• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BPS BEKTI SAYEKTI S.SiT TARUBASAN KARANGANOM KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BPS BEKTI SAYEKTI S.SiT TARUBASAN KARANGANOM KLATEN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

DI BPS BEKTI SAYEKTI S.SiT TARUBASAN KARANGANOM KLATEN

Sri Wahyuni1, Yeti Kadariyah2

Abstrak : Kesehatan dan pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibunya. Salah satu faktor kesehatan ibu adalah pengaturan berat badan yang sebaiknya dilakukan ibu pada saat ibu merencanakan kehamilannya. AKB berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup. Menurut Depkes RI (2000) ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan sebesar 7-12 kg, jadi di harapkan pada saat memasuki usia kehamilan trimester III sudah mencapai 7 kg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peningkatan berat badan ibu dengan berat badan bayi baru lahir di BPS Bekti Sayekti, S.SiT Tarubasan Karanganom Klaten.

Metode penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang melahirkan di BPS Bekti Sayekti, S.SiT Tarubasan Karanganom Klaten pada bulan Maret- Mei 2010. Pengambilan sampel dengan teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, data rekam medik dan KMS ibu hamil. Data dianalisa dengan Kendal tau dengan taraf signifikan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki peningkatan berat badan resiko sebesar 63,3% dan normal sebesar 36,7%. Terdapat BBLR sebesar 0%, BBLN sebesar 96,7% dan Bayi Besar sebesar 3,3%.

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir dengan nilai p= 0,157 (p>0,05) dan tau (-0,263).

(2)

A. PENDAHULUAN

Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah. Berdasarkan perhitungan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) di Indonesia diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup, dan sudah jauh menurun jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, namun masih jauh dari target MDG’s (Millenium Development Goals) 2015 (102/100.000 kelahiran hidup) sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (Supari, 2008). AKB berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup, dan sudah jauh menurun dibandingkan tahun 2002-3 sebesar 35/1000 kelahiran hidup sehingga upayanya akan lebih ringan bila dibandingkan dengan upaya pencapaian target MDG’s untuk penurunan AKI. Target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 Kelahiran Hidup. Trend penurunan

AKI dan AKB tersebut menunjukkan keberhasilan dari jerih payah Indonesia dalam mencapai target MDG’s. AKI di Indonesia masih tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos dan Kamboja (Supari, 2008). AKI di Jawa Tengah berdasarkan perhitungan dari BPS pada tahun 2007 mencapai 252 per 100.000 jiwa dan AKB tercatat 23, 14 per 1.000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian bayi sekitar 2-27% karena kelahiran bayi berat badan rendah (BBLR). Prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 495.200-900.000 (Depkes RI, 2005).

Sejak tahun 2000 Departemen Kesehatan telah menerapkan MPS (Making Pregnancy Safer) untuk percepatan penurunan AKI dengan tiga pesan kuncinya yaitu : setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, setiap komplikasi kehamilan dan persalinan mendapat penanganan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi yang adekuat. Pesan kunci tersebut dilaksanakan melalui 4 strategi dan sudah sejalan dengan Visi Sri Wahyuni, Yeti Kadariyah, Hubungan Peningkatan Berat… 21

(3)

Departemen Kesehatan yaitu ”Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan misinya yaitu ”Membuat Rakyat Sehat”. Implementasi dari strategi tersebut kebijakan pelaksanaan program penurunan AKI – AKB 2008 difokuskan pada Pelaksanaan : Program Perencanaan Persalinan dan Persiapan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di seluruh wilayah Puskesmas, Kemitraan Bidan dan Dukun, PONED/PONEK, UTD di daerah, Pelayanan KB berkualitas dan Pemenuhan SDM kesehatan (Supari, 2008).

Seorang ibu hamil yang berat badannya kurang dari normal dan selama hamil berat badannya tidak bertambah/ kurang dari seharusnya menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan akan kurang. Peningkatan berat badan ibu hamil yang kurang dari 3,5 kg pada usia kehamilan 29 minggu perlu mendapatkan perhatian. Berat badan ibu hamil diharapkan bertambah 0,45 kg setiap minggu (Sayogo, 2007).

Berat badan ibu sebelum hamil dan peningkatan berat badan selama hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Ibu dengan berat badan kurang

10-12,5 kg selama hamil dan LILA kurang dari 23 cm, seringkali melahirkan bayi lebih kecil dari pada bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan selama hamil pada wanita yang tidak menderita obesitas secara bermakna berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir (Klausa dan Famaroff, dalam suroso, 2004).

Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (<2500 gram) karena jaringan lemak banyak ditimbun di trimester III (Arisman, 2002).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 20 Januari 2010 di BPS Bekti Sayekti, S.SiT Tarubasan Karanganom Klaten, dalam data rekam medik periode 1 Januari - 31 Desember 2009 tercatat sejumlah 120 persalinan, 12 diantaranya adalah kelahiran dengan berat badan rendah dan 88 kelahiran dengan berat badan lahir normal.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik (survei analitik) yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena 22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 1, Januari 2011, 20-31

(4)

kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, data rekam medik dan KMS/ buku KIA ibu yang melahirkan di BPS Bekti Sayekti, S.SiT Tarubasan Karanganom Klaten selama penelitian ini dilakukan.

Pengumpulan Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi menggunakan lembar observasi dan melihat KMS/ buku KIA ibu serta catatan rekam BPS Bekti Sayekti, S.SiT Tarubasan Karanganom Klaten.

Analisis data hanya akan dilakukan pada variabel penelitian yaitu peningkatan berat badan ibu hamil dan berat badan bayi baru lahir.

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian, menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. (Notoatmodjo, 2002). Analisa univariat untuk mengetahui distribusi responden, dengan menggunakan rumus:

% 100    N F Keterangan : P: Presentase F: Frekuensi N: Jumlah responden (Arikunto, 2002) 2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisa hubungan terhadap dua variabel yaitu peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Analisa yang digunakan adalah korelasi Kendal Tau, yaitu untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking (Sugiyono, 2007).

(5)

Rumus yang digunakan : = ∑ ( ∑)

Keterangan :

= koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1< <1)

A = jumlah ranking atas B = jumlah rangking bawah N = jumlah sampel

pada program SPSS 16.0 Analisa Data Statististika dan Penelitian (Hartono, 2008). Untuk melihat perbedaan antara kelompok ibu bersalin dengan peningkatan berat badan yang normal dan resiko terhadap berat badan bayi baru lahir.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Analias univariat dilakukan untuk menganalisa karakteristik responden, dalam penelitian ini adalah usia responden, paritas, peningkatan berat badan ibu hamil dan berat badan bayi baru lahir. Distribusi karakteristik responden sebanyak 30 responden dapat dilihat pada beberapa tabel di bawah ini:

1) Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden

Sumber : Data Sekunder Bulan April 2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 26 responden (86,7%).

2) Paritas responden

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi paritas responden

No. Paritas Fre- kuensi Prosen- tase 1 Primipara 18 60 % 2 Multipara 12 40 % Jumlah 30 100 % Sumber : Data Sekunder Bulan April 2010 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 (60%) merupakan primipara yaitu baru melahirkan anak pertama, sedangkan sebanyak 12 (40%) responden merupakan multipara. No Usia Fre- kuensi Prosen- tase 1 < 20 th 1 3,3 % 2 20-35 th 26 86,7 % 3 >35 th Jumlah 3 30 10 % 100 % 24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 1, Januari 2011, 20-31

(6)

3) Peningkatan berat badan ibu hamil

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi peningkatan berat badan ibu hamil No. Peningkatan BB hamil ibu (kg) Frekuensi Prosentase

1 < 7 dan > 12 (resiko) 19 63,3 %

2 7-12 (normal) 11 36,7 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data Primer Bulan April 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan berat badan resiko yaitu sebanyak 19 responden (63%).

4) Berat badan bayi baru lahir

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berat badan bayi baru lahir

No. BB BBL (gram) Frekuensi Prosentase

1 < 2500 (BBLR) 0 0

2 2500-4000 (BBLN) 29 96,7 %

3 > 4000 (Bayi Besar) 1 3,3 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data Primer Bulan April 2010

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 29 (97%) melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN).

b. Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisa hubungan terhadap dua variabel yaitu peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Analisa yang digunakan adalah korelasi Kendal Tau. Berikut hasil perhitungannya

(7)

Tabel 4.5 Hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir

Peningkatan BB ibu hamil (kg)

Berat Badan Bayi Baru Lahir

Total P tau n % BBLR BBLN Bayi Besar n % n % n % < 7 dan > 12 (resiko) 0 0 19 63,3 0 0 19 63,3 0,157 -0,263 7-12 (normal) 0 0 10 33,4 1 3,3 11 36,7 Jumlah 0 0 29 96.7 1 3,3 30 100 Sumber: Data Primer diolah Bulan April 2010

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebanyak 19 responden dengan peningkatan berat badan resiko (63,3%) melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN). Sebanyak 10 responden dengan peningkatan berat badan normal (33,4%) melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN). Sebanyak 1 responden dengan peningkatan berat badan normal (3,3%) melahirkan bayi besar. Berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan kendal tau didapat p = 0,157 (p>0,05) tau (-0,263), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar responden berada dalam kelompok usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 86,7%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nurul Nugrohemi (2007), yaitu sebagian besar responden yaitu sebanyak 80,5% berada pada kategori usia reproduksi yang aman (20-35 tahun). Penelitian yang dilakukan oleh Endang Setyowati (2009), juga menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebesar 65,8% berusia antara 20-35 tahun.

Usia ibu kurang dari 20 tahun menyebabkan alat reproduksi belum siap menerima kehamilan, sehingga mudah terjadi resiko pada kehamilannya (premature), sedangkan usia lebih dari 35 tahun alat reproduksi mengalami regenerasi sehingga mudah terjadi BBLR (Prawirohardjo, 2002). Makin muda usia ibu hamil resiko untuk melahirkan BBLR 2 kali lipat dari umur dewasa, karena akan terjadi kompetesi makanan antara janin 26 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 1, Januari 2011, 20-31

(8)

dengan ibunya yang masih pertumbuhan (Soetjiningsih, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan primipara yaitu sebanyak 60%. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Nugrohemi (2007), memberikan hasil yang serupa yaitu sebagian besar responden yaitu sebanyak 68,3% responden merupakan primipara. Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkan (Hinchliff, 2007). Paritas dengan interval kurang 2 tahun pada kehamilan diatas 4 kali merupakan masalah yang mempengaruhi reproduksi (Manuaba, 2002). Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi (Wikjosastro, 2006).

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan berat badan resiko yaitu sebesar 63,3%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah (2009), yaitu sebagian besar responden mengalami

peningkatan berat badan yang kurang dan berlebih (resiko) yaitu sebesar 56,7%. Berat badan ibu sebelum hamil dan peningkatan berat badan selama hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Ibu dengan berat badan kurang 10-12,5 kg selama hamil dan LILA kurang dari 23 cm, seringkali melahirkan bayi lebih kecil dari pada bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan selama hamil pada wanita yang tidak menderita obesitas secara bermakna berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir (Klausa dan Famaroff, dalam suroso, 2004).

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 96,7% melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN). Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu penelitian Muwakhidah dan Siti Zulaekah (2010), menunjukkan hasil sebesar 86,8%, dan penelitian oleh Yuli Kusmiyati (2004), dengan hasil sebesar 86,6% responden melahirkan bayi dengan berat badan normal.

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru Sri Wahyuni, Yeti Kadariyah, Hubungan Peningkatan Berat… 27

(9)

lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk diagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gr atau dibawah 2,5 kg (Supariasa, 2001). Bayi besar (makrosomia) adalah bila berat badan bayi baru lahir > 4000 gram (Wiknjosastro, 2006). Pada masa bayi sampai balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, odema dan adanya tumor (Supariasa, 2001).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan kendal tau

didapatkan nilai p = 0,157 (p>0,05) dan tau = -0,263 yang berati Ho diterima dan Ha ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Hasil tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Muwakhidah dan Siti Zulaekah (2010), dengan judul hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSUD dr. Moewardi, memberikan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara kenaikan berat badan

ibu hamil dengan berat bayi lahir. Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) tersebut menggunakan uji korelasi Product Moment (Pearson) dengan hasil p value sebesar 0,094 (>0,05) maka Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi baru lahir.

Tidak adanya hubungan ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir yaitu status gizi, pendidikan, geografi, jumlah kelahiran, jarak kelahiran, usia.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah (2009), menunjukkan hasil yang berbeda yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah dengan penelitian ini kemungkinan dikarenakan perbedaan analisa data dan sumber data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan uji analisa kendal tau, sedangkan penelitian Siti Aminah menggunakan uji analisa product moment. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan lembar observasi dan data sekunder 28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 1, Januari 2011, 20-31

(10)

berdasarkan KMS/ buku KIA dan rekam medik, sedangkan penelitian Siti Aminah hanya menggunakan data sekunder.

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Supariasa, 2002). Menurut Depkes RI (2000), ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan sebesar 7-12 kg, jadi di harapkan pada saat memasuki usia kehamilan trimester III sudah mencapai 7 kg. Kemungkinan penyimpangan dari berat yang direkomendasikan diantaranya adalah kesalahan pengukuran, kesalahan pencatatan, pengaruh berat pakaian, dan terjadinya akumulasi cairan.

Status gizi ibu hamil dapat diukur dari peningkatan berat badan ibu selama hamil berdasarkan BMI dan dari pengukuran LILA. Penelitian ini mencoba menilai status gizi ibu hamil berdasarkan peningkatan berat badan selama hamil. Trimester pertama dan kedua peningkatan berat badan banyak disebabkan oleh kenaikan organ pendukung kehamilan, sedangkan pada

trimester ketiga yang mempengaruhi peningkatan berat badan adalah pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil lebih tepatnya dinilai berdasarkan LILA yang normalnya pada wanita hamil > 23,5 cm.

D.KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Responden yang mengalami peningkatan berat badan resiko yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) dan normal sebanyak 11 (36,7%). Jumlah BBLN selama penelitian sebanyak 29 (96,7%), BBLR tidak ada (0%), dan bayi besar sebanyak 1 (3,3%).

b. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden dengan peningkatan berat badan resiko (63,3%) melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN). Sebanyak 10 responden dengan peningkatan berat badan normal (33,4%) melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN). Sebanyak 1 responden dengan peningkatan berat Sri Wahyuni, Yeti Kadariyah, Hubungan Peningkatan Berat… 29

(11)

badan normal (3,3%) melahirkan bayi besar.

c. Berdasarkan hasil analisa data dengan kendal tau menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir dengan p value 0,157 (>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Saran

Berdasarkan simpulan diatas dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Bidan

Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan bagi ibu hamil terutama yang berhubungan dengan gizi ibu hamil seperti memberikan penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pemberian suplemen yang aman bagi ibu hamil.

2. Bagi ibu hamil

Untuk mencegah terjadinya BBLR, ibu hamil diharapkan mengkonsumsi makan makanan yang bergizi, melakukan ANC secara teratur, mengkonsumsi zat penambah darah sesuai aturan dan menjalankan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan terutama bidan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan tidak terulang bagi peneliti selanjutnya. Bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini diharapkan lebih mengkaji terlebih dahulu variabel yang akan diteliti. Penelitian ini juga perlu untuk dilanjutkan dengan penelitian lain yang menggunakan variabel penelitian dari faktor-faktor yang kemungkinan berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir, menggunakan desain yang berbeda, serta menggunakan instrumen penelitian yang lebih tepat sehingga dapat memperoleh data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2009. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Selama Kehamilan dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di BPS Sumini Manjung Sawit Boyolali. KTI. Yogyakarta Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Palembang Aziz, Aimul. 2007. Metodelogi

Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta

(12)

Depkes. RI. 2000. Rencanan Pembangunan Kesehatan Menuju Kesehatan Indonesia Sehat 2010. Depkes RI. Jakarta

2005. Profil Kesehatan Indonesia.http://www.depkes-ri- org/profil2005/bab1.html. 25 Maret 2010 jam 10.00 wib

Didi Kusman. 2008. Bayi Besar- Makrosomia.

http://www.drdidispog.com/makros omia-bayi-besar.html. 8 Februari 2010 jam 06.25 wib

Elmy. 2005. Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Kabupaten Bogor Tahun 2005. http://www.fkm.ui.ac.id. Januari 2010 jam 10.00 wib

Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisa Data Statististika dan Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Hinchliff, Sue. 2002. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta Istiyarsi. 2002. Menanti Buah Hati.

Media Pressindo. Jakarta

I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002.

Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Kusmiyati, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Fitramaya. Yogyakarta

Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana I. EGC. Jakarta

Muwakhidah, dkk. 2010. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di RSUD dr. Moewardi Surakarta. KTI. Surakarta

Notoatmodjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

__________. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Prawirohardjo, Wikjosastro. 2002.

Ilmu Kebidanan. YBPSP. Jakarta Roziqoh, Umi. 2009. Hubungan

Paritas dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Klaten

Saifuddin, Abdul Bari. 2006.

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP. Jakarta

Sayogo. 2007. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Jakarta

Sukman. 2002. Berat Badan Ibu Hamil. Raja Grafindo. Bandung Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi.

EGC. Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta Sri Wahyuni, Yeti Kadariyah, Hubungan Peningkatan Berat… 31

Gambar

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi peningkatan berat  badan ibu hamil  No.  Peningkatan BB hamil ibu (kg)  Frekuensi  Prosentase
Tabel 4.5  Hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan berat  badan bayi baru lahir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) dengan profitabilitas. Jenis penelitian ini adalah

SKL Ekspor Impor Page 29 Terkait dengan kursus dan pelatihan Ekspor Impor Level IV sesuai KKNI, maka. pembelajaran lampau yang dapat diakui sebagai bagian dari

IZJAVA VLAGATELJA,DA SE MATERIALNI POGOJI ZA PREVERJANJE IN POTRJEVANJE NPK PO VPISU V REGISTER IZVAJALCEV POSTOPKOV ZA UGOTAVLJANJE IN POTRJEVANJE NPK NE BODO POSLABŠALI

Pemanfaatan kulit kayu mahoni dalam bentuk tablet suplemen antidiabetes dapat berperan sebagai obat alternatif dengan harga terjangkau (lebih ekonomis) dan praktis untuk

Kawasan Lindung merupakan kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, serta nilai budaya dan sejarah

Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Meningkatnya aktualisasi nilai keagamaan, seni dan budaya dan peranan pemuda serta keolahragaan dalam kehidupan masyarakatdan pembangunan.. Penyelenggaraan festival seni

Dan dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan persalinan nifas bayi baru lahir dan keluarga berencana sesuai dengan standar dalam melaksanakan