• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM

“J-TRAX” DI JTV

(Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program

“J-Trax” Di JTV)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “VETERAN” Jawa Timur

 

 

 

 

 

 

Oleh :

Intan Meidiza

NPM : 0543010219

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SURABAYA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 15

1.3. Tujuan Penelitian ... 15

1.4. Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1... Landasan Teori ... 17

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 17

2.1.2. Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal ... 21

2.1.3. Acara Hiburan di Televisi ... 24

2.1.4. Program J-Trax ... 26

(3)

2.1.6. Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa ... 29

2.1.7. Definisi dan Deskripsi Motif... .31

2.1.8. Teori Uses and Gratifications ... 34

2.2... Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41 3.1...

Definisi Operasional dan Pengukuran variabel ... 41

3.1.1 Definisi Operasional... .41

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 43

3.2... Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... .48

3.2.1. Populasi ... 48

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.3... Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4... Tekhnik Analisis Data ... 51

(4)

4.1.1 Gambaran Umum JTV (Jawa Pos Media Televisi)... .53

4.1.2 Program J-Trax ... 55

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 56

4.2.1 Identitas Personal Responden ... 56

4.2.2 Responden Dalam Menonton J-Trax... 59

4.2.3 Motif Responden Dalam Menonton Program J-Trax ... 61

4.2.3.1 Motif Informasi ... 61

4.2.3.2 Motif Identitas Personal ... 67

4.2.3.3 Motif Hiburan ... 74

4.2.4 Kategorisasi Secara Umum ... 81

4.2.5 Motif Secara Keseluruhan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Program J-Trax Di JTV

dalam 1 Minggu………. 59

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Program J-Trax Di JTV

dalam 1 Kali Penayangan……… 60

Tabel 4.6 Motif Informasi Responden Menambah wawasan atau pengetahuan tentang

perkembangan musik……… 62

Tabel 4.7 Motif Informasi Responden Mendapatkan Pengetahuan Tentang

Band-band indie lokal……… 63

Tabel 4.8 Motif Informasi Responden Mendapatkan Pengetahuan Tentang

Perkembangan Tangga Lagu Nasional……….. 64

Tabel 4.9 Motif Informasi Responden Mengetahui tentang info musik terbaru dari

Narasumber/Bintang Tamu……… 65

Tabel 4.10 Motif Identitas Personal Menumbuhkan Rasa Percaya Diri……… 67

Tabel 4.11 Motif Identitas Personal Mendapatkan Motivasi Diri, Teladan dari

Bintang Tamu J-Trax……….. 68

Tabel 4.12 Motif Identitas Personal Mengikuti dan Mencontoh Gaya dari Presenter

(6)

Tabel 4.13Motif Identitas Personal Mendapatkan Inspirasi Dalam Mengembangkan

Bakat yang Saya Miliki……….. 71

Tabel 4.14 Motif Identitas Personal Meningkatkan pemahaman diri sendiri tentang

informasi musik, dan entertainment……….. 72

Tabel 4.15 Motif Hiburan Mendapatkan Hiburan Untuk Bersantai…………. 74

Tabel 4.16 Motif Hiburan Ingin Mengisi Waktu Luang……… 75

Tabel 4.17 Motif Hiburan Ingin Melepaskan Diri Dari Kejenuhan Rutinitas

Sehari-hari Seperti Sekolah Dan Les……… 76

Tabel 4.18 Motif Hiburan Ingin Mendapatkan suatu Hal Yang Mampu membuat

Perasaan Lebih Senang………. 78

Tabel 4.19 Motif Hiburan Ingin Menghilangkan Stress Akibat Permasalahan Yang

Dihadapi………. 79

Tabel 4.20 Motif Informasi Responden Dalam Menonton Program J-Trax di JTV

………. 81

Tabel 4.21 Motif Identitas Personal Responden Dalam Menonton Program

J-Trax di JTV………. 82

Tabel 4.22 Motif Hiburan Responden Dalam Menonton Program J-Trax di JTV

……… 83

Tabel 4.23 Motif Secara Keseluruhan Responden Dalam Menonton Program J-Trax

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan teori Uses and Gratifications ... 38

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Motif Pemirsa Surabaya

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ...54

Lampiran 2 : Data Demografi dan Jawaban Responden...98

(9)

ABSTRAKSI

INTAN MEIDIZA.MOTIF PEMIRSA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA “J-TRAX” DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara “J-Trax” Di JTV)

Komunikasi adalah fenomena yang inhern dalam kehidupan masyarakat. Kehadiran media massa adalah salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern. Seiring dengan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001, memungkinkan suatu propinsi untuk menumbuhkembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan itu tidak terlepas dari peran serta dari penyedia jasa layanan informasi. Karena itu lahirlah P.T Jawa Pos Media Televisi Yang kemudian dinamakan JTV. Menjamurnya program-program hiburan di televisi nasional juga disambut positif oleh JTV sebagai televisi lokal dengan menghadirkan J-Trax sebagai program hiburan musik yang ditujukan untuk pemirsa remajanya yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan gambaran diatas, penulis tertarik untuk mengetahui motif apa yang mendorong remaja Surabaya dalam menonton program J-Trax di JTV.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah televisi sebagai media komunikasi massa, awal mula dan perkembangan televisi lokal, Acara hiburan di televisi, Program J-Trax, remaja sebagai khalayak media, Teori kebutuhan terhadap media massa, motif, serta pendekatan Uses and Gratifications yaitu khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif yaitu difokuskan untuk mendeskripsikan motif pemisa dalam menonton program J-Trax di JTV. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya yang berusia 15 hingga 25 tahun, dan pernah menonton program J-Trax sebanyak 100 remaja. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner untuk memperoleh data primer, serta penelusuran bahan-bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara dekriptif dengan menggunakan tabel frekuensi dan selanjutnya diinterpretasikan secara terperinci oleh penulis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif remaja dalam menonton program J-Trax adalah motif informasi dan motif hiburan, yaitu ingin mendapatkan hiburan saat dan setelah menonton J-Trax sekaligus ingin mendapatkan segala informasi mengenai perkembangan band-band lokal dan nasional. Motif identitas personal berada dalam kategori sedang. Sedang Motif secara keseluruhan responden menunjukkan motif yang tinggi.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan utama dalam kehidupan

manusia. Dengan komunikasi maka terpenuhilah kebutuhan manusia akan

informasi, kebutuhan manusia menjadi makhluk sosial yang mewajibkan

manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia yang tidak pernah

berkomunikasi dengan manusia lainnya pasti akan tersesat dan mengalami

kesulitan dalam menata kehidupannya.

Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, sesorang tidak akan tahu

bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan

manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus

dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang

intinya adalah komunikasi (Mulyana, 2003 : 5). Maka dari itu, komunikasi

merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting yang tidak boleh

diabaikan begitu saja dalam kehidupan sosial. Secara hakikat, Komunikasi adalah

suatu proses penyampaian pikiran, perasaan, gagasan dalam suatu bentuk pesan

oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikasi terjadi tidak

hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku

(11)

informasi. Kebutuhan ini akan terus bertambah, sehingga ia akan terus mencari

informasi baru agar tidak ketinggalan dengan lingkungannya. Kebutuhan

informasi ini mendorong manusia untuk mencari prasarana dan media

komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Kartz, Guveritch dan Haas menyatakan tipologi kebutuhan manusia yang

berkaitan dengan media salah satunya adalah kebutuhan kognitif, yaitu

kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat

informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini

didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan.

Kebutuhan kognitif juga dapat terpenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti

keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita (Liliweri,

1991 : 137).

Komunikasi yang digunakan penulis sesuai dengan sasaran komunikasi

ditujukan / diarahkan ke dalam “komunikasi massa”. Komunikasi massa adalah

berkomunikasi dengan massa yaitu audiens atau khalayak sasaran. Massa yang

dimaksudkan disini adalah sebagai para komunikan atau para penerima pesan.

Saluran yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media massa. Seperti

yang dikatakan Dennis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa,

Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk

membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar.

(12)

Hal tersebut berkaitan dengan kekuatan media massa yang mampu secara

luas dan mencakup kawasan yang tidak bisa dijangkau secara langsung oleh

komunikatornya. Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa

mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa

memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada

sisi lain, komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari,

digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. (Bungin, 2006 :256)

Komunikasi massa selalu mengalami perkembangan mengikuti

perkembangan zaman. Perkembangan komunikasi massa ditandai dengan adanya

teknologi untuk memajukan kemampuan media yang dipakai sebagai saluran

komunikasi massa yaitu media massa. Media cetak ataupun media elektronik

mendukung penyebaran informasi agar bisa memenuhi kebutuhan manusia akan

informasi dalam bidang komunikannya secara luas, dalam jumlah yang besar dan

dalam waktu yang bersamaan. Salah satu media yang dipilih oleh penulis adalah

media massa. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi

massal, karena sifatnya yang massal (Widjaja, 2000 : 35).

Televisi sebagai salah satu bentuk media massa yang mampu secara luas

dan mencakup kawasan yang tidak bias dijangkau oleh komunikatornya. Televisi

sebagai salah satu bentuk media massa memiliki fungsi dan peran besar bagi

khalayak pemirsanya, karena selain siaran dapat didengar (audible) dan dapat

dilihat (visible), siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung, simultan, intim

(13)

Selain itu, televisi juga dianggap telah berhasil menjalalankan fungsinya

untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat

(Mulyana, 1997 : 169). Menurut Effendy dalam buku ilmu, Teori dan Filsafat

Komunikasi, media televisi sebagai salah satu pelopor dalam penyebaran

informasi dengan menggunakan perangkat satelit. Hal ini menjadikan informasi

berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi teknologi informasi dimana

teknologi informasi dimana pun yang bias disaksikan lewat siaran jaringan

televisi dan membawa dampak yang begitu besar, baik dalm bidang social,

budaya, ekonomi, politik dan lainnya.

Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau movie picture in the

home yang membuat pemirsanya tidak perlu keluar rumah untuk menontonnya.

Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi dan

keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audiovisual, dengan

kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film. Bentuk perpaduan

audiovisual inilah yang menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur

kata-kata, sound effect, music seperti radio, televisi juga mempunyai unsur

visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam

pada pemirsa, yang disini berperan sebagai komunikan atau penerima pesan,

sehingga seolah-olah khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan oleh

pemancar televisi itu (Effendy, 2000 : 177).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi akan

(14)

Suatu siaran televisi dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tidak

hanya akurat tetapi juga dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan

hiburan kepada khalayak dari televisi sendiri yaitu pemirsa. Ketika seseorang

menonton televisi, ia akan menyeleksi tiap acara dengan mengganti beberapa

saluran sampai ia tertarik untuk menonton acara tertentu. Pada saat itulah motif

mulai terbentuk pada diri orang tersebut,

Media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi sebagai media

elektronik karena selain dapat didengar juga dapat dilihat dan segala sesuatunya

berlangsung hidup sehingga seolah-olah pemirsa berada ditempat peristiwa yang

disiarkan oleh pemancar televisi itu dibandingkan dengan radio yang sifatnya

auditif, hanya dapat didengarkan. (Effendy, 2000 : 175).

Sedemikian besarnya peran televisi dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat, maka hingga kini banyak bermunculan stasiun televisi swasta

nasional yang ada di Indonesia, diantaranya adalah: SCTV, ANTV, RCTI,

INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV, TRANS 7, TV ONE, GLOBAL TV,

TPI, dan TVRI sebagai satu-satunya televisi pemerintah yang mengudara secara

nasional. Belum lagi stasiun televisi lokal swasta seperti JTV, SBO, Arek TV,

BCTV, Spacetoon. Kesemua stasiun televisi ini menawarkan berbagai macam

acara yang beraneka ragam, seperti musik, film, program reality show, berita

yang berasal dari dalam dan luar negeri, sinetron, film kartun, program talk show,

(15)

Tayangan hiburan yang ringan dan tidak membutuhkan konsentrasi atau

ketegangan, saat ini menjadi alternatif tayangan yang dianggap paling

menguntungkan bagi media televisi. Hal tersebut selaras dengan salah satu fungsi

media televisi sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, televisi

menyediakan hiburan untuk pengalihan perhatian dan sarana relaksasi serta

meredakan ketegangan – ketegangan sosial (Alatas, 1997 : 21). Hal ini

membuktikan bahwa televisi telah hadir dengan segala acara yang berisi

pesan-pesan pilihan dari pihak pengelola stasiun televisi sehingga menjadikannya salah

satu media massa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sejalan dengan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Otonomi

Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001, memungkinkan suatu propinsi

untuk menumbuhkembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin.

Perkembangan itu tidak terlepas dari peran serta dari penyedia jasa layanan

informasi. Oleh karena itu tercetus ide untuk mendirikan Jawa Pos Media

Televisi sebagai badan hukum lembaga penyiaran swasta penyelenggara jasa

penyiaran televisi yang berbasis lokal Jawa Timur tepatnya di Surabaya. Yang

kemudian dinamakan JTV (Jawa Timur Televisi) sebagai televisi lokal atau

regional Jawa Timur yang memfokuskan diri terhadap minat, keinginan pemirsa

di Jawa Timur dengan slogannya yaitu LOKAL, NAKAL, dan MASSAL.

Sudah menjadi tekad para pendirinya bahwa JTV sebagai lembaga

penyiaran tetap setia pada prinsipnya dalam menyelenggarakan fungsinya

(16)

pemberdayaan masyarakat Jawa Timur. Pengembangan potensi daerah menjadi

salah satu tujuan utama hadirnya P.T Jawa Pos Media Televisi untuk

memberikan yang terbaik bagi daerah secara luas.

Jangkauan siaran JTV meliputi seluruh wilayah Jawa Timur, mulai dari

wilayah siaran Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, Kediri dan

sekitarnya, Magetan dan sekitarnya, Tuban dan sekitarnya, Jember dan

sekitarnya, Banyuwangi dan sekitarnya, Tulungagung dan sekitarnya,

sebagaimana ditetapkan oleh keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM76

tahun 2003 tentang rencana induk (Master Plan) Frekuensi Radio penyelenggara

Telekomunikasi Khusus untuk keperluan televisi siaran analog pada pita Ultra

High Frequency (UHF).

Dipilihnya JTV menjadi objek penelitian karena JTV merupakan TV lokal

pertama di Jawa Timur, JTV sudah berdiri sejak 8 tahun yang lalu, dan

merupakan TV lokal terbesar dengan jangkauan terluas dibandingkan dengan

beberapa TV lokal yang ada di Jawa Timur maupun TV lokal yang ada di

Surabaya, seperti: SBO, Arek TV, Spacetoon.

Perlu diketahui bahwa saat ini siaran televisi lokal kini bersaing dengan

televisi-televisi nasional yang kini kian menjamur seiring dengan semangat

reformasi yang ditandai dengan terbukanya informasi yang dihadirkan

berdasarkan Undang-Undang No.32/2002 tentang penyiaran. Menimbang bahwa

untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat Indonesia dan

(17)

yang menjamin tatanan informasi nasional yang adil, merata, seimbang guna

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu

keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan program dari daerahnya

masing-masing secara optimal bisa didapatkan melalui televisi lokal sesuai

dengan Undang-Undang penyiaran.

JTV sebagai televisi lokal yang siap bersaing dengan televisi lokal lainnya

maupun bersaing dengan televisi nasional, mempunyai beberapa program siaran

selain berita yaitu : J-trax, Stasiun Dangdut, Ludruk Kartolo, Alternatif Jaga dan

lain-lain. Dari beberapa program acara yang ada di stasiun JTV, Peneliti memilih

program acara J-trax karena, peneliti beranggapan bahwa acara J-trax ini adalah

acara hiburan musik yang sangat jarang ditemui di televisi lokal Jawa Timur,

kebanyakan JTV sebagai televisi lokal yang sangat menjunjung tinggi spirit lokal

daerah, menyajikan acara-acara yang juga berbau kedaerahan. Hal ini lah yang

menjadi kontras ketika JTV menyuguhkan program yang bersegmentasi utama

anak muda. Rupanya JTV juga peduli terhadap kreativitas dan bakat yang

dimiliki oleh remaja dan menjadikan proram ini wadah untuk

mengekspresikannya.

Program J-Trax yang disiarkan di JTV merupakan acara yang

berformat variety show, dengan sajian utama adalah hiburan musik. Program ini

merupakan sebuah tayangan hiburan yang berisikan hiburan musik, kuis, dan

bakat-bakat lainnya. Acara ini diproduksi oleh Jawa Timur Media Televisi yang

(18)

durasi 90 menit dari pukul 16.00 hingga 17.30 WIB, dan 15.30 hingga 17.00

WIB untuk penayangan J-trax pada hari sabtu. (http://jtv.co.id)

Konsep dari acara J-trax ini didasari bahwa Jawa Timur khususnya

Surabaya mempunyai potensi bakat dalam berkesenian yang cukup besar, maka

berawal dari anggapan ini, J-trax dibuat sebagai wadah anak-anak muda

menuangkan keseniannya dalam bermusik, menari, teater, paduan suara, dan

seni-seni lainnya. Banyak band-band dengan jalur independent yang

membutuhkan sarana untuk dapat didengar dan ditonton karya-karyanya, dan tak

banyak dari mereka yang memang serius dan sangat berbakat dalam bermusik.

Dengan adanya potensi yang ada tersebut, JTV mengangkat program yang

dipersembahkan untuk pemirsa khususnya kalangan remaja melalui program

J-trax yang berisikan penampilan band lokal Jawa Timur khususnya Surabaya,

video klip musisi nasional, kuis untuk pemirsa dirumah, permainan (games)

dengan penonton di studio, informasi-informasi ringan tentang trend anak muda,

dan tangga lagu nasional dari urutan 20 hingga urutan teratas yaitu posisi ke-1.

Program ini juga melibatkan kurang lebihnya 50 audience atau penonton yang

hadir langsung di studio untuk meramaikan acara, Audience seringkali berasal

dari sekolah menengah seluruh Jawa Timur yang juga akan berinteraksi langsung

selama jalannya produksi acara. J-Trax mempunyai slogan “J-trax ga bakal bikin

kamu Betrex”. Yang bermaksud bahwa dengan menonton program acara ini,

(19)

tayangan ini. Karena acara ini dikemas dengan gaya anak muda, ada 3 presenter

yang kocak, yang selalu hadir dengan candaan-candaan segar khas anak muda.

TV lokal yang mempunyai cakupan area yang sama dengan JTV juga

memiliki program hiburan musik, seperti misalnya program Arek Band di stasiun

Arek TV. Lalu juga ada ML “Music Lyrics” di Stasiun SBO TV. Namun bisa

dibilang program musik yang disegmentasikan untuk anak muda ini langsung

mendapat perhatian dari pemirsa, Hal ini dapat dibuktikan dengan Rating

program J-Trax yang terbilang bagus dan stabil, selalu masuk 10 besar, hingga

mencapai 3,4 share dengan hitungan market Surabaya. Apalagi jika edisi J-Trax

yang mendatangkan musisi ibukota sebagai bintang tamu di program ini.

(http://AGBNielsen.co.id)

Dipilihnya pemirsa remaja dengan segmen usia 15-25 tahun sebagai

objek penelitian ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa kehidupan

manusia yang paling menarik dan mengesankan. Selain itu, usia 15-25 tahun juga

merupakan segmentasi utama dari porgram J-Trax yang juga menjadi objek

penelitian. (Produser J-Trax). Usia 15-25 tahun merupakan usia dimana remaja

sudah dapat memilih dan menentukan sendiri apa yang terbaik untuk mereka

karena pola berfikirnya sudah matang sehingga banyak remaja lebih

mengesampingkan pendapat orang lain dalam menentukan pilihan, termasuk

dalam hal memilih suatu pergaulan atau teman. Penggolongan remaja menurut

Thornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu (a) remaja awal (usia 13-14 tahun.), (b)

(20)

remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah

menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu

sudah duduk di Sekolah Menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang

tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau

lulus SMU dan mungkin sudah bekerja. (Dariyo, 2004 : 56)

Selain itu remaja selalu ingin mengikuti trend yang berkembang di

masyarakat serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu

yang baru, juga dalam hal trend musik. Saat ini boleh dibilang musik Indonesia

menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, dalam arti, lebih banyak musisi dalam

negeri dibandingkan musisi luar negeri, hal ini menjadi inspirasi positif bagi

remaja dalam berkarya dalam dunia musik. Maka itu, sebagai remaja yang aktif,

banyak diantara mereka yang haus akan tayangan mengenai hiburan musik.

Seperti halnya penampilan SMK sejahtera pada salah satu episode J-Trax, yang

menghadirkan 40 siswa-nya menjadi audience dan juga menampilkan modern

dance didalam salah satu segmen J-Trax. Hal ini diakui oleh SMK Sejahtera

sebagai hal yang sangat positif untuk memberikan kesempatan pada siswa-siswi

nya menuangkan kreatifitas dan ditonton oleh pemirsa dirumah. Mereka

mengakui kehadiran program J-Trax menjadi wadah dimana siswa-siswi dapat

kesempatan emas sebagai batu loncatan untuk eksis mengembangkan bakat dan

kemampuan mereka. (http://smksejahterasby.com)

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk televisi

(21)

timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan

televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif,

tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan

eksistensinya. (Effendy, 2000 : 45).

Saat ini pemirsa tidak perlu bingung lagi dalam menentukan pilihan dalam

menonton program acara stasiun televisi lainnya. Dalam kebutuhan yang tidak

sama ini sesuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan

dengan tingkat perkembangannya. Maka dengan adanya kebutuhan tersebut

peneliti ingin tahu bagaimana kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh media massa

adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri

(identitas personal) dan kebutuhan akan hiburan (diversi) (Rachmat, 2007 : 66).

Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Surabaya,

karena wilayah Surabaya dapat menangkap dengan jelas siaran stasiun televisi

swasta yang ada di Indonesia, selain itu faktor kepemilikan dan penggunaan

media televisi di Surabaya relatif tinggi. Surabaya juga merupakan kota

metropolis dengan jumlah penduduk terpadat setelah kota Jakarta (Sumber: BPS

Surabaya 2008), selain itu masyarakat yang tinggal di Surabaya adalah

masyarakat heterogen.

Penelitian motif remaja Surabaya dalam menonton program acara J-trax di

JTV ini akan difokuskan pada pendapat Blumer, J.G dalam (Rahmat, 2007 : 66)

(22)

1. Motif Kognitif : Motif ini berkaitan dengan keinginan individu akan

kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas.

2. Motif Diversi : Motif ini berkenaan dengan keinginan individu akan

kebutuhan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

3. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan individu

menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu

yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.

Maka apakah motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan tersebut dapat

terpenuhi melalui program-program acara televisi pada umumnya dan JTV pada

khususnya. Dengan kata lain, apakah dengan menonton program acara J-trax

motif pemirsa dalam pencapaian kebutuhan dapat terpenuhi atau tidak.

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media massa pada penelitian

ini maka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Uses and Gratification,

inti dari teori ini bahwa khalayak pada dasarnya menggunakan media massa

berdasarkan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. (Rakhmad, 2007 : 73).

Teori ini juga menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana

media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya pada

khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan

khusus (Effendy, 2000 : 289). Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan

(23)

terhadap media. Anggota khalayak atau pemirsa dianggap secara aktif

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Ketertarikan akan sesuatu hal dilandasi pada asumsi bahwa setiap

individu mempunyai motif dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Dan

motif antara satu individu dengan individu yang lain dalam memenuhi kebutuhan

tidak ada yang sama, sehingga aktifitas penggunaan media (motif) dan tujuan

akhir yang diperolehpun tidak ada yang sama.

Berdasarkan uraian diatas memunculkan suatu pertanyaan yaitu, apa yang

menjadi motif pemirsa Surabaya, khususnya remaja Surabaya menonton program

acara J-Trax di JTV. Fenomena komunikasi inilah yang mendorong penulis

untuk meneliti motif apa yang mendorong remaja Surabaya dalam menonton

acara J-trax di JTV.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah motif pemirsa Surabaya

dalam menonton acara J-trax di JTV?”

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui tentang bagaimanakah Motif pemirsa Surabaya dalam

(24)

1.4 Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis dan

praktis :

1.4.1. Kegunaan teoritis

Secara Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi dan masukan dalam kajian

penelitian tentang motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara

J-trax.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Bagi khalayak konsumen media massa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

khalayak media massa dalam melihat kecenderungan motif pemirsa

Surabaya dalam menonton program acara J-trax di JTV

1.4.2.2 Bagi Insan pertelevisian

Memberikan masukan kepada insan pertelevisian dalam

mengemas sebuah program acara yang berhubungan dengan hiburan

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi

Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang

berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat

umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya

heterogen (Effendy, 1993 : 17)

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan

kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari

Jakarta atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian

televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar

yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkannya melalui

gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat

penerima dirumah (Effendy, 1993 : 10)

Menurut Sastro (1992 : 23) menyatakan bahwa dari beberapa media

massa yang ada, televisi merupakan meida massa elektronik yang paling

(26)

massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan

masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini

disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya

mempunyai jangkauan yang relative tidak terbatas dengan modal audio

visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan

pesannya, karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya

pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir.

Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal

ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi

kejiwaan.

Menurut Onong Uchjana Effendy (1993 : 24), fungsi televisi sebagai

media massa adalah:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function), yaitu memberikan

informasi-informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron, di

setiap stasiun televisi.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function), yaitu memberikan

informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan

penalaran masyarakat.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara-acara yang

ditayangkan di televisi seperti acara sinetron disetiap stasiun televisi

(27)

Sedangkan Kuswandi (1996 : 21 - 23) berpendapat bahwa

munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang

menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan

informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek social yang

bermuatan perubahan nilai-nilai social dan budaya manusia. Kemampuan

televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut

menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi

sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul

televisi berubah total sama sekali.

Pengaruh daripada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan

surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi yang menyentuh

segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi

cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan

komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus

ruang dan jarak geografis pemirsa.

Menurut Effendy (2000:176-177), televisi memiliki sifat sebagai

berikut, yaitu:

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan

disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses berbelit-belit

(28)

disampaikan kepada publik dengan cepat, bahkan saat peristiwa tersebut

berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu

kota di suatu negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain,

tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang. Kehadiran

televisi dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi memiliki daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata –

kata, musik, dan sound effect. Tetapi. Selain ketiga unsur tersebut,

televisi juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang

menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini

selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat

dinikmati dirumah.

Televisi sebagai media massa tidak mungkin pada saat yang

bersamaasn memuaskan semua orang, hal ini karena media massa memiliki

sifat umum, artinya siaran televisi dapat dilihat oleh semua orang yang

memliki latar belakang, usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham

golongan yang berbeda-beda.

Jelasnya siaran televisi dapat membuat orang puas, tidak puas,

senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya merupakan hal

(29)

manusia secara sempurna tidak dapat dicapai di dunia ini tetapi di alam lain.

(Wahyudi, 1986:215)

2.1.2 Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal

Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi, dan

kemudian munculnya Undang-undang otonomi daerah, bergulir pula tentang

industri televisi ditingkat lokal, sebagaimana dimunculkan dalam

pasal-pasal Undang-undang nomor 32/2002 tentang penyiaran. Diantaranya soal

pembatasan siaran nasional, kecuali melakukan kerjasama dengan

televisi-televisi lokal.

Dari segi legalitas formal (berdasar Undang-Undang), dan logika

moral kebudayaan yang beragam, televisi lokal mempunyai dukungan yang

sangat kuat. Televisi lokal adalah sebuah keniscayaan, karena dengan

demikian tekad pemerintah dan rakyat untuk melakukan de-sentralisasi dan

semangat untuk membangun otonomi daerah akan mendapatkan daya

dukung.

Persepsi dan perspektif televisi lokal mesti harus berbeda dengan

televisi Jakarta yang berskala nasional. Strategi ini akan berguna untuk terus

mencari peluang, dan mengembangkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala

(30)

kepentingan bagi masyarakatnya pula. Jika tidak, masyarakat juga merasa

tidak perlu untuk memiliki televisi lokalnya (Wirodono, 2005 : 127).

Menurut Sudibyo (2004 : 100) sejauh ini materi siaran 11 stasiun

televisi nasional memang sangat Jakarta – minded. Bukan semata-mata

karena lokasi 11 stasiun televisi ini di Jakarta, namun karena yang mereka

tonjolkan bukan persoalan bagaimana melayani kepentingan publik secara

luas, melainkan bagaimana mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai

konsumen. Pasca memudarnya monopoli TVRI 1990-an, sesungguhnya tak

banyak ditawarkan televisi-televisi swasta baru pada pemirsa, terutama di

luar Jakarta. Ditingkat isi dan muatan siaran, yang ditemukan masyarakat

sesungguhnya tak terlalu jauh berbeda dengan apa yang diperoleh

masyarakat selama lebih dari tiga dekade dibawah kekuasaan Soeharto.

Hampir semua televisi swasta baru tak melakukan perubahan, kecuali dalam

aspek hiburan yang lebih variatif. Mereka justru me-relay siaran Jakarta

kedaerah-daerah yang dianggap potensial secara ekonomi. Tak pelak, apa

yang dinikmati publik di Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa adalah

berita, hiburan, dan iklan yang sama. Tak ada perbedaan perlakuan untuk

publik yang jelas-jelas secara kultural, sosiologis, dan ekonomi berbeda.

Fakta-fakta diatas menjadi latar belakang munculnya begitu banyak

inisiatif untuk mendirikan lembaga penyiaran lokal, baik yang bercorak

(31)

pendirian televisi komunitas menjadi kebutuhan karena sejauh ini televisi

swasta hanya menajamkan kesenjangan sosial dalam masyarakat “coba lihat

televisi sekarang, jika dibagi dua sisi maka satu sisinya baik-baik, bagus,

tampan, cantik, kisah percintaan, kaya, mewah, penuh mimpi-mimpi, dan

nyaris sempurna ditampilkan secara positif sebagai masyarakat atas.

Sedangkan sisi lain masyarakat bawah ditampilkan sebagai jahat, kasar,

maling, acara-acara kriminal, pelacuran, sisi gelap kehidupan manusia.

Pokoknya yang negatif diambil masyarakat bawah” (Sudibyo, 2004: 100)

Hadirnya banyak televisi lokal saat ini harus diakui sangat

berpengaruh terkait keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan

program dari daerahnya sendiri secara optimal, karena hanya televisi lokal

yang dapat mengakomondasikan hal- tersebut. Hanya televisi lokal yang

dapat menyajikan informasi yang terperinci langsung dari objek daerah yang

bersangkutan dengan tujuan untuk dapat dikonsumsi oleh publik lokal

daerah itu.

Walaupun penuh tantangan, namun pertumbuhan jumlah stasiun

televisi lokal termasuk pesat, dan juga menunjukkan mulai adanya

pembuktian bahwa bangsa ini memang butuh realisasi dari komitmen

demokrasi penyiaran. Perjuangan televisi lokal mencapai klimaksnya ketika

Undang-Undang penyiaran yang baru diundangkan pada 28 November

(32)

lembaga penyiaran lokal, baik lembaga penyiaran swasta, komunitas,

maupun publik. Bahkan ada satu klausul (pasal 30) yang membatasi siaran

televisi swasta nasional, dengan mengharuskan untuk berjaringan dengan

televisi-televisi lokal (Sudibyo, 2004 : 102)

2.1.3 Acara Hiburan di Televisi

Hal yang paling jelas dari fungsi-fungsi media massa adalah hiburan.

Televisi terutama dicurahkan pada hiburan dengan kira-kira tiga per empat

dari siaran khusus harian yang masuk dalam kategori ini. Dengan adanya

acar hiburan di televisi, pemirsa bisa mengalihkan perhatian dan mendapat

kepuasan dari menonton program berkebun, demikian juga menonton

drama. (Burton, 2007 : 116)

Ada banyak jenis dan macam acara hiburan di televisi diantaranya

adalah:

1. Variety Show

Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam permainan,

kuis, musik kuis interaktif.

2. Kuis

Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara

(33)

3. Musik

Acara musik merupakan acara yang paling diminati oleh masyarakat

apapun alirannya dangdut pop rock jazz dan lain sebagainya selalu

mendapat tempat utama di hati masyarakat sebagai kebutuhan akan

hiburan.

4. Sandiwara komedi

Acara yang menyajikan suatu cerita yang memiliki unsur komedi atau

humor yang tinggi.

5. Film

Film terdiri dari beberapa macam contohnya adalah film kartun, film

drama, film action.

6. Sinetron

Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan biasanya

disajikan dengan kehidupan masyarakat yang ada pada saat ini atau

kehidupan terdahulu.

7. Olahraga

Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan

(34)

2.1.4 Program J-Trax

J-Trax termasuk dalam program hiburan variety show. Merupakan

program siaran langsung (live) berdurasi 90 menit atau satu setengah jam,

disiarkan langsung dari studio 2 JTV yang merupakan studio terbesar yang

dimiliki oleh stasiun TV lokal terbesar di Jawa Timur ini. J-Trax adalah

sebuah program musik bagi anak muda,yang dinamis, dan memang

program ini disegmentasikan untuk remaja. Program Musik Indie yang

menyiarkan dan menampilkan pemusik muda yang energik dan kreatif. serta

tidak jarang menghadirkan para musisi nasional dari Ibu kota seperti hal nya

Geisha, Kotak Band, Nidji, Vierra, Anang dan Syahrini dan lain lain sebagai

bintang tamu. Tidak hanya itu J-Trax juga menjadi ajang komunitas

Generasi Muda yang Gaul. (http://jtv.co.id). Program yang akan

memberikan kecerian, kesegaran dan pengetahuan setiap episodenya.

Konsep dari acara J-trax ini didasari bahwa Jawa Timur khususnya

Surabaya mempunyai potensi bakat dalam berkesenian yang cukup besar,

maka berawal dari anggapan ini, J-trax dibuat sebagai wadah anak-anak

muda menuangkan keseniannya dalam bermusik, menari, teater, paduan

suara, dan seni-seni lainnya.

Banyak band-band dengan jalur independent yang membutuhkan

sarana untuk dapat didengar dan ditonton karya-karyanya, dan tak banyak

(35)

Dengan adanya potensi yang ada tersebut, JTV mengangkat program yang

dipersembahkan untuk pemirsa khususnya kalangan remaja melalui program

J-trax yang berisikan penampilan band lokal Jawa Timur khususnya

Surabaya, video klip musisi nasional, kuis untuk pemirsa dirumah,

permainan (games) dengan penonton di studio, informasi-informasi ringan

tentang trend anak muda, dan tangga lagu nasional dari urutan 20 hingga

urutan teratas yaitu posisi ke-1. Acara ini mempunyai slogan “J-trax ga

bakal bikin kamu Betrex”. Yang bermaksud bahwa dengan menonton

program acara ini, pemirsa dirumah tidak akan merasa bosan dan akan

merasa terhibur dengan tayangan ini. Karena acara ini dikemas dengan gaya

anak muda, ada 3 presenter yang kocak, yang selalu hadir dengan

candaan-candaan segar khas anak muda.

2.1.5 Remaja sebagai Khalayak Media massa

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai

terintegrasi berlaih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja

perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat

dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja

ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke

dalam masyarakat dewasa tetapi juga merupakan karakteristik yang paling

(36)

Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) terbagi 3 tahap,

yaitu (a) ramaja awal (usia 13-14 tahun.), (b) remaja tengah (usia 15-17

tahun), (c) remaja akhir (usia 18-25 tahun). Masa remaja awal, umumnya

individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat

pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di

Sekolah Menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja

akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU

dan mungkin sudah bekerja. (Dariyo, 2004 : 56)

Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia

yang sangat potensial baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.

Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja

mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan

remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan

mempertimbangkan apa asaja peluang yang ada padanya daripada sekedar

melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase

remaja dari fase-fase sebelumnya (Ali, 2005 : 9). Karena itulah pada fase

ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus

akan informasi, dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber, yang

termasuk diantaranya adalah dari media massa.

Sementara itu, salah satu komponen yang paling banyak meminta

(37)

ini karena pembaca memiliki jumlah yang banyak serta memiliki sifat yang

heterogen, serta berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis

(McQuail, 1994 : 33). Maka dalam hal ini khalayak yang dimaksud alalah

pembaca surat kabar, khalayak media massa berasal dari lapisan sosial yang

beragam dan berbagi kelompok demografis dalam masyarakat. Dan salah

satu kelompok demografis yang menjadi khalayak media massa adalah

remaja.

Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan,

sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan

masalah-masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan cenderung mencari

informasi, sedangkan yang kurang berpendidikan lebih suka dengan

artikel-artikel hiburan (Rivers, William J, Jensen, Jay W, dan Peterson Theodore,

2003 : 303). Di kota besar seperti Surabaya, para remaja termasuk golongan

yang berpendidikan karena rata-rata merupakan pelajar SMP, SMA, SMK,

maupun perguruan tinggi, sehingga mereka juga biasa menyerap berbagai

informasi dari surat kabar.

2.1.6 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa.

Kebutuhan terhadap media massa dipenuhi melalui surat kabar,

majalah, radio, televisi dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya

(38)

Secara langsung Katz dan Gurevitch berkeyakinan terhadap tipologi

kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan

dalam lima kelompok, yaitu:

1. Kebutuhan Kognitif ( Cognitive Needs )

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk

memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang

lingkungan kita. Kebutuhan ini didasari pada keinginan untuk

mengerti dan menguasai lingkungan kita. Kebutuhan Kognitif juga

dipenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan

(curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita.

2. Kebutuhan Afektif (Afective Needs)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha

untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan,

kesenangan dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan

merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.

3. Kebutuhan Integratif Personal (Personal Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha untuk

memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi. Kebutuhan

seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk

(39)

4. Kebutuhan Integratif Sosial (Social Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk

memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman dan dengan

lingkungan sekelilingnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didasarkan

oleh adanya keinginan setiap individu untuk berinteraksi.

5. Kebutuhan Akan Pelarian (Escapiste Needs)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk

melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan

akan hiburan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya

motif yang mendorong aktifitas individu dalam menggunakan media

tertentu, Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari

pengguna media karena didorong oleh sejumlah kebutuhan tersebut.

2.1.7 Definisi dan Deskripsi Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan

ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya,

apa saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa

motifnya, untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif.

Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang meliputi

(40)

yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut

disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu

meupakan upaya memenuhi kebutuhan.

Motif adalah pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan

atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu

berbuat sesuatu (Gerungan, 2000 : 140)

Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif

itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi atau kekuatan

kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perubahan yakni kearah perwujudan suatu

tujuan atau cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai

tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada

dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif

merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan

(41)

Menurut Blumer (Rahmat, 2007 : 66) motif meliputi : motif kognitif

yaitu keinginan akan kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi

realitas. Motif diversi yaitu keinginan akan kebutuhan pelepasan dari

tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Dan yang terakhir motif identitas

personal yaitu keinginan menggunakan isi media untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.

Adapun ketiga motif itu meliputi :

1. Motif Kognitif : Motif ini berkaitan dengan keinginan individu akan

kebutuhan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas.

2. Motif Diversi : Motif ini berkenaan dengan keinginan individu akan

kebutuhan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

3. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan

individu menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan

sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan

efektifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu

dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman

bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan

pencerminan motif dan pengaktifan perilaku. Pada umumnya peranan motif

dalm segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa orang

pada umumnya banyak rupanya dan mulanya berasal dari dalam dirinya dan

(42)

2.1.8 Teori Uses and Gratificatons

Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran (channel)

arus pesan dari sumber. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada

awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah

masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa

audiens tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.

Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai suatu loncatan

dramatis dari teori jarum hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul sebagai

akibat ketidakpuasan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang gagal

membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media

massa. Oleh karena itu, model ini juga dapat digambarkan sebagai Dramatic

Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam Rahmat, 2007 : 65)

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

perilaku khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif yang

sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000

: 289). Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke

tujuan komunikan.

Teori ini adalah salah satu teori komunikasi yang menitik-berat

(43)

media. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka

bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan

untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka

dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu

cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan

memilih cara lain. (http://wikipedia.co.id)

Pendekatan Uses and Gratification menitik beratkan pada

penggunaan isi media untuk memperoleh kepuasan dan pemenuhan

kebutuhan. Dalam hal ini adalah kebutuhan individu merupakan titik

tolaknya (Mc. Quail, 1994 : 133). Individu berharap bahwa penggunaan

media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.

Menurut Elihu Katz, Jay G Blumler, dan Michael Gurevitch dalam

(Rahmat, 2007 : 204 - 205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula

kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu

dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola

terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan

menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali

termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan

(44)

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan

media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah

bagian dari bentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana

kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung

kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang

diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti

untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan

sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis

dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media

massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan

pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan

menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan

(45)

Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa

khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan

informasi dan kontak sosial (Nuruddin, 2004 : 183).

Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.

Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai

lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk

penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan

emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status

individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan

sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada

hasrat untuk berafiliasi. Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan

yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan

(46)

Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara

yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini :

Gambar 1

Bagan Teori Uses and Gratification

(47)

Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja

menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk

mencapai tujuan khusus. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah

kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif

yang mempengaruhi. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi

kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai dependensi media

dan sebagai pengetahuan.

Sementara untuk motif sendiri sebenarnya jumlahnya tidak terbatas

namun berdasarkan operasionalisasi Blumer praktis untuk dijadikan

petunjuk penelitian yaitu motif kognitif (kebutuhan akan informasi), motif

diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan

hiburan), motif identitas personal (menggunakan isi media untuk

memperkuat atau mennjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau

situasi khalayak sendiri) (Rahmat, 2004 : 207)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki kebutuhan dalam hidupnya, dan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka muncullah

kepuasan. Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan

(48)

Kebutuhan akan informasi ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi media yang

ada baik cetak maupaun elektronik.

Media elektronik memiliki kelebihan dibanding dengan media cetak dan

televisi sebagai salah satu media massa elektronik telah memperoleh daya tarik

pada masyarakat. Misalnya daya tarik remaja dalam menonton acara “J-Trax” di

televisi. Kebutuhan akan hiburan musik adalah kebutuhan untuk melepaskan

kejenuhan dari kegiatan sehari-hari individu.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari bagan kerangka berpikir dibawah ini :

Gambar 2

Bagan Kerangka berpikir Penelitian Tentang Motif Pemirsa Surabaya Dalam Menonton Program Acara J-Trax di JTV

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel

Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan

menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis

mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara J-Trax di JTV.

3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Yang dimaksud dengan variabel

definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian kegiatan-kegiatan

operasional yang dilakukan guna mengukur variabel serta indikatornya.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe penelitian deskriptif,

yaitu mendeskripsikan motif remaja Surabaya dalam menonton program acara

“J-Trax” di JTV. Motif dioperasionalisasikan sebagai semua penggerak,

alasan atau dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia

berbuat sesuatu. Motif adalah pengertian yang melingkupi penggerak,

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000 : 140). Motif timbul karena adanya

kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Adapun

(50)

1. Motif Kognitif, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan

berkembang dalam diri individu sehingga remaja memilih program acara

“J-Trax” untuk menghibur dan menambah wawasan informasi atau bahan

dasar pembicaraan dengan keluarga atau dengan teman.

Motif Kognitif ini indikatornya:

 Adanya keinginan menambah pengetahuan dan wawasan tentang

musik, tentang perkembangan band-band indie lokal, tentang tangga

lagu (chart) terbaru

 Adanya keinginan mendapakan informasi tentang berbagai macam tips

dan info musik tanah air maupun info musik internasional

 Adanya keinginan menambah wawasan sebagai bahan dasar

pembicaraan atau masukan dengan teman atau dengan orang lain.

2. Motif Identitas Personal, yaitu adanya dorongan yang tumbuh serta

berkembang dalam diri individu untuk mendapatkan contoh-contoh nilai

teladan. Dalam hal ini remaja memilih suatu program acara karena

ketertarikannya akan rubrik atau tema yang diangkat. Sehingga timbul

keinginan untuk menonton program acara “J-Trax” di JTV untuk

dijadikan peneguh atau penguat nilai, sikap, dan pemikiran dan perilaku.

Motif Identitas Personal ini indikatornya:

 Adanya keinginan mendapat teladan bagi sikap pemikiran dari

(51)

 Adanya keinginan untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai

yang diperoleh oleh narasumber / bintang tamu

 Adanya keinginan menonjolkan perasaan atau kepentingan atau

kepentingan diri terhadap lingkungan

3. Motif Diversi, yaitu adanya keinginan serta dorongan yang tumbuh dan

berkembang dalam diri individu sehingga remaja memilih menonton

program acara yang disukai di JTV dikarenakan sekedar ingin bersantai

atau melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.

Motif Diversi ini indikatornya:

 Adanya keinginan mengisi kekosongan waktu.

 Adanya keinginan mendapat hiburan untuk bersantai.

 Adanya keinginan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.

Masing – masing variabel motif akan dibentuk dan dicerminkan

oleh masing – masing pertanyaan sehingga akan memberikan pendapat

terhadap motif itu sendiri.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan

menggunakan modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini

merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan

(52)

penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai

motif dan sikap pernyataan akan diselesaikan jawaban yang harus dipilih oleh

responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya

(Singarimbun, 1995 : 111).

Pilihan jawab masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat

macam kategori, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Sangat Tidak

Setuju” (STS), dan “Tidak Setuju” (TS). Dalam penelitian ini tidak digunakan

alternatif jawaban ragu-ragu (Undecided). Alasannya menurut Hadi (dalam

Ariyanti, 2005 : 24) adalah sebagai berikut:

a. Kategori Undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat

memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang

memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam

instrumen.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab

ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu

akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring

(53)

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai

sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian

nilainya sebagai berikut:

- Sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1

- Tidak Setuju (TS) dengan skor 2

- Setuju (S) dengan skor 3

- Sangat Setuju (SS) dengan skor 4

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items dari

tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pernyataannya tersebut

untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif

diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian

jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap

kategori, dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range

masing-masing kategori ditentukan dengan:

R (Range) = Skor tertinggi – Skor terendah

(54)

Keterangan:

Range = Batasan tiap tingkatan

Skor tertinggi = Nilai tertinggi x Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah = Nilai terendah x Jumlah item pertanyaan

Jenjang = 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh tingkat interval untuk

mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton program acara J-Trax di

JTV, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Dalam motif Kognitif terdapat empat pernyataan tentang responden yang

menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.

Maka:

Motif Informasi = (4 x 4) – (1 x4 ) = 16 – 4 = 12 = 4

3 3 3

Skor Rendah = 4 – 7

Skor Sedang = 8 – 11

(55)

2. Dalam motif Identitas Personal terdapat lima pernyataan tentang

responden yang menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.

Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 5) = 20 – 5 = 15 = 5

3 3 3

Rendah = 5 – 9

Sedang = 10 – 14

Tinggi = ≥ 15

3. Dalam motif Diversi terdapat lima pernyataan tentang responden yang

menonton program acara J-Trax JTV di Surabaya.

Motif Diversi = (4 x 5) – (1 x 5) = 20 – 5 = 15 = 5

3 3 3

Rendah = 5 – 9

Sedang = 10 – 14

(56)

4. Motif secara keseluruhan, total penjumlahan dari pertanyaan di ketiga motif

yang ditampilkan pada kuesioner, yaitu sebanyak empat belas pertanyaan

tentang responden yang menonton program acara J-Trax di JTV di

Surabaya.

Motif secara Keseluruhan = (14 x 4) – (14 x 1) = 56 – 14 = 42 = 14

3 3 3

Rendah = 14 – 27

Sedang = 28 – 41

Tinggi = ≥ 42

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya. Dan

dikhususkan yang berusia 15 hingga 25 tahun dengan alasan karena

pada usia tersebut seseorang telah memiliki kemampuan berpikir dan

menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia

remaja ke dunia dewasa. Jumlah remaja yang berusia 15 – 25 tahun di

Surabaya berjumlah 594.275 jiwa (Dinas kependudukan dan catatan

(57)

 

 

      N (d2) + 1 

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan

remaja Surabaya yang menonton acara J-Trax di JTV. Adapun teknik

penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik Non probability sampling dengan tipe Accidental sampling.

Accidental sampling adalah teknik yang digunakan untuk memilih

siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel

(Kriyantono, 2006:156), dengan batasan-batasan dan ketentuan sebagai

berikut:

1. Berusia 15 hingga 25 tahun

2. Bertempat tinggal di Surabaya

3. Pernah Menonton program J-Trax di televisi

4. Menjadi Audience J-Trax di studio JTV secara langsung

Penentuan sampel ditentukan dengan rumus Yamane (Rahmat,

2005:82), sebagai berikut:

(58)

Keterangan:

n = Sampel

N = Populasi

d2 = Presisi

1 = Angka konstan

Dari rumus diatas, dalam penelitian ini digunakan presisi atau

standar kesalahan 10% untuk keseluruhan responden yaitu remaja

Surabaya. Apabila dihitung dengan rumus Yamane, diperoleh hasil

sebagai berikut:

n = 594.275

594.275 (0,1)2 + 1

= 594.275

5943,75

= 99,9831756 dibulatkan menjadi 100

Jadi, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Gambar

Bagan Teori Gambar 1 Uses and Gratification
Gambar 2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka tinggal di panti karena berbagai alasan, diantaranya menghadapi anak-anak yang sudah selesai pendidikannya dan mulai mandiri sehingga mulai meninggalkan rumah dan

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak.. hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.. Khususnya

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Selain itu, data dari youtube.com ada 2.319.238 jumlah penonton di youtube, maka dapat diasumsikan bahwa audiens yang menikmati tayangan ini cukup banyak dan jumlah

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

AIR LAUT MENJADI AIR MINUM Dengan Pretreatment Variasi Multimedia Filter Pada Proses Desalinasi Dengan Analisa (Konduktivitas, TDS, Salinitas dan pH) ”.. Pembuatan laporan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat budaya organisasi pada salah satu perusahaan Network marketing yaitu Amway dengan sistem Network 21

L, NIM: 60700112048 mahasiswa Jurusan Ilmu Peternakan pada Fakultas Sains dan Teknologi, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan