• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)

SKRIPSI KAMARIAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

RINGKASAN

KAMARIAH. D14061680. 2011. Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi M. Prawiradilaga

Ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang diamati pada penelitian; dilakukan untuk memperoleh kajian morfometrik ukuran kepala burung. Spesies burung dara laut yang diamati, meliputi Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus (genus Anous); Chlidonias hybrida javanica (genus Chlidonias); Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (genus Sterna). Status konservasi spesies-spesies tersebut adalah least concern atau tidak memerlukan perhatian khusus.

Penelitian ini menggunakan spesimen yang disediakan Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Spesimen yang diamati adalah Anous minutus worcesteri

(camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina). Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) yang diamati terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri atas empat belas spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus

(dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina);

Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan Sterna sumatrana sumatrana

(dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor betina). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi morfometrik dari burung dara laut yang diamati. T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies burung dara laut yang diamati. Ketidakserupaan morfometrik kepala dilakukan dengan pendekatan jarak minimum D2 Mahalanobis. Analisis Komponen Utama digunakan untuk ukuran dan bentuk kepala burung dara laut yang diamati.

Hasil statistik T2-Hotelling menyatakan bahwa ditemukan perbedaan ukuran-ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies dari delapan spesies burung dara laut yang diamati (P <0,01). Pendekatan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis memisahkan delapan subspesies menjadi dua kelompok besar pada titik percabangan 3,6004; yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua kelompok, yaitu A1 dan A2 pada titik percabangan 2,9539; kelompok B dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B1 dan B2 pada titik percabangan 2,6182. Kelompok A1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica,

Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A2 terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B1 adalah Sterna albifrons sinensis; sedangkan kelompok B2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana

(3)

ii Hasil Analisis Komponen Utama menyatakan bahwa penciri ukuran pada delapan subspesies adalah panjang paruh. Vektor eigen penciri ukuran, yaitu panjang paruh pada Anous minutus worcesteri sebesar 0,975; pada Anous stolidus pileatus

sebesar 0,917; pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,746; pada Sterna albifrons sinensis sebesar 0,931; pada Sterna anaethetus anaethetus sebesar 0,983; pada Sterna bergii cristatus sebesar 0,879; pada Sterna fuscata nubilosa sebesar 0,875; dan pada Sterna sumatrana sumatrana sebesar 0,985. Penciri bentuk pada

Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus adalah lebar kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,882; 0,714 dan 0,975; sedangkan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana adalah panjang kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 dan 0,728.

Hasil pengelompokan dalam bentuk dendogram berdasarkan jarak minimum D2 Mahalanobis dan pengelompokan dalam bentuk diagram kerumunan berdasarkan Analisis Komponen Utama; memperlihatkan kesesuaian hasil terutama yang berhubungan dengan skor ukuran. Analisis Komponen Utama menyajikan skor bentuk yang tidak terdapat pada D2 Mahalanobis.

Kata-kata kunci: burung air, T2-Hotelling, jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2-Mahalanobis, Analisis Komponen Utama, skor ukuran dan bentuk

(4)

ABSTRACT

Head Morphometric Analysis of Several Terns (Laridae) Subspecies

Kamariah, R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga

This experiment was conducted to determine the size and body shape score of terns using Principal Component Analysis (PCA). The measurement taken were bill length, bill width, bill depth, head width and head length. A total of 168 specimen of terns consisted of 79 specimen males and 89 specimen females were measured. There were differences in linear bill and head measurements among subspecies of terns (P<0.01). The discriminator of head size for all subspecies terns being examined was bill length. The Eigen vectors of the discriminator of head size in subspecies Anous minutus worcesteri was 0,975; Anous stolidus pileatus was 0,917;

Chlidonias hybrida javanica was 0,746; Sterna albifrons sinensis was 0,931; Sterna anaethetus anaethetus was 0,983; Sterna bergii cristatus was 0,879; Sterna fuscata nubilosa was 0,875; and Sterna sumatrana sumatrana was 0,985. The discriminator of head shape of subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were head width, while the subspecies A. m.s worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were head length. The Eigen vectors of the discriminator of head shape in subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were 0,882; 0,714 and 0,975 respectively. The Eigen vectors of the discriminator of head shape in subspecies A. m. worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 and 0,728 respectively. Descriminator of size is influenced by the environment. Bill length as descriminator of shape indicates that the bill length is affected by habitat. Head width and head length are influenced by genetics. The Minimum D Mahalonobis distance showed the classification of terns into two group at the branching point of 3.6004, group A and B. Group A consisted of A. s. pileatus, C. h. javanica, S. a. anaethetus, S. f. nubilosa and S. b. cristatus. Group B consisted of S. a. sinensis, A. m. worcesteri and S. s. sumatrana.

Keywords: water birds, T2-Hotelling, minimum distance D2 Mahalanobis, Principal Component Analysis, discriminator size and shape

(5)

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)

KAMARIAH D14061680

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(6)

Judul : Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae) Nama : Kamariah NIM : D14061680 Menyetujui, Pembimbing Utama,

Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. NIP. 19621124 198803 2 002

Pembimbing Anggota,

Dr. Dewi Malia Prawiradilaga NIP. 19550103 197903 2 002

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 September 1988 di Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Jarnie (alm) dan Ibu Jahrah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 057 Samarinda pada tahun 2000, pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Muara Muntai diselesaikan pada tahun 2003 dan pendidikan menegah atas di SMAN 1 Muara Muntai diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) pada tahun 2007/ 2008. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Kutai Kartanegara pada tahun 2006 hingga sekarang.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan ini. Shalawat dan salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan suri tauladan kita.

Skripsi dengan judul Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut (Laridae), disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan ukuran-ukuran linear kepala, jarak minimum ketidakserupaan ukuran-ukuran linear kepala kepala dan mengetahui karakteristik morfometrik kepala burung-burung tersebut. Penulis berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan ke spesies burung lain yang memiliki status konservasi terancam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita semua. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Bogor, Januari 2011

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... iii LEMBAR PERNYATAAN ... iv LEMBAR PENGESAHAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Family Laridae ... 3 Paruh ... 3 Tengkorak Kepala ... 3 Sexual Dimorphism ... 4

Anous minutus worcesteri ... 4

Anous stolidus pileatus... 5

Chlidonias hybrida javanica ... 7

Sterna albifrons sinensis ... 8

Sterna anaethetus anaethetus... 9

Sterna bergii cristatus ... 10

Sterna fuscata nubilosa ... 12

Sterna sumatrana sumatrana ... 13

Lahan Basah ... 14

Analisis Komponen Utama (AKU) ... 15

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis . 15 METODE ... 16

Lokasi dan Waktu ... 16

Materi ... 16

Burung Air ... 16

Peralatan ... 16

Peubah yang Akan Diamati ... 17

Prosedur ... 17

Rancangan Statistik ... 18

(10)

ix

Statistik T2-Hotelling ... 18

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis ... 19

Penyajian Dendogram ... 20

Analisis Komponen Utama ... 20

Diagram Kerumunan ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Hasil Statistik Deskriptif ... 22

Hasil Statistik T2-Hotelling ... 25

Hasil Statistik D2 Mahalanobis... 27

Hasil Analisis Komponen Utama ... 29

Marga Anous ... 30

Marga Chlidonias ... 32

Marga Sterna ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

Kesimpulan ... 43

Saran... 44

UCAPAN TERIMA KASIH ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada GenusAnous ... 22 2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada GenusChlidonias ... 23 3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada GenusSterna ... 24 4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotelling antara

Subspesies Burung yang Diamati ... 25 5. Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T2-Hotelling antara

Jenis Kelamin pada Setiap Subspesies yang diamati ... 26 6. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara

Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang diamati ... 27 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus

worcesteri berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 30 8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus

pileatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 30 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonisas hybrida

javanica berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 32 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons

sinensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 34 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus

anaethetus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 34 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii

cristatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 35 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata

nubilosa berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ... 35 14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Anous minutus worcesteri ... 5

2. Anous stolidus pileatus... 6

3. Chlidonias hybrida javanica ... 7

4. Sterna albifrons sinensis ... 8

5. Sterna anaethetus anaethetus... 10

6. Sterna bergii cristatus ... 11

7. Sterna fuscata nubilosa ... 12

8. Sterna sumatrana sumatrana ... 14

9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati ... 17

10. Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear Kepala diantara Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang Diamati ... 28

11. Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 31

12. Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 33

13. Diagram Kerumunan Marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 37

14. Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala ... 40

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien

Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina ... 51 2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2 Hotelling pada Peubah-

peubah antara Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri

dan Anous stolidus pileatus ... 53 3. Perhitungan Jarak D2 Mahalanobis anatara Sterna sumatrana

sumatrana, Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons

sinensis ... 56 4. Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama

Pertama... 60 5. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous minutus worcesteri ... 63 6. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous minutus worcesteri ... 63 7. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous stolidus pileatus ... 64 8. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous stolidus pileatus ... 64 9. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ... 65 10. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ... 65 11. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna albifrons sinensis ... 66 12. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna albifrons sinensis ... 66 13. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

(14)

xiii 14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus ... 67 15. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna bergii cristatus ... 68 16. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna bergii cristatus ... 68 17. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ... 69 18. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ... 69 19. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ... 70 20. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ... 70 21. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Anous minutus worcesteri... 71 22. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Anous stolidus pileatus ... 71 23. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Chlidonias hybrida javanica ... 72 24. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna albifrons sinensis... 72 25. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

(15)

xiv 26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna bergii cristatus ... 73

27. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna fuscata nubilosa ... 74

28. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna sumatrana sumatrana ... 74

29. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang Diamati Berikut Korelasinya terhadap Skor Ukuran dan Bentuk ... 75

30. Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 75

31. Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 76

32. Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 76

33. Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasar kan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 77

34. Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 77

35. Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 78

36. Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ... 78

37. Spesimen Anous minutus worcesteri... 79

38. Spesimen Anous stolidus pileatus ... 79

39. Spesimen Chlidonias hybrida javanica ... 79

40. Spesimen Sterna albifrons sinensis... 80

41. Spesimen Sterna anaethetus anaethetus ... 80

42. Spesimen Sterna bergii cristatus ... 80

43. Spesimen Sterna fuscata nubilosa ... 81

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Burung air merupakan kelompok burung yang menghuni lahan basah, seperti rawa, sungai, danau dan pantai. Mereka memiliki fungsi penting dalam lingkungan, karena merupakan indikator yang baik bagi kerusakan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem lahan basah. Lingkungan yang rusak akan mengancam kehidupan makhluk hidup termasuk burung air, karena ketersediaan pakan semakin berkurang. Selain itu ketiadaan burung air dapat menyebabkan peledakan populasi makhluk hidup lain, karena ketiadaan predator yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu suku (family) burung air yang berperan dalam proses tersebut adalah suku Laridae atau dara laut.

Suku Laridae terdiri atas 12 marga (genus), diantara marga tersebut adalah

Anous, Chlidonias dan Sterna. Ukuran populasi Anous, Chlidonias dan Sterna hingga tahun 2010 berkisar antara 150 ribu-22 juta individu dewasa; dan digolongkan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011a,b,c,d,e,f,g). Ukuran populasi yang belum mengkhawatirkan tersebut, harus tetap mendapatkan perhatian untuk mencegah kepunahan dan menjaga kelestarian burung air dunia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penangkaran. Upaya penangkaran memerlukan data spesifik mengenai burung yang akan ditangkarkan, sehingga sangat membutuhkan informasi genetik.

Informasi genetik morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut (Laridae) dapat mendukung upaya penangkaran spesies tersebut untuk keperluan konservasi ex situ, karena memberikan informasi penting mengenai kerakteristik spesies berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala. Penentuan karakteristik tersebut penting, terutama untuk spesies yang memiliki karakteristik kualitatif yang hampir sama.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran tulang pada bagian-bagian kepala karena tulang bersifat genetis yang diturunkan dari tetua. Setiap spesies memiliki perbedaan karakteristik yang spesifik sehingga melalui Analisis Komponen Utama (AKU) dapat diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala dari

(17)

2 masing-masing spesies, setiap penciri berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik morfometrik kepala burung dara laut (Laridae), dengan membedakan peubah-peubah ukuran linear kepala yang diamati pada setiap dua spesies burung air melalui uji statistik T2-Hotelling. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh karakteristik morfometrik kepala burung melalui pengamatan ukuran dan bentuk kepala; berikut pencirinya dari masing-masing spesies yang diamati berdasarkan Analisis Komponen Utama (AKU). Ukuran dan bentuk kepala divisualisasikan ke dalam diagram kerumunan berdasarkan skor yang diperoleh. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan kedekatan hubungan morfometrik kepala berdasarkan ketidakserupaan morfometrik melalui pendekatan jarak minimum D2-Mahalanobis yang divisualisasikan dalam bentuk diagram pohon.

Manfaat

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan mengenai karakteristik ukuran dan bentuk kepala burung air yang diamati, yaitu Anous minutus worcesteri

(camar angguk hitam), Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat), Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis), Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil), Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu), Sterna bergii cristatus (dara laut jambul), Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam), dan Sterna sumatrana sumatrana

(dara laut tengkuk hitam) yang dapat digunakan sebagai acuan konservasi bagi spesies burung untuk mempertahankan keanekaragaman satwa, terutama burung air dunia. Ilmu genetika yang mendasari pengelompokan berdasarkan ukuran dan bentuk kepala, memberikan manfaat yang berharga bagi keberlanjutan eksistensi spesies-spesies burung air dalam upaya penangkaran.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Suku Laridae

Suku Laridae memiliki karakteristik kaki pendek, sayap panjang, dan runcing, ekor menggarpu, dan paruh yang halus serta runcing (MacKinnon, 1996). Storer (1960) menjelaskan bahwa suku Laridae memiliki karakteristik ukuran tubuh yang kecil hingga sedang dengan sayap yang panjang, dan jari kaki berselaput. MacKinnon (1996) memisahkan suku Laridae ke dalam anak suku Sterninae. Suku

Laridae terdiri atas beberapa marga, diantaranya marga Anous, Chlidonias, dan

Sterna. Marga Anous terdiri atas Anous stolidus pileatus dan Anous minutus worcesteri serta Anous tenuirostris. Marga Chlidonias terdiri atas Chlidonias hybrida javanica, Chlidonias niger, Chlidonias leucopterus dan Chlidonias albostriatus; dan marga Sterna terdiri atas 20 spesies, diantaranya Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (Bridge et al., 2005).

Baskoro (2009) menyatakan bahwa spesies burung dalam marga Anous, Chlidonias dan Sterna memiliki jumlah telur 1-2 atau 2-3 butir setiap periode dan berbiak pada bulan Mei sampai Juni.

Paruh

Paruh merupakan salah ciri morfologi yang dapat mengidentifikasi jenis burung berdasarkan pakan dan cara burung mengambil pakan (Pough et al., 2006). Paruh pada burung memiliki fungsi yang hampir sama dengan tangan, dan mulut; serta mengindikasikan kebiasaan makan burung (Storer et al., 1968). Ukuran paruh yang ditunjukkan pada panjang, lebar dan dalam paruh; dapat menyumbang informasi pada skor ukuran berdasarkan Analisis Komponen Utama, tetapi informasi ekologi lebih dapat memberikan variasi pada ukuran dan bentuk paruh sebagai akibat dari jenis pakan yang dikonsumsi (Sutherland et al., 2008).

Tengkorak Kepala

Tengkorak kepala merupakan informasi penting untuk mengidentifikasi perkembangan dan mengetahui hubungan genetik antara jenis yang berbeda. Bangsa berpengaruh terhadap ukuran tengkorak kepala (Saparto, 2004). Pengukuran kepala dilakukan dari pangkal paruh hingga tengkorak kepala belakang (Sutherland et al.,

(19)

4 2008). Tengkorak kepala terdiri atas ruang otak (cranium) serta rahang atas dan bawah (maxilla dan mandibula). Pada umumnya, tulang pada cranium akan menjadi bentuk yang sempurna pada saat burung dewasa (Tyne dan Berger, 1976). Warwick

et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk ukuran-ukuran kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik antar hewan yang diamati.

Sexual Dimorphism

Sexual dimorphism adalah perbedaan morfologi antara jenis kelamin jantan dan betina dalam satu spesies yang sama. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada ukuran tubuh, warna dan struktur tubuh antara jenis kelamin (Owen dan Hartley, 1998). Sexual dimorphism dalam beberapa spesies berbeda-beda secara geografis. Pada beberapa spesies burung, jantan memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan betina. Sexual dimorphism pada burung juga dapat ditemukan pada ukuran tubuh keseluruhan, ukuran paruh dan panjang ekor (Tyne dan Berger, 1976; dan Owen dan Hartley, 1998).

Perbedaan ukuran tubuh berhubungan dengan variasi dalam sistem perkembangbiakan dan perbedaan jenis kelamin dalam perawatan anakan yang ditunjukkan dalam persaingan antar jenis kelamin (Owens dan Hartley, 1998). Sutherland et al. (2008) menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin pada burung bisa dilihat dari warna dan ukuran tubuh. Biasanya ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan betina, kecuali pada burung elang terjadi sebaliknya.

Anous minutus worcesteri

Anous minutus worcesteri atau burung camar angguk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010a). Anous minutus worcesteri

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis burung ini lebih kecil dibandingkan Anous stolidus pileatus. Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Karakterisik lain yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih (del Hoyo et al.,1996).

Anous minutus worcesteri memiliki habitat yang serupa dengan burung air lain, seperti pantai berpasir, karang, bebatuan dan laut (del Hoyo et al., 1996).

(20)

5 Tempat tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus tempat untuk mencari makan. Makanan utama yang didapat di daerah tersebut adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi, serangga dan krustasia (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996). Gambar 1 menyajikan Anous minutus worcesteri yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 1. Anous minutus worcesteri

Sumber: Worldbirds (2010a)

Populasi Anous minutus worcesteri sampai tahun 2010 diperkirakan berjumlah antara 160 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011a). Ukuran tersebut masih di luar ambang batas kepunahan, sehingga status konservasi (status keberadaan) bagi jenis burung ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Subspesies ini memiliki ancaman predator, yang terdiri atas kucing, ular Boiga irregularis dan manusia yang memanfaatkan telur, anakan dan individu dewasa untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011a). Jenis burung ini menyebar hampir di seluruh dunia, diantaranya Samudera Hindia, Karibea dan Samudera Atlantik (Guager, 1999). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa

Anous minutus worcesteri merupakan pengembara yang jarang dan kadang dapat ditemui di sepanjang tepi pantai utara di Jawa dan Bali.

Anous stolidus pileatus

Anous stolidus pileatus atau burung camar angguk coklat, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia;filum Chordata;kelas Aves;bangsa Charadriiformes;suku

Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010b). Anous stolidus pileatus merupakan dara laut yang berukuran besar. Anous stolidus pileatus memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous minutus worcesteri, baik dari ukuran maupun warna

(21)

6 bulu. Anous stolidus pileatus memiliki warna coklat gelap dan ukuran yang lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 39 cm (MacKinnon, 1996)

del Hoyo et al. (1996) menjelaskan bahwa jenis burung ini dapat ditemukan di dekat pantai, pulau, batu karang, pasir kerikil dan lepas pantai. Anous stolidus pileatus sering mencari makan di sekitar pantai sampai sejauh 50 km. Makanan utama jenis burung ini adalah cumi-cumi, moluska, serangga dan ikan kecil (del Hoyo et al., 1996; dan MacKinnon, 1996). Gambar 2 menyajikan Anous stolidus pileatus yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 2. Anous stolidus pileatus

Sumber: Worldbirds (2010b)

Ukuran populasi Anous stolidus pileatus sampai dengan 2010 diperkirakan antara 180 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011b). Jumlah tersebut belum mengkhawatirkan sehingga jenis burung ini dikatagorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Anous stolidus pileatus merupakan dara laut tropis yang menyebar di seluruh dunia. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, ular Boiga irregularis dan manusia (memanfaatkan telur, anakan serta individu dewasa untuk dikonsumsi) (BirdLife International, 2011b). Daerah sebaran spesies ini meliputi Hawai, Kepulauan Tuamuto, Australia, Samudera Hindia, Amerika, Laut Merah sampai dengan Asia Tenggara (del Hoyo et al., 1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous stolidus pileatus banyak bersarang di kepulauan Karimun Jawa.

(22)

7

Chlidonias hybrida javanica

Chlidonias hybrida javanica atau burung dara laut kumis, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Chlidonias (ZipcodeZoo, 2010c). Spesies ini memiliki karakteristik yang cukup unik karena memiliki tutupan seperti kumis berwarna hitam pada bagian atas paruh. Paruh yang kuat dengan panjang 29-34 mm ditemukan pada jantan dan 25-27 mm pada betina. Burung dewasa pada musim panas memiliki paruh dan kaki yang berwarna kemerahan. Sisi bagian leher berwarna putih, bahkan putih sampai dengan ke bagian tengkuk. Bulu belakang sampai dengan bagian scapula

berwarna coklat gelap dan memiliki kerakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996).

Spesies ini memiliki berbagai habitat lahan basah, tetapi sering ditemukan pada tanah berawa air tawar dengan perairan yang luas, terutama daerah yang ditumbuhi tanaman pakan sapi atau kuda. Habitat lain dari spesies burung ini adalah sungai, pulau, empang dengan tumbuhan teratai, muara, daratan pantai, pinggiran pantai dan bakau (del Hoyo et al., 1996; dan Snow dan Perrins, 1998). Gambar 3 menyajikan Chlidonias hybrida javanica yang sedang bertengger pada batu.

Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica

Sumber: Worldbirds (2010c)

Makanan utama spesies ini menurut del Hoyo et al. (1996) meliputi serangga darat dan serangga air (misalnya: Dytiscidae, Odonata baik larva maupun dewasa, Orthoptera, laba-laba, katak, kepiting kecil dan semut terbang). Makanan lain spesies ini adalah serangga terutama capung (MacKinnon, 1996). Populasi spesies ini sampai

(23)

8 dengan tahun 2010 diperkirakan berkisar antara 300 ribu-1,5 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011c). Ukuran populasi tersebut belum mendekati ambang batas kepunahan, meskipun demikian masih tetap diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian spesies tersebut. Status konservasi (status keberadaan) spesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan sarang akibat gangguan binatang pengerat dan sejumlah telur diambil oleh penduduk lokal untuk dikonsumsi atau dijual (BirdLife International, 2011c). Chlidonias hybrida merupakan burung air migran, tetapi khusus pada Chlidonias hybrida javanica, menyebar hanya di sekitar pulau Jawa dan Australia (MacKinnon dan Phillips, 1993).

Sterna albifrons sinensis

Sterna albifrons sinensis atau burung dara laut kecil, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010d). Spesies ini merupakan burung dara laut yang berukuran kecil dengan warna kaki dan paruh berwarna kuning serta warna putih pada dahi. Pada musim dingin, warna putih pada dahi akan semakin luas, paruh berwarna hitam dan warna hitam pudar pada kaki (del Hoyo et al., 1996). Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 25 cm (MacKinnon, 1996). Gambar 4 menyajikan Sterna albifrons sinensis yang sedang mencari makan di antara pasir.

Gambar 4. Sterna albifrons sinensis

Sumber: Viana (2010)

Habitat Sterna albifrons sinensis ditemukan pada daerah pantai tandus, pulau dan tepi pantai, kerikil, bukit karang lepas pantai, sungai, muara, bendungan serta sering ditemukan bersarang pada daerah rumput kering (del Hoyo et al., 1996).

(24)

9 Makanan spesies ini sebagian besar adalah ikan kecil (misalnya: Ammodytes spp.,

Rutilus rutilus, Scardinius erythrophthalmus, Cyprinus carpio dan Perca fluviatilis) dan binatang berkulit keras dengan ukuran 3-6 cm seperti serangga serta cacing, siput dan udang (del Hoyo et al., 1996 dan MacKinnon, 1996).

Ukuran populasi Sterna albifrons sinensis sampai dengan tahun 2010 dicatat sebanyak 190-410 ribu individu dewasa (BirdLife International, 2011d). Spesies ini dikategorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus, karena berjumlah cukup besar dan sedikit mengalami penurunan ukuran populasi. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan habitat untuk pengembangan industri, polusi pestisida dan pengumpulan telur untuk konsumsi manusia (BirdLife International, 2011d). Kondisi ini tetap membutuhkan perhatian untuk keberlangsungan populasi burung air ini.

Penyebaran Sterna albifrons sinensis menetap di sepanjang pantai daerah sedang dan tropika. MacKinnon menjelaskan bahwa terdapat populasi kecil Sterna albifrons sinensis di Jawa dan Bali. del Hoyo et al. (1996) menambahkan bahwa spesies ini juga dapat ditemukan di Eropa, menyebar di sepanjang pantai di bagian Afrika serta Asia Timur, Asia Barat, Arab, New Zealand hingga sesekali dapat ditemukan di Hawai. Hampir semua jenis burung dara laut kecil menyebar luas di seluruh dunia.

Sterna anaethetus anaethetus

Sterna anaethetus anaethetus atau burung dara laut batu, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010e). Jenis burung ini merupakan dara laut yang berukuran sedang. Karakteristik yang dimiliki adalah panjang tubuh 37 cm, sayap dan ekor berwarna abu-abu gelap pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawah berwarna putih (MacKinnon, 1996). Karakteristik lain yang dimiliki adalah dahi dan alis berwarna putih, kaki serta paruh yang berwarna hitam (Bridge et al., 2005).

Jenis burung ini ditemukan pada daerah lepas pantai laut tropis dan subtropis, yang meliputi daerah tumbuhan pantai, karang, batuan pulau, daerah pelagis hingga sampah apung yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan kecil (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama jenis burung ini menurut del Hoyo et al. (1996) dan

(25)

10 MacKinnon (1996) adalah cumi-cumi dan ikan permukaan yang berukuran kurang dari enam cm, selain itu juga memakan krustasia, serangga air, semut terbang, kumbang, kutu busuk dan moluska. Gambar 5 menyajikan Sterna anaethetus anaethetus yang sedang bertengger.

Gambar 5. Sterna anaethetus anaethetus

Sumber: Worldbirds (2010d)

Ukuran populasi Sterna albifrons anaethetus sampai dengan 2010, menurut BirdLife International (2011e) berkisar antara 610 ribu-1,5 juta individu dewasa. Jumlah ini belum mendekati ambang batas bawah bagi populasi yang mendekati kepunahan, sehingga Sterna albifrons anaethetus dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern yang berarti tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kucing, aktivitas manusia di sekitar habitat serta pemanfaatan telur dan anakan oleh manusia untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011e). Kondisi tersebut harus mendapat perhatian untuk menghindari kepunahan burung air. Wilayah sebaran spesies ini meliputi Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Karibia, Afrika timur hingga selatan, Arab, India, Asia Tenggara, New Zealand dan Australia (de Hoyo et al.,

1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Sterna albifrons anaethetus

merupakan penghuni tetap di lepas pantai di Jawa dan Bali.

Sterna bergii cristatus

Sterna bergii cristatus atau burung dara laut jambul, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

(26)

11 merupakan salah satu burung dara laut dengan ukuran yang cukup besar. Karakteristik yang dimiliki burung ini adalah panjang tubuh yang berkisar antara 46-49 cm (Cooper, 2006). Dahi dan bagian bawah tubuh berwarna putih, bagian belakang dan sayap bawah berwarna abu-abu kehitaman (Snow dan Perrins, 1998).

Sterna bergii cristatus mendiami daerah garis pantai tropis dan subtropis, mencari makan pada daerah perairan dangkal, danau dan pinggiran laut, batu karang, muara, teluk, daerah berpasir, berbatu hingga di perairan payau (del Hoyo et al., 1996). Habitat tersebut merupakan tempat burung ini tinggal dan mencari makan. Makanan utama meliputi ikan dengan panjang 10-50 cm, cumi-cumi, serangga, binatang berkulit keras seperti kepiting dan kerang (del Hoyo et al., 1996). Ukuran populasi Sterna bergii cristatus sampai dengan tahun 2010 diperkirakan sebanyak 150 ribu-1,1 juta individu dewasa. Populasi spesies ini cukup tinggi dibandingkan dengan penurunan populasi sehingga BirdLife International (2011f) mengkategorikan dalam status konservasi (status keberadaan) Least Corcern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah gangguan aktivitas manusia pada koloni yang sedang berkembang biak yang dapat menyebabkan kegagalan reproduksi; selain itu peningkatan pemangsa burung ibis terhadap telur dan kandang (BirdLife International, 2011f). Kondisi tersebut memerlukan upaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan generasi. Gambar 6 menyajikan Sterna bergii cristatus yang sedang mencari makan di pinggiran pantai.

Gambar 6. Sterna bergii cristatus

(27)

12

Sterna bergii cristatus termasuk burung yang sering ditemukan bersarang di perairan dekat pantai dan pulau-pulau kecil di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996). Daerah penyebaran Sterna bergii cristatus, meliputi Atlantik, Afrika Selatan, Asia, Australia, sebelah barat samudera Hindia, samudera Pasifik dan dapat juga ditemukan di Madagaskar (del Hoyo et al., 1996). Pratt et al. (1987) menyatakan bahwa spesies ini juga ditemukan di Aldabra dan Etoile yang merupakan bagian dari samudera Hindia, Samudera Pasifik yang meliputi Kiribati, Fiji dan Tonga. Penyebaran yang luas menyebabkan spesies tersebut dapat ditemukan di berbagai bagian dunia.

Sterna fuscata nubilosa

Sterna fuscata nubilosa atau burung dara laut sayap hitam diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010g). Spesies ini memiliki karakteristik ukuran tubuh yang cukup besar dengan panjang 43 cm (MacKinnon, 1996). Sterna fuscata nubilosa memiliki warna bulu abu-abu gelap pada bagian atas tubuh dan warna putih pada bagian bawah tubuh. Paruh dan kaki berwarna hitam, memiliki warna putih yang cukup besar pada dahi serta tidak memiliki garis pada leher (Tregear, 1981). Gambar 7 menyajikan Sterna fuscata nubilosa yang sedang berdiri di atas pasir.

Gambar 7. Sterna fuscata nubilosa

Sumber: Deng (2010)s

Sterna fuscata nubilosa memiliki habitat di sekitar dataran terbuka atau daerah dengan tumbuhan yang cukup jarang, dekat laut atau pulau berpasir, batu

(28)

13 karang serta perairan lepas pantai yang kaya akan plankton, ikan dan cumi-cumi sebagai makanannya (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama dari burung ini adalah ikan yang berukuran 6-8 cm hingga dapat memangsa ikan berukuran 18 cm (del Hoyo et al., 1996). Makanan lainnya meliputi cumi-cumi, serangga dan makanan lain di atas permukaan air.

Ukuran populasi Sterna fuscata nubilosa yang dicatat BirdLife International (2011g) sekitar 21-22 juta ekor individu dewasa. Sterna fuscata nubilosa merupakan burung yang hidup berkoloni dengan jumlah yang cukup besar. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, semut invasif. Subspesies ini juga terancam punah akibat cemaran minyak dari kapal dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011g).Ukuran populasi yang cukup besar dan hingga sekarang belum mendekati ambang batas bawah populasi, sehingga burung ini berada pada status konservasi (status keberadaan) Least Concern (tidak memerlukan perhatian khusus) dan tetap diperlukan penangkaran untuk menjaga kelangsungan populasi burung air dunia.

Sterna fuscata nubilosa ditemukan pada kepulauan Krakatau di antara Jawa dan Sumatera (MacKinnon, 1996). Pada musim dingin, jenis burung ini lebih banyak ditemukan pada perairan tropis, hal ini merupakan kebiasaan dari burung laut. Collinson (2006) menerangkan bahwa Sterna fuscata nubilosa ditemukan di Laut Merah, Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik.

Sterna sumatrana sumatrana

Sterna sumatrana sumatrana atau burung dara laut tengkuk hitam, diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa

Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010h). Sterna sumatrana sumatrana memiliki karakteristik panjang tubuh 35 cm (MacKinnon, 1996). Paruh dan kaki berwarna hitam. Jenis burung ini memiliki warna putih pada bagian muka dan bagian dada dengan warna putih keabu-abuan (del Hoyo et al.,

1996).

Jenis burung air ini memiliki habitat yang tidak berbeda dengan burung air lain. Mereka dapat ditemukan pada pulau kecil, pulau lepas pantai, padang alang-alang, pinggiran pantai sampai laut. Makanan utama dari jenis burung ini adalah

(29)

14 ikan-ikan kecil dan binatang kecil lain seperti serangga (del Hoyo et al., 1996). Gambar 8 menyajikan Sterna sumatrana sumatrana yang sedang berdiri di atas batu.

Gambar 8. Sterna sumatrana sumatrana

Sumber: Tarrant (2010)

Jenis burung ini berdasarkan BirdLife International (2011h) dikatagorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, perubahan iklim sekitar habitat dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011h). Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah spesies tersebut belum mendekati ambang kepunahan, tetapi masih diperlukan konservasi untuk menjaga kelestarian unggas air dunia. Jenis burung ini menyebar pada daerah tropis dan subtropis. Jangkauan sebaran dari Samudera Hindia hingga bagian timur Samudera Pasifik (del Hoyo et al., 1996). Sterna sumatrana sumatrana

termasuk burung dara laut yang paling umum ditemukan dan berbiak di pantai karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).

Lahan Basah

Davies et al. (1995) menyatakan lahan basah memiliki dua pengertian yaitu secara sempit dan luas. Definisi sempit menerangkan bahwa lahan basah adalah sebuah ekoton (suatu daerah peralihan antara daratan dan perairan yang menyebabkan beberapa bagian daratan tergenang air), sedangkan definisi secara luas menerangkan bahwa lahan basah yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007) menjelaskan bahwa lahan basah adalah daerah-daerah payau, tanah gambut atau

(30)

15 perairan yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan perairan tergenang atau mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerah-daerah perairan laut yang dengan kedalaman tidak lebih dari enam meter pada waktu surut.

Analisis Komponen Utama (AKU)

Gaspersz (1992) menerangkan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan struktur varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Penggunaan AKU ditujukan untuk mereduksi data dan bisa menginter-pretasikan dalam bentuk diagram kerumunan. Wiley (1981) menjelaskan bahwa AKU adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua peubah bebas yang disebut komponen utama. Komponen utama pertama terdiri atas peubah dengan keragaman total yang tertinggi, sedangkan komponen utama kedua meliputi peubah dengan keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama (Hayashi et al., 1982).

Penggunaan metode AKU dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari hewan yang diteliti (Everitt dan Dunn, 1998). Komponen utama digunakan untuk membentuk diagram sebaran. Nishida et al. (1982) menjelaskan bahwa diagram kerumunan tersebut dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan oleh persamaan bentuk dan ukuran setelah dianalisis menggunakan metode AKU. Sumbu X menunjukkan ukuran dan sumbu Y menunjukkan bentuk dari data yang diamati (Hayashi et al., 1982).

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis

Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan morfo-metrik terhadap spesies yang diamati. Jarak minimum D2 Mahalanobis disajikan dalam bentuk matriks yang dipergunakan untuk menghasilkan dendogram (Gaspersz, 1992). Pembuatan dendogram dilakukan dengan asumsi bahwa laju evolusi antara kelompok hewan yang diamati adalah sama (Nei, 1987).

(31)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Mei 2010 sampai Oktober 2010.

Materi Burung Air

Penelitian ini menggunakan 168 spesimen burung dewasa dari suku Laridae. Subspesies yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina); Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri atas 14 spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina); Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan

Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor betina). Sterna fuscata nubilosa, Sterna albifrons sinensis,

Sterna bergii cristatus, Sterna sumatrana sumatrana, dan Sterna anaethetus anaethetus digolongkan dalam marga Sterna. Anous stolidus pileatus, dan Anous minutus worcesteri digolongkan dalam marga Anous; sedangkan Chlidonias hybrida javanica digolongkan dalam marga Chlidonias.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa jangka sorong, lembar data, alat tulis, dan kamera digital. Perangkat lunak Mega 4.1 Beta (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) digunakan untuk menyajikan dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis. Perangkat lunak MINITAB® Release 14.12.0 digunakan untuk membantu mengolah data.

(32)

17

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bagian kepala dan paruh. Bagian paruh yang diukur meliputi panjang, lebar, dan tinggi; sedangkan bagian kepala yang diukur meliputi lebar dan panjang.

Prosedur

Pengamatan dilakukan pada ukuran-ukuran linear pada kepala, yang meliputi panjang paruh (X1), lebar paruh (X2), tinggi paruh (X3), lebar kepala (X4) dan panjang kepala (X5). Ukuran-ukuran linear kepala yang diamati disajikan pada Gambar 9. Prosedur pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Panjang paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari pangkal paruh hingga ujung paruh.

2. Lebar paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian atas hingga pangkal paruh bagian bawah.

3. Tinggi paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian atas hingga pangkal paruh bagian bawah secara vertikal. 4. Lebar kepala (cm) : pengukuran dilakukan pada daerah belakang mata pada

bagian tengkorak.

5. Panjang kepala (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian tengah tulang teng-korak kepala hingga bagian bawah paruh.

Keterangan: X1 = panjang paruh (cm); X2 = lebar paruh (cm); X3 = tinggi paruh (cm); X4 = lebar

kepala (cm); X5 = panjang kepala (cm)

Gambar 9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati X5 X4

X3 X2

(33)

18

Rancangan Statistik

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman yang dihitung berdasarkan rumus Standsfield (1983), sebagai berikut:

Keterangan: : nilai rataan

: jumlah seluruh sampel pengamatan : data ke-i

Keterangan:

: simpangan baku : data ke-i

: rataan data pengamatan

: jumlah seluruh sampel pengamatan

Keterangan:

: koefisien keragaman (%) : simpangan baku

: rataan data pengamatan

Statistik T2-Hotelling

Uji statistik T2-Hotelling digunakan untuk membandingkan peubah-peubah antara setiap dua spesies dari delapan spesies burung air yang diamati. Statistik T2 -Hotelling yang digunakan berdasarkan rumus Gaspersz (1992), sebagai berikut:

: vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 sama dengan spesies ke-2

(34)

19 : vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 berbeda dengan

spesies ke-2

Uji hipotesis yang dianjurkan menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai berikut:

Selanjutnya besaran:

Akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p, dan V2 = n1 + n2 – p – 1 Keterangan:

: nilai T2-Hotelling

: nilai hitung T2-Hotelling

: jumlah data pengamatan pada spesies ke-1 : jumlah pengamatan pada spesies ke-2 : vektor rataan peubah-peubah spesies ke-1 : vektor rataan peubah-peubah spesies ke-2 : matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2 : invers matiks gabungan (invers dari matriks SG)

p : jumlah peubah yang diukur

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis

Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan ukuran-ukuran kepala burung dara laut. Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis dihitung berdasarkan Nei (1987), sebagai berikut:

Keterangan:

: nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat Mahalanobis ketidakserupaan morfometrik antara dua spesies yang diamati

: matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2 : invers matrik gabungan (invers dari matriks SG)

(35)

20 : vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-1

: vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-2

Penyajian Dendogram

Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis dari ukuran-ukuran linear kepala burung setelah diakarkan. Pengelompokan spesies burung dara laut dilakukan berdasarkan percabangan dendogram menggunakan metode Unweighted Pair Group Method with Arithmetic (UPGMA) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar subspesies adalah sama.

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan dalam pengolahan data ini berguna untuk membuat kerumunan data spesies burung yang telah diamati berdasarkan skor ukuran dan bentuk. Skor ukuran dan skor bentuk kepala masing-masing diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan persamaan bentuk kepala. Persamaan ukuran dan bentuk kepala diturunkan berdasarkan matriks kovarian. AKU yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992). Persamaan ukuran diperoleh berdasarkan model statistik sebagai berikut:

Keterangan: : skor ukuran : panjang paruh : lebar paruh : tinggi paruh : lebar kepala : tinggi kepala

Persamaan bentuk diperoleh berdasarkan model statistik sebagai berikut:

Keterangan:

: skor bentuk : panjang paruh : lebar paruh : tinggi paruh

(36)

21 : lebar kepala

: tinggi kepala

Sumbu X mewakili skor ukuran yang merupakan skor komponen utama pertama dan sumbu Y mewakili skor bentuk yang merupakan skor komponen utama kedua (Nishida et al., 1980). Korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh burung diperoleh dari perkalian antara vektor eigen dan akar dari nilai eigen masing-masing dan dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah (Gaspersz, 1992). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

: koefisien korelasi peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan skor ke-j (1,2) : vektor eigen peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan komponen ke-j (1,2) : nilai eigen (akar ciri) pada komponen ke-j (1,2)

: simpangan baku peubah ke-i (1, 2, 3,..., i)

Diagram Kerumunan

Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang diperoleh dari persamaan ukuran dan persamaan bentuk. Ukuran disetarakan dengan sumbu X dan bentuk disetarakan dengan sumbu Y. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan skor ukuran dan skor bentuk pada setiap data individu. Pengerumunan dilakukan berdasarkan spesies yang diamati. Persamaan dan perbedaan ukuran dan bentuk dapat dilihat berdasarkan kerumunan data masing-masing spesies pada diagram kerumunan.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan morfometrik kepala burung dara laut pada penelitian ini dimulai dengan perhitungan statistik deskriptif yang kemudian dilanjutkan dengan statistik T2-Hotelling. Berdasarkan hasil statistik T2-Hotelling pengamatan perbedaan ukuran dan bentuk kepala dilakukan melalui Analisis Komponen Utama. Diagram kerumunan dibentuk berdasarkan perhitungan skor ukuran dan bentuk kepala, sehingga dapat dibandingkan antara subspesies burung dara laut yang diamati. Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran kepala diamati untuk mendukung diagram kerumunan ukuran dan bentuk kepala pada burung dara laut tersebut.

Hasil Statistik Deskriptif

Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada subspesies

Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus. Tabel tersebut menyampaikan nilai rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman pada masing-masing peubah yang diamati.

Tabel 1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Marga Anous

Subspesies Jenis Kelamin Panjang Paruh Lebar Paruh Tinggi Paruh Lebar Kepala Panjang Kepala ---(cm)--- Anous minutus worcesteri (n=7) ♂ (2) 4,31 ± 0,90 (20,86%) 0,49 ± 0,01 (2,89%) 0,67 ± 0,03 (4,22%) 2,25 ± 0,01 (0,31%) 3,14 ± 0,16 (5,19%) ♀ (5) 4,26 ± 0,28 (6,68%) 0,50 ± 0,03 (4,98%) 0,65 ± 0,05 (8,90%) 2,16 ± 0,15 (6,97%) 2,88 ± 0,14 (4,86%) Anous stolidus pileatus (n=9) ♂ (5) 4,33 ± 0,36 (8,39%) 0,63 ± 0,10 (15,68%) 0,83 ± 0,16 (19,04%) 2,66 ± 0,12 (4,33%) 3,69 ± 0,12 (3,30%) ♀ (4) 4,51 ± 0,194 (4,30%) 0,67 ± 0,04 (6,33%) 0,87 ± 0,03 (3,79%) 2,60 ± 0,15 (5,67%) 3,63 ± 0,08 (2,12%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Koefisien keragaman peubah-peubah ukuran linear kepala yang berkisar antara 0,31%-20,86% pada jantan dan betina Anous stolidus pileatus dan Anous minutus worcesteri. Koefisien keragaman yang ditunjukkan tersebut mencapai lebih dari 20% dan merupakan koefisien keragaman yang tinggi (Syahid, 2009). Koefisien keragaman yang tinggi mengindikasikan bahwa kedua subspesies burung dara laut

(38)

23 ini memiliki status konservasi yang masih dapat dipertahankan. Status konservasi subspesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011a). Rataan ukuran-ukuran linear kepala pada Anous stolidus pileatus ditemukan lebih besar dibandingkan dengan Anous minutus worcesteri. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan del Hoyo et al. (1996) yang menyatakan bahwa Anous minutus worcesteri memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis Anous stolidus pileatus lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri. Karakter lain yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih.

Tabel 2 menyajikan ukuran linear peubah kepala pada subspesies Chlidonias hybrida javanica. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada subspesies ini berkisar antara 5,89%-14,58%. Koefisien keragaman yang dihasilkan digolongkan dalam koefisien keragaman yang sedang, karena mencapai kisaran antara 10%-20% (Syahid, 2009). Keragaman ukuran-ukuran linear kepala yang tidak rendah tersebut menunjukkan bahwa subspesies ini belum terancam punah (Docstoc, 2010). Chlidonias hybrida javanica memiliki status konservasi Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011c).

Tabel 2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Marga Chlidonias

Subspesies Jenis Kelamin Panjang Paruh Lebar Paruh Tinggi Paruh Lebar Kepala Panjang Kepala ---(cm)--- Chlidonias hybrida javanica (n=14) ♂ (9) 3,42 ± 0,20 ( 5,89%) 0,50 ± 0,04 (7,76%) 0,76 ± 0,06 (8,34%) 2,32 ± 0,33 (14,29%) 3,25 ± 0,26 (7,99%) ♀ (5) 2,91 ± 0,42 (14,58%) 0,48 ± 0,04 (8,72%) 0,69 ± 0,07 (9,67%) 2,27 ± 0,13 (10,30%) 3,06 ± 0,24 (7,84%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Tabel 3 menyajikan ukuran-ukuran linear kepala pada marga Sterna, yang meliputi Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa, Sterna sumatrana sumatrana dan Sterna albifrons sinensis. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada marga ini berkisar antara 1,84%-15,89%. Sterna anaethetus anaethetus memiliki koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan subspesies lain yang diamati

(39)

24 pada marga Sterna. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala terendah dimiliki subspesies Sterna albifrons sinensis berkisar antara 2,78%-7,04% dan koefisien keragaman yang paling tinggi ditunjukkan pada subspesies Sterna anaethetus anaethetus yang berkisar antara 3,22%-15,89%.

Tabel 3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina pada Marga Sterna

Subspesies Jenis

Kelamin

Panjang

Paruh Lebar Paruh

Tinggi Paruh Lebar Kepala Panjang Kepala ---(cm)--- Sterna albifrons sinensis (n=13) ♂ (5) 3,40 ± 0,19 (5,45%) 0,44 ± 0,01 (2,78%) 0,69 ± 0,05 (7,04%) 1,93 ± 0,12 (6,37%) 2,68 ± 0,08 (2,84%) ♀ (8) 3,12 ± 0,19 (6,04%) 0,43 ± 0,03 (6,53%) 0,64 ± 0,03 (4,50%) 1,86 ± 0,11 (5,68%) 2,69 ± 0,09 (3,44%) Sterna anaethetus anaethetus (n=18) ♂ (11) 4,10 ± 0,65 (15,89%) 0,59 ± 0,09 (14,91%) 0,80 ± 0,10 (11,96%) 2,71 ± 0,21 (7,79%) 3,37 ± 0,11 (3,22%) ♀ (7) 4,21 ± 0,45 (10,71%) 0,57 ± 0,08 (14,38%) 0,79 ± 0,06 (7,32%) 2,57 ± 0,24 (9,50%) 3,24 ± 0,11 (3,43%) Sterna Bergii cristatus (n=54) ♂ (24) 6,60 ± 0,52 (7,89%) 0,85 ± 0,07 (8,52%) 1,35 ± 0,11 (8,32%) 3,13 ± 0,26 (8,40%) 4,55 ± 0,30 (6,55%) ♀ (30) 6,26 ± 0,36 (5,82%) 0,82 ± 0,36 (5,82%) 1,29 ± 0,08 (6,46%) 3,06 ± 0,22 (7,13%) 4,39 ± 0,29 (6,52%) Sterna fuscata nubilosa (n=17) ♂ (7) 4,48 ± 0,30 (6,73%) 0,66 ± 0,09 (13,30%) 0,86 ± 0,08 (9,30%) 2,71 ± 0,19 (6,99%) 3,66 ± 0,16 (4,25%) ♀ (10) 4,33 ± 0,27 (6,29%) 0,64 ± 0,06 (8,90%) 0,85 ± 0,07 (7,92%) 2,69 ± 0,13 (4,77%) 3,59 ± 0,07 (1,84%) Sterna sumatrana sumatrana (n=36) ♂ (16) 3,84 ± 0,24 (6,35%) 0,45 ± 0,03 (5,97%) 0,66 ± 0,05 (6,88%) 2,21 ± 0,12 (5,54%) 3,20 ± 0,11 (3,53%) ♀ (20) 3,68 ± 0,18 (4,78%) 0,43 ± 0,03 (5,94%) 0,66 ± 0,04 (5,72%) 2,13 ± 0,14 (6,34%) 3,16 ± 0,15 (4,80%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Status konservasi subspesies yang diamati pada marga Sterna adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011d,e,f,g,h). Koefisien keragaman yang cukup tinggi pada semua subspesies menunjukkan bahwa kemungkinan punah masih kecil. Hal tersebut sesuai dengan Docstoc (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran populasi suatu subspesies, maka semakin besar keragaman genetik, sehingga semakin kecil kemungkinan populasi tersebut mengalami kepunahan.

Gambar

Gambar 1. Anous minutus worcesteri
Gambar 2. Anous stolidus pileatus
Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica
Gambar 4. Sterna albifrons sinensis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Weng, Boundary Value Problems for Second Order Mixed Type Func- tional Differential Equations, Appl. Wong, On the Generalized

Untuk mengetahui perfoma jaringan VoIP perlu dilakukan pengukuran, parameter-parameter yang digunakan dalam melakukan pengukuran adalah delay , throughput , dan

PELAKSANAAN PROMOSI DAN SALURAN DISTRIBUSI YANG EFEKTIF GUNA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA PERUSAHAAN ROKOK PT.. GENTONG” TAYU KABUPATEN PATI

KESENIAN GOONG RENTENG PANGGUGAH MANAH DALAM ACARA BABARIT DI DESA SUKAMULYA KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

Dapat diketahui hasil perkembangan motorik kasar siswa sebelum diberi terapi bermain, antara lain hampir sebagian responden (40.5 %) mulai berkembang dan berkembang sesuai

• Mungkin banyak garam kristen telah menjadi tawar. Banyak lilin telah padam. Banyak orang Kristen yang meskipun rajin gereja, tetapi hampir tidak pernah bertindak

1) Mendefiniskan masalah dan menentukkan solusi dari masalah. Masalah yang timbul pada sistem pembayaran perkuliahan di Ukrida adalah pertimbangan mahasiswa dalam