• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis istisna' terhadap penerapan tawar ganti rugi secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis istisna' terhadap penerapan tawar ganti rugi secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISTIS{NA<

TERHADAP PENETAPAN TAWAR

MENAWAR GANTI RUGI SECARA SEPIHAK OLEH

DEVELOPER

PT. SAMI KARYA DI PERUMAHAN

GRAHA SAMUDRA KAB. LAMONGAN

Skripsi

Oleh: Intan Mahdia Izzati

NIM. C72213132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Analisis Istis}na>’

Terhadap Penetapan Tawar Menawar Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer

PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan? (2) Bagaimana analisis Istis}na>’ terhadap penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra?.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara (interview) dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif dalam menjabarkan data tentang analisis Istis}na>’ terhadap penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak yang dilakukan oleh

developer PT. Sami Karya. Selanjutnya data tersebut dianalisis dari prespektif hukum Islam dengan teknik kualitatif dalam pola pikir deduktif, yaitu dengan meletakkan norma hukum Istis}na>’ sebagai rujukan dalam menilai fakta-fakta khusus mengenai penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh

developer PT. Sami Karya.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer terjadi atas kelalaian developer akibat keterlambatan penyelesaian pembangunan rumah. Pada prosesnya ganti rugi yang diajukan oleh pemesan (konsumen) sebelumnya yakni pengembalian uang muka (down payment) dan otomatis membatalkan perjanjian tidak dapat dipenuhi oleh

developer, sehingga pilihan kedua jatuh kepada penambahan waktu untuk menyelesaikan pembangunan rumah dan membayar denda. Namun, pilihan yang dijatuhkan oleh developer harus dipenuhi oleh pemesan (konsumen) agar sama-sama tidak ada pihak yang dirugikan, karenanya pihak konsumen terpaksa mengikuti kemauan developer tersebut. Menurut analisis istis}na>’, praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer tidak sesuai dengan beberapa syarat istis}na>’ yakni dalam hal setelah perjanjian disepakati maka tidak ada kata tawar menawar dan pemesan (konsumen) memiliki hak pilihan untuk melanjutkan atau membatalkan pejanjian. Pada praktiknya,

developer menawar ganti rugi secara sepihak agar pemesan (konsumen) menerima apa yang dipilih oleh developer dengan meminta tambahan waktu juga pembayaran denda tiap harinya sampai pembangunan rumah selesai. Pada prosesnya juga pemesan (konsumen) tidak bisa merasakan hak pilihnya untuk membatalkan perjanjian tersebut.

Dari kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan bagi pihak developer,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G.Definisi Operasional ... 11

H.Metode Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KONSEP ISTIS{NA<’ DALAM ISLAM A.Unsur-Unsur Istis}na>’ ... 18

1. Pengertian Istis}na>’ ... 18

2. Landasan Hukum Istis}na>’ ... 21

(8)

4. Sifat Akad Istis}na>’ ... 24

5. Perbandingan Antara Sala>m dan Istis}na>’ ... 25

B. Uang Muka/Down Payment (Urbu>n)... 26

C. Wanprestasi dan Ganti Rugi ... 28

1. Wanprestasi ... 28

2. Ganti Rugi ... 30

BAB III PRAKTIK PENETAPAN TAWAR MENAWAR GANTI RUGI SECARA SEPIHAK OLEH DEVELOPER PT. SAMI KARYA DI PERUMAHAN GRAHA SAMUDRA KAB. LAMONGAN A.Gambaran PT. Sami Karya ... 34

1. Profil dan Legalitas PT. Sami Karya ... 34

2. Produk ... 35

B.Perjanjian Pembelian Rumah dan Praktik Penetapan Ganti Rugi Oleh Developer ... 39

1. Perjanjian Pembelian Rumah Melalui Developer PT. Sami Karya ... 39

2. Praktik Penetapan Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer ... 47

BAB IV ANALISIS ISTIS{NA<’ TERHADAP PENETAPAN TAWAR MENAWAR GANTI RUGI SECARA SEPIHAK OLEH DEVELOPER PT. SAMI KARYA DI PERUMAHAN GRAHA SAMUDRA KAB. LAMONGAN A.Analisis Terhadap Praktik Penetapan Tawar Menawar Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer ... 54

B.Analisis Istis}na>’ Terhadap Praktik Penetapan Tawar Menawar Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer ... 63

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 68

(9)

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan perumahan dewasa ini meningkat dengan pesat. Hal

tersebut disebabkan karena tuntutan yang sangat tinggi dan mendesak akan

kebutuhan perumahan sebagai tempat tinggal. Perumahan merupakan salah

satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam

peningkatan harkat dan martabat manusia. Ini merupakan persoalan yang

sangat dominan dalam kelangsungan hidup manusia untuk menjalankan segala

aktivitasnya.

Dalam memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan, pasti

memerlukan pihak lain untuk membuatkannya. Hal seperti itu dapat dilakukan

melalui jual beli Istis}na>’, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang

disepakati antara pemesan (pembeli/musta}ni’) dan penjual (pembuat/s}ani’).1

Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran; apakah

pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai

suatu waktu pada masa yang akan datang.2

Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282

!ﻩ#ﻮ!ﺒ!ﺘﹾﻛﺎﹶﻓ

ﻰ"ﻤ$ﺴ&ﻣ

ﹴﻞ#ﺟﹶﺃ

ﻰﹶﻟﹺﺇ

ﹴﻦ#ﻳ%ﺪﹺﺑ

!ﻢ#ﺘ!ﻨ&ﻳﺍ&ﺪ&ﺗ

ﺍﹶﺫﹺﺇ

ﺍ"ﻮ$ﻨ&ﻣﺍَﺀ

!ﻦ#ﻳ%ﺬﱠﻟﺍﺎ!ﻬ,ﻳﹶﺄ!ﻳ

1 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 06/DSN-MUI/VI/2000 tentang Jual Beli Istis}na>’

2 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,

(11)

2

“Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu bermuamalah tidak secara tunai

sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…” (QS. Al-Baqarah [2]: 282).3

Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1

!ﺩ#ﻮﹸﻘ'ﻌﹾﻟﺎﹺﺑ

ﺍ"ﻮﹸﻓ"ﻭﹶﺃ

ﺍ"ﻮ$ﻨ&ﻣﺁ

!ﻦ#ﻳ%ﺬﱠﻟﺍﺎ!ﻬ,ﻳﹶﺄ!ﻳ

“Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. Al-Maidah [5]: 1).4

Pembuatan rumah dalam lingkup perumahan tidak luput dari

pihak-pihak yang berkaitan dengan perumahan tersebut. Pihak-pihak-pihak tersebut

diantaranya developer atau pengembang dan pemesan atau konsumen. Dalam

perkembangannya, developer atau pengembang melakukan penambahan

beberapa sistem pembayaran yakni dikelola sendiri maupun melakukan

kerjasama dengan pihak bank terkait. Produk KPR (Kredit Pemilikan Rumah)

yang ditawarkan oleh bank konvensional maupun bank syariah.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen disebutkan bahwa developer atau pelaku usaha adalah setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri

maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha

dalam bidang ekonomi.5 Pelaku usaha memiliki kewajiban memberikan

informasi yang benar, jelas, dan jujur, karena ketiadaan informasi yang tidak

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,

2004), 48.

4 Ibid, 106.

(12)

3

memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu cacat produk (cacat

informasi), yang akan sangat merugikan konsumen.6

Pemesanan unit rumah di perumahan yang dikelola sendiri oleh

developer juga tidak lepas dari masalah-masalah seperti adanya suatu

penyimpangan dari salah satu pihak, developer maupun pemesan. Hal tersebut

dikarenakan adanya iktikad buruk dari awal perjanjian yang berujung pada

ingkar janji terhadap kewajiban yang telah tertuang dalam kontrak.

Dalam isi perjanjian biasanya dituangkan akibat apabila salah satu pihak

terbukti melakukan pelanggaran atau tidak memenuhi kewajiban dalam

kontrak, salah satunya adalah ganti rugi. Besaran ganti rugi sebelumnya telah

disepakati para pihak yang bersangkutan. Ganti rugi terdiri atas beberapa

jenis, yaitu:7

a. Ganti rugi biaya;

b. Ganti rugi bunga;

c. Ganti rugi denda;

d. Ganti rugi harta kekayaan melalui penyitaan;

e. Ganti rugi ongkos perkara.

Seperti yang terjadi pada salah satu perumahan di Lamongan tepatnya di

Perumahan Graha Samudra. Dalam pemesanan rumah di Perumahan Graha

Samudra antara pihak developer dengan konsumen, terdapat perjanjian yang

mengikat di dalamnya. Diantaranya identitas masing-masing pihak, tujuan,

bentuk pekerjaan meliputi perencanaan dan pembangunan, system pekerjaan,

6 Elia Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 58.

7 Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan: Dilengkapi Hukum Perikatan Dalam Islam

(13)

4

biaya, system pembayaran yang termasuk di dalamnya uang Tanda Jadi

(booking fee); Uang Muka (down payment); tahap-tahap pembayaran

(cicilan), jangka waktu pengerjaan, masa pemeliharaan, juga pembebanan

denda kepada pihak developer apabila terjadi keterlambatan pengerjaan

pembangunan dari waktu yang telah ditentukan.

Beberapa poin yang tertuang dalam perjanjian diantaranya dikatakan

bahwa harga rumah tipe 36/72 sebesar Rp 145.000.000,00 (seratus empat

puluh lima juta rupiah). Pengerjaan pembangunan rumah disebutkan bahwa

akan diselesaikan pada kurun waktu 24 (dua puluh empat) bulan terhitung

setelah kontrak ditandatangani. Dalam perjanjian juga disebutkan bahwa

apabila pihak developer tidak menyelesaikan pembangunan rumah tepat

waktu, maka developer harus membayar ganti rugi berupa pengembalian Uang

Muka (down payment) atau membayar denda sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh

lima ribu rupiah) per hari dengan tambahan waktu sampai pembangunan

rumah selesai.

Namun ketika ganti rugi diajukan oleh konsumen, pihak developer tidak

mengembalikan Uang Muka (down payment) dan mengambil keputusan

sepihak dengan langsung mengajukan pilihan untuk meminta perpanjangan

waktu penyelesaian pembangunan rumah selama 5 (lima) bulan dan membayar

denda sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) per harinya.8

Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Analisis Istis}na>’ Terhadap

(14)

5

Penetapan Tawar Menawar Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer PT.

Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan.”

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan dapat

muncul dalam penelitian ini. Di antaranya yaitu:

1. Hubungan akad Istis}na>’ dengan praktik penetapan tawar menawar ganti

rugi secara sepihak oleh developer di Perumahan Graha Samudra

2. Praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer

di Perumahan Graha Samudra

3. Perjanjian antara developer dan pemesan (konsumen)

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, kiranya perlu penulis

membatasi pembahasan mengenai masalah dalam penelitian ini agar penulisan

penelitian ini lebih terarah pada ruang lingkupnya dan permasalahannya.

1. Praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh developer

di Perumahan Graha Samudra

2. Anailisis Istis}na>’ terhadap penetapan tawar menawar ganti rugi secara

(15)

6

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah yang meliputi hal-hal tersebut adalah:

1. Bagaimana praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak

oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab.

Lamongan?

2. Bagaimana analisis Istis}na>’ terhadap penetapan tawar menawar ganti rugi

secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha

Samudra?

D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran tentang

topik yang diteliti oleh peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan

atau duplikasi dari kajian peneliti atau yang telah ada.9

1. Skripsi yang ditulis oleh Erdi Marduwira pada tahun 2010, Jurusan

Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Akad Istis}na>’ Dalam Pembiayaan

Rumah Pada Bank Syariah Mandiri (Studi Kasus Pada Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Cinere)”. Pada skripsi tersebut

menjelaskan tentang produk pembiayaan bangun rumah yang dilakukan

oleh Bank Syariah Mandiri menggunakan akad Istis}na>’ paralel. Pembiayaan

bangun rumah bagi calon nasabah yang melakukan pembelian secara indent

9 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknik

(16)

7

di lingkungan developer dalam bentuk tanah kavling. Konsumen dan bank

lalu membuat kesepakatan serah-terima rumah, harga jual, dan mekanisme

pembayarannya. Oleh karena bank bukan merupakan perusahaan

pengembang, maka bank akan memesan lagi ke pengembang agar

dibuatkan rumah yang sama yang dipesan oleh konsumen. Namun pada

implementasinya, terkadang Bank Syariah Mandiri mengalami pembiayaan

bermasalah. Hal ini disebabkan oleh karakter nasabah dalam situasi dan

kondisi yang berubah-ubah. Bank Syariah Mandiri melakukan upaya

penyelesaian atas pembiayaan rumah bermasalah dan restrukturisasi (upaya

perbaikan), selain itu Bank Syariah Mandiri juga melakukan rescheduling

(penjadwalan ulang) dengan melakukan pembinaan serta yang terakhir

yaitu mengeksekusi jaminan, apabila masih terjadi perselisihan atau

sengketa antara kedua belah pihak maka hendaknya merujuk atau

menyelesaikannya melalui BASYARNAS. Upaya-upaya ini dinilai efektif

oleh pihak Bank Syariah Mandiri.10

2. Skripsi yang ditulis oleh Dwi Damayanti pada tahun 2004, Fakultas

Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Studi Analisis

Tentang Ketentuan Ganti Rugi Dalam Perjanjian Jual Beli Barang Karena

Wanprestasi Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam.” Pada skripsi

tersebut menyimpulkan bahwa ketentuan ganti rugi dalam perjanjian jual

beli barang karena wanprestasi menurut hukum Perdata dan hukum Islam

10 Erdi Marduwira, “Akad Istis}na>’ Dalam Pembiayaan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri (Studi

(17)

8

terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya mengenai

diperbolehkannya seorang penjual atau pembeli yang berkedudukan sebagai

kreditur (Pasal 1246) dan ia telah dirugikan oleh pihak lain, menuntut

penggantian kerugian berupa biaya, rugi dan bunga atas rugi yang telah

dideritanya. Sedangkan perbedaan mengenai ketentuan ganti rugi dalam

perjanjian jual beli barang karena wanprestasi terletak pada ketentuan ganti

rugi yang berupa biaya, rugi dan bunga, dalam hukum Perdata (Pasal 1246

KUHPerdata) kewajiban membayar ganti rugi tersebut terdiri dari biaya,

rugi dan bunga, dan pembayaran tersebut berupa sejumlah uang (Pasal 1250

KUHPerdata) dan Islam tidak memperkenankan segala macam transaksi

yang memakai sistem bunga, sehingga di dalamnya terdapat unsur riba.

Yaitu tambahan atas modal dan tambahan tersebut berdasarkan tempo atau

waktu (dalam hukum Perdata 6% setahun).11

3. Skripsi yang ditulis oleh Eva Nur Aini pada tahun 2015, Jurusan Hukum

Perdata Islam, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel yang

berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi

Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank

Tabungan Negara (PERSERO) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya.”

Skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksnaan penyelesaian wanprestasi

dalam perjanjian KPR Platinum iB yang menggunakan akad mura>bah}ah di

BTN Syariah Surabaya telah menetapkan cara yang sesuai dengan

11 Dwi Damayanti, “Studi Analisis Tentang Ketentuan Ganti Rugi Dalam Perjanjian Jual Beli

(18)

9

pedoman yang ada dalam fatwa DSN bahwa sistem pembayaran dalam

akad mura>bah}ah pada LKS pada umumnya dilakukan secara cicilan dalam

kurun waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah. Namun

apabila nasabah melakukan tindakan wanprestasi, maka BTN Syariah

Surabaya menggunakan rescheduling untuk nasabah yang masih beri’tikad

baik yang sesuai dengan fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005. Namun

pada rescheduling yang dilakukan oleh BTN Syariah Surabaya memberikan

denda terhadap nasabah tersebut. Denda yang dimaksud yaitu biaya

tambahan untuk nasabah, karena bank menggunakannya untuk biaya

administrasi. Tetapi jika nasabah tidak mempunyai I’tikad baik untuk

mengangsur sisa utang yang dimiliki nasabah, maka bank akan melakukan

tindakan eksekusi terhadap nasabah tersebut. Dengan produser yang telah

ditetapkan oleh BTN Syariah Surabaya. Melakukan tindakan rescheduling

terhadap nasabah wanprestasi harus sesuai dengan ketentuan fatwa DSN

yang tidak memberikan biaya tambahan, tetapi jika tambahan tersebut

berupa denda yang menyangkut tentang pengurusan administrasi ulang, itu

akibat dari kelalaian nasabah dalam mengangsur.12

Dari uraian kajian yang telah ditulis di atas, perbedaan antara ketiga

sumber kajian dengan skripsi yang akan penulis bahas adalah pemesanan

rumah oleh konsumen dilakukan langsung ke developer terkait, tidak melalui

bank, selain itu dalam penetapan ganti rugi terdapat tawar menawar yang

12 Eva Nur Aini, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian

(19)

10

dilakukan secara sepihak oleh pihak developer. Penulis mencoba mengkaji

tentang “ Analisis Istis}na>’ Terhadap Penetapan Tawar Menawar Ganti Rugi

Secara Sepihak Oleh Developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha

Samudra Kab. Lamongan.”

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara

sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra.

2. Untuk mengetahui analisis Istis}na>’ terhadap penetapan tawar menawar

ganti rugi secara sepihak oleh developer PT. Sami Karya di Perumahan

Graha Samudra Kab. Lamongan.

F.Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian di atas, semoga dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara teoritis

Untuk menambah khazanah pengetahuan khususnya yang berkaitan

dengan perlakuan penetapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak

ditinjau dengan akad Istis}na>’, sehingga dapat dijadikan informasi atau

(20)

11

2. Secara praktis

Diharapkan hasil dari skripsi ini sebagai bahan masukan sekaligus

sumbangsih kepada para pemikir hukum Islam untuk dijadikan sebagai

salah satu metode ijthad terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul di

permukaan yang belum diketahui status hukumnya. Diharapkan pula ada

pembenahan dalam penetapan ganti rugi yang dilakukan secara sepihak,

sehingga tidak terjadi lagi kejadian seperti ini di masa mendatang.

G.Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah yang

terkandung dalam penelitian yang berjudul “Analisis Istis}na>’ Terhadap

Penerapan Tawar Menawar Ganti Rugi Secara Sepihak Oleh Developer PT.

Sami Karya di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan” maka perlu

dijelaskan makna dari setiap istilah tersebut yakni sebagai berikut:

1. Istis}na>’ : Jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang

disepakati antara pihak pemesan dan pihak

penjual.13

2. Ganti Rugi : sesuatu yang harus dipenuhi oleh salah satu pihak

karena telah melakukan wanprestasi.14

13 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), Cet.

Ke 2, 124.

(21)

12

3. Developer : Suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang

pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam

jumlah yang besar, di atas suatu areal tanah yang

akan merupakan suatu kesatuan lingkungan

pemukiman, yang dilengkapi dengan

prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial

yang diperlukan oleh masyarakat yang

menghuninya.15

H.Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yakni penelitian yang tidak menggunakan angka dalam

mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.16

1. Data yang Dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian

ini data yang dikumpulkan sebagai berikut:

a. Data mengenai praktik penetapan ganti rugi oleh developer di

Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan

b. Data mengenai praktik penetapan tawar menawar ganti rugi secara

sepihak oleh developer di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan

15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan

Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan, Pasal 5, 3.

16 Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

(22)

13

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari masyarakat baik melalui wawancara, dokumentasi dan/atau sumber

data primer lainnya.17 Data ini diperoleh peneliti dari hasil wawancara

dan terjun ke lapangan dengan para pihak yang tinggal di Perumahan

Graha Samudra. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah:

1) Pihak manajemen PT. Sami Karya di Lamongan

2) Konsumen yang tinggal di Perumahan Graha Samudra

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang telah melakukan penelitian dari sumber-sumber yang

telah ada baik perpustakaan atau dari laporan-laporan terdahulu.18

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur

yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi dan

memperkuat serta memberikan penjelasan mengenai sumber-sumber

data primer.19 Sumber data yang digunakan diantaranya yaitu:

1) Profil PT. Sami Karya

2) Produk PT. Sami Karya

3) Wahbah} Al-Zuh}ailiy, al-Fiqh al-Isla>miy wa Adillatuh

17 Joko Subagyo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006, 87. 18 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 94.

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.

(23)

14

4) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah

5) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, 2013

6) Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, 2013

7) Beberapa bahan pustaka lain yang berhubungan atau mendeskripsikan

landasan teori.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik:

a. Wawancara (Interview), yakni teknik pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung kepada pihak yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas.20 Dalam hal ini, wawancara langsung dilakukan

dengan pihak manajemen PT. Sami Karya di Lamongan dan warga

Perumahan Graha Samudra.

b. Dokumentasi merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan data dengan

mencari dokumen. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah

berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.21 Dalam hal ini peneliti mencari dokumen

terkait penetapan ganti rugi berupa perjanjian antara developer dengan

pemesan (konsumen).

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data secara

kualitatif dengan tahapan sebagai berikut:

(24)

15

a. Editing, ialah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digunakan untuk

pemeriksaan kembali data-data yang telah diperoleh.

b. Organizing, yaitu menyusun data-data hasil editing sedemikian rupa

sehingga menghasilkan data yang baik dan mudah dipahami.

c. Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.22

5. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis data deskriptif dalam menjabarkan data-data tentang perjanjian dan

praktiknya mengenai penetapan ganti rugi antara developer dengan

pemesan (konsumen) di Perumahan Graha Samudra Kab. Lamongan.

Kemudian untuk tinjauan hukum Islam-nya menggunakan analisis

kualitatif dengan menggunakan pola pikir deduktif dengan meletakkan

norma hukum Islam sebagai acuan dalam menilai fakta-fakta khusus yang

berkenaan dengan perjanjian dan praktik penetapan ganti rugi di

Perumahan Graha Samudra.

(25)

16

I. Sistematika Pembahasan

Dari hasil penelitian ini akan dituangkan dalam laporan berbentuk karya

ilmiah skripsi yang sistematika pembahasannya terdiri dari lima bab,

sebagaimana berikut:

Bab pertama memuat hal-hal yang berkenaan dengan rencana

pelaksnaan penelitian. Hal-hal tersebut dituangkan dalam sembilan sub bab

yang terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah,

rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan pembahasan tentang landasan teori akad Istis}na>’

dan ganti rugi. Bab ini menjelaskan tentang (a) Unsur-Unsur Istis}na>’ yang

terdiri dari pengertian Istis}na>’, landasan hukum Istis}na>’, rukun dan syarat

Istis}na>’, perbandingan antara Salam dan Istis}na>’; (b) pengertian ganti rugi

(ta’wid}).

Bab ketiga memuat tentang praktik penetapan tawar menawar ganti rugi

secara sepihak oleh developer di Perumahan Graha Samudra. Bab ini berisi

tentang pemaparan data teoritis dan hasil riset objek berkenaan dengan (a)

gambaran umum mengenai PT. Sami Karya selaku developer dari aspek profil

dan legalitas PT. Sami Karya, macam-macam rumah yang ditawarkan oleh

PT. Sami Karya; (b) deskripsi tentang perjanjian antara developer dengan

pemesan (konsumen) yang meliputi syarat dan ketentuan pemesanan rumah

dan praktik penerapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh

(26)

17

Bab keempat memuat tentang analisis dari segi tinjauan akad Istis}na>’

tentang praktik penerapan tawar menawar ganti rugi secara sepihak oleh

developer PT. Sami Karya di Perumahan Graha Samudra.

Bab kelima, penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari

(27)

BAB II

KONSEP ISTIS{NA< DALAM ISLAM

A.Unsur-unsur Istis}na>’

Istis}na> merupakan macam-macam dari jual beli yang di dalamnya

terdapat beberapa unsur, yaitu :

1. Pengertian Istis}na>’

Lafal istis}na>’ berasal dari akar kata s}ana’a (َﻊَﻨَﺻ) ditambah alif, sin,

dan ta’ menjadi istis}na>’a (َﻊَﻨْﻌِﺘْﺳِا) yang sinonimnya ُﮫَﻟ ُﮫَﻌَﻨ ْﺼَﯾ ْنَأ ُﮫْﻨِﻣ َﺐَﻠَط ,

artinya “meminta untuk dibuatkan sesuatu.”1

Adapun istis}na>’ secara terminologis adalah transaksi terhadap barang

dagangan dalam tanggungan yang disyaratkan untuk mengerjakannya.

Objek transaksinya adalah barang yang harus dikerjakan dan pekerjaan

pembuatan barang itu.2

Menurut Sayyid Sabiq, istis}na>’ adalah menjual barang yang dibuat

(seseorang) sesuai dengan pesanan.3 Wahbah Zuhaili mengemukakan

pengertian istis}na>’ sebagai berikut.4

1 Ibrahim Anis, et.al., al-Mu’jam al-Wasith, juz I (Kairo: Dar Ihya>’ at-Turats al-‘Arabiy, 1972),

Cet. Ke-2, 525.

2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2013), 124.

3 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, terjemahan H. Kamaliddin A. Marzuki (Bandung: PT. al-Ma’arif,

1987), Cet. Ke-1, Jilid 12, 87.

4 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 4 (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Cet. Ke-3,

(28)

19

!ﻒ#ﻳﹺﺮ#ﻌ(ﺗ

ﱢﺬﻟﺍ

ﻲ&ﻓ

ﹴﻦ*ﻴ,ﻌ.ﻣ

ﻰﹶﻠ,ﻋ

ﹴﻊﹺﻧﺎ,ﺻ

,ﻊ,ﻣ

9ﺪﹾﻘ,ﻋ

,ﻮ.ﻫ

ﹺﻉ

ﺎ,ﻨAﺼ&ﺘAﺳِﻹﹾﺍ

ﻪ"ﻌ$ﻨ&ﺼ$ﻴ$ﺳ

ﺎ$ﻣِﺀﺍ$ﺮ0ﺷ

ﻰﹶﻠ$ﻋ6ﺪﹾﻘ$ﻌﹾﻟﺍ

ﹺﻱﹶﺃ

،0ﺔ@ﻣ

ﹺﻊﹺﻧﺎ%ﺼﻟﺍ )ﻦ+ﻣ ﹸﻞ)ﻤ)ﻌﹾﻟﺍ)ﻭ 3ﻦ4ﻴ)ﻌﹶﻟﺍ ﹶﻥ4ﻮﹸﻜ)ﺗ)ﻭ 3ﻊﹺﻧﺎ%ﺼﻟﺍ

“Definisi istis}na>’ adalah suatu akad beserta seorang s}a>ni’ (pembuat) untuk mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam perjanjian; yakni akad untuk membeli sesuatu yang akad dibuat oleh seorang s}a>ni’ (pembuat), dan barang serta pekerjaan dari pihak s}a>ni’ (pembuat) tersebut.”

Dalam fatwa DSN-MUI, istis}na>’ (ْعﺎَﻨ ْﺼِﺘْﺳِﻻا) yaitu akad jual beli dalam

bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustas}ni’)

dan penjual (pembuat, s}a>ni’).5

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Istis}na>’ adalah jual

beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dan pihak

penjual.6

Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa akad

istis}na>’ adalah suatu akad antara dua pihak di mana pihak pertama (orang

yang memesan/konsumen/mustas}ni’) meminta kepada pihak kedua (orang

yang membuat/produsen/s}a>ni’) untuk dibuatkan suatu barang yang

bahannya dari pihak kedua (orang yang membuat/produsen/s}a>ni’). Apabila

bahan yang dibuat itu dari pihak pertama (orang yang

memesan/konsumen/mustas}ni’), bukan dari pihak kedua (orang yang

membuat/produsen/s}a>ni’), maka akadnya bukan istis}na>’ melainkan ija>rah.

5 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istis}na>’.

(29)

20

Namun demikian, sebagian fuqaha> mengatakan bahwa objek akad istis}na>’

itu hanyalah pekerjaan semata, karena pengertian istis}na>’ adalah

permintaan untuk membuatkan sesuatu, dan itu adalah pekerjaan.7

Menurut jumhur fuqaha>, istis}na>’ merupakan suatu jenis khusus dari

akad sala>m karena bentuknya menjual barang yang belum ada (ma’dum)

dan sesuatu yang akan dibuat itu pada waktu akad ditetapkan dalam

tanggungan pembuat sebagai penjual. Dengan demikian, ketentuan istis}na>’

mengikuti ketentuan dan aturan sala>m. Hanya saja berbeda dengan sala>m,

karena:8

a. Dalam istis}na>’ harga atau alat pembayaran tidak wajib dibayar di muka;

b. Tidak ada ketentuan tentang lamanya pekerjaan dan saat penyerahan;

c. Barang yang dibuat tidak mesti ada di pasar;

d. Biasanya dipergunakan di bidang manufaktur.

Secara umum akad jual-beli istis}na>’ yang dipraktikkan dalam

bermuamalah ada dua macam, yaitu akad jual-beli istis}na>’ dan istis}na>’

paralel. Perbedaan pada keduanya yaitu terletak pada penggunaan

sub-kontraktor, yakni bisa saja pembeli (mustas}ni’) mengijinkan pembuat

(s}ani’) menggunakan sub-kontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut.

Dengan demikian, pembuat (s}ani’) dapat membuat kontrak istis}na>’ kedua

untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini

yang kemudian dikenal sebagai istis}na>’ paralel.9

7 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh.., 631.

8 Ibid.

9 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,

(30)

21

2. Landasan Hukum Istis}na>’

Mengingat jual-beli istis}na>’ merupakan lanjutan dari jual-beli sala>m

maka secara umum landasan hukum yang berlaku pada jual-beli sala>m juga

berlaku pada jual-beli istis}na>’. Para ulama membahas lebih lanjut

“keabsahan” jual-beli istis}na>’ dengan penjelasan berikut.

Menurut mazhab Hanafi, jual-beli istis}na>’ termasuk akad yang

dilarang karena bertentangan dengan semangat jual-beli istis}na>’ secara

qiyas. Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok kontrak

penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan pada jual-beli

istis}na>’, pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual. Meskipun

demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak istis}na>’ atas dasar istis}an

karena alasan-alasan sebagai berikut:

a. Masyarakat telah mempraktikkan jual-beli istis}na>’ secara luas dan

terus-menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan

jual-beli istis}na>’ sebagai kasus ijma atau konsensus umum.

b. Di dalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas

berdasarkan ijma ulama.

c. Keberadaan jual-beli istis}na>’ didasarkan atas kebutuhan masyarakat.

d. Jual-beli istis}na>’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan

kontrak selama tidak bertentangan dengan nas} atau aturan syariah.10

Sebagian fuqaha> kontemporer berpendapat bahwa jual-beli istis}na>’

adalah sah atas dasar qiyas dan aturan umum syariah karena itu memang

(31)

22

jual beli biasa dan si penjual akan mampu mengadakan barang tersebut

pada saat penyerahan. Demikian juga kemungkinan terjadi perselisihan atas

jenis dan kualitas barang dapat diminimalkan dengan pencantuman

spesifikasi dan ukuran-ukuran serta bahan material pembuatan barang

tersebut.

Hal ini juga didasarkan pada firman Allah yang terdapat pada

beberapa surat dan kaidah fiqh, yaitu:

a. QS. Al-Baqarah, ayat 282, yang berbunyi:

…!ﻩ#ﻮ!ﺒ!ﺘﹾﻛﺎﹶﻓ ﻰ"ﻤ$ﺴ&ﻣ

ﹴﻞ#ﺟﹶﺃ

ﻰﹶﻟﹺﺇ

ﹴﻦ#ﻳ%ﺪﹺﺑ

!ﻢ#ﺘ!ﻳ&ﺪ&ﺗﺍﹶﺫﹺﺇ

ﺍ"ﻮ$ﻨ&ﻣﺁ

!ﻦ#ﻳ%ﺬﱠﻟﺍﺎ!ﻬ,ﻳﹶﺃﺎ!ﻳ

“Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…” (QS. Al-Baqarah

[2]: 282).11

b. QS. Al-Maidah, ayat 1, yang berbunyi:

...

!ﺩ#ﻮﹸﻘ'ﻌﹾﻟﺎﹺﺑ

ﺍ#ﻮﹸﻓ#ﻭﹶﺃ

ﺍ#ﻮ'ﻨ4ﻣﺁ

4ﻦ#ﻳ!ﺬﱠﻟﺍﺎ4ﻬ<ﻳﹶﺃﺎ4ﻳ

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. Al-Maidah

[5]: 1).12

c. Hadi>th

ﻱﺭﺪﺨﹾﻟﺍ

ﺪﻴﻌ$ﺳ

ﻲﹺﺑﺃ

ﻦ"ﻋ ﺎﳘﲑﹶﻏ

ﲏﻄﹸﻗ

ﺭﺍﺪﹾﻟﺍﻭ

ﻪ"ﺟﺎ"ﻣ

ﻦ"ﺑﺍ

هاور) !ﺭﺍ!ﺮ%ﺿﹶﻻ!ﻭ !ﺭ!ﺮ!ﺿﹶﻻ

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR. Ibnu

Majah, Daruquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri).13

d. Kaidah Fiqh

ﹺﻢ#ﻳﹺﺮ#ﺤ'ﺘﻟﺍ

ﻰﹶﻠ$ﻋ

ﹸﻞ#ﻴ%ﻟ'ﺪﻟﺍ

ﱠﻝ#ﺪ%ﻳ

ﻰ"ﺘ$ﺣ

ﺔ"ﺣﺎ"ﺑِﻹﺍ

ِﺀﺎ$ﻴ&ﺷﹶﻻﺍ

ﻲ"ﻓ

ﹸﻞ#ﺻﹶﻻﺍ

11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,

2004), 48.

12 Ibid, 106.

(32)

23

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya.”14

3. Rukun dan Syarat Istis}na>’

Sahnya jual beli harus memenuhi rukun dan syaratnya. Rukun sendiri

adalah suatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan. Syarat

adalah sesuatu yang harus terpenuhi dalam rukun tersebut. Dibawah ini

rukun dan syarat, yakni:

Adapun rukun istis}na>’ adalah:15

a. Produsen/pembuat (s}a>ni’)

b. Pemesan/pembeli (mustas}ni’)

c. Proyek/usaha/barang/jasa (mas}nu’)

d. Harga (thaman)

e. S{ighat (i>jab-qabu>l)

Adapun syarat Istis}na>’ adalah:16

a. Barang (Mas}nu’)

Diantaranya adalah agar mas}nu’ atau barang yang menjadi objek

kontrak harus diperinci sedemikian rupa untuk menghilangkan

ketidakjelasan mengenai barang.

b. Harga

Harga harus ditentukan berdasarkan aturan yaitu:

1) Harus diketahui semua pihak;

14 Fajruddin fatwa, dkk, Usu>l Fiqh dan Kaidah Fqhiyah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,

2013), 159.

15 Arcarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet.

Ke-1, 97.

(33)

24

2) Bisa dibayarkan pada waktu akad secara cicilan, atau ditangguhkan

pada waktu tertentu pada masa yang akan datang.

Sedangkan syarat istis}na>’ menurut Pasal 104 s/d 108 Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah adalah sebagai berikut:

a. Ba’i istis}na>’ mengikat setelah masing-masing pihak sepakat atas barang

yang dipesan.

b. Ba’i istis}na>’ dapat dilakukan pada barang yang dapat dipesan.

c. Dalam ba’i istis}na>’, identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus

sesuai permintaan pemesan.

d. Pembayaran dalam ba’i istis}na>’ dilakukan pada waktu dan tempat yang

disepakati.

e. Setelah akad jual-beli pesanan mengikat, tidak satu pihak pun boleh

tawar-menawar kembali terhadap isi akad yang sudah disepakati.

f. Jika objek dari barang pesanan tidak sesuai dengan spesifikasinya, maka

pemesan dapat menggunakan hak pilihan (khiyar) untuk melanjutkan

atau membatalkan pesanan.

4. Sifat Akad Istis}na>’

Istis}na>’ adalah akad yang ghair lazim, baik sebelum pembuatan

pesanan maupun sesudahnya. Oleh karena itu, bagi masing-masing pihak

ada hak khiyar untuk melangsungkan akad atau membatalkannya, dan

berpaling dari akad sebelum mustas}ni’ (pemesan/konsumen) melihat

barang yang dibuat/dipesan. Apabila s}a>ni’ (pembuat/produsen) menjual

(34)

25

hukum akadnya sah, karena akadnya ghair lazim, dan objek akadnya bukan

benda yang dibuat itu sendiri, melainkan sejenisnya yang masih ada dalam

tanggungan.17

5. Perbandingan antara Salam dan Istis}na>’

a. Pokok kontrak. Keduanya, baik sala>m maupun istis}na>’ barang yang

ditangguhkan disertai dengan spesifikasi.

b. Aturan harga. Salam dibayar saat kontrak, sedangkan istis}na>’ bisa saat

kontrak, bisa diangsur, juga bisa dikemudian hari. Hal ini merupakan

perbedaan utama antara salam dan istis}na>’.

c. Sifat kontrak. Pada salam sifat kontrak mengikat secara asli (t}abi’i),

yakni sejak awal dibuat kontrak sifatnya mengikat semua pihak.

Sedangkan pada istis}na>’ sifat kontrak mengikat secara ikutan (t}aba’i),

yakni kontrak istis}na>’ menjadi pengikat untuk melindungi

produsen/pembuat/s}ani’ sehingga tidak ditinggalkan begitu saja oleh

konsumen secara tidak bertanggung jawab.

d. Kontrak paralel. Baik salam maupun istis}na>’ paralel sah asalkan kedua

kontrak secara hukum adalah terpisah.

(35)

26

B.Uang Muka/Down Payment (Urbu>n)

Panjar/uang muka (down payment) dalam bahasa Arab adalah al-‘urbu>n

(ن ْﻮُﺑ ْﺮُﻌﻟا). Kata ini memiliki padanan kata (sinonim) al-urba>n (نﺎَﺑ ْرُﻻا), al-urba>n

(نﺎَﺑ ْرُﻻا), dan al-urbu>n (ن ْﻮُﺑُﻻا).18 Adapun arti dasar kata ‘urbu>n (ن ْﻮُﺑ ْﺮُﻋ) adalah

meminjamkan dan memajukan.19 Secara etimologis ‘urbu>n berarti sesuatu

yang digunakan sebagai pengikat jual beli.

Para ulama fiqh berbeda pendapat mengenai hukum jual beli ‘urbu>n.

mayoritas ahli fiqh berpendapat bahwa jual beli ‘urbu>n adalah jual beli yang

dilarang dan tidak sah. Tetapi menurut Hanafi, jual beli ‘urbu>n hukumnya

hanya fasid (cacat terjadi pada harga). Sedangkan ulama selain mazhab Hanafi

mengatakan bahwa jual beli semacam ini adalah jual beli yang batal,

berdasarkan larangan Nabi terhadap jual beli ‘urbu>n.

ﺪﻤ#ﺣﺃ

هاور) .

ﻥﻮﺑﺮ%ﻌﻟﺍ

ﻊﻴ#ﺑ

ﻦ"ﻋ

ﱯ"ﻨﻟﺍ

ﻲﻬ#ﻧ

:

ﻝﺎﹶﻗ

ﻩ"ﺪﺟ

ﻦ"ﻋ

ﻪﻴﹺﺑﺃ

ﻦ"ﻋ

ﺐﻴﻌ$ﺷ ﻦ"ﺑﻭ ﺮﻤ#ﻋ ﻦ"ﻋ

(ﺄﹶﻃﻮﳌﺍ

ﻲ"ﻓ

ﻚﻟﺎﹶﳌ

ﻮ"ﻫﻭ .ﺩﻭﺍﺩﻮ%ﺑﺃﻭ ﺉﺎﺴﻨﻟﺍ'ﻭ

“Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia mengatakan, “Nabi

SAW melarang jual beli dengan cara memberikan uang panjar sebelum barang

diambil.” (HR. Abu Daud dan Malik di dalam al-Muwatha).”20

Dikalangan ahli-ahli hukum Islam pra modern, urbu>n merupakan

institusi yang diperdebatkan apakah sah atau bertentangan dengan hukum

Islam. Jumhur (mayoritas) ahli hukum Islam pra modern berpendapat bahwa

18 https://almanhaj.or.id/2648-hukum-jual-beli-dengan-uang-muka.html, diakses pada tanggal 7

April 2017 pukul 23.56 WIB.

19 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi>…118.

20 Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarok, Ringkasan Nailul Authar, diterjemahkan Amir

(36)

27

urbu>n tidak sah menurut hukum Islam.21 Di lain pihak, mazhab Hanbali

termasuk Imam Ahmad (w. 241/855) sendiri memandang urbu>n sebagai

sesuatu yang sah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Ahli-ahli

hukum Islam kontemporer dan Lembaga Fikih Islam OKI mengambil

pandangan fuqaha> Hanbali dan menerima urbu>n sebagai sesuatu yang tidak

bertentangan dengan hukum Islam, dengan alasan bahwa Hadi>th Nabi SAW.

yang digunakan untuk melarang urbu>n tidak sah}ih sehingga tidak dapat

menjadi hujah.22

Beberapa KUH Perdata di negara-negara Islam yang didasarkan kepada

hukum Syariah juga menerima pandangan Hanbali ini yang menganggap

urbu>n sebagai sesuatu yang sah. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Muamalat Uni Emirat Arab Pasal 148 dan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Irak Pasal 192 ditegaskan,23

a. Pembayaran urbu>n dianggap sebagai bukti bahwa akad telah final di mana

tidak boleh ditarik kembali kecuali apabila ditentukan lain dalam

persetujuan atau menurut adat kebiasaan.

b. Apabila kedua pihak sepakat bahwa pembayaran urbu>n adalah sebagai

sanksi pemutusan akad, maka masing-masing pihak mempunyai hak

menarik kembali akad; apabila yang memutuskan akad adalah pihak yang

membayar urbu>n, ia kehilangan urbu>n tersebut dan apabila yang

21 Ibid, 3434.

22 Ibid, 3435.

(37)

28

memutuskan akad adalah pihak yang menerima urbu>n, ia mengembalikan

urbu>n ditambah sebesar jumlah yang sama.

Pasal di atas dengan kedua ayatnya memperlihatkan bahwa pembayaran

urbu>n pada asasnya dimaksudkan sebagai bukti penguat atas akad di mana

tidak boleh ditarik kembali tanpa persetujuan pihak lain, sebagaiman telah

tertera pada ayat (1). Sedangkan ayat (2) adalah penyimpangan dari asas di

atas, yaitu bahwa pembayaran urbu>n dimaksudkan sebagai penegasan hak

untuk membatalkan akad secara sepihak sehingga itu harus dilakukan

berdasarkan kesepakatan secara tegas atau secara diam-diam.24

C.Wanprestasi dan Ganti Rugi

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah

memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa

ada pihak yang dirugikan. Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak

terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah

satu pihak. Akibat hukum dari wanprestasi yakni penggantian kerugian yang

harus dilakukan oleh salah satu pihak. Berikut penjelasan wanprestasi dan

ganti rugi, sebagai berikut:

1. Wanprestasi

Apabila salah satu pihak tidak melakukan apa yang dijanjikannya,

maka dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Perkataan wanprestasi berasal

(38)

29

dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk (bandingan: wanbeheer

yang berarti pengurusan buruk, wandaad berarti perbuatan buruk).25

Tidak dipenuhinya kewajiban oleh salah satu pihak disebabkan dua

kemungkinan alasan, yaitu:26

a. Karena kesalahan salah satu pihak, baik dengan sengaja tidak dipenuhi

kewajiban maupun karena kelalaian;

b. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, artinya di luar

kemampuan salah satu pihak tersebut.

Menurut Ahmadi Miru, seseorang dapat dikatakan bahwa dia telah

melakukan wanprestasi dari beberapa hal, di antaranya:27

a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;

b. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna;

c. Terlambat memenuhi prestasi;

d. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak

yang wanprestasi) dirugikan. Oleh karena itu, pihak yang wanprestasi harus

menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan:

a. Pembatalan kontrak (disertai atau tidak disertai ganti kerugian);

b. Pemenuhan kontrak (disertai atau tidak disertai ganti kerugian).28

25 Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 2002), Cet. Ke-19, 45.

26 Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan: Dilengkapi Hukum Perikatan dalan Islam

(Bandung: Pustaka Setia, 2011), 103.

27 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2012), Cet. Ke-1, 95.

(39)

30

2. Ganti Rugi

Ganti rugi dalam Islam disebut ta’wid} berasal dari kata I’wad}a, yang

artinya ganti rugi atau konpensasi. Sedangkan ta’wid} sendiri secara bahasa

berarti mengganti (rugi) atau membayar konpensasi. Adapun menurut

istilah adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau

kekeliruan.29

QS. Al-Maidah, ayat 1, yang berbunyi:

...!ﺩ#ﻮﹸﻘ'ﻌﹾﻟﺎﹺﺑ ﺍ#ﻮﹸﻓ#ﻭﹶﺃ ﺍ#ﻮ'ﻨ4ﻣﺁ 4ﻦ#ﻳ!ﺬﱠﻟﺍﺎ4ﻬ<ﻳﹶﺃﺎ4ﻳ

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. Al-Maidah [5]:

1).30

Ganti rugi adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh salah satu pihak

karena telah melakukan wanprestasi. Dengan demikian, ganti rugi

merupakan sanksi hukum bagi pelaku wanprestasi.

Ganti rugi terdiri atas beberapa jenis, yaitu:31

a. Ganti rugi biaya;

b. Ganti rugi bunga;

c. Ganti rugi denda;

d. Ganti rugi harta kekayaan melalui penyitaan;

e. Ganti rugi ongkos perkara.

Menurut Faisal Santiago, model ganti rugi akibat wanprestasi dari

suatu kontrak, sebagai berikut:32

29 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh…87.

30Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…106.

31 Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan: Dilengkapi Hukum Perikatan…113.

(40)

31

a. Ganti rugi dalam kontrak, ganti rugi hanya dapat dimintakan seperti

tertulis dalam kontrak tersebut, tidak boleh dilebihi atau dikurangi.

b. Ganti rugi ekspektasi, dihitung juga keuntungan yang seyogianya

diperoleh seandainya kontrak tersebut jadi dilaksanakan.

c. Pergantian biaya, di mana ganti rugi dibayar sejumlah biaya-biaya yang

telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan dalam hubungan dengan

kontrak atau perjanjian tersebut.

d. Restitusi, restitusi adalah suatu nilai tambah atau manfaat yang telah

diterima oleh pihak yang melakukan wanprestasi, di mana nilai tambah

tersebut terjadi akibat pelaksanaan prestasi dari pihak lainnya. Pihak

yang melakukan wanprestasi dalam ilmu hukum adalah sebagai telah

“memperkaya diri tanpa hak” (unjust enrichment), dan hal ini tidak

dapat dibenarkan.

e. Quantum meruit, dalam quantum meruit manfaat atau barang tertentu

sudah tidak dapat lagi dikembalikan, misalnya manfaat atau barang

tersebut sudah dialihkan ke pihak lain, atau sudah dipakai, musnah atau

sudah berubah wujud.

f. Pelaksanaan kontrak, dalam hal ini pihak yang melakukan wanprestasi

sering disebut dengan istilah ‘specific performance, equitable

performance, atau equitable relieve.’

Untuk terjadinya wanprestasi, pihak yang dirugikan dapat berupaya

melakukan:33

(41)

32

a. Tuntutan ganti rugi dan lain-lain

Akibat wanprestasi ganti rugi, berupa biaya, kerugian, bunga.

Kerugian adalah sesuatu yang dapat diduga sepatutnya dan sebagai

akibat langsung dari wanprestasi

b. Reele executie (eksekusi nyata)

Reele executie atau eksekusi nyata adalah putusan hakim yang

memberi kuasa kepada pihak yang dirugikan sendiri untuk mewujudkan

sendiri prestasi yang menjadi haknya dengan biaya ditanggung pihak

yang wanprestasi sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1241

KUHPerdata.

c. Parate executie (eksekusi langsung)

Parate executie atau eksekusi langsung adalah putusan langsung

oleh pihak yang dirugikan tanpa melalui putusan hakim.

Di dalam Pasal 1246 KUHPerdata, ganti rugi terdiri atas dua hal,

yaitu:

a. Kerugian yang nyata-nyata diderita;

b. Keuntungan yang seharusnya diperoleh;

c. Biaya-biaya.

Dalam tanggung gugat berdasarkan adanya wanprestasi, kewajiban

untuk membayar ganti kerugian tidak lain daripada akibat penerapan

ketentuan dalam perjanjian, yang merupakan hukum yang oleh kedua pihak

secara sukarela tunduk berdasarkan perjanjiannya. Dengan demikian, bukan

(42)

33

berapa besar ganti kerugian yang harus dibayar, melainkan kedua belah

pihak yang menentukan syarat-syaratnya serta besarnya ganti kerugian

yang harus dibayar.

Di samping ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang dibuat

oleh para pihak, ketentuan ganti kerugian yang bersumber dari hukum

pelengkap juga harus mendapat perhatian, seperti ketentuan tentang

wanprestasi dan cacat tersembunyi serta ketentuan lainnya.

ketentuan-ketentuan ini melengkapi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah

pihak, dan ketentuan ini hanya dapat dikesampingkan jika para pihak

menjanjikan lain.34

(43)

BAB III

PRAKTIK PENETAPAN TAWAR MENAWAR GANTI RUGI

SECARA SEPIHAK OLEH DEVELOPER PT. SAMI KARYA DI

PERUMAHAN GRAHA SAMUDRA KAB. LAMONGAN

A.Gambaran PT. Sami Karya

1. Profil dan Legalitas PT. Sami Karya

PT. Sami Karya adalah perusahaan yang bergerak dibidang real estate

dan properti, kantor pusat di Desa Sidorejo Kecamatan Kauman Kabupaten

Tulungagung. Didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 213 tanggal 21

Oktober 2005.

PT. Sami Karya juga memiliki kantor cabang di Jl. Pemuda No. 31

Brondong, Lamongan. Didirikan pada tanggal 27 Maret 2015. Lokasinya

bersebelahan dengan indomaret dan beberapa toko milik warga sekitar.

Sedangkan lokasi perumahan berada di Pambon, Desa Sedayulawas,

Brondong Lamongan. Bersebelahan dengan lahan pertanian milik warga

dan akses jalan raya Daendels.

Ir. Sampur Utama sebagai penanggung jawab utama PT. Sami Karya

sekaligus pemrakarsa PT. Sami Karya. Dengan beberapa staf sebagai

berikut:

• Nur Laila (Sekretaris)

• Putri Indah Astuti (Manajer Keuangan)

• Hendra Pamungkas (Manajer Marketing)

(44)

35

Perijinan yang merupakan persyaratan formal bagi pelaksanaan suatu

usaha yang dimiliki oleh PT. Sami Karya, antara lain:

a. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan)

b. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

c. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

d. Keanggotaan APERSI (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Kawasan

Permukiman Seluruh Indonesia)

e. Surat Keterangan Tempat Usaha

f. Surat Ijin Lingkungan Hidup

PT. Sami Karya mempunyai visi menyediakan hunian yang

terjangkau bagi masyarakat dan misi mewujudkan impian masyarakat

untuk memiliki hunian rumah yang nyaman dengan suasana lingkungan

yang sehat, asri, tenang, dan bebas banjir.1

2. Produk PT. Sami Karya

a. House Type

a) Type 36

§ Teras : depan dan belakang

§ Carport

§ Ruang tamu

§ Ruang keluarga

§ Kamar mandi

§ 2 (dua) kamar tidur

(45)

36

§ Dapur

b) Type 46

§ Teras : depan dan belakang

§ Carport

§ Ruang tamu

§ Ruang keluarga

§ Kamar mandi

§ 2 (dua) kamar tidur

§ Dapur

c) Type 56

§ Teras : depan dan belakang

§ Carport

§ 3 (tiga) kamar tidur

§ Ruang tamu

§ Ruang keluarga

§ Dapur

§ Ruang makan

§ Kamar mandi

d) Type 70

§ Teras : depan dan belakang

§ Ruang tamu

§ Ruang keluarga

(46)

37

§ Ruang makan

§ 4 (empat) kamar tidur

[image:46.595.137.529.131.592.2]

§ Carport

Gambar 3.1

Tipe rumah di Perumahan Graha Samudra

b. Spesifikasi

a) Kontruksi : beton praktis

b) Pondasi : batu belah

c) Dinding : bata merah plester, acian, finishing cat

d) Atap : rangka galvalum (baja ringan)

§ Type 36 dan 46 : penutup atap genteng beton

§ Type 56 dan 70 : penutup atap genteng keramik (kanmuri)

e) Plafon : penutup kalsirata

(47)

38

§ Type 56 dan 70 : rangka hollow

f) Kusen : finishing cat

§ Type 36 dan 46 : kayu lokal

§ Type 56 dan 70 : kayu jati

g) Daun pintu : panil, politur mowille’ x, pintu PVC (KM/WC)

h) Daun jendela : finishing cat

§ Type 36 dan 46 : kayu lokal

§ Type 56 dan 70 : kayu jati

i) Kaca : keramik 40x40, 30x30 (teras)

j) Kamar mandi/WC : kloset jongkok/kloset duduk, keramik dinding

20x25, lantai 20x20

k) Air : sumur bor/PDAM

l) Listrik : 900VA

m)Carpot : rabat beton

c. Fasilitas

a) IMB

b) Sertifikat

c) PLN

d) Air bersih

e) Saluran air

f) Jalan paving

d. Harga Jual

(48)

39

b) Type 36/70 : Rp 145.000.000,00

c) Type 46/102 : Rp 243.000.000,00

d) Type 56/120 : Rp 307.000.000,00

e) Type 70/119 : Rp 338.000.000,00

B.Perjanjian Pembelian Rumah dan Praktik Penetapan Ganti Rugi

Oleh Developer

1. Perjanjian Pembelian Rumah Melalui Developer PT. Sami

Karya

Dalam sistem pembelian rumah melalui developer memiliki beberapa

tahapan. Dimulai dengan pihak konsumen mendatangi kantor developer

terkait untuk meneliti berbagai hal mengenai tipe, harga hingga prosedur

pembelian dan lain-lain menyangkut rumah idaman yang akan dibeli.

Setelah dirasa konsumen dapat melakukan pembelian maka akan

dilanjutkan ke tahap pembayaran. Sistem pembayaran pembelian rumah

melalui developer ada beberapa cara yang disediakan oleh developer untuk

memudahkan konsumen dalam menentukan sistem pembayaran yang dirasa

meringakan dirinya. Cara pembayaran tersebut di antaranya sebagai

berikut:

a. Tunai / Cash Lunas

Tunai atau cash lunas adalah cara pembayaran yang dilakukan

dalam waktu 1 (satu) bulan sejak closing deal bersama developer.

(49)

40

menyiapkan uang cukup untuk melakukan pembelian rumah yang

diinginkan.

Pembayaran dengan cash juga lebih menguntungkan karena pihak

developer akan memberikan diskon lebih besar dibandingkan dengan

cara pembayaran lainnya. selain diuntungakn dengan diskon besar, pihak

konsumen juga tidak perlu lagi melakukan pembayaran angsuran.

Namun dengan cara ini cukup memberatkan karena konsumen

diharuskan sudah memilik dana besar diawal pembayaran.

Dalam sistem pembayaran secara tunai konsumen diharuskan

membawa beberapa syarat yang ditentukan oleh developer sebagai

berikut:

§ Fotocopy KTP (apabila sudah menikah maka fotocopy KTP suami

dan istri)

§ Kartu Keluarga (KK)

§ Surat nikah (jika sudah menikah)

§ NPWP

Setelah melengkapi persyaratan tersebut maka dapat dilanjutkan

ke tahap selanjutnya yakni pembayaran Tanda Jadi (booking fee) dan

Uang Muka (down payment). Besaran biaya Tanda Jadi (booking fee)

dan Uang Muka (down payment) disepakati di awal oleh masing-masing

pihak. Hal tersebut dicantumkan dalam isi kontrak yang dibuat

dihadapan Notaris –bisa tidak atas kemauan konsumen- dan biaya

(50)

41

Pada saat pembayaran Uang Muka (down payment) konsumen

boleh mengajukan ijin untuk menempati rumah tersebut apabila rumah

tersebut sudah selesai pembangunan atau apabila sudah ada rumah jadi

(indent) sebelumnya. pelunasan dilakukan bersamaan dengan

penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) dihadapan Pejabat Pembuat

Akta Tanah (Notaris) dan dilakukan penyerahan sertifikat asli.

Ilustrasi pembayaran secara tunai atau cash lunas dapat

digambarkan sebagai berikut:

Harga Rumah : Rp 145.000.000,00

Uang Tanda Jadi (booking fee) : Rp 10.000.000,00

Uang Muka (down payment) sebesar 30% dari harga rumah dikurangi

dengan uang Tanda Jadi (booking fee) : Rp 43.500.000,00 – Rp

10.000.000,00

Sisa pembayaran Rp 33.500.000,00 dilakukan secara tunai atau cash

lunas dalam kurun waktu yang telah disepakati bersama.

Uang Tanda Jadi (booking fee) dan Uang Muka (down payment)

ditentukan atas kesepekatan masing-masing pihak sebelum lanjut ke

tahap selanjutnya.

b. Tunai Bertahap / Cash Lunak

Tunai bertahap adalah cara pembayaran yang dilakukan secara

bertahap, biasanya dalam kurun waktu 7-24 bulan sesuai dengan

(51)

42

Sistem pembayaran dengan cara tunai bertahap mendapatkan

keuntungan berupa diskon dari developer. Namun diskon tersebut tidak

lebih besar daripada sistem pembayaran secara tunai atau cash lunas.

Dengan melakukan pembayaran secara tunai bertahap ini konsumen

dimudahkan dalam pengurusan administrasi, karena cicilan langsung

dibayarkan kepada pihak developer dan bukan melalui bank. Tentu saja

sistem ini diberikan bunga cicilan 0% sehingga tidak memberatkan

pihak konsumen dalam menyicil angsuran yang tersisa.

Sistem pembayaran secara tunai bertahap ini pihak konsumen

haruslah membayar Uang Muka (down payment) lebih banyak sekitar

50% atau lebih sesuai kemampuan pihak konsumen dan hal tersebut juga

sudah disetuji oleh pihak developer.

Syarat dan ketentuan sistem pembayaran secara tunai beberapa di

antaranya sama dengan sistem pembayaran secara tunai atau cash lunas.

Penambahan syarat dan ketentuan tersebut yakni dalam kurun waktu 6

(enam) bulan masa angsuran, pihak konsumen diperlihatkan sertifikat

rumah tersebut. Sertifikat dalam hal ini dapat dibawa oleh pihak

developer atau Notaris atas permintaan konsumen. Pada saat pelunasan

juga dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) dihadapan

Pejabat Pembuat Akta Tanah (Notaris) dan dilakukan penyerahan

sertifikat asli.

Ilustrasi pembayaran secara tunai bertahap dapat digambarkan

(52)

43

Harga Rumah : Rp 145.000.000,00

Uang Tanda Jadi (booking fee) : Rp 10.000.000,00

Uang Muka (down payment) sebesar 50% dari harga rumah dikurangi

dengan uang Tanda Jadi (booking fee) : Rp 72.500.000,00 – Rp

10.000.000,00

Sisa pembayaran Rp 62.500.000,00 dan akan dicicil selama 24 (dua

puluh) bulan dengan bunga cicilan 0% sebesar Rp 2.604.166,00 / bulan.

Uang Tanda Jadi (booking fee) dan Uang Muka (down payment)

ditentukan atas kesepekatan masing-masing pihak sebelum lanjut ke

tahap selanjutnya.

c. KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Bank

Pembayaran ini melibatkan bank sebagai pihak ketiga melalui

program KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan bank yang telah

bekerjasama dengan pihak developer.

Sebelum melakukan pengajuan KPR ke bank konsumen harus

membayar Uang Tanda Jadi (booking fee) terlebih dahulu kepada

developer. Besaran nominal Tanda Jadi (booking fee) ditentukan oleh

pihak developer. Setelah melakukan pembayaran Tanda Jadi (booking

fee) konsumen dapat mengajukan KPR ke bank yang telah ditunjuk oleh

developer.

Dalam sistem pengajuan KPR (Kredit Pemilikan Rumah)

konsumen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(53)

44

§ KTP dan Kartu Keluarga (KK)

§ NPWP

§ Buku nikah

§ Slip gaji

§ Surat keterangan bekerja (bagi pegawai)

§ Rekening koran tabungan 3 (tiga) bulan terakhir.

b) Dokumen rumah yang hendak dibeli

§ Salinan sertifikat tanah

§ Salinan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

§ Salinan surat Tanda Jadi dari developer / penjual rumah yang

menyatakan setuju menjual rumah tersebut.

Setelah konsumen menyiapkan persyaratan-persyaratan KPR,

bank akan melakukan appraisal, menilai kesehatan keuangan konsumen

dan melakukan prosedur pengajuan KPR. Pengajuan KPR disetujui maka

bank akan mencairkan KPR dan mengeluarkan SPK (Surat Persetujuan

Kredit). Dalam SPK (Surat Persetujuan Kredit) telah tertulis Notaris

yang ditunjuk oleh bank untuk mengurus semua persyaratan.

Proses selanjutnya yakni penandatanganan perjanjian kredit yang

dilakukan dihadapan Notaris. Pihak yang hadir di perjanjian kredit ini

antara lain pihak pembeli (suami dan istri), wakil dari bank, pihak

penjual (developer), dan Notaris. Semua pihak tidak bisa diwakilkan

karena wajib menunjukkan identitas asli ke hadapan Notaris.

(54)

45

diperlukan yang terkait dengan dokumen rumah tersebut. Setelah

Notaris mengecek sertifikat tanah dan menyetujinya, maka Notaris akan

memberikan Surat Tanda Terima Dokumen ke developer sebagai bukti

semua dokumen rumah telah berpindah tangan.

Setelah dokumen perjanjian kredit ditandangani, maka bank akan

mentransfer dana ke pihak penjual (developer). Notaris memproses balik

nama sertifikat tanah, AJB, ke pemilik baru. Selanjutnya Notaris akan

menyerahkan kepada pihak bank berupa dokumen-dokumen beserta

Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai jaminan atas kredit

tersebut. Notaris akan memberikan salinan sertifikat itu kepada pihak

pembeli dalam jangka waktu tertentu sekitar 3-6 bulan setelah

perjanjian kredit.

Dalam hal ini bank akan membayar kepada pihak developer

sebesar 70%-80% dari harga rumah kepada pihak developer sesuai hasil

analisa kelayakan kredit. Selanjutnya pihak konsumen membayar Uang

Muka (down payment) kepada pihak developer. Uang Muka (down

payment) yang perlu dibayar konsumen adalah sisa dari biaya yang

dibayarkan oleh bank kepada pihak developer yakni 20%-30%. Jangka

waktu kredit 5-15 tahun tergantung pengajuan yang dilakukan oleh

pihak konsumen.

Dalam sistem pembayaran ini pihak konsumen diuntungkan

karena dilengkapi dengan asuransi jiwa dan kebakaran. Apabila terjadi

(55)

46

pembangunan rumah belum juga selesai sesuai dengan perjanjian maka

pihak developer akan melakukan buy back guarantee atau pembelian

kembali rumah tersebut.

Selain kelebihan terdapat juga kelemahan menggunakan KPR

bank. Proses pengajuan KPR bank termasuk sulit dalam tahap

kelengakapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan bank dalam

pengajuan permohonan kredit bank, dan juga membutuhkan waktu yang

panjang sekitar 6-12 bulan. Selain itu juga kewajiban utang yang

semakin besar dari harga rumah karena tambahan bunga juga terdapat

tambahan biaya asuransi, biaya provisi, Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

dan lain seb

Gambar

Gambar 3.1 Tipe rumah di Perumahan Graha Samudra

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan model cooperative learning tipe group investigation dalam pembelajaran ikut berperan dalam menunjang tercapainya tujuan IPS, diantaranya siswa dapat

Kompos memiliki keunggulan- keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu mampu mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan penyerapan hara dan

Sementara itu, makna religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 31 Teori akan tak ada gunanya tanpa adanya suatu praktek,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagram scatter pada variabel pengetahuan dan kepatuhan membentuk pola yang menyerupai garis lurus. Hal ini mengindikasikan bahwa

Faktor-faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lendir yang berlebihan, kehilangan rekoil elastik jalan napas, dan kolaps

Berdasarkan diagram pada Gambar 3.5 di atas, proses yang ada dalam sistem adalah Proses Perhitungan TOPSIS, Proses membuat bobot, Proses Tambah data , Proses menampilkan data,

Untuk mewujudkan dan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan teknologi tenaga kerja asing dengan tenaga dalam negeri di Indonesia, maka penggunaan TKA harus sesuai

seperti di timur tengah, afrika dan semenajung korea menyebabkan perlunya negara Indonesia untuk mempersiapkan sejak dini peralatan perang yang canggih, supaya nantinya negara