• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS PONDA- SI CTRB DAN CHIP SEAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS PONDA- SI CTRB DAN CHIP SEAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS

PONDA-SI CTRB DAN CHIP SEAL

Syaeful Anwar

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Email : syaeful58@gmail.com

Abstract

The road is a land transport infrastructure that is essential in economic relations and facilitate the activities of other social activities. Changes in the area around Jalan Inspection East Tarum of agriculture into the industrial area causes a change in the function of the road that had road inspection into the access road to the industrial area. Changes in the functions that had low traffic increased to medium traffic, so the strength and function of the road should be adjusted to the development, where the existing road is no longer able to serve existing traffic. It is necessary for the proper handling and efficient costs, see the existing condition that tingga road base irregularly should be no innovations to material existing reuse recycle with construc-tion CTRB (Cement Treated Recycling Base) so that the strength of the foundaconstruc-tion structure increases can serve traffic conditions is required. So that the condition CTRB stay protected from the weather and traffic by overburden Chip Seal is the provision of a single layer of asphalt followed by administration of a single layer of Chiping (stone of a certain size, from price comparison between construction purposes foundation class A and Hotmix in terms of lower cost CTRB + chip Seal

Keyword: recycling, CTRB, chip seal

Abstrak

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Perubahan kawasan di sekitar Jalan Inspeksi Tarum Timur dari perta-nian menjadi daerah industri menyebabkan perubahan pada fungsi jalan yang tadinya jalan inspeksi men-jadi jalan akses menuju daerah industri. Perubahan fungsi jalan yang tadinya lalu lintas rendah meningkat menjadi lalu lintas sedang, sehingga kekuatan maupun fungsi dari jalan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan, dimana jalan eksisting sudah tidak mampu lagi melayani lalu lintas yang ada. Untuk itu perlu penanganan yang tepat dan efisien dari biaya, melihat kondisi eksisting yang tingga pondasi jalan yang tidak beraturan perlu ada inovasi agar material eksisting dapat digunakan kembali dengan mendaur ulang yaitu dengan konstruksi CTRB (Cement Treated Recycling Base) sehingga kekuatan struktur pondasi meningkat dapat melayani kondisi lalu lintas yang diperlukan. Agar kondisi CTRB tetap terlindungi dari cu-aca dan lalu lintas diberi lapisan penutup Chip Seal yaitu pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan Chiping (batu dengan ukuran tertentu, dari perbandingan harga antara konstuksi pondasi klas A dan Hotmix ditinjau dari biaya lebih murah CTRB + Chip Seal

(2)

1. PENDAHULUAN

Jalan Inspeksi Tarum Timur adalah ruas jalan lo-kal 2 lajur dua arah dengan volume lalu lintas ren-dah yang berada di wilayah Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat (gambar 1). Jalan ini awalnya hanya berfungsi sebagai jalan inspeksi dari saluran irigasi tarum timur yang merupakan bagian dari jaringan irigasi Waduk Jatiluhur. Seiring dengan perkembangan kawasan industri yang diikuti den-gan meningkatnya jumlah penduduk yang bermu-kim di sekitar saluran, fungsi jalan tersebut menin-gkat menjadi jalan akses untuk beberapa desa dan kegiatan industri baik manufaktur atau pertanian di sepanjang saluran irigasi tarum timur.

Kondisi terakhir jalan pada awal tahun 2010 menun-jukan bahwa perkerasan jalan sudah mengalami kerusakan yang serius. Kurangnya pemeliharaan mengakibatkan kerusakan jalan yang terjadi se-makin bertambah parah, sehingga warga sebagai pengguna harus dihadapkan dengan jalan yang me-miliki tingkat pelayanan rendah, berlubang dan ter-genang air pada musim hujan serta berdebu pada musim kemarau.

1.1. Perkerasan Eksisting

Perkerasan Jalan Inspeksi Tarum Timur adalah jalan beraspal dengan lebar 5 m dengan volume lalu lin-tas harian < 1000 smp/hari. Adapun secara umum komposisi lapis perkerasan yang ada dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

1.2. Survei dan Penyelidikan Lapangan 1.2.1. Survei Kondisi Visual

Pengamatan secara visual yang dilaksanakan pada ruas Jalan Inspeksi Tarum Timur untuk mendata dan mengidentifikasi kondisi perkerasan jalan tersebut. Hasil survey kondisi visual dapat dilihat pada gam-bar 3 berikut:

Hasil survey kondisi visual pada tahun 2009 menun-jukan bahwa kondisi perkerasan Jalan Inspeksi Ta-rum Timur Km. 0+500 – Km. 4+370 dalam keadan rusak berat, tipe kerusakan yang terjadi merupakan kombinasi dari berbagai macam kerusakan seperti retak buaya, jalan berlubang, pelepasan butir agre-gat dan kegagalan pada lapis pondasi jalan.

1.2.2. Tes Pit dan Pengambilan Contoh Mate-rial

Tes pit pada perkerasan dilaksanakan untuk menge-tahui kondisi, jenis dan ketebalan material yang me-nyusun lapis perkerasan jalan. Dari 10 lokasi tes pit yang dilaksanakan pada Km. 0+835 dan Km. 2+528 diperoleh data ketebalan dan jenis material seperti terlihat pada gambar 2.

Contoh material RAP (Reclaimed asphalt pavement) dan RAM (Reclaimed Aggregate Material) pada ked-ua lokasi tes pit kemudian diambil dan dibawa ke Laboratorium BBPJN IV untuk di uji dan digunakan sebagai bahan pembuatan formula campuran ren-cana CTRB.

1.2.3. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer

(DCP)

Pada tabel 1 dibawah ini ditampilkan data hasil pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 juni 2008. 1.2.4. Kesimpulan Hasil Survai dan penyelidi-kan Lapangan

Berdasarkan pengamatan secara visual dan pengu-jian di lapangan, alur dengan retak buaya pada la-pis permukaan adalah jenis kerusakan paling domi-nan pada Jalan Inspeksi Tarum Timur Km. 0+500 – KM. 4+370. Kerusakan tipe ini disebabkan oleh terjadinya deformasi pada lapis pondasi jalan atau Gambar 1. Lokasi Jalan Inspeksi Tarum Timur

Sumber : google earth Mei 2010

Gambar 2. Lapis perkerasan eksisting

Gambar 3. Kondisi Eksisting Jalan Inspeksi Tarum Timur

(3)

pada lapisan tanah dasar, sehingga lapisan diatas-nya yang memiliki tingkat kekakuan (Stiffness) lebih tinggi mengalami retak. Kurangnya daya dukung ta-nah dasar dapat kita lihat dari data hasil pengujian DCP dengan nilai CBR rerata sebesar 4.75 % kurang dari spesifikasi minimum CBR untuk tanah dasar sebesar 6 %.

2. RENCANA PERBAIKAN

2.1. Desain Elevasi Permukaan Jalan

Pada tahap perencanaan telah diputuskan bahwa elevasi muka jalan yang akan diperbaiki akan me-miliki ketinggian kurang lebih sama dengan elevasi awal jalan yang ada. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan efisiensi biaya dan keselamatan peng-guna jalan. Peningkatan elevasi permukaan jalan akan mengakibatkan perbedaan ketinggian antara badan jalan dan bahu jalan bertambah. Perbedaan yang cukup signifikan akan mengakibatkan faktor keselamatan pengguna jalan terganggu, untuk itu maka elevasi bahu jalan yang ada juga harus diting-katkan mengikuti elevasi muka jalan baru dan itu secara langsung akan menambah jumlah biaya yang harus di keluarkan untuk item pekerjaan bahu jalan. Oleh karena itu maka rencana perbaikan diarahkan menggunakan metode perbaikan yang tidak me-nambah elevasi muka jalan secara signifikan. 2.2. Desain Struktur Perkerasan

Desain struktur perkerasan dilakukan dengan mem-pertimbangkan besarnya volume lalulintas harian, kondisi jalan eksisting, kondisi geografis, biaya dan kemudahan pelaksanaan. Pada bagian 1 telah dise-butkan dua opsi desain perkerasan yang dapat

digu-nakan untuk memperbaiki kerusakan Jalan Inspeksi Tarum timur. Desain rencana perbaikan tersebut adalah seperti ditampilkan adalam gambar 4 berikut ini:

Perbaikan dengan pelaksanaan CTRB dan Chip Seal dijadikan pilihan utama dengan dasar pertimbangan berikut :

• Kondisi volume lalulintas harian yang rendah dan didominasi kendaraan ringan sehingga tidak me-merlukan struktur lapis permukaan dengan nilai kekakuan/modulus tinggi. Pada kondisi ini lapis permukaan lebih berfungsi sebagai lapis kedap air serta memberikan kerataan dan kekesatan (skid resistance) pada permukaan jalan.

• Jalan ini merupakan jalan inspeksi yang berada pada tanggul Saluran Irigasi Tarum Timur, se-hingga lapisan tanah dasar dan pondasi jalan akan selalu terpengaruh oleh air yang mengalir pada saluran dan merembes ke dalam tanggul (muka air tanah tinggi). Oleh karena itu diperlu-kan lapis pondasi yang memiliki ketahanan lebih baik terhadap pengaruh air (kondisi drainase dan curah hujan). Lapis pondasi yang di stabilisasi dengan semen memiliki tingkat ketahanan lebih baik dibandingkan dengan lapis pondasi granular. • Untuk lapis pondasi CTRB, agregat yang digu-nakan adalah sebagian besar merupakan agre-gat lama (existing), sehingga peningkatan nilai struktur yang dicapai tidak diikuti secara signifi-kan oleh peningkatan biaya konstruksi.

• Metode recycling juga mereduksi penggunaan material baru sehingga laju kerusakan lingkun-Tabel 1. Nilai CBR tanah dasar hasil pengujian DCP Jalan Inspeksi Tarum Timur, Karawang

(4)

gan dapat dikurangi.

Poin-poin diatas merupakan representasi dari ke-butuhan yang ada, sedangkan karakteristik dan keunggulan dari material CTRB dan Chip Seal send-iri adalah sebagai berikut:

2.3. Cement Treated Recycling Base (CTRB)

Pondasi yang baik merupakan bagian penting dari suatu struktur, tidak terkecuali dengan perkerasan jalan. Lapis pondasi (base) menyediakan ketebalan (thickness) dan kekakuan (stiffness) yang diperlu-kan untuk memikul beban lalu lintas yang melewat-inya.

CTRB adalah lapis pondasi jalan yang diperoleh dari proses daur ulang perkerasan lama yang distabil-isasi semen dengan atau tanpa penambahan agre-gat baru. CTRB memberikan nilai struktur dan nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan lapis pondasi granular karena memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap pengaruh drainase dan daya dukung tanah dasar yang buruk. Keuntungan dari penggunaan material CTRB adalah sebagai berikut:

- Stabilisasi menggunakan semen akan menin-gkatkan kekuatan dan kekakuan material lapis pondasi. Pondasi yang lebih kaku akan mengu-rangi lendutan yang terjadi akibat beban lalu lin-tas, sehingga menghasilkan tegangan yang lebih rendah di permukaan atasnya. Hal ini akan mem-perlambat terjadinya kerusakan permukaan sep-erti fatigue cracking dan memperpanjang umur perkerasan.

- Dukungan yang kuat dan seragam diberikan oleh lapis pondasi CTRB sehingga mengurangi tegan-gan permukaan yang diterima oleh lapisan tanah dasar atau subgrade. Dengan ketebalan yang lebih tipis, lapis pondasi CTRB memiliki kemam-puan lebih baik dalam mereduksi tegangan yang di terima oleh tanah dasar dibandingkan lapis pondasi granular dengan ketebalan lebih tinggi. Sehingga kegagalan subgrade, lubang dan keti-dak rataan jalan berkurang.

- Intrusi air akibat drainase lingkungan yang buruk merupakan musuh utama dari lapis pondasi ja-lan. Perkerasan yang di stabilisasi dengan semen membentuk struktur yang lebih kedap, mence-gah intrusi air kedalam struktur perkerasan se-hingga kekuatan dan kekakuan struktur tetap terjaga bahkan pada kondisi jenuh air sekalipun. - Lapis CTRB dapat mengurangi kemungkinan ter-jadinya pumping dan intermixing subgrade fines. Gambar 5 dibawah ini memperlihatkan bagaimana perlakuan lapis pondasi jalan dalam menyalurkan tegangan pada permukaan tanah dasar/subgrade.

Gambar 5. Mekanisme penyaluran beban dan reduksi tegangan permukaan pada tanah dasar akibat perbedaan jenis material pondasi jalan.

Sumber: www.cement.org 2.4. Chip Seal

Chip seal adalah pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan chiping (gam-bar 6). Pemberian aspal dan chiping ini dapat di-lakukan berkali-kali dengan teknik dan ukuran chip yang sesuai dengan tipe chip seal yang diinginkan. Tujuan dari chip seal adalah untuk memberikan suatu lapisan penutup (seal) pada lapisan pondasi (base) dan untuk memberikan lapisan yang durable dengan tahanan gelincir yang memadai

Untuk chip yang memiliki daya lekat (adhesi) yang rendah ataupun untuk memperpanjang umur chip seal, precoating pada chip yang digunakan perlu dilakukan untuk meningkatkan adhesinya. Precoat-ing juga berguna untuk menghindari permasalahan yang berkaitan dengan debu ataupun kelembaban. Precoating dapat dilakukan dengan menggunakan aspal cair ataupun aspal emulsi yang mengandung adhesion agent 0,5 – 1 % terhadap kandungan bi-tumen. Beberapa bahan tambah yang umumnya di-gunakan sebagai adhesion agent antara lain adalah amine, diamine, megamine ataupun lelamine (An-war et al, 2008).

Pada umumnya semua jenis aspal dapat digunak-an untuk pekerjadigunak-an chip seal, akdigunak-an tetapi untuk mendapatkan sifat adhesi yang baik antara aspal dengan agregat dan mengurangi kepekaan terha-dap temperatur sebaiknya aspal yang digunakan adalah aspal polimer yang memiliki sifat adhesivi-tas dan titik lembek tinggi (diaadhesivi-tas rata-rata tem-peratur perkerasan). Kedua sifat tersebut sangat menentukan tingkat keberhasilan chip seal dalam melayani beban lalu lintas. Dengan menggunak-an aspal polimer ymenggunak-ang memiliki daya adhesi ymenggunak-ang tinggi, maka kemungkinan terjadinya pelepasan bu-tiran chip (ravelling)dapat diminimalisir. Temperatur

(5)

rata-rata perkerasan di daerah Pantura Jawa yang tinggi mengakibatkan adanya kebutuhan terha-dap aspal yang memiliki tingkat kepekaan rendah terhadap perubahan temperatur dan memiliki titik lembek (softening point) tinggi untuk menghindari terjadinya kerusakan fatigue, dan deformasi struk-tur (alur, bleeding, flushing). Pada lapisan chip seal angka titik lembek yang diperlukan untuk meng-hindari terjadinya deformasi harus lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik lembek pada aspal yang digunakan pada hot mix, mengingat pada lapisan chip seal tidak digunakan material filler dan butiran halus yang dapat meningkatkan stabilitas struktur dan mencegah keluarnya aspal (bleeding, flushing) dari campuran seperti pada lapisan hot mix. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan lapis chip seal pada permukaan jalan adalah sebagai berikut:

- Mengembalikan/menambah kekesatan (skid re-sistance) dan memberikan sifat kedap air pada permukaan jalan, baik untuk jalan baru atau per-mukaan jalan lama dengan kondisi struktur yang relatif masih baik.

- Dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat, untuk kegiatan preservasi gangguan lalu lintas akibat adanya pekerjaan perbaikan dapat diminimalisir.

- Memberikan karakteristik tekstur dan kekesatan permukaan yang baik.

- Dapat memberikan profil longitudinal dan kenya-manan berkendara yang baik.

- Mengurangi jumlah penggunaan material agre-gat dan aspal bila dibandingkan dengan lapis hot mix dan perkerasan berpori (porous)sehingga bi-aya yang dikeluarkan untuk panjang jalan yang sama dapat dikurangi.

- Dapat digunakan pada permukaan lapis pondasi (base) untuk jalan baru, dan overlay pada kerasan lama baik perkerasan beton atau per-kerasan lentur.

2.5. Analisis Perencanaan Lapis Perkerasan Dari penjelasan singkat mengenai lapis pondasi CTRB dan lapis permukaan chip seal, untuk jalan dengan volume lalu lintas rendah dan memiliki kondisi eksisting lapis perkerasan yang buruk pili-han rehabilitasi dengan kedua material tersebut dapat menjadi suatu pilihan yang tepat. Selain dili-hat dari segi teknis, biaya pelaksanaan dan penggu-naan material juga harus dilihat sebagai salah satu faktor penting dalam mendesain suatu struktur lapis perkerasan.

Dari gambar 4 kita dapat membandingkan secara umum biaya yang digunakan untuk memperbaiki Jalan Inspeksi Tarum Timur dari kedua opsi yang ada. Dengan membandingkan biaya dari kedua opsi struktur perkerasan tersebut kita dapat memilih opsi mana yang lebih efisien dari segi pembiayaan untuk dilaksanakan.

Rasio perbandingan antara peningkatan kapasitas struktur dan biaya yang dikeluarkan untuk berbagai jenis pondasi jalan dapat kita lihat pada tabel 2 beri-kut ini

Dari tabel tersebut dapat kita hitung selisih biaya pondasi antara kedua opsi perbaikan yang di jelas-kan dalam gambar 4 untuk mengetahui seberapa besar efisiensi biaya yang bisa kita dapat.

- Jika perkerasan dilaksanakan dengan opsi per-tama dimana lapis pondasi menggunakan LP A dan LP B, maka peningkatan kapasitas struktur pondasi dan biaya yang dikeluarkan adalah : Kapasitas Struktur (SN) LP A

Kapasitas Struktur (SN) LP B Rasio Biaya : LP A

LP B

Total biaya untuk pekerjaan pondasi LP A dan LP B adalah 1, 75

- Jika Perkerasan dilaksanakan dengan Opsi ked-ua dimana lapis pondasi menggunakan lapisan Tabel 2. Rasio umur pelayanan dan biaya bahan Catatan : nilai SN dan Biaya pada tabel diatas dihitung

(6)

CTRB, maka peningkatan kapasitas struktur pon-dasi dan biaya yang dikeluarkan adalah :

Kapasitas struktur (SN) CTRB Rasio Biaya : CTRB

Total biaya pondasi CTRB adalah 1,86

gambaran mengenai perbandingan biaya untuk pe-kerjaan chip seal dan hot mix dapat kita lihat dari persentase pengunaan material aspal dan agregat pada kedua tipe lapis permukaan dalam uraian dan gambar 7 berikut ini :

- Penggunaan aspal

Dengan asumsi kadar aspal 6 % untuk lapisan wearing course, maka untuk memproduksi 1 ton hot mix kita akan membutuhkan aspal seban-yak 60kg. Dengan asumsi berat jenis campuran sebesar 2.4 ton/m3, maka untuk mendapatkan

5 cm lapis beraspal kita memerlukan minimal 6 kg/m2 (5.8 liter/m2). Sedangkan jika kita

meng-gunakan single layer chip seal dengan asumsi penggunaan aspal sebesar 1,5 liter/m2 , maka

biaya aspal yang dapat di hemat sekitar 4,5 kg/ m2 hampir 3(tiga) kali kebutuhan aspal untuk

Chip Seal.

- Penggunaan agregat

Jika asumsi kadar aspal pada campuran hot mix adalah sebesar 6 %, maka jumlah agregat yang dibutuhkan untuk 1 ton campuran adalah seban-yak 940 kg. jika ketebalan hamparan hot mix adalah 5 cm berarti setiap 1 ton hot mix dapat

dihampar menjadi 8,3 m2 di lapangan. Dari

ni-lai tersebut jumlah agregat yang digunakan per meter persegi adalah sebesar 113,3 kg/ m2. Jika

kita bandingkan dengan penggunaan single layer chip seal dengan ukuran chip agregat 9 mm den-gan volume pemakaian agregat sekitar 18 kg/ m2, sehingga dapat kita hitung ada penghematan

agregat sekitar 95 kg/m2 hampir lima kali

kebu-tuhan agregat untuk Chip Seal.

Dari perhitungan desain, nilai struktur yang dihi-tung untuk mengakomodasi beban lalu lintas dan memperhatikan kapasitas daya dukung tanah dasar adalah sebesar 5,1, sehingga dengan menggunakan lapis pondasi CTRB struktur jalan tersebut tidak lagi memerlukan lapis permukaan yang memberikan tambahan nilai struktur terhadap lapis perkerasan di bawahnya. Sedangkan jika menggunakan lapis pondasi granular (LP A dan LP B) masih diperlukan tambahan nilai struktur (SN) dari lapis permukaan sebesar 0,4.

Dengan memberikan lapisan hot mix diatas lapis pondasi granular nilai struktur jalan tersebut akan meningkat, tetapi jumlah biaya yang dikeluarkan akan tidak sebanding dengan nilai struktur yang dibutuhkan. Jika kita melihat pada rasio biaya kon-struksi pondasi CTRB, nilainya memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai biaya konstruksi LP A dan LP B, tetapi nilai tersebut dikompensasi dengan rasio peningkatan kapasitas struktur/nilai struk-turnya sehingga biaya yang dibutuhkan untuk lapis permukaan dapat dikurangi dengan jumlah yang cukup signifikan yaitu untuk aspal dapat di hemat sekitar 4,5 kg/m2 hampir tiga kali kebutuhan aspal

dan agregat sekitar 95 kg/m2 hampir 5(lima) kali

kebutuhan agregat.

2.6. Desain rencana campuran material per-kerasan

Setelah jenis struktur perkerasan yang akan dik-erjakan ditetapkan, tahap pekerjaan selanjutnya adalah mempersiapkan desain rencana campuran untuk material struktur perkerasan baik untuk lapis pondasi maupun lapis permukaan.

Desain rencana campuran CTRB dilakukan di labo-ratorium BBPJN IV untuk mendapatkan kadar se-men minimum, kadar air optimum dan nilai berat isi kering pada kadar air optimum campuranyang memenuhi nilai UCS minimal 30 kg/cm2. Resume

desain rencana campuran ditampilkan dalam tabel 3 di bawah ini :

Sedangkan untuk lapisan chip seal dengan mem-perhatikan volume lalu lintas dan temperatur per-kerasan yang berkisar pada 60 °C, maka pekerjaan single layer chip seal yang dilaksanakan adalah tipe ALD 9 mm (Average least dimention), dengan peng-gunaan agregat sebesar 18 kg/m2 dan aspal polimer

E-65 sebesar 1.5 lt/m2. Precoating chip agregat

den-gan aspal emulsi dilakukan sebelum digunakan pada lapis chip seal untuk meningkatkan adhesi antara aspal dan chip agregat. Sedangkan untuk

menin-Gambar 7. Perbandingan wearing course dengan

Chip seal

(7)

gkatkan bonding antara permukaan CTRB dan chip seal, pada permukaan CTRB di berikan lapis prime coat dengan aspal emulsi. Data properties material chip agregat dan aspal polimer E-65 yang digunak-an untuk Jaldigunak-an Inspeksi Tarum Timur ditampilkdigunak-an dalam tabel 4 dan tabel 5 berikut ini :

Material yang digunakan untuk pekerjaan perbaikan Jalan Inspeksi Tarum Timur telah melalui uji labo-ratorium dan dinyatakan memenuhi spesifikasi dan layak untuk digunakan.

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN PERBAIKAN JA-LAN INSPEKSI TARUMTIMUR

Pelaksanaan pekerjaan perbaikan Jalan Inspeksi Tarum Timur mulai direalisasikan pada tanggal 20 April 2010 yang diawali dengan pekerjaan CTRB

pada km. 4+370.

Pelaksanaan Pekerjaan CTRB

Pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi CTRB dilak-sanakan dengan metoda pencampuran dilapangan dengan kadar semen minimum 3,8 % dan kadar air

optimum 10,4 %. Adapun tahapan-tahapan pelak-sanaan pekerjaan CTRB adalah sebagai berikut: • Penyiapan permukaan jalan, termasuk

pembersi-han dan pengalipembersi-han arus lalulintas.

• Penggemburan perkerasan lama dengan alat WR 2500s sesuai dengan kedalaman 30 cm sesuai rencana (gambar 8).

• Pemadatan kembali ke elevasi awal jalan. Tabel 4. Resume hasil pengujian properties agregat ex. Crusher PT. Kadi Internasional

(8)

• Ukur kadar air RAM kemudian hamparkan semen (PC) pada permukaan jalan sesuai dengan kadar semen minimum pada formula campuran ren-cana (gambar 9).

• Lakukan pencampuran RAP dan RAM dengan semen dan air menggunakan alat WR 2500s, Gambar 8. Penggemburan perkerasan lama.

Gambar 9. Penghamparan semen.

Gambar 10. Pencampuran RAM, semen dan air.

Gambar 11. Pemadatan dengan Sheep foot roller .

Gambar 12. Pemadatan dengan Vibro roller

Gambar 13. Pembentukan kemiringan dan elevasi muka jalan.

Gambar 14. Pemadatan akhir dengan alat penggilas roda karet.

Gambar 15. Curing dengan menggunakan water tank.

(9)

penambahan air sesuai dengan kadar air opti-mum rencana dengan memperhatikan kadar air awal RAP dan RAM (gambar 10).

• Padatkan campuran CTRB dengan Sheep Foot Roller untuk pemadatan lapisan bawah dan Vibro Roller untuk lapis permukaan (gambar 11 dan gambar 12)

• Bentuk kemiringan dan elevasi muka jalan den-gan menggunakan motor grader sesuai desain rencana (gambar 13).

• Pemadatan akhir lapisan CTRB dengan menggu-nakan penggilas roda karet (gambar 14).

• Lakukan Curing untuk menghindari terjadinya retakan yang diakibatkan dari proses hidrasi se-men (gambar 15).

3.1. Pelaksanaan Pekerjaan Chip seal

Pelaksanaan pekerjaan single layer chip seal dilak-sanakan dengan menggunakan alat Synchronous Chip Sealer/Binder-Chip Spreader (gambar 16) yang mengintegrasikan aspal sprayer dengan agregat/ chip spreader. Keunggulan metode pelaksanaan dengan menggunakan metode ini adalah waktu an-tara penyemprotan aspal kepermukaan jalan den-gan penaburan agregat/chiping hampir bersamaan

sehingga suhu aspal masih dalam kondisi panas ke-tika ditaburi agregat, akibatnya lekatan aspal den-gan agregat akan menjadi lebih kuat.

Untuk tahapan pelaksanaan pekerjaan chip seal, lproses pengerjaannya adalah sebagai berikut : • Penyiapan permukaan jalan, termasuk

pembersi-han dan pengalipembersi-han arus lalulintas. Gambar 16. Syncronous Chip Sealer/Binder –

Chip Spreader.

Gambar 17. Pelaksanaan Pekerjaan Prime Coat.

Gambar 18. Proses loading chip agregat ke-dalam bin Syncronous chip sealer.

Gambar 19. Proses kalibrasi alat.

Gambar 20. Pelaksanaan Pekerjaan Chip Seal den-gan alat Syncronous chip sealer.

Gambar 21. Pemadatan dengan Penggilas Roda Karet

(10)

• Lakukan precoating terhadap agregat/chip untuk meningkatkan adhesivitas antara aspal dan chip agregat, pada pekerjaan ini precoating dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan aspal emulsi terhadap chip agregat dengan ukuran maksimal 9 mm. • Semprotkan aspal emulsi sebagai lapisan prime

coat pada permukaan lapisan CTRB (gambar 17) sebelum pekerjaan chip seal dilaksanakan untuk memberikan lekatan/bonding yang kuat antara chip seal dengan lapisan CTRB.

• Setelah pekerjaan prime coat selesai, maka pe-kerjaan chip seal siap untuk dikerjakan. Aspal polimer E-65 dan chip agregat dengan uku-ran maksimum 9 mm yang sudah di precoating dimuat ke atas tangki dan bin pada synchronous chip sealer (gambar 18).

• Lakukan kalibrasi alat (gambar 19) untuk men-getahui besar bukaan chip spreader dan aspal sprayer serta kecepatan laju kendaraan yang sesuai dengan rencana pekerjaan chip seal (agregat 18 kg/m2, aspal 1.5 lt/m2)

• Setelah proses kalibrasi alat selesai, pekerjaan chip seal siap dilaksanakan dengan kecepatan alat 10 km/jam (gambar 20).

• Setelah aspal dan agregat dihamparkan, laku-kan pemadatan dengan menggunalaku-kan penggilas roda karet. (gambar 21)

3.2. Pengendalian Kualitas Pekerjaan

Tingkat keberhasilan pekerjaan perbaikan Jalan In-speksi Tarum Timur Sangat ditentukan oleh pros-es pengendalian kualitas pekerjaan selama prospros-es konstruksi jalan berlangsung. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, maka pengawasan dan pengu-jian yang ketat dilakukan pada setiap tahapan pe-kerjaan, seperti pengujian kuat tekan/UCS dan sand cone untuk pekerjaan CTRB dan proses kalibrasi alat pada pelaksanaan pekerjaan chip seal. Hasil

pen-gujian UCS dan sand cone CTRB dapat dilihat dalam tabel 6 dan tabel 7.

Dari kedua tabel diatas, hasil pekerjaan CTRB un-tuk pekerjaan Jalan Inspeksi Tarum Timur dapat dinyatakan baik dan layak digunakan sebagi lapis pondasi jalan.

4. KESIMPULAN

1) Dari hasil Survay Lapangan Kondisi jalan Eksist-Gambar 22. JalanInspeksi Tarum Timur

den-gan lapis pondasi CTRB dan Bitumen surface treatment dengan single layer chip seal.

Tabel 6. Resume hasil pengujian UCS

(11)

ing dalam keadaan rusak berat, tipe kerusakan yang terjadi merupakan kombinasi dari berbagai macam kerusakan seperti retak buaya, jalan ber-lubang, pelepasan butir agregat dan kegagalan pada lapis pondasi

2) Daya dukung tanah (CBR) hasil DCP antara 2,53 - 9,47 % rerata 4,75 % kurang dari spesifikasi minimum CBR untuk tanah dasar sebesar 6% 3) Hasil perhitungan desain untuk 10 (sepuluh)

ta-hun membutuhkan Struktur Number (SN) 5,1 terhadap perkerasan eksisting yang ada.

4) Perbandingan pilihan konstruksi yang akan digu-nakan pada pelaksanaan adalah sebagai berikut: a) Opsi 1 menggunakan podasi dengan Kontrusi

LPA tebal 15 cm dan LPB tebal 20 cm dengan Struktur Number (SN) = 4,7 sementara kebu-tuhan SN adalah 5,1 sehingga masih diperlukan lapisan Surface menggunakan Wearing Course tebal 5 cm Struktur Number(SN) = 0,28 x 5 = 1,4 jumlah keseluruhan SN = 6,1

b) Opsi 2 menggunakan CTRB Struktur Number (SN) = 5,1 kebutuhan SN terpenuhi dan tidak perlu lagi tambahan, tetapi sebagai surface treatmen perlu di lapis dengan Chip Seal.

c) Dari dua opsi tersebut opsi 2 dengan pondasi CTRB dan Surface Chip Seal masih mampu untuk mendukung Struktur Number (SN) 5,1

5) Pilihan Desain Struktur pekerasan dari ke dua opsi ditinjau dari Rasio umur pelayanan dan bi-aya bahan lapis pondasi adalah sebagai berikut: a) Opsi 1 pondasi LPA dan LPB = 1,75 dan Opsi 2

pondasi CTRB = 1,86 berarti lebih mahal opsi 2 tetapi apabila di bandingkan dengan surface nya untuk aspal butuh 3(tiga) kali kebutuhan untuk Chip Seal dan untuk Agregatnya butuh 5(lima) kali kebutuhan agregat untuk Chip Seal.

b) Dari hasi perhitungan harga jauh lebih mengun-tungkan menggunakan Opsi 2 walaupun pada pondasi sedikit lebih mahal tetapi dari SN lebih tinggi

6) Pilihan konstruksi untuk mengatasi kondisi ling-kungan sekitar yaitu dengan sungai dan kondisi tanah dasar dibawah batas spesifikasi, pilihan opsi 2 menggunakan pondasi CTRB dan Sur-face Chip Seal merupakan pilihan yang tepat, ditinjau dari kebutuhan SN masih mampu untuk mendukung lalulintas dan dari biaya pelaksanaan ternyata lebih murah

DAFTAR PUSTAKA

1. Wirtgen, 2004, “Wirtgen Cold Recycling Manual”, 2th Edition, Germany.

2. Depertemen Pekerjaan Umum, (2007), Spesifi-kasi Umum – Seksi 6.2, Laburan Aspal Satu La-pis (Burtu) dan Laburan Aspal Dua LaLa-pis (Burda), Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

3. Depertemen Pekerjaan Umum, (1995), Tatacara Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) untuk Perkerasan Jalan, SNI 03-3979-1995, De-pertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

4. Depertemen Pekerjaan Umum, (1995), Tatacara Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda) untuk Perkerasan Jalan, SNI 03-3980-1995, De-pertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

5. Depertemen Pekerjaan Umum, (2002), Spesifi-kasi Bahan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) dan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda), SNI 03-6750-1995 Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia. 6. Depertemen Pekerjaan Umum, (1983), Petun-juk Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Bur-tu), No.08/PT/B/1983, Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

7. Depertemen Pekerjaan Umum, (1983), Petun-juk Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Bur-da), No.14/PT/B/1983, Depertemen Pekerjaan Umum, Indonesia.

8. Direktorat Bina Marga, (2007), Spesifikasi Khu-sus “Cement Treated Recycling Base dan Sub-Base (CTRB & CTSB) dicampur di tempat (Mix In Place)

9. http://www.cement.org/pavements/pv_fdr_ start.asp, Cement Treated Base (CTB) (2010)

Gambar

Gambar 1. Lokasi Jalan Inspeksi Tarum Timur Sumber : google earth Mei 2010
Gambar 4. Opsi desain perkerasan pada Jalan Inspeksi Tarum Timur
Gambar 5. Mekanisme penyaluran beban dan
Tabel 5. Resume hasil pengujian properties aspal polimer E-65
+3

Referensi

Dokumen terkait

(LASTON BAWAH), adalah pada umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal

Banyak programmer tergoda untuk menghasilkan kode yang terlalu rumit atau terlalu sulit untuk dipertahankan, dan menambahkan komentar padanya, daripada menulis ulang dengan

Jika kita menggunakan dasar Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008 sebagai dasar pengenaan pajak maka dua jenis jasa diatas dapat kita kelompokkan kedalam jasa pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan untuk mendesain suatu sistem yang mampu menghitung spermatozoa dalam data sampel citra mikroskop digital menggunakan metode labelling dan

Kegiatan tersebut berasal dari pajak yang diperoleh dan digunakan untuk belanja barang dan jasa.. Berdasarkan diagram tersebut, ditunjukkan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan

1) Informasi Pasar Kerja yang selanjutnya disebut IPK Adalah keterangan mengenai karakteristik dan persediaan tenaga kerja. 2) Penyuluhan Bimbingan Jabatan Adalah

1 HPK1: Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan.. 2 HPK2: Rumah sakit mendukung hak pasien dan