MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM
“J-TRAX” DI JTV
(Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program
“J-Trax” Di JTV)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “VETERAN” Jawa Timur
Oleh :
Intan Meidiza
NPM : 0543010219
YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SURABAYA
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 15
1.3. Tujuan Penelitian ... 15
1.4. Kegunaan Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
2.1... Landasan Teori ... 17
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 17
2.1.2. Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal ... 21
2.1.3. Acara Hiburan di Televisi ... 24
2.1.4. Program J-Trax ... 26
2.1.6. Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa ... 29
2.1.7. Definisi dan Deskripsi Motif... .31
2.1.8. Teori Uses and Gratifications ... 34
2.2... Kerangka Berpikir ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 41 3.1...
Definisi Operasional dan Pengukuran variabel ... 41
3.1.1 Definisi Operasional... .41
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 43
3.2... Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... .48
3.2.1. Populasi ... 48
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 49
3.3... Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.4... Tekhnik Analisis Data ... 51
4.1.1 Gambaran Umum JTV (Jawa Pos Media Televisi)... .53
4.1.2 Program J-Trax ... 55
4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 56
4.2.1 Identitas Personal Responden ... 56
4.2.2 Responden Dalam Menonton J-Trax... 59
4.2.3 Motif Responden Dalam Menonton Program J-Trax ... 61
4.2.3.1 Motif Informasi ... 61
4.2.3.2 Motif Identitas Personal ... 67
4.2.3.3 Motif Hiburan ... 74
4.2.4 Kategorisasi Secara Umum ... 81
4.2.5 Motif Secara Keseluruhan ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
5.1. Kesimpulan ... 88
5.2. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia ... 56
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Program J-Trax Di JTV
dalam 1 Minggu………. 59
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Program J-Trax Di JTV
dalam 1 Kali Penayangan……… 60
Tabel 4.6 Motif Informasi Responden Menambah wawasan atau pengetahuan tentang
perkembangan musik……… 62
Tabel 4.7 Motif Informasi Responden Mendapatkan Pengetahuan Tentang
Band-band indie lokal……… 63
Tabel 4.8 Motif Informasi Responden Mendapatkan Pengetahuan Tentang
Perkembangan Tangga Lagu Nasional……….. 64
Tabel 4.9 Motif Informasi Responden Mengetahui tentang info musik terbaru dari
Narasumber/Bintang Tamu……… 65
Tabel 4.10 Motif Identitas Personal Menumbuhkan Rasa Percaya Diri……… 67
Tabel 4.11 Motif Identitas Personal Mendapatkan Motivasi Diri, Teladan dari
Bintang Tamu J-Trax……….. 68
Tabel 4.12 Motif Identitas Personal Mengikuti dan Mencontoh Gaya dari Presenter
Tabel 4.13Motif Identitas Personal Mendapatkan Inspirasi Dalam Mengembangkan
Bakat yang Saya Miliki……….. 71
Tabel 4.14 Motif Identitas Personal Meningkatkan pemahaman diri sendiri tentang
informasi musik, dan entertainment……….. 72
Tabel 4.15 Motif Hiburan Mendapatkan Hiburan Untuk Bersantai…………. 74
Tabel 4.16 Motif Hiburan Ingin Mengisi Waktu Luang……… 75
Tabel 4.17 Motif Hiburan Ingin Melepaskan Diri Dari Kejenuhan Rutinitas
Sehari-hari Seperti Sekolah Dan Les……… 76
Tabel 4.18 Motif Hiburan Ingin Mendapatkan suatu Hal Yang Mampu membuat
Perasaan Lebih Senang………. 78
Tabel 4.19 Motif Hiburan Ingin Menghilangkan Stress Akibat Permasalahan Yang
Dihadapi………. 79
Tabel 4.20 Motif Informasi Responden Dalam Menonton Program J-Trax di JTV
………. 81
Tabel 4.21 Motif Identitas Personal Responden Dalam Menonton Program
J-Trax di JTV………. 82
Tabel 4.22 Motif Hiburan Responden Dalam Menonton Program J-Trax di JTV
……… 83
Tabel 4.23 Motif Secara Keseluruhan Responden Dalam Menonton Program J-Trax
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan teori Uses and Gratifications ... 38
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Motif Pemirsa Surabaya
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner ...54
Lampiran 2 : Data Demografi dan Jawaban Responden...98
ABSTRAKSI
INTAN MEIDIZA.MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV)
Komunikasi adalah fenomena yang inhern dalam kehidupan masyarakat. Kehadiran media massa adalah salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern. Seiring dengan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001, memungkinkan suatu propinsi untuk menumbuhkembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan itu tidak terlepas dari peran serta dari penyedia jasa layanan informasi. Karena itu lahirlah P.T Jawa Pos Media Televisi Yang kemudian dinamakan JTV. Menjamurnya program-program hiburan di televisi nasional juga disambut positif oleh JTV sebagai televisi lokal dengan menghadirkan J-Trax sebagai program hiburan musik yang ditujukan untuk pemirsa remajanya yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan gambaran diatas, penulis tertarik untuk mengetahui motif apa yang mendorong remaja Surabaya dalam menonton program J-Trax di JTV.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah televisi sebagai media komunikasi massa, awal mula dan perkembangan televisi lokal, Acara hiburan di televisi, Program J-Trax, remaja sebagai khalayak media, Teori kebutuhan terhadap media massa, motif, serta pendekatan Uses and Gratifications yaitu khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif yaitu difokuskan untuk mendeskripsikan motif pemisa dalam menonton program J-Trax di JTV. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya yang berusia 15 hingga 25 tahun, dan pernah menonton program J-Trax sebanyak 100 remaja. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner untuk memperoleh data primer, serta penelusuran bahan-bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara dekriptif dengan menggunakan tabel frekuensi dan selanjutnya diinterpretasikan secara terperinci oleh penulis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif remaja dalam menonton program J-Trax adalah motif informasi dan motif hiburan, yaitu ingin mendapatkan hiburan saat dan setelah menonton J-Trax sekaligus ingin mendapatkan segala informasi mengenai perkembangan band-band lokal dan nasional. Motif identitas personal berada dalam kategori sedang. Sedang Motif secara keseluruhan responden menunjukkan motif yang tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan utama dalam kehidupan
manusia. Dengan komunikasi maka terpenuhilah kebutuhan manusia akan
informasi, kebutuhan manusia menjadi makhluk sosial yang mewajibkan
manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lainnya pasti akan tersesat dan mengalami
kesulitan dalam menata kehidupannya.
Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, sesorang tidak akan tahu
bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan
manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang
intinya adalah komunikasi (Mulyana, 2003 : 5). Maka dari itu, komunikasi
merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting yang tidak boleh
diabaikan begitu saja dalam kehidupan sosial. Secara hakikat, Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pikiran, perasaan, gagasan dalam suatu bentuk pesan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikasi terjadi tidak
hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku
informasi. Kebutuhan ini akan terus bertambah, sehingga ia akan terus mencari
informasi baru agar tidak ketinggalan dengan lingkungannya. Kebutuhan
informasi ini mendorong manusia untuk mencari prasarana dan media
komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Kartz, Guveritch dan Haas menyatakan tipologi kebutuhan manusia yang
berkaitan dengan media salah satunya adalah kebutuhan kognitif, yaitu
kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat
informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini
didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan.
Kebutuhan kognitif juga dapat terpenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti
keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita (Liliweri,
1991 : 137).
Komunikasi yang digunakan penulis sesuai dengan sasaran komunikasi
ditujukan / diarahkan ke dalam “komunikasi massa”. Komunikasi massa adalah
berkomunikasi dengan massa yaitu audiens atau khalayak sasaran. Massa yang
dimaksudkan disini adalah sebagai para komunikan atau para penerima pesan.
Saluran yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media massa. Seperti
yang dikatakan Dennis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa,
Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk
membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar.
Hal tersebut berkaitan dengan kekuatan media massa yang mampu secara
luas dan mencakup kawasan yang tidak bisa dijangkau secara langsung oleh
komunikatornya. Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa
mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa
memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada
sisi lain, komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari,
digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. (Bungin, 2006 :256)
Komunikasi massa selalu mengalami perkembangan mengikuti
perkembangan zaman. Perkembangan komunikasi massa ditandai dengan adanya
teknologi untuk memajukan kemampuan media yang dipakai sebagai saluran
komunikasi massa yaitu media massa. Media cetak ataupun media elektronik
mendukung penyebaran informasi agar bisa memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi dalam bidang komunikannya secara luas, dalam jumlah yang besar dan
dalam waktu yang bersamaan. Salah satu media yang dipilih oleh penulis adalah
media massa. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi
massal, karena sifatnya yang massal (Widjaja, 2000 : 35).
Televisi sebagai salah satu bentuk media massa yang mampu secara luas
dan mencakup kawasan yang tidak bias dijangkau oleh komunikatornya. Televisi
sebagai salah satu bentuk media massa memiliki fungsi dan peran besar bagi
khalayak pemirsanya, karena selain siaran dapat didengar (audible) dan dapat
dilihat (visible), siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung, simultan, intim
Selain itu, televisi juga dianggap telah berhasil menjalalankan fungsinya
untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat
(Mulyana, 1997 : 169). Menurut Effendy dalam buku ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi, media televisi sebagai salah satu pelopor dalam penyebaran
informasi dengan menggunakan perangkat satelit. Hal ini menjadikan informasi
berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi teknologi informasi dimana
teknologi informasi dimana pun yang bias disaksikan lewat siaran jaringan
televisi dan membawa dampak yang begitu besar, baik dalm bidang social,
budaya, ekonomi, politik dan lainnya.
Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau movie picture in the
home yang membuat pemirsanya tidak perlu keluar rumah untuk menontonnya.
Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi dan
keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audiovisual, dengan
kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film. Bentuk perpaduan
audiovisual inilah yang menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur
kata-kata, sound effect, music seperti radio, televisi juga mempunyai unsur
visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam
pada pemirsa, yang disini berperan sebagai komunikan atau penerima pesan,
sehingga seolah-olah khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan oleh
pemancar televisi itu (Effendy, 2000 : 177).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi akan
Suatu siaran televisi dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tidak
hanya akurat tetapi juga dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan
hiburan kepada khalayak dari televisi sendiri yaitu pemirsa. Ketika seseorang
menonton televisi, ia akan menyeleksi tiap acara dengan mengganti beberapa
saluran sampai ia tertarik untuk menonton acara tertentu. Pada saat itulah motif
mulai terbentuk pada diri orang tersebut,
Media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi sebagai media
elektronik karena selain dapat didengar juga dapat dilihat dan segala sesuatunya
berlangsung hidup sehingga seolah-olah pemirsa berada ditempat peristiwa yang
disiarkan oleh pemancar televisi itu dibandingkan dengan radio yang sifatnya
auditif, hanya dapat didengarkan. (Effendy, 2000 : 175).
Sedemikian besarnya peran televisi dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka hingga kini banyak bermunculan stasiun televisi swasta
nasional yang ada di Indonesia, diantaranya adalah: SCTV, ANTV, RCTI,
INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV, TRANS 7, TV ONE, GLOBAL TV,
TPI, dan TVRI sebagai satu-satunya televisi pemerintah yang mengudara secara
nasional. Belum lagi stasiun televisi lokal swasta seperti JTV, SBO, Arek TV,
BCTV, Spacetoon. Kesemua stasiun televisi ini menawarkan berbagai macam
acara yang beraneka ragam, seperti musik, film, program reality show, berita
yang berasal dari dalam dan luar negeri, sinetron, film kartun, program talk show,
Tayangan hiburan yang ringan dan tidak membutuhkan konsentrasi atau
ketegangan, saat ini menjadi alternatif tayangan yang dianggap paling
menguntungkan bagi media televisi. Hal tersebut selaras dengan salah satu fungsi
media televisi sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, televisi
menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta
meredakan ketegangan – ketegangan sosial (Alatas, 1997 : 21). Hal ini
membuktikan bahwa televisi telah hadir dengan segala acara yang berisi
pesan-pesan pilihan dari pihak pengelola stasiun televisi sehingga menjadikannya salah
satu media massa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sejalan dengan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Otonomi
Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001, memungkinkan suatu propinsi
untuk menumbuhkembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin.
Perkembangan itu tidak terlepas dari peran serta dari penyedia jasa layanan
informasi. Oleh karena itu tercetus ide untuk mendirikan Jawa Pos Media
Televisi sebagai badan hukum lembaga penyiaran swasta penyelenggara jasa
penyiaran televisi yang berbasis lokal Jawa Timur tepatnya di Surabaya. Yang
kemudian dinamakan JTV (Jawa Timur Televisi) sebagai televisi lokal atau
regional Jawa Timur yang memfokuskan diri terhadap minat, keinginan pemirsa
di Jawa Timur dengan slogannya yaitu LOKAL, NAKAL, dan MASSAL.
Sudah menjadi tekad para pendirinya bahwa JTV sebagai lembaga
penyiaran tetap setia pada prinsipnya dalam menyelenggarakan fungsinya
pemberdayaan masyarakat Jawa Timur. Pengembangan potensi daerah menjadi
salah satu tujuan utama hadirnya P.T Jawa Pos Media Televisi untuk
memberikan yang terbaik bagi daerah secara luas.
Jangkauan siaran JTV meliputi seluruh wilayah Jawa Timur, mulai dari
wilayah siaran Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, Kediri dan
sekitarnya, Magetan dan sekitarnya, Tuban dan sekitarnya, Jember dan
sekitarnya, Banyuwangi dan sekitarnya, Tulungagung dan sekitarnya,
sebagaimana ditetapkan oleh keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM76
tahun 2003 tentang rencana induk (Master Plan) Frekuensi Radio penyelenggara
Telekomunikasi Khusus untuk keperluan televisi siaran analog pada pita Ultra
High Frequency (UHF).
Dipilihnya JTV menjadi objek penelitian karena JTV merupakan TV lokal
pertama di Jawa Timur, JTV sudah berdiri sejak 8 tahun yang lalu, dan
merupakan TV lokal terbesar dengan jangkauan terluas dibandingkan dengan
beberapa TV lokal yang ada di Jawa Timur maupun TV lokal yang ada di
Surabaya, seperti: SBO, Arek TV, Spacetoon.
Perlu diketahui bahwa saat ini siaran televisi lokal kini bersaing dengan
televisi-televisi nasional yang kini kian menjamur seiring dengan semangat
reformasi yang ditandai dengan terbukanya informasi yang dihadirkan
berdasarkan Undang-Undang No.32/2002 tentang penyiaran. Menimbang bahwa
untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat Indonesia dan
yang menjamin tatanan informasi nasional yang adil, merata, seimbang guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu
keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan program dari daerahnya
masing-masing secara optimal bisa didapatkan melalui televisi lokal sesuai
dengan Undang-Undang penyiaran.
JTV sebagai televisi lokal yang siap bersaing dengan televisi lokal lainnya
maupun bersaing dengan televisi nasional, mempunyai beberapa program siaran
selain berita yaitu : J-trax, Stasiun Dangdut, Ludruk Kartolo, Alternatif Jaga dan
lain-lain. Dari beberapa program acara yang ada di stasiun JTV, Peneliti memilih
program acara J-trax karena, peneliti beranggapan bahwa acara J-trax ini adalah
acara hiburan musik yang sangat jarang ditemui di televisi lokal Jawa Timur,
kebanyakan JTV sebagai televisi lokal yang sangat menjunjung tinggi spirit lokal
daerah, menyajikan acara-acara yang juga berbau kedaerahan. Hal ini lah yang
menjadi kontras ketika JTV menyuguhkan program yang bersegmentasi utama
anak muda. Rupanya JTV juga peduli terhadap kreativitas dan bakat yang
dimiliki oleh remaja dan menjadikan proram ini wadah untuk
mengekspresikannya.
Program J-Trax yang disiarkan di JTV merupakan acara yang
berformat variety show, dengan sajian utama adalah hiburan musik. Program ini
merupakan sebuah tayangan hiburan yang berisikan hiburan musik, kuis, dan
bakat-bakat lainnya. Acara ini diproduksi oleh Jawa Timur Media Televisi yang
durasi 90 menit dari pukul 16.00 hingga 17.30 WIB, dan 15.30 hingga 17.00
WIB untuk penayangan J-trax pada hari sabtu. (http://jtv.co.id)
Konsep dari acara J-trax ini didasari bahwa Jawa Timur khususnya
Surabaya mempunyai potensi bakat dalam berkesenian yang cukup besar, maka
berawal dari anggapan ini, J-trax dibuat sebagai wadah anak-anak muda
menuangkan keseniannya dalam bermusik, menari, teater, paduan suara, dan
seni-seni lainnya. Banyak band-band dengan jalur independent yang
membutuhkan sarana untuk dapat didengar dan ditonton karya-karyanya, dan tak
banyak dari mereka yang memang serius dan sangat berbakat dalam bermusik.
Dengan adanya potensi yang ada tersebut, JTV mengangkat program yang
dipersembahkan untuk pemirsa khususnya kalangan remaja melalui program
J-trax yang berisikan penampilan band lokal Jawa Timur khususnya Surabaya,
video klip musisi nasional, kuis untuk pemirsa dirumah, permainan (games)
dengan penonton di studio, informasi-informasi ringan tentang trend anak muda,
dan tangga lagu nasional dari urutan 20 hingga urutan teratas yaitu posisi ke-1.
Program ini juga melibatkan kurang lebihnya 50 audience atau penonton yang
hadir langsung di studio untuk meramaikan acara, Audience seringkali berasal
dari sekolah menengah seluruh Jawa Timur yang juga akan berinteraksi langsung
selama jalannya produksi acara. J-Trax mempunyai slogan “J-trax ga bakal bikin
kamu Betrex”. Yang bermaksud bahwa dengan menonton program acara ini,
tayangan ini. Karena acara ini dikemas dengan gaya anak muda, ada 3 presenter
yang kocak, yang selalu hadir dengan candaan-candaan segar khas anak muda.
TV lokal yang mempunyai cakupan area yang sama dengan JTV juga
memiliki program hiburan musik, seperti misalnya program Arek Band di stasiun
Arek TV. Lalu juga ada ML “Music Lyrics” di Stasiun SBO TV. Namun bisa
dibilang program musik yang disegmentasikan untuk anak muda ini langsung
mendapat perhatian dari pemirsa, Hal ini dapat dibuktikan dengan Rating
program J-Trax yang terbilang bagus dan stabil, selalu masuk 10 besar, hingga
mencapai 3,4 share dengan hitungan market Surabaya. Apalagi jika edisi J-Trax
yang mendatangkan musisi ibukota sebagai bintang tamu di program ini.
(http://AGBNielsen.co.id)
Dipilihnya pemirsa remaja dengan segmen usia 15-25 tahun sebagai
objek penelitian ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa kehidupan
manusia yang paling menarik dan mengesankan. Selain itu, usia 15-25 tahun juga
merupakan segmentasi utama dari porgram J-Trax yang juga menjadi objek
penelitian. (Produser J-Trax). Usia 15-25 tahun merupakan usia dimana remaja
sudah dapat memilih dan menentukan sendiri apa yang terbaik untuk mereka
karena pola berfikirnya sudah matang sehingga banyak remaja lebih
mengesampingkan pendapat orang lain dalam menentukan pilihan, termasuk
dalam hal memilih suatu pergaulan atau teman. Penggolongan remaja menurut
Thornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu (a) remaja awal (usia 13-14 tahun.), (b)
remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah
menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu
sudah duduk di Sekolah Menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang
tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau
lulus SMU dan mungkin sudah bekerja. (Dariyo, 2004 : 56)
Selain itu remaja selalu ingin mengikuti trend yang berkembang di
masyarakat serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu
yang baru, juga dalam hal trend musik. Saat ini boleh dibilang musik Indonesia
menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, dalam arti, lebih banyak musisi dalam
negeri dibandingkan musisi luar negeri, hal ini menjadi inspirasi positif bagi
remaja dalam berkarya dalam dunia musik. Maka itu, sebagai remaja yang aktif,
banyak diantara mereka yang haus akan tayangan mengenai hiburan musik.
Seperti halnya penampilan SMK sejahtera pada salah satu episode J-Trax, yang
menghadirkan 40 siswa-nya menjadi audience dan juga menampilkan modern
dance didalam salah satu segmen J-Trax. Hal ini diakui oleh SMK Sejahtera
sebagai hal yang sangat positif untuk memberikan kesempatan pada siswa-siswi
nya menuangkan kreatifitas dan ditonton oleh pemirsa dirumah. Mereka
mengakui kehadiran program J-Trax menjadi wadah dimana siswa-siswi dapat
kesempatan emas sebagai batu loncatan untuk eksis mengembangkan bakat dan
kemampuan mereka. (http://smksejahterasby.com)
Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk televisi
timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan
televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif,
tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
eksistensinya. (Effendy, 2000 : 45).
Saat ini pemirsa tidak perlu bingung lagi dalam menentukan pilihan dalam
menonton program acara stasiun televisi lainnya. Dalam kebutuhan yang tidak
sama ini sesuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan
dengan tingkat perkembangannya. Maka dengan adanya kebutuhan tersebut
peneliti ingin tahu bagaimana kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh media massa
adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri
(identitas personal) dan kebutuhan akan hiburan (diversi) (Rachmat, 2007 : 66).
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Surabaya,
karena wilayah Surabaya dapat menangkap dengan jelas siaran stasiun televisi
swasta yang ada di Indonesia, selain itu faktor kepemilikan dan penggunaan
media televisi di Surabaya relatif tinggi. Surabaya juga merupakan kota
metropolis dengan jumlah penduduk terpadat setelah kota Jakarta (Sumber: BPS
Surabaya 2008), selain itu masyarakat yang tinggal di Surabaya adalah
masyarakat heterogen.
Penelitian motif remaja Surabaya dalam menonton program acara J-trax di
JTV ini akan difokuskan pada pendapat Blumer, J.G dalam (Rahmat, 2007 : 66)
1. Motif Kognitif : Motif ini berkaitan dengan keinginan individu akan
kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas.
2. Motif Diversi : Motif ini berkenaan dengan keinginan individu akan
kebutuhan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.
3. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan individu
menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu
yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.
Maka apakah motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi melalui program-program acara televisi pada umumnya dan JTV pada
khususnya. Dengan kata lain, apakah dengan menonton program acara J-trax
motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan dapat terpenuhi atau tidak.
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media massa pada penelitian
ini maka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Uses and Gratification,
inti dari teori ini bahwa khalayak pada dasarnya menggunakan media massa
berdasarkan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. (Rakhmad, 2007 : 73).
Teori ini juga menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah
bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana
media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya pada
khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan
khusus (Effendy, 2000 : 289). Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan
terhadap media. Anggota khalayak atau pemirsa dianggap secara aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketertarikan akan sesuatu hal dilandasi pada asumsi bahwa setiap
individu mempunyai motif dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Dan
motif antara satu individu dengan individu yang lain dalam memenuhi kebutuhan
tidak ada yang sama, sehingga aktifitas penggunaan media (motif) dan tujuan
akhir yang diperolehpun tidak ada yang sama.
Berdasarkan uraian diatas memunculkan suatu pertanyaan yaitu, apa yang
menjadi motif pemirsa Surabaya, khususnya remaja Surabaya menonton program
acara J-Trax di JTV. Fenomena komunikasi inilah yang mendorong penulis
untuk meneliti motif apa yang mendorong remaja Surabaya dalam menonton
acara J-trax di JTV.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Permasalahan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah motif pemirsa Surabaya
dalam menonton acara J-trax di JTV?”
1.3 Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tentang bagaimanakah Motif pemirsa Surabaya dalam
1.4 Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis dan
praktis :
1.4.1. Kegunaan teoritis
Secara Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi dan masukan dalam kajian
penelitian tentang motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara
J-trax.
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Bagi khalayak konsumen media massa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
khalayak media massa dalam melihat kecenderungan motif pemirsa
Surabaya dalam menonton program acara J-trax di JTV
1.4.2.2 Bagi Insan pertelevisian
Memberikan masukan kepada insan pertelevisian dalam
mengemas sebuah program acara yang berhubungan dengan hiburan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi
Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya
heterogen (Effendy, 1993 : 17)
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari
Jakarta atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian
televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar
yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkannya melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat
penerima dirumah (Effendy, 1993 : 10)
Menurut Sastro (1992 : 23) menyatakan bahwa dari beberapa media
massa yang ada, televisi merupakan meida massa elektronik yang paling
massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan
masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini
disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya
mempunyai jangkauan yang relative tidak terbatas dengan modal audio
visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan
pesannya, karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya
pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir.
Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal
ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi
kejiwaan.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1993 : 24), fungsi televisi sebagai
media massa adalah:
1. Fungsi Penerangan (The Information Function), yaitu memberikan
informasi-informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron, di
setiap stasiun televisi.
2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function), yaitu memberikan
informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan
penalaran masyarakat.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara-acara yang
ditayangkan di televisi seperti acara sinetron disetiap stasiun televisi
Sedangkan Kuswandi (1996 : 21 - 23) berpendapat bahwa
munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek social yang
bermuatan perubahan nilai-nilai social dan budaya manusia. Kemampuan
televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut
menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi
sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul
televisi berubah total sama sekali.
Pengaruh daripada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan
surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi yang menyentuh
segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi
cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan
komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus
ruang dan jarak geografis pemirsa.
Menurut Effendy (2000:176-177), televisi memiliki sifat sebagai
berikut, yaitu:
1. Langsung
Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan
disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses berbelit-belit
disampaikan kepada publik dengan cepat, bahkan saat peristiwa tersebut
berlangsung.
2. Tidak mengenal jarak
Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu
kota di suatu negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain,
tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang. Kehadiran
televisi dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.
3. Memiliki daya tarik yang kuat
Televisi memiliki daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata –
kata, musik, dan sound effect. Tetapi. Selain ketiga unsur tersebut,
televisi juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang
menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini
selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat
dinikmati dirumah.
Televisi sebagai media massa tidak mungkin pada saat yang
bersamaasn memuaskan semua orang, hal ini karena media massa memiliki
sifat umum, artinya siaran televisi dapat dilihat oleh semua orang yang
memliki latar belakang, usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham
golongan yang berbeda-beda.
Jelasnya siaran televisi dapat membuat orang puas, tidak puas,
senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya merupakan hal
manusia secara sempurna tidak dapat dicapai di dunia ini tetapi di alam lain.
(Wahyudi, 1986:215)
2.1.2 Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal
Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi, dan
kemudian munculnya Undang-undang otonomi daerah, bergulir pula tentang
industri televisi ditingkat lokal, sebagaimana dimunculkan dalam
pasal-pasal Undang-undang nomor 32/2002 tentang penyiaran. Diantaranya soal
pembatasan siaran nasional, kecuali melakukan kerjasama dengan
televisi-televisi lokal.
Dari segi legalitas formal (berdasar Undang-Undang), dan logika
moral kebudayaan yang beragam, televisi lokal mempunyai dukungan yang
sangat kuat. Televisi lokal adalah sebuah keniscayaan, karena dengan
demikian tekad pemerintah dan rakyat untuk melakukan de-sentralisasi dan
semangat untuk membangun otonomi daerah akan mendapatkan daya
dukung.
Persepsi dan perspektif televisi lokal mesti harus berbeda dengan
televisi Jakarta yang berskala nasional. Strategi ini akan berguna untuk terus
mencari peluang, dan mengembangkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala
kepentingan bagi masyarakatnya pula. Jika tidak, masyarakat juga merasa
tidak perlu untuk memiliki televisi lokalnya (Wirodono, 2005 : 127).
Menurut Sudibyo (2004 : 100) sejauh ini materi siaran 11 stasiun
televisi nasional memang sangat Jakarta – minded. Bukan semata-mata
karena lokasi 11 stasiun televisi ini di Jakarta, namun karena yang mereka
tonjolkan bukan persoalan bagaimana melayani kepentingan publik secara
luas, melainkan bagaimana mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai
konsumen. Pasca memudarnya monopoli TVRI 1990-an, sesungguhnya tak
banyak ditawarkan televisi-televisi swasta baru pada pemirsa, terutama di
luar Jakarta. Ditingkat isi dan muatan siaran, yang ditemukan masyarakat
sesungguhnya tak terlalu jauh berbeda dengan apa yang diperoleh
masyarakat selama lebih dari tiga dekade dibawah kekuasaan Soeharto.
Hampir semua televisi swasta baru tak melakukan perubahan, kecuali dalam
aspek hiburan yang lebih variatif. Mereka justru me-relay siaran Jakarta
kedaerah-daerah yang dianggap potensial secara ekonomi. Tak pelak, apa
yang dinikmati publik di Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa adalah
berita, hiburan, dan iklan yang sama. Tak ada perbedaan perlakuan untuk
publik yang jelas-jelas secara kultural, sosiologis, dan ekonomi berbeda.
Fakta-fakta diatas menjadi latar belakang munculnya begitu banyak
inisiatif untuk mendirikan lembaga penyiaran lokal, baik yang bercorak
pendirian televisi komunitas menjadi kebutuhan karena sejauh ini televisi
swasta hanya menajamkan kesenjangan sosial dalam masyarakat “coba lihat
televisi sekarang, jika dibagi dua sisi maka satu sisinya baik-baik, bagus,
tampan, cantik, kisah percintaan, kaya, mewah, penuh mimpi-mimpi, dan
nyaris sempurna ditampilkan secara positif sebagai masyarakat atas.
Sedangkan sisi lain masyarakat bawah ditampilkan sebagai jahat, kasar,
maling, acara-acara kriminal, pelacuran, sisi gelap kehidupan manusia.
Pokoknya yang negatif diambil masyarakat bawah” (Sudibyo, 2004: 100)
Hadirnya banyak televisi lokal saat ini harus diakui sangat
berpengaruh terkait keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan
program dari daerahnya sendiri secara optimal, karena hanya televisi lokal
yang dapat mengakomondasikan hal- tersebut. Hanya televisi lokal yang
dapat menyajikan informasi yang terperinci langsung dari objek daerah yang
bersangkutan dengan tujuan untuk dapat dikonsumsi oleh publik lokal
daerah itu.
Walaupun penuh tantangan, namun pertumbuhan jumlah stasiun
televisi lokal termasuk pesat, dan juga menunjukkan mulai adanya
pembuktian bahwa bangsa ini memang butuh realisasi dari komitmen
demokrasi penyiaran. Perjuangan televisi lokal mencapai klimaksnya ketika
Undang-Undang penyiaran yang baru diundangkan pada 28 November
lembaga penyiaran lokal, baik lembaga penyiaran swasta, komunitas,
maupun publik. Bahkan ada satu klausul (pasal 30) yang membatasi siaran
televisi swasta nasional, dengan mengharuskan untuk berjaringan dengan
televisi-televisi lokal (Sudibyo, 2004 : 102)
2.1.3 Acara Hiburan di Televisi
Hal yang paling jelas dari fungsi-fungsi media massa adalah hiburan.
Televisi terutama dicurahkan pada hiburan dengan kira-kira tiga per empat
dari siaran khusus harian yang masuk dalam kategori ini. Dengan adanya
acar hiburan di televisi, pemirsa bisa mengalihkan perhatian dan mendapat
kepuasan dari menonton program berkebun, demikian juga menonton
drama. (Burton, 2007 : 116)
Ada banyak jenis dan macam acara hiburan di televisi diantaranya
adalah:
1. Variety Show
Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam permainan,
kuis, musik kuis interaktif.
2. Kuis
Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara
3. Musik
Acara musik merupakan acara yang paling diminati oleh masyarakat
apapun alirannya dangdut pop rock jazz dan lain sebagainya selalu
mendapat tempat utama di hati masyarakat sebagai kebutuhan akan
hiburan.
4. Sandiwara komedi
Acara yang menyajikan suatu cerita yang memiliki unsur komedi atau
humor yang tinggi.
5. Film
Film terdiri dari beberapa macam contohnya adalah film kartun, film
drama, film action.
6. Sinetron
Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan biasanya
disajikan dengan kehidupan masyarakat yang ada pada saat ini atau
kehidupan terdahulu.
7. Olahraga
Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan
2.1.4 Program J-Trax
J-Trax termasuk dalam program hiburan variety show. Merupakan
program siaran langsung (live) berdurasi 90 menit atau satu setengah jam,
disiarkan langsung dari studio 2 JTV yang merupakan studio terbesar yang
dimiliki oleh stasiun TV lokal terbesar di Jawa Timur ini. J-Trax adalah
sebuah program musik bagi anak muda,yang dinamis, dan memang
program ini disegmentasikan untuk remaja. Program Musik Indie yang
menyiarkan dan menampilkan pemusik muda yang energik dan kreatif. serta
tidak jarang menghadirkan para musisi nasional dari Ibu kota seperti hal nya
Geisha, Kotak Band, Nidji, Vierra, Anang dan Syahrini dan lain lain sebagai
bintang tamu. Tidak hanya itu J-Trax juga menjadi ajang komunitas
Generasi Muda yang Gaul. (http://jtv.co.id). Program yang akan
memberikan kecerian, kesegaran dan pengetahuan setiap episodenya.
Konsep dari acara J-trax ini didasari bahwa Jawa Timur khususnya
Surabaya mempunyai potensi bakat dalam berkesenian yang cukup besar,
maka berawal dari anggapan ini, J-trax dibuat sebagai wadah anak-anak
muda menuangkan keseniannya dalam bermusik, menari, teater, paduan
suara, dan seni-seni lainnya.
Banyak band-band dengan jalur independent yang membutuhkan
sarana untuk dapat didengar dan ditonton karya-karyanya, dan tak banyak
Dengan adanya potensi yang ada tersebut, JTV mengangkat program yang
dipersembahkan untuk pemirsa khususnya kalangan remaja melalui program
J-trax yang berisikan penampilan band lokal Jawa Timur khususnya
Surabaya, video klip musisi nasional, kuis untuk pemirsa dirumah,
permainan (games) dengan penonton di studio, informasi-informasi ringan
tentang trend anak muda, dan tangga lagu nasional dari urutan 20 hingga
urutan teratas yaitu posisi ke-1. Acara ini mempunyai slogan “J-trax ga
bakal bikin kamu Betrex”. Yang bermaksud bahwa dengan menonton
program acara ini, pemirsa dirumah tidak akan merasa bosan dan akan
merasa terhibur dengan tayangan ini. Karena acara ini dikemas dengan gaya
anak muda, ada 3 presenter yang kocak, yang selalu hadir dengan
candaan-candaan segar khas anak muda.
2.1.5 Remaja sebagai Khalayak Media massa
Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai
terintegrasi berlaih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja
perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat
dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja
ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke
dalam masyarakat dewasa tetapi juga merupakan karakteristik yang paling
Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) terbagi 3 tahap,
yaitu (a) ramaja awal (usia 13-14 tahun.), (b) remaja tengah (usia 15-17
tahun), (c) remaja akhir (usia 18-25 tahun). Masa remaja awal, umumnya
individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat
pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di
Sekolah Menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja
akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU
dan mungkin sudah bekerja. (Dariyo, 2004 : 56)
Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia
yang sangat potensial baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.
Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja
mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan
remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan
mempertimbangkan apa asaja peluang yang ada padanya daripada sekedar
melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase
remaja dari fase-fase sebelumnya (Ali, 2005 : 9). Karena itulah pada fase
ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus
akan informasi, dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber, yang
termasuk diantaranya adalah dari media massa.
Sementara itu, salah satu komponen yang paling banyak meminta
ini karena pembaca memiliki jumlah yang banyak serta memiliki sifat yang
heterogen, serta berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis
(McQuail, 1994 : 33). Maka dalam hal ini khalayak yang dimaksud alalah
pembaca surat kabar, khalayak media massa berasal dari lapisan sosial yang
beragam dan berbagi kelompok demografis dalam masyarakat. Dan salah
satu kelompok demografis yang menjadi khalayak media massa adalah
remaja.
Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan,
sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan
masalah-masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan cenderung mencari
informasi, sedangkan yang kurang berpendidikan lebih suka dengan
artikel-artikel hiburan (Rivers, William J, Jensen, Jay W, dan Peterson Theodore,
2003 : 303). Di kota besar seperti Surabaya, para remaja termasuk golongan
yang berpendidikan karena rata-rata merupakan pelajar SMP, SMA, SMK,
maupun perguruan tinggi, sehingga mereka juga biasa menyerap berbagai
informasi dari surat kabar.
2.1.6 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa.
Kebutuhan terhadap media massa dipenuhi melalui surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya
Secara langsung Katz dan Gurevitch berkeyakinan terhadap tipologi
kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan
dalam lima kelompok, yaitu:
1. Kebutuhan Kognitif ( Cognitive Needs )
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang
lingkungan kita. Kebutuhan ini didasari pada keinginan untuk
mengerti dan menguasai lingkungan kita. Kebutuhan Kognitif juga
dipenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan
(curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita.
2. Kebutuhan Afektif (Afective Needs)
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha
untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan,
kesenangan dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan
merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.
3. Kebutuhan Integratif Personal (Personal Integrative Needs)
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha untuk
memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi. Kebutuhan
seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk
4. Kebutuhan Integratif Sosial (Social Integrative Needs)
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman dan dengan
lingkungan sekelilingnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didasarkan
oleh adanya keinginan setiap individu untuk berinteraksi.
5. Kebutuhan Akan Pelarian (Escapiste Needs)
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk
melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan
akan hiburan.
Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya
motif yang mendorong aktifitas individu dalam menggunakan media
tertentu, Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari
pengguna media karena didorong oleh sejumlah kebutuhan tersebut.
2.1.7 Definisi dan Deskripsi Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan
ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya,
apa saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa
motifnya, untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif.
Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang meliputi
yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut
disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu
meupakan upaya memenuhi kebutuhan.
Motif adalah pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu
berbuat sesuatu (Gerungan, 2000 : 140)
Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif
itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi atau kekuatan
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perubahan yakni kearah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai
tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada
dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif
merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan
Menurut Blumer (Rahmat, 2007 : 66) motif meliputi : motif kognitif
yaitu keinginan akan kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi
realitas. Motif diversi yaitu keinginan akan kebutuhan pelepasan dari
tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Dan yang terakhir motif identitas
personal yaitu keinginan menggunakan isi media untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.
Adapun ketiga motif itu meliputi :
1. Motif Kognitif : Motif ini berkaitan dengan keinginan individu akan
kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas.
2. Motif Diversi : Motif ini berkenaan dengan keinginan individu akan
kebutuhan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.
3. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan
individu menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan
efektifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu
dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman
bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan
pencerminan motif dan pengaktifan perilaku. Pada umumnya peranan motif
dalm segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa orang
pada umumnya banyak rupanya dan mulanya berasal dari dalam dirinya dan
2.1.8 Teori Uses and Gratificatons
Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran (channel)
arus pesan dari sumber. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada
awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah
masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa
audiens tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.
Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai suatu loncatan
dramatis dari teori jarum hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul sebagai
akibat ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal
membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media
massa. Oleh karena itu, model ini juga dapat digambarkan sebagai Dramatic
Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam Rahmat, 2007 : 65)
Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif yang
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000
: 289). Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke
tujuan komunikan.
Teori ini adalah salah satu teori komunikasi yang menitik-berat
media. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka
bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan
untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka
dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu
cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan
memilih cara lain. (http://wikipedia.co.id)
Pendekatan Uses and Gratification menitik beratkan pada
penggunaan isi media untuk memperoleh kepuasan dan pemenuhan
kebutuhan. Dalam hal ini adalah kebutuhan individu merupakan titik
tolaknya (Mc. Quail, 1994 : 133). Individu berharap bahwa penggunaan
media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.
Menurut Elihu Katz, Jay G Blumler, dan Michael Gurevitch dalam
(Rahmat, 2007 : 204 - 205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula
kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu
dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola
terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali
termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari bentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung
kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti
untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis
dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media
massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan
pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan
menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan
Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa
khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan
informasi dan kontak sosial (Nuruddin, 2004 : 183).
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk
penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan
emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status
individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan
sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada
hasrat untuk berafiliasi. Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan
yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan
Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara
yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini :
Gambar 1
Bagan Teori Uses and Gratification
Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja
menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk
mencapai tujuan khusus. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah
kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif
yang mempengaruhi. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi
kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai dependensi media
dan sebagai pengetahuan.
Sementara untuk motif sendiri sebenarnya jumlahnya tidak terbatas
namun berdasarkan operasionalisasi Blumer praktis untuk dijadikan
petunjuk penelitian yaitu motif kognitif (kebutuhan akan informasi), motif
diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan
hiburan), motif identitas personal (menggunakan isi media untuk
memperkuat atau mennjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau
situasi khalayak sendiri) (Rahmat, 2004 : 207)
2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki kebutuhan dalam hidupnya, dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka muncullah
kepuasan. Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan
Kebutuhan akan informasi ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi media yang
ada baik cetak maupaun elektronik.
Media elektronik memiliki kelebihan dibanding dengan media cetak dan
televisi sebagai salah satu media massa elektronik telah memperoleh daya tarik
pada masyarakat. Misalnya daya tarik remaja dalam menonton acara “J-Trax” di
televisi. Kebutuhan akan hiburan musik adalah kebutuhan untuk melepaskan
kejenuhan dari kegiatan sehari-hari individu.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari bagan kerangka berpikir dibawah ini :
Gambar 2
Bagan Kerangka berpikir Penelitian Tentang Motif Pemirsa Surabaya Dalam Menonton Program Acara J-Trax di JTV
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel
Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan
menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis
mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara J-Trax di JTV.
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Yang dimaksud dengan variabel
definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian kegiatan-kegiatan
operasional yang dilakukan guna mengukur variabel serta indikatornya.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe penelitian deskriptif,
yaitu mendeskripsikan motif remaja Surabaya dalam menonton program acara
“J-Trax” di JTV. Motif dioperasionalisasikan sebagai semua penggerak,
alasan atau dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu. Motif adalah pengertian yang melingkupi penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000 : 140). Motif timbul karena adanya
kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Adapun
1. Motif Kognitif, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan
berkembang dalam diri individu sehingga remaja memilih program acara
“J-Trax” untuk menghibur dan menambah wawasan informasi atau bahan
dasar pembicaraan dengan keluarga atau dengan teman.
Motif Kognitif ini indikatornya:
Adanya keinginan menambah pengetahuan dan wawasan tentang
musik, tentang perkembangan band-band indie lokal, tentang tangga
lagu (chart) terbaru
Adanya keinginan mendapakan informasi tentang berbagai macam tips
dan info musik tanah air maupun info musik internasional
Adanya keinginan menambah wawasan sebagai bahan dasar
pembicaraan atau masukan dengan teman atau dengan orang lain.
2. Motif Identitas Personal, yaitu adanya dorongan yang tumbuh serta
berkembang dalam diri individu untuk mendapatkan contoh-contoh nilai
teladan. Dalam hal ini remaja memilih suatu program acara karena
ketertarikannya akan rubrik atau tema yang diangkat. Sehingga timbul
keinginan untuk menonton program acara “J-Trax” di JTV untuk
dijadikan peneguh atau penguat nilai, sikap, dan pemikiran dan perilaku.
Motif Identitas Personal ini indikatornya:
Adanya keinginan mendapat teladan bagi sikap pemikiran dari
Adanya keinginan untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai
yang diperoleh oleh narasumber / bintang tamu
Adanya keinginan menonjolkan perasaan atau kepentingan atau
kepentingan diri terhadap lingkungan
3. Motif Diversi, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan
berkembang dalam diri individu sehingga remaja memilih menonton
program acara yang disukai di JTV dikarenakan sekedar ingin bersantai
atau melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.
Motif Diversi ini indikatornya:
Adanya keinginan mengisi kekosongan waktu.
Adanya keinginan mendapat hiburan untuk bersantai.
Adanya keinginan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.
Masing – masing variabel motif akan dibentuk dan dicerminkan
oleh masing – masing pertanyaan sehingga akan memberikan pendapat
terhadap motif itu sendiri.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan
menggunakan modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan
penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai
motif dan sikap pernyataan akan diselesaikan jawaban yang harus dipilih oleh
responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya
(Singarimbun, 1995 : 111).
Pilihan jawab masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat
macam kategori, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Sangat Tidak
Setuju” (STS), dan “Tidak Setuju” (TS). Dalam penelitian ini tidak digunakan
alternatif jawaban ragu-ragu (Undecided). Alasannya menurut Hadi (dalam
Ariyanti, 2005 : 24) adalah sebagai berikut:
a. Kategori Undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam
instrumen.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab
ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu
akan kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring
Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai
sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian
nilainya sebagai berikut:
- Sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1
- Tidak Setuju (TS) dengan skor 2
- Setuju (S) dengan skor 3
- Sangat Setuju (SS) dengan skor 4
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items dari
tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pernyataannya tersebut
untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif
diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian
jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap
kategori, dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range
masing-masing kategori ditentukan dengan:
R (Range) = Skor tertinggi – Skor terendah
Keterangan:
Range = Batasan tiap tingkatan
Skor tertinggi = Nilai tertinggi x Jumlah item pertanyaan
Skor Terendah = Nilai terendah x Jumlah item pertanyaan
Jenjang = 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh tingkat interval untuk
mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton program acara J-Trax di
JTV, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Dalam motif Kognitif terdapat empat pernyataan tentang responden yang
menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.
Maka:
Motif Informasi = (4 x 4) – (1 x4 ) = 16 – 4 = 12 = 4
3 3 3
Skor Rendah = 4 – 7
Skor Sedang = 8 – 11
2. Dalam motif Identitas Personal terdapat lima pernyataan tentang
responden yang menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.
Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 5) = 20 – 5 = 15 = 5
3 3 3
Rendah = 5 – 9
Sedang = 10 – 14
Tinggi = ≥ 15
3. Dalam motif Diversi terdapat lima pernyataan tentang responden yang
menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.
Motif Diversi = (4 x 5) – (1 x 5) = 20 – 5 = 15 = 5
3 3 3
Rendah = 5 – 9
Sedang = 10 – 14
4. Motif secara keseluruhan, total penjumlahan dari pertanyaan di ketiga motif
yang ditampilkan pada kuesioner, yaitu sebanyak empat belas pertanyaan
tentang responden yang menonton program acara J-Trax di JTV di
Surabaya.
Motif secara Keseluruhan = (14 x 4) – (14 x 1) = 56 – 14 = 42 = 14
3 3 3
Rendah = 14 – 27
Sedang = 28 – 41
Tinggi = ≥ 42
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya. Dan
dikhususkan yang berusia 15 hingga 25 tahun dengan alasan karena
pada usia tersebut seseorang telah memiliki kemampuan berpikir dan
menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia
remaja ke dunia dewasa. Jumlah remaja yang berusia 15 – 25 tahun di
Surabaya berjumlah 594.275 jiwa (Dinas kependudukan dan catatan
N (d2) + 1
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan
remaja Surabaya yang menonton acara J-Trax di JTV. Adapun teknik
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik Non probability sampling dengan tipe Accidental sampling.
Accidental sampling adalah teknik yang digunakan untuk memilih
siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel
(Kriyantono, 2006:156), dengan batasan-batasan dan ketentuan sebagai
berikut:
1. Berusia 15 hingga 25 tahun
2. Bertempat tinggal di Surabaya
3. Pernah Menonton program J-Trax di televisi
4. Menjadi Audience J-Trax di studio JTV secara langsung
Penentuan sampel ditentukan dengan rumus Yamane (Rahmat,
2005:82), sebagai berikut:
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
d2 = Presisi
1 = Angka konstan
Dari rumus diatas, dalam penelitian ini digunakan presisi atau
standar kesalahan 10% untuk keseluruhan responden yaitu remaja
Surabaya. Apabila dihitung dengan rumus Yamane, diperoleh hasil
sebagai berikut:
n = 594.275
594.275 (0,1)2 + 1
= 594.275
5943,75
= 99,9831756 dibulatkan menjadi 100
Jadi, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data