• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM. Mezi Radiya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM. Mezi Radiya"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN

PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM

Mezi Radiya

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan keanekaragaman tanaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologi dan hubungan kekerabatan dari berbagai tanaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologinya. Penelitian ini dilakukan di 16 Kecamatan di Kabupaten Agam pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan survey langsung ke lapangan karena penelitian ini bersifat deskriptif. Hasil penelitian karakterisasi tanaman pisang di Kabupaten Agam yang telah diidentifikasi terdapat 20 jenis pisang yaitu: 1) pisang rotan, 2) pisang gadang, 3) pisang jantan, 4) pisang raja, 5) pisang raja sereh, 6) pisang manis, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang lidi, 10) pisang sirandah (dengan batang tinggi), 11) pisang sirandah (dengan batang rendah atau pisang ateng), 12) pisang manis rao, 13) pisang siraok, 14) pisang pinang, 15) pisang telur, 16) pisang mundam, 17) pisang susu, 18) pisang keling, 19) pisang pulut, dan 20) pisang timbago. Berdasarkan hasil dendogram dari 20 jenis pisang berdasarkan karakteristiknya, yang termasuk kekerabatan pisang yang terdekat dengan koefisien 0,92 adalah pisang manis dengan pisang keling, tingkat kemiripannya yaitu 92 %, dan yang termasuk kedalam koefisien 0,35 atau hubungan kekerabatan yang paling jauh yaitu pisang manis dan pisang keling dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %.

Kata kunci: Karakterisasi, morfologi, pisang, Kabupaten Agam

MORPHOLOGICAL CHARACTERIZATION OF BANANA CROP (Musa paradisiaca L.) AT AGAM MUNICIPALITY

ABSTRACT

The purpose of this experiment is to find out and get the banana crop diversity based on kinship and characterization of banana plants based on morphological. This experiment is carried out using direct survey because of the spaciousness of this experiment are descriptive. Characterization of banana plants experiment results in the Agam Municipality have been identified there are 20 varieties of banana are: 1) pisang rotan, 2) pisang gadang, 3) pisang jantan, 4) pisang raja, 5) pisang raja sereh, 6) pisang manis, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang lidi, 10) pisang sirandah (dengan batang tinggi), 11) pisang sirandah (dengan batang rendah atau pisang ateng), 12) pisang manis rao, 13) pisang siraok, 14) pisang pinang, 15) pisang telur, 16) pisang mundam, 17) pisang susu, 18) pisang keling, 19) pisang pulut, dan 20) pisang timbago. Based on the results of the 20 varieties of banana dendogram based on his chaeacterization, that included a banana that is closest to kindship coefficient 0,92 is the

(2)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 2

Pisang Manis with Pisang Keling, the level of similarity that is 92%, and it contains the coefficient of 0,35 or the most distan kinship is Pisang Manis and Pisang Keling with Pisang Pinang, only 35% similarity level.

Key Words: Characterization, morphology, banana, Agam Municipality.

PENDAHULUAN

Pisang merupakan komoditas buah yang sangat potensial dikembangkan untuk menunjang ketahanan pangan. Hal ini karena pisang memiliki keunggulan yang dibutuhkan, nutrisi, pelengkap, produktivitas dan kemampuan untuk mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Produksi pisang di Indonesia menduduki tempat kelima dunia dengan besaran 3,6 juta ton atau 5 persen dari produksi dunia (Departemen Pertanian, 2006). Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan sumber karbohidrat lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras khususnya di daerah rawan pangan.

Pisang memberikan kontribusi terhadap produksi buah nasional yang mencapai 34% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012) yaitu 6.189.052 ton dari 16.348.456 ton produksi buah nasional. Sebaran daerah produksi pisang hampir di seluruh wilayah di Indonesia, dengan sebaran produksi tertinggi berada di Pulau Jawa, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu sebesar 5.108.377 ton atau 63,7% dari total produksi pisang nasional, sedangkan didaerah lainnya seperti Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebesar 940.390 ton atau 19,3%, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara sebesar 6%, sisanya dari Nusa Tenggara, Bali dan Kalimantan.

Sumatera Barat merupakan salah satu sentral pisang. Produksi pisang di Sumatera Barat tahun 2012 mencapai 100.525 ton, jika dibandingkan dengan tahun

(3)

2010 yang hasilnya 137.348 ton, maka ditahun 2012 mengalami penurunan sebesar 36.823 ton. Penurunan produksi ini salah satunya disebabkan karena menurunnya luas panen dan produktivitas. Tahun 2010 luas panen pisang seluas 2.134,38 ha turun menjadi 2.129,34 hektar di tahun 2012. Begitupun halnya dengan produksi pisang, dimana, pada tahun 2011 sebesar 1.64,64 kw/ha turun menjadi 15,43 kw/ha. Daerah sentral pisang di Sumatera Barat, antara lain: Padang Pariaman (21,530 ton), 50 Kota (30,774 ton), Tanah Datar (21,145 ton), Agam (26,487 ton), dan Pasaman (10,588 ton) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat, 2012). Kabupaten Agam merupakan salah satu daerah pengembangan dan sentra produksi pisang di Sumatera Barat yang tersebar hampir diseluruh kecamatan (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, 2011).

Peningkatan produksi pisang tidak terlepas dari permasalahan teknik budidaya yang belum intensif, dan serangan hama dan penyakit pada tanaman pisang. Hama adalah organisme pengganggu dan merusak tanaman serta menyebabkan kerugian ekonomis, sedangkan penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi tumbuhan yang terganggu (abnormal akibat faktor abiotik maupun biotik secara terus menerus). Penyakit layu fusarium atau sering disebut penyakit panama pada tanaman pisang disebabkan oleh Fusarium Oxysporum Cubense (FOC). Penyakit ini merupakan penyakit paling berbahaya yang menyerang tanaman pisang dengan kerugian lebih dari 35 %. Penyakit ini menular melalui tanah, menyerang akar dan masuk kedalam bonggol pisang, dan merusak pembuluh sehingga tanaman layu dan akhirnya mati (Kalshoven 2000). Terbatasnya bibit pisang yang sehat dari kultivar unggul, dan beragam kultivar yang ditanam serta masalah utama yang sering menjadi kendala utama (Sinaga,

(4)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 4

2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan varietas unggul lokal yang memiliki tingkat ketahanan yang lebih tahan terhadap hama.

Erosi genetik jenis pisang lokal yang serius akibat diintroduksinya varietas unggul hasil pemuliaan, hal ini dapat mengancam kelestarian plasma nutfah jenis-jenis pisang lokal, yang merusak ketahanan terhadap penyakit. Menurut Jones (1991) dan Stover (1972), cit. Edison, Sutanto, Hermanto, dan Harahap (2001), kendala utama pengembangan tanaman pisang unggul adalah penyakit Fusarium dan Sigatoka. Fusarium menyerang hampir semua pisang unggul jenis Gross Michael di Amerika latin yang menyebabkan musnahnya 50.000 ha tanaman pisang sampai pertengahan abad 20. Bila hal ini dibiarkan terus menerus, tidak mustahil dunia ataupun daerah akan kehilangan sumber daya genetik yang diperlukan untuk dipilih dan dirakit menjadi varietas unggul.

Varietas unggul pisang diharapkan memiliki produktivitas tinggi, mutu baik, umur genjah, tahan terhadap hama penyakit tertentu dan toleran terhadap cekaman lingkungan. Untuk menghasilkan varietas unggul yang diinginkan diperlukan keanekaragaman yang tinggi. Di Indonesia keanekaragaman pisang cukup tinggi, namun belum banyak diketahui karakteristiknya. Untuk menunjang perakitan varietas unggul pisang, baik untuk konsumsi segar maupun olahan, perlu dilakukan evaluasi terhadap plasma nutfah yang ada. Informasi yang diperoleh dari evaluasi tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai materi perbaikan karakter melalui program pemuliaan tanaman.

Karakter marfologi dianggap masih belum cukup untuk mencari kedudukan yang jelas sehingga perlu metode lain sebagai komplemen untuk

(5)

mengevaluasi kekerabatan, namun karakterisasi secara morfologi merupakan informasi awal yang diperlukan dalam upaya mencari karakter unggul dan keragaman yamg ada masih di perlukan, (Santos et al., 2003)

Karakterisasi morfologi tanaman pisang sangat diperlukan sebagai pendukung untuk perakitan varietas unggul melalui identifikasi sumber plasma nutfah yang ada. Identifikasi adalah pengenalan terhadap suatu hal dengan mengamati sifat–sifat khasnya yang dapat dibedakan secara visual mudah diamati dengan mata biasa dan muncul pada semua kondisi lingkungan.

Kusumawati dan Syukriani (2008) telah melakukan identifikasi dan karakterisasi morfologi genotipe tanaman pisang di Kecamatan IV Koto terdapat 15 jenis pisang, yaitu: 1) pisang sirandah, 2) pisang ateng, 3) pisang talua, 4) pisang lidi, 5) pisang rajo sarai, 6) pisang kalek, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang rajo, 10) pisang gadang, 11) pisang tanduak, 12) pisang kota, 13) pisang palapah, 14) pisang puluik, dan 15) pisang jantan. Mengingat luasnya pengembangan pisang di Kabupaten Agam, hasil penelitian tersebut belum bisa memberikan informasi yang lengkap terkait dengan penyebaran pisang di Kabupaten Agam.

Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian mengenai “Karakterisasi Marfologi Tanaman Pisang (Musa Paradisiaca L.) di Kabupaten Agam”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan keanekaragaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologi dan untuk mengetahui hubungan kekerabatan dari berbagai pisang berdasarkan karakterisasi morfologinya.

(6)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 6

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan dalam bentuk survey di Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Mei sampai Agustus 2013.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanaman pisang. Alat-alat yang digunakan meliputi: meteran, timbangan, label, color chart, kamera digital Sony 16 MP, dan alat-alat tulis.

Penelitian ini dilakukan dengan survey langsung kelapangan karena penelitian ini bersifat deskriptif. Pada daerah yang dijadikan sampel dilakukan pengumpulan data baik dengan wawancara pada petani, mengamati dan mengukur tanaman pisang yang dijadikan sampel yang telah memasuki fase generatif. Pelaksanaan Penelitian

Survey Pendahuluan

Survey ini dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, kemudian survey langsung ke lapangan, selain juga diperoleh dari wawancara dengan masyarakat yang ada di Kabupaten Agam. Pengambilan sampel dilakukan di setiap kecamatan di Kabupaten Agam yang telah dilakukan survey.

Sampel dari setiap Kecamatan diberi label agar tidak terjadi pertukaran data dari setiap daerah, Kecamatan Lubuk Basung ditandai dengan (KPA100), Kecamatan Tanjung Mutiara (KPA101), Kecamatan Ampek Nagari (KPA 102), Kecamatan Tanjung Raya (KPA 103), Kecamatan Matur (KPA 104), Kecamatan

(7)

Ampek Koto (KPA 105), Kecamatan Banu Hampu (KPA 106), Kecamatan Sungai Pua (KPA 107), Kecamatan IV Angkat Candung (KPA 108), Kecamatan Candung (KPA 109), Kecamatan Baso (KPA 110), Kecamatan Tilatang Kamang (KPA 111), Kecamatan Kamang Magek (KPA 112), Kecamatan Palembayan (KPA 113), Kecamatan Palupuah (KPA 114), Kecamatan Malalak (KPA 115).

Karakterisasi morfologi dilaksanakan berdasarkan pengamatan secara kuantitatif terhadap tinggi tanaman, warna tepi tangkai daun, keadaan tepi tangkai daun, ketegakkan daun, bentuk pangkal daun, bercak pada pangkal tangkai daun, warna bercak tangkai daun, warna permukaan daun atas, warna permukaan daun bawah, tipe kanal, warna kulit batang, permukaan batang, bercak pada batang semu, untuk batang langsung diamati di lapangan. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif antara laina: lingkar bonggol batang, lebar daun, panjang tangkai daun, panjang sayap daun, lebar sayap daun, berat per buah, dan panjang per buah. Hasil pengamatan diberi skoring, yang disajikan pada Lampiran 2 (Sahrawat, Sharma, dan Singhrot, 2004).

Pengamatan data dilakukan dengan pengumpulan data terhadap sampel dengan melihat tabel penelitian/karakterisasi morfologi dan mengacu kepada Tjitrosoepomo (1994) dan IPGRI, 1996.

Karakterisasi morfologi yang dideskripsikan berdasarkan survey dilapangan, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diberi skoring dan kuantitatif diberi skoring berdasarkan ukuran tertentu. Data karaktersiasi dianalisis menggunakan PC program Numerical Taxanomy System (NTsys Versi. 2.2) dengan menggunakan program/metode Unweighted Pair-Group Method Arithmatic (UPGMA).

(8)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi Batang

Karakterisasi morfologi batang dari 20 jenis tanaman pisang menunjukkan variasi. Hasil identifikasi karakterisasi morfologi batang tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakterisasi morfologi batang pisang

No Sampel Warna Batang

Semu Bercak Pada Batang Semu Lingkaran Bonggol Batang (cm) 1 Pisang rotan Merah Kehijauan

(5RG 6/2)

Merah (10R 6/2) 86

2 Pisang gadang (Musa paradisiaca Robusta)

Kuning Kehijauan (5GY

7/2)

Merah (10R 6/2) 77

3 Pisang jantan (Musa paradisiaca Sapientum)

Kuning (5Y 6/4) Coklat (5YR 6/4) 73

4 Pisang raja sereh (Musa paradisiaca Silk) Kuning Kehijauan (5GY

7/2)

Coklat (5YR 6/4) 92

5 Pisang manis Kuning

Kehijauan (5GY 7/2)

Coklat (5YR 6/4) 78

6 Pisang batu (Musa brachycarpa) Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) 110

7 Pisang lidi Kuning

Kehijauan (5GY 7/2)

Coklat (5YR 6/4) 60

8 Pisang tinalun Merah Kehijauan (5RG 6/2)

Merah (10R 6/2) 115

9 Pisang sirandah bt tinggi (Musa acuminata, Dwafr cavendish)

Merah Muda Keunguan (5RP 6/2) Keunguan (5P 6/2) 84

10 Pisang manis rao Merah (10R 6/2) Keunguan (5P 6/2)

98

11 Pisang siraok Hijau (5G 7/4) Merah (10R 6/2) 89 12 Pisang pinang Merah Kehijauan

(5RG 6/2)

Coklat (5YR 6/4) 82

13 Pisang telur Merah Kehijauan (5RG 6/2)

Keunguan (5P 6/2)

79

14 Pisang mundam Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) 83 15 Pisang susu Merah (10R 6/2) Coklat (5YR 6/4) 72 16 Pisang sirandah bt rendah (Musa

acuminata, Dwafr cavendish)

Merah Muda Keunguan (5RP

6/2)

Merah (10R 6/2) 65

17 Pisang keling (Musa paradisiaca Colla) Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) 92

18 Pisang pulut Kuning

Kehijauan (5GY

(9)

7/2) 19 Pisang timbago (Musa velutina) Merah Muda

Keunguan (5RP 6/2)

Merah (10R 6/2) 85

20 Pisang raja (Musa textila, Grindy) Merah (10R 6/2) Merah (10R 6/2) 75

Tabel 1 terlihat adanya variasi terhadap warna batang semu masing-masing jenis pisang. Pengamatan dilakukkan dengan menggunakan Color Chart ini secara garis besar menghasilkan 6 macam warna batang semu, pisang jantan termasuk kedalam warna batang semu berwarna kuning (5Y 6/4), pisang gadang, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang manis rao, dan pisang pulut termasukberwarna kuning kehijauan (5GY 7/2), pisang rotan, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang pinang, dan pisang telur berwarna merah kehijauan (5RG 6/2), pisang batu, pisang mundam, pisang keling, dan pisang siraok yang berwarna hijau (5G 7/4), pisang raja, dan pisang susuberwarna merah (10R 6/2), pisang sirandah batang rendah dan pisang timbago berwarna merah muda keunguan (5RP 6/2). Hasil dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008), terdapat empat jenis warna batang semu, yaitu: merah, kuning kemerahan, kuning, dan hijau di Kecamatan IV Koto.

(a) ( b) (c) (d) (e) (f) Gambar 1: Warna batang semu dari semua jenis pisang yaitu, (a) kuning, (b)

kuning kehijauan, (c) merah kehijauan, (d) hijau, (e) merah, dan (f) merah muda keunguan. (Sumber : dok. Mezi:2013).

(10)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 10

Gambar 1 menunjukkan variasi warna batang semu dari 20 jenis pisang yang dilakukan identifikasi, secara garis besar terdapat 6 warna batang semu pisang. Hal ini sesuai dengan pernyataan IPGRI (1996), warna batang semu jenis pisang terdapat 6 warna batang semu.

Pengamatan terhadap warna bercak pada batang semu yang telah dilakukan survey memiliki 3 variasi, yaitu pisang rotan, pisang gadang, pisang raja, pisang tinalun, pisang siraok, pisang sirandah batang rendah, pisang timbago berwarna merah, pisang telur berwarna keunguan, pisang jantan, pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang lidi, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang pinang, pisang mundam, pisang susu, pisang keling, dan pisang pulut dan termasuk kedalam warna coklat. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), dimana warna bercak pada batang semu pisang memiliki tiga warna bercak.

(a) (b) (c)

Gambar 2. Warna bercak pada batang semu dari semua jenis pisang: (a) merah, (b) keunguan, (c) coklat. (Sumber : doc. Mezi:2013).

Pengamatan terhadap lingkar bonggol menunjukkan adanya variasi dari 20 jenis pisang, lingkar bonggol batang terbesar adalah pisang batu yaitu 110 cm, sedangkan lingkar bonggol yang paling kecil adalah pisang lidi yaitu sebesar 60 cm.

(11)

Pengamatan terhadap karakter morfologi daun pisang meliputi ketegakkan daun, warna tepi pelepah daun, bentuk tepi pelepah daun, bentuk pangkal daun, tipe kanal, bercak pada pangkal pelepah daun, warna bercak pelepah daun, warna permukaan atas daun, warna permukaan bawah daun, lebar daun, panjang tangkai daun, panjang sayap daun, dan lebar sayap daun. Hasil pengamatan dan pengukuran disajikan pada Tabel 2

(12)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 12

No Sampel KD WTPD KTPD BPD TK BPPPD WBPD WPAD WPBD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pisang rotan

Menengah Hitam Bersayap dan menjepit batang Satu sisi membulat

Terbuka dengan tepi yang melebar

kesamping

Bercak Kecil

Coklat tua Hijau Hijau sedang

2 Pisang gadang

Menengah Hitam Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua sisinya

Terbuka dengan tepi tegak

Bercak besar

Coklat tua Hijau kekuningan

Hijau kekuningan 3 Pisang

jantan

Menengah Hijau Bersayap dan menjepit batang Satu sisi membulat

Terbuka dengan tepi tegak

Bercak besar

Coklat tua Hijau sedang

Hijau kekuningan

4

Pisang rajo Menengah Hitam Bersayap dan tidak menjepit batang

Runcing dua sisinya

Tepi menutup Bercak kecil

Coklat tua Hijau Hijau kekuningan 1 1 5 Pisang rajo sarai Melengkung kebawah Merah muda keunguan

Bersayap dan tidak menjepit batang Satu sisi membulat

Lurus dengan tepi tegak

Bercak besar

Coklat Hijau Hijau

kekuningan 6 Pisang

manis

Tegak Merah muda keunguan

Bersayap dan bergelombang Runcing dua sisinya

Lurus dengan tepi tegak Bercak kecil Coklattua Hijau sedang Hijau kekuningan 7 Pisang batu

Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Tepi menutup Tidak memiliki bercak

Coklat Hijau Hijau sedang

Runcing dua sisinya Lurus dengan tepi tegak Bercak besar Coklat kehitaman Hijau sedang Hijau sedang 8 Pisang lidi

Menengah Merah muda keunguan

Bersayap dan tidak menjepit batang

9 Pisang tinalun

Menengah Merah muda keunguan

Bersayap dan menjepit batang Satu sisi membulat Lurus dengan tepitegak Bercak kecil Coklat kehitaman Hijau Hijau kekuningan 10 Pisang Tegak Merah muda Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat Terbuka dengan Bercak Coklatkehita Hijau Hijau sedang Tabel 2. Karakterisasi Morfologi Daun Pisang

(13)

Keterangan: KD (ketegakan daun), WTPD (warna tepi pelepah daun), KTPD (keadaan tepi pelepah daun), BPD (bentuk pangkal daun), TK (tipe kanal), BPPPD (bercak pada pangkal pelepah daun), WBPD (warna bercak pelepah daun), WPAD (warna permukaan atas daun), WPBD (warna permukaan bawah daun).

sirandah bt tinggi

keunguan kedaunya tepi tegak kecil man

11 Pisang manih rao

Menengah Merah muda keunguan

Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya

Lurus dengan tepi tegak Bercak besar Coklat Hijau sedang Hijau kekuningan 12 Pisang siraok

Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya

Lurus dengan tepi tegak

Bercak kecil

Coklat Hijau Hijau sedang

13 Pisang pinang

Menengah Merah muda keunguan

Bersayap dan tidak menjepit batang Satu sisi membulat

Lurus dengan tepi tegak

Bercak besar

Coklatkehita man

Hijau Hijau sedang

14 Pisang talua

Tegak Merah muda keunguan

Bersayap dan bergelombang Satu sisi membulat Terbuka dengan tepi melebar kesamping Bercak besar Coklatkehita man Hijau Merah keunguan 15 Pisang mundam

Tegak Hijau Bersayap dan menjepit batang Membulat

keduanya Terbuka denga tepi melebar kesamping Bercak besar

Coklat Hijau Hijau sedang

16 Pisang susu 1 Menengah 2 Merah muda keunguan 3

Bersayap dan menjepit batang

4

Runcing dua sisinya

5

Lurus dengan tepi tegak 6 Bercak besar 7 Coklat tua 8 Hijau 9 Hijau sedang 10 17 Pisang sirandah bt rendah

Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Terbuka dengan tepi melebar kesamping Bercak besar Coklat kehitaman

Hijau Hijau sedang

18 Pisang kalek

Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya

Terbuka dengan tepi tegak

Bercak kecil

Coklat Hijau Hijau sedang

19 Pisang pulut

Menengah Hitam Bersayap dan menjepit batang Runcing dua sisinya

Tepi menutup Bercak kecil

Coklat tua Hijau Hijau sedang

20 Pisang timbago

Menengah Merah muda keunguan

Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua sisinya

Lurus dengan tepi tegak Bercak besar Coklat kehitaman Hijau sedang Hijau kekuningan

(14)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

(15)

Tabel 2 menunjukkan bentuk tepi pangkal daun (petiolus) pisang, secara umum memperlihatkan ada 3 variasi, dilihat dari bentuk tepi pangkal pelepah daun pisang. Variasi yang ada bila dikaitkan dengan jenis pisang yang ada, tepi pelepah daun menjepit batang adalah pisang rotan, pisang jantan, pisang manih rao, pisang mundam, pisang susu, dan pisang pulut, yang termasuk ke dalam tipe tidak menjepit batang adalah pisang gadang, pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, dan pisang timbago, yang termasuk ke dalam tipe bergelombang adalah pisang manis, dan pisang telur. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), dimana bentuk dari tepi pelepah daun pisang terdapat tiga bentuk tepi pangkal pelepah daun.

(a) (b) (c)

Gambar 3: Bentuk tepi pelepah daun dari semua jenis pisang yaitu: (a) bersayap dan menjepit batang, (b) bersayap dan tidak menjepit batang, (c) bersayap dan bergelombang. (Sumber : dok. Mezi:2013)

Warna tepi pelepah daun pisang di Kabupaten Agam juga terdapat variasi. Hasil survey yang telah dilakukan terhadap 20 jenis pisang, pisang jantan, pisang batu, pisang siraok, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, pisang yang termasuk warna tepi pelepah daun berwarna hijau (7,5 GY

(16)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 16

3/2), pisang rotan, pisang gadang, dan pisang pulut yang termasuk kedalam warna hitam (N1), pisang raja, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang pinang, pisang telur, pisang susu, dan pisang timbago termasuk kedalam warna merah muda keunguan (5RP 6/2). Warna tepi tangkai daun dari IPGRI (1996) juga terdapat tiga warna tepi pelepah daun.

Warna tepi pelepah daun pisang yang telah diidentifikasi dari 20 jenis pisang, yang secara garis besar terdapat 3 variasi dari warna tepi pelepah daun seperti disajikan pada Gambar 4.

(a) (b (c)

Gambar 4: Warna tepi pelepah daun dari semua jenis pisang: (a) hijau, (b) hitam, dan (c) merah muda keunguan. (Sumber : dok. Mezi:2013).

Bentuk pangkal daun yang telah diamati pada 20 jenis pisang terdapat 3 variasi, pisang batu, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang manih rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah, dan pisang keling yang termasuk kedalam bentuk pangkal daun yang membulat keduanya, pisang rotan, pisang jantan, pisang raja sereh, pisang manis, dan pisang telur yang termasuk kedalam bentuk daun satu sisi membulat, pisang gadang, pisang raja, pisang lidi, pisang susu, pisang pulut, dan pisang timbago yang

(17)

termasuk kedalam bentuk pangkal daun yang runcing dua sisinya. Pendapat IPGRI (1996), bahwa bentuk pangkal daun dari tanaman pisang terdapat 3 variasi.

Hasil pengamatan bentuk pangkal daun dari semua jenis pisang yang telah diidentifikasi terdapat 3 variasi yang disajikan pada Gambar 5:

Gambar 5: Bentuk pangkal daun dari semua jenis pisang: yaitu (a) membulat keduanya, (b) satu sisi membulat, dan (c) bentuk pangkal daun yang meruncing dua sisinya. (Sumber : dok. Mezi:2013).

Hasil pengamatan untuk tipe kanal tanaman pisang dari 20 jenis pisang terdapat 4 kelompok besar. Gambar 6 menunjukan variasi bentuk tipe kanal, pisang rotan, pisang talua, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah yang termasuk kedalam tipe terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, pisang jantan, pisang gadang, pisang sirandah batang tinggi, dan pisang keling termasuk kedalam tipe terbuka dengan tepi yang tegak, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang tinalun, pisang manis rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang susu, dan pisang timbago yang termasuk kedalam tipe lurus dengan tepi tegak, pisang raja, pisang batu, dan pisang pulut dengan tipe tepi menutup. Menurut IPGRI (1996), tipe kanal dari jenis tanaman pisang memliki 5 variasi, yaitu: terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, terbuka dengan tepi yang melebar dan tegak, lurus dengan tepi yang tegak, tepi menutup, dan tepi saling menutup.

( a ( a ) ( a ( b ) ( a ( c )

(18)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 18

Tipe kanal yang ada di Kabupaten Agam terdapat 4 tipe kanal dari 20 jenis pisang yang telah dilakukan survey dan disajikan pada Gambar 6.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 6: Tipe kanal pisang : (a) terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, (b) terbuka dengan tepi yang tegak, (c) lurus dengan tepi yang tegak, dan (d) tepi menutup. (Sumber : dok. Mezi:2013).

Pengamatan terhadap bercak pada pangkal pelepah daun hanya terdapat 2 variasi. Pisang yang telah dilakukan survey memiliki 2 bercak pada pangkal pelepah daun dari 20 jenis pisang, yaitu bercak besar dan bercak kecil seperti Gambar 7, pisang rotan, pisang jantan, pisang gadang, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang rendah, pisang manis rao, pisang pinang, pisang telur, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, dan pisang timbago jenis pisang yang memiliki bercak besar, sedangkan pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang siraok, pisang keling, dan pisang pulut memiliki bercak kecil. Menurut IPGRI (1996), bercak pada pangkal pelepah daun pisang terdapat 3 bentuk, yaitu: bercak besar, bercak kecil, dan tidak memiliki bercak. Hasil penelitian terdapat 2 jenis bercak yang ada di Kabupaten Agam, yaitu bercak besar dan bercak kecil seperti disajikan pada Gambar 7.

(19)

(a) (b)

Gambar 7. Bercak pada pangkal pelepah daun dari semua jenis pisang, yaitu (a) bercak besar dan (b) bercak kecil. (Sumber : dok. Mezi:2013). Warna bercak pada pelepah daun memiliki 3 variasi yang berbeda, yaitu pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang manis rao, pisang siraok, pisang mundam, pisang keling warna yang termasuk kedalam warna coklat, pisang rotan, pisang jantan, pisang gadang, pisang raja, pisang susu, dan pisang pulut yang termasuk kedalam warna colat tua, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang pinang, pisang telur, pisang sirandah batang rendah, pisang timbago termasuk kedalam warna coklat kehitaman. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), warna bercak pada pelepah daun memiliki 3 variasi yang berbeda, yaitu: coklat, coklat tua, dan coklat kehitaman, dan hasil identifikasi dari 20 jenis pisang disajikan pada Gambar 8.

(a) (b) (c)

Gambar 8. Warna bercak pada pelepah daun dari semua jenis pisang: (a) coklat, (b) coklat tua, dan (c) coklat kehitaman. (Sumber : dok. Mezi:2013).

Warna permukaan atas daun juga memiliki perbedaan, walaupun tidak terdapat variasi yang jelas, diantaranya: jenis pisang yang termasuk kedalam warna hijau kekuningan (5GY 7/2) adalah pisang gadang, yang termasuk kedalam

(20)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 20

warna hijau sedang (10G 4/2) adalah pisang jantan, pisang manis, pisang lidi, pisang manis rao, pisang timbago/pisang merah, dan yang termasuk kedalam warna hijau (5 GY 4/4) adalah pisang rotan, pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang siraok, pisang pinang, pisang telur, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, dan pisang pulut. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 9.

(a) (b) (c)

Gambar 9: Warna permukaan atas daun pisang yaitu: hijau kekuningan (a), hijau sedang (b), dan hijau (c). (Sumber : dok. Mezi:2013)

Warna permukaan bawah daun pisang juga tidak terdapat warna yang begitu bervariasi, jenis pisang yang memiliki warna daun permukaan daun hijau kekuningan (5GY 7/2) adalah pisang jantan, pisang gadang, pisang raja, pisang raja sereh, pisang manis, pisang tinalun, pisang manis rao, dan pisang timbago, pisang yang warna permukaan bawah daun berwarna hijau sedang (5 GY ¾) adalah pisang rotan, pisang batu, pisang lidi, pisang sirandah batang tinggi, pisang siraok, pisang pinang, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, pisang pulut, dan yang berwarna merah keunguan (5RP 6/2) adalah pisang telur.

Warna permukaan daun tidak terdapat warna yang begitu bervariasi. Warna daun pada umumnya berwarna hijau, dengan tingkat yang berbeda. Pendapat Tjitrosoepomo (2001) warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan

(21)

persediaan air dan makanan serta penyinaran. Begitu juga dengan hasil dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008) bahwa tidak terdapat warna yang begitu bervariasi. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 10.

(a) (b) (c)

Gambar 10. Warna permukaan bawah daun pisang: hijau kekuningan (a), hijau sedang (b), dan merah keunguan (c). (Sumber : dok. Mezi:2013).

Tabel 3. Berat dan panjang buah beberapa jenis pisang di Kabupaten Agam

No Sampel Berat per

Buah (g)

Panjang per Buah (cm)

1 Pisang rotan 90 6

2 Pisang gadang (Musa paradisiaca Robusta) 130 16 3 Pisang jantan (Musa paradisiaca Sapientum) 95 9 4 Pisang raja (Musa textila, Grindy) 90 12 5 Pisang raja sereh (Musa paradisiaca Silk) 120 14,5

6 Pisang manis 80 14

7 Pisang batu (Musa brachycarpa Back) 75 7

8 Pisang lidi 16 14,5

9 Pisang tinalun 95 16

10 Pisang sirandah bt tinggi (Musa acuminata, Dwafr cavendish) 145 13

11 Pisang manis rao 60 9

12 Pisang siraok 75 9

13 Pisang pinang 65 9

14 Pisang telur 55 8

15 Pisang mundam 80 14

16 Pisang susu 45 11

17 Pisang sirandah bt rendah (Musa acuminata, Dwafr cavendish)

115 16

18 Pisang keling (Musa paradisiaca Colla) 70 15,5

19 Pisang pulut 80 13,5

20 Pisang timbago (Musa velutina) 75 11

Tabel 3 menunjukkan pengukuran dan berat buah pisang yang telah dilakukan survey melihatkan variasi yang tinggi, pengukuran berat per buah pisang yang memiliki buah yang paling berat adalah pisang sirandah batang tinggi yaitu 145 g, sedangkan yang memiliki berat per buah yang paling ringan adalah

(22)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 22

pisang lidi yaitu hanya 16 g. Untuk pengukuran panjang per buah yang memiliki buah paling panjang diantara 20 jenis pisang adalah pisang keling yaitu 15,5 cm, sedangkan buah pisang yang paling pendek adalah pisang rotan yaitu hanya 6 cm. Tabel 4. Pengukuran daun tanaman pisang di Kabupaten Agam

Jenis Pisang Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Pisang Rotan 71 50 270 34 Pisang Jantan 68 48 224 33 Pisang Gadang 45 40 250 21 Pisang Raja 49 30 125 24

Pisang Raja Sereh 66 80 280 32

Pisang Batu 80 75 321 39 Pisang Manis 62 75 195 30 Pisang Lidi 35 50 137 17 Pisang Tinalun 75 18 297 37 Pisang Sirandah bt tinggi 82 40 385 40

Pisang Manis Rao 62 40 235 24

Pisang Siraok 69 65 310 33,5 Pisang Pinang 65 30 315 31 Pisang Telur 69 50 325 34 Pisang Mundam 63 20 305 31 Pisang Susu 67 20 295 33 Pisang Sirandah bt rendah 64 10 155 31 Pisang Keling 95 30 335 42 Pisang Pulut 48 21 199 23 Pisang Timbago 83 58 320 41

Tabel 4 menunjukan hasil pengukuran lebar daun, panjang tangkai daun, panjang helaian daun, dan lebar helaian daun sangat bervariasi, dimana daun terpanjang dimiliki oleh pisang sirandah batang tinggi yaitu 385 cm dan yang terpendek dimiliki oleh pisang raja yaitu 125 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2001) dimana bentuk dan ukuran tangkai daun sangat berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda.

Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl.

(23)

Produktivitas yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian dibawah 500 m dpl (Cahyono, 2002). Tanaman pisang umumnya tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah yang memiliki ketinggian antara 400-600 m dpl. Di dataran tinggi umur tanaman pisang dapat berubah menjadi lama masa panennya dan kulitnya tebal.

Ketinggian tempat mempengaruhi jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menyebabkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut juga akan semakin berkurang (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Faktor lainnya adalah persilangan antara dua individu makhluk hidup, keturunan dari hasil persilangan memiliki susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat aadaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu disamping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip).

Variasi genetik dapat terjadi karena perkawinan secara acak, mutasi alam, dan mutasi buatan atau karena adanya faktor lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di fenotip. Keanekaragaman pisang yang berasal dari mutasi somatik, menyebabkan pisang memiliki variasi. Adanya variasi dalam jenis dapat

(24)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 24

dilihat dari adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran individu-individu dalam satu jenis (IPGRI 1996).

Hubungan Kekerabatan

Hasil analisis kekerabatan dengan menggunakan PC program Numerical Taxanomy System (NTsys Versi. 2.2) dengan menggunakan program/metode Unweighted Pair-Group Method Arithmatic (UPGMA), disajikan pada Gambar 24.

Setelah dilakukan analisis kekerabatan dengan menggunakan program Unweighted Pair-Group Method Arithmatic (UPGMA), maka didapat dendogram seperti disajikan pada Gambar 11.

Pisang rotan Pisang mundam Pisang pulut Pisang jantan Pisang raja Pisang gadang Pisang raja sereh Pisang batu Pisang tinalun

Pisang sirandah bt tinggi Pisang timbago Pisang lidi Pisang siraok Pisang susu Pisang manis Pisang keeling Pisang manis rao Pisang telur

Pisang sirandah bt rendah Pisang pinang

Gambar 11. Dendogram dari analisis pengelompokan dari 20 jenis pisang untuk 12 karakter morfologi.

(25)

Untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan dapat dilakukan dengan menentukan kesamaan antara takson tumbuhan dan menggunakan sifat-sifat morfologi, karena sifat morfologis dapat digunakan untuk pengenalan dan penggambaran keberadaan tingkat jenis. Jenis-jenis yang berkerabat dekat mempunyai banyak persamaan antara satu jenis dengan yang lainnya (Sasmita, 2006).

Pada Gambar 11 dapat dilihat hubungan kekerabatan masing-masing jenis tanaman pisang. Pada klasifikasi ini akan ada penggabungan jenis tanaman yang telah diidentifikasi dan terdapat 4 kelompok besar berdasarkan 12 kaarakter morfologis yang diamati. Kelompok pertama terdiri dari pisang pinang dan pisang sirandah batang rendah, kelompok kedua terdiri dari pisang talua, pisang manih rao, pisang keling dan pisang manis, kelompok ketiga terdiri dari pisang susu, pisang siraok, pisang lidi, pisang timbago, pisang sirandah batang tinggi, pisang tinalun, pisang batu, dan pisang raja sereh, kelompok keempat terdiri dari pisang gadang, pisang raja, pisang pulut, pisang mundam, dan pisang rotan. Berdasarkan analisis kekerabatan, pada tingkat koefisien 0,84 terdapat 5 sampel yang terdiri dari pisang lidi (8), pisang siraok (13), pisang manis (6), pisang keling (18), dan pisang manis rao (12), pada koefisien 0,76 terdapat 4 sampel yaitu pisang rajo sarai (5), pisang batu (7), pisang tinalun (8), dan pisang sirandah batang rendah, pada koefisien 0,63 dengan tingkat kemiripan 71% terdapat 2 sampel yaitu pisang sirandah batang rendah (11), dan pisang timbago (20), pada tingkat kemiripan 67 % terdapat 2 sampel yaitu pisang siraok (13), dan pisang susu (17), dan pada tingkat kemiripan 64 % terdapat 3 sampel yaitu pisang keling (18), pisang manis rao (12), dan pisang telur (17).

(26)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 26

Koefisien 0,49 dengan tingkat kemiripan 61 % terdapat 3 sampel yaitu pisang timbago/pisang merah (20), pisang lidi (9), dan pisang siraok (13), pada tingkat kemiripan 59 % terdapat 7 sampel yaitu pisang rotan (1), pisang manis (6), pisang pulut (19), pisang jantan (3), pisang raja (4), pisang sirandah batang tinggi (10), dan pisang pinang (14), pada tingkat kemiripan 49 % terdapat 3 sampel yaitu pisang mundam (16), pisang pulut (19), dan pisang jantan.

Koefisien 0,35 dengan tingkat kemiripan 47 % terdapat 4 sampel yaitu pisang batu (7), pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), dan pisang timbago/pisang merah (20), dengan tingkat kemiripan 46 % terdapat 8 sampel yaitu pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago (20), pisang lidi (9), pisang siraok (13), pisang susu (17), pisang manis (6), pisang tinalun (8), dan pisang manis rao (12), dengan tingkat kemiripan 44 % terdapat 3 sampel yaitu pisang jantan (3), pisang raja (4), dan pisang gadang, dengan tingkat kemiripan 41 % terdapat 9 sampel yaitu pisang raja (4), pisang gadang (2), pisang raja sereh (5), pisang batu (7), pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago (20), pisang lidi (9), dan pisang siraok (13), dan dengan tingkat kemiripan 35 % terdapat 11 sampel yaitu pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago/pisang merah (20), pisang lidi (9), pisang siraok (13), pisang susu (17), pisang manis (6), pisang keling (18), pisang manis rao (12), pisang telur (15), dan pisang sirandah batang tinggi.

Hubungan kekerabatan yang paling dekat terdapat pada pisang manis (6) dengan pisang keling (18) dengan tingkat kemiripannya adalah 92 %, sedangkan jenis pisang yang memiliki tingkat kekerabatan yang paling jauh adalah pisang manis dan pisang keling dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %.

(27)

Hubungan kekerabatan pisang dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008) yang paling dekat adalah pisang gadang dengan pisang jantan, tingkat kemiripannya yaitu 93,47 %, yang paling jauh adalah pisang sirandah batang tinggi dengan pisang kalek, dengan tingkat kemiripannya hanya 53,92 %. Pisang yang paling banyak dibudidayakan adalah pisang gadang, hampir seluruh petani menanam pisang gadang karena permintaan terhadap pisang gadang masih tinggi, disamping itu pisang gadang lebih tahan terhadap penyakit, walaupun ada beberapa pisang gadang terserang penyakit layu, namun pengurangan jenis pisang ini karena serangan hama tidak begitu besar.

Suratman et al (2000) dalam Nilasari, Heddy, dan wardiyati (2013) menyebutkan koefisien keragaman digunakan untuk menduga tingkat perbedaan antar spesies atau populasi pada karakter-karakter terpilih. Dari hubungan ini dapat dianalisa, semakin jauh hubungan kekerabatan maka semakin tinggi tingkat keragaman (nilai koefisien keragaman, 50-75%) dan semakin rendah tingkat keseragamannya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis tanaman pisang yang diamati terdapat 20 jenis pisang di Kabupaten Agam.

2. Hubungan kekerabatan dari 20 jenis pisang di kabupaten Agam, memiliki tingkat kekerabatan yang berbeda, hubungan kekerabatan dari karakterisasi morfologi dengan tingkat kemiripan 92 % terdapat pada jenis pisang manis dengan pisang keling (Musa paradisiaca Colla), sedangkan tingkat kekerabatan yang jauh adalah pisang manis dan pisang keling (Musa

(28)

Mezi Radiya Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang 1110005301053 (Musa paradisiaca L.) di Kabupaten Agam

Page 28

paradisiaca Colla) dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %.

Saran

Berdasarkan hasil yang dicapai, perlu dilakukan identifikasi terkait dengan ketahanan terhadap penyakit dari tanaman pisang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Produksi buah-buahan di Indonesia

Cahyono. 2002. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal

Departemen Pertanian, 2006. Pusat Data dan Informasi Pertanian. http//www.deptan.go.id

Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumatera Barat. 2012. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Hortikultura. Sumatera Barat. 145 hal.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Hal 158. Edison, H. S., A. Sutanto, C. Hermanto, dan D. Harahap. 2001. Karakterisasi beberapa

sifat genotype plasma nutfah pisang. Buletin Plasma Nutfah Vol 7 No 2. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depertemen Pertanian. hal 39-45. Goldsworthy, P.R. dan N..M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika.

Alih bahasa Tohari dari The Physiology of Tropical Field Crop. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.874 hal.

IPGRI-INIBAP/CIRAD. 1996. Descriptor for Banana (Musa paradisiaca L.) sp). http.//www.inibap.org (didownload tanggal 20 maret 2013)

Kalshoven, L. G. E. 2000. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vann der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.

Kusumawati, A dan L. Syukriani. 2008. Identifikasi Dan Karakterisasi Morfologi Genotipe Tanaman Pisang (Musa paradisiaca, L) Di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian Universitas Andalas Padang.62 hal.

(29)

Nilasari, A.N., Heddy, S., dan Wardiyati, T. 2013. Identifikasi Keragaman Morfologi Daun Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun. [skripsi] Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.61 hal

Santos, E.A., M.M. Souza, A.P. Viana, AAF. Almeida, JCO. Freitas and PR.

Lawinsky. 2011. Multivariate analysis of morphological charateristics of two species of passion flower with ornamental potential and of hybrids between them. Gen. Mol. Res. 10 (4): 2457-2471.

Sasmita, D. 2006. Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi Kuini (Mangifera odorata Griff.). [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang

Sinaga. 2003. Peranan Dan Manfaat Tanaman Pisang. Medan. 78 hal

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gajah Mada Uneversity Press. 266 hal. Edisi ke-14.

Gambar

Tabel 1. Karakterisasi morfologi batang pisang
Tabel  1  terlihat  adanya  variasi  terhadap  warna  batang  semu    masing- masing-masing jenis pisang
Gambar  2.  Warna  bercak  pada  batang  semu  dari  semua  jenis  pisang:  (a)  merah,  (b) keunguan, (c) coklat
Tabel  2  menunjukkan  bentuk  tepi  pangkal  daun  (petiolus)  pisang,  secara  umum  memperlihatkan  ada  3  variasi,  dilihat  dari  bentuk  tepi  pangkal  pelepah  daun  pisang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penerapan kafa‟ah nikah untuk memilihkan calon suami atau istri untuk putra atau putrinya yang diutamakan adalah agama, selanjutnya latar belakang

Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

Dalam hal ini, terkait informasi atau akses kesehatan tentang HIV dan AIDS/IMS ( VCT) dimana populasi yang rentan terhadap penularan meliputi Pekerja Seks

MDA Berjangka di BMT UGT Sidogiri Indonesia Cabang Malang Kota Untuk mengetahui bagaimana implementasi Marketing Mix 7P di BMT UGT Sidogiri Indonesia Cabang Malang Kota dalam

Namun teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar

Nyeri yang tidak bisa diadaptasi oleh ibu yang akan melahirkan dapat meningkatkan perasaan cemas pada ibu, rasa cemas tersebut dapat menyebabkan terjadinya persalinan yang

Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan petani dari usahatani semangka di lahan gambut Desa Palingkau