SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom)
Oleh:
Fared Ahli Syhabbudin NIM. B76212101
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
v
Fared Ahli Syhabbudin, NIM B76212101, 2016. Strategi Kreatif Program Larasti Dalam Mempertahankan Eksistensinya di JTV Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Strategi Kreatif, Program Larasati, Mempertahankan Eksistensinya, Ekonomi Media
Skrispsi ini membahas tentang strategi - startegi kreatif apa saja yang di lakukan produser dan tim kreatif dalam upaya mempertahankan eksistensi program Larasati. Dalam skripsi ini juga membahas pesan ekonomi media yang diterapkan dalam sebuah program kreatif yang bernama Larasati.
Ada sebuah persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: Bagaimana strategi kreatif yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensi di JTV Surabaya ?
Untuk mengungkap permasalahan tersebut secara mendalam, peneliti menggunakan pendekatan teori kontruksi sosial media massa, suatu teori yang membahas tiga momen dialektis dalam penciptaan suatu realitas sosial masyarakat, yaitu objeksifikasi, eksternalisasi, dan internalisasi.
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv 1. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
2. RUMUSAN MASALAH DAN FOKUS PENELITIAN ... 6
3. TUJUAN PENELITIAN ... 7
4. MANFAAT PENELITIAN ... 7
5. PENELITIAN TERDAHULU ... 8
6. DEFINISI KONSEP ... 9
7. KERANGKA PIKIR PENELITI ... 12
8. METODE PENELITIAN... 15
e) TELEVISI LOKAL DAN SISTEM PENYIARAN ... 37
f) EKSISTENSI... 38
g) JTV SURABAYA ... 38
2. KAJIAN TEORI ... 40
a) TEORI KONSTRUKSI MEDIA ... 40
ix
d) TARGET AUDIENCE ... 52
e) PROGRAM ACARA ... 53
f) PROGRAM KERJA ... 55
2. TENTANG PROGRAM LARASATI ... 56
a) PROFIL INFORMAN ... 56
3. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ... 57
a) DATA TENTANG STRATEGI KREATIF YANG DILAKUKAN PROGRAM LARASATI DI JTV SURABAYA DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI ... 59
BAB IV ANALISIS DATA 1. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN ... 66
2. KONFIRMASI TEMUAN DENGAN TEORI ... 76
BAB V PENUTUP 1. KESIMPULAN ... 89
2. REKOMENDASI ... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
A. Latar Belakang
Sebuah kotak ajaib yang mampu menyihir banyak orang untuk duduk manis
menghabiskan waktu, bernama Televisi. Televisi sebagai alat komunikasi massa yang
merupakan gabungan antara radio dan film, sebab televsisi dapat meneruskan suatu
peristiwaa dalam bentuk gambar yang hidup dan bersuara dan kadang-kadang
berwarna atau dengan kata lain televsi merupakan “audio visual”.1
Televisi sebagai
salah satu media massa mampu memberi informasi, medidik, menghibur dan
membujuk tetapi pada umumnya tujuan utama khalayak televisi untuk memperoleh
hiburan selanjutnya untuk memperoleh informasi2
Televisi sebagai media massa tentu tidak luput dari suatu industri
kemediaannya. Memasuki abad ke-21, industri media tengah berada di dalam
perubahan yang cepat. Kerajaan-kerajaan media mulai membangun diri dengan
skala yang besar. Merger ataupun pembelian media lain dalam industri media terjadi
di mana-mana dengan nilai perjanjian yang sangat besar. Semakin lama bisnis
media semakin besar dan melibatkan hampir seluruh outlet media yang ada dengan
kepemilikan yang makin terkonsentrasi. Masyarakat makin tenggelam dengan dunia
yang dipenuhi oleh media. Apakah masyarakat terlayani dengan informasi yang
actual, beragam dan sesuai dengan kepentingan mereka oleh industri ini, atau
1
Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, (Surabaya : jaudar press 2012).hal 51
2
perkembangan yang luar biasa ini hanya untuk meningkatkan keuntungan bagi
“segelintir” orang yang terlibat dalam industri ini.
Nampaknya bukan hanya itu, Di abad 21 ini semakin banyak media-media
massa baru yang bermunculan. Industri media saat ini tengah melaju dengan cepat ,
semakin lama bisnis media ini semakin besar dengan kepemilikian yang semakin
mengerucut dan tengah membentuk sebuah kerajaan di industri media. Dengan kata
lain, ini akan terjadi keseragaman informasi yang berimbas pada tidak variatifnya
program- program yang disajikan. Apakah khalayak terpenuhi dengan informasi yang
aktual, beragam dan sesuai dengan kebutuhan mereka atau khalayak hanya sebagai
komoditas untuk meningkatkan keuntungan bagi orang/institusi yang menggeluti
industri media ini.
Dengan memperhatikan fenomena tersebut, nampaknya telah terjadi
pergeseran orientasi dari (give the prees the public wants) pemenuhan selera public
atau malah menjadi (give the press they public should knows) pembentukan selera
public, seperti yang dikatakan Novel Ali.3 Dengan demikian media dapat dikatakan
sebuah aktifitas institusi media massa dalam meciptakan atau menghasilkan produk
media yang berorientasi pada bertambahnya modal. Untuk menyatakan institusi
media massa bukan berorientasi untuk bertambahnya modal juga sulit, jika dilihat
dari aspek produksi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit terutama bisnis
media televisi. Artinya media memerlukan pemasukan dana dari iklan sebagai
tambahan modal dan menggembangkan industri media. Terlebih media massa yang
3
ada saat ini cukup variatif sehingga mau tidak mau akan menuntut sebuah persaingan
antar media massa.
Saat ini, media berlomba lomba mencari dan menjala iklan sebagai salah satu
pemasukan keuangan yang bisa diraih, tidak heran jika media membuat banyak
produk/program yang menarik khalayak guna mendapatkan rating yang tinggi yang
pada akhirnya untuk menarik iklan dari sponsor masuk menambah pundi-pundi
keuangan. Keberhasilan media massa dalam mempertahankan diri dan mampu
bersaing di tengah pasar informasi bebas lebih ditentukan oleh kemampuanya dalam
menyediakan sesuatu yang diingkan oleh pasar.4 Persaingan media yang berbeda
untuk mendapatkan iklan yang sama dapat mendorong keberagaman5 pembuatan
program-program.
Melihat berbagai fenomena media massa saat ini, bisa dikatakan bahwa media
massa telah bergerak jauh, dari sekedar institusi atau lembaga yang menyediakan
berbagai informasi kepada khalayak luas, menjadi sebuah industri yang melayani
kebutuhan khalayak terhadap informasi. Begitu besarnya informasi yang diperlukan,
tak jarang lembaga media massa tidak hanya memerankan diri sebagai penyuplai, tapi
sudah melangkah kearah pembentukan “selera” informasi apa yang seharusnya
dikonsumsi oleh khalayak. Dalam konteks inilah media mulai menjadi sebuah
industri yang di dalamnya terdapat proses produksi, distribusi, dan konsumsi yang
merupakan inti dari ekonomi media.
4
William l Rivers, jay W dan Theodore Peteerson, media massa dan masyrakat modern(terj). Jakarta prenada media,2003
5
Untuk menuju industri media, ada beberapa komponen utama yang dijadikan
sumber penunjang bagi berlangsungnya kehidupan industri media. Sumber tersebut
adalah modal, jenis media, dan jenis khalayak sasaran.6 Dari penguatan ketiga
komponen tersebut diperlukan media untuk dapat terindustrialisasi. Selain ketiga
komponen tersebut, ada juga tiga hal karakter dalam sebuah industri media,
diantaranya costumer requirements (karakter yang merujuk pada harapan dan
keinginan konsumen terhadap produk media yang meliputi aspek kualitas, diversitas
dan ketersediaan), competitive environment (karakter yang merujuk pada lingkungan
pesaing yang dihadapi perusahaan media, social expectation (karakter yang merujuk
pada relasi antara harapan masyarakat dengan keberadaan industri).7
Dengan kondisi semakin banyaknya media yang variatif menjadikan khalayak
memliki banyak pilihan untuk menentukan media massa yang akan di konsumsinya.
Ini merupakan suatu dampak positif bagi khalayak karena mereka bebas menentukan
plihanya, sementara bagi pengelola ini merupakan tantangan untuk melakukan
kreatifitas dalam mengemas produknya.
Sebagai gambaran saat ini, bagaimana perubahan terjadi di industri media
televisi, dimana ketika Transtv dan Trans7 berkonsolidasi membentuk Transcorp,
sama halnya dengan RCTI, TPI dan Global tv yang menjadi MNC group, dengan
program-program hiburan yang di sajikan. Metro tv dan TvOne dengan program
news yang dibawa atau kehadiran “anak baru” yaitu Nettv yang membawa persaingan
6
Rachmat Kristiyantono. Teknik Praktik Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), hal.273
7
baru di industri media televisi dengan kreatifitas ke-anak mudanya, menjadi pesaing
sengit mendapatkan rating tinggi. Belum lagi kehadiran televisi lokal dengan kearifan
daerah yang dibawa, menjadikannya sangat hangat bagi khalayak untuk memilih
program-program televisi lokal.
Munculnya televisi – televisi lokal semakin mendorong persaingan media
menjadi semakin kompetitif dengan televisi nasional maupun antar televisi lokal.
Penonton lokal akan merasa senang jika disuguhi program-program yang sesuai
dengan selera lokal mereka. Program televisi lokal sangat menarik jika dikemas atau
berangkat dari kegiatan yang popular dimasyarakat, seperti kebudayaan, kesenian,
pendidikan non formal maupun kepentingan-kepentingan umum lainya.
Untuk menghadapi persaingan media yang televisi yang semakin sengit,
akhirnya menuntut para pegelola menciptakan program-program yang lebih unik,
menarik, serta kreatif yang berbeda dengan program-progam yang telah ada. Dengan
begitu memungkinkan program tersebut akan menarik khalayak untuk menonton,
sehingga akan berpengaruh kepada rating. Dengan rating yang ditinggi, para industri
media televisi bisa menjala para pengiklan untuk mampu bertahan hidup dengan
persaingan industri media yang kompetitif saat ini.
Larasati adalah sebuah program unggulan dari stasiun televisi JTV Surabaya
yang bertemakan musik. Larasati menghadirkan bintang tamu lokal untuk
membawakan beberapa lagu-lagu pop generasi masa kini maupun lagu-lagu nostalgia
Pilihan program larasati sebagai subyek peneletian disini atas dasar beberapa
pertimbangan, yaitu program larasati merupakan salah satu program televisi yang
memliki kontek musik beraliran kroncong yang dikemas secara modern agar bisa
dinikmati oleh semua kalangan. Program larasati sebagai program salah satu program
televisi swasta yang dikategorikan sebagai pogram yang mengangkat konten - konten
budaya lokal.
JTV Surabaya adalah sebuah stasiun televisi di Jawa Timur yang konsisten
dengan konten – konten budaya lokal Surabaya yang sampai saat ini masih bisa
memproduksi program-program yang memuat budaya lokal tersebut sehingga stasiun
televisi JTV Suarabaya ini menjadi sangat hangat di kalangan masyarakat lokal.
B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian a) Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah, maka peneliti hendak
menganalisis pokok permasalahan yaitu : Bagaimana strategi kreatif
yang dilakukan program larasati dalam mempertahankan
eksistensinya di JTV Surabaya ?
b) Fokus Penelitian
Selain rumusan masalah yang telah ditentukan diatas peneliti
juga telah merumuskan suatu fokus penelitian yang digunakan untuk
membatasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Fokus
Bagaimana strategi kreatif yang dilakukan program larasati
dalam mempertahankan eksistensinya di JTV Surabaya ?
C. Tujuan
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah di jelaskan
diatas, maka tujuan penelitian ini difokuskan pada upaya mendeskripsikan serta
menjelaskan tentang strategi kreatif yang dilakukan pada program larasati di stasiun
telvisi JTV Surabaya.
D. Manfaat
Berlatar belakang dari tujuan penelitian, maka penelitian ini diarahkan untuk
dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu :
a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaraan
kepustkaan bagi jurusan Ilmu Komunikasi khususnya pada konsentrasi
Broadcasting atau memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan
yang telah ada.
b) Secara praktis penelitian ini memberikan sejumlah fakta bagaimana
mencari ide yang kreatif dalam membuat sebuah program televisi
termasuk memberikan gambaran bagaimana cara berpikir kreatif, serta
penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi program Larasati
untuk selalu tampil kreatif dengan mempertahankan ciri khas JTV
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang
disusun oleh peneliti, diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Guntur Mahardika, mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dengan judul
“Strategi Produser dalam Meningkatkan Rating Program Musik Dahsyat” tahun 2011.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimana strategi produser dalam
meningkatkan rating program agar tidak kalah saing dengan program sejenis. Di
mana metode penelitian yang diambil adalah deskriptif kualitatif dengan objek
penelitiannya adalah strategi produser program musik Dahsyat dalam meningkatkan
rating dan subjek penelitiannya adalah produser sebagai key informan dan beberapa
penonton sebagai informan. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan
kesimpulan bahwa dalam meningkatkat rating program musik Dahsyat, strategi yang
diambil produser adalah melalui konten acara yang berbeda setiap harinya dalam satu
minggu, seperti kalau setiap hari rabu ditayangkan Dahsyatnya pasar, kalau hari
kamis Dahsyatnya sekolah, dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rico Delta Yudha, mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Strategi Kreatif
Program Acara Langenswara di Jogja TV” tahun 2011. Dalam skripsi tersebut
membahas tentang bagaimana strategi produser dalam mempertahankan eksistensi
dipakai adalah deskriptif kualitatif, di mana objek penelitiannya adalah Langenswara
di Jogja TV sebagai program acara televisi Jogja TV dan subjek penelitiannya adalah
produser, tim kreatif, dan penanggung jawab acara. Dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis, didapatkan kesimpulan bahwa dalam mempertahankan eksistensi
program Langenswara yaitu melalui kontent/isi dengan selalu meng-update lagu-lagu
campursari dan informasi seputar Yogyakarta.
Atau penelitian yang dilakuan oleh canggih bakti pratiwi8 yang sama-sama
mengupas strategi kreatif dari seorang tim maupun produser dalam membawa
program televisi bisa tetap eksis.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jika dalam
penelitian sebelumnya lebih terfokus pada strategi kreatif program berdasarkan
proses produksi, maka pada penelitian ini akan penulis bukan hanya memaparkan
strategi kreatif namun juga memaparkan secara lebih rinci bagaimana proses
datanganya kreatifitas membuat sebuah program acara dari kemasan program,
konten/tema, setting lokasi, tata kamera, hingga penggunaan spesial efek pada proses
editing atau bisa dikatakan proses kreatifitas dari pra hingga pasca produksi sebuah
program televisi.
F. Definisi konsep
Pada dasarnya, konsep konsep merupakan unsur pokok dari sebuah
penelitian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta
8
atau data yang ada. Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalahpahaman, penulis
memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini.
Dengan demikian, ist ilah atau definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas.
Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu :
a) Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan
oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi
komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi
media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan
menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi
yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai
keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi
tersebut digunakan telaah model komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi
-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :“strategi komunikasi merupakan
panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari
situasi dan kondisi”.9
b) Strategi Kreatif
Strategi kreatif merupakan dua kata berbeda yang terdiri dari kata
strategi dan kreatif. Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti yaitu, rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran.
c) Program
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television
programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perncanaan siaran televisi
dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical
programming) setiap harinya untuk merebut perhatian pemirsa.
Menjadwalkan program tidaklah semudah yang dibayangkan, mengingat
penata program harus jeli memerhatikan apa yang disenangi penonton, selain
kapan penonton biasa duduk di depan pesawat televisi.
d) Larasati
Larasati adalah sebuah program unggulan dari stasiun televisi JTV
Surabaya yang bertemakan musik. Larasati menghadirkan bintang tamu lokal
untuk membawakan beberapa lagu pop generasi masa kini maupun
lagu-lagu nostalgia dengan aransemen kroncong modern. Larasti di siarkan secara
tipping pada hari kamis dan jumat pukul 15.30-16.30 WIB.10
9
www.kampuskomunikasi.blogspot.co.id diakes pada 17 Juli 2016 jam 15.00
10
e) Eksistensi
Eksistensi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : “Eksistensi adalah
keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan”. Ini sesuai
dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya
keluar dari, melampaui atau mengatasi.
f) JTV Surabaya
JTV merupakan singkatan dari Jawa Pos Media Televisi, adalah
sebuah stasiun televisi regional di kota Surabaya, Jawa Timur. JTV adalah
televisi swasta regional pertama di indonesia sekaligus yang tebesar di Jawa
Timur saat ini. Statiun televisi ini merupakan anggota jaringan Jawapos TV
yang juga dimiliki oleh Grup Jawa Pos.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai
masalah penting.11
Seorang peneliti membutuhkan landasan berfikir untuk memecahkan
suatu masalah dalam penelitianya. Untuk itu, kerangka teori yang disusun
perlu memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut masalah
yang akan disorot.
11
Bagan 1.1 Kerangka Pikiran Penelitian
Teori Konstruksi Sosial Media Massa adalah mengoreksi substansi
kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan
seluruh kelebihan media massa dan efek media atas “konstruksi sosial atas realitas”.
Khalayak/
Rating
Pengiklan Teori
Kontstruksi Sosial Media Komodifikasi
musik tradisional
Tim Produksi
Larasati
Namun, proses simultan tidak bekerja secara tiba-tiba, melainkan terbentuk oleh
proses melalui beberapa tahap penting.
Peter L. Berger dan Thomas Luckman12 menjelaskan konstruksi sosial atas
realitas terjadi secara simultan melalui tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi,
dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu
lainnya dalam masyarakat.
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan
Luckman adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam
kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-sekunder. Basis
sosial teori dan pendekatan ini ialah masyarakat transisi-modern di Amerika pada
sekitar tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian, teori konstruksi sosial atas realitas
Peter L. Berger dan Thomas Luckman tidak memasukkan media massa sebagai
variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.
Pada kenyatannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban,
membutuhkan waktu yang lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara
hierarkis-vertikal, di mana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke bawahannya,
pimpinan kepada massanya, kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang
tua kepada anaknya, dan sebagainya.
Di dalam buku yang berjudul, Konstruksi Sosial Media Massa; Realitas
Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, teori dan pendekatan konstruksi sosial
atas realitas Peter L.Berger dan Thomas Luckman telah direvisi dengan melihat
12
variabel atau fenomena media massa menjadi hal yang substansial dalam proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan media
massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang
berjalan lambat itu. Substansi “konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial yang berlangsung sangat
cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini
massa, massa cenderung apriori, dan opini massa cenderung sinis.
Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi
kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan
seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial
media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”.
Program acara Larasati menampilkan tayangan hiburan berupa music
dangdut dengan menghadirkan bintang tamu lokal. Hal tersebut menjadi bagian dari
komodifikasi musik dalam media massa melalui tayangan suatu program acara.
H. Metode Penelitian
a) Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomelogi dengan alasan
hendak memahami bagaimana proses terbentuknya kreatifitas yang terjadi di
program Larasati sehingga mengerti apa saja faktor-faktor yang dibutuhkan
dan bagaimana kreatifitas muncul dalam membentuk sebuah program televsi.
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode deskriptif untuk
berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalisasi setting). Peneliti
bertindak sebagai pengamat, peneliti hanya membuat katagori perilaku,
mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasinya. Dengan suasana
alamiah dimasksud bahwa peneliti terjun kelapangan. Karena kehadiranya
mungkin mempengaruhi perilaku gejala.13 Penelitian ini tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan “apa adanya”
tentang suatu variable, gejala, atau keadaan.
b) Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu yang terlibat dalam penelitian di
mana data akan dikumpulkan.14 Subjek penelitian merupakan informan
yang memahami informasi seputar objek penelitian sebagai pelaku maupun
orang lain yang memahami objek penelitian.15 Subjek penelitian adalah
sesuatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi).
Subjek penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang akan dikenai
kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat
objek penelitian.16
13
Jalaludin Rakmat, Metode Penelitian Komunikasi.( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999)
14
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian dalam Pendidikan, (Jakarta : Grafindo Persada, 1996), hlm. 133.
15
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. 2010. Cet ke-4. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hlm. 76.
16
Dari penjelasan diatas bisa diartikan bahwa subjek penelitian adalah
yang bersangkutan dengan objek penelitian. Sehingga subjek penelitaian
ini adalah produser dan Tim Kreatif di program Larasati.
Pertimbangan memilih subjek penelitian produser karena seorang
produser adalah orang yang bertanggung jawab atas program yang di buat.
Selain itu ada juga tim kreatif yang bertugas menyusun semua konten/
bahan yang akan di tayangkan dalam sebuah produksi program televisi.
2. Objek Penelitian
Objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah keilmuan komunikasi, bagaimana program televisi menjadi wadah atau media komunikasi yang sederhana berperan menyampaikan pesan efektif bagi pemirsanya, juga keilmuan sosial, yang menjelaskan bagaimana strategi kreatif seorang produser dan tim kreatif program larasati dalam memproduksi program televisi agar menarik pemirsa di Surabaya. Adapun objek penelitiannya adalah strategi kreatif program televisi.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi peneltian adalah dimana subjek dan objek penelitian berada
atau Lokasi penelitian adalah tempat dimana interaksi dalam situasi sosial
sedang berlangsung.17 Dari penjelasan tersebut maka lokasi penelitian ini
bertempat di gedung JTV Surabaya, kompleks Graha Pena, JL. A. Yani 88
Surabaya Jawa Timur.
17
c) Jenis dan Sumber Data a) Jenis Data
Berdasaran sumbernya jenis data dibagi menjadi 2 yaitu primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber yang diteliti dan diamati. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diusahakan sendiri pengumpulanya oleh peneliti.18
1) Data primer : Data yang dihimun adalah wawancara
terhadap produser, tim kreatif, dan marketing di program
Larasati.
2) Data sekunder : Data yang dihimpun adalah literatur yang
mendukung data primer. Seperti buku-buku, internet, catatan
kuliah, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
penulis, dan lain sebagainya.
b) Sumber data
1) Sumber primer : Sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan dan diolah.19 Sumber primer merupakan asal data
primer tersebut diperoleh. Pengumpulan data primer yang
dilakukan dengan cara melihat, mengamati, dan mencatat
perilaku subjek (observasi), mendokumentasikan beberapa
kegiatan subjek saat melakukan breffing atau rapat dalam
menyusun rancangan program acara, dan melakukan
18
Wardi bachtiar, metodologi penelitian ilmu dakwah,(Jakarta : logos,1999)
19
pembicaraan dengan subjek penelitian (wawancara) yaitu
produser dan tim kreatif dengan menggunakan pedoman
observasi dan juga wawancara mendalam (indepth interview).
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tatap
muka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah
disusun oleh peneliti sebelum bertemu dengan subjek
penelitian. Selain itu sebelum melakukan wawancara, peneliti
juga terlebih dahulu menentukan subjek yang akan
diwawancarai dengan memperhatikan beberapa alasan agar
subjek yang ditentukan sesuai dengan penelitian, sehingga
dalam melakukan wawancara nantinya dapat diperoleh
informasi yang tepat dan akurat.
2) Sumber sekunder : Sumber sekunder merupakan sumber
pendukung dimana data sekunder diperoleh.20 Sumber
sekunder diperoleh melalui bahan bacaan berupa bukti dan
catatan data yang telah disusun seperti adanya studi ke
perpustakaan untuk mencari kumpulan data, buku, karya
ilmiah dan lain-lain. Serta data juga dapat diperoleh melalui
pencarian data melalui media internet dengan mengunjungi
beberapa website atau situs yang mampu memberikan peneliti
tentang data yang dibutuhkan untuk penelitian.
d) Tahap-Tahap Penelitian
20
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui tahapan penelitian
sebagai berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
Yaitu tahap yang dilakukan sebelum melakukan penelitian.
Pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Menyusun rancangan penelitian21
Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan
yang akan dijadikan obyek penelitian, yakni startegi kreatif yang
dilakukan program larasati dalam mempertahankan eksistensi di JTV
Surabaya, untuk kemudian membuat form pengajuan judul penelitian
sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal
penelitian.
3. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan
fisik, Tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.
Dalam hal ini, upaya untuk mengumpulkan informasi dari obyek yang
diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku tentang ekonomi
media dan sejenisnya.
e) Teknik pengumpulan data
Sejumlah tindakan penelitian selama di lapangan, terutama yang
berkaitan dengan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik
yakni : pertama, melakuakan wawancara mendalam dengan para infroman.
21
Dengan teknik ini akan tergali pengalaman infroman sehingga diharapkan bisa
mengungkap kan secara baik pengalaman maupun pengetahuan mereka
tentang strategi kreatif dalam program televisi. Kedua, observasi partisipan
terhadap tindakan verbal maupun non verbal dari individu atau kelompok
yang tergabung dalam satu tim program televisi. Teknik ini dilakuakan untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap tentang pola interaksi antar anggota
tim, termasuk pola pikir saat membuat sebuah program kreatif. Ketiga,
penggunaan informasi dokumentasi, sebab dapat memberikan manfaat dalam
mengumpulkan infromasi tentang proses kreatifitas yang terbentuk dalam tim
program televisi.
f) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dipakai penulis dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data model interaktif milik Miles & Huberman. Teknik
analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman terdiri atas empat
tahapan yang harus dilakukan, yaitu 22 :
a) Pengumpulan data, proses ini dilakukan sebelum, saat, bahkan hingga
di akhir penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah dengan metode yang sudah dijelaskan di atas, yaitu wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
22
b) Reduksi data, proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh menjadi bentuk tulisan (script) yang akan
dianalisis.
c) Display/penyajian data, yaitu mengolah data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas,
untuk selanjutnya diolah dan dianalisis.
d) Kesimpulan/verifikasi, dengan menarik kesimpulan hasil analisis dan
menyajikan hasil analisis dalam bentuk pemaparan yang dapat
diterima dan dipahami.
g) Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data ini kegunaannya ditujukan agar hasil usaha
penelitiannya yang dilakukan benar – benar dapat dipertanggung jawabkan
dari segala segi, selama penelitian data- data yang diperoleh belum semuanya
terjamin validitas dan reliabilitasnya. Uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat,
kecukupan referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.23
Untuk menghilangkan kesalahan, maka perlu diadakan pemeriksaan ulang
atas data-data tersebut. Agar pada hasil akhir penulisan penyajian data
memperoleh hasil yang valid. Jadi keabsahan data penelitian merupakan dasar
23
obyektifitas dari hasil yang dicapai. Dalam hal ini peneliti menggunakan 3
teknik keabsahan data dari ke-10 teknik ini yaitu:
a) Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan
meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal
tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada
situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat
memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping itu
membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan
waktu yang cukup lama. Tahap perpanjangan keikutsertaan ini
dilakukan peneliti dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu
JTV Surabaya mulai dari awal mengajukan surat izin penelitian
sampai dengan batas akhir melakukan penelitian. hal ini dilakukan
agar mendapatkan informasi yang lebih akurat dan jelas serta bisa
dipertanggung jawabkan hasilnya.
b) Ketekunan Pengamat
Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
kontinyu sehingga dapat diperoleh data-data yang valid sesuai yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
c) Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainya. Denzim(1978) membedakan empat macam trianggulasi
sebagi teknik pemeriksaaan yang memanfaatkan sumber, metode,
penyidik dan teori. Dalam hal ini triangulasi dengan teori sebagai
penjelasan banding (rival explanation).24
I. Sistematika Pembahasan
Untuk menguraikan hasil penelitian ini, akan disampaikan dengan pola bab
dimana masing- masing bab akan diuraikan hasil kajian yang telah dilakukan.
Maka laporan penelitian ini tersistematkan sebagai berikut :
Bab satu, yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, yang kemudian dilanjutkan dengan menguraikan
rumusan masalah, kerangka konseptual, tujuan dan mafaat penelitian baik secara
akademis maupu praktis.
24
Bab dua, yang merupakan kajian teoritik yang menjadi landasan penelitian ini dilakukan. Dasar pemikiran yang dapat dimunculkan pada bab ini adalah
untuk mengetahui secara jeli tentang konsep bahkan teori yang dirasa memiliki
relevansi maksimal, sehingga tergambarkan secara jelas apa maksut dilakukanya
penelitian ini ditinjau dari sisi teoritik.
Bab tiga, merupakan hasil temuan penelitian, yang berisi kajian empiric subjek dan objek penelitian. Diawali dengan profil subjek penelitian guna
memotret secara jeli kondisi eksistensi subjek penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan hasil penelitian yang notabennya merupakan jawaban dari
rumusan masalah yang peneliti ajukan.
Bab empat, merupakan bab yang menguraikan hasil pembahasan terhadap data yang telah terdeskripsikan pada bab sebelumnya. Melalui serangkaian
diskusi pembahasan, akan dikaji hasil-hasil temuan penelitian yang di
komparasikan dengan teori yang ada. Dengan demikian akan tergambar secara
teoritik bagaimanakah temuan tersebut jika di diskussikan secara teoritik.
Bab lima, merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini peneliti akan menguraikan secara jelas dan singkat tentang kesimpulan yang diperoleh
26 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA 1. DEFINISI STRATEGI
Strategi juga diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua
sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan;
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus1.
Strategi mecerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan
dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan
tujuan untuk apa. Strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang
mengintergrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan
rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat.
Pembentukan strategi suatu organisasi dipengaruhi oleh
unsur-unsur yang berkaitan dengan lingkungan, arah, kondisi, tujuan, dan
sasaran yang menjadi dasar budaya organisasi tersebut. Ada beberapa
komponen pembentukan strategi:2
a) Secara makro, lingkungan organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh
unsur-unsur kebijakan umum, budaya yang dianut, sistem
1Ryanhadiwijaya”definisi strategi menurut para ahli” dalam
http://ryanhadiwijaya.wordpress.com/2012/09/30/definisi-strategi-menurut-para-ahli. diakses pada 21 agustus 2016 jam 17.00
perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi
bersangkutan.
b) Secara mikro, tergantung dari misi organisasi, sumber-sumber
dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang
dikuasai), sistem pengorganisasian dan rencana atau program dalam
jangka panjang serta tujuan dan saran yang hendak dicapai.
Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip
secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta
bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik utuk mencapai misi
tersebut. Dalam penelitian ini strategi juga dapat diartikan sebagai proses
untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan agar misinya
tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu perusahaan
dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan. Dalam
menjalankan aktifitas operasional setiap hari di perusahaan, para
pemimpin dan manajer puncak selalu merasa bingung dalam memilih dan
menentukan strategi yang tepat karena keadaan yang terus berubah.
Strategi juga diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua
sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan;
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi mecerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan
dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan
mengintergrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan
rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat.
2. STRATEGI KREATIF
Strategi kreatif merupakan dua kata berbeda yang terdiri dari kata
strategi dan kreatif. Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) memiliki arti yaitu, rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran.3 Menurut Hardiyanto, “Strategy is a plan of action, a detailed scheme for achieving some goals.” (Strategi adalah
rencana tindakan, skema rinci untuk mencapai beberapa tujuan). Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa strategi adalah program umum
untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi.
Dapat dipahami bahwa strategi merupakan sebuah siasat atau taktik
yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Kreatif
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti memiliki daya
cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung)
daya cipta; pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.4Dan
menurut Creative Education Foundation pengertian kreatif adalah suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang (atau sekelompok orang) yang
memungkinkan mereka menemukan pendekatan-pendekatan atau
terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu yang
biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 859.
atau unik dan berbeda serta lebih baik dari sebelumnya.5 Jadi, dari makna
masing-masing kata tersebut jika dipadukan dapat penulis simpulkan
maksud dari strategi kreatif adalah rencana khusus atau
penentuan/penyusunan rencana cerdas pemimpin berupa
terobosan-terobosan baru dalam upaya tercapainya tujuan.
Strategi kreatif adalah serangkaian kegiatan yang disusun dan
dirancang sekreatif mungkin yang berarti mengolah sebuah ide dasar
yang sederhana, mengkombinasikan dengan berbagai elemen, sehingga
tercipta sebuah karya baru. Sebuah ide atau pemikiran bisa datang dari
mana saja terdapat tahapan tahapan dalam membuat suatu strategi kreatif
yakni6 :
a) Budget
Sebuah karya yang berkualitas dibentuk dari ide dan proses
eksekusi yang berkualitas. Untuk mendukung berjalannya proses
berkarya tersebut, ada harga yang harus dibayar terlebih dahulu,
yang disebut dengan budget atau anggaran belanja. Sebelum
memulai proses, perlu diperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan
untuk mengeksekusi sebuah karya.
Sebuah ide untuk membuat program harus juga dibarengi
dengan perhitngan cost untuk mengeksekusinya.
5 Indra Prawira, “Perencanaan Program Televisi” dalam
http://www.slideshare.net/Rezka_Judittya/perencanaan-program-televisi-by-indra-prawira. di akses pada 21 Agustus 2016 jam 17.00
b) Teknis
Setelah ide-ide diterjemahkan dalam proses budget pun telah di
kalkulasikan, langkah selanjutnya yakni mengelolah ide-ide tersebut.
Aspek teknik yang terperinci adalah salah satu yang terpenting dan
tidak dapat terpisahkan dari proses berkarya. Aspek ini yang
menyempurnakan ide-ide kreatif dengan berbagai elemen penting.
Untuk mendukung tampilan visual program, ligting atau faktor
pencahayaan adalah faktor penting. Dalam sebuah produksi, tidak
hanya tim audio engineer yang perlu paham soal audio. Tapi
cameraman, director, technical support, editor, dan music arranger
juga perlu mengerti mengenai standar kualitas audio.
c) Produksi program hiburan
Dimulai dari sebuah ide yang dikembangkan menjadi konsep
program, dimatangkan dalam sebuah rapat, yang disebut
brainstorming. Brainstorming adalah rapat yang dilakukan
berkali-kali dengan tujuan mendapatkan persetujuan atas ide yang sudah
dikelolah untuk segera di produksikan.
Setelah mendapatkan persetujuan, langkah berikutnya adalah
proses pra-produksi. Mulai dari pembuatan budget, detailing
concept, pembuatan skrip, hingga koordinasi dengan berbagai pihak
untuk pembuatan set, tema pakaian, konsep lampu, teknik
pengambilan gambar, dan sebagainya. Dalam tahap produksi, yaitu
pengambilan gambar atau shooting day. Jika disiarkan acara live,
Tetapi jika acara yang disiarkan adalah acara taping, akan berlanjut
ke tahap editing. Kemudian setelah selesai, diserahkan ke bagian
quality control sebelum ditayangkan. Konsep yang sudah
dimatangkan diajukan ke manajemen untuk mendapatkan
persetujuan pelaksanaan produksi. Jika diterima, maka dibuat sebuah
buku produksi untuk menjadi pedoman rangkaian dalam pelaksanaan
proses produksi. Ada serangkaian proses pra-produksi yang harus
dijalankan sebelum hari pelaksanaan produksi atau shooting day.
Suasana lain di balik panggung adalah persiapan wardrobe dan
make up. Make up, wardrobe, adalah salah satu peran penting.
Terlebih pada teknologi high definition. Semua warna make up dan
baju harus disesuaikan dengan teknologi high definition. Karena
high definition meng-capture gambar secara detil. Director atau
sutradara saat syuting menjadi komandan persiapan dan pelaksanaan
pengambilan gambar.
Gambar yang dihasilkan harus dapat menyampaikan konsep atau
visi program yang sudah dipikirkan oleh tim produksi. Meskipun
dikoordinir oleh director, tapi seorang cameraman tetap harus
memiliki kreativitas untuk pengambilan gambar yang terbaik. Sangat
peting bagi seorang cameraman untuk mengerti konsep programnya.
Sehingga bisa memberikan pilihan-pilihan gambar yang terbaik. FoH
(front of house) adalah tempat show director, tim audio floor,
dalam mengoperasikan mixer, seorang lightingman juga harus punya
taste dan mata yang baik agar warna gambar yang dihasilkan bagus.
Control room, adalah tempat yang mengendalikan semua proses
syuting. Pada bagian depan, switcher dikendalikan oleh director atau
sutradara untuk mengambil gambar. Selain itu, ada pengetahuan
dasar teknis yang juga harus dikuasai sutradara. Seperti video
switcher, audio broadcast, lighting video, artistic, editing, serta
kelengkapan teknis pendukung lainnya.
Lalu ada CG, character generator. Yang berfungsinya untuk
menampilkan semua template-template, nama artis, template grafis
yang muncul nanti di layar kaca. Selanjutya director didampingi oleh
production assitant. Production assistant di sini berfungsi untuk
mengingatkan flow yang terjadi pada saat proses syuting
berlangsung. Sehingga director bisa konsentrasi terhadap gambar
dan dia diingatkan oleh production assistant.
Yang terakhir ada Produser. Produser adalah orang yang paling
bertanggung jawab terhadap jalannya proses syuting. Jika ada hal
yang di luar rencana, produser juga yang akan mengambil keputusan
akhir dan bertanggung jawab untuk keseluruhan proses produksi.
3. PROGRAM
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television
programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perncanaan siaran
televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam
Menjadwalkan program tidaklah semudah yang dibayangkan, mengingat
penata program harus jeli memerhatikan apa yang disenangi penonton,
selain kapan penonton biasa duduk di depan pesawat televisi. Untuk
menyusun program siaran diperlukan adanya sistematika kerja seorang
programmer agar susunan acaranya menjadi enak ditonon. Terdapat
sepuluh macam strategi dalam merancang program yang digunakan
oleh hampir semua stasiun penyiaran di dunia diantaranya:
a) Dayparting adalah satu langkah dalam perencanaan yang membagi
setiap hari dalam beberapa slot waktu yang dinilai cocok dan pas
untuk diudarakan.
b) Theming adalah penentuan tema tertentu yang diudarakan pada saat
khusus seperti hari libur, atau menentukan satu minggu dengan tema
tertentu seperti pada program “Discovery Channel’s dengan ‘Animal
Week’”
c) Stripping adalah penayangan satu program sindikasi jenis series
setiap hari dalam seminggu.
d) Stacking adalah teknik untuk memengaruhi audiensce dengan cara
mengelompokkan bersama beberapa program dengan tema yang
mirip satu program dengan program berikutnya.
e) Counter programming adalah langkah perancangan satu program
tandingan terhadap program yang berhasil di stasiun penyiaran lain,
yang bertujuan untuk menarik audiensce dari stasiun pesaing
f) Bridging, digunakan bila suatu stasiun penyiaran mencoba mencegah
audience untuk berpindah channel dalam satu jeda waktu(the main
evening breaks), dimana semua stasiun penyiaran berhenti dengan
programnya.
g) Tentpoling adalah langkah perencanaan slot waktu pagi program
acara yang baru, sebelum dan sesudah program unggulan yang sudah
mempunyai audiensce yang cukup besar.
h) Hammocking, langkah ini mirip dengan tentpoling, namun program
baru ini ditempatkan diantara dua program unggulan yang sudah
mempunyai audiensce yang cukup besar.
i) Cross programming adalah pemilihan jenis program dalam urutan
jadwalnya dari tayangan satu program, yang memiliki relevansi
tema.
j) Hotswiching adalah penentuan jeda komersial yang tepat, agar
penonton tidak mengubah kanal ke kanal televisi yang lain.
4. PROGRAM LARASATI
Larasti merupakan program/ acara musik yang mengambil tema
atau genre musik keroncong dengan menghardirkan aransemen –
aransemen ulang lagu – lagu top 40. Dengan segmentasi ke anak muda,
larasati menghadirkan para personil band keroncong yang masih berusia
20-an, yang dipadukan dengan gaya ala anak kekinian. Larasati
merupakan penggalan dari bahasa jawa yaitu : laras dan ati, yang artinya
keseluruhannya dimaskudkan orang yang mendengar alunan musik di
program ini hatinya akan menjadi tentram.7
Program Larasati resmi mengudara pada bulan Oktober 2014
yang pada mulanya disiarkan pada jam 22.00 – 22.30 WIB yang
disiarkan secara Tipping. Program Larasati menghadirkan tema yang
berbeda dalam setiap episodenya. Tidak jarang program larasati juga
menghadirkan sosok – sosok speisal atau artis - artis terkenal, dalam
perkembanganya larasati selalu tampil dengan pembaharuan –
pembaharuan dan kreatifitasnya.
5. TELEVISI LOKAL DAN SISTEM PENYIARAN
TV lokal adalah lembaga pemberitaan televisi komersial,yang
mengemban dua misi utama. Yaitu visi idealisme untuk menunjang mutu
pemberitaan, dan visi komersialisme untuk menopang kehidupan
institusi. Kedua visi itu sama-sama membutuhkan Loyalitas Penonton
sebagai sasaran utama informasi. Untuk memperoleh dan
mempertahankan loyalitas pemirsa, perlu menyajikan suatu berita dan
layanan informasi yang akurat, dapat dipercaya, obyektif dan dapat
diandalkan. Semakin baik dan konsisten kualitas laporan dan berita,
semakin ada kemungkinan untuk mengembangkan sekelompok
pendukung yang loyal yang dibutuhkan institusi, baik untuk misi
idealismenya maupun misi komersialismenya.
Kajian mengenai sistem penyiaran diberbagai negara menjadi
menarik seiring dengan makin signifikannya peran radio dan televisi.
Pada awal kemunculannya radio dan televisi tidak dianggap memiliki
peran signifikan karena sifatnya saat itu hanya meneruskan media
sebelumnya seperti film, musik dan informasi. Keberadaan radio dan
televisi mulai dirasakan berfungsi efektif bagi pelayanan publik ketika ia
mampu menyajikan informasi dan pengamatan kejadian secara langsung
dari lokasi peristiwa. Dalam sejarahnya, radio dan televisi diwarnai
ketatnya peraturan, pengendalian, dan pemberian izin oleh penguasa
negara yang semula didasari kepentingan dari aspek teknis, kemudian
berkembang menjadi kepentingan negara, masalah pembiayaan, dan
akhirnya sebagai sebuah kebiasaan melembaga dalam negara. Menurut
McQuail sebagaimana hal ini terjadi karena televisi dan radio semakin
memiliki fungsi politis dan ekonomis yang menyebabkan hubungan
sangat erat dengan kepentingan penguasa negara dan pemodal kapitalis.
Joseph R. Dominick menggagas dua teori penting dalam
mengkaji sistem penyiaran. Pertama, the scarcity theory atau teori
keterbatasan yang mencatat bahwa gelombang elektromagnetik bersifat
terbatas. Keterbatasan ini hanya mampu dipakai oleh stasiun penyiaran
secara terbatas sehingga hanya segelintir orang yang bisa
menggunakannya.
Kedua, the pervasive presence theory yang mengasumsikan
bahwa media penyiaran sangat dominan pengaruhnya kepada
masyarakat, melalui pesan yang begitu ofensif dan masuk pada wilayah
pribadi sehingga perlu diatur agar semua kepentingan masyarakat bisa
Teori ini mengharuskan peran negara melalui proses yang
demokratis dalam membuat regulasi yang mengatur isi media penyiaran.
Berdasarkan dua teori ini, sistem kepemilikan dan pengelolaan media
penyiaran di berbagai negara, umumnya tidak terpusat pada satu pihak
dalam masyarakat. Menurut Dominick ada tiga model kepemilikan media
penyiaran jika mengacu pada dua teori ini.
Media penyiaran yang dikelola sepenuhnya oleh rezim yang
berkuasa umumnya ditujukan untuk mobilisasi kepentingan politik dan
diatur secara ketat agar isinya menguntungkan pihak yang berkuasa.
Karakter media semacam ini, biasanya terdapat di negara-negara yang
memiliki sistem politik otoriter. Karakteristik yang kedua atau media
penyiaran yang dimiliki publik atau badan negara yang dikelola melalui
partisipasi publik, tumbuh di negara liberal demokratis. Sedangkan
karakteristik media penyiaran ketiga banyak terdapat di negara kapitalis.
Media penyiaran terbagi dalam dua peran, yaitu service provider
dan content provider. Karenanya keberadaan Undang-Undang
Telekomunikasi diperlukan untuk mengatur penyiaran sebagai
telecommunication service provider dan Undang-Undang Penyiaran
diperlukan untuk menata penyiaran sebagai infrastruktur dan content
provider. Sebagai service provider, media penyiaran menggunakan
spektrum frekuensi. Keberadaan media ditentukan oleh basis material
dan basis sosial kultural masyarakat. Basis material media penyiaran
adalah keberadaan jalur gelombang elektromagnetik dan fasilitas
Sedangkan basis kultural masyarakat adalah orientasi dan fungsi yang
direncanakan serta ditetapkan secara legal sebagai landasan
beroperasinya media penyiaran di masyarakat. Di Indonesia landasan
hukum untuk basis material adalah UU No.36 tahun 1999. Sedangkat
bisnis kultural masyarakat yaitu Undang-undang No. 32 tahun 2002
tentang penyiaran menggantikan UU No. 24 tahun 1997 yang dicabut
pada tahun 2002.
6. EKSISTENSI
Eksistensi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : “Eksistensi
adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan”. Ini
sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang
artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak
bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami
perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Eksistensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
Existence yang berarti adanya, kehidupan, keadaan. Sehingga maksud
dari eksistensi di sini adalah keberadaan program, yaitu program Larasati
di stasiun JTV Surabaya.
7. JTV SURABAYA
JTV, banyak yang mengartikan singkatan dari “J” itu sendiri.
Dari pihak JTV terserah mau diartikan apa. Yang pertama “J” disini bisa
untuk Jawa Timur. Yang kedua mungkin “J” berarti Jawa Pos, karena
nama perusahaan ini adalah : PT. Jawa Pos Media Televisi.8
JTV merupakan televisi lokal pertama di Indonesia. Tayang
perdana pada tanggal 8 Nopember 2001 dengan durasi tayang 10 jam
sehari. Sampai tahun ke 6, JTV mengudara selama 22 jam sehari dengan
95% produksi sendiri (in house). JTV yang berpusat di kantor Gedung
JTV kompleks Graha Pena Jl. A. Yani no 88 Surabaya, Jawa Timur yang
berpenduduk 36,3 juta (sensus tahun 2004). Tersebar di 38 kabupaten
dan kota. Potensi dari JTV ini memerlukan media untuk berekspresi dan
mengapresiasi potensi lokalnya. Pada dasarnya semua televisi
mempunyai ciri khas tersendiri. Sedangkan ciri khas dari JTV adalah
mengangkat dinamika Jawa Timur dengan tiga bahasa utama lokalnya.
Yakni dengan bahasa Suroboyoan, Madura, dan Kulonan (Mataraman).
Dengan adanya ikon bahasa ini JTV bisa dikenal dan diterima
masyarakat. Pada tahun 2007, JTV juga membentuk jaringan televisi
group Jawa Pos lainnya, seperti Jetil (Jejaring Televisi Lokal Indonesia).
Dan anggotanya antara lain :
a) Jawa Timur (JTV dan SBO)
b) Jawa Barat (Pajajaran/ PJTV)
c) Riau (RTV)
d) Batam (Batam TV)
e) Sulawesi selatan (Fajar TV)
f) Sumatera selatan (PAL TV)
g) Sumatera barat (Padang TV)
h) Kalimantan barat (Pontianak TV)
Segera menyusul : Kalimantar Timur, Kalimantan Tengah,
Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.
B. KAJIAN TEORI
1. Teori Konstruksi Media
Dikatakan Berger dan Luckmann terciptanya konstruksi sosial itu
melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi.9
Konstruksi sosial media massa atas realitas social terjadi dalam dua
kategorisasi proses. Pertama, kategorisasi membangun konstruksi sosial, dan
kedua, kategorisasi membangun citra media. Membangun konstruksi sosial
terdiri dari tahap menyiapkan materi, sebaran konstruksi, pembentukan
konstruksi, konfirmasi, dan perilaku keputusan konsumen. Sedangkan
kategorisasi membangun citra media, adalah proses mediasi yang mengubah
citra cerita iklan ke dalam citra media televisi.10
Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak
bisa terlepaskan dari teori yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School
forSocial Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog
dari University of Frankfurt. Teori ini menjadi terkenal melalui buku yang
berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of
9 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Hal. 6
Knowledge (1996). Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua
akademisi ini sebagai suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi
pengetahuan.
Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai
dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld,
pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark
Baldwin yang secara luas diperdalam dandisebarkan oleh Jean Piaget.
Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok
konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang
epistemolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme.11
Berger dan Luckman. mulai menjelaskan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan
sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita
sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan bahwa realitas-realitas itu
nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.12 Pendek kata, Berger
dan Luckmann mengatakan terjadinya dialektika antara individu menciptakan
masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini
terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.13
Paradigma Sosiologi George Ritzer maka kajian ini antara lain
sejalan dengan paradigma definisi sosial yang mengakui manusia adalah aktor
yang kreatif dalam realitas sosialnya. Manusia adalah pencipta yang realtif
11 Burhan Bungin, 2008, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Hal. 13
bebas di dalam dunia sosialnya. Dalam paradigma komunikasi hasil kajian ini
memperkuat constructivism paradigm dimana kebenaran suatu realitas sosial
bersifat relatif.14
Frans M. Parera menjelaskan, tugas pokok sosiologi pengetahuan
adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokultural.
Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga ‘moment’ simultan.
Pertama, eksternalisasi (penyesuaian diri), dengan dunia sosiokultural sebagai
produk manusia. Kedua, objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam
dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi. Sedangkan ketiga, internalisasi, yaitu proses dimana
individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau
organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.15
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana
media, wartawan dan berita dilihat. Penilaian tersebut diuraikan seperti di
bawah,16
a. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Semua pemaknaan yang pada
akhirnya akan memberi pemahaman sedemikian rupa sehingga fakta
menjadi bermakna. Fakta yang terbentuk tadi bersumber dari konstruksi
aktif bagaimana peristiwa didefinisikan.
b. Media adalah agen konstruksi. Media bukan hanya memilih peristiwa
dan menentukansumber berita melainkan juga berperan dalam
mendefinisikan actor dan peristiwa.
14 Ibid, hal.5 15 Ibid, hal. 15
c. Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas.
Mengarah pada bagaimana peristiwa dikonstruksi.
d. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas. Konstruksionis
melihat wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman
subjektifitas pelaku sosial.
e. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang
integral dalam produksi berita. Nilai-nilai tersebut tidak dapat dipisahkan
dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.
f. Nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu
Bagan 1 Teori Konstruksi Media
Realitas objektif berbeda dengan kenyataan
Penyerapan kembali dunia objektif ke dalam
Melalui internalisasi itu manusia menjadi produk Manusia mencurahkan diri
Dialektis menurut Berger dan Luckmann. Eksternalisasi, Usaha
ekspresi diri manusia ke dalam dunia luar, baik kegiatan mental maupun fisik.
Manusia selalu ingin berproses dan berinteraksi dengan lingkungan dan
mereaksinya terus-menerus, baik fisik maupun nonfisik. Manusia
mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Ia ingin menemukan dirinya
dalam suatu dunia, suatu komunitas. Objektivikasi, Hasil yang telah dicapai
baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia. Realitas
objektif berbeda dengan kenyataan subjektif individual. Realitas objektif
menjadi kenyataan empiris, bisa dialami oleh setiap orang dan kolektif.
Internalisasi, Penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran subjektif
sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau dunia
sosial. Melalui internalisasi itu, manusia menjadi produk masyarakat.
Konstruksi sosial media massa tak lepas terjadi dari teori hegemoni
yang dikembangkan oleh Amtonio Gramsci. “Hegemoni adalah proses
dominasi, di mana sebuah ide menumbangkan atau membawahi ide lainnya–
sebuah proses dimana satu kelompok masyarakat menggunakan
kepemimpinan untuk menguasai yang lainnya. Hegemoni dapat terjadi dalam
berbagai cara dan keadaan. Intinya, hal ini terjadi ketika peristiwa dan teks
diartikan dengan sebuah cara yang mengangkat ketertarikan dari satu
kelompok terhadap yang lainnya. Hal ini dapat menjadi proses cerdik dalam