• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH DI JAWA POS MEDIA TELEVISI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH DI JAWA POS MEDIA TELEVISI SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH DI JAWA POS MEDIA TELEVISI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S. Kom. I)

Oleh: Fajrul Islam NIM. B01211039

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh Fajrul Islam ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 27 Juli 2015 Pembimbing,

(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Fajrul Islam ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi. Surabaya, 6 Agustus 2015

Mengesahkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si. NIP. 195801131982032001

Penguji I

Dr. Hj. Luluk Fikri Zuhriyah, M. Ag. NIP. 196912041997032007

Penguji II

Wahyu Illaihi, M. A. NIP. 197804022008012026

Penguji III

Drs. Syahroni A. Jaswadi, M. Ag. NIP. 195403141985031002

Penguji IV

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fajrul Islam

NIM : B01211039

Jurusan/Prodi : Komunikasi/Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 27 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Fajrul Islam )B01211039(: Problematika Format Program Siaran Dakwah di Jawa Pos Media Televisi Surabaya.

Kata kunci: Problematika, Format Program, Dakwah Di Televisi.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang Problematika Format Program Siaran Dakwah di Jawa Pos Media Televisi Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah yang pertama tentang apa yang menjadi problematika format program siaran dakwah di Jawa Pos Media Televisi Surabaya, kedua upaya apa yang dilakukan oleh Jawa Pos Media Televisi (JTV) surabaya dalam meminimalisasi problematika yang ada.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini akan berusaha mendeskripsikan, melukiskan sekaligus menganalisis suatu fenomena sosial masyarakat tertentu, secara rinci dengan maksud agar nantinya dapat menjelaskan dan menerangkan serta menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk mengetahui apa yang menjadi problematika format program siaran dakwah dan upaya apa yang dilakukan oleh Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya dalam meminimalisasi problematika yang ada, peneliti menggunakan analisis maju bertahap yang dikemukakan oleh James Spradley.

Dari hasil analisis peneliti menyimpulkan bahwa yang menjadi problematika format program siaran dakwah di JTV adalah kurangnya bekal tentang dakwah yang dimiliki oleh para tim produksi program siaran dakwah, sulit mendapat kontak untuk mencari audien, menyesuaikan dengan jadwal ustadz yang padat, tuntutan memenuhi jam tayang yang sudah ditetapkan, mencari tempat untuk lokasi shooting, sensitivitas konten komedi dalam siaran religi/agama, mengurus surat perijinan, bongkar pasang set tata panggung. Dan upaya yang dilakukan untuk meminimalisasinya adalah meminta bimbingan dan arahan dari ustadz terkait, bantuan jamaah dari ustadz, membuat kesepakatan jauh-jauh hari, meninjau lokasi shooting jauh-jauh hari, briefing dengan para talent yang terlibat, bekerja sama dengan tim tata artistik.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Konsep ... 13

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : KAJIAN PUSTAKA PROGRAM SIARAN DAKWAH di TELEVISI A. Kerangka Teoritik ... 16

1. Program Siaran Dakwah ... 16

a. Pengertian ... 16

b. Macam-macam Program Siaran Dakwah ... 21

c. Format Program ... 29

2. Problematika ... 34

B . Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 35

(7)

B. Subjek Penelitian ... 39

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Tahapan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisa Data ... 46

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 47

BAB IV : PENYAJIAN dan ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 49

1. Setting/Gambaran Umum JTV ... 49

2. Program Siaran Dakwah di JTV ... 56

3. Problematika Format Program Siaran Dakwah di JTV ... 69

4.Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi masalah yang terjadi dalam produksi ... 74

B. Analisis dan Interpretasi Data ... 83

C. Relevansi Temuan Penelitian dengan Teori ... 93

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah mengandung suatu pengertian dan sebagai suatu kegiatan atau

ajakan, baik bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya. Yang

dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain,

baik secara individual maupun kelompok, agar supaya timbul dalam dirinya

suatu pengertian dan sikap, penghayatan serta pengalaman, terhadap ajaran

agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa ada unsur-unsur paksaan.1 Dalam hal ini dakwah dapat diartikan sebagai seruan, ajakan, dan panggilan.2 Dapat pula diartikan mengajak, menyeru, memanggil dengan lisan ataupun dengan tingkah laku atau perbuatan nyata.3

Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Ali Aziz mengemukakan bahwa secara

umum, definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli menunjuk pada

kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan

positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah

adalah iman. Karena tujuannya baik, maka kegiatannya juga harus baik.

Ukuran baik dan buruk adalah syariat islam yang termaktub dalam Al-Qur‟an

dan Hadis. Ukuran teks ini lebih stabil dibanding ukuran akal yang senantiasa

dinamis sesuai konteksnya, meski teks sendiri memerlukan penafsiran

1

Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 17. 2

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan penyelenggara penerjemah/penafsiran Al qur‟an, 1972), hlm. 27.

(9)

2

konteks. Dengan ukuran ini, metode, media, pesan, teknik harus sesuai dengan

maksud syariat islam (maqashid al-syariah). Karenanya, pendakwah pun harus

seorang muslim. Berdasar pada rumusan beberapa definisi, maka secara

singkat, Dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menurut syariat Islam.4 Dakwah secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara

Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi Adam AS), dan akan berakhir

bersamaan dengan berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah

mengajari Nabi Adam AS nama-nama benda, Allah melarang Nabi Adam

mendekati pohon dan Allah memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi

Adam, semua Malaikat sujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Berdakwah,

adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia, fungsi tersebut

berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematika kehidupan

manusia dari zaman ke- zaman, dakwah tidak berada dalam sket masyarakat

yang statis, tetapi berada dalam sket masyarakat yang dinamis dan tantangan

dakwah yang semakin luas dan komplek, oleh karena itu peningkatan kualitas

kompetensi muballigh harus secara terus menerus dilakukan secara efektif.

Disamping itu perlu adanya sebuah metode yang bagus untuk menjawab

tantangan dakwah yang semakin hari semakin komplit.

Islam sendiri merupakan agama dakwah, yaitu agama yang

menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada

4

(10)

3

seluruh umat manusia.5 Seperti yang diterangkan dalam QS. Ali Imron ayat 104 sebagai berikut:

 

 

Artinya:

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung.6

Selain itu dalam Al-qur‟an juga kita diperintahkan untuk berdakwah

dengan cara-cara yang baik. Seperti dalam QS. An Nahl ayat 125 berikut:                           Artinya :

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”7

5

A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 11. 6

Kementrian agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya 7

(11)

4

Agama Islam sendiri berusaha untuk menyiarkan ajarannya dengan

berbagai jalan. Termasuk dengan cara memanfaatkan era informasi dan

teknologi yang semakin canggih.

Di masa sekarang ini, para pemikir dan pemuka Islam sudah sejak

lama merisaukan tentang metode dakwah yang selama ini kurang bisa

menyesuaikan diri dengan perubahan atau perkembangan sosial yang terjadi

ditengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya pengkajian ulang

serta pencarian langkah yang baru untuk menemukan metode dakwah yang

efektif dan kontekstual.

Sejarah menunjukkan bahwa mengajak orang kepada kebaikan, dan

berbuat kebajikan serta mencegah kemunkaran (al-khair, amar ma‟ruf, dan

nahi munkar) tidak mudah, apalagi dakwah masa kini (kontemporer). Dakwah

kontemporer menghadapi berbagai tantangan, terutama banyaknya informasi

atau pesan media massa yang tidak sejalan dengan dakwah seperti manipulasi

informasi dalam periklanan dan tayangan kekerasan dan pornografi. Demikian

juga banyak konten di jejaring sosial atau internet di dunia maya, yang justru

langsung menantang dakwah terutama konten pornografi yang didukung oleh

liberalisme, pragmatisme, materialisme dan sekuralisme serta kebebasan

informasi yang sedang melanda dunia melalui globalisasi.8

Dakwah tidak cukup apabila hanya dilakukan dan disampaikan sebatas

lisan saja, tetapi para da‟i harus mampu dan kreatif dalam berdakwah.

Peralatan komunikasi dalam berdakwah itu dapat berupa pers (percetakan),

8

(12)

5

radio, film, dan televisi. Berdakwah melalui kata-kata sangtlah terbatas,

berbeda dengan peralatan komunikasi massa jangkauan dakwahnya tidak lagi

terbatas pada waktu dan ruang.9

Pemikiran dakwah terutama dari segi urgensinya di era kontemporer

dirasakan sangat penting. Sebagai fenomena agama yang berkaitan dengan

konteks sosial, dakwah menghadapi juga konfrontasi dengan pengaruh lain

yang bertentangan dengan dakwah, seperti pengaruh liberalisme, sekularisme,

materalisme, dan pragmatisme yang tumbuh pesat sejalan dengan

berkembangnya masyarakat industri dan arus globalisasi. Oleh karena itu

dakwah sebagai bentuk dan aktivitas rekayasa sosial, maka dakwah harus

memiliki strategi dalam memenangkan konfrontasi tersebut, agar dakwah

mencapai efektivitas dalam operasionalnya. Dakwah adalah kelanjutan risalah

Nabi Muhammad yang merupakan amanah bagi ummat Islam, dan wajib

dilaksanakan secara efektif dengan strategi yang mantap.10

Era ini adalah masa kemajuan dunia dalam berbagai aspek kehidupan

yang memukau, tetapi juga mengkhawatirkan. Masa kemajuan yang

dimaksud, adalah abad ke-21, di mana umat manusia di segala penjuru dunia

dihadapkan pada dinamika kehidupan modern yang serba kompleks, yang

tentu saja dakwah dihadapkan pada dinamika tersebut.

Abad ke-21 yang disebut juga Era millenium ketiga, disebut pula era global yang menjadi konsep sebagai gambaran fenomena dunia yang menurut

John Naisbit ditandai dengan munculnya saling ketergantungan

9

Yunus Hanis Syam, Panduan Berdakwah Lewat Jurnalistik, (Yogyakarta: Pinus, 2006), hlm. 11. 10

(13)

6

(interdependensi) dalam hampir seluruh dimensi kehidupan, dan dalam hubungan antar negara-bangsa (nation state), serta hubungan transnasional (trasnational relation). Dengan demikian, setidaknya ada tiga hal yang menggejala era ini, yakni saling hubungan, integrasi, dan saling keterkaitan.

Ketiga hal ini pula melahirkan maraknya pemikiran Islam di bidang dakwah

kontemporer.11

Selain itu revolusi informasi dan teknologi di era kontemporer ini

merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam

tata kehidupan manusia baik dalam lingkup yang sempit, seperti lingkungan

keluarga, maupun dalam konteks yang lebih luas yang menyangkut hubungan

antar manusia, antar lembaga, bahkan antar bangsa. Teknologi komunikasi

telah merubah cara dan gaya hidup manusia, termasuk tata cara bekerja,

belajar, berbelanja, bermain, dan tata cara berkomunikasi.

Ketika kita melihat revolusi teknologi tersebut, satu hal yang tak dapat

dihindari adalah terjadinya revolusi perilaku atau polah tingkah manusia.

Karena itu mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, dakwah Islam sebagai

corong agama dituntut harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan

teknologi komunikasi tersebut. Dalam hal ini harus pula terjadi percepatan

gerakan dakwah dengan menggunakan media komunikasi yang semakin

canggih tersebut. Kegagalan dakwah dalam merespon perkembangan media

ini akan berakibat terhadap terus tertinggalnya kegiatan dakwah, yang

kemudian akan berakibat pula terhadap semakin jauhnya masyarakat terhadap

11

(14)

7

kegiatan dakwah. Ilmu dan teknologi merupakan produk kerja dari akal dan

penalaran serta keterampilan manusia, yang sangat berguna bagi

memakmurkan bumi serta mengembangkan kebudayaan dan peradaban. Ilmu

dan teknologi juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan pengembangan

dakwah yang efektif. Tanpa pemanfaatan ilmu dan teknologi, dakwah tidak

akan berkembang efektif, dan bahkan dapat dikalahkan oleh “lawan dakwah”

yang justru sarat dengan muatan ilmu dan teknologi. 12

Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

yang akselerasi dengan perkembangan kehidupan manusia sebagaimana telah

tersebut, maka penggunaan media untuk berdakwah juga mengalami

perkembangan. Dakwah yang pada awalnya hanya menggunakan media

tradisional, kemudian berkembang menjadi lebih banyak alternatifnya yaitu

dengan menggunakan sentuhan-sentuhan teknologi modern, baik melalui

media cetak (buku, koran, majalah, tabloit dan lain-lain) maupun dengan

media elektronik (radio, televisi, film, VCD, internet dan lain sebagainya).

Belum pernah dalam sejarah, manusia dapat menyebarkan gagasannya dan

dapat menyampaikan isi dakwah kepada banyak orang dengan cepat, atau

memperoleh informasi sedemikian beragamnya sebelum ada surat kabar, film,

radio, dan televisi, yang kemudian dikenal sebagai media massa.13 Perkembangan media dakwah dengan teknologi modern ini menuntut semua

pihak, khususnya aktifis dakwah untuk senantiasa kreatif dan inovatif dalam

memanfaatkan teknologi dimaksud guna kemaslahatan umat manusia.

12

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 15.

13

(15)

8

Salah satu media modern yang memiliki beberapa kelebihan, dan telah

dijadikan sebagai media dakwah, yang akan menjadi fokus pembahasan

adalah media televisi. Televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek

yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui

angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dengan

bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi

berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan

untuk menyiarkan pertunjukan, berita, dan sebagainya.14 Televisi merupakan media jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa,

yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat

umum, sasarannya menimbulkan keserempakan heterogen sedangkan yang

ditransmisikan oleh pemancar televisi, selain suara juga gambar.15

Televisi biasa dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi khalayak. Pandangan ini dapat terjerumus menjadi dasar bagi

komunikasi yang bersifat top down, baik yang diselenggarakan oleh institusi negara maupun oleh masyarakat. Di sini, komunikasi merupakan upaya

mengubah sasaran bertujuan untuk menanamkan nilai, ideologi, atau gagasan

yang dipandang penting dan luhur oleh komunikator. “Pengubahan” itu dapat

berupa pendidikan, propaganda, dan sosialisasi, yang semuanya bersifat satu

arah.

Televisi sebagai salah satu hasil karya teknologi komunikasi memiliki

berbagai kelebihan, baik dari sisi programatis maupun teknologis. Dilihat dari

14

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 919. 15

(16)

9

sisi dakwah, media televisi dengan berbagai kelebihan dan kekuatannya

seharusnya bisa menjadi media dakwah yang efektif jika dikelola dan

dipergunakan secara profesional. Karena dakwah melalui media televisi

memiliki relevansi sosiologis dengan masyarakat,16 mengingat pemirsa televisi di Indonesia mayoritas beragama Islam. Selain itu secara ekonomis,

dakwah melalui media televisi sebenarnya juga mempunyai pangsa pasar yang

potensial jika digarap secara profesional pula.

Sebuah paradigma baru digagas dan dicanangkan dimaksudkan untuk

mengganti paradigma lama yang sudah usang atau tidak memadai lagi (out of

date). Ketetapan ini juga berlaku bagi dakwah di media televisi. Paradigma

baru program acara dakwah di media televisi, harus memuat pembaharuan

dalam kemasannya. Hal itu setidaknya menyangkut 4 (empat) hal pokok, yaitu

pembaharuan menyangkut konsep dakwah, perluasan dan penguatan

jaringan/kerjasama dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang

dakwah, penguatan dana primer dan sekunder untuk mendanai program

dakwah, dan peningkatan kualitas dan kuantitas da‟i dan da‟iah, khususnya

yang sudah populer di media televisi.17

Dakwah melalui media televisi bisa hadir dalam berbagai segmen dan

beragam ekspresi. Dengan semakin kaya dan warna-warni ekspresi keislaman

di Indonesia, menjadikan masyarakat semakin mudah memperoleh gambaran

dan pemahan ajaran Islam lebih luas. Para intelektual dan penceramah agama

bermunculan dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Sehingga,

16

http://www.fandyiain.blogspot.com/. Diakses pada tgl. 9 Des 2014 17

(17)

10

format dan kemasan dakwahnya semakin variatif, tidak hanya bersifat

ceramah di atas mimbar, namun disajikan dalam bentuk yang beragam,

seperti; dakwah dengan media film, sinetron, iklan, talkshow, music,

realityshow, dan lain sebagainya.

Namun di balik bukti dan pengakuan itu masih sering muncul

pertanyaan dari kita (masyarakat muslim), khususnya para aktifis dakwah,

yang mempertanyakan tentang: Pertama, mengapa siaran dakwah di televisi

durasi tayangnya hanya sedikit (rata-rata sekali tayang hanya 30 menit) dan

tidak sebanding dengan acara-acara lain. Kedua, mengapa jam tayang acara

dakwah di televisi kebanyakan hanya pada pagi hari (jam 05.00), bukankah

pada jam-jam itu kemungkinan sasaran dakwahnya masih tidur atau mungkin

masih memiliki kesibukan lain untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Kalaupun ada penonton, kemungkinan penonton acara dakwah ini mereka

yang sebenarnya dari sisi agama sudah mapan, yaitu mereka yang sudah

terbiasa bangun pagi dan mau melakukan sholat subuh, tetapi bagaimana

terhadap sasaran dakwah lain. Ketiga, mengapa siaran dakwah di televisi

hanya marak pada bulan ramadhan. Dan mungkin masih banyak

pertanyaan-pertanyaan lain yang mempersoalkan siaran dakwah di televisi. Untuk itu,

penulis mencoba untuk mengurai problematika format program siaran

dakwah.

Penulis mencoba mengangkat problematika format program siaran

(18)

11

dalam produksi program siaran dakwah sendiri masih belum banyak diangkat

di lingkup penelitian UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sehubungan dengan hal tersebut Jawa Pos Media Televisi mempunyai

beberapa program siaran dakwah yang hadir menyuguhkan tayangan yang

berupa siraman rohani dan memuat ajaran-ajaran islam, yang insyaallah dapat

memberikan solusi dalam menghadapi suatu permasalahan dengan

memberikan informasi tentang islam yang belum diketahui oleh umat islam.

Dan dalam rangka memenuhi kebutuhan umat untuk meningkatkan

spiritualnya serta sikap religiusnya, melalui program siaran dakwahnya. Selain

itu Jawa Pos Media Televisi juga termasuk salah satu stasiun televisi lokal

yang sudah menarik banyak perhatian masyarakat dengan suguhan program

acaranya yang menarik. Hal tersebutlah yang menjadi pertimbangan peneliti

untuk menjadikan Jawa Pos Media Televisi Surabaya sebagai tempat

penelitian.

Selain alasan tersebut, ke-efisienan waktu dan dekatnya jarak juga

menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di Jawa

Pos Media Televisi Surabaya (JTV). Oleh karena itu, penulis mencoba

mengangkat problematika format program siaran dakwah yang ada di Jawa

Pos Media Televisi Surabaya (JTV).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

(19)

12

1. Apa yang menjadi problematika format program siaran dakwah di Jawa

Pos Media Televisi (JTV)?”

2. Upaya apa yang dilakukan oleh Jawa Pos Media Televisi (JTV) dalam

meminimalisasi problem format program penyiaran dakwah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi problematika format program

siaran dakwah di jawa timur televisi (JTV) Surabaya. Selain itu, juga untuk

mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Jawa Pos Media Televisi dalam

meminimalisasi problem format program penyiaran dakwah.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan apresiasi pemikiran

dalam penerapan teori-teori di bidang komunikasi untuk dakwah dan

media massa, khususnya dunia pertelevisian agar menimbulkan sikap yang

diharapkan dari penikmat televisi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap studi

komunikasi secara komprehensif yang dikaitkan secara utuh dengan

keadaan sosial.

3. Bagi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Penelitian ini

(20)

13

keilmuan dengan mengkaji secara ilmiah mengenai suatu media yang

menjadi sarana dalam berkomunikasi.

4. Bagi pembaca. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan ilmu

pengetahuan dan manfaat dalam bidang komunikasi khususnya bidang

pertelevisian dan ajaran agama.

5. Bagi Media, khususnya televisi. Menghasilkan tayangan dakwah di

televisi ataupun media lainnya yang benar-benar berkualitas, dan bisa

memberikan wawasan islami yang berkualitas kepada para penikmat

televisi media lainnya.

E. Definisi Konsep

Definisi Konseptual Variabel adalah penarikan batasan yang

menjelaskan suatu konsep secara singkat, jelas, dan tegas.18 Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka peneliti perlu

untuk menjelaskan maksud dan pengertian tentang problematika format

program siaran dakwah.

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

"problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang

menimbulkan permasalahan.19

Adapun format program dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu

bentuk rancangan penyajian acara siaran yang ada di Jawa Pos Media Televisi

18

Imam Chourmain, Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta: Al-Haramain Publishing House, 2008), hal. 36.

19

(21)

14

(JTV) Surabaya yang telah terkemas sedemikian rupa. Adapun format

program dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada 2 hal yaitu:

1. Program acara yang dapat dijadikan sebagai wadah dakwah. Dalam hal ini

yang penulis maksud adalah program acara dakwah islamiyah yang ada di

Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya.

2. Proses produksi program acara, mulai dari pra-produksi, produksi,

pasca-produksi.

Sedangkan siaran dakwah merupakan suatu paket acara siaran yang

didalamnya menyajikan dan membahas tema-tema dakwah Islamiyah yang

mencakup aqidah, syari`ah, dan akhlaq.

Terkait dengan format program siaran dakwah, dalam penelitian ini

penulis bermaksud untuk mengkaji tentang problematika format program

siaran dakwah yang ada di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya dan

kemudian menganalisisnya.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka

berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan

skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

Bab I adalah pendahuluan, bab pertama dari skripsi yang

mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti,

untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Dalam bab ini akan

(22)

15

penelitian, serta definisi konsep dalam penelitian problematika program siaran

dakwah di televisi khususnya di JTV.

Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan

penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian

kepustakaan diarahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung

gambaran umum tentang fokus penelitian, yaitu tentang problematika program

siaran dakwah di televisi, khususnya di Jawa Pos Media Televisi.

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara

rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi

pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan

penelitian, teknik pengumpulan, dan teknik analisis data.

Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian, serta analisis

data. Pada bab ini memaparkan tentang hasil yang didapat oleh peneliti selama

melaksanakan penelitian dan juga beserta analisisnya. Pemaparan berisi

deskripsi subjek penelitian, data dan fakta subjek yang terkait dengan rumusan

masalah, serta akan dijelaskan dan dianalisis secukupnya agar pembaca

mengetahui hal-ikhwal sasaran penelitian.

Bab V adalah penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan yang

merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Serta berisikan saran-saran

(23)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA PROGRAM SIARAN DAKWAH di TELEVISI

A. Kerangka Teoritik

1. Program Siaran Dakwah a. Pengertian

1) Siaran

Kata „siaran‟ merupakan padanan dari kata broadcast dalam

bahasa Inggris. Undang-undang Penyiaran memberikan pengertian

siaran sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara,

gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis,

karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat

diterima melalui perangkat penerima siaran.1 2) Dakwah

Sedangkan dakwah sendiri mengandung suatu pengertian

dan sebagai suatu kegiatan atau ajakan, baik bentuk lisan, tulisan,

tingkah laku dan sebagainya. Yang dilakukan secara sadar dan

terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara

individual maupun kelompok, agar supaya timbul dalam dirinya

suatu pengertian dan sikap, penghayatan serta pengalaman,

1

(24)

17

terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa ada unsur-unsur paksaan.2

Kata dakwah adalah kata yang sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Kata dakwah merupakan suatu istilah dari

kata kerja bahasa Arab yaitu اعد-وعدي menjadi bentuk masdar ةوعد yang berarti seruan, panggilan dan ajakan.3

Selain pengertian yang telah dipaparkan diatas, ada

beberapa pendapat dakwah secara istilah yang berbeda yang telah

banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah

dakwah. Namun antara definisi yang satu dengan yang lain tidak

jauh berbeda. Beberapa contoh definisi dakwah yang peneliti

kemukakan di sini adalah:

a) Drs. Shalahuddin Sanusi

”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif

menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang ma‟ruf

atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil‟‟.

b) H. Timur Djaelani, M.A.

‟‟Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat baik

dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak kekuatan

mengubah masyarakat dan keadaan yang kurang baik kepada

keadaan yang

2

Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 17. 3

(25)

18

lebih baik sehingga merupakan suatu pembinaan”.4

c) Prof. H.M. Thoha Yahya Omar

‟‟Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana

kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.‟‟

d) Prof. A. Hasymi

‟‟Dakwah islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan

mengamalkan aqidah dan syariah islamiah yang terdahulu telah

diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.‟‟

e) Dr. Abdul Karim Zaidan

‟‟Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.‟‟

Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru

manusia kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang

baik, diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama

berada di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada

kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang

abadi.

Dari uraian pengertian dakwah di atas, baik secara lughawi

atau etimologi maupun secara istilah atau terminologi, maka

dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses Islamisasi

manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

4

Drs. Rachmat Imampuro, Mengungkap Dakwah K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. MTs Hasyim Asy'ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara,(Semarang: Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN

(26)

19

3) Program Siaran

Setelah memaparkan pengertian siaran dan dakwah, berikut

peneliti akan paparkan pengertian program siaran. Progam siaran

dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen dari siaran

radio ataupun televisi secara keseluruhan.5 Sehingga memberikan pengertian bahwa dalam siaran keseluruhan terdapat beberapa

program yang diudarakan. Atau, dapat dikatakan bahwa siaran

keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa program

siaran. Masing-masing program siaran ini menempati slot waktu

tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari jenis

programnya, apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita. Slot

waktu masing-masing program ini dirancang sesuai dengan tema

program itu (programming), sehingga menjadi satu jadwal siaran

tiap harinya. Pada stasiun tertentu, jadwal program ini telah

dirancang dalm satu bulanan bahkan enam bulan ke depan. Hal ini

dikarenakan ketatnya persaingan mendapatkan spot iklan dan

proses memasarkan produk program televisi harus melalui tahapan

yang cukup panjang. Tetapi ada juga yang menerapkannya secara

dinamis, artinya program acara dapat disesuaikan dengan situasi

seperti terjadinya satu keadaan yang darurat. Dalam keadaan

darurat, maka jadwal program ini dapat berubah, misalnya dengan

istilah stop press, breaking news, dan sejenisnya, sehingga

5

(27)

20

beberapa program acara yang terjadwal sebelumnya dapat bergeser

waktu tayangnya dan bahkan ditiadakan. Susunan jadwal program

siaran ini biasa disebut juga sebagai pola-acara.6 Contoh jadwal program satu hari dari satu stasiun penyiaran televisi ditunjukkan

pada gambar.

Gambar 1: Jadwal Program Siaran satu hari stasiun televisi (jadwalTV.net, 24/6/2015)

Jadi program siaran dakwah bisa disimpulkan sebagai satu

bagian atau segmen dari siaran televisi ataupun radio yang

mengandung pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar,

atau suara dan gambar baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang

6

(28)

21

mengandung ajakan. Baik bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan

sebagainya. Yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain, supaya timbul dalam dirinya suatu

pengertian dan sikap, penghayatan serta pengalaman, terhadap ajaran

agama sebagai pengajaran yang disampaikan kepadanya tanpa adanya

unsur paksaan.

b. Macam-macam Program Siaran Dakwah

Sebelum Penulis memaparkan tentang bentuk-bentuk program

siaran dakwah, akan dipaparkan terlebih dahulu bentuk atau kerangka

sajian program televisi pada umumnya.

Gambar 2: Format Acara Televisi7

7

(29)

22

Fred Wibowo memaparkan dalam bukunya Dasar-dasar

Produksi Program Televisi, bentuk-bentuk program televisi

diantaranya:

1) Program Berita

Program news berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan

kejadian yang mempunyai nilai berita (unusual, factual, esensial) dan

disiarkan melalui media secara periodik.

2) Program Dokumenter

Program dokumenter adalah program yang menyajikan suatu

kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai

esensial dan eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan

hidup dan situasi nyata.

3) Program Feature

Feature adalah suatu program yang membahas suatu pokok

bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang

saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan

dengan berbagai format. Dalam satu feature, satu pokok bahasan

boleh disajikan dengan merangkai beberapa format program

sekaligus. Misalnya, wawancara (interview), show, vox-pop, puisi,

musik, nyanyian, sandiwara pendek atau fragmen.

(30)

23

Program magazine mirip dengan program feature.

Perbedaannya, kalau program feature satu pokok permasalahan

disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat berbagai format.

Sementara itu, program magazine bukan hanya menyoroti satu pokok

permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti

wanita, film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan dalam

rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format.

5) Program Spot

Spot adalah suatu program yang ingin mempengaruhi atau

mendorong pendengar untuk tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan

program yang sangat pendek. Duration suatu spot berkisar antara 10

detik sampai1,5 menit.

6) Program Doku-Drama

Doku-drama kependekan dari dokumenter drama. Maksudnya,

dokumenter yang dideramakan. Suatu kejadian yang pernah terjadi

sungguh-sungguh, terdapat peninggalan-peninggalan dan

bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya masih hidup, tetapi

kejadiannya sangat bernilai maka kisah itu dimainkan kembali di

tempat yang sama dengan tokoh yang sama pada saat kurang lebih

sama juga dengan waktu kisah itu terjadi. Memainkan kembali dan

memproduksi kisah itu disebut doku-drama. Tidak sepenuhnya

(31)

24

kebenaran faktual. Sementara itu, materinya dinamakan faksi,

kependekan dari fakta dan fiksi.

7) Program Sinetron

Sinetron kependekan dari sinema elektronik. Berdasarkan

makna dari kata sinema, penggarapannya tidak jauh berbeda dengan

penggarapan film layar putih. Demikian juga penulisan naskah.

Naskah sinetron disebut juga skenario seperti skenario film. Demikian

juga tahapan penulisan dan format naskah. Yang berbeda hanyalah

film layar putih menggunakan kamera optik, bahan seluloid dan

medium sajiannya memakai proyektor dan layar putih di dalam

gedung bioskop. Sementara itu, pembuatan sinetron menggunakan

kamera elektronik dengan video recorder. Bahannya, pita di dalam

kaset. Penyajiannya dipancarkan dari stasiun televisi dan diterima

melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah.8

8) Program Infotaintment

Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi

mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat

(celebrity). Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena

memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Program berita

regular terkadang menampilkan berita mengenai kehidupan selebritis

yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program berita.

8

(32)

25

Namun dewasa ini infotainment disajikan dalam program berita

sendiri yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai

kehidupan selebritis.

9) Program Talk Show

Program Talk Show atau perbincangan adalah program yang

menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik

tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).

10)Program Drama

Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan

cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa

orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan

konflik dan emosi.

11)Program Film

Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis

program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun

yang dimaksud film di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh

perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan pembuatannya adalah

untuk layar lebar (theater), maka biasanya film baru bisa ditayangkan

di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop atau

bahkan setelah didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD

atau DVD. Dengan demikian, televisi menjadi media paling akhir

(33)

26

12)Program Quiz Show

Program ini merupakan bentuk program permainan yang

paling sederhana di mana sejumlah peserta saling bersaing untuk

menjawab sejumlah pertanyaan. Quiz Show merupakan permainan

yang menekankan pada kemampuan intelektualitas. Permainan ini

biasanya melibatkan peserta dari kalangan orang biasa atau anggota

masyarakat, namun terkadang pengelola program dapat menyajikan

acara khusus yang melibatkan orang-orang terkenal (selebritis).

13)Program Reality Show

Program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik,

persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Jadi,

menyajikan situasi sebagaimana apa adanya. Dengan kata lain,

program ini mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata (riil)

dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa.

14)Program Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu

vidioklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan

di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program

musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis

(34)

27

berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih

menarik.9

Merujuk pada bentuk atau kerangka sajian program televisi

pada umumnya seperti yang dipaparkan diatas, bentuk dan macam

program siaran dakwah pun tidak jauh berbeda. Dalam sebuah proses

siaran dakwah di televisi, tentunya pengelola televisi mempunyai

acuan format untuk kelangsungan siaran dakwah.

Format tersebut diantaranya adalah:

1) Format dakwah monologis

Format ini dikemas dalam bentuk ceramah oleh seorang dai

yang didalam ceramahnya diambilkan sebuah sumber yakni dari

al-Qur‟an dan hadits, dengan memberikan tema yang sesuai sentral

keagamaan.

2) Format dakwah dialogis

Pola siaran ini yakni dengan mengundang pembicara atau dai

yang dipandu oleh moderator yang membahas tentang keislaman,

dengan model dialog langsung kepada narasumber.

3) Format dakwah dialog interaktif

9

(35)

28

Format seperti ini disajikan dengan cara mendatangkan

pembicara yang memberikan materi dakwah dan mengikutkan

pendengar melalui telepon, sms untuk menanyakan suatu

permasalahan yang dibahas kemudian seorang dai atau penceramah

menjawabnya dari pertanyaan yang diajukan itu.

4) Format dakwah pengajian akbar

Tujuan dari format ini adalah selain sebagai pendidikan

khususnya dalam bidang spiritual, juga mengembangkan dan

menanamkan rasa sosial kepada masyarakat.

5) Format dakwah musik islam

Yakni memutarkan lagu-lagu yang bernuansakan nafas islami

(qasidah, nasyid atau lagu yang isinya tentang syair-syair keislaman).

6) Format dakwah dalam bentuk motivasi

Yaitu mengemas acara khusus dengan cara menyisipkan/

memberikan “kata mutiara hikmah”. Ini mendapat nilai tambah dalam

spiritual atau kerohanian jiwa, yang mengambil dari hadits, kisah

teladan para nabi

Acuan tersebut juga sejalan dengan seperti yang ditulis oleh

Siti Asyiah dalam skripsinya “Analisis terhadap Progam siaran

(36)

29

1) Format monologis: Mutiara Ramadlan, Tausiah Ramadlan,

Indonesia Berdzikir dan Dzikir Ramadlan

2) Format dialogis: terlihat pada Majlis Dzikir Ad-Dzikra

3) Format liputan perjalanan terlihat pada program liputan Jejak Wali

4) Format film cerita pada siaran program Doa dan Cinta, Rahasia

Ilahi dan Jalan lain ke sana

5) Format kuis berhadiah pada acara Sahur donk Sahur, dan semacam

musik legendaris Bimbo dan Roma Irama sehingga pemirsa pun

tidak jenuh dalam suguhan keseharian dalam acara televisi

tersebut.

c. Format Program

Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai

faktor yang paling penting dan menentukan dalam mendukung

keberhasilan finansial suatu stasiun televisi. Program acaralah yang

membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Jika suatu stasiun

memperoleh jumlah audien yang besar dan jika audien itu memiliki

karakteristik yang dicari oleh pemasang iklan, maka stasiun

bersangkutan akan sangat menarik bagi pemasang iklan. Dengan

demikian, pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat

dipengaruhi oleh programnya. Tanggung jawab program dipercayakan

(37)

30

Kata “program‟ berasal dari bahasa Inggris programme atau

program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi

menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau

rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata

“program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia

daripada kata “siaran” untuk mengacu pada pengertian acara. Program

adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi

kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki pengertian

yang sangat luas.

Program acara merupakan Sebuah mata acara yang terstruktur (

Format program, Produksi tertentu ) dan terjadwal, punya target kerja

di stasiun tersebut. Jika dilihat dari seluruh tahapan proses produksi,

program acara merupakan dasar awal dari desain produksi, yang

tentunya menjadi acuan dari proses produksi tersebut atau menjadi

muara semua tahapan produksi. Oleh karena itu James R Caruso dan mavis E Arthur ( 1990 ) dalam bukunya Video Editing and Post Production, menjelaskan bahwa awal dari sebelum berproduksi harus jelas maksud dan arahnya, akan disiarkan secara luas atau disiarkan

hanya kepada kalangan terbatas saja. Jika program tersebut untuk

disiarkan secara luas hendaknya harus mengikuti kaidah standart

(38)

31

Pembagian jenis program televisi dibuat dengan cermat agar

mudah dipahami oleh audiensi dan profesional penyiaran.

Perkembangan kreativitas program televisi saat ini telah melahirkan

berbagai bentuk program televisi yang sangat beragam. Keunikan

program televisi berjalan seiring dengan tren gaya hidup masyarakat di

sekitarnya yang saling memengaruhi. Sehingga muncul ide-ide yang

menampilkan format baru pada program televisi agar memudahkan

produser, sutradara, dan penulis naskah menghasilkan karya

spektakuler.

Insan televisi berusaha menempatkan program yang bisa

disaksikan oleh beberapa unsur audiensi yang ada. Setiap sutradara

menginginkan program yang disaksikan banyak orang dan

menyebabkan audiensi seolah-olah sebagai pelaku didalamnya, yaitu

meprovokasi pola pikir dan mengimajinasi audiensi.

Oleh sebab itu, siapapun yang ingin menghasilkan karya

televisi yang baik, mereka harus bekerja sama dalam satu tim produksi.

Mereka juga harus memahami format program televisi apa yang akan

dieksekusi. Setelah mengetahui dengan jelas format yang ditentukan,

maka akan dapat dihasilkan kenyamanan dalam bekerja sama serta

ketepatan waktu produksi yang efektif.10

Menurut Naratama, kunci keberhasilan suatu program televisi

ialah penentuan format acara televisi tersebut. Adapun definisi format

10

(39)

32

acara menurut Naratama adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu

konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan

desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang

disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.11

Format program acara ialah suatu bentuk program siaran yang

mempunyai kaidah – kaidah serta norma – norma tertentu yang lazim

dipakai. Disini maksudnya yang lazim dipakai oleh umumnya

organisasi penyiaran, dan ini berarti format program mempunyai

pengertian yang universal khususnya dilingkunagn organisasi

penyiaran.

Seperti yang telah diketahui, kini telah berkembang

dimasyarakat format program yang sangat popular seperti

Infotainment, Sinetron, Dokumenter, dan masih banyak lagi.

Format Program diatas masing – masing memiliki kaidah serta

norma-norma sendiri yang berbeda. Perbedaan tersebut selain dari

batasan pengertiannya tetapi juga menyangkut hal –hal yang

berhubungan dengan gaya penulisan naskah, gaya bahasa dan lain

sebagainya.

Program televisi tidak dapat terlepas dari adanya kerjasama

oleh tim produksi yang merangkai dan menggambarkan ide cerita atau

skneario ke dalam bentuk audio dan video. Adapun dalam sebuah

proses produksi dibutuhkan beberapa materi untuk mencapai

11

(40)

33

kesinambungan dalam hasil yang optimal. Materi tersebut antara lain

berupa: materi produksi, biaya produksi, sarana produksi serta

organisasi pelaksanaan produksi.12 1) Materi produksi

Materi produksi menurut Fred Wibowo dapat dijelaskan

menjadi berbagai macam faktor seperti kejadian, benda, binatang,

pengalaman ataupun hasil karya lain yang dapat diolah menjadi

sebuah produksi yang berkualitas. Proses produksi sebuah acara dapat

ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan pemikiran kritis yang

dimiliki oleh produser acara tersebut. Keberadaan visi dari seorang

produser turut serta dalam mempengaruhi hasil dari program yang ia

produksi karena turut membantu dalam pemilihan materi produksi

yang selektif dan kritis.13

2) Biaya produksi

Biaya produksi sangat diperlukan dalam setiap produksi

program acara apapun. Biaya produksi dapat mempengaruhi

kelangsungan dari program acara yang di produksi, baik berupa

jumlah episode ataupun kualitas yang dimiliki dari acara tersebut.

Seorang produser hendaknya memiliki pemikiran dan pertimbangan

yang matang dalam mendapatkan serta menggunakan biaya produksi

yang acara tersebut miliki.

3) Sarana produksi

12

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), hlm. 23.

13

(41)

34

Menurut Fred Wibowo, Sarana produksi adalah sarana yang

dipergunakan dalam proses produksi untuk mewujudkan hasil nyata

dari ide yang dimiliki. Tiga hal pokok yang dimiliki dalam proses

produksi antara lain dapat berupa unit peralatan perekam suara, unit

peralatan perekam gambar serta peralatan pencahayaan.14

4) Organisasi pelaksanaan produksi

Organisasi pelaksanaan produksi terkait dengan tim serta

karyawan yang turut serta dalam operasional alat dan proses produksi

dari suatu program acara. Hendaknya sebuah tim produksi dapat

menjalin kerjasama dan kinerja yang dapat dinkendalikan sesuai

dengan tujuan yang dimiliki oleh produser.

2. Problematika

Berikut merupakan pengertian problematika dari beberapa sumber:

a. Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah,

perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal

mempunyai arti: berbagai problem.15

b. Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

"problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam

bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan;

yang menimbulkan permasalahan.16

14

Ibid, hlm. 25. 15

Pius A Partanto dkk, Kamus Ilmiah Popular. (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 626.

16

(42)

35

c. Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan sebagai

permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri “adalah suatu

kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain

masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang

diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal”17

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebagai bahan acuan penelitian ini, maka karya penelitian sejenis

dihadirkan untuk dikaji lebih dalam, berikut ini penelitian yang penulis

maksud:

1. Skripsi Siti Asyiah 2005. Analisis terhadap Progam siaran Dakwah TPI

pada bulan Romadlon 2004 M. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif

yang sifatnya analisis dikriptif dari gejala gejala yang diamati melalui

progam siaran TPI bulan Ramadlan dengan menggunakan pendekatan

komunikasi dan cara berfikir indeksikalitas progam acara, adapun hasil

pokok materi yang ingin di sampaikan adalah aqidah, syariah dan akhlaq. Dalam penelitian tersebut dijelaskan lebih fokus kepada program

dan materi dakwah yang terkandung dalam program siaran dakwah TPI di

bulan Ramadlan dengan macam acara:

1) Format monologis: Mutiara Ramadlan, Tausiah Ramadlan, Indonesia

Berdzikir dan Dzikir Ramadlan

2) Format dialogis: terlihat pada Majlis Dzikir Ad-Dzikra

(43)

36

3) Format liputan perjalanan terlihat pada program liputan Jejak Wali

4) Format film cerita pada siaran program Doa dan Cinta, Rahasia Ilahi

dan Jalan lain ke sana

5) Format kuis berhadiah pada acara Sahur donk Sahur, dan semacam

musik legendaris Bimbo dan Roma Irama sehingga pemirsa pun tidak

jenuh dalam suguhan keseharian dalam acara televisi tersebut.

2. Skripsi Bagas Pratiwi 2008. Strategi dan metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur di Media TV. Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif menitik beratkan pada metode dakwah Ustadz Yusuf Mansur di media TV dan

strategi serta hasilnya dengan melawan kemiskinan yaitu melalui cara

bersedekah, Halaqoh atau kelembagaan, dalam segi tokoh sosok seorang Yusuf Mansur merupakan seorang yang berpengaruh yang diceritakan

dalam skripsi Bagas bahwa beliau waktu dipenjara terinspirasi dengan

seekor semut, dengan kemampuan yang ia miliki ia pun berusaha

mengembalikan jatidirinya menjadi manusia yang beriman dan dalam

karya bukunya dengan judul “Wisata Hati mencari Tuhan yang hilang”

Sedangkan dakwah yang digunakan dengan metode ceramah, Tanya

jawab, debat mujadalah, dan cerita yang dikemas dalam sinetron yang

ditayangkan di televisi.

3. Skripsi Ahmad Yani 2008. Peranan TVRI Yogyakarta Dalam Mensyiarkan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan TVRI Yogyakarta dalam mensyi'arkan agama Islam, bagaimana TVRI

(44)

37

bagaimana proses produksi dan penyiaran program-program dakwah di

TVRI Yogyakarta. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

menggambarkan sejarah TVRI Yogyakarta dan program-program dakwah

serta data-data lain dalam penelitian berdasarkan fakta yang ada.Hasil dari

penelitian ini adalah TVRI Yogyakarta sangat memperhatikan misi syi‟ar

Islam sehingga program-program dakwah yang disiarkannya dapat secara

optimal mencapai tujuan hingga audiens khususnya yang beragama Islam

mampu memahami Islam sebagai agama yang dapat membentuk akhlaq

yang lebih baik. Disamping itu penyiaran program-program dakwah dapat

memberikan alternatif lain yang mampu menghilangkan rasa jenuh

masyarakat akibat membanjirnya program-program hiburan yang

cenderung kontradiktif terhadap misi dakwah. Program-program dakwah

yang disiarkan TVRI Yogyakarta meliputi : setuhan qolbu, gema

ramadhan, gema takbir, nada dan dakwah, hikmah pagi, mujahada atau

istigotsah, lentera Islam, renungan ramadhan, pengajian alquran dan

(45)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Penelitian kualitatif ini akan berusaha mendeskripsikan,

melukiskan sekaligus menganalisis suatu fenomena sosial masyarakat tertentu,

secara rinci dengan maksud agar nantinya dapat menjelaskan dan

menerangkan serta menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan

dalam suatu penelitian, disamping itu penelitian kualitatif ini membentuk

hipotesis-hipotesis lama yang relevan dengan fokus permasalahan suatu

penelitian dan pada akhirnya dapat membentuk teori-teori atau

mempertegaskan teori-teori yang ada.1

Penelitian ini menggunakan pendekatan komunikasi. Pendekatan ini

dilakukan untuk dapat mengetahui dan sekaligus mengelompokkan program

siaran dakwah yang disiarkan di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya,

serta digunakan sebagai acuan penulis untuk dapat memahami lebih detail

tentang format program siaran dakwah yang disiarkan di Jawa Pos Media

Televisi Surabaya dan juga mengetahui apa saja yang menjadi

problematikanya. Sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif yang cirinya

bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan

1

(46)

39

dan dianalisis, yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual

yang muncul dan dihadapi sekarang.2

B. Subjek Penelitian

Adapun dalam penelitian ini subjek yang diteliti ialah program acara

dakwah yang ada di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Sumber Data

Sumber data yang akan penulis dapatkan adalah terdiri dari sumber

primer dan sumber sekunder.

2. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah segala informasi kunci atau data fokus

penelitian yang didapat dari informan sesuai dengan fokus penelitian

atau data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian

perorangan dan kelompok.3

Dalam hal institusi televisi, sumber primer bisa jadi salinan dari

Undang-Undang Penyiaran 1991. Ini merupakan informasi tangan

pertama. Sumber kedua bisa video rekaman program di mana kita

mengambil kesimpulan terkait dengan produksi.4

2

Asep Saeful Muhtadi, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 128 3

Ali Nurdin, Bahan Kuliah Metode Kom, hlm 35 4

(47)

40

Sumber primer disini adalah mencakup naskah, hasil observasi

dan wawancara dengan program manager, penyiar dan juga staf Jawa

Pos Media Televisi (JTV).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung oleh peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung

penelitian, data ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan

dengan obyek penelitian yang mendukungnya.

Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah literatur

buku-buku, tentang televisi yang mempunyai kaitan erat dengan penelitian

ini.

D. Tahapan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses pencarian kebenaran ataupun

pembuktian terhadap fenomena yang dihadapi dengan melalui prosedur kerja

tertentu.5 Dengan kata lain penelitian adalah suatu pemikiran untuk melakukan kegiatan meneliti, mengumpulkan serta memproses fakta-fakta yang ada,

sehingga kumpulan fakta-fakta tersebut dapat dikombinasikan oleh peneliti

melalui tahap-tahap penelitian.

Dalam menyusun suatu rancangan penelitian, peneliti harus

benar-benar memahami bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

proses penelitian.

5

(48)

41

Untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian lapangan, seorang

peneliti perlu mengembangkan langkah-langkah sebagai berikut:6

1. Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus perhatian

Memasuki langkah ini peneliti melakukan persiapan dan mengkaji

bahan pustaka yaitu memahami tentang berbagai metode, teknik

penelitian, dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Metode

dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Rancangan

penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian.7 Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian

serta pemahaman dalam penyusunan teori.

2. Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam lokasi

tersebut

Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substansif yang

dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif

sifatnya.8 Dalam menentukan lapangan penelitian, peneliti mempelajari dan mendalami fokus serta rumusan lapangan penelitian.

6

Panduan Penelitian Lapangan.

[www.conflictanddevelopment.org/.../Field%20Guides%20Indonesia%20final.pdf]. Diakses pada tgl 19 Juni 2015.

7

Diakses dari http://www.isekolah.org/file/h_1090894530.doc pada tanggal 19 Juni 2015 8

(49)

42

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari tahu siapa saja

pihak yang berwenang dalam memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian

dan juga persyaratan lain yang diperlukan dalam mengurus perizinan.

3. Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan

orang/objek yang diteliti

Pada tahapan ini, peneliti baru melakukan orientasi lapangan dan

dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Tujuan dari

tahapan ini adalah untuk mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik,

dan keadaan alam supaya peneliti dapat mempersiapkan diri serta

menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

4. Memilih peran sosial

Informan adalah penyelidik dan pemberi informasi dan data.9 Oleh sebab itu, Peneliti memiliki seorang informan yang mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian yang berguna bagi peneliti dalam

mencari dan melengkapi informasi dalam penelitian.

5. Mengumpulkan data di lapangan

Dalam proses penelitian, peneliti mencatat data yang kemudian

dapat dilengkapi dan disempurnakan bahkan dikembangkan untuk menjadi

bahan penelitian.

9

(50)

43

6. Menganalisis data, mengembangkan, dan mengevaluasi hipotesa kerja

Peneliti melakukan analisis data di lapangan, walaupun analisis

data secara intensif barulah dilakukan sesudah melakukan penelitian di

tempat tersebut.

7. Memfokuskan pengamatan

Peneliti memfokuskan pada aspek-aspek khusus dari setting yang

diamati dan melakukan pengambilan sampel secara teoritis.

8. Melakukan wawancara

Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terfokus

berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti untuk

memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah

pertanyaan.

9. Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisis, dan menulis laporan

penelitian lapangan

Peneliti berupaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih

mendalam dan luas terhadap penelitian yang sedang dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kali ini, menggunakan beberapa teknik dalam

(51)

44

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan

secara sistematis. Observasi atau yang disebut dengan pengamatan,

meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra.10 Peneliti menggunakan teknik ini untuk mencari informasi dan data-data tentang problematika pada

program siaran dakwah dan upaya pihak JTV untuk

meminimalisasinya.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, untuk memperoleh informasi dari

terwawancara atau orang yang diwawancarai. Menurut Paton, ia

membagi cara wawancara menjadi tiga:

a. Wawancara pembacaan informal

Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat

bergantung pada pewawancara itu sendiri.11 Hubungan pewawancara dan terwawancara adalah dalam suasana biasa,

wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti

pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Dalam

penelitian ini menggunakan teknik wawancara guna mencari

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), hlm. 145 11

(52)

45

informasi dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

gambaran umum program dakwah di JTV.

b. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang

mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar

pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara

berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk garis

besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar

pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Pelaksanaan

wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan

keadaan responden dalam konteks wawancara. Hal ini bertujuan

agar peneliti mendapatkan data mengenai rincian problema

program dakwah dan upaya meminimalisasinya secara terstruktur

dan rapi, untuk memudahkan peneliti dalam menyusun laporan

penelitian.

c. Wawancara baku terbuka

Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku, urutan pertanyaan, kata-katanya

dengan cara penyampainnya pun sama untuk mengurangi

sedapat-dapatnya variasi yang terjadi antara seorang terwawancara dengan

yang lainnya. Jenis wawancara ini peneliti gunakan sebagai

(53)

46

peneliti mudah mendapatkan data tentang subjek penelitian yaitu

program siaran dakwah di JTV.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film.12 Jadi, selain menggunakan teknik tersebut di atas, penelitian ini juga menggunakan

tekn

Gambar

Gambar 1: Jadwal Program Siaran satu hari stasiun televisi (jadwalTV.net,  24/6/2015)
Gambar 2: Format Acara Televisi7
Gambar 3: Logo JTV lama
Gambar 4: Logo JTV baru
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bagi usaha dan atau kegiatan yang diwajibkan untuk membuat atau melaksanakan AMDAL, maka dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan harus dicantumkan dan dirumuskan

Padahal Menurut Munir Fuady menjelaskan makna demokrasi sebagai sistem pemerintahan dalam suatu Negara dimana semua warga Negara memiliki hak, kewajiban, kedudukan

Dalam disertasi yang kemudian dicetak menjadi buku (1996) atas instruksi dewan pengujinya saat itu, al- Khadimi mengupas bagaimana pemahaman dan interaksi para ulama

Studi ini membangun suatu algoritma Markov chain Monte Carlo (MCMC) untuk mengestimasi return volatility dalam model ARCH dengan return error berdistribusi

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para guru penjas di Kabupaten Bantul, khususnya dalam mengevaluasi tingkat kebugaran jasmani siswa SD kelompok usia 9 -

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kualitas pelayanan taman baca berpengaruh signifikan sebesar 43,4

يى ثحبلا اذى ضارغأ و ءاطخلأا لاكشأ ةفرعلم يتوصلا ة لصفلا بلاطل عباالا ا اراكنلاب ءاملعلا ةضنه تاملام ةطسوتلما ةسردلما في ةدالم ةءارقلا ةراهم و .اهعوقو ببس

Bismillaahirrohmaanirrohim, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’alah karena atas rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian