu objek sosial serta
sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama
lain. Makna muncul melalui interaksi manusia satu dengan yang lain.
Orangorang terdekat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan
kita.Mereka adalah orang-orang dengan siapa kita memiliki hubungan dan
ikatan emosional seperti orang tua atau saudara.Mereka memperkenalkan kita
dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau kategori-kategori tertentu
yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada kita dalam melihat realitas.
Orang terdekat membantu kita belajar membedakan antara diri kita dan orang
lain sehingga kita terus memiliki sense of self.9
Teori interaksi simbolik memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang
digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui
percakapan. Menurut George Herbert Mead Interaksi simbolik mendasarkan
gagasannya atas enam hal yaitu :10
a. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang
dihadapinya sesuai dengan pengertian subjektifnya.
b. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial
bukanlah struktur atau bersifat structural dank arena itu akan terus
berubah.
c. Manusia memahami pengalamannya melalui makna dari symbol yang
digunakan di lingkungan terdekatnya, dan bahasa merupakan bagian
yang sangat penting dalam kehidupan sosial.
9Morissan.Teori Komunikasi Individu hingga Massa. (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013), hal.
111-112
13
d. Dunia terdiri dari berbagai objek sosial yang memilii nama dan makna
yang ditentukan secara sosial.
e. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan
mempertimbangkan dan mendefinisikan objek-objek dan tindakan
yang relevan pada situasi saat itu.
f. Diri seseorang adalah objek signifikan dan sebagaimana objek sosial
lainnya diri definisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan Mead ini
yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki
aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama disebut “
sosial act”, yaitu suatu unit tingkah laku lengkap yang tidak dapat dianalisis
kedalam sub bagian tertentu. Dalam bentuknya yang paling dasar, suatu
tindakan sosial melibatkan hubungan tiga pihak. Pertama, adanya isyarat awal
dari gerak atau isyarat tubuh seseorang, dan adanya tanggapan terhadap isyarat
itu oleh orang lain dan adanya hasil. Hasil adalah apa makna tindakan bagi
komunikator. Makna tidak semata-mata hanya berada pada salah satu dari
ketiga hal tersebut tetapi berada dalam suatu hubungan segitiga yang terdiri
atas ketiga hal tersebut (isyarat tubuh, tanggapan, dan hasil)11
2. Hubungan Teori-teori diatas dengan Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas bahwa interaksi
simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind), diri dan
masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi
sosiokultural, dengan menggunakan sosiologi sebagai fondasi, paham ini
mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka
11
14
saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan
tertentu. Makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara
verbal maupun nonverbal.Melalui aksi respon yang terjadi, kita memberikan
makna kedalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami
suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu.
Dalam membangun citramantan pekerja seks komersial yang ingin
kembali hidup berdampingan dengan masyarakat tentulah memerlukan suatu
interaksi simbolis. Mantan pekerja seks komersial yang ingin membentuk
personal image positive dan kembali mencitrakan diri sebagai seorang yang
memiliki perilaku yang baik kepada orang lain dalam prosesnya memerlukan
interaksi penukaran makna, agar apa yang ingin dicitrakan dapat tersampaikan
oleh target marketnya. Dalam setiap kasus harus dimulai secara baru yang
diawali dengan suatu tindakan individual.
Dalam penelitian ini teori interaksi simbolik digunakan untuk
menganalisis proses dimana mantan Wanita Tuna Susila hendak membangun
citra positif dari predikat Pekerja Seks Komersial sebelumnya. Perspektif
interaksi simbolik yang berusaha memahami perilaku manusia dari sudut
pandang subjek. Perspektif ini yang menyarankan bahwa perilaku manusia
harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain
yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan pada
orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendiri lah yang menentukan
perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan,
15
hanya bertindak berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek
disekeliling mereka.12
Seorang mantan Wanita Tuna Susila sebelum memutuskan untuk
membangun citra yang baik tentu memiliki berbagai macam alasan dan
pertimbangan. Apa yang menjadi motif seorang mantan WanitaTuna Susila
hingga memunculkan kesadaran diri untuk melakukan perubahan dalam
kehidupan yang lebih baik. Disinilah keterkaitan teori interaksi simbolik
terhdap citra mantan Wanita Tuna Susila Eks Lokalisasi . Menurut paham
interaksi simbolik ,makna yang telah didapat dari suatu proses interaksi
sehingga mengahasilkan suatu ide tertentu mengenai diri yang berupaya
menjawab pertanyaan siapakah Anda sebagai manusia, menempatkan peran
diri sebagai pusat kehidupan sosial. Seorang mantan Wanita Tuna Susila yang
mengininkan kembali suatu kepercayaan, persepsi positif, hingga di terima
masyarakat melakukan percakapan dengan dirinya sendiri sebagai bagian dari
interaksi.Bagaiamana dirinya mengkonstruksi suatu sikap penyadaran diri
melalui penukaran sebuah makna.
Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang melakukan penutupan
wilayah tempat kerja yang biasa digunakan oleh para Wanita Tuna Susila
mencari nafkah, yang dimana dalam penelitian ini kawasan Eks Lokalisasi
Dolly mungkin dapat dikatakan menjadi satu dari banyak alasan konstruksi
atau penyadaran diri Wanita Tuna Susila.Kebijakan Pemerintah Kota
Surabaya yang menjadikan kawasan Eks Lokalisasi menjadi Kampung
UMKM yang bersih dari lokasi prostitusi tak khayal membawa perubahan
sosial.
12
16
Perubahan sosial yang terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat
untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan system sosial lama dan mulai
beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan system sosial yang baru.Begitu
pula kondisi di lingkungan Eks Lokalisasi yang mau tidak mau harus diikuti
oleh masyarakat.Perubahan polapikir, perubahan perilaku, serta perubahan
budaya materi mengaharuskan seorang Wanita Tuna Susila bertransformasi
menjadi seseorang yang lebih baik.
Mantan pekerja seks komersial yang ingin kembali menata hidup yang
lebih baik maka haruslah memulai dari dirinya sendiri, mereka harus terus
aktif menggali potensi lain yang ada pada dirinya. Komunikasi verbal dan non
verbal adalah cara agar mereka dapat terus membangun citra diri yang hendak
diciptakan. Ketika seseorang membentuk citra diri secara otentik maka proses
tersebut akan berjalan lebih mudah dan bertahan lama. Interaksi yang aktif dan
intenslah yang diperlukan agar citra diri positif dapat berhasil dan membuat
mantan pekerja seks komersial mampu mendapat kepercayaan, dan
dipersepsikan positif oleh orang lain hingga dapat diterima kembali oleh
17
1.1Bagan Kerangka Pikir Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dsb. Penelitian ini lebih Kesadaran
Diri Motiv
Mantan Wanita Tuna Susila
Kebijakan Pemerintah
Kota Surabaya Perubahan
Lingkungan
Konstruksi Penyadaran
Diri
Citra Positif
Diterima Masyarakat Persepsi
Positif Trust
18
menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Bagman dan
Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasannya dan peristilahannya.
Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding)
dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif
masyarakat itu sendiri.13Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan
tujuan membuat deskriptif,gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki yakni mengenai citra
wanita tuna susila eks lokalisasi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita tuna susila eks lokalisasi
yang tengah membangun citra agar dapat diterima kembali di lingkungan
masyarakat.Banyaknya jumlah yang menjadi subjek adalah 3 orang yang dirasa
sesuai dengan kriteria peneliti.
13
19
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder.
1) Data Primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data. Sumber data diperoleh dari informan yaitu orang yang berpengaruh
dalam proses perolehan data atau bisa disebut key member yang
memegang kunci sumber data penelitian ini. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah wanita tuna susila eks lokalisasi
“Dolly”. Penetapan informan ini dilakukan dengan mengambil orang yang
telah terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki
oleh sampel atau memilih sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitian.Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat
wakil-wakil dari segala lapisan populasi sehingga dapat dianggap cukup
representatif.14
2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber secara tidak
langsung, dalam penelitian ini data sekunder berupa buku-buku yang
menunjang seperti buku tentang citra, teori interaksi simbolik, wanita tuna
susila, dan lokalisasi.
4. Tahapan penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap
yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun secara sistematis
agar
diperoleh data secara sistematis pula. Ada empat tahap yang bisa dikerjakan dalam
suatu penelitian, yaitu:15
1) Tahap Pra-lapangan
14S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal. 99
20
Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan lapangan. Ada
lima langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau proposal
penelitian yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen
pembimbing dan beberapa dosen lain serta mahasiswa. Pembuatan
proposal ini berlangsung sekitar satu bulan melalui diskusi yang
terus-menerus dengan beberapa dosen dan mahasiswa.
b. Memilih lapangan penelitian
Peneliti memilih Kawasan Eks Lokalisasi Dolly yang terletak di
daerah Putat Jaya, Surabaya.
c. Menjajaki dan Menilai Lapangan
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang
keadaan Eks Lokalisasi Dolly, agar peneliti siap terjun ke lapangan
serta untuk menilai keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya
sehingga dapat ditemukan dengan apa yang dipikirkan oleh
peneliti.
d. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Tahap ini peneliti memilih seorang informan yang merupakan
orang yang benar-benar tahu dan pernah terjerumus menjadi
seorang pekerja seks komersial kemudian memanfaatkan informan
tersebut untuk melancarkan penelitian.
e. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau
21
2) Tahap Lapangan
Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu :
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti harus memahami latar
penelitian agar dapat menentukan model pengumpulan datanya.
b. Memasuki Lapangan
Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin hubungan yang
akrab dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa
yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika
pergulan dan norma-norma yang berlaku di dalam lapangan penelitian
tersebut.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke dalam
field notes,baik data yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan
atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa untuk
dipertanggungjawabkan, maka data diperoleh melalui :
1. Wawancara
Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya
langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
22
berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga
diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku.16
2. Observasi
Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara
melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus
dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa
diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau pengetahuan
yang lebih luas tentang objek penelitian yang mempunyai dasar teori dan
sikap objektif. Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa
direalisasikan dengan cara mencatat informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini yakni pemebentukan citra wanita tuna susila eks lokalisasi.
3. Dokumen
Dokumen, yaitu proses melihat kembali sumber-sumber data dari
dokumen yang ada dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang
telah ditemukan. Adapun sumber data dokumen diperoleh dari lapangan
berupa buku, arsip, majalah, serta dokumen resmi yang berhubungan
dengan fokus penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan dalam
suatu penelitian.Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan.Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat dipakai
untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.Analisis ini dilakukan
23
berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris berdasarkan data
yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian disusun dan
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG PEMBENTUKAN CITRA
MANTAN WANITA TUNA SUSILA EKS LOKALISASI DOLLY SURABAYA
A. Interaksi Sosial Mantan Wanita Tuna Susila 1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu
yang satu dengan individu yang lainnya, maupun antara kelompok individu. Dalam
interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain begitu pula
sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu hubungan yang saling timbal balik.
Hubungnan tersebut juga terjadi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi
antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi
anggota-anggotanya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Bonner interaksi sosial adalah hubungan antara
individu dua individu atau lebih, sehingga individu yang satu akan mempengaruhi,
25
Menurut Festinger interaksi sosial merupakan proses saling mempengaruhi
dan saling tergantung yang dapat ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk melalui
dirinya sendiri (selft-evalution) dan kebutuhan ini dipengaruhi oleh adanya
pembandingan diri dengan orang lain. Setiap individu akan berusaha untuk menilai
dirinya sendiri, menilai perilakunya apakah perilaku tersebut sesuai dengan keadaan
orang yang berada diseindividurnya, karena pada dasarnya setiap individu akan
menyadari konsekuensi yang akan terjadi apabila individu tersebut bertingkah laku
berbeda dengan orang-orang yang berada disekelilingnya.
Interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif, tergantung
dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukan kesediaan atau penolakan. Kontak
sosial juga bersifat primer, yakni apabila individu yang terlibat bertemu langsung
(face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat bertemu melalui
media tertentu. Sementara komunikasi baik yang verbal ataupun nonverbal
merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun ide/pikiran dan sekaligus
sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang
lain.
Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan
dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpanya di indonesia dapat dibahas
mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai susku
bangsa atau antara golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan mengetahui
dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta
26
pula disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan
masyarakat.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya
orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam
suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila
orang-orang perorang-orangan atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara
dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan,
pertikaian dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial
merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang
dinamis.1
Proses interaksi sosial biasanya didasari oleh berbagai faktor, seperti:
a. Sugesti, merupakan pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh setiap
individu kepada individu lain yang kemudian menerima, menuruti, dan
melaksanakan tanpa berpikir secara kritis dan rasional.
b. Motivasi, ialah sebuah dorongan,pengaruh yang diberikan oleh
seseorang individu lain yang kemudian menerima,menuruti, dan
melaksanakan dengan berpikir secara kritis, rasional dan penuh
tanggung jawab.
c. Imitasi, adalah suatu tindakan untuk meniru orang lain baik
sikap,penampilan maupun gaya hidup.
1Dra. Mutamimah Budiwati.
27
d. Identifikasi, adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjadi
sama dengan individu yang ditirunya,melalui proses kejiwaan yang
sangat dalam.
e. Simpati, merupakansebuah proses kejiwaan yang merasa tertarik
kepada seseorang, sekelompok orang karena sikap,
penampilan,wibawa, atau perbuatannya.
f. Empati, pada dasarnya mirip dengan simpati yang dibarengi perasaan
organisme tubuh yang sangat mendalam.
Interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial dalam arti bahwa status
sosial memberi bentuk danpola interaksi sosial. Status sosialsering disebut kedudukan
sosial yang diartikan sebagai posisi seseorang dalam suatu kelompok masyarakat.
Tahapan interaksi sosial dilakukan melalui dua cara yaitu:
a. Kontak sosial, sebagai gejala sosial, kontak sosial tidak berarti
bersinggungan secara fisik, akan tetapi berhubhungan, berhadapan, atau
tatap muka antara dua orang individu atau kelompok. Dalam kehidupan
sehari-hari kontak sosial bisa dilakukan dengan beberapa cara.
b. Kontak primer, kontak yang terjadi secara langsung dan bertatap muka.
c. Kontak sekunder, meliputi kontak sekunder langsung yang dimana sebuah
kontak yang terjadi antara kedua belah pihak melalui alat tertentu seperti
surat, telepon, dan kontak sekundertak langsung, yaitu kontak yang terjadi
28
d. Komunikasi, yaitu suatu penyampaian fakta, sikap, emosi, dari satu pihak
kepada pihak lain sehingga terjadi pengertian sama.2
2. Wanita Tuna Susila
Wanita Tuna Susila atau pekerja seks komersial adalah seseorang yang
menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Di Indonesia wanita
tuna susila atau pekerja seks komersial sebagai pelaku pelacuran sering disebut
sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu
sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila
tertangkap aparat penegak ketertiban. Mereka juga digusur karena dianggap
melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar
hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad
lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa
kemasa. Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang
ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman
bernama kondom.
WTS atau PSK adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual
dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasa
mereka tersebut. Banyak perempuan PSK yang berperan sebagai pelacur dalam dunia
pertama datang dari dunia kedua, ketiga dan keempat. Di Eropa dan ditempat lain
banyak dari mereka diperdagangkan dari negeri lain untuk melayani permintaan
29
jumlah pelanggan yang meningkat. Perbudakan manusia tidak baru, Organisasi
Interansional Pekerja (ILO) menaksir 12,3 juta orang diperbudak dalam kerja paksa
dan 2,4 juta dari mereka adalah korban industri perdagangan, dan penghasilan
tahunannya ditaksir sejumlah $10 milyar.3
Pola interaksi sosial antara para mantan Wanita Tuna Susila dengan warga
seindividur lokalisasi dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik. Adanya interaksi
sosial yang terjalin diantara para WTS dan warga seindividur Lokalisasi berpengaruh
pada kehidupan sosial masyarakatnya, karena setiap hari para WTS dan warga
seindividur lokalisasi sering bertemu sehingga membentuk perilaku sosial diantara
para WTS dan warga seindividur lokalisasi. Interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia.4
Adanya kontak dan komunikasi yang terjalin menjadi faktor penting dalam
kehidupan sosial para WTS dan warga seindividur lokalisasi. Kontak sosial yang
terjadi diantara para WTS dan warga seindividur lokalisasi umumnya terjadi secara
langsung, dimana para WTS dan warga lokalisasi bertatap muka dan dialog secara
langsung di kawasan Kotakan. Salah satu faktor agar para WTS diterima dengan baik
yaitu dengan cara melihat pola interaksi para WTS dengan warga seindividur
lokalisasi. Pola interaksi yang mereka lakukan yaitu dengan cara komunikasi verbal.
Jenis komunikasi verbal yang dimaksud yakni komunikasi dengan kata-kata secara
3Ivan Hasudungan. Latar Belakang Pelacuran.
http://ivannirvana.blogspot.co.id/2013/01/latar-belakang-pelacuran_24.html. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016, pukul 16.40
30
langsung. Hal ini dibuktikan oleh adanya interaksi yang terjadi antara PSK dan warga
seindividur lokalisasi yaitu saling membaur dengan warga seindividu, membaur
dalam artian dimana dan kapanpun jika para PSK bertemu dengan waga seindividur
lokalisasi selalu bertegur sapa. Para WTS dan warga seindividur lokalisasi melakukan
kontak sosial dengan saling bertegur sapa dan saling membaur. Adanya kontak dan
komunikasi diantara para WTS dan warga seindividur lokalisasi menjadi faktor yang
menentukan untuk kelangsungan interaksi sosial yang ada pada para WTS dan warga
seindividur lokalisasi yang terjalin secara rutin karena baik kontak dan komunikasi
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
B. Citra sebagai Presentasi Diri
Citra merupakan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta atau kenyataan. Citra dapat membentuk pengetahuan dan
informasi yang diterima sesorang.5 Pembentukan citra merupakan persepsi yang tertanam
dan terpelihara dalam benak orang lain dengan tujuan akhir membentuk bagaimana
pandangan atau persepsi positif muncul dari orang lain, sehingga bias berlanjut ke trust atau ke aksi-aksi lainnya. Pembentukan identitas pribadi yang mampu menciptakan
sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki
orang tersebut.
Pembentukan citra adalah suatu kesan yang berkaitan dengan nilai, perilaku
maupun prestasi yang dibangun oleh seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dengan tujuan menampilkan karakter dirinya. Pembentukan citra tidak membutuhkan
waktu yang sedikit karena berkaitan dengan kepercayaan seseorang. Dalam prosesnya
dibutuhkan konsistensi dan persistensi menjadi satu kesatuan yang tak dapat dihindarkan.
31
Persistensi berkaitan dengan kegigihan dan keuletan seseorang dalam menjalani berbagai
proses termasuk dalam mengahadapi berbagai rintangan dan hambatan serta menetapkan
beberapa alternatif solusi yang dapat digunakan. Adapun konsistensi terkait relevansi dari
setiap kegiatan dan aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang. Oleh karena itu dalam
pembentukan citra diperlukan upaya-upaya yang dilakukan secara berkelanjutan.6
Terdapat komponen-komponen yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin
membentuk citra, yaitu:7
1. Nilai
Nilai adalah prinsip yang dipakai dalam hidup, yang mempengaruhi cara
berpikir, merasakan, berperilaku, dan mengambil keputusan. Nilai sebagai
sesuatu yang tumbuh dan mengakar dalam diri seseorang dapat membentuk
dan berperan besar dalam setiap keputusan atau perilaku yang dilakukan.
2. Kemampuan dan Keterampilan
Kemampuan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu harus
dikomunikasikan secara efektif sehingga public awareatas kemampuan yang dimiliki dan meningkatkan segala peluang positif terhadap perjalanan karir
seseorang.
3. Perilaku
Terdapat perbedaan mengenai bagaiaman Anda memandang diri sendiri
dan bagaimana orang lain memandang Anda. Individu menilai diri sendiri
sebagai pola perilaku yang tidak tampak, sementara orang lain menilai diri
6Tumewu, Becky dan Parengkuan, Erwin, Personal Brand- Inc( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014),
hal.19.
7Tumewu, Becky dan Parengkuan, Erwin, Personal Brand- Inc ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014),
32
individu yang tampak. Penilaian orang lain merupakan persepsi mengenai
Anda yang ada dalam pikiran mereka. Oleh karena itu semakin menonjol
tindakan Anda, maka semakin menonjol personal brand Anda.
4. Penampilan
Penampilan berkaitan dengan penampilan fisisk seperti fashion,
accessories, tata rambut, dsb. Penampilan dapat mempengaruhi persepsi orang
lain terhadap tingkat intelektual dan wawasan seseorang. Penampilan harus
sesuai dengan image yang hendak dibangun pada masyarakat.
5. Keunikan
Keunikan dapat menjadi pembeda seseorang jika dibandingkan dengan
orang lain. Jika keunikan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin maka
personal brand yang dimilki pun semakin diperhitungkan oleh orang lain.
Orang lain akan semakin mudah mengingat seseorang dari sekian banyak
orang yang memiliki keahlian sama melalui keunikannya.
6. Prestasi
Prestasi merupakan penghargaan dan pengakuan dari orang lain yang
diterima sebagai hasil atau pencapaian dari usaha yang dilakukan. Prestasi
bias menjadi nilai tambah bagi kredibilitas seseorang.
7. Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dan keunggulan seseorang
dibandingkan orang lain dibidangnya. Kekuatan merpakan passion yang kuat
yang dapat membentuk karakter seseorang.
33
Otentik mengarah pada personal brand yang dibangun berdasarkan
cerminan karakter asli, nilai-nilai, kekuatan, keunikan, dan keunggulan diri.
Semakin seseorang memahami dirinya maka semaikn pula yakin terhadap apa
yang telah dikerjakannya. Terhindar dari sikap keragu-raguan dan tidak tegas.
9. Tujuan
Tujuan memperkuat seseorang dalam mencapai apa yang dicita-citakan.
Keberadaan tujuan membuat seseorang memiliki arah kemana, bagaimana,
dan apa yang harus dan tidak sebaiknya dilakukan. Merumuskan visi dan misi
merupakan hal utama dalam sukses.
Dalam membangun Pembentukan citra yang bagus, seseorang perlu
membangun karakter pada dirinya dan usahakan orang lain tahu apa karakter yang
hendak dibangun. Karakter tersebut biasanya erat dengan aktifitas apa yang biasa
dilakukan sehari-hari, profesi, bahkan termasuk apa yang sedang dipakai atau dikenakan.
Berhati-berhati dalam mengeluarkan karakter sangat diperlukan karena karakter sangat
menentukan apakah anda dipersepsikan sebagai person yang positif atau negatif. Menjadi
pribadi yang menonjol dengan terus mengasah segala kemampuan karena orang-orang
yang memiliki pembentukan citra bagus biasanya lebih menonjol dibandingkan mereka
yang tidak memiliki.
Word of mouth merupakan salah satu alat yang digunakan saat seseorang
membentuk sebuah citra. Proses pembentukan citra pada akhirnya menghasilkan sikap,
34
perusahaan / lembaga dalam suatu perusahaan diperlukan suatu penelitian. Karena
melalui penelitian, instansi tersebut dapat mengetahui apa yang disukai atau tidak, serta
dapat mengambil langka-langkah representatif, ataupun peningkatan perusahaan.
Penelitian citra memberi informasi untuk evaluasi kebijakan, memperbaiki
kesalahpahaman, menetukan strategi perusahaan berikutnya, agar dapat bertahan bahkan
C. Teori Interaksi Simbolik
Paham mengenai interaksi simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran
(mind), diri, dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi
sosikultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunakan sosiologi
sebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama
lainnya mereka saling membagi makna untuk satu jangka waktu tertentu dan untuk
tindakan tertentu.
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi smbolik. Ia
mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara
verbal maupun nonverbal. Melalui aksi respon yang terjadi, individu memberikan makna
kedalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya individu dapat memahami suatu
peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari
percakapan yang saling berkaitan diantara individu.
Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya
tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan
kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah
35
maknanya. Mencari makna di balik yang sensual menjadi penting di dalam interaksi
simbolik.8
Menurut paham interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan individu lainnya
sehingga menghasilkan suatu ide tertentu mengenai diri yang berupaya menjawab
pertanyaan siapakah Anda sebagai manusia? Manford Kuhn menempatkan peran diri
sebagai pusat kehidupan sosial. Menurutnya, rasa diri seseorang merupakan jantung
komunikasi. Diri merupakan hal yang penting dalam interaksi. Misalnya seorang anak
bersosialisasi melalui interaksi dengan orang tua, saudara dan masyarakat seindividurnya.
Orang memahami dan berhubungan dengan berbagai hal atau obyek melalui interaksi
sosial.
Suatu obyek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu, apakah itu suatu
benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Satu-satunya syarat agar sesuatu menjadi
obyek adalah dengan cara memberikannya nama dan menunjukkannya secara simbolis.
Dengan demikian suatu obyek memiliki nilai sosial sehingga merupakan obyek sosial
(sosial object). Menurut pandangan ini, realitas adalah totalitas dari obyek sosial dari
seorang individu. Bagi Khun, penamaan obyek adalah penting guna menyampaikan
makna suatu obyek. Menurut Khun, komunikator melakukan percakapan dengan dirinya
sendiri sebagai bagian dari proses interaksi. Dengan kata lain, individu berbicara dengan
diri individu sendiri di dalam pikiran individu guna membuat perbedaan di antara
benda-benda dan orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana bertingkah laku
terhadap suatu obyek sosial maka orang itu menciptakan apa yang disebut Kuhn “suatu
rencana tindakan” (a plan of action) yang dipandu dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai terhadap mana tindakan itu akan diarahkan.
36
Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu obyek sosial serta sikap dan
rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Makna muncul
melalui interaksi manusia satu dengan yang lain. Orangorang terdekat memberikan
pengaruh besar dalam kehidupan individu. Mereka adalah orang-orang dengan siapa
individu memiliki hubungan dan ikatan emosional seperti orang tua atau saudara. Mereka
memperkenalkan individu dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau
kategori-kategori tertentu yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada individu dalam melihat
realitas. Orang terdekat membantu individu belajar membedakan antara diri individu dan
orang lain sehingga individu terus memiliki sense of self.9
Konsep diri merupakan obyek sosial penting yang didefinisikan dan dipahami
berdasarkan jangka waktu tertentu selama interaksi antara individu dengan orang-orang
terdekat. Konsep diri seseorang tidak lebih dari rencana tindakan terhadap dirinya,
identitasnya, ketertarikan, kebencian, tujuan, ideology, serta evaluasi tentang dirinya
sendiri. Konsep diri memberi acuan dalam menilai obyek orang lain. Seluruh rencana
tindakan berawal dari konsep diri. Apa yang mendorong terjadinya suatu interaksi atau
percakapan, bagaimana percakapan menghasilkan makna dan bagaimana simbol
dipahami melalui interaksi dalam percakapan.
Teori interaksi simbolik memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang
digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui
percakapan. Menurut George Herbert Mead Interaksi simbolik mendasarkan gagasannya
atas enam hal yaitu :10
37
1. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang dihadapinya sesuai
dengan pengertian subyektifnya.
2. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial bukanlah struktur
atau bersifat structural dank arena itu akan terus berubah.
3. Manusia memahami pengalamannya melalui makna dari symbol yang digunakan
di lingkungan terdekatnya, dan bahasa merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan sosial.
4. Dunia terdiri dari berbagai obyek sosial yang memilii nama dan makna yang
ditentukan secara sosial.
5. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan
mempertimbangkan dan mendefinisikan obyek-obyek dan tindakan yang relevan
pada situasi saat itu.
6. Diri seseorang adalah obyek signifikan dan sebagaimana obyek sosial lainnya diri
definisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan Mead ini yaitu
masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda
namun berasal dari proses umum yang sama disebut “ sosial act”, yaitu suatu unit tingkah
laku lengkap yang tidak dapat dianalisis kedalam sub bagian tertentu. Suatu tindakan
dapat berupa perbuatan singkat dan sederhana. Sejumlah tindakan berhubungan
satudengan lainnya yang dibangun sepanjang hidup manusia. Tindakan dimulai dengan
dorngan (impulse) yang melibatkan persepsi dan pemberian makna, latihan mental,
38
Dalam bentuknya yang paling dasar, suatu tindakan sosial melibatkan hubungan
tiga pihak. Pertama, adanya isyarat awal dari gerak atau isyarat tubuh seseorang, dan
adanya tanggapan terhadap isyarat itu oleh orang lain dan adanya hasil. Hasil adalah apa
makna tindakan bagi komunikator. Makna tidak semata-mata hanya berada pada salah
satu dari ketiga hal tersebut tetapi berada dalam suatu hubungan segitiga yang terdiri atas
ketiga hal tersebut (isyarat tubuh, tanggapan, dan hasil)11. Bahkan tindakan-tindakan
individual yang dilakukan sendirian didasarkan atas isyarat tubuh dan tanggapan yang
terjadi berulang kali di masa lalu dan terus berlanjut hingga kini dalam pikiran Anda.
Tindakan bersama (joint action) dari sekelompok orang terdiri atas suatu
hubungan yang saling berkaitan dari sejumlah interaksi yang lebih kecil. Blumer
menyebutkan bahwa pada masyarakat yang sudah maju sebagian besar dari tindakan
kelompok terdiri atas pola-pola yang berulangdan stabil yang memiliki makna bersama
dan mapan bagi anggota masyarakat bersangkutan. Karena pola-pola itu sangat sering
diulang-ulang dan juga karena maknanya tidak berubah-ubah, para sarjana cenderung
menyebutnya sebagai struktur (sosial), mereka lupa dengan asal mula interaksi tersebut.
Blumer mengingatkan individu bahwa situasi baru dapat menghasilkan masalah yang
membutuhkan penyesuaian dan definisi atau makna baru terhadap suatu pola tindakan.
Bahkan pada pola-pola tindakan kelompok yang sangat sering diulang tidak
adayang bersifat permanen. Setiap kasus harus dimulai secara baru yang diawali dengan
suatu tindakan individual. Tidak peduli betapapun solid dan kompaknya tampaknya suatu
tindakan kelompok, tetapi semuanya masih berasal atau berakar dari pilihan tindakan
11 Wayne Woodward, Tridic Communication as Transactional Participation, 1996 dalam Little John dan Foss, hal.
39
orang per orang secara individu. Menurut Blumer12 proses sosial pada kehidupan
kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan, bukan aturan yang menciptakan
dan menegakkan kehidupan kelompok.
Hubungan dari berbagai tindakan yang saling berkaitan ini dapat bersifat sangat
meluas yang terhubung melalui berbagai jaringan yang rumit. “Suatu jaringan atau suatu
institusi tidak akan berfungsi secara otomatis karena proses dinamis atau aturan-aturan
yang adadi dalam system tetapi berfungsi karena orang-orangnya melakukan sesuatu, dan
apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil dari bagaimana mereka mendefinisikan
situasi yang menyebabkan mereka terdorong untuk bertindak.”13 Dengan ide mengenai
tindakan sosial ini dipikiran individu, kini mari individu melihat lebih cermat pada aspek
pertama dari analisisHerbert Mead yaitu masyarakat.
Masyarakat atau kehidupan kelompok terdiri atas perilaku yang saling bekerja
sama diantara para anggota masyarakat. Syarat untuk dapat terjadinya kerja sama diantara
anggota masyarakat ini adalah adanya pengertian terhadap keinginan atau maksud
(intention) orang lain, tidak saja pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, kerja sama terdiri atas kegiatan untuk membaca maksud dan tindakan
orang lain dan memberikan tanggapan terhadap tindakan itu dengan cara yang pantas.
Makna adalah hasil komunikasi yang penting. Makna yang individu miliki adalah
hasil interaksi individu dengan orang lain. Individu menggunakan makna untuk
menginterpretasikan peristiwa diseindividur individu.interpretasi merupakan proses
internal didalam diri individu. Individu harus memilih, memeriksa, menyimpan,
mengelompokkan, dan mengirim makna sesuai dengan situasi dimana individu berada
12<