CARA MUDAH MEMPEROLEH REZEKI MENURUT
AL-QUR
’
AN (KAJIAN TEMATIK)
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Mendapat Gelar Srata Satu (S-1) Ilmu Quran dan Tafsir
Oleh:
MOCH. SINGGIH HARIANTO
NIM: E33213106
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Peneliti dengan nama Moch. Singgih Harianto Prodi Ilmu al-Qur`an dan
Tafsir, dengan judul “Cara Mudah Memperoleh Rezeki dalam al-Qur’an (Kajian Tematik)”
Berangkat dari latar belakang masalah yang menjadikan banyak diantara sekian orang yang mengalami kesulitan dalam menarik rezeki yang sudah Allah jatahkan untuk makhluknya. Sehingga mereka masih mengalami kesulitan walau sudah dibarengi dengan kerja keras yang luar biasa. Akan tetapi rezeki tersebut terasa sulit untuk diterimanya, bahkan terasa kurang terus menerus. Itulah yang menyebabkan rezeki yang mereka terima masih belum seutuhnya didapat karena dari sebagian mereka tidak menghadirkan Allah sang pemilik rezeki itu sendiri dalam mencari dan memperoleh rezeki.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana
menjelaskan makna kemudahan menarik rezeki dalam al-Qur’an dan
kontekstualisasinya terhadap masyarakat. Sehingga bertujuan untuk mengetahui
cara kemudahan itu sendiri yang dijalaskan oleh al-Qur’an. Dengan demikian
masyarakat tahu bahwa cara kemudahan sebelumnya sudah dijelaskan oleh
al-Qur’an.
Dari penelitian ini tidak ditemukan penelitian sebelumnya yang sama
terkait dengan cara mudah memperoleh rezeki yang dijelaskan dalam al-Qur’an.
Bahawa dalam penelitian ini menfokuskan pada titik kemudahan itu sendiri dalam
memperoleh rezeki yang sudah dipaparkan dalam al-Qur’an.
Adapun metode penelitian ini menggunakan metode maudhu’I yaitu
mencari ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah yang diangkat, dengan
jalan menghimpun seluruh ayat-ayat yang ada dalam al-Qur’an yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat. Kemudian menganalisisnya dengan
pengetahuan yang relevan, dan melahirkan konsep yang utuh dari al-Qur’an itu
sendiri tentang masalah itu.
Hasil dari penelitian ini memberikan tawaran solusi berupa laku spiritual untuk mempermudah langkah dalam menarik rezeki berupa konsep takwa, istighfar dan rasa syukur sehingga menjadi gampang dalam mencari dan menarik rezeki yang sudah Allah jatahkan terhadap makhluknya. Karena ketiga konsep tersebut mengandung makna yang sangat besar dan dapat memberikan solusi jalan keluar untuk kemudahan mereka dalam menarik rezeki.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
PEDOMAN TRANSLITASI ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Penegasan Judul ... 5
C. Identifikasi & Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
F. Kegunaan Penelitian ... 6
G. Telaah Pustaka... 7
H. Metode Penelitian ... 8
2. Metode Penelitian ... 9
3. Sumber Data Penelitian ... 10
4. Teknik Analisis data ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II: TINJAUAN UMUM AYAT AL-QUR’AN TENTANG KEMUDAHAN MEMPEROLEH REZEKI A. Istilah Rezeki dalam al-Qur’an ... 13
B. Ayat-ayat Kemudahan Memperoleh Rezeki ... 18
BAB III: PENAFSIRAN AYAT KEMUDAHAN MEMPEROLEH REZEKI A. Penafsiran Ayat 2 – 3 dalam Surat at-Thalaq ... 30
B. Penafsiran Ayat 3 dalam Surat Hud ... 37
C. Penafsiran Ayat 7 dalam Surat Ibrahim ... 40
D. Penafsiran Ayat 261 dalam Surat al-Baqarah ... 45
E. Penafsiran Ayat 10 dalam Surat an-Nisa’ ... 46
F. Penafsiran Ayat 72 dalam Surat an-Nahl ... 46
G. Penafsiran Ayat 132 dalam Surat Toha ... 47
BAB IV: KEMUDAHAN REZEKI MENURUT AL-QUR’AN DAN
KONTEKSTUALISASINYA
A. Macam-macam Rezeki ... 50
B. Upaya Mudah dalam Membuka Pintu Rezeki... 58
C. Kontekstualisasi Kemudahan Rezeki ... 72
BAB V: PENUTUP
1. Simpulan ... 83 2. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak diantara masyarakat yang mengalami putus asa akibat tidak adanya pekerjaan yang mereka dapatkan. Sehingga berakibat banyaknya pengangguran yang terjadi dimana-mana bahkan para sarjana pun yang selesai menuntaskan kuliahnya kini masih banyak diantara mereka yang masih bingung dan tidak mendapatkan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan harapan.
Tidak kalah dengan demikian halnya, mereka yang tidak bersekolah malah memiliki lapangan pekerjaan yang cukup baginya. Sehingga mereka dapat mengais rezeki dengan sendirinya, bahkan mudah hal itu baginya. Lantas apakah disini terjadi beragam perbedaan, entah itu dari latar belakang pendidikan, latar belakang pengalaman, latar belakang orang tua yang mempengaruhi mereka bisa sukses dan dengan mudahnya mengais rezeki Allah melalui tangan mereka.
Banyak diantara orang mengais rezeki dengan cara yang berbeda-beda,
adakalanya mereka yang tidak memiliki apa–apa yang kemudian merantau
2
lebih dari mencukupi kebutuhan hidupnya. Lantas apakah rezeki yang Allah turunkan pada mereka berbeda beda. seperti kadar nilai turunnya yang diberikan
pada hambanya, dan apakah itu takdir mutlak (takdir mubram) yang diberikan
padanya, atau disesuaikan dengan usaha yang mereka tempuh.
Lantas bagaimana dengan mereka yang mengais rezeki dengan usaha yang sangat keras tapi hasilnya pas-pasan dibandingkan dengan mereka dengan usaha kerja yang tidak terlalu berat dengan gaji yang luar biasa yang itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Apakah hal ini tidak berbanding lurus dengan demikiaan. Rezeki yang asalnya dari Allah zat yang maha pemberi dan maha kaya atas apa yang dimiliki Allah yang kemudian diberikan pada hambanya ini terasa kurang? bahkan banyak yang mengeluh kesahkan bahwa rezeki yang diterimanya ini tidaklah adil. Sungguh apa yang telah dijanjikan oleh Allah ini benar adanya.
Manusia sebelum dilahirkan di dunia yang mana masih berada di alam
kandungan memiliki sumpah yang kuat kepada rabbnya. Selain itu juga mereka
telah dijanjikan atau digariskan pada diri mereka ketika mereka mengamban amanah untuk hidup di dunia menjadi hamba tuhannya. Dan adapun beberapa perkara yag sudah digariskan, diantaranya, perkara itu adalah rezeki, jodoh, dan hidup mati mereka. Itulah yang dinamakan dengan rezeki yang dijamin oleh Allah
SWT. pada hambanya yakni “takdir mubram” yang pasti dan tidak bisa dirubah
lagi. Dengan begitu rezeki yang didapatkan oleh manusia itu sudah sangat mudah
adanya1. bagaimana tidak, Allah sudah memberikan jaminan rezeki sebelum ia
dilahirkan di Dunia. Itulah yang dinamakan dengan rezeki yang dijamin oleh
1
3
Allah SWT. entah itu banyak maupun sedikit. Tinggal bagaimana manusia itu sendiri mau mengemasnya sebagai apa. Kita tahu rezeki yang Allah tebarkan di muka bumi ini sangatlah banyak dan tak terhingga nilanya, bahkan dengan jalan
apapun bisa kita tempuh asalkan itu sesuai dengan syariat al-Qur‟an dan
Sunnatullah. Bagaimanapun juga rezeki yang sudah Allah tebarkan di Bumi ini sangatlah banyak, dan bagaimana kita sendiri mengambilnya dan mengarahkan tubuh kita untuk mengambilnya, seperti contoh katakanlah orang yang hidup di tepi laut pasti mereka akan mengais rezekinya dengan pergi melayan ke tengah lautan untuk mencari ikan demi kebutuhan hidupnya. Sedangkan orang yang hidup dipinggiran mereka memanfaatkan barang rosokan sebagai jalan untuk mendapatkan rezeki dengan cara inovatif dan kreasi mereka bisa dijadikan sebagai pengrajianan tangan kemudian dijual pruduk tersebut kepasaran. Sedangkan
tempat – tempat kejadian yang asalnya musibah seperti lumpur lapindo. Sekarang
sudah bisa dijadikan kreatifan tangan masyarakat Sidoarjo seperti membuat kendi dan patung-patungan dari lupur yang berada disana, kemudian adalagi yang menjdikan tempat tersebut sebagai area wisata lumpur lapindo, dana ada juga yang menyempatkan untuk menggunakan jasa ojek demi untuk mengantarkan wisatawan untuk keliling mengelilingi lumpur lapindo, dan ada juga yang sempat menyewakan payung agar ketika melihat pemandangan lumpur tidak terlalu kepananasan katanya seperti itu.
4
latar belakang masalah ini menegaskan berangkat dari sebuah permasalah yang dimana banyak diantara orang yang mengais rezeki tapi bebeda cara menerima dan mendapatkannya. Ada sebagian dari mereka yang menggunakan rambu-rambu agama untuk alur mendapatkan rezeki dan malah mudah untuk menarik rezeki. Bahkan ada sebagian yang lain malah cuek dengan rambu-rambu itu dan pada akhirnya mereka sekedar mendapatkan rezeki dengan usaha mereka sendiri tanpa menggunakan rambu-rambu agama yang sudah diatur oleh agama.
Oleh karena itu dalam penelitian ini nantinya peneliti akan mengangkat pembahasan yang sangat urgen bahwa tidak ada yang kita katakan kalau rezeki itu susah didapat, bahkan kita bisa memperoleh dan mendapatkannya dengan jalan manapun yang ingin kita kehendaki asalkan itu jalan sesuai dengan tuntunan syariat. Sesuai dengan jaminan rezeki yang sudah dijamin adanya oleh Allah SWT. dan bagaimanapun jaminan Allah itu pasti adanya, sesuai dengan firmannya dalam surat Hud ayat 6:
َ تْسُم ُمَلْعَ يَو اَهُ قْزِر ِهَللا ىَلَع ََِإ ِضْرَْْا ِِ ٍةَباَد ْنِم اَمَو
( ٍنِبُم ٍباَتِك ِِ ٌلُك اَهَعَدْوَ تْسُمَو اََرَق
٦
)
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya telah dijamin rezekinya oleh Allh SWT. dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)2
Ayat diatas telah menyiratkan bahwa Allah telah menjamin rezeki, bahkan kepada binatang-binatang sekalipun. Allah telah menetapkan rezeki kepada setiap makhluknya dan hal itu merupakan suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.
2
5
Sebagaimana ayat diatas, semua itu telah tercatat di Lauhul Mahfudz. Oleh karena
itu, rezeki yang dijamin ini merupakan realisasi dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Sehingga sifatnya tidak akan berubah karena ditakdirkan sebagaimana mestinya3.
B. Penegasan Judul
Agar dapat diketahui secara mendetail, maka akan ditegaskan bagian kata dari judul tersebut:
Kemudahan : Sesuatu yang yang dapat mempermudah memperlancar usaha4
Memperoleh : Mendapatkan sesuatu dengan usaha5
Rezeki : Segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang
diberikan oleh Tuhan)6
C. Identifikasi Masalah & Batasan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat didentifikasi masalah berupa sebagai berikut:
1. Apa makna rezeki dalam al-Qur‟an?
2. Bagaimana konsep rezeki dalam al-Qur‟an?
3. Bagaimana cara mudah memperoleh rezeki yang dijelaskan dalam al-Qur‟an?
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diketahui bahwah berbagai argumentasi yang didapat dalam penelitian ini terfokus pada cara mudah
menggapai rezeki dalam al-Qur‟an.
3
Ibid,,37
4Pustaka Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
5
Ibid., 6
6
D. Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang diatas ditemukan beberapa rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mudah memperoleh rezeki yang dijelaskan dalam al-Qur‟an?
2. Bagaimana kontekstualisasi kemudahan mencari rezeki dalam kehidupan
masyarakat?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menemukan pandangan al-Qur‟an tehadap cara mudah menggapai rezeki
Allah.
2. Mengkontekstualisasikan langkah mencari rezeki dalam kehidupan
masyarakat.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berkembangan dalam dunia ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dapat dikemukakan kegunaan penelitian dibawah ini:
1. Sebagai hasil sumbangsih penulis untuk memberikan wawasan pengetahuan
bagi berkembangnya ilmu agama khususnya dalam bidang tafsir, dan umumnya dalam lingkungan masyarakat luas.
2. Untuk menjelaskan cara mudah memperoleh rezeki yang telah dijelaskan
7
3. Mengkontekstualisasikan isi kandungan al-Qur‟an sebagai amaliah
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
G. Telaah Pustaka
Telaah pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui keaslian penelitian yang akan dilakukan. Setelah dilakukan telaah pustaka dari berbagai macam karya
skripsi, tidak ditemukan karya yang serupa dengan penelitian yang berupa Cara
Mudah Memperoleh Rezeki dalam al-Qur’an, seperti halnya dibawah ini:
1. Penafsiran min haisu la tahtasib dalam Qs. Ath Tholaq (65): 3 (Telaah buku metafisika bisnis bersama Allah karya Muhyidin). Karyaa skripsi Muslim. 2013. Pada skripsi ini memaparkan bahwa rezeki yang allah berikan pada
hambanya yang dapat kita pahami ada dua jalur dalam konteks “Minhaisu la
yahtasib”. Yakni “Minhaisu la yahtasib” yang pertama adalah melalui jalan
fisika/material yang dapat dikejar melalui bekerja, berdagang, berprofesi dan lain sebagainya. Oleh karena itu yang pertama ini adalah tuntutan dimana kita
bekerja dan disitulah kita mendapat upah. Kemudian “Minhaisu la yahtasib”
yang kedua adalah melewati metafisika yang dibutuhkan jalan ini adalah
supranatural. Seperti menikah, membaca al-Qur‟an, Sholat dhuha, mempererat
tali silaturrahmi, perbanyak istighfar dll.
2. Penafsiran Ayat – Ayat Rizq Menurut M. Quraish Shihab Telaah Kajian Tafsir al – Misbah. Karya Skripsi Mahmuddin, 2009. Skripsi ini membagi persoalan
rezeki. Pertama, menjabarkan tentang ayat-ayat yang berbicara tentang
8
macam rezeki. Ketiga,menjabarkan ayat-ayat cara memperoleh rezeki.
Keempat, menjabarkan ayat-ayat tentang penggunaan rezeki.
3. Penafsiran Sayyid Qutub terhadap Rezeki dalam al-Qur‟an, karya skripsi
Mir‟atunnisa‟. 2005. Rezeki dalm skripsi ini tidak hanya menitik beratkan
pada materi yang berupa harta, uang dan kekayaan saja. Semua penyebab
al-Rizq yang diletakkan dalam tatanan alam sebagai sunnatullah yang telah
diciptakan Tuhan merupakan al-Rizq. Bukan hanya itu, kekuatan dan
kemampuan manusia sebagai khalifah dimuka bumi dalam mengolah dan
memanfaatkan al-Rizq juga dikaitkan sebagai al-Rizq. Sayyid Qutub melihat
al-Rizq bukan hanya sebagai karunia yang hanya diberikan untuik dirasakan
manusia akan tetapi adalah esensi dari pada al-Rizq itu sendiri.
Oleh karena itu, belum ditemukan sama sekali pembahasan / penelitian yang lebih spesifik terkait dengan judul cara mudah menarik rezeki dalam al-Qur‟an.
H. Metode Penelitian
Dalam menyusun sebuah kerangka penelitian yang sempurna diperlukan adanya sebuah metode guna menyelesaikan penelitian menjadi terarah dan
mencapai titik maksimal7. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
7
9
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Data diambil dari kepustakaan baik berupa buku, dokumen, maupun artikel, sehingga teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui pengumpulan sumber-sumber primer maupun sekunder. Seperti halnya metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
dan sebagainya.8
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Data diambil dari kepustakaan baik berupa buku, dokumen, maupun artikel9,
sehingga teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui pengumpulan sumber-sumber primer maupun sekunder. Seperti halnya Metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.10
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 47.
9
Hadari Nawawi, Metodologi penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Universy press, 2001), 95.
10
10
3. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua sumber yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang berasal dari buku-buku yang dijadikan sumber pokok yang digunkan untuk acuan karya penelitian, seperti halnya al-Qur‟an dan kitab – kitab tafsir lainnya diantaranya sebagai berikut:
1) Tafsir Ibnu Katsir karya Dr. Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh
2) Tafsir al Azhar karya Prof. Dr. Hamka
3) Tafsir al Misbah karya Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab
4) Tafsir al-Qur‟an karya Kemenag RI
5) Tafsir Shafwatu at-Tafasir karya M. Ali As-Shobuni
b. Sumber data skunder
1) Rumus rezeki
2) 7 akselerasi rezeki
3) Agar rezeki melimpah dan hidup berkah
4) Rezeki dalam al-Qur‟an
5) Ayat – ayat rezeki
6) Agar dimudahkan rezeki
11
4. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis yang berarti analisis dilakukan dengan cara menyajikan
deskripsi sebagaimana adanya, tanpa campur tangan pihak peneliti.11Usaha
pemberian deskripsi atas fakta tidak sekedar diuraikan, tetapi lebih dari itu, yakni fakta dipilih-pilih menurut klasifikasinya, diberi intepretasi, dan
refleksi.12 Oleh karena itu metode yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan metode Maudhui yang merupakan metode mencari ayat
al-Qur‟an yang berkaitan dengan masalah yang diangkat, dengan jalan
menghimpun seluruh ayat-ayat yang ada dalam al-Qur‟an yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat. Kemudian menganalisisnya dengan
penegetahuan yang relevan, dan melahirkan konsep yang utuh dari al-Qur‟an
itu sendiri tentang masalah itu.13
Dan adapun untuk menerapkan tafsir maudhu’i: menetapkan
permasalahan yang akan dibahas, menghimpun ayat-ayat berkaitan dengan masalah tersebut.,menyusun runtutan ayat sesuai masa turunnya beserta asbab nuzulnya, memahami surat yang satu dengan surat yang lain, merekonstruksi topic yang diangkat kemudian dibagi dalam bagian yang saling berhubungan,
mempelajari ayat serta menghimpun ayat yang memiliki makna yang sama.14
11
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2004), 49.
12
Siswantoro, Metode Penelitian..., 50.
13
Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhuiy, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), 37.
14
12
I. Sistematika Pembahasan
Dalam menguraikan penelitian ini, disusun pula sistematika pembahasan guna memudahkan dalam memahami karya penelitian. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terbagi menjadi empat bab sebagai berikut:
Sebagaimana lazimnya penelitian, pada bab satu merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, penegasan judul, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua memaparkan terkait dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan cara
mudah memperoleh rezeki yang telah dijelaskan dalam al-Qur‟an.
Bab tiga membahas penafsiran oleh para mufassir terkait tentang ayat-ayat
kemudahan memperoleh rezeki dalam al-Qur‟an.
Bab empat penutup membahas tentang Analisis terkait dengan berbagai cara
kemudahan memperoleh rezeki dalam al-Qur‟an dan kontekstualisasinya.
BAB II
TINJUAN UMUM
AYAT
–
AYAT AL-
QUR’AN TENTANG
CARA MUDAH
DALAM MEPEROLEH REZEKI
A. Istilah Rezeki dalam Al-Quran
Istilah rezeki (rzq), dengan berbagai kata bentuknya, dalam al-Qur‟an
terdapat pada 123 tempat. Dari 123 itu, 61 kali disampaikan dalam bentuk fi’iI (kata kerja) seperti pada QS. Al-Maidah (5): 88, dan 62 kali disampaikan dalam
bentuk isim (kata benda) seperti pada QS. al-Baqarah (2): 60. Istilah rezeki dalam
al-Qur‟an memiliki beberapa makna1 diantaranya:
1. Al-‘atha’ (pemberian, anugrah), misalnya dalam ayat ayat berikut:
ُ َنوُقِفُْ ي ْمُاَْ قَزَر ا َِِو َة ََصلا َنوُميِقُيَو ِبْيَغْلاِب َنوُِمْؤُ ي َنيِذلا
٤
َ
(yaitu) mereka yang beriman pada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang, kami anugrahkan (razaqna>hum) kepada mereka.2
ٌةلُخ َََو ِيِف ٌعْيَ ب ََ ٌمْوَ ي َ ِْأَي ْنَأ ِلْبَ ق ْنِم ْمُكاَْ قَزَر ا ِِ اوُقِفْنَأ اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأ اَي
ٌةَعاَفَش َََو
َنوُرِفاَكْلاَو
ُ َنوُمِلاظلا ُمُ
۲٥٤
َ
Wahai orang beriman, (belanjakanlah dijalan Allah) sebagian rezeki yang telah kami berikan kepadamu (razaqna>kum) sebelum datang hari yang di hari
1
Badruzaman, ayat-ayat, 15
2
14
itu tidak ada lagi jual-beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa‟at. Dan orang kafir itulah orang yang dzalim.3
2. Al-Tha’am (makanan), misalnya dalam firman Allah:
ُقِزُر اَملُك ُراَهْ نَْْا اَهِتََْ ْنِم يِرََْ ٍتا َج ْمَُ نَأ ِتاَِِاصلا اوُلِمَعَو اوَُمآ َنيِذلا ِرِشَبَو
َهْ ِم او
ْنِم ا
ٌةَرهَبُم ٌجاَوْزَأ اَهيِف ْمََُو اًِِاَشَتُم ِِب اوُتُأَو ُلْبَ ق ْنِم اَْ قِزُر يِذلا اَذَ اوُلاَق اًقْزِر ٍةَرَََ
َنوُدِلاَخ اَهيِف ْمَُو
ُ
۲٥
َ
Dan sampaikanlah kabar berita kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki (ruziqu) buah-buahan berupa rezeki (rizqa) dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “inilah yang pernah diberikan kepada kami
dahulu” mereka diberikan buah-buahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.4
3. Al-Mathar (Hujan), misalnya dalam firman Allah SWT:
ُ َنوُدَعوُت اَمَو ْمُكُقْزِر ِءاَمسلا َِِو
۲۲
َ
Dan di langit ada rezekimu (rizqakum) dan terdapat pula ada yag dijanjian kepadamu.5
ُللا َلَزْ نَأ اَمَو ِراَه لاَو ِلْيللا ِف ََِتْخاَو
ِفيِرْصَتَو اَِِْوَم َدْعَ ب َضْرَْْا ِِب اَيْحَأَف ٍقْزِر ْنِم ِءاَمسلا َنِم
ُ َنوُلِقْعَ ي ٍمْوَقِل ٌتاَيآ ِحاَيِرلا
٥
َ
Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan oleh Allah dari langit lalu dihidupkannya air hujan itu (rizq) bumi sesudah matinya, dan ada perkisaran angin ada pula tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi kaum yang berakal.6
3
QS. Al- Baqarah 2: 254
4
QS. Al- Baqarah 2 : 25
5
15
4. Al-Nafaqah (nafkah), seperti terdapat dalam firman Allah SWT:
ِْنَلْوَح نَُد ََْوَأ َنْعِضْرُ ي ُتاَدِلاَوْلاَو
نُهُ قْزِر َُل ِدوُلْوَمْلا ىَلَعَو َةَعاَضرلا مِتُي ْنَأ َداَرَأ ْنَمِل ِْنَلِماَك
ِفوُرْعَمْلاِب نُهُ تَوْسِكَو
Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian (rizquhunna) kepada para ibu dengan cara yang makruf.7اوُلوُقَو ْمُوُسْكاَو اَهيِف ْمُوُقُزْراَو اًماَيِق ْمُكَل ُللا َلَعَج ِِلا ُمُكَلاَوْمَأ َءاَهَفسلا اوُتْؤُ ت َََو
ًَْوَ ق ْمَُ
َم
ُ اًفوُرْع
٥
َ
Dan janganlah kamu serakah kepada orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja (urzuqu>hum) dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.8
5. Al-Tsawab (pahala), sebagaimana terdapat dalam ayat:
ُ َنوُقَزْرُ ي ْمَِِِر َدِْع ٌءاَيْحَأ ْلَب اًتاَوْمَأ ِللا ِليِبَس ِِ اوُلِتُق َنيِذلا َََسََْ َََو
۰٦٩
َ
6
QS. Al-Jatsiyah 45 : 5, kata al-Thabari “makna yang dimaksud adalah alghais (hujan), yang kaenanya bumi dapat mengeluarkan rezeki dan kebutuhan pokok bagi hamba” (Muhammad Ibn jarir al-Thabari, Jami’ al-bayan fi> ta’wil al-Qur’an, Mu’assasah al -Risa>lah, cet. I, 2000, jilid 22, 61).
7
QS. al – Baqarah 2 : 233
8
16
Janganlah kau mengira orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.9
ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِِاَص َلِمَع ْنَمَو اَهَلْ ثِم َِإ ىَزَُْ َََف ًةَئِيَس َلِمَع ْنَم
َنوُلُخْدَي َكِئَلوُأَف ٌنِمْؤُم َوَُو ىَثْ نُأ
ُ ٍباَسِح َِْْغِب اَهيِف َنوُقَزْرُ ي َةَْْا
٤۱
َ
Barang siapa yang mengerjakan amal perbuatan jahat maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan baik ia sedang beriman maka mereka masuk surga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab.10
6. Al-Jannah (surga), sebagaimana terdapat pada ayat:
7.
ىَقْ بَأَو ٌرْ يَخ َكِبَر ُقْزِرَو
ِيِف ْمُهَ ِتْفَ ِل اَيْ ندلا ِةاَيَِْا َةَرَْز ْمُهْ ِم اًجاَوْزَأ ِِب اَْع تَم اَم ََِإ َكْيَ ْ يَع ندََُ َََو
ُ
۰٤۰
َ
Dan janganlah kamu arahkan kedua matamau kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk kami coba mereka dengannya. Dan karunia (rizqu) Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.11
ِْنَ ترَم اََرْجَأ اَِِْؤُ ن اًِِاَص ْلَمْعَ تَو ِِلوُسَرَو ِلِل نُكِْم ْتُْقَ ي ْنَمَو
ُ اًِرَك اًقْزِر اََ اَنْدَتْعَأَو
٣۰
َ
Dan barang siapa diantara kamu tetap taat kepada Allah dan rasulnya , dan mengerjakan amal yang shaleh, niscaya kami memeberikan padanya pahalanya dua kali lipat dan kami sediakan baginya rezeki yang banyak.12
9
QS. Surat al-Imran 3 : 169. Maksudnya. Mereka mendapat pahala atas amal dan pengorbanan yang mereka persembahkan.
10
QS. Ghafir 40 : 40. Maksudnya, Mereka mereka mendapat pahala didalamnya dengan pahala yang banyak dengan tanpa batas.
11
QS. Thaha 20 : 131. Lihat misalnya al –Husain ibn mas‟ud al – Baghawi, Ma’alim al – Tanzil, Dar Thayyibah li al – Nasyr wa al –Tawzi‟, cet. IV, 1997, jilid 5. 303.
12
17
7. Al-Syukr (bersyukur, berterimakasih), sebagaimana terdapat pada ayat:
ُ َنوُبِذَكُت ْمُكنَأ ْمُكَقْزِر َنوُلَعَََْو
٨۲
َ
Dan kamu membalas rezeki yang dikaruniakan Allah dengan mendustakannya.13
8. Al-Fakihah (buah-buahan) seperti terdapat pada firman Allah:
َكَز اَهْ يَلَع َلَخَد اَملُك ايِرَكَز اَهَلفَكَو اًَسَح اًتاَبَ ن اَهَ تَبْ نَأَو ٍنَسَح ٍلوُبَقِب اَه بَر اَهَل بَقَ تَ ف
َدَجَو َباَرْتِمْلا ايِر
اًقْزِر اَ َدِْع
Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan menjadikan Zakariah menjadi pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan disisinya.14Dari ayat – ayat al-Qur‟an diatas, dapat ditarik sekurangnya dua hal:
pertama setiap konteks yang meliputi kemunculan kata rezeki (rzq) memberi
tambahan makna atas makna awal atau makna kamus. Kedua, makna – makna
baru itu ujungnya tidak keluar dari makna awal. Artinya semua makna itu sesungguhnya berasal dari makna awal, berkaitan dengannya, dan mengacu
kembali padanya. Semua makna kata rzq dengan segala bentuknya itu berkaitan
dengan makna dasar. Yaitu „atha‟ (pemberian karunia).
13
QS. Al-Waqiah 56 : 82
14
18
B. Ayat-ayat Kemudahan Rezeki dalam Al-Quran
1. Dalam Surat al-Baqarah 2 : 233
اَهَعْسُو َِإ ٌسْفَ ن ُفلَكُت ََ ِفوُرْعَمْلاِب نُهُ تَوْسِكَو نُهُ قْزِر َُل ِدوُلْوَمْلا ىَلَعَو
“Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
Pada ayat diatas sudah jelas bahwa makna rezeki tersebut adalah kewajiban seseorang untuk bekerja, bekerja dan berusaha berikhtiar mencari rezeki dan nafkah. Hal itu sesuai dengan akal dan ilmu yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada manusia. Oleh karenanya, berusah dan bekerja adalah sunnatullah atau undang-undang Allah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk emakmurkan bumi ini, yaitu kemakmuran lahir dan batin.
Dipermukaan bumi Allah ini bertaburan bertaburan segala macam rezeki malah hingga ke dalam lubang-lubang batu, di guung-gunugng, di dasar-dasar laut, di angkasa raya dan dimana saja, terserah pada yang bekerja dan yang
mengusahakannya saja.15
2. Dalam Surat Zukhruf 43 : 32 – 35
َ فَرَو اَيْ ندلا ِةاَيَِْا ِِ ْمُهَ تَشيِعَم ْمُهَ ْ يَ ب اَْمَسَق ُنََْ
ْمُهُضْعَ ب َذِختَيِل ٍتاَجَرَد ٍضْعَ ب َقْوَ ف ْمُهَضْعَ ب اَْع
ُ َنوُعَمََْ ا ِِ ٌرْ يَخ َكِبَر ُتََْْرَو ايِرْخُس اًضْعَ ب
٣۲
ْنَمِل اَْلَعََْ ًةَدِحاَو ًةمُأ ُسا لا َنوُكَي ْنَأ ََْوَلَو َ
ضِف ْنِم اًفُقُس ْمِِِوُيُ بِل ِنَْْرلاِب ُرُفْكَي
ُ َنوُرَهْظَي اَهْ يَلَع َجِراَعَمَو ٍة
٣٣
اَهْ يَلَع اًرُرُسَو اًباَوْ بَأ ْمِِِوُيُ بِلَو َ
ُ َنوُئِكتَ ي
٣٤
ُ َنِقتُمْلِل َكِبَر َدِْع ُةَرِخ ْْاَو اَيْ ندلا ِةاَيَِْا ُعاَتَم امَل َكِلَذ لُك ْنِإَو اًفُرْخُزَو َ
٣٥
َ
15
19
“Apakah mereka yang membagi-bagikan nikmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan Dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhan mu lebih baik dari apa yang telah mereka kumpulkan. Dan sekiranya bukan karena menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami membuatkan bagi orang-orang kafir kepada Tuhan yang maha pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan juga tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (kami buatkan pula) rumah rumah mereka dan begitu pula yang merka bertelekan atasnya. Dan kami buatkan pula perhiasan-perhiasan dari emas untuk mereka. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu disisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Selain itu pada ayat diatas rezeki dapat dikategorikan sebagai kadar yang pasti bagi setiap pemiliknya. Tak luput bahwa apabila orang telah mengerti dan yakin bahwa rezeki itu adalah barang pembagian yang telah ditetapkan kadarnya, tidak lebih dan tidaklah kurang walaupun sebesar atom sekalipun, niscaya dia akan tenang dan tidak gelisah sedikitpun tentang rezekinya, seterusnya dia seyakin-yakinnya bahwa meskipun berusaha sekeras-kerasnya, membanting tulang siang-malam, namun ia tidak akan mendapat lebih dari apa yang telah ditetapkan untuknya. Dan jika demikian ia tidak perlu mebebani dirinya secara berlebihan. Ia akan berlaku tenang dalam mencari rezeki. Sebab dengan
ketenangan itu rezeki bagiannya tetap tidak akan berkurang.16
3. Dalam Surat Nuh 71 : 10 - 12
ِإ ْمُكبَر اوُرِفْغَ تْسا ُتْلُقَ ف
ُ اًرافَغ َناَك ُن
۰۱
ُ اًراَرْدِم ْمُكْيَلَع َءاَمسلا ِلِسْرُ ي َ
۰۰
ٍلاَوْمَأِب ْمُكْدِدَُْو َ
ُ اًراَهْ نَأ ْمُكَل ْلَعَََْو ٍتا َج ْمُكَل ْلَعَََْو َنَِبَو
۰۲
َ
16
20
Maka aku katakan kepada mereka, memohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya dia maha pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan kepadamu kebun-kebun dan mengadakan di dalamnya sungai-sungai.
Apabila manusia mau bertaubat kepada Allah, memohon ampunan dan beristighfar kepadanya, kemudian menaati segala perintah dan larangannya, maka Allah akan memperbanyak rezeki. Yakni dengan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan keberkahan dari Bumi. Selanjutnya karena siraman air hujan itu akan tumbuh berbagai tanaman yang akan berbuah
banyak.17
Seperti itulah Allah memberikan isyarat atau contoh bagi hambanya yang mau beristighfar atau memohon ampunan padanya, maka senantiasa Allah akan mendengar dan menerima taubat seseorang tersebut dan akhirnya Allah ridho terhadap apa yang dia lakukan, sehingga muncullah belas kasih Allah padanya untuk mewujudkan segala keinginan dan permintaan hambanya. Maka dari itu disitulah letak kemudahan seorang hamba untuk senantiasa mendapatkan cucuran kemurahan Allah yakni rahmatnya senantiasa akan menyertainya. Dan belas kasih Allah akan selalu berada dalam diri hambanya. Apapun yang diminta oleh seorang hamba maka Allah senantiasa mengabulkannya, apalagi hanya berupa rezeki. Tak kurang-kurangnya Allah berikan secara cuma-cuma pada hambanya.
17
21
4. Dalam Surat at-Thalaq 65 : 2 - 3
ُ اًجَرََْ َُل ْلَعََْ َللا ِقتَ ي ْنَمَو
۲
َوُهَ ف ِللا ىَلَع ْلكَوَ تَ ي ْنَمَو ُبِسَتَْ ََ ُثْيَح ْنِم ُْقُزْرَ يَو َ
ُ اًرْدَق ٍءْيَش ِلُكِل ُللا َلَعَج ْدَق ِِرْمَأ ُغِلاَب َللا نِإ ُُبْسَح
٣
َ
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Alla akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Pada suatu hari, seorang yang bernama Malik dari kabilah Asyja‟i
berkunjung kepada Rasulullah SAW mengadu bahawa anaknya yang bernama
„Auf, menurut berita yang diterimanya, tertawan musuh. Ia memohon
pertolongan pada Rasulullah SAW. Nabi menasehatinya agar bersabar, karena niscaya Allah akan memberikannya jalan keluar. Nabi menyuruhnya mengirim
pesan kepada‟Auf. Bahwa Rasulullah SAW memerintahkan ia memperbanyak
bacaan, “La> h}aula wa la> quwwata illa> billa>h.” „Auf melaksanakan
perintah Nabi itu meskipun ia dalam keadaan dibelenggu oleh musuh. Tak beberapa lama datanglah pertolongan Allah, belenggu itu lepas dan ia berhasil lolos, kemudian lari ke Madinah.
Ditengah jalan bertemu dengan segerombolan domba atau unta, lalu digiringnya sekumpulan ternak itu lalu dibawa ke Madinah dan mengetuk pintu
rumah orang tuanya, Malik al-Asyja‟i. mendengar suara „Auf, orang-orang
yang berada di dalam rumahnya saling berebut untuk membukakan pintu. Alangkah terkejutnya mereka karena pekarangan mereka penuh dengan
22
kejadian yang dialaminya. Malik masih ragu-ragu tentang hukum binatang ternak itu, lalu segera menanyakannya pada Rasulullah. Nabi menerangkan padanya bahwa boleh bagi Malik melakukan apa saja yang ia mau sebagaimana layaknya harta sendiri.
Dari keterangan tersebut kita mengetahui bahwa bertakwa kepada Allah dan berserah diri padanya, dalam segala hal, benar-benar memudahkan dalam mencari dan menarik rezeki, yakni rezeki itu mudah diperoleh, tak usah dan tak perlu sampai tak makan dan tak tidur. Walaupun rezeki itu mungkin tidak
banyak, namun mengandung berkah.18
5. Dalam Surat Ibrahim 14 : 7
نِإ ُُْْرَفَك ْنِئَلَو ْمُكنَديِزََْ ُُْْرَكَش ْنِئَل ْمُكبَر َنذَأَت ْذِإَو
ُ ٌديِدَشَل ِِاَذَع
٧
َ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatku) maka pasti adzabku akan sangat berat.
Syukur berarti menampakkan pengaruh kenikmatan yang Allah berikan baik melalui lisan dengan cara mengakui dan memujinya, melalui hati dengan cara menyaksikan kebesarannya dan mencintainya, melalui anggota badan dengan cara menaati dan tunduk pada aturan Allah.bersyukur kepada Allah menandakan kita sebagai hamba yang bertakwa. Bersyukur berarti memuji Allah sebagai rasa terimakasih atas rahmat. Nikmat dan karunianya yang telah kita dapatkan.
18
23
Syukur adalah bentuk pengakuan yang keluar dari dalam hati yang paling murni bahwa segala sesuatu yang diperoleh adalah dari Allah bukan dari hasil
kerja keras yang dilakukan.19
6. Dalam Surat al-Baqarah 2 : 261
لا ُلَثَم
ُةَئاِم ٍةَلُ بُْس ِلُك ِِ َلِباََس َعْبَس ْتَتَبْ نَأ ٍةبَح ِلَثَمَك ِللا ِليِبَس ِِ ْمَُاَوْمَأ َنوُقِفُْ ي َنيِذ
ٍةبَح
ُ ٌميِلَع ٌعِساَو ُللاَو ُءاَشَي ْنَمِل ُفِعاَضُي ُللاَو
۲٦۰
َ
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui
Dari ayat diatas jelas bahwa infak itu mempunyai kekuatan yang dahsyat. Menginfakkan harta dijalan Allah itu sebagaimana sebiji benih sawi yang tumbuh menjadi pohon. Pohon tersebut mempunyai tujuh ranting. Sementara itu, pada masing-masing ranting mengeluarkan seratus benih. Dengan begitu,
dari satu benih itu memunculkan tujuh ratus benih lagi. Itulah “investasi”
rezeki dengan cara berinfak. Allah menggantikan dengan cara melipatgandakan
dari infak yang dikeluarkan.20
Selain ayat diatas Allah juga memberikan motivasi pada ayat lain bahwa rezeki yang diinfakkan maka akan kembali dengan jumlah berlipat ganda,
seperti pada Surat Saba‟ ayat 39:
19
Muhammad Fadlun, Agar Rezeki Berlimpah & Hidup Berkah. (Pustaka Media Press. Suarabaya: 2014), 128
20
24
ُرِدْقَ يَو ِِداَبِع ْنِم ُءاَشَي ْنَمِل َقْزِرلا ُطُسْبَ ي َِِر نِإ ْلُق
ُُفِلُْ َوُهَ ف ٍءْيَش ْنِم ْمُتْقَفْ نَأ اَمَو َُل
ُ َنِقِزارلا ُرْ يَخ َوَُو
٣٩
َ
Katakanlah, sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang dia kehendaki diantara hamba-hambanya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan dialah pemberi rezeki yang terbaik.21
Pada ayat tersebut diatas juga merupakan dalil untuk berinfak. Allah telah menjanjikan dan Allah akan menggantikan atas apa yag telah kita infakkan (nafkahkan) di jalan Allah. Allah maha pemberi rezeki dan tidak ada Tuhan selain Allah. Ayat tersebut juga member motivasi pada kita agar kita senantiasa menjadi pribadi yang suka berbagi pada orang lain sehingga kita bisa sekaligus melakukan kebaikan social dan kebaikan spiritual.
Perlu diketahui juga bahwa berinfak memang menjadi sebuah amalan pembuka pintu rezeki. Akan tetapi amalan ini sifatnya penunjang. Jangan mentang-mentang sudah berinfak, kemudian tidak bekerja dan bermalas-malasan di rumah. Padahal tidak bekerja dan bermalas-bermalas-malasan itu dilarang oleh islam. Rosulullah pun juga juga menganjurkan agar umat islam menjadi pribadi yang giat bekerja dan tidak bermalas-malasan.
Oleh karena itu, hubungan antara sedekah (infak) dan hari akhir adalah erat sekali karena sebagaimaa diketahui, seseorang tak akan mendapatkan pertolongan apapun dan dari siapapun pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil
25
amalnya sendiri selagi masih di Dunia, antara lain amalnya yang berupa infak dijalan Allah.22
7. Dalam Surat Saba‟ 34 : 39
ُْ َوُهَ ف ٍءْيَش ْنِم ْمُتْقَفْ نَأ اَمَو َُل ُرِدْقَ يَو ِِداَبِع ْنِم ُءاَشَي ْنَمِل َقْزِرلا ُطُسْبَ ي َِِر نِإ ْلُق
َوَُو ُُفِل
ُ َنِقِزارلا ُرْ يَخ
٣٩
َ
Katakanlah, sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang dia kehendaki diantara hamba-hambanya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan dialah pemberi rezeki yang terbaik.
Adapun maksud penjelasan ayat diatas adalah Allah yag menjadi pemilik rezeki dan pemberi rezeki kepada hambanya telah menganjurkan sedekah. Artinya rezeki atau harta yang telah dititipkan kepada kita itu sebagiannya hendaknya disedekahkan. Perintah ini datang dari pemilik rezeki. Sedangkan posisi kita adalah sebagai pembawa amanah. Aka seharusnya kita melakukan perintah itu karena kita bukanlah pemilik kekayaan. Apalagi kita Allah menjanjikan jikalau
kita suka bersedekah maka kekayaan kita aka dilipat gandakan olehnya.23
8. Dalam Surat Thaha 20 : 132
ُ ىَوْق تلِل ُةَبِقاَعْلاَو َكُقُزْرَ ن ُنََْ اًقْزِر َكُلَأْسَن ََ اَهْ يَلَع َِِْبْصاَو ِة ََصلاِب َكَلَْأ ْرُمْأَو
۰٣۲
َ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang member rezeki kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa
22
Muhammad Fadlun, Agar Rezeki Berlimpah & Hidup Berkah. (Pustaka Media Press. Suarabaya: 2014), 120
23
26
Shalat menurut bahasa berarti do‟a, sedangkan secara hakikat berarti
berharap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepadanya serta menumbuhkan didalam jiwa raga keagungan, kebesarannya, dan kesempurnaan
kekuasaannya.24 Seperti Allah menegaskan dalam firmannya pada al-Qur‟an
Surat Adz-Dzariyat 56 – 58:
ُ ِنوُدُبْعَ يِل َِإ َسْنِْْاَو نِْْا ُتْقَلَخ اَمَو
٥٦
ِنوُمِعْبُي ْنَأ ُديِرُأ اَمَو ٍقْزِر ْنِم ْمُهْ ِم ُديِرُأ اَم َ
ُ
٥٧
ُقْلا وُذ ُقازرلا َوُ َللا نِإ َ
ُ ُنِتَمْلا ِةو
٥٨
َ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberiku makan. Sesungguhnya Allah dialah maha pemberi rezeki. Yang memiliki kekuatan lagi sangat kokoh.25
Melalui shalat kita dibimbing oleh malaikat rizki untuk menempuh jalan menjadi kaya. Dan Allah mengajarkan kita agar menjadi kaya dan menghargai waktu. Selain shalat lima waktu, adapun shalat sunnah yang dapat menyebabkan rezeki itu dimudahkan oleh Allah diantaranya seperti shalat sunnah dhuha.
Orang yang mengerjakan shalat sunnah dhuha sebanyak empat rakaat akan diberikannya rezeki yang sagat cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari oleh Allah.
Melalui shalat sunnah dhuha, setiap haba akan dituntun menuju jalan menjadi kaya. Karena shalat dhuha sangat berpengaruh bagi kemurahan rezeki dan rahmat dari Allah. Orang yang mengerjakan shalat dhuha, tentu tidak pernah mninggalkan shalat fardhu. Karena apabila seseorang mengerjakan
24
Fadlun, Agar rezeki, 111
25
27
shalat sunnah dhuha, tetapi meniggalkan shalat wajib tentu shalat sunnah dhuhanya pasti akan sia-sia. Disamping itu kita harus dapat menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Karena dengan menjahui larangannya dan mematuhi segala perintahnya, maka akan menjadi hamba yang bertakwa. Dan bagi orang yang bertakwa kepada Allah, maka Allah senantiasa akan
mengasihinya dengan memberikan rezeki yang lancar.26
9. Dalam Surat at-Thalaq 65 : 4
تَ ي ْنَمَو
ُ اًرْسُي ِِرْمَأ ْنِم َُل ْلَعََْ َللا ِق
٤
َ
…
Barang siap yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Maksud dari penjelasan kata kemudahan dari ayat diatas adalah bahwa
barang siapa muraqabah kepada Allah dan berhenti di batas-batasnya, maka
Allah memberi ia kelonggaran dari setiap kesedihan, memberi ia solusi dari setiap kesempitan dan memberinya rezeki tanpa terlintas di hatinya.
10. Dalam Surat an-Nahl 16 : 72
ُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَج ُللاَو
ِتاَبِيبلا َنِم ْمُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو َنَِب ْمُكِجاَوْزَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَجَو اًجاَوْزَأ ْم
ُ َنوُرُفْكَي ْمُ ِللا ِتَمْعِِبَو َنوُِمْؤُ ي ِلِطاَبْلاِبَفَأ
٧۲
َ
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik.”
26
28
Maksud makna dari ungkapan ayat diatas adalah menikah, maka dengan cara menikah inilah Allah memberikan jatah rezeki kepada hamba yang telah dikehendakinya. Apabila seorang hamba telah memikul beban dan tanggung jawab maka Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba tersebut selagi ia asih dalam jalan yang benar. Oleh karena itu dengan lantaran jalur menikah Allah akan meberikan karunia rezeki pada hamba tersebut melalui istri dan anak-anaknya.
11. Dalam Surat an-Nisa‟ 4 : 10
ًِْعَس َنْوَلْصَيَسَو اًراَن ْمِِِوُبُب ِِ َنوُلُكْأَي اََِإ اًمْلُه ىَماَتَيْلا َلاَوْمَأ َنوُلُكْأَي َنيِذلا نِإ
ُ ا
۰۱
َ
“Barang siapa yang berhijrah dijalan Allah, senantiasi ia mendapati di muka Bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa yang keluar dari ruahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan rasulnya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai pada tempat yang dituju) maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”
Makna hijrah disini adalah berpindah. Bisa dimaknai berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Dan hijrah sendiri diperintahan apabila atas dasar niat karena Allah dan mencari rezeki halal. Oleh karena itu jangan takut bagi siapa saja yang mau berhijrah untuk meninggalkan kampong halaman, apabila tempat
itu dirasa kita sudah tidak mampu mengembangkan usaha.27
12. Dalam Surat al-Baqarah 2 : 3
ُ َنوُقِفُْ ي ْمُاَْ قَزَر ا َِِو َة ََصلا َنوُميِقُيَو ِبْيَغْلاِب َنوُِمْؤُ ي َنيِذلا
٣
َ
27
29
“mereka beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka”
13. Dalam Surat al-Ahzab 33 : 31
ِْنَ ترَم اََرْجَأ اَِِْؤُ ن اًِِاَص ْلَمْعَ تَو ِِلوُسَرَو ِلِل نُكِْم ْتُْقَ ي ْنَمَو
ُ اًِرَك اًقْزِر اََ اَنْدَتْعَأَو
٣۰
َ
“Dan barang siapa diantara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan rasul-rasulnya, dan mengerjakan amal shaleh, niscaya kami memberikan kepadanya, pahalanya dua kali lipat dan kami sediakan baginya rezeki yang mulia”
14. Dalam Surat al-Fathir 34 : 29
ُجْرَ ي ًةَيِن َََعَو ارِس ْمُاَْ قَزَر ا ِِ اوُقَفْ نَأَو َة ََصلا اوُماَقَأَو ِللا َباَتِك َنوُلْ تَ ي َنيِذلا نِإ
َروُبَ ت ْنَل ًةَراََِ َنو
ُ
۲٩
َ
“Sesungguhnya orang-orang yang selelu membaca kitab Allah dan mendirikan Shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yag kami anugrahkan kepada mereka secara diam-diam da terang-terangan”
15. Dalam Surat as-Syura 42 : 38
َِِِرِل اوُباَجَتْسا َنيِذلاَو
ُ َنوُقِفُْ ي ْمُاَْ قَزَر ا َِِو ْمُهَ ْ يَ ب ىَروُش ْمُُرْمَأَو َة ََصلا اوُماَقَأَو ْم
٣٨
َ
BAB III
PENAFSIRAN AYAT TENTANG KEMUDAHAN REZEKI
A. Penafsiran Ayat 2 – 3 dalam Surat at-Thalaq:
ُ اًجَرََْ َُل ْلَعََْ َللا ِقتَ ي ْنَمَو
۲
نِإ ُُبْسَح َوُهَ ف ِللا ىَلَع ْلكَوَ تَ ي ْنَمَو ُبِسَتَْ ََ ُثْيَح ْنِم ُْقُزْرَ يَو َ
َق ٍءْيَش ِلُكِل ُللا َلَعَج ْدَق ِِرْمَأ ُغِلاَب َللا
ُ اًرْد
٣
َ
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Alla akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.1
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang yang bertakwa akan
dibalas dengan dua hal. Pertama, Allah akan memberikan jalan keluar untuknya.
Menurut Ibnu Abbas: “Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
dari setiap kesusahan di Dunia maupun di Akhirat.” Kedua, Allah akan
memberikan rezeki dari jalan atau cara yang tidak disangka-sangka.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Barang siapa yang bertakwa
kepada Allah dengan melakukan apa yang dia perintahkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari
1
31
arah yang tiada disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas
dalam benaknya.”
Sedangkan Abdullah bin Mas‟ud pernah berkata, “sesungguhnya ayat
terbesar dalam hal pemberian janji jalan keluar dan rezeki adalah ayat 2 – 3 pada
surat at-Thalaq.”2
Sedangkan Imam al-Qusairi di dalam tafsirnya mengatakan, “Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, maka Allah akan mengeluarkannya dari jalan permasalahan dan urusannya, seperti sehelai rambut yang diambil dari adonan roti. Tiada sedikitpun permasalahan yang
tersisa.” Sufyan bin „Uyainah pernah mengatakan, bahwa seseorang tidak akan
mencapai takwa sejati selama belum mampu membuat batasan yang jelas antara dirinya dan yang haram, serta sampai meninggalkan dosa, ataupun yang samar-samar terlihat seperti dosa.3
Pada ayat diatas kiranya tidak disalah pahami dengan berkata: “Banyak
orang bertakwa yang kehidupan materialnya terbatas.” yang perlu diingat bahwa
ayat diatas tidak menyatakannya “akan menjadikannya kaya raya.” Disisi lain
rezeki tidak hanya dalam bentuk material. Kepuasan hati adalah bentuk kekayaan hati yang tidak akan pernah habis. Ada juga rezekinya yang bersifat pasif. Si A yang setiap bulannya katakanlah menerima lima juta rupiah tetapi dia atau salah satu keluarganya sakit-sakitan lebih sedikit dibandingkan dengan si B yang hanya memperoleh dua juta per-bulan akan tetapi sehat dan hatinya tenang.
2
Nur Faizin, Rezeki Al-Qur’an. (Al-Quds. Surakarta: 2015), 129.
3
32
Sekali lagi kata rezeki tidak selalu bersifat material, tetapi juga bersifat spiritual. Kalau ayat diatas menjanjikan rezeki dan kecukupan bagi yang bertakwa, maka melalui Rasulullah saw. Mengancam siapa yang durhaka dengan
kesempitan rezeki. Beliau bersabda: “Tidak ada yang menampik takdir kecuali
doa, tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan yang luas, dan
sesungguhnya seseorang dihindarkan dari rezeki akibat dosa yang dilakukannya”
(HR. Ibn Majah, Ibn Hibban dan al-Hakim melalui Tsauban ra.)4
Oleh karena itu ketakwaan adalah salah satu sebab dimudahkannya rezeki. Selain itu pada ayat selanjutnya Allah juga menyebutkan:
ُ اًرْسُي ِِرْمَأ ْنِم َُل ْلَعََْ َللا ِقتَ ي ْنَمَو
٤
َ
…
Barang siap yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.5
Barang siapa muraqabah kepada Allah dan berhenti di batas-batasnya,
maka Allah memberi ia kelonggaran dari setiap kesedihan, memberi ia solusi dari setiap kesempitan dan memberinya rezeki tanpa terlintas di hatinya. Mujahid
berkata, “Kami berada di dekat Ibnu Abbas, lalu seorang laki-laki menghadap dan
berkata, “Dia menceraikan istrinya dengan talak tiga.” Ibnu Abbas diam, sampai
kami mengira bahwa ia akan mengembalikan istri itu kepada suaminya.
Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Salah satu dari kalian melakukan hal bodoh,”
lalu berkata, “Hai Ibnu Abbas. Padahal Allah berfirman, “Barang siapa yang
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. (Lentera Hati. Tagerang: 2007), 297.
5
33
bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan jalan keluar baginya,”
kamu tidak bertakwa kepada Allah, maka aku tidak mendapat jalan keluar
untukmu. Kamu durhaka kepada Tuhanmu dan istrimu tertalak ba’in darimu.6”
Ulama tafsir berkata, Ayat ini bersifat umum. Sasaran turunnya adalah Auf bin
Malik Al-Asyja‟i. orang kafir menawan putranya, lalu dia menghadap Nabi dan
mengadukan kemelaratan serta berkata, “Musuh menawan putraku dan ibunya
mengeluh. Apa yang anda perintahkan kepadaku Nabi bersabda kepadanya,
“Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Kami perintahkan kamu dan istrimu
untuk banyak mengucapkan, “la haula wala quwwata illa billah.” Auf dan
istrinya menuaikan perintah itu. Ketika ia berada di dalam rumahnya, tiba-tiba putranya mengetuk pintu sambil membawa seratus ekor unta. Musuh lupa
unta-unta itu, lalu dia mengambilnya. Maka turunlah ayat ini, Barang siapa bertakwa
kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.7
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)-nya”. Barang siapa yang bergantung kepada Allah dan yakin kepadanya dalam apa yang menimpanya, maka Allah akan mencukupinya. Ash-Shawi berkata, “Barang siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah, maka Dia mencukupi apa yang penting baginya. Berusaha dan berikhtiar tidak bertentangan dengan konsep tawakal, sebab usaha diperintahkan. Hanya saja
usaha tidak dijadikan tempat bertawakal.”8
6
Dari Mahasin At-Ta’wil 16/5838.
7
Lihat AL-Qurthubi 18160 dan Ath-Thabari 28/90
8
34
Dalam hadits disebutkan, “seandainya kalian tawakal kepada Allah dengan
tawakal dengan sebenarnya kepadanya, niscaya dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana dia memberi rezeki burung yang berangkat pagi lapar dan pulang
sore kenyang.” (HR Tirmidzi) “Sesungguhnya Allah melaksanakn urusan (yang dikehendakinya)” urusan Allah terlaksana pada seluruh makhluknya. Apa yang
dia kehendaki terjadi dan tidak ada yang melemahkannya. Dalam at-Tashil li
Ulum at-Tanzil disebutkan, “firman ini mendorong untuk tawakal, sebab hamba
yakin bahwa segala urusan ditangan Allah, maka dia hanya tawakal kepada Allah
dan tidak bergantung pada selain Dia.9 “Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” Allah menentukan kadar dan waktu tertentu
untuk tiap urusan sesuai hikmahnya. Al-Qurthubi berkata, “Maksudnya ialah
Allah menentukan sebuah akhir bagi tiap kesulitan dan hidup enak.”10
ب ِسَتَْ ََ ُثْيَح ْنِم ُْقُزْرَ يَو
Dalam Firman Allah, “Dan memberinya rezeki dari arahyang tiada disangka-sangkanya”. Maksudnya, Allah memberi rezeki bagi orang
yang bertakwa dari arah yang tiada disangka-sangka dan dirasa.
ِللا ىَلَع ْلكَوَ تَ ي ْنَمَو
“Dan Barang siapa yang bertawakal kepada Allah.” Dalam urusan agama dan
dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah dengan maksud untuk
mendapatkan apa-apa yang bermanfaat dan minghindari apa-apa yang mudharat,
serta percaya sepenuhnya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan berada ditangan
9
At-Tashil li Ulum at-Tanzil, 4/128
10
35
yang maha kaya, maha kuat, maha perkasa lagi maha penyanyang, maka dia lebih
deat kepada hambanya melebihi sesuatu.
Hanya saja hikmah ilahi mengharuskan pemberian itu ditunda sampai
waktu yang tepat bagi hamba yang bersangkutan. Karena itu Allah berfirman;
نِإ
ِِرْمَأ ُغِلاَب َللا
“Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki)-nya.” Maksudnya, keputusan dan ketetapan pasti berlaku, hanya saja Allah
menciptakan
اًرْدَق ٍءْيَش ِلُكِل
“Ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Yaitu, waktu danketentuan yang tidak akan terlampaui dan kurang darinya.11
Salah satu pintu masuknya rezeki adalah komitmen dengan ketakwaan dan
kesalehan kepada Allah. Seorang muslim yag bertakwa dan rajin dalam beramal
saleh, niscaya Allah akan mengabulkan permohonan hambanya dengan
membukakan pintu rezeki seluas-luasnya.
“Salah satu ulama pernah berkata, sebab-sebab rezeki itu ada enam hal
yang pasti: ketakwaan, tawakal, shalat, sedekah istighfar dan usaha.”
Maka dari itu, dalam ayat al-Qur‟an yang dijelaskan pada Surat at-Thalaq
ayat 2 – 3. Yang mengaskan terkait dengan nilai ketakwaan yang menyebabkan
seorang hamba akan dimudahkannya segala urusan terutama baginya jalan keluar
dan rezeki yang tidak disangka-sangka datangnya. Ibnu Abbas berkata: “Dari arah
yang tiada disangka-sangkanya memiliki makna, dari jalan yag tidak terbetik
11
36
dalam hati. Misalnya seseorang suatu hari duduk di rumahnya sambil memikirkan
uangnya yang sudah habis, sehingga ia tidak sanggup membelikan makanan untuk
anak dan istrinya. Ketika ia dalam keadaan seperti itu, tidak lama kemudian ia
melihat solusi dari Allah dan mendapati rezeki dari arah yang tiada diduga-duga.
Tiba-tiba ada temannya yang datang mengetuk pintunya untuk berziarah padanya
sambil membawa makanan dan minuman yang lezat. Ini adalah rezeki yang tidak
pernah terbetik dalam hati manusia.”12
Syekh Sayyid Quthb pernah berkata: “Jika ada suatu umat yang dijalankan
syariat Allah dan mengarahkan diri mereka secara nyata kepada Allah dengan
amal shaleh serta istighfar yang menunjukan rasa takut kepada Allah. Dengan
bertakwa kepada Allah, menyembahnya, menjalankan syariatnya, sehingga umat
tersebut mewujudkan keadilan dan keamanan kepada manusia seluruhnya, niscaya
bagi mereka akan mengalir rezeki yang banyak. Allah akan memberikannya
kedudukan di Bumi ini, dia akan menugaskannya untuk melakukan pembangunan
dan kebaikan.”13
Selain itu ketakwaan juga menjadi kunci pembuka pintu rezeki
sebagaimana dijelaskan al-Qur‟an adalah ketakwaan yang bersifat individual.
Dalam artian, seorang yang menjaga dirinya pribadi agar menjadi mukmin yang
bertakwa. Dalam al-Qur‟an Allah juga meberikan kunci pembuka pintu rezeki
yang bersifat sosial atau umum. Allah berfirman di dalam surat al-Araf ayat 96:
12
Asep Maulana, Abdullah Jinan. Agar Dimudahkan Rezeki (PT. Elex Media Koputindo. Jakarta: 2013), 12
13
37
ُبذَك ْنِكَلَو ِضْرَْْاَو ِءاَمسلا َنِم ٍتاَكَرَ ب ْمِهْيَلَع اَْتَتَفَل اْوَق تاَو اوَُمآ ىَرُقْلا َلَْأ نَأ ْوَلَو
او
ْمُاَنْذَخَأَف
ُ َنوُبِسْكَي اوُناَك اَِِ
٩٦
َ
Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka dikarenakan pernuatannya.14
Ar-Razi menafsirkan ayat ini: “Seandainya semua penduduk desa itu
beriman kepada Allah, malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan hari akhir,
serta bertakwa dan menjauhi hal yang dilarang Allah, niscaya Allah akan
membukakan pintu keberkahan dari langit dalam bentuk hujan, dan dari bumi
dalam bentuk tumbuhan, buah-buahan, ternak, kedamaian, kesejahteraan, dan
ketentraman.”
B. Penafsiran Ayat 3 dalam Surat Hud :
يِذ لُك ِتْؤُ يَو ىمَسُم ٍلَجَأ ََِإ اًَسَح اًعاَتَم ْمُكْعِ تَُ ِْيَلِإ اوُبوُت ُُ ْمُكبَر اوُرِفْغَ تْسا ِنَأَو
َُلْضَف ٍلْضَف
ُ ٍِْبَك ٍمْوَ ي َباَذَع ْمُكْيَلَع ُفاَخَأ ِِِإَف اْولَوَ ت ْنِإَو
٣
َ
Dan hendaknya kamu memohon maghfirah kepada Tuhan kamu kemudian bertobatlah kepadanya, niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik sampai waktu yang telah ditentukan kepada setiap pemilik keutamaan, keutamaannya. Dan jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu ditimpa siksa hari yang besar.15
14
QS. Al-Araf 7 : 96
15
38
Maksud dari ayat diatas menurut Ibnu Katsir dalam tafsirya “Aku
memerintahkan kalian memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa telah berlalu
serta bertaubat darinya serta melakukan hal tersebut secara berkesinambungan.
ْمُكبَر اوُرِفْغَ تْسا ِمْوَ ق اَيَو
َََو ْمُكِتوُ ق ََِإ ًةوُ ق ْمُكْدِزَيَو اًراَرْدِم ْمُكْيَلَع َءاَمسلا ِلِسْرُ ي ِْيَلِإ اوُبوُت ُُ
ُ َنِمِرُْ اْولَوَ تَ ت
٥۲
َ
Dan dia berkata: “Hai kaumku, memohonlah ampun kepada Rabbmu, lalu bertaubatlah kepadanya, niscaya Allaha akan menurunkan hujan lebat yang sangat deras atasmu dn Allah akan menambahkan kekauatan kepada kekuatanmu
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”16
Barang siapa yang memiliki sifat istighfar memohon ampun kepada Allah
atas segala dosa-dosanya, maka Allah akan memudahkan baginya rezeki juga
melapangkan segala urusannya dan memelihara keadannya.17 Untuk itu Allah
berfirman; “Niscaya Allah menurunkan hujan yang sangat deras atasmu.
Dalam hadis juga disebutkan bahwa: “Barang siapa yang senantiasa
memohon ampun, maka Allah menjadikan setiap kesempitan ada jalan keluar, dan
memberinya rezeki (dari jalan/jumlah) yang tidak terduga.” (HR. Abu Daud &
Ibnu Majah)
16
QS. Hud 11 : 52
17
39
“Wahai kaumku! Memohonlah ampun kepada Tuhanmu, Kemudian
taubatlah kamu kepadanya, niscaya akan diturunkannya hujan atas kamu dengan
lebat.” Pangkal ayat 52). Dengan demikian akan disuburkan tanahmu dan
banyaklah penghasilan dari sawah ladangmu, sebab itu bertabah subur pula
kehidupanmu. “Dan akan ditambahkan untuk kamu kekuatan diatas kekuatan
kamu.” Artinya, kekuatan yang telah ada akan dilipatgandakan lagi dengan
kekuatan yang baru. “Dan janganlah kamu berpaling.” Dari pada jalan yang telah
digariskan Allah dan diutus untuk menyampaikannya: “Dalam keadaan berdosa.”
Terasa sekali dalam ayat ini seruan berisi rayuan. Bahwasannya perbuatan
yang selama ini mensekutukan yang lain dengan Allah, adalah dosa yang amat
besar yang sekali-kali patut dilakukan oleh kaum Ad, padahal kehidupan mereka
telah dimakmurkan oleh Allah dan telah diberi kekuatan oleh Allah. Kalau mereka
memohon ampun atas kesalahan itu dan bertaubat, yaitu kembali kepada jalan
yang benar, kesuburan akan berlipat dan kekuatan akan bertambah, lebih dari
yang selama ini. Dosa-dosa yang lama itu dengan sendirinya akan diampuni oleh
Tuhan, dan mereka dapat menempuh jalan yang terang dan bersinar dari hidayah
Allah. Tetapi kalau mereka berpaling dari seruan itu, dan