• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI KWL (KNOW – WANT TO KNOW – LEARNED) PADA SISWA KELAS III MI AL – HIDAYAH PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI KWL (KNOW – WANT TO KNOW – LEARNED) PADA SISWA KELAS III MI AL – HIDAYAH PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

MELALUI STRATEGI KWL (Know

Want to Know

Learned)

PADA SISWA KELAS III MI AL - HIDAYAH

PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

WIDIYAH ASTUTIK NIM : D07211048

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi Oleh :

Nama : Widiyah Astutik NIM : D07211048

Judul : PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA MELALUI STRATEGI KWL (Know – Want To Know -

Learned) PADA SISWA KELAS III MI AL-HIDAYAH PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO

(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Widiyah Astutik ini telah dipertahankan di depan tim penguji skripsi.

(4)

122

PERN YATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan di bawah ini saya :

Nama : Widiyah Astutik

NIM : D07211048

Program : Sarjana (S-1)

Institusi : Program Sarjana UIN SunanAmpel Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruha n adalah

hasil penelitian atau karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

(5)

ABSTRAK

Widiyah Astutik. Penelitian Tindakan Kelas, 2015. Peningkatan Minat Belajar Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi KWL Pada Siswa Kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan Sukodono Sidoarjo. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas III MI Al-Hidayah menunjukkan bahwa minat belajarnya dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil observasi peneliti, dari 19 siswa hanya 32% yang antusias mempelajari tentang membaca pada materi pada kompetensi dasar Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif. Penyebabnya adalah pelajaran tentang membaca intensif diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung membuka buku yang hendak dibaca dan seketika itu dibaca tanpa ada motivasi dari sang guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan strategi KWL.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, 1.mengetahui minat belajar sebelum

diterapkannya strategi KWL 2. Mendeskripsikan penerapan strategi KWL 3.

Mengetahui peningkatan minat belajar siswa setelah diterapkan strategi KWL.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Spiral Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan/pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Al-Hidayah tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 19 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa, wawancara menggunakan instrumen pedoman wawancara dan angket menggunakan instrument butir-butir angket.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkannya Strategi KWL dalam kategori rendah dengan prosentase minat belajar kategori tinggi dan sangat tinggi sebesar 32%. 2 Penerapan strategi KWL pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I masih belum diterapkan secara maksimal. . Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor akhir aktivitas guru 58 sedangk an perolehan skor akhir

aktivitas 48. Setelah adanya perbaikan pada siklus II perolehan skor akhir aktivitas

guru yang mengalami peningkatan menjadi 79,8. Untuk perolehan skor akhir aktivitas siswa juka mengalami peningkata menjadi 75, 3. Minat belajar siswa kelas III setelah diterapkannya strategi KWL pada siklus I kategori tinggi dan sangat tinggi mengalami peningkatan 21% dari 32% menjadi 53%. Sedangkan minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi pada siklus II juga mengalami peningkatan 31% dari 53% menjadi 84%. Pada siklus II prosentase minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMANJUDUL... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... vi

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Pengertian Minat Belajar... 8

2. Sebab-sebab Timbulnya Minat Belajar ... 11

3. Cara Membangkitkan Minat Belajar ... 13

4. Fungsi Minat Belajar ... 17

5. Aspek-aspek Minat Belajar ... 19

6. Indikator Minat Belajar ... 21

(7)

1. Pengertian KWL ... 24

2. Langkah- langkah Pembelajaran... 25

C. Mata PelajaranBahasa Indonesia di MI... 27

1. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 27

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 31

3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI ... 33

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 45

A. Metode Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian ... 48

C. Variabel yang Diteliti ... 48

D. Rancangan Tindakan ... 49

1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 49

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II... 54

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. HasilPenelitian ... 73

(8)

2. Siklus I... 76

3. Siklus II ... . 94

B. Pembahasan ... 113

BAB V PENUTUP ... 113

A. Simpulan ... 115

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 122

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 59

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II... 61

Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 63

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 65

Tabel 3.5 Kisi-kisi Butir Angket ... 68

Tabel 4.1 Hasil Angket Minat Belajar Siswa PraTindakan ... 74

Tabel 4.2 ObservasiAktivitas Guru Siklus I... 81

Tabel 4.3 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 83

Tabel 4.4 Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 86

Tabel 4.5 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 88

Tabel 4.6 Hasil Angket Tentang Minat Belajar Siswa Siklus I ... 91

Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 97

Tabel 4.8 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 101

Tabel 4.9 Observasi Aktifitas Siswa Siklus II... 104

Tabel 4.10 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 106

Tabel 4.11 Hasil Angket tentang Minat Belajar Siswa Silkus II ... 109

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Format Wawancara Guru ... 124

2. Lembar Instrumen Validasi RPP ... 126

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II ... 132

4. Validasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 158

5. Validasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa... 162

6. Validasi Butir Angket ... 166

7. Angket Untuk Siswa ... 169

8. Hasil Angket Minat Belajar Siswa PraTindakan, Siklus I dan II ... 172

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

sastra manusia Indonesia. Melalui komunikasi siswa dapat mengungkapkan

gagasan, ide, dan pendapatnya tentang sesuatu kepada orang lain. Untuk dapat

berkomunikasi dengan baik, maka kemampuan berkomunikasi harus dilatih

melalui belajar. Tugas guru adalah memberikan pengalaman berbahasa secara

langsung kepada siswa. Guru juga dapat mengembangkan kompetensi bahasa

peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, sumber belajar,

bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan peserta didik.

Berdasarkan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup mata

pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan

kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis. Pada akhir pendidikan di sekolah dasar, peserta didik telah

membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra. Kemampuan

yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam

berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan

(13)

2

Keterampilan membaca merupakan modal utama bagi peserta didik. Dengan

bekal tersebut, peserta didik dapat mempelajari ilmu lain, dapat

mengkomunikasikan gagasannya, dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan

dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk

menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.1

Karakteristik anak usia SD/MI adalah senang bermain, senang bergerak,

senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan

sesuatu secara langsung. Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah

belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa memerlukan adanya pengorganisasian

proses belajar yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan

kegiatan guru menumbuhkan orgasisasi proses belajar mengajar yang efektif.2

Dalam pandangan psikologi modern, belajar bukan hanya sekedar menghafal

sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses

pengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan

intelektual-emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk

mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka

membentuk keterampilan ( motorik, kognitif dan sosial ), penghayatan serta

internalisasi nilai- nilai dalam pembentukan sikap.3

1 Jauharoti Alfin, et a l, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS - PGMI, 2008) hal 9 (paket 7) 2 Syaifu l Bahri D, et a l, Strategi Belajar Mengajar, (Jaka rta: Rineka Cipta, 2010) ha l 33

(14)

3

Pentingnya membaca pada anak usia SD /MI tampaknya kurang ses uai

dengan realita di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru

Bahasa Indonesia di MI Al-Hidayah Plumbungan kecamatan Sukodono

kabupaten Sidoarjo, masih banyak siswa yang belum menyukai pembelajaran

membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan

hasil observasi peneliti, Pada awal pelajaran banyak peserta didik yang belum siap

untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Peserta didik ramai sendiri dengan

teman sebangkunya atau bermain- main dengan alat tulisnya. Selama proses

pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah. Peserta

didik hanya mendengarkan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika

mengajar guru hanya berfokus pada satu tempat saja. Ketika ada peserta didik

yang tidak paham dengan materi pembelajaran guru kurang mengetahui.

Dari hasil penyebaran angket juga membuktikan bahwa hanya 32% yang

antusias mempelajari tentang membaca pada materi pada kompetensi dasar

Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif.4

Berdasarkan realitas di atas, faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya

minat belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Al-Hidayah

Plumbungan Sukodono Sidoarjo adalah pelajaran tentang membaca intensif

diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh

siswa untuk langsung membuka buku yang hendak dibaca dan seketika itu dibaca

(15)

4

tanpa ada motivasi dari sang guru. Apabila siswa sebelumnya belum mengetahui

apa isi dari bacaan yang timbul dari motivasi guru maka siswa aka n berpandangan

bahwa bahan bacaan yang ada tidak menarik dan tidak ada guna dan manfaat bagi

dirinya. Dalam hal ini masih banyak siswa yang belum menjawab pertanyaan

dengan benar. Siswa juga belum tepat dalam menyatakan pendapat atau perasaan

berkaitan dengan isi teks. Banyak siswa juga yang kesulitan dalam

menyimpulkan teks dengan tepat.

Solusi pemecahannya adalah penulis menggunakan strate gi KWL ( Know–

Want to Know–Learned ) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca

intensif. Penggunaan startegi ini memberikan kepada siswa tujuan membaca dan

memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca.

Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya.

Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan

tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri.5

Strategi KWL digunakan karena siswa bisa berperan aktif selama proses

pembelajaran baik sebelum, saat dan sesudah adanya proses membaca.

Pembelajaran sebelum adanya kegiatan membaca siswa yakni bisa saling bercurah

pendapat, pada saat pembelajaran siswa juga bisa berperan aktif seperti bertanya

pada guru, diskusi dan lain sebagainya. Sesudah adanya proses membaca

merupakan produk yang dihasilkan dari membaca yang berupa tujuan

pembelajaran yaitu Siswa dapat menjelaskan isi bacaan, dapat membuat

(16)

5

pertanyaan yang sesuai berdasarkan teks bacaan, dapat menjawab pertanyaan yang

sesuai berdasarkan teks bacaan. Dengan adanya peran aktif siswa ini pembelajaran

yang dilakukan siswa menjadi bermakna dan menjadi kepuasan tersendiri bagi

siswa dengan menghubungkan apa yang diketahui dan apa yang ingin

diketahuinya.

Berdasarkan idealitas dan realitas di atas untuk mengatasi masalah yang

peneliti hadapi adalah dengan menerapkan strategi KWL. Untuk selanjutnya

penelitian ini diberi judul “Meningkatkan minat belajar melalui strategi KWL

(Know–Want to know-Learned) pada siswa kelas III MI Al-hidayah Plumbungan

Sukodono Sidoarjo”

B.Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana minat belajar Bahasa Indonesia materi membaca intensif pada siswa

kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan sebelum diterapkannya strategi KWL ?

2. Bagaimana penerapan startegi KWL pada pelajaran Bahasa Indonesia materi

membaca intensif pada siswa kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan ?

3. Bagaimana peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia materi membaca

intensif pada siswa kelas III MI l-Hidayah Plumbungan setelah diterapkannya

strategi KWL ?

C.Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan minat belajar Menjelaskan isi teks

(17)

6

KWL ( Know – Want to Know – Learned ). Penggunaan startegi ini memberikan

kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum,

saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi

baru yang diterimanya Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa

mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil

belajar mereka sendiri.

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui minat belajar belajar Bahasa Indonesia materi

membaca intensif pada siswa kelas III MI Al- Hidayah Plumbungan

sebelum diterapkannya strategi KWL

2. Untuk mendeskripsikan penerapan startegi KWL pada pelajaran Bahasa

Indonesia materi membaca intensif pada siswa kelas III MI Al-Hidayah

Plumbungan

3. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar bahasa Indonesia siswa

tentang materi membaca intensif di MI Al-Hidayah Plumbungan setelah

diterapkannya strategi KWL

E.Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat,

permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal- hal tersebut dibawah ini :

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas III MI Al- Hidayah Plumbungan

(18)

7

terdapat kesulitan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama pada

indikator menjelaskan kembali isi teks, membuat dan menjawab pertanyaan

melalui membaca intensif

2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III,

dengan standar kompetensi membaca dengan kompetensi dasar (3.2

Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif) pada

indikator menjelaskan kembali isi teks, membuat dan menjawab pertanyaan

serta meringkas bacaan melalui membaca intensif

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas dengan

penerapan strategi KWL sebagai berikut :

1. Bagi siswa, ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan

keterampilan membaca intensif.

2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan pengetahuan dan pengalaman juga solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dan guru.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan kontribusi dala m usaha untuk

(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap

suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.6

Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari

keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah

kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,

kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.

Menurut bloom, minat adalah apa yang disebutnya sebagai

subject-related affect, yang didalamnya termasuk minat dan sikap terhadap materi

pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan pembatas antara minat dan sikap

terhadap materi pelajaran. Yang tampak adalah sebuah kontinum yang

terentang dari pandangan (affect) negatif terhadap suatu pelajaran. Ini dapat

diukur dengan menanyakan pada siswa apakah ia mempelajari itu, apa yang ia

sukai atau tidak disukainya mengenai pelajaran dan berbagai pendekatan

dengan menggunakan quisioner yang berupaya meningkatkan berbagai

(20)

9

pendapat, pandangan, dan preferensi yang mungkin menunjukkan suatu afek

positif atau negatif terhadap suatu pelajaran.

Menurut Nasution belajar sebagai perubahan kelak uan berkat

pengalaman dan latihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, dan berubah

tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar

tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik. Berhasil atau tidaknya

perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh

beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu

berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik

tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya

minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu

bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.

Perasaan subyektif siswa tentang mata pelajaran atau seperangkat tugas

dalam pelajaran banyak dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu tidaknya

ia dalam menyalesaikan tugas-tugas itu. Pada gilirannya, persepsinya adalah

berdasarkan pada riwayat sebelumnya dan penilaian sebelumnya mengenai

hasil belajar dari tugas-tugas itu.7

(21)

10

Minat belajar dapat ditingkatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi

merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam.

Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat

pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang

sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut

amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan

perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari. Minat belajar

membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap

siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh

masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau

untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri

seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan

minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa

minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.8

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat

belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap bidang-bidang

yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun untuk

meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap,

minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan kreativitas.

(22)

11

2. Sebab-Sebab Timbulnya Minat Belajar

Minat pada dasarnya timbul didahului oleh suatu pengalaman disamping

adanya rangsangan-rangsangan dari suatu obyek (pelajaran) yang ada kaitannya

dengan kebutuhan dirinya.

Sehubungan dengan proses meningkatkan minat belajar ini, seperti apa

yang dikatakan oleh Leater D. Croph bahwa guru di hadapkan terutama dengan

penemuan yang diperoleh sesudahnya pada suatu tingkat belajar, sehingga akan

dapat merencanakan pelajarannya untuk menentukan tingkat perbedaan

perhatian-perhatian yang timbul dari pengalaman-pengalaman.9

Adapun sebab-sebab yang menimbulkan minat belajar adalah sebagai

berikut:

a. Menguasai Bahan atau Materi

Sebagai seorang guru atau pembimbing harus menguasai materi yang akan

diberikan atau disampaikan kepada siswa, karena ketelitian dan kejelian

seseorang dalam menerima pelajaran dapat pula akan menjatuhkan wibawa

seorang guru, apabila tidak menguasai bahan yang diajarkan. Menurut M.

Athiyah Al Abrosyi menerangkan:

“Seorang guru harus sanggup menguasai mata pelajaran yang diberikan

serta memperdalam pengetahuannya tentang itu sehingga janganlah

(23)

12

pelajaran itu bersifat dangkal tidak melepaskan dahaga dan tidak

mengenyangkan lapar.”10

b. Penggunaan Metode

Penggunaan metode pengajaran yang baik membuat para siswa dapat

menangkap dengan baik. Siswa akan merangsang minat untuk dapat belajar

dengan sungguh-sungguh, penggunaan metode merupakan faktor penting

dalam membuka cakrawala pengetahuan dan pandangan yang luas, sebagai

sarana pengaplikasian ilmu secara sistematis.

Penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang

diberikan, akan memalingkan dari materi yang akan diajarkan serta

menimbulkan kebosanan dalam diri mereka. Zakiyah Darajat

mengemukakan bahwa:

“Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang tepat harus dapat

membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman hidup yang

menyenangkan dan berarti bagi anak didik.”11

c. Penampilan (Performance) dalam Mengajar

Penampilan yang diberikan dalam mengajar seharusnya menarik,

menyenangkan dan lugas, sehingga memberikan wahana pesona bagi siswa

untuk dapat menerima pelajaran dan meningkatkan kemampuannya.

10

Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pok ok -Pokok Pendidik an Agama Islam (Ja karta : Bulan Bintang, 1970), hal. 139

(24)

13

Penampilan guru yang baik dapat membantu menumbuhkan dan

membangkitkan minat belajar siswa, dapat membantu memusatkan

perhatian siswa, dapat mengurangi kelelahan belajar.

d. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar

Seorang guru yang pengalamannya luas tidak akan memaksa muridnya

untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak akan

memompa otaknya dengan kemampuan yang tidak sesuai dengan

kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman yang lalu serta tidak

akan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan mereka dan tidak

membangkitkan keadaan jiwa mereka.

e. Mengevaluasi suatu pelajaran

Mengadakan evaluasi terhadap satuan pelajaran adalah suatu pekerjaan

yang penting bagi seorang guru untuk mengetahui sejauh mana hasil proses

belajar mengajar. Bagi siswa kegiatan evaluasi tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui kemampuannya dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh

guru. Dalam mengevaluasi ini guru mempersoalkan sampai manakah

tujuan yang dicapai.

3. Cara Membangkitkan Minat Belajar

Membangkitkan minat belajar siswa, merupakan hal yang berkaitan

dengan peranan seorang guru sebagai kunci dalam proses belajar mengajar.

(25)

14

pengalaman yang dimiliki mempunyai nilai lebih dari siswanya, merupakan hal

yang tidak patut diandalkan oleh seorang guru. Karena kemampuan yang lebih

tersebut belum tentu dapat diterima oleh seorang siswa, akan menjadi sumber

timbulnya rasa simpatik siswa kepada pengetahuan yang telah diberikan.

Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktifitas yang sangat kompleks

pula.

Untuk merealisir metode atau cara peningkatan minat belajar, maka harus

mengetahui prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengajar.

Menurut Roestiyah, prinsip-prinsip umum yang diberikan adalah:

a. Sebagai Fasilitator (menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh

individu yang belajar)

b. Sebagai Pembimbing (memberikan bimbingan kepada siswa dalam

interaksi belajar)

c. Sebagai Motivator (memberikan dorongan semangat)

d. Sebagai Organisator (mengorganisir kegiatan siswa maupun guru)

e. Sebagai Manusia Sumber (memberikan informasi)12

Dengan prinsip-prinsip diatas, maka seorang guru akan mengetahui adanya kesulitan-kesulitan yang telah dialami seorang siswa, dan bagaimana

pemecahannya.

(26)

15

Dari pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa upaya atau

cara membangkitkan minat belajar yang antara lain:

a. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

Seorang guru harus menggunakan banyak variasi metode pada waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian materi pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, mudah

dipahami dan suasana di kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang

selalu sama dan monoton akan membosankan siswa dalam belajar.13

b. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah

Lingkungan yang saling menghormati dapat mengerti kebutuhan anak, bertenggang rasa, memberikan kesempatan pada anak untuk

belajar sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan mengembangkan kemampuan berfikir pada diri anak,

cara memecahkan masalah, hasrat ingin tahu dan menambah

pengetahuan atas inisiatif sendiri.14

c. Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana

Pada kenyataannya tes dan nilai digunakan sebagai dasar berbagai

hadiah sosial (seperti pekerjaan penerimaan lingkungan dan

sebagainya). Menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi kekuatan untuk memotovasi siswa. Siswa belajar pasti ada keuntungan yang di asosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian memberikan tes

(27)

16

nilai mempunyai efek untuk memotivasi belajar. Tetapi tes dan nilai

harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk memberi informasi-informasi pada siswa lainnya, penyalahgunaan tes dan nilai akan

mengakibatkan menurunnya keinginan siswa untuk berusaha dengan

baik.15

d. Menumbuhkan bakat, sikap dan nilai

Belajar mengandung pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang meliputi seluruh pembinaan individu terhadap dirinya, naluri,

sikap dan pembinaan nilai- nilai sekolah jika ingin menghasilkan untuk masyarakat sebagai warga negara yang baik dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan berusaha meningkatkan taraf hidupnya,

haruslah membekalinya dengan bakat yang terpuji, sikap-sikap yang

baik dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat.16

Selain itu, pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat. M inat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:

a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai

keindahan, untuk dapat penghargaan, dan sebagainya).

b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.

c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succeeds like succes”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada

15 Sla meto, Belajar dan Fak tor-Fak tor, hal. 179

(28)

17

hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan

kesanggupan individu.

d. Gunakan berbagai bentuk metode mengajar seperti diskusi, kerja

kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya.17

Dengan demikian cara-cara yang harus dilakukan dalam meningkatkan minat siswa terhadap proses belajar sebagai landasan

pengembangan pemikiran siswa yang dinamis dan produktif adalah dengan memperhatikan beberapa hal, baik dari segi interaksi antar

guru dan siswa, segi pelajaran, dan sebagainya.

4. Fungsi Minat dalam Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas

pemerolehan pembelajaran siswa, diantaranya minat. Minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu.18

Siswa yang mampu mengembangkan minatnya dan mampu mengerahkan

segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran tertentu. Minat

merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usaha untuk

mencapai keberhasilan dalam belajar dengan demikian jelas terlihat bahwa

minat sangat penting dalam pendidikan, karena merupakan sumber usaha anak

didik.19

17

S. Nasution, Didaktik ASas-Asas Mengajar, (Jaka rta: Bu mi A ksara,1995), ha l. 82 18

Muhibin Syah, Psik ologi Belajar, (Jaka rta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-2, 136 19 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Cet.

(29)

18

Secara lebih terinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya

dengan pelaksanaan belajar atau studi ialah:

a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta

Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan,

perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan,

yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang

perhatian yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang

dan kelangsungannya.

b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseo rang.

Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan

tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi,

yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat

konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.

c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar

Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar

misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau

sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal

yang lain, kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired

(30)

19

oleh sikap bathin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau

seseorang berminat kacil bahaya akan d iganggu perhatiannya.

d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya

mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana

kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.

e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.

Kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih

banyak berasal dari dalam diri seseorang daripada bersumber pada hal- hal

di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari

seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama

menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu

sebesar-besarnya.20

5. Aspek-aspek Minat Belajar

Menurut Hurlock Mengemukakan bahwa minat memiliki tiga aspek yaitu:

a) Aspek Kognitif

Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak

mengenai hal- hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek

kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan

(31)

20

menguntungkan? Apakah akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang

melakukan suatu aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat

dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat

terhadap suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak

manfaat dari suatu aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang

dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari

suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan terus

dilakukan.21

b) Aspek Afektif

Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang

menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap

terhadap aktivitas yang diminatinya.22 Seperti aspek kognitif, aspek afektif

dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan

kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan

memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat

yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua,

guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus

pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-waktu khusus

atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang

diminatinya tersebut.

21 Juhaya S Pra ja & Us man Efendi, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1984). hal 89

(32)

21

c) Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingka h laku atau

pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek

kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga

mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek

psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan

berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan

nyata dari keinginannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran bahasa

Indonesia yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari

melalui proses penilaian kognitif, penilaian afektif dan psikomotorik seseorang

yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif,

afektif dan psikomotorik seseorang terhadap objek minat adalah positif maka

akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.

6. Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

(33)

22

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.

Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan23

Menurut Dinar Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat

belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas

maupun dirumah yaitu:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran bahasa Indonesia, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang

berhubungan dengan bahasa Indonesia. Sama sekali tidak ada perasaan

terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk

cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa

pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri

c. Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian

merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,

pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan hal yang lain.

(34)

23

Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan

sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut.

d. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena

faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap

bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,teman sekelas,

bahan pelajaran yang menarik.Walaupun demikian lama-kelamaan jika

siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata

pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia

tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata.

Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran

sebagai berikut:

“Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.”

e. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan

(35)

24

f. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga

bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi

pelajaran (dalam hal ini pelajaran bahasa Indonesia) juga merupakan salah

satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan

fungsinya.24

B. Strategi KWL ( Know Want to Know Learned)

1. Pengertian KWL

Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan

memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca.

Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya.

Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan

pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka

sendiri.

Strategi ini dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru

menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik.

Srategi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun siswa dalam

memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan

24 Hadi Susanto, Minat Belajar Siswa, diakses dari:

(36)

sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik

kemudian membangkitkan kategori informasi yang dialami dalam membaca

ketika sumbang saran terjadi dalam diskusi kelas. Pada tahap kedua, What I

want to Learn (W), guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca

dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidak jelasan, yang ditimbulkan selama

langkah pertama. Langkah ketiga, What I have Learned (L) terjadi setelah

membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan,

memperluas, dan menetukan seperangkat tujuan membaca sesudah itu siswa

mencatat informasi yang telah mereka pelajari, mengidentifikasikan sisa

pertanyaan yang belum terjawab.

Tabel 2.1

Sintak Pe mbelajaran Menggunakan Strategi KWL

Tahap Pembelajaran

Jenis Kegiatan Bentuk Konkret Kegiatan

1 Apa yang saya

ketahui (K)

 Guru memulainya dengan mengajukan

pertanyaan seperti Apa yang kamu ketahui tentang ....? Guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis,

(37)

26

kemudian dilanjutkan diskusi dengan pertanyaan berikutnya, seperti Dimana kamu pelajari tentang itu? Atau

Bagaimana kamu mengetahuinya?

 Ketika siswa menggunakan gagasan

dalam diskusi kelas dan berpartisipasi, mereka mencatat informasi yang telah mereka ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan.

 Setelah sumbang saran, guru bertanya kepada siswa tentang jenis informasi yang sedang disajikan

 Guru memberikan beberapa contoh

kategori informasi yang dikumpulkan saat sumbang saran

 Kemudian guru menyuruh siswa

memikirkan kemungkinan kategori yang lain yang kemudian dicatat siswa

 Setelah itu, siswa mengemukakan

kategori informasi yang dibacanya

 Guru mencontohkan proses membaca

kepada siswa

 Pertanyaan yang sudah diformulasikan

dituliskan guru di papan tulis

kemudiun guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan siswa dengan menunjuk ketidakkonsistenan, pertentangan informasi dan khususya menyimpulkan gagasan-gagasan

 Siswa didorong menulis pertanyaan

(38)

27

 Guru memberikan penekanan pada

tujuan membaca untuk memenuhi rasa ingin tahu pribadi siswa, tidak hanya sekedar yang disajikan dalam teks

Untuk meningkatkan membaca pemahaman, guru seharusnya menyediakan

lembaran panduan belajar. Lembaran panduan belajar yang dimaksud ialah

lembaran yang diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok untuk

memantau siswa membaca bahan bacaan dan mengurangi kesukaran memahami

bahan pelajaran. Lembaran panduan belajar bisa digunakan untuk menyusun

tujuan membaca. Guru juga menyediakan bantuan untuk menginterpretasikan

bahan bacaan melalui saran-saran bagaimana mengaplikasikan strategi

membaca. Panduan ini juga digunakan sebagai panduan dalam diskusi

kelompok dan kegiatan belajar kooperatif. Belajar melalui penggunan

kelompok belajar kooperatif bisa meningkatkan belajar siswa.26

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI

1. Karakteriskik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat

(39)

28

yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.

Bredekam menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek

perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Tidak ada jalan

lain kecuali guru harus memiliki tanggungjawab dan perhatian penuh bagi

keutuhan perkembangan anak.

Sehubungan dengan itu Goodman dalam Akhadiah menyatakan bahwa:

a) Belajar bahasa lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara

holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional jika bahasa itu

disajikan dalam konteks dan dipilih peserta didik untuk digunakan

b) Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud

sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan

terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan

perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung

kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran.

Perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa pada anak usia lima

sampai dengan delapan tahun atau anak kelas awal SD mempunyai karakteristik

(40)

29

a) Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai

untuk belajar dalam situasi yang lebih formal,

b) Anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai

keseluruhan

c) Sesuatu lebih mudah mereka pahami jika diperoleh melalui interaksi

sosial dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang

menyenangkan,

d) Situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih

sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat

membantu proses belajar yang efektif. Kenyataan itu menuntut agar

guru sebagai pengelola pembelajaran dapat menyediakan lingkungan

belajar yang kondusif dan pendekatan pembelajaran yang bermuatan

keterkaitan atau keterpaduan sehingga membuat anak secara aktif

terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi

pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk

menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna

bagi anak. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu

didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan peserta didik mulai dari

merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari peserta didik. Dengan

(41)

30

kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.27 Collins dan Dixon

menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning

occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian,

peserta didik belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada

waktu yang sama.

Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sebaiknya mendapat

porsi yang seimbang. Dalam pelaksanaanya sebaiknya dilaksanakan secara

terpadu, misalnya:

Mendengarkan – menulis – berdiskusi

Mendengarkan - bercakap-cakap – membaca

Bercakap-cakap – menulis – membaca

Membaca – berdiskusi – memerankan

Menulis – melaporkan – membahas28

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas-kelas rendah dalam

pelaksanaannya dipadukan atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain

seperti IPA, IPS, atau Matematika.29

27 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pemaelajaran di Sek olah Dasar... hal 94 28 SD Negeri 2 Te rit ip, Karak teristik Mata Pelajaran Bahasa, diakses dari:

(42)

31

Dari berbagai pendapat para ahli dan rambu-rambu pembelajaran

Bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia harus mempertimbangkan asas keterkaitan atau keterpaduan sebagai

pendekatan pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar

yang holistik yaitu pendekatan pembelajaran terpadu.30 Guru sebagai model

dalam berbahasa (membaca dan menulis) selama proses pembelajaran

berlangsung serta bertindak sebagai fasilitator dan memberikan umpan balik

yang positif. Kualitas hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dipengaruhi

berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pendekatan dalam

proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Proses tersebut menyangkut

materi ajar yang digunakan, kegiatan guru dan peserta didik, interaksi peserta

didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru dan bahan ajar, alat

dan lingkungan belajar serta cara dan alat evaluasi dan kesesuaian dengan

kebutuhan perkembangan peserta didik itu sendiri.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi,

saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk

meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah

satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.

29

Muchlisoh, dkk. Meteri Pok ok Pendidikan Bahasa Indonesia 3, (Jakarta : Un iversitas Terbuka, Depdikbud, 1995) ha l 67

(43)

32

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu

program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah yaitu :

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis,

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara,

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan,

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa,

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.31

(44)

33

3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini

diharapkan:

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap

hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi

bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan

sumber belajar;

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan

dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan peserta didiknya;

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam

pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraa n di sekolah;

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang

tersedia

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional.32

(45)

34

D. Membaca Intensif

1. HakikatMembaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak

hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas

visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual

membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam

kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpik, membaca mencakup aktivitas

pengenalan kata, pemahaman literal, interpretas i, membaca kritis dan dan

pemahaman kreatif.

Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar

dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording

merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengassosiasikannya dengan

bunyi sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Sedangkan proses

decoding (penyandian) meruk pada proses penerjemahan rangkaian grafis

dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada

kelas awal ( I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan.

Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan

korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Semetara itu

proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan pada kelas tinggi SD

/MI.33

(46)

35

Pemahaman makna berlangsung melalui beberapa tingkat mulai dari

tingkat pemahaman literal sampai pada pemahaman interpreatif, kreatif dan

evaluatif. Dengan demikian, dapat diaktakan bahwa memabca merupakan

gabungan perseptual dan kognitif.34

Keterampilan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai

hasil. Sebagai suatu proses membaca mencakup, : proses visual, proses

berpikir, proses psikomotorik, proses metakognitif dan proses

teknologi.sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis kedalam bunyi. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup

pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan

membaca kreatif. Sebagai suatu proses pikolinguistik skemata pembaca

membantuya menemukan makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur

sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan

pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi,

pemonitoran dan pengevaluasian.

Dilihat dari segi hasil, dalam membaca terdapat mencapaia n komunikasi

pikiran dan perasaan pembaca dan penulis. Komunikasi ini terjadi karena

kesamaan pengetahuan antara pembaca dan penulis. Komunikasi ini sangat

tergantung pada pemahaman yang diperoleh pembaca dalam proses

membaca.35

34 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di ... ha l 3

(47)

36

2. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seorang yang membaca

dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang

yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru

seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus

yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa

itu sendiri. Tujuan membaca mencakup :

a) Kesenangan

b) Menyempurnakan membaca nyaring

c) Menggunakan strategi tertentu

d) Memperbarui pengetahuannya

e) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya

f) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

g) Mengkonfirmasi atau menolak predksi

h) Menjawab pertanyaan yang bersifat spesifik

i) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks.36

(48)

37

3. Teori Membaca

Berdasarkan pendekatan konseptual, muncul teori membaca Goodman yang memandang bahwa membaca “ sebagai proses komunikasi” dengan dasar

titik tolaknya pada linguistik terapan, yaitu sebagai sesuatu yang mengandung

pesan. Prinsip pengajarannya adalah :

Membaca selalu melibatkan level karena membaca selalu

mengungkapkan sesuatu

Paparan bahasa dalam tulisan harus diperhatikan

Membaca dan menulis permulaan tidak diperkenankan menggunakan

kosa kata yang terlalu rumit

Bahasa yang digunakan sudah dikenal

Hindari penggunaan gambar untuk menerangkan makna

Kemudian goodman merevisi karyanya yang bertolak pada “ transformasi

generatif”. Dalam teorinya ia memandang membaca sebagai proses recording,

decoding, encoding, dan berakhir pada pemahaman. Pandangannya terhadap

proses membaca :

Membaca dimulai dengan bentuk bahasa tulis

Tujuan membaca adalah merekonstruksi makna yang ada dalam diri

pengarang

Ada hubungan antara bahasa lisan dengan bahasa tulis

(49)

38

Pada umumnya pembaca mampu merekonstruksi apa yang ditekankan

pengarang.37

4. Pengertian Membaca Intensif

Membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti,

dan penanganan terperinci yang dilakasa nakan di dalam kelas terhadap suatu

tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.

Kuesioner,latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte

dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks

bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang

guru, baik dari segi bentuk dan isinya. Para pelajar yang berhasil dalam tahap

ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan

bahan bacaan tersebut38

Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah :

a. Membaca telaah isi :

1. Membaca Teliti

Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka

sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang

disukai.

37 Jauharoti Alfin, et a l, Bahasa Indonesia 1

ha l 16 (paket 7) 38 Rizki Bayu Prasetyo, Makalah Me mbaca dala m Hati, dia kses dari:

(50)

39

2. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis

membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar

atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis

(critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

3. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara

bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan

keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris,

maupun makna balik baris.

4. Membaca Ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,

memperoleh, serta memanfaatkan ide- ide yang terdapat pada bacaan.

5. Membaca Kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar

menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu

secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan

(51)

40

b. Membaca Telaah Bahasa :

1. Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)

Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata

(increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing

vocabulary)

2. Membaca Sastra (Literary Reading)

Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada

penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat

mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra

maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan

antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca intensif adalah sebagai

berikut:

a. Membaca dengan jeli sehingga dapat menentukan hal yang paling menarik

dari hal- hal lain,

b. Mempertimbangkan kemampuan diri dal kemampuan teman diskusi

berkenaan dengan kemampuan diri menguasai atau memahami perihal yang

akan didiskusikan, dan

c. Mempertimbangkan referensi yang dimiliki oleh peserta diskusi terkait hal

(52)

41

5. Komponen Kegiatan Membaca

Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri dari dua bagian, yaitu proses dan

produk. proses membaca mencakup sembilan aspek untuk menghasilkan

produk.39

a. Proses membaca

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan

sejumblah kegiatan fisik dan mental. proses membaca dimulai dengan

sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol grafis

melalui indra pengelihatan. Kegiatan berikutnya adalah tindakan

perseptual, yaitu aktifitas mengenal suatu kata sampai pada suatu mak na

berdasarkan pengalaman yang lalu. Walaupun membaca teks yang sama,

mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam

proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang

tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri

ke kanan atau dari atas ke bawah.

Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami

bacaan, pembaca harus terlebih dahulu memahami kata dan kalimat yang

dihadapinya melalui proes asosiasi. Peningkatan kemampuan berpikir

melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD/MI dapat

membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya.

(53)

42

Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makan

merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak belajar menghubungkan

simbol grafis dengan bunyi bahas dan makna. Sedangkan aspek afektif

merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan

memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca dan

menumbuhkan motivasi.

Aspek yamg terakhir dalam proses membaca adalah aspek gagasan

yang dimulai dengan penggunaan aspek sensori dan perseptual

pengalaman dan tanggapan efektif serta membangn makna teks yang

dibacanya secara pribadi.

b. Produk membaca

Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi

antara penulis dan pembaca. Komunikasi dalam membaca tergantung

pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluh aspek proses membaca.

Agar hasil membaca dapat tercapi secara maksimal, pembaca harus

menguasai kegiatan dalam proses membaca. Oleh sebab itu, guru SD / MI

memegang peranan penting dalam membimbing para siswa agar mereka

(54)

43

E. Isi Materi

Kamu diajak untuk menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks

agak panjang yang dibaca secara intensif.

Pada semester satu, kamu telah mempelajari bagaimana membaca intensif.

Membaca secara intensif maksudnya membaca secara sungguh-sungguh hingga

memahami isinya.

Coba kamu baca teks berikut ini dengan intensif

Bila Terjadi Gempa

Tips Menghadapi Gempa

1. Jauhi benda-benda di sekitarmu yang bisa jatuh atau runtuh saat terjadi

gempa, misalnya atap rumah/sekolah, lampu gantung, pintu, jendela kaca, rak

buku, serta pohon.

2. Lindungi kepala dan wajah dari benturan benda keras yang ada di sekitarmu,

misalnya menggunakan tas, tumpukan buku, bantal, atau helm.

3. Bersembunyilah di tempat yang aman bila gedung sekolah atau rumah runtuh,

misalnya bersembunyi di bawah meja kayu (jangan di bawah meja kaca),

mendekat di sudut ruangan yang kecil dan bertiang kokoh. Hindari berada di

(55)

44

Gambar 2.1 Situasi saat gempa bumi

4. Segera keluar dari gedung lewat pintu atau jalan yang aman. Kenali

pintu-pintu dan letak tangga darurat. Pastikan, pintu-pintu itu bisa dibuka oleh siapa saja.

Bila kelas atau rumahmu di lantai atas, keluarlah lewat tangga. Jangan lewat

lift atau eskalator .

5. Kenali tempat-tempat yang aman untuk mengungsi. Kalau terjadi gempa dan

tsunami, tempat yang paling aman adalah jauh dari pantai, tebing dan

pohon-pohon yang besar.

6. Kenali alam sekitarmu. Apakah di tempat tinggalmu termasuk sering terjadi

gempa dan tsunami? Kalau pernah, kapan periodenya? Mintalah bantuan

orang tua untuk mengenali alam di sekitarmu.

7. Apabila terpisah dengan orang tua. Bersikaplah tenang. Mintalah bantuan

kepada orang yang kamu kenal untuk mencari orang tuamu.40

Gambar

Gambar 3.1Alur siklus PTK menurut Kemmis & Mc Taggart .................................
 Tabel 2.1
Gambar 2.1   Situasi saat gempa bumi
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan resolusi data antara data utama (GMT dengan resolusi perekaman data 1data/detik) dengan data pembanding (GMS dengan resolusi perekaman data 1 data/10menit)

Untuk menghindari gunungan sampah di TPA menurut ketua komunitas KerDUS sebaiknya masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya mengurangi jumlah sampah dengan mengolah barang

Evaluasi kinerja Teknologi Informasi (TI) merupakan cara untuk mengukur sejauh mana TI dapat menjawab kebutuhan dalam proses bisnis di organisasi. Coca Cola dalam

Kedua, menentukan profil pembelajaran dengan mengkaji upaya proses pembelajaran untuk menghadirkan bahan ajar secara otentik dan konkrit, sehingga akan ditemukan adanya

(1) Awak kapal dan/atau penumpang kapal wisata (yacht) asing yang akan melakukan kunjungan ke Indonesia wajib memiliki izin tinggal sesuai dengan ketentuan

Ayah selalu menasihati abang supaya tidak bergaul dengan budak-budak nakal.. di

USM merupakan salah satu perguruan tinggi yang sedang berkembang di Semarang dan sudah memiliki beberapa fakultas.Salah satu fakultas yang ada di USM yaitu Fakultas

[r]