• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENGATASI POST POWER SYNDROME MANTAN KEPALA DESA RUBARU KECAMATAN RUBARU KABUPATEN SUMENEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENGATASI POST POWER SYNDROME MANTAN KEPALA DESA RUBARU KECAMATAN RUBARU KABUPATEN SUMENEP."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN RUBARU KABUPATEN SUMENEP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Serjana Sosial Islam (S.Sos)

Oleh:

MOH. PA’IT

NIM. B03211022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

MOH. PA’IT (B03211022) Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Rasional

Emotif Dalam Mengatasi Post Power Syndrome Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

Seorang mantan Kepala Desa (Kades) yang mencalonkan kembali dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) tetapi tidak terpilih akan rentan mengalami beban psikis dan sosial yang tidak tanggung. Beban itu seringkali membuat mantan Kades tersebut memiliki masalah-masalah cara berpikir yang tidak rasional (irrasional). Cara berpikir tersebut membuatnya menjadi terbiasa murung, antisosial, dan bahkan stress yang berkepanjangan. Masalah-masalah seperti ini adalah salah satu gejala Kades tersebut mengalami post power syndrome. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil tentang Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Rasional Emotif Dalam Mengatasi Post Power Syndrome Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Adapun fokus kajian dalam penelitian ini ada dua: 1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep?. 2)Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep?

Dalam mengungkap masalah tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dan melibat, di mana data-data lapangan diperoleh melalui cara observasi, wawancara dan akumulasi dokumentasi dalam rangka mengetahui dan melakukan bimbingan konseling Islam kepada mantan Kades yang mengalami post power syndrome karena gagal terpilih menjadi Kepala Desa di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Selain itu, peneliti ini juga mengungkap dan mendeskripsikan bentuk-bentuk bimbingan konseling islam dengan terapi rasional emotif sekaligus hasil akhir yang diperoleh dari bimbingan tersebut untuk mengatasi post power syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

(7)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

1. Pendekatan dan Jenis Peneltian ... 12

2. Objek Penelitian ... 14

3. Tahap-Tahap Penelitian ... 14

4. Jenis dan Sumber Data ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisa Data ... 18

7. Teknik Keabsahan Data ... 18

G.Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II : BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENGATASI POST POWER SYNDROME A.Bimbingan Konseling Islam ... 22

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 22

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 24

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 25

4. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 27

5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 28

(8)

ix

B.Pendekatan Terapi Rasional Emotif ... 34

1. Pengertian Terapi Rasional Emotif ... 34

2. Tujuan Terapi Rasional Emotif ... 34

3. Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif ... 35

4. Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif ... 36

5. Langkah-langkah Terapi Rasional Emotif ... 37

C.Post Power Syndrome ... 38

1. Pengeertian Post Power Syndrome ... 38

2. Ciri-ciri post power syndrome ... 40

3. Gejala-gejala post power syndrome ... 41

4. Kiat Menghadapi post power syndrome ... 43

5. Post power syndrome Merupakan Masalah Bimbingan dan Konseling Islam ... 44

6. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Post Power Syndrome ... 45

D.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 46

C.Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantanKepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep ... 58

2. Deskripsi Hasil Akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantanKepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep ... 73

BAB IV : ANALISIS A.Analisa Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Post Power Syndrome Mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep ... 77

(9)

x BAB V : PENUTUP

A.Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88

(10)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel. 3.1. Jumlah Penduduk Desa Rubaru ... 49

Tabel. 3.2. Desa Rubaru Menurut Sarana Pendidikan ... 51

Tabel. 3.3. Sarana Tempat Ibadah di Desa Rubaru ... 52

Tabel. 3.4. Desa Rubaru Menurut Sarana Kesehatan ... 52

Tabel. 3.5. Desa Rubaru Menurut Sarana Olahraga ... 52

Tabel. 3.6. Desa Rubaru Menurut Prasarana Pemerintah ... 53

Tabel. 3.7. Penduduk Desa Rubaru Menurut Tingkat Pendidikan ... 53

Tabel. 3.8. Deskripsi Klien Sebelum Pelaksanaan Konseling ... 66

Tabel. 3.9. Deskripsi Klien Setelah Pelaksanaan Konseling ... 75

Tabel. 4.1. Data Hasil Studi Mengenai Post Power Syndrome ... 78

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan politik memang sangat sensitif di dunia ini, mulai dari tingkat Nasional hingga lokal. Begitu juga dalam lingkup pedesaan, yakni Kepala Desa. Tidak bisa dipungkiri, peran seorang Kepala Desa memang sangat menarik sehingga dalam persaingan memperebutkan kedudukan Kepala Desa pun sangat sengit. Seorang calon Kepala Desa tidak tanggung-tanggung meminjam uang dalam jumlah yang besar demi membiayai ongkos politik, kampanye, dan lain sebagainya.

Begitupula ketika seorang Kepala Desa (selanjutnya disingkat Kades) berhenti dari jabatannya, baik karena habisnya masa jabatan atau memang diberhentikan, akan menyisakan beban psikis bagi mantan Kades tersebut.. Di mana seorang Kades ketika masih menjabat memiliki posisi dan kelas sosial yang tinggi, tiba-tiba harus berhenti dan menghadapi keadaan sosial seperti dimana ia belum menjabat sebagai Mantan Kades akan mengalami penurunan ke level sosial yang lebih rendah.

(12)

kepala sekolah sangat rentan terhadap post power syndrome sebagai konsekuensi dari kehilangan jabatannya.1

Oleh sebab itu, mantan Kades yang sudah berhenti dari jabatannya secara tidak langsung akan merasa perlu untuk mencalonkan kembali dirinya di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) selanjutnya. Tidak tanggung-tanggung, pengalamannya sebelumnya (yaitu mengumpulkan modal politik dengan cara meminjam uang) digunakan kembali, berharap pada Pilkades tersebut ia dapat lagi meraih suara banyak yang kemudian membawanya kembali menjabat sebagai Kades.

Akan tetapi, seperti kata pepatah, “man proposes and God disposes

(manusia yang merencanakan/berusaha, dan Tuhan yang menentukan), calon Kades yang mencalonkan dirinya kembali ternyata tidak menang. Konsekuensinya, ia kemudian mengalami beban psikis yang sangat berat, dan secara tidak disadari, ia telah terjangkit apa yang disebut dengan post power syndrome, yaitu sebuah penyakit di mana seseorang mengalami kecanduan kekuasaan.

Kepala desa yang sudah berhenti kemudian mencalonkan lagi namun gagal dalam pilkades menjadi penyebab frustasi yang dialami selama ini, dengan biaya yang tidak sedikit semakin manambah keterpurukan calon tersebut pada taraf stres2. Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan post power syndrome seperti dijelaskan di atas, maka peneliti sekaligus konselor akan berusaha

1

Anga Nur Fitriani, Gambaran Post Power Syndrome Pada Seorang Mantan Kepala Sekolah yang Mengalami Periodesasi, Bandung Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, hal: 7

2

(13)

mengembalikan kondisi normal calon kepala desa yang gagal kembali seperti semula.

Banyak masyarakat yang sangat ketakutan dengan Post Power Syndrome penyakit kejiwaan biasa terjadi pada orang yang baru kehilangan kekuasaan, popularitas, mutasi, PHK, baik karena pensiun atau jabatan. Kehidupan mereka tidak dihormatin dan dipuji-puji lagi seperti masih menjabat atau berkuasa saat itu.

Post power syndrome adalah adanya gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu (kekuasaan, populariatas, karir,kecantikan, kecerdasan, kemampuannya) dan tidak bisan memandang realitas yang ada saat ini.3

Teori ini sangat cocok ketika diterapkan dalam memberikan jalan keluar pada masalah yang sedang dihadapi oleh salah seorang mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Kecenderungan yang terjadi pada mantan Kepala Desa yang sudah tidak menjabat lagi mengalami permasalahan emosional yang cenderung berada pada titik labil, di mana dalam analisa peneliti rata-rata mantan Kepala Desa Rubaru mengalami apa yang oleh Jalaluddin disebut dengan Post Power Syndrome.4.

Post power syndrome adalah gejala yang cukup populer di kalangan orang lanjut usia khususnya individu yang telah berada pada usia lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat kerjanya. Post power syndrom merupakan salah satu gangguan keseimbangan mental ringan akibat dari reaksi

3http// www.suyotohospital.com// pengertian post power syndrome/

diakses pada tanggal 12-010- 2016

4

(14)

somatisasi dalam bentuk dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu telah pensiun dan tidak memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi.

Ketika dianalisis, proses bimbingan konseling yang rencana akan dilakukan oleh peneliti, ternyata sesuai dengan teorinya Albert Ellis yaitu Terapi Rasional Emotif (TRE), yang mana Albert Ellis menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi pemikiran yang rasional dan irasional, dengan pemikiran yang rasional dan intelektualnya maka manusia akan terbebas dari problemnya. Maka dari itu, Albert Ellis memberikan solusi dalam mengatasi problem manusia, yaitu selalu berpikir rasional.5

Berdasarkan kegelisahan peneliti menganai kondisi yang terjadi pada mantan Kades Rubaru tersebut di atas, memancing minat peneliti untuk meneliti sekaligus memberikan konseling kepada mereka yang peneliti anggap memiliki kecenderungan mengalami post power syndrome tersebut, seperti apa yang dilakukan peneliti jelaskan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep?.

5

(15)

2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

2. Mendiskripsikan hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi Post Power Syndrome yang dialami mantan Kepala Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi: 1. Segi teori

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam mengetasi post power syndrome yang dialami mantan Kades.

b. Untuk memperkuat teori-teori dan metode bimbingan konseling islam dalam mengatasi post power sindrome yang dialami mantan Kades.

2. Segi praktis

(16)

b. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani post power sindrome yang dialami mantan Kades.

E. Definisi konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur yang sangat penting dari suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala-gejala yang diamati. Oleh sebab itu konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini sangat perlu dibatasi ruang lingkup dan batasan masalahnya sehingga pembahasannya tidak akan melebar atau kabur. Sesuai dengan judul yang diteliti oleh penulis, maka perlulah ada pembatasan konsep dari judul yang ada. Untuk itu perlu dijelaskan istilah yang terdapat di dalamnya. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup

selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.6

Suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor

6

(17)

dan konseli atau klien.7 Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8

Dari definisi tersebut diatas, dapat dipahami bahwa bimbingan konseling islam merupakan pemberian bantuan yang diberikan kepada klien untuk memahami dirinya secara maksimal.

2. Terapi Rasional Emotif

Terapi Rasional Emotif adalah Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irrasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional, manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irrasional, individu itu menjadi tidak efektif.

Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang d hadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan induvidu dalam satu kesatua yang berarti; manusia bebas, berfikir,bernafsu, berkehendak9

7

. Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hlm 18.

8

. Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hlm. 4.

9

(18)

Berpikir secara irrasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Rational Emotive Therapy (RET) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri.

Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.10

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa terapi rasional emotif adalah aliran yang lebih menekankan kepada pikiran-pikiran yang rasional dan meminimalisir pikiran-pikiran yang irrasional. Hal itu dimaksudkan untuk membantu mengatasi problem yang dimiliki manusia.

10

(19)

Tujuan dari terapi ini adalah meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk berfikir yang rasional dan dapat merubah tingka lakunya menjadi yang lebih baik, sehingga klien tersebut dapat membantu pembentukan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.

3. Post Power Syndrome

a. Pengertian post power syndrome

Syndrome” memiliki arti kumpulan gejala. Sementara, “Power

adalah kekuasaan. Jadi, terjemahan dari post power syndrome kira-kira adalah gejala-gejala pasca-kekuasaan11. Lebih spesifiknya, Post Power Syndrome merupakan gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil yang bersifat negatif setelah lepas dari kekuasaan.

Post power syndrome merupakan keadaan yang menimbulkan gangguan fisik, sosial dan spiritual pada lanjut usia yaitu saat memasuki masa pensiun sehingga dapat menghambat aktifitas kehidupan sehari-hari. Lanjut usia sangat memerlukan dukungan keluarga dalam menghadapi post power syndrome.12

Turner & Helms menyatakan bahwa penyebab terjadinya post power syndrome dalam kasus kehilangan pekerjaan yakni, kehilangan harga diri, hilangnya jabatan yang menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri, kehilangan fungsi eksekutif yaitu fungsi yang memberikan kebanggaan diri, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok

11

. http//miklotof wordpees.com//post power syndrome//diakses tanggal 12/10/2016 12

(20)

tertentu, kehilangan orientasi kerja, kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.13

b. Penyebab terjadinya Post Power Syndrome

Ada tiga hal utama untuk mengetahui penyebab terjadinya post power syndrome, yaitu:14

1. Sering dilatarbelakangi oleh terputusnya profesi yang telah puluhan tahun didudukinya. Ini bukan saja kerena faktor jasmani, melainkan juga landasan rutin kejiwaan.

2. Dilatarbelakangi oleh kekurangan kharisma. Kharisma di sini adalah yang bersifat jabatan, juga banyak hubungannya dengan kharisma dalam kehidupan masyarakat. Seorang pemimpin tentu bukan saja disegani oleh bawahnya, melainkan juga karena jabatan itu pula ia disegani oleh masyarakat banyak.

3. Dilatarbelakangi penghasilan yang menurun. Karena penghasilan menurun inilah akan memiliki akibat bukan saja pada kesulitan yang dialaminya pada saat itu saja, akan tetapi juga pada kekhawatiran tentang masa depan sehingga akhirnya menimbulkan ketegangan.

c. Gejala-gejala post power syndrome

Sementara itu, untuk mengetahui gejala-gejala yang terlihat pada penderita post power syndrome, akan lebih mudah diketahui ketika individu tersebut berinteraksi dengan orang lain.

13

Hidayati, Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal 32.

14

(21)

1. Gejala fisik. Gejala ini misalnya lebih cepat terlihat tua tampaknya, dibandingkan dengan waktu ia bekerja. Hal ini ditandai dengan kondisi rambutnya yang didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah.

2. Gejala emosi. Hal ini bisa terlihat misalnya seseorang akan cepat tersinggung lalu merasa tidak berharga, ujung-ujungnya ia ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, dan sebagainya. 3. Gejala perilaku. Gejala ini ditandai dengan bersikap malu ketika bertemu

orang lain, bahkan lebih dari itu yakni mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain15.

d. Karakteristik orang yang rentan terkena post power syndrome

Untuk mengetahui orang yang rentan terkena penyakit post power syndrome adalah dapat ditandai dengan 3 hal di bawah ini:

1. Seseorang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain biasanya rentan terkena post power syndrome. Biasanya orang seperti ini ingin permintaannya selalu diturut dan suka dilayani orang lain. Contohnya, ketika orang tersebut memasuki pensiun, jabatan yang ia pegang akan beralih pada orang yang baru, sehingga orang-orang yang selalu melayani permintaannya di tempat ia bekerja pun juga akan beralih pada pemegang jabatan yang baru. Pada saat itulah orang yang rentan tersebut akan sangat terasa sekali bahwa relasi kerjanya mulai acuh pada dirinya.

15

(22)

2. Seseorang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri. Orang seperti ini juga sangat rentan terkena post power syndrome. Contohnya ketika sedang memegang jabatan, dia merasa lebih diakui orang lain. Mereka yang butuh pengakuan dari orang lain ketika pensiun sangat merasakan sekali bahwa ia sudah tidak diakui lagi oleh rekan kerjanya, karena ia sudah tidak memiliki jabatan seperti dulu. Sehingga dia akan merasa bahwa harga dirinya rendah,dan sangat rentan terkena post power syndrome.

3. Orang yang rentan terkena post power syndrome biasanya adalah orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain. Sederhananya, orang semacam ini adalah dia yang menganggap kekuasaan itu segala-segalanya.

F. Metode Penelitian

Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang valid dan benar, maka digunakanlah metode penelitian yang benar secara ilmiah agar mendapatkan hasil data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(23)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.16

Metode Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi17.

Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan18.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian Bimbingan Konseling Islam ini adalah dengan pendekatan Terapi Rasional Emotif dalam rangka Mengatasi Post Power Syndrome Mantan Kepala Desa Rubaru, adalah pendekatan dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan oleh penulis, yaitu:

a. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang berkaitan dengan sasaran penelitian.

16

Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 1 17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD ( Bandung : Alfabeta, CV. Desember 2012) hlm, 9

18

(24)

b. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral (wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun sumber-sumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang tepat untuk dipergunakan yang kemudian dianalisis.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini terletak di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

3. Tahap-tahap penelitian

Tahap peneliti menggambarkan semua perencanaan keseluruhan penelitian, pengumpulan data, analisis data, hingga pelaporan data. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :

a. Tahap Pra Lapangan

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum turun langsung ke lapangan, diantaranya adalah:

1) Membuat proposal penelitian

Dalam proposal ini peneliti pertama kali menyusun latar belakang masalah yang menerangkan bagaimana mengatasi post power syndrome yang dialami mantan Kades dengan Terapi Rasional Emotif di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep, dan membuat rumusan masalah serta marancang metode penelitian yang dapat mengarah pada rumusan masalah tersebut.

(25)

Pada bagian ini peneliti merancang dan melakukan perencanaan apa yang harus peneliti lakukan selama penelitian. Dengan rancangan inilah peneliti bisa mengetahui dan bisa memprediksi kapan peneliti turun ke lapangan, bagaimana peneliti dalam mencari informan, berapa biaya yang dibutuhkan selama penelitian dan apa yang perlu peneliti amati.

b. Tahap lapangan

Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian dengan memahami dan menganalisa data dan mencari informasi faktor-faktor yang mendukung penelitian ini. Pada tahap ini, peneliti melakukan proses penelitian dengan cara wawancara (interview), observasi, dan menelusuri serta mengcopy (menulis kembali) dokumen tertulis atau informasi lain terkait objek yang diteliti19.

4. Jenis dan sumber data

Adapun sumber data yang hendak digali pada penelitian ini ada dua, yaitu:20

a. Data primer

Data primer adalah data utama yang berkaitan langsung dengan “Bimbingan Konseling Islam dalam mengatasi post power syndrome yang

dialami mantan Kades dengan Terapi Rasional Emotif di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Pada bagian ini berisikan keterangan tentang Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi problem karir

19

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 127- 148

20

(26)

yang diterapkan oleh peneliti (selaku konselor) kepada mantan kepala desa bapak Angga (selaku klien) yang didapat dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dianalisis dari pandangan teori konseling.

b. Data skunder

Data yang tidak secara langsung didapat oleh peneliti dari subjek penelitian. Data ini berbentuk data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia, 21 Seperti data yang berhubungan dengan peneliti bersama mantan kepala desa dengan Terapi Rasional Emotif di Desa Rubaru, beserta orang-orang yang ada disekitarnya yang sering berinteraksi dengan beliau, yang bisa di ambil oleh peneliti yaitu istri klien, anak, karabat klien.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah :

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan yang dialami mantan Kades. Langkah kongkritnya peneliti mengamati secara langsung kondisi rumah mantan kepala desa, mengamati kehidupannya, bahkan mengamati ketika berintraksi dengan masyarakat sekitar dan perilaku yang dimunculakn, serta makna kejadian berdasrkan perspektif individu yang terlibat.22.

21

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2005) hal 180

22

(27)

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.23

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu24

Biasanya teknik interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya mendalam. Saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban dan keterangan yang diingikan peneliti.

Adapun langkah kongkritnya meliputi peneliti mewawancai mantan kepala desa selaku fokus bahasan pada penelitian kali ini. Beserta orang-orang yang sering berinteraksi dengan mantan kepala desa.

c. Dokumentasi

Data dokumentasi diperoleh dari dokumen atau catatan sejarah yang dialami mantan Kades. peristiwa lainnya yang berkaitan. Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera,

23

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2005) hal 180

24

(28)

biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.25

6. Teknik Analisa Data

Dalam proses analisis data jelas peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul dalam rangka memperoleh pemahaman komprehensif, 26 yakni dengan mengklasifikasikan data yang diperoleh untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana mengatasi post power syndrome yang dialami mantan Kades dengan Terapi Rasional Emotif di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Selain itu, analisis data ini juga dilakukan dengan cara uji prosentase keberhasilan Bimbingan Konseling Islam.

7. Teknik keabsahan data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah menegecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

25

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D ( Bandung : Alfabeta, CV Desember 2012) hlm, 240

26

(29)

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang mengatasi post power syndrome yang dialami mantan Kades dengan Terapi Rasional Emotif di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Trianggulasi

Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan cara memanfaatkan hal-hal di luar data atau di luar subyek penelitian yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik ini dilakukan dengan cara mencocokkan dan membandingkan data yang diperoleh dengan hal-hal (data) di luar fokus bahasan (tetapi masih terkait), sehingga keabsahan dari data yang didapatkan bertambah valid dan secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Pembahasan

(30)

1. Bagian awal

Bagian awal terdiri dari: judul penelitian (sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan tim penguji, motto, persembahan, pernyataan otentitas skripsi,abstrak, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagian Inti

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian teoritik yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian. Kerangka teoritik ini adalah suatu model konseptual tentang Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi post power syndrome mantan KADES, serta bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penelitian. Di bab ini juga ditulis penelitian terdahulu yang relevan. BAB III : PENYAJIAN DATA

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan deskripsi hasil penelitian..

BAB IV : ANALISA DATA

(31)

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi.

3. Bagian Akhir

(32)

22 BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENGATASI POST POWER SYNDROME

A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling Islam merupakan sebuah akronim dari istilah yang berasal dari Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Istilah bimbingan konseling berasal dari Bahasa Inggris Guidance & Counseling. Kata Guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.27 Di samping itu, guide juga bisa berarti mengarahkan to direct, memandu to pilot, mengelola to manage, menyetir to steer.28

Bimbingan dan Konseling Islam dalam tinjauan terminologis secara sederhana, gabungan dari masing-masing istilah tersebut dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan dan Konseling Islam. Dalam hal ini, Bimbingan dan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat pada tiga dimensi dalam Islam, yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian.

27

H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18.

28

(33)

Di samping itu, istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari Bahasa arab dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.29

Semua term di atas, antara bimbingan, konseling, dan islam jika kita satukan, maka akan menjadi sebuah term Bimbingan dan Konseling Islam.

Banyak para tokoh yang merumuskan dan mendefinisikan tentang Bimbingan Konseling Islam. Para tokoh tersebut berbeda-beda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya.

Berdasarkan beberapa rumusan dari para tokoh yang peneliti ambil dalam berbagai bukunya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah. Pengertian tersebut antara lain

29

(34)

didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M. Arifin,30 Ahmad Mubarok,31 dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki.32

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits.

Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal, maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT. 33

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapatlah dirumuskan sebagai berikut:

Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta; Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5.

32

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam: Penerapan Metode Sufistik (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal.137.

33

(35)

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan Khusus

1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

3. Membantu invidu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dikelompokkan menjadi empat:

a) Fungsi pencegehan (preventif)

Yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

b) Fungsi kuratif atau korektif

Yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

(36)

Yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lebih lama.

d) Fungsi pengembangan (developmental)

Yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.34

e) Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam diantaranya: a. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal, dan

memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali ke fitrahnya).

b. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakkal kepada Allah SWT.

c. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapinya.

34

(37)

d. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

e. Membantu individu mengemangkan kemampuannya mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih berhati-hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.35

4. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam a. Konselor

Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.36 Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2. Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, kreatif, dan ramah.

3. Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian (profesional) serta berwawasan luas dalam bidang konseling.

35

Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: UII Press, 1992), hal. 35-40.

36

(38)

5. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Adapun langkah-langkah dalam Bimbingan dan Konseling Islam, diantaranya adalah:

a. Identifikasi kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pemimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu. b. Diagnosa

Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

c. Prognosa

Langkah prognosa ini untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa. d. Treatmen/Terapi

(39)

e. Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.37

6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam a. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan yang abadi, yang amat baik.

b. Asas Fitrah

Manusia menurut Islam dilahirkan dalam atau membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.

37

(40)

c. Asas lillahi ta’ala

Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan semata-mata karena Allah, konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih. Sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah karena dan untuk mengabdi kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.

d. Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, maka Bimbingan dan Konseling Islam diperlukan selama hayat di kandung badan.

e. Asas kesatuan jasmani dan rohani

(41)

f. Asas keseimbangan ruhaniyah

Rohani manusia memiliki unsur dan daya kemampuan pikir, merasakan atau menghayati dan kehendak hawa nafsu serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisa yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

g. Asas kemaujudan individu

Bimbingan dan Konseling Islam, berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud (Eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari apa yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuannya fundamental potensi rohaniahnya.

h. Asas sosialitas manusia

(42)

i. Asas kekhalifahan manusia

Sebagai Kholifah, manusia harus memelihara keseimbangan, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

j. Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain “hak” alam semesta (hewan dan tumbuhan dan lain

sebagainya) dan juga hak tuhan. k. Asas pembinaan akhlaqul karimah

Bimbingan dan Konseling Islam membantu konseli atau yang di bimbing, memelihara, mengembagkan, menyempurnakan sifat-sifat yang tidak baik tersebut.

l. Asas kasih sayang

(43)

m. Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseling Islam, kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masng-masing sebagai makhluk Allah.

n. Asas musyawarah

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara pembimbing (konselor) dengan yang dibimbing atau konseli terjadi dialog amat baik, satu sama lain tidak saling mendekatkan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

o. Asas keahlian

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan, keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan dan konseling maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan (obyek garapan/materi) bimbinga konseling.38

B. PendekatanTerapi Rasional Emotif

38

(44)

1. Pengertian Terapi Rasional Emotif

Terapi Rasional Emotif adalah terapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri.

2. Tujuan Terapi Rasional Emotif

Tujuan dari terapi ini adalah meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik.39

Selain itu Terapi Rasional Emotif bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, bingung, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah, sebgai akibat berpikir irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan mengembangkan kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri.40

3. Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif

39

Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 238.

40

(45)

1) Teknik-Teknik Kognitif

Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :

(a) Teknik Pengajaran

Dalam Terapi Rasional Emotif, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.

(b) Teknik Persuasif

Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar. (c) Teknik Konfrontasi

Konselor menyerang ketidaklogikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.

(d) Teknik Pemberian Tugas

(46)

merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.41

4. Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif

Ciri-ciri terapi rasional emotif dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Dalam menelusuri masalah klien yang di bantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang di hadapi. konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan di sesuaikan dengan potensi yang dimilikinya. b. Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan di pelihara

hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.

c. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah Cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.

d. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.

41

(47)

e. Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.42

5. Langkah-langkah Terapi Rasional Emotif

a. Konselor berusaha menunjukan bahwa cara berfikir klien haruslogis kemudian membantu bangaimana dan mengapa klien sampai pada capa seperti itu,menunjukka pola hubungan antara pikiran logi dan perasaan yang tidak bahagia dengan gangguan emosi yang di alaminya.

b. Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara fikirnya yang tiak logis,imnilah yang menyebabkan masih adagangguan sebagaimana yang dirasakan.

c. Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis lagi.

d. Konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.43

42

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, cet II (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1985), hal. 89.

43

(48)

C. Post Power Syndrome

1. Pengertian Post Power Syndrome

Arti dari “syndrome” itu adalah kumpulan gejala. “power” adalah

kekuasaan. Jadi, terjemahan dari Post Power Syndrome adalah gejala-gejala pasca kekuasaan.Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, sekitika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negative, itulah yang diartikan Post Power Syndrome.

Post Power Syndrome adalah gejala yang terjadi dimana “penderita” hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (entah jabatannya atau karirnya, kecerdasannya, kepemimpinanya dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Post Power Syndrome adalah gejala sindrom yang cukup popular dikalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah lanjut usia dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi ditempat kerjanya. Post Power Syndrome merupakan salah satu gangguan keseimbangan mental ringan akibat dari reaksi dalam bentuk dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu telah pension dan tidak memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi.

(49)

perilaku individu yang disebabkan oleh tekanan psikososial sebagai akibat dari hilangnya kekuasaan atau kerjaan.44

Post Power Syndrome merupakan gejala kejiwaan yang terjadi pada seseorang dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya baik karena karir, kecantikan, ketampanan, kecerdasannya, atau hal yang lain. Dalam hal ini yang bersangkutan tidak mampu menerima realita. Penderita selalu ingin mengungkapkan betapa bangga ia akan masa lalunya dan beranggapan bahwa dirinya masih merasa dapat memberi kontribusi yang signifikan. Ia tidak menyadari kenyataan bahwa keadaanya sudah berbeda, tenaga dan daya ingat berkurang, semakin rapuh, lekas capek, sehingga tidak lagi produktif dan buah pikiran maupun kegiatan sudah tidak sesuai dengan situasi yang berkembang.45

Post Power Syndrome sebagai kumpulan gejala atau tanda yang sering terjadi dimana disebabkan tidak siapnya seseorang atas terjadinya sebuah perubahan, semangatnya menguncup menghadapi segala kondisi yang serba terbatas, khususnya bagi orang-orang yang bermental lemah dan belum siap menerima pension. Lalu, muncul perasaan sedih, takut,cemas,tidak berguna, putus asa, bingung dan semua itu menganggu fungsi-fungsi kejiwaan.

44

S.Supeno. Realita Post Power Syndrom Pada Keluarga: Kelanggengan Usia Lanjut, (Jakarta: Fakultas Kedokteran UI,1991), hlm 64

45

(50)

Prawita Sari menambahkan Post Power Syndrome biasanya dialami oleh pejabat-pejabat pemerintah,46 lebih lanjut Haditono berpendapat bahwa umumnya indiviidu yang mengalami Post Power Syndrome adalah pejabat-pejabat yang memiliki kekuasaan yang berlebih yang bisa disanjung oleh anak buah atau orang lain yang mempunyai kepentingan dengannya.47

2. Ciri-Ciri Post Power Syndrome

Post Power Syndrome mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Orang yang senang dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.

b. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, sehingga jika individu tersebut memiliki jabatan dia merasa diakui oleh orang lain.

c. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestasi jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilah orang yang menganngap kekuasaan itu segala-galanya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Post Power Syndrome adalah gejala ketidakstabilan psikis seseorang yang muncul pada dirinya setelah hilangnya jabatan atau kekuasaan.Gangguan ini terjadi pada orang yang merasa diirnya sudah tidak dianggap dan tidak dihormati lagi.

46

Prawitasari JE. Mengelola stress Pada Masa Pensiun, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1989), hlm 3 50

47

(51)

3. Gejala-gejala Post Power Syndrome

Gejala-gejala Post Power Syndrome menurut Elia akan dirasakan individu dengan meliputi beberapa gejala, diantaranya:

1. Gejala fisik

missal bagi orang-orang yang menderita Post Power Syndrome biasanya tampak menjadi jauh lebih cepat tua dibandingkan pada waktu dia masih menjabat. Tanpa diduga tiba-tiba rambutnya menjadi putih, berkeriput, menjadi pemurung dan mungkin sakit-sakitan. 2. Gejala emosi

misalnya cepat mudah tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi dan lain-lain.

3. Gejala perilaku,

Missal malu bertemu dengan orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik dirumah atau tempat lain.48

Menurut Supeno individu yang mengalami Post Power Syndrome menunjukkan adanya gangguan baik sikap maupun perilaku. Gaya sikap atau perilaku merupakan manifestasi dari gangguan sikap dan perilaku tersebut adalah:

1. Usia.

48 Elia, “post power syndrome”, publish tahun 2003, lihat dalam http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel079, diakses tanggal 12/10/2016

(52)

Usia memang menjadi factor penentu dalam mengalami gejala Post Power Syndrome, karena ketika usia semakin lanjut, maka pola piker dan perilaku pun akan semakin menurun.

2. Kesehatan.

Jelas sekali kesehatan akan mempengaruhi gejala Post Power Syndrome pada diri seseorang. Semakin tua seseorang, maka gejala kesehatan yang menurun pun akan terlihat.

3. Status social sebelum pensiun.

Biasanya orang yang menderita gejala Post Power Syndrome mengalami depresi yang cukup akut, karena dalam status social mereka akan terpengaruh, sebagaimana menjadi orang biasa lagi.49 Berdasarkan pada faktor-faktor tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang mempengaruhi Post Power Syndrome itu adalah faktor kepuasan kerja dan pekerjaan, usia, kesehatan, dan status social dimasyarakat sebelum pension.

4. Kiat Menghadapi Post Power Syndrome

Tidak sedikit orang yang gagal menghadapi masa pensiun itu dengan mengalami penyesesalan yang berkepanjangan.Hari-hari tuanya hanya didisi dengan fantasi saat Berjaya dulu.Tidak mustahil mereka bisa gila. Berikut akan penulis paparkan:

a. Niatkan segala pekerjaan karena Allah semata, pekerjaan yang dilakukan karena Allah tidak akan pernah menjemukan. Rasulullah

49

(53)

bersabda, yang artinya: “sesungguhnya amal itu sesuai dengan niat dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya”

(HR. Bukhori Muslim).

b. Buanglah penyakit hati dengan memperkuat benteng keimanan dan ketaqwaan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dan memperbanyak shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan mengingat hari akhir.

c. Mengurangi segala tekanan dengan sesekali menganggap rutinitas dan tugas-tugas sebagai hobi dan kebutuhan bukan sebagai kewajiban. 4. Sebenarnya jika kita menghadapi kekuasaan dan jabatan ini sebagai

barang titipan, dan bersiap jika harus melepaskannya, maka kita tidak akan mungkin merasa kehilangannya. Kalau kita sedang menjabat atau berkuasa, kita jangan merasa berkuasa dan jangan terlalu mengekang jabatan itu, karena semua yang datang pada kita hanya titipan. Jadi dalam hidup, kita harus melihat kedepan, ke atas, kebawah, dan kebelakang. Jadi kalau memang masa tugas kita habis, tidak perlu kaget lagi.

(54)

6. Belajar dari pengalaman orang lain50

7. Menyelingi rutinitas dengan kegiatan kecil yang tidak mendominasi tanggung jawab utama.

8. Tumbuhkan dan tingkatkan kesadaran bahwa segala pekerjaan merupakan ibadah.

5. Post Power Syndrome Merupakan masalah Bimbingan dan Konseling Islam

Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari permasalahan yangmembebaninya.Seperti halnya masalah Post Power Syndrome.Bimbingan konseling Islam merupakan proses pemberian vidu yang mengalami masalah. Adapun masalah-masalah yang ditangani dalam bidang konseling yakni: masalah psikologis yang ringan seperti: ketidak stabilan emosional, ketidakmatangan, ketidak mampuan mengontrol diri, dan perasaan ego negatif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari baik itu masalah rumah tangga, pekerjaan atau jabatan, problem karena ketegangan jiwa atau syaraf, problem tingkah laku sosial, problem karena masalah alkoholisme, ataupun dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara khusus memerlukan bantuan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa Post Power Syndrome merupakan masalah dalam bimbingan konseling islam. Karena Post Power Syndrome merupakan gangguan psikologis kehilangan pamor. Ketakutan akan kehilangan pamor ini merupakan salah satu penyebab

50

(55)

terjadinya Post Power Syndrome.namun jika aplikasi dari permasalahan tersebut menyimpang maka perlu penanganan terutama bagi individu yang mengalami post power syndrom. Dengan adanya permasalahan tersebut maka peneliti perlu untuk membantu klien dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan bimbingan konseling Islam diharapkan klien terlepas dari gangguan psikologis kehilangan pamor atau post power syndrom, sehingga mampu menjalani hidup dengan bahagia tanpa rasa takut tidak dihargai dan dilupakan orang setelah tidak berkuasa.

6. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Post Power Syndrom

Setiap individu pada dasarnya membutuhkan bimbingan, karena dengan adanya bimbingan akan mencegah individu untuk melakukan hal-hal yang merugikan dirinya. Melihat permasalahan yang dialami oleh klien mengenai Post Power Syndrome yang dialaminya. Maka perlu adanya bimbingan konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi masalah tersebut.

D.Penelitian Terdahulu yang Relevan

(56)

1. Post Power Syndrome pada pensiunan Pegawai Negeri Sipil ( studi kasus dua pensiunan guru MAN Pacitan.

Oleh : Hamdan Rozak Al Faruk Nim : 09220017

Jurusan : BKI ( UIN Sunan Kalijaga )

Persamaan : Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti mengenai masalah Post Power Syndrome

Perbedaan : perbedaannya adalah penelitian ini mengatasi masalah Post Power Syndrome terhadap seorang pensiunan terhadap guru. Sedangkan yang peneliti gunakan kepada seorang mantan kepala desa yang punya masalah post power Synsrome.

2. Pengaruh Optimisme Menghadapi Masa Pensiun Terhadap Post Power Syndrom pada Anggota Badan Pembina Pensiunan Pegawai (BP3) Pelindo Semarang.

Oleh : Fandy Achmad Y NIM: 1550407050

Jurusan: Psikologi ( Universitas Negeri Semarang)

Persamaan: Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama mengenai fenomena gejala-gejala Post Power Syndrome.

(57)

kepala desa. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelational, yang dianalisis menggunakan korelasi product moment. Sedangkan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus, dan dianalisis menggunakan deskriptif komparatif.

3. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Gestalt dalam Menangani Post Power Syndrome Seorang pensiunan Tentara di Kelurahan Kemasan Krian Sidoarjo

Program studi: Bimbingan Konseling Islam

Fakultas: Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Persamaan: persamaanya penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama mengenai Post Power Syndrome

Perbedaan: Perbedaan Penelitian ini adalah menangani Post Power Syndrome pada seorang pensiunan tentara sedangkan peneliti dilakukan masalah Post Power Syndrome terhadap seorang mantan kepala desa.

4. Gambaran Post Power Syndrome pada pensiun TNI-AD Batalyon Zeni Tempur 9 Ujung Barung Bandung

Oleh: Muhammad Sidhy Putranto Jurusan: Psikoligi

Fakultas: Psikologi (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati)

(58)
(59)

49 BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Letak Lokasi Desa Rubaru

Wilayah Desa Rubaru merupakan salah satu desa di Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep yang mempunyai luas 5,37 km² persegi. Desa Rubaru terletak di tengah-tengah kecamatan Rubaru dan perbatasan dengan desa-desa yang lain.51 Adapun batasan-batasan tersebut adalah:

a. Sebelah utara: Desa Sugihan b. Sebelah timur: Desa Kalebengan c. Sebelah selatan: Desa Karangnangka d. Sebelah barat: Desa Duko

2. Jumlah Penduduk Desa Rubaru

Berdasarkan data Kepala Desa Rubaru, jumlah penduduknya sebanyak 2.084 jiwa, yang didominasi oleh penduduk perempuan dengan jumlah 1.172 jiwa, sementara laki-laki berjumlah 912 jiwa. Lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Desa Rubaru

NO DUSUN

JUMLAH

PENDUDUK JUMLAH

L P

1 Barak saba 220 320 540

2 Temur saba 185 235 420

3 Galagas 148 208 356

51

(60)

4 Kombira 359 409 768

52

Jumlah 912 1172 2084

Sumber: Dokumen Kantor Desa Rubaru Tahun 2016 3. Ketinggian Wilayah Desa Rubaru

Desa Rubaru Kecamatan Rubaru terletak pada ketinggian 90 m dari kedalaman laut. Jadi Desa Rubaru ini merupakan daratan rendah.

4. Sumber Daya Air

Wilyah desa Rubaru pada umumnya menggunakan pola pengairan dengan aliran air yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun kebutuhan aliran air yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Rubaru adalah sebagai berikut:

a. Untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat desa Rubaru menggunakan pola pengairan dengan air bor dan air sumur yang telah direnovasi dengan batu yang dilapisi semen. Ini digunakan untuk kebutuhan minum dan mandi.

b. Untuk pengairan pertanian masyarakat desa Rubaru

Masyarakat desa Rubaru menggunakan aliran air sungai dan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan pertanian seperti penyiraman tembakau dan juga pengairan tanaman jagung, padi dan lain-lain.

5. Kondisi Keagamaan

Di Desa Rubaru seluruh masyarakatnya memeluk agama Islam dari dulu sampai sekarang (2016), belum ada masyarakat desa Rubaru yang memeluk agama selain Islam. Hal itu semua terjadi karena adanya faktor keturunan yang

(61)

mempengaruhi akan timbulnya sebuah keyakinan dalam diri masyarakat Desa Rubaru tersebut.

6. Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep termasuk salah satu desa yang sangat subur, sehingga petani dapat menikmati hasil pertanian tiga kali panen dalam satu tahun. Tiga kali panen tersebut terdiri dari berbagai tanaman yaitu tanaman padi, tembakau, jagung dan lain sebagainya.

Tanah di desa Rubaru dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu: a. Tanah Sawah, yaitu tanah yang bisa terkena saluran air (irigasi) seperti

sawah irigasi teknis dan sawah tanah hijau.

b. Tanah kering, yaitu tanah yang tidak pernah tergenang air seperti tanah tegal dan tanah pemukiman.

7. Sarana dan Prasarana a. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang ada di desa Rubaru adalah sebagai berikut: Tabel 3.2

Desa Rubaru Menurut Prasarana Pendidikan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH

01 Taman Kanak-Kanak (TK) 3

02 Raudhatul Athfal (RA) 1

03 Sekolah Dasar (SD) 2

04 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1

05 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1

06 Madrasah Aliyah (MA) 1

07 Madrasah Diniyah 4

08 Pondok Pesantren (PP) 1

Jumlah 14

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Rubaru
Tabel 3.2 Desa Rubaru Menurut Prasarana Pendidikan
Tabel 3.3 Sarana Tempat Ibadah di Desa Rubaru
Tabel 3.6 Desa Rubaru Menurut Prasarana Pemerintah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai e-learning..

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan dan usia secara bersama-sama terhadap

Semakin halus dan seragam ukuran tepung, proses gelatinisasi terjadi dalam waktu yang hampir EHUVDPDDQ VHKLQJJD YLVNRVLWDV PDNVLPXP tepung dengan ukuran lebih

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat religiusitas siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang (2) Untuk mengetahui kesejahteraan psikologis (psychological

Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Oleh itu, kajian ini telah mengambil inisiatif untuk membantu para pelajar dengan membangunkan sebuah modul dengan mengintegrasikan kecerdasan spiritual dan

Proses yang diterapkan pada pengolahan yang limbah di IPAL gedung Ariobimo ini sudah cukup lengkap dan dari segi waktu tinggal juga sudah mencukupi, tetapi hasil dari