• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep kepedulian terhadap kaum lemah dalam al Quran: studi analisis surat al Nisa` ayat 75.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep kepedulian terhadap kaum lemah dalam al Quran: studi analisis surat al Nisa` ayat 75."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KEPEDULIAN TERHADAP KAUM LEMAH DALAM

ALQURAN (Studi Analisis Surat

al-Nisa

ayat 75)

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

JAYANTI LEGANINGTYAS NIM: E03213040

PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHUUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Jayanti Leganingtyas, 2017. KONSEP KEPEDULIAN TERHADAP KAUM

LEMAH DALAM ALQURAN (Studi Analisis Surat Al-Nisa’ Ayat 75)

Kaum lemah adalah golongan orang yang tidak kuat. Dalam hal ini mereka tidak kuat untuk memenuhi kehidupannya. Dengan keterbasan mereka, maka oranglain yang wajib mengulurkan tangannya untuk membantu. Kondisi kaum lemah yang memprihatnkan membutuhkan bantuan oranglain untuk memenuhi kebutuhannya.

Indonesia saat ini yaitu masih banyak kaum lemah yang terabaikan, bentuk kepedulian dari kaum kuat atau orang yang mampu dari segi materi maupun fisik lalai akan keberadaan kaum lemah. Ini merupakan suatu fenomena yang miris, dikarenakan hak kaum lemah terlupakan.

Penelitian ini menganalisa penafsiran ayat-ayat tentang kepedulian terhadap kaum lemah dalam Surat al-Nisa’ ayat 75, dan mendeksripsikan kontekstualisasi konsep kepedulian terhadap kaum lemah dalam Surat al-Nisa` 75, dengan menggunakan metodologi tahlili atau analitis.

Ada tiga konsep untuk membebaskan kaum lemah yakni dengan cara berjuang fi sabilillah, berhijrah, dan juga perhatian terhadap kaum lemah. Membela kaum tertindas (mustad}afi>n) diwajibkan sebagai wujud kita untuk perang di Jalan Allah. Permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan masyarakat yang lemah saat ini, yakni dengan memberikan jaminan sosial kepada mereka baik dalam bentuk zakat maupun sedekah, dan bantuan sosial dari Pemerintah, dan perlindungan dari warga yang tinggal di lingkungan setempat.

(7)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Penelitian ... 11

F. Telaah Pustaka ... 12

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II :TINJAUAN UMUM KEPEDULIAN TERHADAP KAUM

(8)

xiii

A.Pengertian Kepedulian terhadap Kaum Lemah ... 17

B. Golongan yang termasuk kaum lemah ... 19

1. Wanita ... 19

2. Anak Yatim ... 22

3. Orang miskin ... 25

4. Manula ... 27

BAB III :

PENAFSIRAN AYAT YANG BERKAITAN DENGAN

KEPEDULIAN TERHADAP KAUM LEMAH

A. Penafsiran surat al-Nisa’ ayat 75 ... 29

B. Bentuk Kepedulian terhadap Kaum Lemah ... 36

BAB IV : ANALISA DATA A. Analisa Penafsiran surat al-Nisa’ ayat 75 ... 44

B. Konsep Kepedulian terhadap Kaum Lemah ... 46

C. Kontekstualisasi terhadap Kaum Lemah ... 54

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk melangsungkan hidup. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, oleh karena itu dengan perbedaan seseorang bisa bersatu dengan yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian adalah rasa peduli terhadap sesama manusia untuk saling membantu satu dengan yang lain. Pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah, sebagaimana sebagaimana dijelaskan dalam surat An-nisa’ ayat 28

























Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.1

Berdasarkan ayat diatas bukan berarti dengan posisi manusia yang lemah, sehingga tidak mempunyai keinginan untuk menjadi kuat, maka perlu adanya usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menjadi kuat. Orang yang di golongkan menjadi kaum lemah, diantaranya yaitu karena kesulitan ekonomi dan kesengsaraan, penderitaan yang menyebabkan mereka tidak bekerja, dalam keadaan tidak berdaya, baik fisik maupun mental, dalam keadaan tertindas karena diitimidasi, dizalimi, maupun dijajah. Diperlukan perlindungan oleh kaum lemah, agar mereka tidak mengalami penderitaan yang lebih parah.

(10)

2

Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan, dan kekurangan di berbagai hidup.2 Kemiskinan bukan lagi hal yang asing, orang miskin ada dimana-mana, terutama di negeri Indonesia ini, masih banyak orang miskin.

Peran manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah yang mana menjadi harapan ideal untuk menciptakan tatanan masyarakat yang berkeadilan dalam membangun relasi ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman. Hal itu bertujuan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang menjadikan rahmat bagi seluruh alam. Dimana aturan tersebut akan berjalan jika fungsi dan peran kemanusiaan dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Terbukti, bahwa manusia adalah makhluk yang dapat memberikan manfaat untuk sekitarnya, karena manusia merupakan perwujudan mikrokosmos (alam kecil) dalam wujud makrokosmos (alam semesta) yang diciptakan oleh Tuhan.

Kaum yang dianggap lemah biasanya diberlakukan sewenang-wenang oleh kaum yang kuat, dikarenakan keberadaannya yang sederhana. Posisi kekuatan dari kaum yang kuat membuat kaum yang lemah ditindas dan mendorong kaum kuat semakin berkuasa untuk menindas.

Kelemahan karena fisik dialami oleh wanita, orang yang cacat, dan anak terlantar. kelemahan karena ekonomi terjadi pada fakir miskin termasuk orang peminta-minta atau pengemis. Sedangkan kelemahan akal terjadi pada anak yatim piatu karena ia telah ditinggalkan oleh orangtuanya sehingga tidak mampu untuk melindungi diri sendiri.

2

(11)

3

Kaum fakir tidak mampu mencari penghidupan, baik karena usia masih kecil, atau masih lemah karena sakit. Seperti halnya wanita tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria. Atau wanita-wanita stress dan mabuk karena tertimpa kesedihan. Atau seperti orang-orang yang menderita kemiskinan yang menurut hukum termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan zakat. Atau seperti orang-orang yang mulia karena menderita miskin.

Apabila orang-orang mustadh’afin melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hina maka jiwa mereka akan merasa sakit dan tertekan. Sebab perpindahan dari kemuliaan dan kehormatan menuju kepada kemiskinan dan kefakiran akan menekan rasa sakit dalam jiwa yang sangat berat. Jika demikian maka mereka adalah manusia yang paling utama mendapatkan rahmat dan kasih sayang. Apabila anda menahan orang-orang besar yang kaya dan memberikan zakat kepada mereka niscaya mereka akan merasa lega dan terbebas dari menderita kemiskinan lepas dari ikatan kesukaran hidup, serta kesedihanpun menjadi reda. Di dalam masyarakat Islam, kemiskinan tidak mengurangi harga diri seseorang.

Dengan kemiskinan itu, haknya tidak akan hilang sedikitpun. Islam mengajarkan kepada pengikutnya bahwa harga diri tidak ditentukan oleh harta yang melimpah tetapi oleh ilmu, iman, takwa, serta amal saleh.3

Hidup bermasyarakat tentu tidak melihat keberadaan oranglain dengan jabatan atau posisinya, sehingga memilih orang yang kuat atau pada posisi atas saja yang dihiraukan.Seperti halnya Masyarakat Arab Jahiliah dahulu mengukur

3

(12)

4

kemuliaan seseorang itu dengan banyaknya kekayaan, kedudukan, atau kekuasaan yang dimilikinya.4 Posisi manusia dihadapan Allah itu sama, jadi tidak memandang posisi keberadaan seseorang.

Menjadi al-miskin disebabkan oleh sistem sosial yang memiskinkan.5 Dengan sistem sosial yang tidak merata pada suatu negara yang berakibat pada kemiskinan. Miskin bukan berarti nasibnya buruk akan tetapi, nasib miskin bagaimanapun dalam masyarakat muslim tidak mengurangi kehormatan orang dan tidak menyebabkan haknya disia-siakan.6 Oleh karena itu, orang yang berada disekitarnya membantu sesuai dengan kemampuannya, agar mereka juga merasakan kebahagiaan. berbagi dengan orang lain itu perbuatan yang baik.

Ketika manusia berada pada posisi di atas, terkadang lalai dengan kaum yang berada di bawahnya. Seharusnya kaum lemah itu dilindungi oleh kaum kuat. Bukan berarti, kaum yang lemah itu terabaikan. Dan bukan berarti posisi atau kedudukan yang tinggi membuat seseorang lupa pada posisi di bawahnya.

Seperti dalam surah An-nisa’ ayat 75 yang memerintahkan kita untuk melindungi kaum lemah:















































































4

Yusuf Qardhawi, Shodaqoh cara Islam mengentas Kemiskinan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 193.

5

Nur Khalik Ridwan, Tafsir surat Al-Ma’un’’Pembelaan atas kaum tertindas’’, Jakarta: Erlangga, 2008), 172.

6

(13)

5

75. mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".7

Berdasarkan ayat diatas maka antar sesama manusia harus melindungi, terutama kaum yang kuat melindungi kaum yang lemah. Manusia itu bukan hidup sendiri, ada orang lain yang berada disekitar, seperti saudara, teman, maupun tetangga. Setiap orang pasti akan memerlukan bantuan orang lain, seperti halnya disaat masih bayi tidak mungkin bisa makan sendiri, tentu ibu yang akan menyuapinya.

Kenyataan yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu masih banyak kaum lemah yang terabaikan, bentuk kepedulian dari kaum kuat atau orang yang mampu dari segi materi maupun fisik lalai akan keberadaan kaum lemah. Ini merupakan suatu fenomena yang miris, dikarenakan hak kaum lemah terlupakan.

Rasa kepedulian kepada orang lain haruslah ditanamkan, karena manusia hakikatnya tidak sendiri, seseorang hidup juga meliputi campur tangan orang lain. Allah memerintahkan hambanya untuk saling tolong menolong. Sebagaimana terdapat dalam Surat al-Ma’idah ayat 2:

(14)

6











































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.8

Di penghujung ayat diatas disebutkan bahwa mewajibkan orang-orang mukmin untuk tolong menolong antar sesama dalam berbuat kebaikan dan bertakwa, untuk kepentingan dan kebahagiaan mereka. Dilarang tolong menolong dalam berbuat dosandan pelanggaran serta memerintahkan supaya tetap bertakwa kepada Allah agar terhindar dari siksaan Allah yang sangat berat.

Sikap tolong menolong (taa>wu>n) adalah tiang tegaknya umat. Selain sebagai peyangga peradaban, kejayaan, kemajuan, dan kemenangan, ia adalah pilar kehidupan dan pusat segala sistem9

Kejadian yang terjadi saat ini mengenai kaum lemah yang kondisinya memprihatinkan, yaitu terjadi pada wanita tua di daerah Sidoarjo, keberadaan mereka yang perlu diperhatikan. Wanita tua tersebut tersebut tinggal di kelurahan Lemah Putro Rt 07 Rw 02 Sidoarjo. Kelurahan Lemah Putro berada di tengah Kota, dekat dengan Stasiun Kereta Api Sidoarjo Kota.

8al-Qur’a>n , 5:2.

9

(15)

7

Orang yang sudah tua biasanya di akhir hidupnya tentu mengharapkan kepedulian dan kasih sayang dari keluarganya, terutama anaknya. Anak ketika masih kecil di rawat oleh orangtuanya, begitu sebaliknya, ketika orangtua sudah lanjut usia, maka anak tentunya membalas budi kepada orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, berbeda dengan yang dia alami oleh wanita tua di Kelurahan Lemah Putro, mereka membutuhkan bantuan dari oranglain. Sehari-hari hidup mereka bergantung pada oranglain, makan dan minum meminta pada tetangga atau orang yang berada di sekitar tempat tinggal mereka, terkadang mereka harus berjalan jauh di luar tempat tinggal mereka untuk meminta bantuan oanglain, karena merasa tidak enak dengan tetangga dekat rumah yang selalu mereka minta bantuan.

Wanita tua itu sehari-hari hidup sendiri atau sebatang kara, mereka tinggal di rumah kontarakan dan membayar sewa rumah dengan meminta bantuan kepada orang lain. Ada juga yang tinggal di tanah PJKA, karena tempat tinggal mereka dekat dengan stasiun.

(16)

8

lakukan dari pagi hingga malam hari. Bahkan hasil dari berjualan setengah bagi hasil dengan agen atau pengepul. Mereka setiap hari harus setor kepada bos mereka, terkadang hasilnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dahulu wanita ini mempunyai keluarga yang lengkap, namun dengan berjalannya waktu suami dan anak mereka meninggal, ada juga sebagian dari suami mereka menikah lagi dan anak dari mereka meninggalkan dengan bekerja diluar pulau.

Setiap orang yang ditinggalkan oleh keluarga tentu merasa sedih, hidup mereka sengsara, meskipun terkadang mempunyai harta yang berelebih seseorang juga merasa kesepian karena anggota keluarga yang tidak lengkap. Apalagi jika tidak memiliki tinggalan harta yang berelebih, hidup penuh dengan kekurangan.

Di Kelurahan Lemah Putro Rt 07 Rw 02 ada tiga wanita tua yang hidupnya sengsara, pontang-panting kesana kemari untuk meminta bantuan dari oranglain. Tiga wanita tua itu bernama Bu Suminem, Bu Saumi, dan Bu Sumini.

Bu Suminem adalah salah satu dari warga kelurahan Lemah Putro Rt 07 rw 02, yang hidupnya miris, karena di tinggal oleh suami sekitar sepuluh tahun yang lalu, sehari-hari ia meminta makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Ia tidak bekerja lantas merawat cucunya yang sakit yang berusia sepuluh tahun. Usia bu suminem sekitar tujuh puluh tahun, ia berasal dari Magetan, dan tinggal di Lemah Putro sekitar tiga puluh tahun.

(17)

9

punya uang untuk membeli nasi, dengan kondisi yang serba kekurangan bu saumi terkadang bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Kondisi yang sudah tua ia sering sakit-sakitan. Ia berasal dari desa Ketel yang tidak lain masih satu kecamatan dengan kelurahan lemah putro, karena suaminya dahulu bekerja di stasiun Sidoarjo, dan akhirnya bu saumi tinggal di Lemah Putro. sekitar tiga belas tahun yang lalu suaminya meninggal, dan anaknya juga merantau di luar pulau dan jarang pulang untuk menengoknya.

Bu Sumini juga sama seperti Bu Suminem dan Bu Saumi, dengan kondisi fisik yang lemah, karena dia menderita penyakit stroke ringan, dan beberapa tahun yang lalu ia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, namun sekarang keadaannya memulih, akan tetapi ia sedikit pikun. Ia berasal dari Tulungagung, dan semasa mudanya dahulu ia bekerja sebagai buruh pabrik kertas di daerah Sidoarjo, namun setelah menginjak usia yang lanjut ia tidak lagi bekerja di pabrik kertas, dan sekarang ia hidup sebatang kara karena di tinggal oleh suaminya sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ia juga tidak memiliki anak. Sehari-hari hidupnya bergantung pada tetangga, dan terkadang ia rela tidak makan karena tidak ada yang memberi makan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah di atas ditemukan identifikasi masalah, yaitu:

(18)

10

3. Apakah kaum lemah tidak patut mendapatkan pelayanan yang sama seperti kaum berada?

4. Bagaimana Alquran membahas tentang kaum lemah? 5. Bagaimana solusi Alquran untuk membantu kaum lemah? 6. Bagaimana bentuk kepedulian terhadap kaum lemah?

7. Apa yang harus dilakukan oleh kaum yang mampu untuk membantu kaum lemah?

8. Bagaimana solusi untuk kaum wanita yang hidupnya penuh dengan ketertindasan?

9. Apa yang harus dilakukan tetangga atau kerabat untuk membantu mengatasi kaum lemah yang hidupnya tertindas?

Dari beberapa identifikasi dan dengan keterbatas waktu untuk meneliti, maka masalah tersebut dibatasi. Pemabatasan masalah bertujuan agar peneliti fokus pada kajiannya dengan hasil yang maksimal. Penelitian ini difokuskan kepada kepedulian terhadap kaum Lemah dalam Alquran ( Studi Analisis surat an-Nisa’ ayat 75.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka memunculkan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

(19)

11

2. Bagimana kontekstualisasi konsep kepedulian terhadap kaum lemah dalam Surat al-Nisa’ ayat 75?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menganalisa penafsiran ayat-ayat tentang kepedulian terhadap kaum lemah dalam Surat al-Nisa’ ayat 75.

2. Untuk mendeskripsikan kontekstualisasi konsep kepedulian kaum lemah dalam Surat al-Nisa ayat 75.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ilmiah, sehingga secara garis besar, penelitian ini memiliki dua kegunaan, yaitu secara teoritis dan praktis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk penelitian yang serupa.

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk masyarakat supaya peduli terhadap sesama terutama kepada kaum lemah, karena keberadaan mereka yang lemah, perlu dilindungi oleh kaum yang kuat.

F. Telaah Pustaka

(20)

12

1. Berbuat baik kepada orang-orang lemah dalam Kitab Sunan Abu Dawud no indeks 2594, Eka Suryani Astri, Skiripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012. Skripsi ini menjelaskan tentang hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud tentang manfaat dari berbuat baik kepada kaum lemah, akan mendapat jaminan untuk mendapat surga dari Allah SWT.

2. Pemberdayaan Masyarakat Lemah (Dhu’afa) dalam Alquran, Anis Muawanah, Skripsi, IAIN Walisongo, 2005. Skripsi ini menjelaskan tentang fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, salah satunya kaum lemah (dhu’afa’).

Dari kedua penelitian terdahulu ada perbedaan dan persamaanya, perbedaannya yaitu pada penelitian pertama membahas mengenai hadis tentang berbuat baik kepada orang yang lemah, sedangkan penelitian kedua membahas mengenai pemberdayaan masyarakat lemah, yang merujuk kepada anak yatim, fakir miskin, wanita, dan muallaf . Persamaannya yaitu sama meneliti tentang masyarakat lemah. Objek yang akan disajikan pada penelitian ini merujuk kepada wanita, anak yatim, orang miskin, dan manula, dan terfokus pada Surat al-Nisa’ ayat 75 dengan menghubungkan kasus yang dialami oleh wanita tua yang berada di Kelurahan Lemah Putro RT 07 RW 02 Sidoarjo.

G. Metodologi Penelitian

(21)

13

pemilihan metoda yang digunakan.10 Metodologi penelitian yang berhubungan dengan penelitian, yaitu:

1. Model Penelitian

Model penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah sebuah metode penelitian atau inkuiri atau alamiah, perspektif ke dalam dan interpretatif.11

2. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah tahlili atau analitis. Metode analitis adalah menafsirkan ayat-ayat alquran dengan memaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan dari mufasssir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Mufassir dalam menggunakan metode analitis menguraikan makna yang dikandung,yang menyangkut berbagai aspek, seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat-ayat yang lain, dan pendapat mengenai tafsiran ayat tersebut.12

3. Sumber data

Sesuai dengan jenis penelitiannya, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

10

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1996), 3. 11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 2.

12

(22)

14

a. Sumber Data Primer:

1. Tafsir Fi Dzilalil Qur’an Karya Sayyid Qutb

2. Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab

3. Tafsir Al-Azhar Karya Hamka

4. Tafsir Ibnu Katsir Karya Ibnu Katsir b. Sumber Sekunder

buku-buku yang berkaitan tentang penelitian dan juga sumber-sumber dari jurnal.

4. Metode pengumpulan data

Mengumpulkan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian dengan pendekatan apapun, termasuk penelitian kualitatif.13

Pada Penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.14

5. Metode analisis data

Analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang terkumpul.15 Metode

13

Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif ‘’Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 121.

14

Ibid., 130. 15

(23)

15

analisis data yang digunakan yaitu analisis isi ( Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. 16

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dari kelima bab ini ada perbedaan dari setiap babnya.

BAB I: Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latarbelakang masalah, Identifikasi masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,Telaah Pustaka, Metodologi penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Pada bab pertama ini meggambarkan isi skripsi secara keseluruhan akan secara singkat dan digunakan sebagai petunjuk bab selanjutnya hingga terakhir.

BAB II: Berisi pengertian kaum lemah secara umum kemudian Kelompok yang termasuk kaum lemah

BAB III: Berisi ayat alquran yang berhubungan dengan kaum lemah yang berisi tentang penafsiran tentang surat an-Nisa’ ayat 75 dan disertai dengan bentuk kepedulian terhadap kaum lemah.

BAB IV: Berisi analisa data dan merupakan jawaban dari rumusan masalah mengenai analisa penafsiran kepedulian terhadap kaum lemah dalam Surat

al-Nisa’ ayat 75 dan kontekstualisasinya dengan studi kasus wanita tua di kelurahan

lemah putro RT 07 RW 02 Sidoarjo.

16

(24)

16

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM KEPEDULIAN TERHADAP KAUM

LEMAH

A. Pengertian Kepedulian terhadap Kaum Lemah

Kepedulian adalah tindakan dijalankannya empati dan perhatian. 1 dengan rasa yang sama dan membayangkan kondisi yang sama dengan oranglain akan membangkitkan semangat untuk membanntu mereka. dan juga dengan rasa simpati dengan tetangga orang yang dekat dengan rumah, maka akan timbul juga perhatian kepada mereka disaat mereka membutuhkan bantuan tentu dengan senang hati untuk menolongnya. Kepedulian juga berarti mengorbankan diri sendiri dan mementingkan orang lain.2 Dengan sikap peduli kepada orang lain tentu mereka lebih mendahulukan kepentingkan orang lain dibandingkan diri sendiri. Sebagaimana tercantum dalam Alquran surat Al Hasyr ayat 9 yang berbunyi:





































9. dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'

1

Richard Boyatzis dan Annie Mckee, Memperbarui Diri Anda dan Berhubungan dengan Orang lain Melalui Kesadaran, Harapan, dan Kependudukan, terj. Hikmat Gumetar (Jakarta: Erlangga, 2006), 229.

2Abdul ‘Al Salim Makr

(26)

18

orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.3

Dari ayat diatas, maka dapat diambil pelajaran bahwa mementingkan oranglain itu lebih baik daripada mementingkan dirinya sendiri. Dengan rasa keikhlasan membantu orang lain, tanpa mengharapkan pamrih. Meskipun dengan kondisi pada diri sendiri yang sama halnya dengan mereka, namun keutamaan orang lain lebih di utamakan. Dan Allah tentu lebih senang dengan orang yang mementingkan oranglain, dengan itu Allah akan membalas dengan pahala yang setimpal.

Kaum dalam kamus bahasa Indonesia adalah sanak kerabat, famili, keluarga, besar, suku, suku bangsa, golongan orang yang sepaham atau sekerja,lebai, modin.4 Lemah yaitu kurang bertenaga, tidak kuat, lembut, tidak keras, tidak keras hati, tidak tegas, kurang kuat, alasannya, kurang berdasar, kurang berlandaskan.5 Dari pengertian tersebut, kaum lemah yaitu golongan orang yang tidak kuat. Dalam hal ini mereka tidak kuat untuk memenuhi kehidupannya. Dengan keterbasan mereka, maka oranglain yang wajib mengulurkan tangannya untuk membantu.

3al-Qur’a>n, 59:9. 4

Ricky Mudjiono dan Fx. Dicky Prihermono W, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Tangerang: Scientific Press, 2008), 197.

5

(27)

19

B. Golongan yang termasuk Kaum Lemah

1. Wanita

Dalam kamus bahasa Indonesia, wanita artinya perempuan, lebih halus, kaum wanita, kaum putri.6 wanita sama halnya dengan perempuan. Wanita sebelum Islam datang hak wanita itu tidak ada.

Wanita sebelum datangnya Islam disebagian masyaakat jahiliyah mengalami masa hidup yang sangat kritis, masyarakat jahiliyah benci dengan kehadiran seorang wanita, diantara mereka ada yang mengubur anak wanita secara hidup-hidup didalam lubang karena takut dicela.7 Perbuatan orang-orang pada masa jahiliyah diluar batas, karena apabila ada kelahiran seorang anak, tentu senang sekali, bukan dikubur secara hidup-hidup.

Dalam tradisi masyarakat yang mempercayai Kitab Talmud, kaum wanita dikucilkan terutama pada masa haid, karena wanita yang sedang haid, menurut keyakinan mereka, dikelilingi oleh daerah terlarang dan sebagaian hidupnya harus dihabiskan di pengasingan.8 Wanita dahulu sangat diabaikan, posisinya selalu terkucilkan hingga pada suatu kelompok yang telah mempercayai adat tertentu rela mengasingkan para wanita ketika sedang menstruasi.

6

Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amelia Surabaya, t.t.), 594. 7

Aminbin Abdullah asy-Syaqawi, Kedudukan Wanita Islam (t.k.: t.p., 2010), 3.

8

(28)

20

Islam datang dengan membawa rahmat bagi seluruh mahluknya, apalagi kepada kaum wanita yang merupakan mahluk Allah yang mulia.9

Wanita juga dikatakan sebagai seorang Ibu dimana jasanya yang besar, karena telah mengandung anak selama 9 bulan lebih, dalam keadaan lemah apalagi waktu melahirkan. Pada saat ibu melahirkan, ibarat mempertahankan jiwa. dengan penuh pengorbanan ibu memperjuangkannya, tentu yang dilahirkan belum tentu bisa membalas jasanya.Ibu adalah pendidik utama yang secara langsung menangani pendidikan anaknya semenjak sebelum lahir hingga tumbuh dewasa.

Di tangan ibu, kebahagiaan dan kesengsaraan akan ditentukan, surga atau nerakanya anak tergantung pada seorang ibu mendidiknya.10 Sunguh mulia sekali peran seorang ibu, namun sebagai pendidik itu tidaklah sulit, mendidik dengan hal baik, dan semua itu akan dipertanggungjawabkan semuanya di akhirat nanti. Jadi, Ibu adalah kunci utama anaknya. Apabila ibu mendidik dengan cara yang baik, tentu menghasilkan anak yang baik.

Sebagai seorang istri, Islam telah memberikan kedudukan dan tempat yang mulia kepada mereka. Allah menjadikannya sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya, dimana pada wanitalah Allah menciptakan rasa tentram, aman dan kasih sayang, bukan selainnya. 11

Wanita sebagai seorang tentu harus menghormati orangtuanya. Islam memerintahkan agar seorang anak selalu mendahulukan perintah ibunya di

9

Ummu Syafa Suryani Arfab dan Abu Fatiah Al Adnani, Panduan Wanita Shalihah (Jakarta: Eska media, 2005), 8.

10

M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Suami sejak malam pertama (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 357.

11

(29)

21

atas perintah lainnya. Jika suatu ketika berbenturan antara perintah ayah dan ibu, maka perintah ibu yang harus diutamakan untuk ditaati.12

Suatu hal yang menggembirakan lagi bagi kaum wanita dinegara Indonesia adalah Ketetapan MPR RI Tahun 1978 memberikan perhatian yang layak pada kaum wanita yakni lewat MPR RI nomor 4/MPR/1978 tentang garis besar haluan-haluan Negara.13

Pada sektor kaum wanita dalam pembangunan dan pembinaan bangsa disebutkan:14

a. Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara maksimal disegala bidang.

b. Peranan wanita dalam pembangunan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khususnya dalam rangkaian manusia Indonesia.

c. Untuk lebih memberikan peranan dan tanggung jawab kepada kaum wanita dan pembangunan, maka pengetahuan dan ketrampilan wanita perlu ditingkatkan diberbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhannya.

Wanita itu shalih, yakni yang memelihara kehormatannya, yang memelihara hak suami bagi yang bersuami, mengetahui dan menjalankan syariat agamanya dan memenuhi panggilan negaranya. Itulah wanita yang dinginkan oleh Islam.15

12

Ibid., 13. 13

Fadlurahman, Nasib Wanita Sebelum Islam (Gresik: Putra Peajar, 2000), 33. 14

Ibid., 33-34. 15

(30)

22

2. Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang masih kecil namun telah menderita karena ditinggal orang tua mereka.16 Anak kecil tentu masih membutuhkan kasih sayang orangtua, apabila orangtua mereka meninggal tentu saudara atau wali yang membantunya. Namun kasih sayang orangtua kandung lebih berarti dibandingkan orang lain.

Anak yatim adalah sosok manusia yang mendapat kedudukan khusus dan mulia di sisi Allah SWT.17Memuliakandan menghormati anak-anak yatim dapat membesarkan hati dan mengangkat harga diri mereka, sehingga mereka menjadi tegar dan bersemangat dalam menghadapi hidup dan masa depan. Mereka tidak boleh dihina dan direndahkan. Perasaan mereka yang sensitif perlu dijaga. Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata kasar yang menyinggung, apalagi sampai memukul.18 Dengan ucapan yang menyakitkan, bagi mereka itu menyedihkan, karena dengan kondisi mereka yang mnederita ditambahkan lagi dengan ucapan-ucap yang kurang enak didengar, tentu akan menjadi beban mental yang dapat mempengeruhi perilaku dan perbuatan.

Ada anak yatim yang mempunyai harta banyak peninggalan orangtuanya namun ia tidak bisa mengelolanya tanpa bantuan oranglain. Karena masih kecil tentu tidak bisa apa-apa, dan belum paham benar untuk persoalan pengelolalaan harta.

Berbeda lagi apabila anak yatim itu, orangtuanya pada saat sebelum meninggal tidak mempunyai harta, tentu lebih berat lagi beban hidup mereka,

16

Muhsin M.K, Menyayangi Dhuafa (Jakarta: Gema Insani, 2004), 78. 17

Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 5. 18

(31)

23

dan kesadaran diri bagi wali atau kerabatnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga ia dewasa.

Anak yatim harus disantuni, dihormati, dan diakui keberadaannya secara khusus. Tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang, baik terhadap dirinya maupun hartanya. Anak yatim tidak boleh disia-siakan.

Didalam Alquran Surat An-nisa’ ayat 36, Allah berfirman:























36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

membangga-banggakan diri19

Dengan ayat diatas dianjurkan untuk berbuat baik kepada orangtua, saudara, anak yatim, orang miskin, dan tetangga baik yang dekat maupun yang jauh, teman, orang yang dalam perjalanan, dan orang yang baru masuk Islam.

(32)

24

Sebagai anak yang hidup penuh dengan penderitaan dan serba kekurangan, tentu mereka mempunyai angan-angan untuk memiliki orang tua asuh yang menggantikan posisi orangtuanya yang sudah meninggal.

Melalui orangtua asuh atau bisa dikatakan dengan wali, mereka akan mendapatkan kasih sayang layaknya memiliki orangtua yang utuh seperti sebelum ditinggal orang tuanya yang meninggal. Selain itu juga mendapatkan pendidikan yang layak terutama pendidikan tentang agama yang menjadi bekal untuknya dalam menjalankan proses kehidupan.

Dalam Islam anak yatim mempunyai kedudukan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Anak yatim mendapatkan perhatian secara khusus dari Rasulullah SAW. Mereka mendapatkannya, karena untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar tidak terlantar setelah orangtuanya meninggal. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhori yakni tentang pemeliharaan anak yatim.

ِ َثدَح

، ِ َ

َااَ

اَنَ ثدَح

ُدْ َ

ِه لا

ُ ْ

ِدْ َ

، ِبا َ لا

َااَ

:

ِ َثدَح

ُدْ َ

ِزيِزَ لا

ُ ْ

ِ َ

ٍ ِااَح

َااَ

:

ُ ْ َِ

َ ْهَس

َ ْ

،ٍدْ َس

ِ َ

ِِ نلا

ى َص

ُاا

ِهْيَ َ

َ َسَو

َااَ

« :

اَنَ

ُ ِااَ َو

ِ يِ َيلا

ِهْيَ َ ْصِ ِ

ِ َ ا لا

ىَطْسُ لاَو

َااَ َو

»

اَذَكَ

ِ نَاا

ِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdul Wahab dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz bin Abu Hazim dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dia berkata; saya mendengar Sahl bin Sa'd dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Aku dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yaitu telunjuk dan jari tengah."20

(33)

25

Hadis diatas merupakan anjuran Nabi yang ditujukan kepada manusia supaya bangkit dan semangat untuk memelihara anak yatim. Karena Allah akan membalas bagi siapa saja yang mampu memelihara anak yatim dengan ikhlas, maka akan mendapatkan hadiah berupa surga. Anak yatim sendiri akan membawa berkah apabila kita mampu menolongnya. Siapa yang tidak mau untuk mendapatkan surga, namun perbuatan dengan perkataan, lebih mudah berkata, apabila berbuat itu lebih susah.

3. Orang miskin

Miskin dalam kamus bahasa Indonesia artinya tidak mempunyai harta benda, serba kurang, sangat miskin.21orang miskin tentu hidupnya serba kekurangan karena tidak mempunyai harta benda yang berlebih.

Orang miskin yaitu orang-orang yang dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka memiliki pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil usaha itu belum dapat mencukupi kebutuhan mereka.22 Mereka hidup dengan serba kekurangan, dan dengan perolehan keuangan yang minim, terkadang untuk makan saja masih belum cukup. Dengan kebutuhan yang banyak dan perolehan yang sedikit tentu tidak seimbang.

Dalam Shahih Bukhari dijelaskan:

ِ َ ْ َْاا

ْ َ ِااَنِزلا ِ َ ْ َ ٌ ِلاَم ِ َثدَح َااَ ِه لا ِدْ َ ُ ْ ُ يِ اَْ ِ اَنَ ثدَح

َ َسَو ِهْيَ َ ُه لا ى َص ِه لا َا ُسَ نَ

ُ َمْ لا ُاُ َ ت َااَ ُهْنَ ُه لا َ ِ َ َةَ ْ يَ ُ ِ َ ْ َ

ُةَ ْم لاَو ِناَ َمْ لاَو

اانلا ىَ َ ُف ُطَي يِذلا ُ ِكْ ِمْلا َسْيَل َااَ

ُ دَ َ ُيَ ا

ُ َطْفُ ي َََو

ِهِ

ِهيِنْ ُ ي ى ِ ُدَِ ََ يِذلا ُ ِكْ ِمْلا ْ ِكَلَو ِناَتَ ْم لاَو

21

Anwar, Kamus Lengkap, 282. 22

(34)

26

َاانلا ُاَ ْ َيَ ا ُ ُ َ ي َََو ِهْيَ َ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada saya Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bukanlah disebut miskin orang berkeliling meminta-minta kepada manusia dan bisa diatasi dengan satu atau dua suap makanan atau satu dua butir kurma. Akan tetapi yang disebut miskin adalah orang yang tidak mendapatkan seseorang yang bisa memenuhi kecukupannya, atau yang kondisinya tidak diketahui orang sehingga siapa tahu ada yang memberinya shadaqah atau orang yang tidak meminta-minta kepada manusia".23

Dari hadis diatas bahwa arti dari orang miskin yaitu bukan orang yang selalu meminta kepada oranglain dan sanggup untuk makan walaupun dengan makanan dengan jumlah yang sedikit. mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Terkadang kondisinya yang serba kekurangan tidak diketahui oleh oranglain. Padahal apabila kondisinya dapat diketahui, maka bagi orang yang dermawan akan membantu meringankan bebannya.

Orang miskin itu kondisinya telah menjadikan dia diam dan tidak menampakkan diri dihadapan manusia, ia sabar dan tidak meminta-minta kepada orang lain. Dengan begitu, ia mendapakatkan pahala dari kesabarannya, ditambah dengan tidak menampakkan diri dengan meminta-minta kepada orang lain.

Alquran telah menetapkan pengertian miskin dengan firman Allah:





16. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.24

23Imam Abu ‘Abdullah bin Isma’il al-Bukhari, S{ahi>hul Bukhari (Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1400 H), 125

24al-Qur’a>n

(35)

27

Hal ini menunjukkan bahwa orang miskin itu adalah orang yang tidak mendapatkan sesuatu. Keadaan yang serba dalam kekurangan, maka mereka membutuhkan pertolongan.

4. Manula

Manula adalah singkatan dari manusia lanjut usia. Pengertian dari manula adalah orang-orang yang sudah sangat tua dan uzur.25 Dengan kondisi yang sudah tua tentu kekuatan fisiknya berkurang. Semakin bertambah usia juga seseorang mengalami penuaan. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun.26 Pada usia setengah abad lebih, manusia tentu mengalami berbagai macam perubahan, terutama pada kesehatannya, berat badan akan menurun, rambut juga menjadi berwarna putih atau beruban.

Dalam sebuah penelitian di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya, dengan meggunakan teori Felce dan Perry, kesejahteraan psikologis menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup lansia. Penurunan kemampuan fungsi psikologis, misalnya fungsi pendengaran menurun menyebabkan para lanjut usia gagal untuk mengerti apa yang orang lain katakan.27 Orang yang sudah lanjut usia semuanya serba berubah, apalagi mereka sudah tuli, dan mereka butuh kasih sayang layaknya anak kecil.

25

Muhsin, Menyayangi Dhuafa, 97. 26

Khalid Mujahidullah, Keperawatan Geriatrik ‘’Merawat lansia dengan Cinta dan

Kasih Sayang’’(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 1. 27

(36)

28

Dalam UU No. 13 tahun 1998 yang dimaksud lansia atau lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih atau seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas yang mana kemampuan fisik dan kognitifnya semakin menurun.28

Orang yang sudah lanjut usia perlu membutuhkan bantuan orang yang berada disekitarnya baik tetangga maupun kerabat dekat. Apabila di rumah hanya tinggal sendiri, maka bantulah mereka untuk meringankan beban mereka. walaupun membantu dalam bentuk materi maupun non materi. Bantuan tidak harus banyak, dan tentunya bantuan itu bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Menurut Dep. Kes RI, usia lanjut di bagi menjadi tiga golongan:29 1. Kelompok lansia dini (usia 55-64 tahun)

2. Kelompok lansia pertengahan (usia 65 tahun ke atas)

3. Kelompok lansia dengan resiko tinggi (usia 70 tahun ke atas)

28Ratri Gumelar, ‘’Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia’’ (skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014), 3-4.

29

(37)

BAB III

PENAFSIRAN AYAT YANG BERKAITAN DENGAN

KEPEDULIAN TERHADAP KAUM LEMAH

A. Penafsiran Surat al-Nisa’ ayat 75

Dalam Kitab al-Mu’jam al-Mufahros{ li< alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m

ditemukan kata ‘’mustad}afi>n’’ dalam Surat an-nisa’ ayat 75, 97, 98, dan 127.1

Ayat alquran dalam surat al-Nisa’ ayat 75:























75. mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".2

Kata mustad}afi>n berasal dari kata d}a’ufa-d}u’fun atau d}a’fun yang berarti lemah. Yang dimaksud dengan golongan mustad}afi>n di dalam Surah an-nisa’ ayat 75 yakni orang-orang mukmin Mekah yang ditahan dan dihalang-halangi dan di aniaya oleh orang-orang kafir Quraisy sehingga tidak bisa hijrah ke Madinah.

Pada ayat-ayat yang lalu telah diwajibkan kepada orang mukmin bersiap siaga untuk menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan, dan mencela sikap

1Muhammad Fu’

ad Abdu al-Baqiy, Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur’an al-Karim (Kairo: Matba’ah Dar al-Kutub al-Misriyyah, 126 H), 421.

(38)

30

orang yang lemah imannya dan orang-orang munafik yang segan berperang di jalan Allah. Ayat ini memberi dorongan kepada kaum Muslimin agar berperang di jalan Allah dengan menerangkan tujuannya yang suci murni. Dan keuntungannya yang besar.

Ibn Katsi>r dalam kitabnya mengomentari ayat ini sebagaimana Allah

SWT menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin Untuk berjihad dijalan-Nya dan berupaya untuk menyelamatkan orang-orang lemah yang tinggal di Mekah dari kalangan kaum laki –laki, kaum wanita, dan anak-anak yang terpaksa tinggal di Mekah tanpa ada pilihan lain. 3Karena itulah Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya:

...







...

Artinya: ... yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini.4

Yang dimaksud ayat di atas yakni kota Makah, seperti yang disebutkan dalam ayat

lain, yaitu firmanNya:



















3. yang demikian adalah karena Sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan Sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.5

3

Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kathir Ad-Dimasyqi, Tafsir ibnu kasir vol 5(Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2003), 315.

4 Ibid.,

(39)

31

Selanjutnya Allah menyifati penduduk negeri tersebut melalui firmannya:

...



75. yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!"

Yakni berikanlah kami pelindung dan penolong dari sisi engkau. Imam Bukhari mengatakan:

اَنَ ثدَح

ِ َ

ُ ْ

ِدْ َ

،ِه لا

اَنَ ثدَح

،ُناَيْفُس

َااَ

:

َااَ

ُدْيَ ُ

ِه لا

ُ ْ

ِ َ

،َديِزَي

ُ ْ َِ

َ ْ ا

ٍاا َ

َ ِ َ

ُه لا

،اَمُهْ نَ

ُا ُ َ ي

« :

ُ ْنُ

اَنَ

ِمُ َو

َ ِم

َ ِفَ ْ َ ْ ُاا

اَنَ

َ ِم

ِناَدْلِ لا

ِمُ َو

َ ِم

ِااَ ِنلا

»

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan Aku dan Ibuku termasuk diantara orang-orang yang lemah itu.6

Kemudian telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah

menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Ibnu Mulaikah, bahwa

Ibnu Abbas membacakan firmannya:



















6Imam Abu ‘Abdullah bin Isma’il al

(40)

32

98. kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah).7

Lalu ia mengatakan aku dan Ibuku termasuk orang-orang yang dimaafkan oleh

Allah SWT.

Sayyid Qutb dalam tafsir Fi> Z}i>la>lil Qur’a>n mengatakan ayat ini menggunakan metode persuasif, dengan menggelitik harga diri dan sensitivitas hati, terhadap orang-orang lemah yang tertindas, dari kalangan laki-laki, wanita, dan anak-anak, yang diperlakukan secara keras di bawah kekuasaan kaum musyrikin, yang tidak dapat berhijrah ke negeri Islam dn berlari membawa agama dan akidah mereka.8

Keadaan mereka yang tertindas terlukis dalam pemandangan yang dapat membangkitkan harga diri seorang muslim, kehormatan orang mukmin, dan menyentuh hati dengan berbelas kasih terhadap kondisi mereka.

Pemandangan yang berupa wanita-wanita tak berdaya dan anak-anak yang lemah, adalah pemandangan yang memilukan dan mengesankan, yang dapat membangkitkan semangat untuk membelanya. Pemandangan lain berupa orang-orang tua renta yang tidak dapat membela diri, tidak dapat membela agama dan akidahnya.

Sayyid Qutb, mewajibkan bagi kaum muslimin untuk menyelamatkan orang-orang muslim yang terindas di negeri itu, yaitu negeri Mekah. Itulah tanah air kaum Muhajirin, yang diseru dengan seruan yang hangat itu untuk memerangi

7al-Qur’a>n,4:98. 8

(41)

33

kaum musyrikin yang ada didalamnya, dan menolong orang-orang muslim yang tertindas supaya dapat keluar darinya.9

Hamka mengatakan dalam tafsirnya Al Azhar Berapa banyak manusia yang tidak berani mengerjakan ibadat dengan terang karena yang berkuasa adalah orang yang zalim? Dipenuhi selalu oleh rasa takut dan cemas.10

Penghujung ayat ini menjelaskan keluhan teman-teman seagama, sepaham, setujuan, yang tengah menderita di negeri Makkah. Ketika yang lain berhijrah ke Madinah, mereka tidak bisa mengikutinya, karena lemahnya keadaan mereka. Ada Laki-laki, ada perempuan, dan anak-anak. Oleh karena itu, perasaan belas kasihan ketika melihat kondisi mereka yang tertindas dan membangkitkan hati untuk menolong mereka.

M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa ayat ini merupakan pertanyaan yang mengandung kecaman dan penafian, ayat ini seakan-akan berkata: Adakah alasan yang menghalangi kamu terus menerus menghindar dari berjuang di jalan Allah? Sungguh tidak ada alasan. Kalau demikian, Mengapa kamu tidak mau terus berjuang di jalan yang mengantar kepada penegakan Allah dan perolehan ganjaran-Nya, dan berjuang membela keluarga, handai tolan, suku, putra-putri ‘’bangsa’’ kamu yang masih berada di Mekah, yang merupakan orang -orang yang lemahdan diperlemah atau dicabut dayanya oleh -orang--orang kafir Mekah, baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang seagama dengan kamu dan semuanya selalu dan terus berdoa: Tuhan kami, keluarkan kami dari

9 Ibid., 10

(42)

34

negeri ini, yakni Mekah, karena kota itu dihuni dan dikuasai oleh orang zalim penduduknya.

M. Quraish Shihab mengartikan al-mustad}afi>n orang-orang yang diperlemah, sementara ulama mengartikannya orang-orang yang dianggap tidak berdaya oleh masyarakat, yakni ketidakberdayaan yang telah mencapai batas akhir, sebagaimana dipahami dari penambahan huruf ta dan sin. Ada juga yang memahami bahwa mereka tidak hanya dianggap tidak berdaya, tetapi mereka benar-benar tidak diberdayakan.11

M. Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat ini mewajibkan berjuang membela orang-orang yang lemah dan terttindas, apalagi keluarga, bahkan yang pernah selokasi (setanah air) dengan seseorang.12

Thabaththaba’i mengomentari ayat ini antara lain, bahwa tidak dapat

disangkal, terdapat dalam diri manusia dorongan untuk membela apa yang diagungkan dan dihormati seperti anak cucu, keluarga, kehormatan, tempat tinggal, dan lain-lain. Ini sejalan dengan fitrah manusia. Hanya saja, lanjutnya, perlu dicatat bahwa pembelaan itu bisa terpuji kalau ia berdasar hak dan untuk kebenaran, dan bisa juga tercela dan mengakibatkan kesengsaraan hidup, kalau ia batil dan bertentangan dengan hak. Islam datang memelihara dasar fitrah itu dengan membatalkan terlebih dahulu rinciannya, kemudian mengarahkan seluruhya ke arah Allah SWT. Dan mengalihkannya dari segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah, sehingga pada akhirnya semua dimasukkan ke dalam suatu wadah, yakni wadah tauhid. Dari titik tolak ini, Allah

11

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah vol 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 485. 12

(43)

35

menganjurkan manusia untuk membela kelompok, keluarga dan keturunannya, serta semua hak yang dimilikinya dengan mengembalikan kesemuanya itu ke sisi Allah SWT.13

Dalam ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang-orang yang tertindas baik laki-laki maupun perempuan, atau anak-anak, yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mampu mencari jalan untuk berhijrah, bersamaan dengan itu sesungguhnya mereka elah menerima kezhaliman yang sangat keras dari musuh-musuh mereka, lalu berdo’a kepada Allah agar berkenan mengeluarkan mereka dari kampung tersebut dimana penduduknya beraku zhalim terhadap mereka.

Mereka berdoa supaya Allah mengirimkan penolong bagi mereka dan mampu mengeluarkan mereka dari kampung tersebut. Ayat ini memang berbicara tentang jihad atau perang untuk membela kaum tertindas. Dengan menegakkan keadilan melawan kekafiran dan menyelamatakan orangorang yang tertindas dari Negeri Makkah.

Penyebutan kata al-wilda>n (anak-anak) dalam ayat ini menggambarkan betapa aniaya kaum musyrik, sehingga anak-anak terlibat dalam kekejaman mereka

Pengunaan istilah min ladun (dari sisi), yakni dari sisi Allah, dalam ayat ini disebutkan dua kali, yang menggambarkan bahwa mereka tidak mengetahui lagi apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana cara yang mereka tempuh untuk menghindar dari siksaan kaum musyrik.

(44)

36

B. Bentuk Kepedulian terhadap Kaum Lemah

1. Jaminan sosial

Hak bagi setiap individu yang miskin adalah mendapatkan perlindungan dari masyarakat , baik kemiskinan mereka timbul sebab sakit yang diderita, tidak mendapatkan pekerjaan, atau karena kondisi sosial (persaingan hidup) yang keras. Masyarakatlah yang bertangggung jawab atas jaminan sosial ini.14 Masyarakat setempat memang harus membantu untuk meringankan beban tetangganya atau kerabatnya yang kekurangan, walaupun bentuknya hanya sedikit, itu tidak menjadi persoalan. Asalkan keikhlasan dari dalam diri untuk membantu. Hal yang dapat dilakukan dengan jaminan sosial yakni ada dua cara:

a. Zakat

Zakat merupakan syariat manusiawi yang solid, yang didalmna banyak terkandung ajaran-ajaran Nabi (sebelum Islam), sehingga tidak dikatakan suatu agama jika dalam agama tersebut tidak menerapkan kewajiban sosial yang pokok ini.

Secara umum zakat bertujuan untuk menata hubungan dua arah yaitu hubungan vertikal dengan Tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama manusia.15 Dengan zakat maka seseorang akan menunaikan kewajibannya sebagai umat Islam.

14

Makram, Pengaruh Akidah, 164. 15

(45)

37

Secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan ungkapan syukur bagi seorang hamba kepada Allah atas nikmat yang diberikan Allah berupa harta, dan untuk mensuciakn diri dari harta tersebut. Tujuan ini terdapat dalam Surat at-Taubah ayat 103:











<

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menjadi dasar untuk memudahkan calon pelamar dalam melakukan pengiriman berkas lamaran dan mengikuti tes penerimaan masuk ke perusahaan secara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peserta didik yang tuntas pembelajaran, dari prasiklus sebanyak 6 orang (25%) mejadi 15 siswa tuntas pada siklus I (62,5%) dan pada

Dalam pergaulan sesama manusia baik antara suami isteri, antara orang tua dengan anak, antara tetangga dengan tetangga, antara guru dan murid, atau dalam masyarakat

Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba tumbuhan sirih merah (Piper betle Linn.) dari ekstrak etanol fraksi n-heksan dan etilasetat, terhadap Staphylococcus

Alat dinamometer ini dapat digunakan oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua (sepeda motor) dan bersifat real time. Data yang didapatkan saat Snap shot

Bab VI mengenai pembinaan dan pengawasan kebudayaan daerah, yang didalamnya terdapat pengaturan tentang kewenangan dalam melakukan pembinaan dan pengawasaan baik pembinaan

pendapat atau tidak sesuai dengan alur PBL - tidak mampu merangkum hasil diskusi - tidak berpendapat sebagai anggota diskusi Scriber : - tidak membantu chair dalam

Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi ke- lainan kulit diperlukan, karena merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keber- hasilan